Disusun oleh:
NPM 1102016187
Dosen Pembimbing:
KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. S
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
Pasien telah mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi sejak 1 bulan
yang lalu saat memeriksakan dirinya ke bidan. Pasien mengaku tidak pernah
memiliki riwayat darah tinggi sebelum kehamilan yang sekarang. Riwayat
trauma, demam tinggi, alergi, minum alkohol, merokok, makan makanan
setengah matang, keputihan serta minum obat- obatan lama atau jamu selama
kehamilan disangkal oleh pasien.
f. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengeluhkan lemas, mual dan muntah sejak awal kehamilan sehingga
nafsu makan pasien berkurang. Pasien mengaku makan buah tiap hari dan
sering memakan makanan asin. Kebiasaan merokok dan meminum minuman
beralkohol disangkal oleh pasien.
g. Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 14 tahun
h. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada tahun 2000 saat berusia 17 tahun,
pernikahan yang pertama dan sudah 21 tahun.
i. Riwayat KB
a) Jenis KB : IUD/AKDR
j. Riwayat Obstetri
a) Paritas : G4P3A0
k. Antenatal Care
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Nadi : 83x/menit
Suhu : 36,8 oC
Pernafasan : 20x/menit
TB : 147 cm
BB : 67 kg
IMT : 31 kg/m2
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Paru : Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, suara tambahan (-),
Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Pembesaran perut (+) simetris, bising usus (+), striae gravidarum
(+), nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan regio kanan atas (-), nyeri ketok CVA
(-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2s, edema (-/-), refleks patella (+)
Status Obstetri
a) Pemeriksaan Luar
TFU : 16 cm
Leopold III :Teraba bagian keras, bulat, simetris, melenting, kesan kepala
Leopold IV :Bagian terbawah janin belum memasuki PAP His : Tidak ada
DJJ : 135x/menit
b) Pemeriksaan Dalam
Ketuban : +
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,9 gr/dL 12,2 gr/dL
Hematokrit 37% (L) 35% (L)
Eritrosit 4,46 x 106 /µL 4,14 x 106 /µL (L)
Trombosit 255.000/mm3 312.000/mm3
Leukosit 13.700/mm3 (H) 17.900/mm3 (H)
MCV 84 fL 85 fL
MCH 29pg/mL 30pg/mL
MCHC 35g/dL 35g/dL
Hitung Jenis
Basofil 0% 0%
Eosinofil 1% 0% (L)
Neutrofil 73% (H) 87%(H)
Limfosit 20% 10%(L)
NLR 3,65 8,70 (H)
Monosit 6% 3%
LED 20 (H) 50 (H)
KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 30 U/L 25 U/L
SGPT (ALT) 13 U/L 12 U/L
Gula darah sewaktu 145 mg/dL
Ureum Kreatinin
Ureum 24 mg/dL 34 mg/dL
Kreatinin 0,7 mg/dL 0,7 mg/dL
eGFR 112.6 112.6
URINALISIS
Protein Urin Positif 2 Positif 3 Positif 3
SEROLOGI
HIV Reagen 1 Non reaktif
HBsAg Non reaktif
HEMOSTASIS
5. DIAGNOSIS KERJA
Janin : Janin tunggal hidup intra uterin, presentasi kepala, DJJ: 135 x/menit.
6. RENCANA PENATALAKSANAAN
7. PROGNOSIS
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan pasien memiliki riwayat darah tinggi selama 1 bulan
terakhir ini dan mengeluh sakit kepala sejak 2 hari SMRS. Pasien mengatakan
sebelum 1 bulan ini ia tidak pernah memiliki riwayat darah tinggi. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/109 mmHg dan dari hasil
pemeriksaan urin didapatkan proteinuria positif 2. Pada pasien ini tidak terdapat
riwayat kejang yang disertai dengan peningkatan tekanan darah (menyingkirkan
kemungkinan diagnosis eclampsia). Disebut impending eklampsia atau imminent
eklampsia jika pada kasus preeklampsia berat dijumpai nyeri kepala hebat,
gangguan visus dan serebral, nyeri epigastrium, muntah, kenaikan progresif
tekanan darah. Impending eklamsi merupakan preeklamsi yang memberat.
pasien ini yang memiliki tekanan darah 170/109 mmHg diberikan antihipertensi
oral, yaitu metildopa 3 x 250 mg dan nifedipine 3 x 10 mg untuk menurunkan
tekanan darah dan diharapkan dapat mencapai <160/110 mmHg.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul semasa kehamilan atau saat dalam masa nifas. Hipertensi
dalam kehamilan sering dijumpai dan merupakan salah satu penyebab kematian
ibu.1
2. KLASIFIKASI
Task Force of the American College of Obstetricians and Gynecologists (2013)
sudah mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi empat yaitu:2
1. Hipertensi kronik karena penyebab apapun
2. Sindrom preeklampsia dan eklampsia
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
4. Hipertensi gestasional
Klasifikasi ini memisahkan sindrom preeklampsia dari jenis hipertensi lainnya
karena berpotensi lebih membahayakan.2
A. Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik, didiagnosa sebelum kehamilan atau sebelum masa 20 minggu
kehamilan dan bertahan setelah melahirkan. Hipertensi kronik diklasifikasikan
lagi menjadi sedang-berat (sistolik 140-159mmHg dan diastolic 90-109mmHg)
atau berat (sistolik >160mmHg dan diastolic >110mmHg).3
B. Preeklampsia-Eklampsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi onset awal setelah 20 minggu
gestasi dan terdapat proteinuria dan/ atau bukti kompromais organ, termasuk
gejala sistem saraf pusat seperti sakit kepala atau gangguan penglihatan, edema
paru, trombositopenia, insufisiensi renal atau disfungsi hepar. Sindrom HELLP
merupakan variasi dari preeklampsia, dengan gejala yang lebih berat. Definisi
lain dari preeklampsia adalah kelainan kehamilan spesifik yang dapat
mempengaruhi setiap sistem organ. Salah satu indikator utama preeklampsia
adalah adanya proteinuria yang menandakan terjadinya kebocoran endotel.
Namun, beberapa wanita mengalami preeklampsia tanpa adanya proteinuria, tapi
melibatkan beberapa organ. Preeklampsia terjadi karena beberapa faktor seperti
primipara, usia 40 tahun atau lebih, hipertensi kronik, obesitas, penyakit ginjal,
diabetes pregestasional, lupus dan lainnya. 2,3
D. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah ketika tekanan darah mencapai 140/90mmHg atau
lebih untuk pertama kalinya pada pertengahan kehamilan, namun tidak terdapat
proteinuria. Cara lain untuk mengklasifikasikan hipertensi gestasional adalah
apabila tekanan darah tidak kembali normal pada periode post-partum. Jika
tekanan darah sudah kembali normal setelah 12 minggu post partum, maka akan
diklasifikasikan kembali menjadi hipertensi transisi. Hipertensi gestasional dapat
berkembang menjadi preeklampsia.2,3
3. EPIDEMIOLOGI
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi
preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara
berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah
128.273/tahun atau sekitar 5,3%.
4. PATOFISIOLOGI
Sebanyak 35% wanita dengan hipertensi gestasional dan 25% dengan hipertensi
kronik dapat berakhir menjadi preeklampsia. Patofisiologi terjadinya
preeklampsia diduga berhubungan dengan disfungsi vaskuler endotel. Hal ini
disebabkan karena kurang efektifnya invasi sitotrofoblas dari arteri spiral uterus.
Kemudian, terjadilah hipoksia plasenta dan menyebabkan proses inflamasi, yang
dapat mengganggu faktor angiogenik dan agregasi trombosit yang menyebabkan
preeklampsia.4
Teori Kelainan Vaskularisasi
Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis
yang menimbulkan degenerasi lapisan otot sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Tropoblas tersebut masuk ke desidua dan memperluas hingga ke dinding artetiol
spiral mengganti endotel dan dinding otot. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
spiralis memberi dampak penurunan tekanan darah. Pada hipertensi dalam
kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot sehingga la[isan
otot arteri tetap kaku dan keras sehingga menyebabkan vasokontriksi yang dapat
berujung pada iskemia plasenta.2,5
Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genetik janin. Terbukti pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia
juga, sedangkan hanya 8% menantu mengalami preeklampsia. Pada sebuah studi
pada 1,2 juta kelahiran di swedia, ditemukan hubungan genetik pada hipertensi
gestasional dan preeklampsia. Resiko anak mengalami preeklampsia apabila
ibunya mengalami preeklampsia adalah 20-40%, 11-37% untuk wanita dengan
saudara preeklampsia dan 22-47% pada kembar.2,5
5. GEJALA KLINIS
A. Hipertensi Kronik
1) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
2) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil atau diketahui adanya
hipertensi pada usia kehamilan < 20 minggu.
3) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin).
4) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal.6
Hipertensi kronik biasanya terjadi pada usia ibu diatas 35 tahun, tekanan darah
sangat tinggi, umumnya terjadi pada multipara, disertai kelainan jantung, ginjal
dan diabetes melitus, obesitas, pasien menggunakan obat-obat anti hipetensi
sebelum kehamilan, dan hipertensi akan menetap pasca persalinan.4
B. Preeklampsia-Eklampsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan
atau diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya
didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan
preeklampsia. Berikut adalah kriteria minimal preeklampsia:
1) Hipertensi: tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih.
2) Protein urin: protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik > +1 atau rasio kreatinin ≥ 0,3.1
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu di bawah ini:
1) Trombositopenia: trombosit < 100.000/mikroliter.
2) Gangguan ginjal: kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal.
3) Gangguan liver: peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4) Edema paru.
5) Gangguan neurologis: nyeri kepala, gangguan visus.1,7
Biasanya keluhan yang dikeluhkan:8,9
1) Pusing dan nyeri kepala
2) Nyeri ulu hati
3) Pandangan kurang jelas
4) Mual hingga muntah
Preeklampsia:6
1. Tekanan darah darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu.
2. Adanya proteinuria 1+ pada tes celup urin atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil > 300 mg/24 jam.
Preeklampsia berat:6
1. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu.
2. Adanya proteinuria ≥ 2+ pada tes celup urin atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil > 5 g/24 jam.
3. Atau disertai keterlibatan organ lain:
a. Trombositopenia (< 100.000 /mikroliter).
b. Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas.
c. Oliguria (< 500 ml/24 jam), kreatinin serum > 1,2 mg/dL.
d. Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif.
e. Sakit kepala, skotoma penglihatan.
f. Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion.
Eklampsia
1) Didahului sakit kepala, gangguan penglihatan seperti skotomata, nyeri
epigastrik.
2) Terjadi kejang umum (biasanya tonik-klonik) dan/atau koma yang dapat
muncul sebelum, selama dan setelah persalinan.
3) Ada tanda dan gejala preeklampsia.
4) Tidak ada kemungkinan penyebab lain (epilepsi, perdarahan subaraknoid, dan
meningitis).1,6
7. TATA LAKSANA
A. Hipertensi Kronik
1) Anjurkan istirahat lebih banyak
2) Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah akan mengganggu
perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal
akan memperbaiki keadaan janin dan ibu.
- Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi dan
terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan. Bila pasien sebelumnya
sudah mengkonsumsi antihipertensi berikan penjelasan bahwa
antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB
(misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu
hamil. Maka, pasien harus berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis
antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
- Jika tekanan diastolik > 110 mmHg atau tekanan sistolik > 160 mmHg,
berikan antihipertensi.
- Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeklampsia.
- Berikan suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai
dari usia kehamilan 20 minggu.
- Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
- Jika denyut jantung < 100 kali/menit atau > 180 kali/menit, tangani
seperti gawat janin.
- Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan.6
B. Preeklampsia-Eklampsia
1) Preeklampsia Ringan
- Tujuan utama perawatan: mencegah kejang, perdarahan intrakranial,
mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.
- Rawat jalan: istirahat cukup (berbaring/tidur miring), diet cukup protein,
rendah karbohidrat dan lemak.
- Rawat inap: jika gejala klinis tidak membaik setelah 2 minggu dan timbul
salah satu/lebih gejala dan tanda preeklampsia berat.4
2) Preeklampsia Berat4
Pasien preeklampsia berat harus segara masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
a. Obat Antikejang
o Obat anti kejang yang diberikan MgSO4.
o Cara pemberian:
Loading dose: initial dose:
4 gram MgSO4 iv (40% dalam 10 cc) selama 15 menit.
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan
4 atau 5 gram i.m. selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram
i.m. tiap 4-6 jam.
o Syarat-syarat pemberian MgSO4:
3) Eklampsia4
1. Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk
stabilisasi fungsi vital.
2. Pengelolaan kejang:
o Pemberian obat anti kejang.
Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Bila
dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya tiopental. Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti
pemberian magnesium sulfat pada preeklampsia berat.
Adapun syarat pemberian MgSO4:
Tersedianya Ca-Glukonas 10%
Ada refleks patella
Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
Frekuensi napas 12-16 x/menit.4
Dosis Pemberian
Dosis awal: 4 g MgSO4 Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml
larutan MgSO4 40%) dan larutkan
(untuk mencegah kejang
dengan 10 ml akuades.
atau kejang berulang)
Berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 20 menit.
Jika akses intravena sulit, berikan
masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong
kiri dan kanan.
Dosis rumatan: 6 g Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4
MgSO4 dalam 6 jam 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan
sesuai prosedur Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan
secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit
selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir.
Tabel. Dosis dan Cara Pemberian Magnesium Sulfat6
o Pasien dibaringkan ditempat tidur yang lebar dengan rail tempat tidur
harus dipasang dan dikunci dengan kuat.
o Masukan sudap lidah ke dalam mulut pasien dan jangan mencoba
melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan
lidah.
o Beri O2 4-6 liter permenit.4
C. Hipertensi Gestasional
- Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin setiap
minggu.
- Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
- Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
- Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
- Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.6
8. KOMPLIKASI
Pada kasus preeklampsia yang segera ditangani
IBU
i) Selama kehamilan: (a) Eklampsia (2%) - lebih banyak pada kasus akut
dibandingkan pada kasus subakut, (b) Perdarahan tidak disengaja, (c)
Oliguria dan anuria, (d) Penglihatan kabur dan bahkan kebutaan, (e)
Persalinan prematur, (f) sindrom HELLP, (g) Perdarahan otak, (h)
Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
ii) Selama persalinan: (a) Eklampsia, (b) Perdarahan postpartum -mungkin
terkait dengan kegagalan koagulasi
iii) Masa nifas: (a) Eklampsia - biasanya terjadi dalam waktu 48 jam, (b)
Syok–kolaps vasomotor nifas dikaitkan dengan penurunan konsentrasi
natrium dan klorida karena penurunan tiba-tiba tingkat kortikosteroid
(c) Sepsis– karena peningkatan insiden induksi, gangguan operasi, dan
vitalitas rendah.
JANIN
Risiko janin berhubungan dengan beratnya preeklamsia, durasi penyakit dan
derajat proteinuria. Bahaya berikut mungkin terjadi. (a) Kematian intrauterin—
akibat spasme sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan perdarahan tak disengaja
atau infark merah akut, (b) hambatan pertumbuhan intrauterin—karena
insufisiensi plasenta kronis,Asfiksia, (d) Prematuritas—baik karena onset
prematur spontan persalinan atau karena induksi prematur.
9. PROGNOSIS
Prognosis preeklamsia tergantung pada masa gestasi, keparahan penyakit dan
respon terhadap pengobatan. Jika preeklamsia terdeteksi dini, dengan pengobatan
yang tepat dan efektif, fitur preeklamsia mereda sepenuhnya dan prognosisnya
tidak buruk, prognosis baik untuk ibu maupun bayinya. Namun, jika kasus
dibiarkan tanpa perawatan atau dengan kasus onset akut, kemungkinan besar akan
terjadi komplikasi serius. Dalam kondisi seperti itu ibu dan bayinya berada dalam
keadaan bahaya.
DAFTAR PUSTAKA