Anda di halaman 1dari 30

Bab 1 Fisiologi Agen Fisik

Apa itu Agen Fisik?

Agen fisik terdiri dari energi dan material yang diberikan pada pasien untuk membantu
proses rehabilitasi. Agen fisik terdiri dari panas, dingin, air, tekanan, suara radiasi
elektromagnetik, dan arus listrik. Istilah agen fisik digunakan untuk mendeskripsikan secara
umum tipe energi seperti, radiasi elektromagnetik atau suara; rentang spesifik dalam tipe
seperti Radiasi Ultraviolet (UV) atau Ultrasound; dan cara yang digunakan untuk
mengaplikasikan energi, seperti Lampu UV atau transduser ultrasound. Istilah modalitas
fisik, agen biofisik, modalitas agen fisik, agen elektrofisik, dan modalitas biasa digunakan
untuk menggantikan istilah agen fisik dan digunakan secara bergantian pada buku ini

Kategori Agen Fisik

Agen fisik dapat dikategorikan sebagai Termal, Mekanik, atau Elektromagnetik (Tabel 1.1).
Agen termal mencakup Superficial Heating Agent (Agen pemanas superfisial), Deep
Heating Agent (Alat pemanas dalam) dan Superficial-cooling Agent (Alat pendingin
superfisial). Agen Mekanis mencakup traksi, kompresi, air dan suara. Agen
Elektromagnetik mencakup medan electromagnet dan arus listrik. Beberapa agen fisik
dapat dikategorikan lebih lanjut. Contohnya air dan ultrasound, dapat memberikan efek
mekanik dan termal

Tabel 1.1 Kategori Agen Fisik


Kategori Tipe Contoh klinis
Termal Deep Heating Agent Ultrasound, diatermi
Superficial heating Agent Hot pack
Cooling Agent Cold Pack
Mekanik Traksi Traksi mekanis
Kompresi Elastic bandage, stocking
Air Pusaran air
Suara Ultrasound
Elektromagnetik Medan electromagnet Ultraviolet, Laser
Arus listrik TENS (Transcutaneous
electrical nerve Stimulation)

Agen Termal (Thermal Agents)

Agen termal memberikan energi pada pasien untuk meningkatkan atau menurunkan suhu
jaringan. Contohnya ialah Hot packs, Ice Packs, Ultrasound, pusaran air, dan diathermy.
Cryptotherapy merupakan terapi dengan mengaplikasikan dingin, sedangkan
thermotherapy merupakan terapi dengan mengaplikasikan panas. Bergantung dari agen
termalnya dan bagian tubuh mana yang diaplikasikan, perubahan suhu mungkin pada
bagian superfisial atau dalam dan dapat mempengaruhi satu jenis jaringan ataupun lebih.
Contohnya, penggunaan Hot pack menghasilkan peningkatan suhu terbesar pada jaringan
superfisial karena konduktivitas termal tinggi yang secara langsung pada area dibawahnya.
Sebaliknya Ultrasound menghasilkan panas pada jaringan yang lebih dalam dan
menghasilkan panas paling banyak di jaringan yang memiliki koefisien penyerapan
Ultrasound yang tinggi, seperti tendon dan tulang. Diathermy, yang melibatkan penerapan
energi elektomagnetik gelombang pendek atau gelombang mikro, memanaskan jaringan
dalam yang memiliki konduktivitas listrik tinggi.

Thermoterapi, digunakan untuk meningkatkan sirkulasi, kecepatan metabolic, dan


ekstensibilitas jaringan lunak atau untuk mengurangi rasa sakit. Cryoterapi digunakan
untuk menurunkan sirkulasi, kecepatan metabolic, ataupun nyeri. Penjelasan tentang prinsip
dari proses perpindahan panas, metode pemindahan panas di rehabilitasi medis beserta
efek, indikasi dan kontraindikasi penggunaan Superficial heating dan cooling agent dibahas
lebih lanjut pada Bab 8. Prinsip dan praktik deep heating agent dibahas pada Bab 9 bagian
aplikasi termal pada Ultrasound dan pada Bab 10 bagian diathermy

Ultrasound merupakan agen fisik yang mempunyai efek thermal dan non thermal.
Ultrasound didefinisikan sebagai suara yang frekuensinya lebih besar dari 20.000
siklus/detik – lebih besar atau terlalu tinggi untuk didengar manusia. Ultrasound merupakan
bentuk energi mekanis yang terdiri dari gelombang kompresi dan gelombang rarefaction.
Efek thermal, termasuk meningkatkan suhu jaringan superficial dan dalam, dihasilkan oleh
gelombang ultrasound kontinu dengan intensitas yang cukup, dan efek non thermalnya
dihasilkan oleh gelombang kontiniu dan pulsed ultrasound (berdenyut). Gelombang
ultrasound yang kontiniu digunakan untuk memanaskan jaringan yang lebih dalam dengan
tujuan meningkatkan sirkulasi, kecepatan metabolic, ektensibilitas jaringan lunak dan
mengurangi rasa sakit. Pulsed Ultrasound digunakan untuk menfasilitasi penyembuhan
jaringan atau merangsang penetrasi obat transdermal melalui mekanisme nonthermal.
Informasi mengenai ultrasound dibahas lebih lanjut pada Bab 9

Agen Mekanik (Mechanical Agents)

Agen mekanis menerapkan kekuatan untuk menambah atau mengurangi tekanan pada
tubuh. Contoh dari agen mekanik ialah air, traksi, kompresi dan suara. Air dapat
memberikan resistensi, tekanan hidrostatik dan daya apung untuk berolahraga atau dapat
memberikan tekanan untuk membersihkan luka. Traksi menurunkan tekanan antara struktur
yang mana diketahui kompresi meningkatkan tekanan antara struktur. Ultrasound sudah
terbahas sebelumnya.

Penggunaan air sebagai terapi disebut Hydrotherapy. Air dapat diaplikasikan dengan atau
tanpa pencelupan. Pencelupan pada air meningkatkan tekanan pada area yang tercelup
menyebabkan adanya daya apung dan jika terdapat perbedaan suhu antara area yang
tercelup dan air, perpindahan panas akan terjadi daerah tersebut. Pergerakan air
menghasilkan tekanan lokal yang dapat digunakan sebagai resistensi lunak untuk Latihan,
ketika suatu area direndam dan untuk membersihkan luka terbuka dengan atau tanpa
perendaman. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada bagian Hydroterapi di Bab 18

Traksi paling sering digunakan untuk mengurangi tekanan pada struktur seperti saraf atau
sendi yang mana menghasilkan rasa sakit atau perubahan sensorik lainnya atau yang
menjadi radang saat ditekan. Traksi dapat menormalkan sensai dan mencegah atau
mengurangi kerusakan atau peradangan pada struktur yang terkompresi. Efek penurunan
tekanan pada traksi dapat bersifat sementara atau permanen, bergantung pada sifat patologis
yang mendasari, dan kekuatan, durasi serta cara menerapkan traksi. Informasi lebih lanjut
mengenai traksi dapat dilihat pada Bab 19
Kompresi digunakan untuk melawan tekanan cairan dan untuk mengontrol dan
menghilangkan edema. Kekuatan, durasi, dan cara menerapkan kompresi dapat bervariasi
untuk mengontrol besarnya efek dan untuk mengakomodasi kebutuhan pasien yang
berbeda. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada Bab 20

Agen Elektromagnetik (Electromagnetic Agents)

Agen elektromagnetik memberikan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik atau arus
listrik. Contoh dari agen elektromagnetik ialah radiasi UV, radiasi infared, laser, diatermi,
dan arus listrik. Variasi dari frekuensi dan intensitas dari radiasi elektromagnetik
menyebabkan perubahan efek dan dalamnya penetrasi. Misalnya, radiasi UV yang
mempunyai frekuensi 7,5 x 1014 – 1015 siklus / detik (Hertz/Hz), menyebabkan eritema dan
menghitamkan kulit tetapi tidak mengasilkan panas, berbeda dengan radiasi infrared,
dengan frekuensi 1011 - 1014 Hz, hanya menghasilkan panas pada jaringan superfisial. Laser
menghasilkan radiasi elektromagnetik monokromatik, koheren, terarah yang umumnya
dalam rentang frekuensi cahaya tampak atau radiasi infrared. Diatermi gelombang pendek
kontiniu, yang mempunya frekuensi 103 – 106 Hz, menghasilkan panas pada jaringan
superfisial dan dalam. Ketika Diatermi gelombang pendek dipulsasikan (Pulsed Shortwave
Diathermy / PSWD) untuk memberikan intensitas energi rendah, tidak menghasilkan panas.
Intervensi ini dikenal dengan non-thermal shortwave therapy (SWT). SWT diperkirakan
dapat memofikasi permeabilitas membrane sel dan fungsi sel melalui mekanisme non
thermal dengan demikian menurunkan edema dan nyeri. Agen ini menfasilitasi proses
penyembuhan melalui efek biostimulatif pada sel. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada
bab 16. Radiasi UV dan diatermi didiskusikan pada Bab 17 dan Bab 10

Stimulasi listrik (Electrical Stimulation/ES) adalah penggunaan arus listrik untuk


menginduksi kontraksi otot (Motor level ES) dan perubahan sensasi (sensory level ES),
mengurangi edema atau mempercepat penyembuhan jaringan. Efek dan aplikasi klinis arus
listrik bervariasi sesuai dengan bentuk gelombang, intensitas, durasi, dan arah aliran arus
dan jenis jaringan yang dialiri arus. Arus listrik dengan intensitas dan durasi yang cukup
dapat mendepolarisasi saraf, menyebabkan respons sensorik atau motorik yang dapat
digunakan untuk mengontrol nyeri atau meningkatkan kekuatan otot. Arus listrik dengan
arah aliran yang sesuai dapat menarik atau menolak partikel bermuatan dan mengubah
permeabilitas membran sel untuk mengontrol pembentukan edema, meningkatkan
penyembuhan jaringan, dan memfasilitasi penetrasi obat transdermal. Kontraksi otot
berhubungan dengan aktivitas ionic. Aktivitas ini dapat dideteksi oleh elektroda EMG yang
ditempatkan pada kulit dan dapat diumpankan kembali ke pasien untuk memfasilitasi atau
menghambat aktivitas otot. Ini dikenal sebagai EMG Biofeedback. Informasi lebih lanjur
tentang arus listrik dan EMG Biofeedback dapay dilihat pada Bagian keempat.

Efek Agen Fisik

Aplikasi agen fisik secara primer digunakan untuk menurunkan inflamasi pada jaringan,
mempercepat penyembuhan jaringan, meredakan nyeri, dan mengatur ekstensibilitas
kolagen atau memodikasi tonus otot. Penjelasan mengenai proses ini terdapat pada Bab 3 –
6.

Inflamasi dan Penyembuhan Luka

Ketika jaringan mengalami kerusakan, respon dari jaringan dapat diprediksi. Inflamasi
merupakan tahap pertama dari penyembuhan, diikuti oleh fase proliferasi dan maturase.
Modifikasi dari proses penyembuhan ini dapat mempercepat rehabilitasi dan menurunkan
efek samping seperti inflamasi yang berkepanjangan, nyeri dan cacat. Pergantian ini pada
akhirnya meningkatkan fungsi pasien dan pencapaian tujuan terapeutik yang lebih cepat.

Agen thermal memodifikasi inflamasi dan penyembuhan dengan merubah kecepatan


sirkulasi dan reaksi kimiawi. Agen mekanik mengatur pergerakan dan mengubah aliran
cairan, dan agen elektromagnetik mengatur fungsi sel terutama permeabilitas dan transport.
Banyak agen fisik memengaruhi inflamasi dan penyembuhan, ketika digunakan dengan
tepat, dapat mempercepat proses dan menurunkan komplikasi yang dari proses
penyembuhan dan meningkatkan prognosis pasien. Akan tetapi, jika digunakan dengan
salah, justru akan memperlambat penyembuhan

Selama fase inflamasi, yang umumnya berlangsung selama 1 – 6 hari, sel membersihkan
debris dan membatasi perdarahan pada area yang mengalami trauma. Fase inflamasi
ditandai oleh Panas (heat), bengkak (swelling), nyeri (pain), kemerahan (redness) dan
kehilangan fungsi (loss of function). Semakin cepat fase ini selesai, semakin cepat juga
proses penyembuhan berlangsung dan kemungkinan untuk terjadi kerusakan pada sendi,
nyeri, bengkak, kelemahan, imobilisasi, dan kehilangan fungsi juga akan berkurang. Agen
fisik umumnya membantu selama fase inflamasi dengan mengurasi sirkulasi, meredakan
nyeri, menurunkan aktivitas enzim, mengatur pergerakan dan merangsang terjadi fase
profliferasi.

Selama fase proliferasi, yang umumnya dimulai 3 hari setelah kerusakan jaringan hingga 20
hari, kolagen dideposit pada area yang rusak untuk mengganti kerusakan jaringan akibat
trauma. Selain itu, miofibroblas berkontraksi untuk mempercepat penutupan, dan sel epitel
bermigrasi untuk melapisi jaringan yang rusak. Agen fisik secara umum membantu fase
proliferasi dengan cara meningkatkan sirkulasi dan aktivitas enzim dan merangsang deposit
dari kolagen dan merangsang fase remodelling

Selama fase maturase, yang dimulai 9 hari setelah trauma dan berlangsung hingga 2 tahun,
terjadi deposisi dan reabsorbsi dari kolagen secara bersamaan. Jaringan baru merombak
dirinya untuk menyerupai jaringan asli semirip mungkin sehingga bisa melakukan fungsi
aslinya. Selama fase ini, jaringan yang sembuh berubah baik dalam bentuk dan struktur
untuk memungkinkan pemulihan fungsional yang optimal. Jaringan tersebut sering kali
ukurannya mengecil dari fase proliferasi dan strukturnya menjadi lebih teratur. Dengan
demikian kekuatan yang lebih besar dicapai tanpa perubahan massa jaringan. Agen fisik
umumnya membantu selama fase pematangan penyembuhan dengan mengubah
keseimbangan deposisi dan resorpsi kolagen dan meningkatkan keselarasan serat kolagen
baru.

Agen Fisik untuk Penyembuhan Jaringan

Tahap dari penyembuhan jaringan menentukan tujuan dari intervensi dan agen fisik yang
digunakan. Rangkuman dari penjelasan dapat dilihan pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Agen Fisik untuk merangsang Penyembuhan Jaringan


Tahap Tujuan Tatalaksana Agen yang Efektif Agen yang
Penyembuhan kontraidikasi
Luka
Initial Injury Mencegah kerusakan Kompresi statis, Latihan
jaringan atau krioterapi Traksi intermitten
perdarahan Motor level ES
Thermoterapi
Membersihkan Luka Hydroterapi
terbuka (imersi atau non
imersi)
Inflamasi kronis Mencegah/menurunka Thermoterapi Krioterapi
n kekakuan persendian Motor ES
Pusaran air
Fluidoterapi

Mengurangi nyeri Thermoterapi Krioterapi


Stimulasi listrik
Laser

Meningkatkan sirkulasi Thermoterapi


Stimulasi listrik
Kompresi
Hidroterapi (imersi
/ non imersi)

Merangsang tahap Pulsed Ultrasound


proliferasi Stimulasi elektrik
SWT
Remodelling Meningkatkan atau Motor ES Imobilisasi
mempertahankan Water exercise
kekuatan EMG Biofeedback
Memingkatkan atau Thermoterapi Imobilisasi
mempertahankan
fleksibilitas

Mengatur Pijat es singkat


pembentukan jaringan Kompresi
parut

Initial Injury (Cedera awal)

Setelah terjadinya cedera atau trauma, tujuan interverensi ialah untuk mencegah kerusakan
berlanjut atau perdarahan dan membersihkan luka terkontaminasi jika kulit mengalami
kerusakan. Imobilisasi dan dukungan pada area yang terluka dengan kompresi statis seperti
elastic warp, gips, penyangga atau mengurangi tekanan pada area menggunakan alat bantu
seperti crutch (kruk) dapat membatasi cedera dan perdarahan lebih lanjut. Pergerakan pada
area yang cedera, baik secara aktif, rangsangan listrik, ataupun pasif, dikontraindikasikan
pada tahap ini karena dapat lebih merusak jaringan dan meningkatkan perdarahan.
Cryotherapy membantu mengontrol perdarahan dengan membatasi aliran darah ke area
yang cedera dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan kekentalan darah.
Termoterapi dikontraindikasikan pada tahap ini karena dapat meningkatkan perdarahan
dengan meningkatkan aliran darah atau membuka kembali lesi vaskular melalui efek
vasodilatasi. Hidroterapi non imersi (tanpa perendaman) dapat digunakan untuk
membersihkan area luka jika kulit telah rusak dan luka telah terkontaminasi; namun, karena
termoterapi dikontraindikasikan, hanya air hangat atau dingin yang dapat digunakan.

Acute Inflammation (Inflamasi akut)

Selama fase inflamasi akut, tujuan interverensi ialah untuk mengurangi nyeri, edema,
perdarahan dan mengatur mediator inflamasi dan merangsang tahap proliferasi. Sejumlah
agen fisik, termasuk cryotherapy, hidroterapi, ES, dan SWT, dapat digunakan untuk
mengontrol rasa sakit; namun, termoterapi, traksi intermiten, dan motor level ES tidak
sesuai. Termoterapi tidak dianjurkan karena menyebabkan vasodilatasi, yang dapat
memperburuk edema, dan meningkatkan laju metabolisme, yang dapat meningkatkan
respon inflamasi. Traksi intermiten dan Motor level ES harus digunakan dengan hati-hati
karena gerakan yang dihasilkan oleh agen fisik ini dapat mengiritasi jaringan, sehingga
memperburuk respon inflamasi. Sejumlah agen fisik, termasuk cryotherapy, kompresi,
Sensory level ES, SWT, dan contrast bath, dapat digunakan untuk mengontrol atau
mengurangi edema. Krioterapi dan kompresi dapat membantu mengontrol perdarahan,
lebih lanjut, dapat menghambat aktivitas dan pelepasan mediator inflamasi. Jika
penyembuhan tertunda karena peradangan terhambat, yang terjadi pada pasien yang
menggunakan kortikosteroid dosis tinggi, cryotherapy tidak boleh digunakan karena dapat
mengganggu proses peradangan lebih lanjut, yang mana berpotensi untuk menunda
penyembuhan jaringan. Studi menunjukan bahwa pulsed ultrasound , laser dan SWT dapat
merangsang proses proliferasi.

Chronic Inflammation (Inflamasi kronis)

Jika proses inflamasi menetap dan kronis, tujuan dan pemilihan terapi juga berbeda. Selama
fase penyembuhan ini, tujuan tatalaksana nya ialah mencegah atau menurunkan kekakuan
sendi, mengurangi nyeri, meningkatkan sirkulasi dan merangsang progresifitas
penyembuhan luka ke tahap proliferasi. Interverensi yang paling efektif untuk mengurangi
kekakuan pada sendi ialah thermoterapi dan Gerakan. Struktur superficial seperti kulit dan
fascia subkutan dapat dipanaskan oleh Superficial heating agent seperti Hot pack atau
paraffin, yang merupakan zat lilin yang dihangatkan dan digunakan untuk melapisi
ekstremitas untuk termoterapi. Akan tetapi untuk memanaskan struktur yang lebih dalam
seperti Joint capsules pada bahu dan pinggang, deep heating agent seperti ultrasound atau
diatermi harus digunakan. Gerak dapat dihasilkan oleh latihan aktif atau stimulasi listrik
dan dapat dikombinasikan dengan panas dengan menyuruh pasien berolahraga dalam air
hangat atau dalam fluidoterapi. Termoterapi dan stimulasi listrik dapat meredakan nyeri
selama tahap inflamasi kronis. Akan tetapi kripterapi secara umum tidak direkomendasikan
selama tahap ini karena dapat meningkatkan kekakuan pada sendi dan berhubungan dengan
kejadian inflamasi kronis. Sirkulasi dapat ditingkatkan dengan thermoterapi, stimulasi
listrik, kompresi dan imersi atau Latihan dan penggunaan contrast baths. Tujuan akhir dari
tatalaksana tahap inflamasi kronis ialah untuk merangsang terjadinya fase proliferasi. Hasil
penelitian menunjukan pulsed Ultrasound, arus listrik dan medan electromagnet dapat
memberikan efek ini.

Proliferasi

Setelah jaringan masuk ke tahap proliferasi, tujuan utama intervensi ialah mengendalikan
pembentukan jaringan parut, memastikan sirkulasi yang memadai, mempertahankan
kekuatan dan fleksibilitas, dan mendorong perkembangan ke tahap remodeling.
Penggunaan kompresi statis dapat mengontrol pembentukan jaringan parut superfisial,
meningkatkan kosmetik, dan mengurangi keparahan dan insiden kontraktur. Sirkulasi yang
memadai diperlukan untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke jaringan yang baru
terbentuk. Sirkulasi dapat ditingkatkan dengan penggunaan termoterapi, elektroterapi,
kompresi, perendaman air, atau olahraga dan mungkin dengan penggunaan contrast bath.
Meskipun latihan aktif dapat meningkatkan dan mempertahankan kekuatan dan fleksibilitas
selama tahap proliferasi, penambahan motor level ES atau latihan air dapat mempercepat
pemulihan dan memberikan manfaat tambahan. Lingkungan air menurunkan beban
sehingga potensi trauma pada struktur penahan beban berkurang dan menurunkan risiko
regresi ke tahap inflamasi. Adanya bantuan air dapat membantu pergerakan otot yang
lemah dan Latihan air dan thermoterapi dapat merangsang sirkulasi untuk mempertahankan
atau meningkatkan fleksibilitas

Maturasi

Selama proses maturase, yang merupakan tahap akhir dari penyembuhan luka, tujuan
interverensi ialah mengembalikan atau mempertahankan kekuatan dan fleksibilitas dan
mengontrol pembentukan jaringan parut. Pada tahap ini jaringan yang terluka akan
mendekati bentuk akhirnya. Oleh karena itu pengobatan harus fokus pada membalikkan
efek samping dari tahap awal penyembuhan, seperti kelemahan otot atau hilangnya
fleksibilitas melalui proses Latihan penguatan dan peregangan. Penguatan dapat lebih
efektif dengan bantuan motor-level ES , EMG biofeedback atau Latihan air, sedangkan
peregangan lebih efektif dengan aplikasi thermoterapi sebelumnya atau pijatan es singkat.
Jika cedera adalah jenis yang sangat rentan terhadap pembentukan jaringan parut yang
berlebihan, seperti luka bakar, mengendalikan pembentukan bekas luka dengan pakaian
kompresi harus dilanjutkan selama tahap remodelling.

Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan ataupun ancaman kerusakan jaringan. Nyeri
melindungi individu dengan mencegah mereka melakukan aktivitas yang akan merusak
jaringan; namun, hal ini juga mengganggu aktivitas normal dan menyebabkan keterbatasan
fungsional dan kecacatan, seperti mengganggu tidur, pekerjaan dan olahrga.
Menghilangkan rasa sakit memungkinkan pasien untuk beraktivitas normal dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat mempercepat inisiasi program rehabilitasi aktif, sehingga
membatasi konsekuensi merugikan dari tidak menggunakan anggota tubuh dan
memungkinkan kemajuan yang lebih cepat menuju tujuan fungsional pasien.

Nyeri dapat disebabkan oleh patologi yang mendasari seperti peradangan sendi atau
tekanan pada saraf dalam proses penyembuhan ataupun keganasan yang tidak diharapkan.
Dalam keadaan apapun, menghilangkan rasa sakit dapat meningkatkan tingkat aktivitas
pasien. Intervensi pereda nyeri, termasuk agen fisik, dapat digunakan selama nyeri berlanjut
tetapi harus dihentikan ketika nyeri mereda.

Agen fisik mengontrol nyeri dengan memodifikasi transmisi atau persepsi nyeri atau
mengubah proses dasar penyebab sensasi tersebut. Agen fisik dapat bekerja dengan
memodulasi transmisi pada level medulla spinalis, mengubah kecepatan konduksi saraf,
atau menurunkan produksi neurotransmitter pada saraf perifer. Agen fisik dapat mengubah
proses penyebab nyeri dengan memodifikasi jaringan inflamasi dan penyembuhan. Proses
persepsi nyeri dijelaskan lebih lanjut pada bab 4
Agen fisik untuk Modulasi Nyeri

Pemilihan agen fisik untuk mengatasi nyeri bergantung pada tipe dan penyebab dari nyeri
(tabel 1.3)

Tabel 1.3 Agen fisik untuk mengobati nyeri


Tipe Nyeri Tujuan Tatalaksana Agen yang efektif Agen
kontraindikasi
Akut Mengurangi nyeri Sensory ES,
Cryoterapi

Mengurangi inflamasi Cryoterapi Thermoterapi

Mencegah Imobilisasi, EMG Latihan ringan,


bertambahnya rasa Biofeedback, traksi Motor ES
sakit beban rendah
Referred Mengurangi nyeri Stimulasi listrik,
cryoterapi,
thermoterapi
Spinal radicular Mengurangi inflamasi Traksi
nerve root
Mengurangi kompresi
nerve root
Keganasan Mengurangi nyeri Stimulasi listrik,
cryoterapi,
termoterapi
superfisial

Nyeri Akut
Untuk nyeri akut, tujuan intervensi adalah untuk mengontrol nyeri dan inflamasi dan
menghindari memperparah nyeri ataupun penyebabnya. Banyak agen fisik, termasuk
sensory ES, cryotherapy, dan sinar laser, dapat meringankan atau mengurangi keparahan
nyeri akut. Termoterapi dapat mengurangi keparahan nyeri akut; namun, karena nyeri akut
sering dikaitkan dengan peradangan akut, yang diperburuk oleh termoterapi, modalitas ini
umumnya tidak dianjurkan untuk mengobati nyeri akut. Cryotherapy mengendalikan nyeri
akut dengan memodulasi transmisi di sumsum tulang belakang, dengan cara memperlambat
atau menghalangi konduksi saraf, dan dengan mengendalikan inflamasi beserta tanda dan
gejalanya. Sensory ES juga mengurangi nyeri akut dengan memodulasi transmisi di
sumsum tulang belakang atau dengan merangsang pelepasan endorfin. Secara singkat,
membatasi gerakan pada area yang nyeri menggunakan bantuan alat kompresi statis, alat
bantu, atau tirah baring, dapat mencegah bertambahnya gejala atau penyebab nyeri akut.
Gerakan berlebihan atau kontraksi otot di area nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan; karena
itu latihan atau Motoric ES di area ini harus dihindari atau dibatasi pada tingkat yang tidak
memperburuk rasa sakit. Saat nyeri akut mulai hilang, reaktivasi terkontrol pasien dapat
mempercepat resolusi nyeri. Lingkungan air dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan
tersebut.

Nyeri Kronik

Nyeri kronis adalah nyeri yang tidak sembuh dalam waktu pemulihan normal. Tujuan
intervensi untuk nyeri kronis selain menyelesaikan patologi yang mendasari juga
mengendalikan gejala untuk meningkatkan fungsi, meningkatkan kekuatan, dan
meningkatkan keterampilan koping. Meskipun intervensi psikologis adalah andalan untuk
meningkatkan keterampilan koping pada pasien dengan nyeri kronis, olahraga harus
digunakan untuk mengembalikan fungsi dan kekuatan. Lingkungan air dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dan kapasitas pasien tertentu dengan nyeri
kronis, dan motoric ES, biofeedback EMG, dan olahraga air dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan otot pada pasien yang lemah. Dalam pengobatan nyeri kronis, tirah
baring harus dihindari karena dapat mengakibatkan kelemahan dan penurunan fungsi,
seperti halnya perawatan agen fisik pasif yang diberikan oleh dokter karena pasien dapat
menjadi tergantung pada dokter daripada meningkatkan keterampilan koping mereka
sendiri. Penerapan agen fisik pengontrol rasa sakit secara bijaksana oleh pasien dapat
diindikasikan ketika ini membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi rasa
sakit dalam jangka panjang; namun, penting agar intervensi tersebut tidak mengganggu
aktivitas fungsional pasien secara berlebihan. Misalnya, stimulasi saraf listrik transkutan
(TENS) diterapkan pada pasien untuk meringankan atau mengurangi nyeri punggung kronis
memungkinkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaan sehingga meningkatkan fungsi; berbeda halnya, dengan meminta pasien
menggunakan kompres panas selama 20 menit setiap beberapa jam akan mengganggu
kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas fungsional normal dan oleh karena itu tidak
direkomendasikan.

Referred Pain (Nyeri alih)

Jika nyeri pasien dialihkan ke area musculoskeletal dari organ internal atau dari area
musculoskeletal yang lain, agen fisik dapat digunakan untuk mengendalilannya; namun
sumber rasa sakit harus tetap diobati. Agen fisik pereda nyeri seperti termoterapi,
krioterapi, atau stimulasi elektrik dapat mengontrol nyeri alih dan mungkin sangat
bermanfaat pada masalah berkepanjangan atau tidak dapat dihilangkan. Sebagai contoh,
pembedahan dapat dilakukan untuk menghilangkan secara total nyeri akibat endometriosis,
akan tetapi endometriosis tidak menempatkan pasien dalam keadaan bahaya, karena itu
agen fisik atau farmakologi dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat pernyakit
tersebut.

Nyeri radikular pada ekstremitas yang disebabkan oleh disfungsi nerve root medulla
spinalis dapat diobati secara efektif dengan melakukan traksi tulang belakang atau dengan
agen fisik yang menyebabkan stimulasi sensorik pada dermatom yang terlibat, seperti
termoterapi, cryotherapy, atau stimulasi elektrik. Traksi tulang belakang sangat efektif
dalam keadaan ini karena dapat mengurangi kompresi nerve root, sehingga mengatasi
sumber nyeri, sedangkan stimulasi sensorik dapat memodulasi transmisi nyeri pada tingkat
medulla spinalis.
Nyeri akibat Keganasan

Pengobatan nyeri akibat keganasan berbeda dari pengobatan nyeri akibat penyebab lain
karena perawatan khusus harus dilakukan untuk menghindari penggunaan agen yang dapat
mendorong pertumbuhan atau metastasis jaringan ganas. Karena pertumbuhan keganasan
dapat dipercepat dengan meningkatkan sirkulasi lokal, agen seperti ultrasound dan diatermi,
dapat meningkatkan suhu dan sirkulasi jaringan dalam, sehingga tidak boleh digunakan di
area keganasan. Namun, pada pasien keganasan stadium akhir, intervensi ini dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien tetapi harus dengan persetujuan
pasien.

Comples Regional Pain Syndrome (CRPS)

Sindrom nyeri regional kompleks merupakan nyeri yang disebabkan akibat overaktivitas
system saraf simpatis. Agen fisik dapat digunakan untuk mengontrol nyeri CRPS. Secara
umum, stimulasi sensoris rendah pada area nyeri seperti rasa hangat, tidak terlalu dingin,
imersi air, atau terapi fluida ringan efektif, sedangkan stimulasi yang lebih agresif seperti
air panas, es, tidak dapat mengurangi nyeri.

Ekstensibilitas kolagen dan Pembatasan Gerak

Kolagen adalah protein pendukung utama kulit, tendon, tulang rawan, dan jaringan ikat.
Jaringan yang mengandung kolagen dapat memendek akibat imobilisasi dalam posisi
memendek ataupun digerakkan melalui rentang gerak (Range of Motion /ROM) yang
terbatas. Imobilisasi terjadi karena tidak digunakannya otot karena kelemahan atau cedera
saraf atau mungkin disebabkan oleh penggunaan perangkat eksternal seperti gips,
penyangga, atau fiksator eksternal. Gerakan mungkin dibatasi oleh gangguan internal,
nyeri, kelemahan, postur tubuh yang buruk, atau perangkat eksternal. Pemendekan otot,
tendon, atau kapsul sendi dapat menyebabkan ROM sendi terbatas. Untuk mengembalikan
jaringan lunak ke panjang fungsional normal sehingga memungkinkan gerakan penuh tanpa
merusak struktur lain, kolagen harus diregangkan. Kolagen dapat diregangkan paling
efektif dan aman saat extensibilitasnya terbaik. Karena ekstensibilitas kolagen meningkat
akibat peningkatan suhu, agen termal sering digunakan sebelum melakukan peregangan
(Gambar 1.1). Proses pembentukan dan penanganan restriksi dibahas pada Bab 6

Gambar 1.1 Ekstensibilitas Kolagen dan Suhu

Agen Fisik untuk mengobati Gerakan Terbatas

Agen fisik dapat menjadi terapi tambahan yang efektif pada gerakan terbatas yang
disebabkan oleh kelemahan otot, nyeri, pemendekan jaringan, kontraktur tulang; namun
inervensi yang tepat untuk berbagai sumber pembatasan gerak ini bervariasi (Tabel 1.4)

Tabel 1.4 Agen fisik untuk mengobati Restriksi Pergerakan


Sumber Restriksi Tujuan Tatalaksana Agen efektif Agen kontraindikasi
Kelemahan Otot Meningkatkan Latihan di air, Imobilisasi
kekuatan otot Motor ES, EMG
Biofeedback
Nyeri
Saat istirahat dan Mengatasi nyeri Stimulasi elektrik, Latihan
bergerak krioterapi, SWT,
traksi spinal, EMG
Biofeedback
Hanya saat gerak Mengatasi nyeri Stimulasi elektrik, Latihan
Merangsang krioterapi, SWT,
regenerasi jaringan
Pemendekan Meningkatkan Thermoterapi Terapi dingin yang
jaringan lunak ekstensibilitas lama
jaringan

Meningkatkan Thermoterapi atau


Panjang jaringan pemijatan dingin
singkat dan
peregangan
Kontraktur tulang Menghilangkan Tidak ada Meregangkan sendi
blok yang terhambat

Kompensasi Latihan
Thermoterapi atau
pemijatan dingin
singkat dan
peregangan

Ketika gerakan aktif dibatasi oleh kelemahan otot, terapi sebaiknya bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Hal ini dapat dicapai dengan kontraksi otot yang terbebani
secara berulang melalui Latihan aktif dan dapat ditingkatkan dengan Latihan di air atau
motoric ES. Air memberikan dukungan untuk memungkinkan otot yang lebih lemah
menggerakkan sendi melalui ROM yang lebih besar dan dapat memberikan resistensi
terhadap otot yang lebih kuat. Motoric ES dapat secara khusus melatih serat otot yang lebih
besar, mengiolasi kontraksi otot tertentu, dan secara tepat mengontrol waktu dan jumlah
kontraksi otot. Ketika ROM dibatasi karena kelemahan otot, istirahat dan imobilisasi
dikontraindikasikan karena membatasi penggunaan aktif otot yang melemah akan semakin
mengurangi kekuatannya, dan memperburuk pembatasan gerak yang ada.
Ketika gerakan dibatasi oleh rasa sakit, pemilihan pengobatan akan tergantung pada apakah
rasa sakit itu terjadi saat istirahat dan dengan gerakan atau terjadi sebagai respons terhadap
gerakan aktif atau pasif saja. Ketika gerakan dibatasi oleh rasa sakit yang hadir saat
istirahat dan saat bergerak, tujuan pengobatan pertama adalah untuk mengurangi keparahan
nyeri. Hal ini dapat dicapai, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dengan penggunaan
stimulasi elektrik , cryotherapy, thermotherapy, atau SWT. Jika rasa sakit dan pembatasan
gerak terkait dengan kompresi spinal, traksi spinal dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan gerakan. Ketika nyeri muncul hanya dengan gerakan aktif, ini
menunjukkan cedera jaringan kontraktil, seperti otot atau tendon, tanpa ruptur total. Ketika
gerakan aktif dan pasif dibatasi oleh rasa sakit, jaringan nonkontraktil, seperti ligamen atau
meniskus terlibat. Agen fisik dapat membantu memulihkan gerakan setelah cedera pada
jaringan kontraktil atau nonkontraktil dengan merangsang regenerasi jaringan atau dengan
mengendalikan rasa sakit, yang telah dijelaskan.

Ketika gerakan aktif dan pasif dihambat oleh pemendekan jaringan lunak ataupun
kontraktur tulang, hambatan pergerakan biasanya tidak disertai dengan rasa nyeri.
Pemendekan jaringan dapat dihilangkan dengan peregangan dan penggunaan agen thermal
dapat digunakan sebelum melakukan peregangan karena meningkatan ektensibilitas
sehingga regangan lebih aman dan efektif. Agen termal yang ideal bergantung Panjang,
ukuran dan kontur jaringan yang ingin dirawat. Deep heating agent, seperti ultrasound atau
diatermi, sebaiknya digunakan ketika pergerakan dibatasi oleh pemendekan jaringan bagian
dalam seperti kapsul sendi, sedangkan superficial heating agent, seperti Hot packs,
paraffin, pusaran air hangat, atau lampu infrared sebaiknya digunakan ketika pembatasan
gerakan pada jaringan lebih superfisial seperti kulit atau fascia subkutan. Ultrasonografi
digunakan untuk merawat area kecil dari jaringan dalam, sedangkan diatermi lebih sesuai
untuk area yang lebih luas. Hot Packs dapat digunakan pada area luas atau kecil pada
jaringan superfisial dengan kontur lebih sedikit. Parrafin atau pusaran air lebih cocok untuk
daerah kecil dengan kontur lebih luas. Lampur infrared dapat digunakan untuk
memanaskan daerah lebih besar atau kecil, tetapi panas lebih tersalurkan pada daerah yang
permukaannya relatif lebih rata. Karena peningkatan ekstensibilitas jaringan saja tidak akan
mengurangi pemendekan jaringan lunak, agen termal harus digunakan bersama dengan
teknik peregangan untuk meningkatkan panjang jaringan lunak dan mengurangi
pembatasan gerak yang disebabkan oleh pemendekan jaringan lunak. Cryotherapy singkat,
seperti pijat es singkat atau semprotan vapocoolant, dapat digunakan sebelum peregangan
untuk memfasilitasi peningkatan panjang otot yang lebih besar dengan mengurangi
ketidaknyamanan peregangan; namun, cryotherapy yang berkepanjangan tidak boleh
digunakan sebelum peregangan karena pendinginan menurunkan ekstensibilitas jaringan
lunak.

Ketika kontraktur tulang membatasi gerak, tujuan intervensi adalah untuk menghilangkan
blok atau untuk mengkompensasi hilangnya gerakan. Agen fisik tidak dapat menghilangkan
kontraktur tulang, tetapi dapat membantu dengan kompensasi kehilangan gerak dengan
memfasilitasi peningkatan gerakan pada sendi lain. Gerakan dapat ditingkatkan pada sendi
lain dengan penggunaan termoterapi atau cryotherapy singkat dengan peregangan.
Perawatan tersebut harus diterapkan dengan hati-hati untuk menghindari cedera,
hipermobilitas, dan jenis disfungsi lainnya pada sendi yang sebelumnya normal.
Menerapkan gaya peregangan pada sendi yang terhalang oleh obstruksi tulang tidak
dianjurkan karena gaya ini tidak akan meningkatkan ROM pada sendi tersebut dan dapat
menyebabkan peradangan dengan menyebabkan trauma pada struktur intraartikular.

Tonus Otot

Tonus otot merupakan tegangan dasar yang berfungsi untuk kontraksi otot. Tonus otot
dipengaruhi oleh faktor saraf dan biomekanik dan bervariasi terutama merespon patologi,
permintaan yang diharapkan, nyeri, dan posisi. Tonus otot yang abnormal biasanya
merupakan akibat langsung dari patologi saraf atau mungkin merupakan sekuel sekunder
dari nyeri yang diakibatkan oleh cedera pada jaringan lain.

Cedera sistem saraf pusat, seperti yang pada trauma kepala atau stroke, dapat
mengakibatkan peningkatan atau penurunan tonus otot di daerah yang terkena, sedangkan
cedera saraf motorik perifer, seperti yang terjadi pada kompresi saraf, traksi, atau
pemotongan, dapat menurunkan tonus otot di daerah yang terkena. Sebagai contoh, pasien
yang mengalami stroke mungkin mengalami peningkatan tonus otot fleksor ekstremitas atas
dan otot ekstensor ekstremitas bawah pada sisi yang sama, sedangkan pasien yang
mengalami cedera kompresi pada saraf radial dan karena saraf tersebut melewati alur radial
di lengan, akan mengalami penurunan tonus di pergelangan tangan dan ekstensor jari.

Nyeri dapat meningkatkan atau menurunkan tonus otot. Tonus otot dapat meningkat pada
pada area cedera untuk membebat area tersebut dan membatasi gerakan, atau tonus dalam
area yang mengalami nyeri dapat dikurangi untuk menghambat gerakan. Meskipun belat
pelindung (protective splinting) dapat mencegah cedera lebih lanjut dari aktivitas
berlebihan, ini dapat mengganggu sirkulasi jika berkepanjangan, sehingga memperlambat
atau mencegah penyembuhan. Penurunan tonus otot akibat nyeri—seperti yang terjadi,
misalnya, dengan hipotonisitas refleksif (penurunan tonus otot) pada ekstensor lutut yang
menyebabkan tekuk lutut saat ekstensi lutut terasa nyeri—dapat membatasi aktivitas.

Agen fisik dapat mengubah tonus otot secara langsung dengan mengubah konduksi saraf,
sensitivitas saraf, atau sifat biomekanik otot atau secara tidak langsung dengan mengurangi
rasa sakit atau penyebab yang mendasari rasa sakit. Menormalkan tonus otot umumnya
mengurangi keterbatasan fungsional dan kecacatan, memungkinkan individu untuk
meningkatkan kinerja aktivitas fungsional dan terapeutik. Mencoba menormalkan tonus
otot dapat meningkatkan hasil yang lebih baik dari teknik perawatan pasif seperti mobilisasi
atau pemosisian pasif. Proses yang mendasari perubahan tonus otot dibahas sepenuhnya
dalam Bab 5.

Agen Fisik untuk abnormalitas Tonus

Agen fisik dapat memodifikasi secara sementara hipertonisitas, hipotonisitas otot dan tonus
(Tabel 1.5). Hipertonisitas dapat dikurangi secara langsung melalui aplikasi hangat atau
cryoterapi berkepanjangan pada otot hipertonik atau dapat dikurangi secara tidak langsung
dengan stimulasi kontraksi otot antagonisnya dengan Motor Level ES. Stimulasi otot
antagonis secara tidak langsung mengurang hipertonisitas karena aktivitas dari otot ini
menyebabkan otot secara refleks mengalami relaksasi dan mengurangi tonus pada otot
antagonis. Di masa lalu, stimulasi otot hipertrofi dengan motor level ES tidak
direkomendasikan karena dapat menyebabkan peningkatan tonus otot ; akan tetapi studi
yang sekarang mengindikasikan bahwa Stimulasi elektrik pada otot yang mengalami
hipertonisitas meningkatkan fungsi, karena peningkatan kekuatan dan kontrol dari otot
tersebut.

Pada pasien dengan hipotonisitas otot, di mana tujuan intervensi adalah untuk
meningkatkan tonus, quick icing atau motoric level ES otot hipotonik mungkin bermanfaat.
Sebaliknya, penggunaan panas pada otot-otot ini biasanya harus dihindari karena dapat
mengurangi tonus otot lebih lanjut. Pada pasien dengan tonus yang berfluktuasi, yang
tujuan pengobatannya adalah untuk menormalkan tonus, stimulasi elektrik fungsional dapat
diterapkan untuk menyebabkan otot berkontraksi pada waktu yang tepat selama aktivitas
fungsional. Misalnya, jika pasien tidak dapat mempertahankan genggaman fungsional
karena mereka tidak dapat mengontraksikan ekstensor pergelangan tangan saat
mengkontraksikan fleksor jari, stimulasi elektrik dapat menginduksi ekstensor pergelangan
tangan untuk berkontraksi pada waktu yang tepat selama menggenggam aktif.

Kontraindikasi Umum dan Kewaspadaan untuk Penggunaan Agen Fisik

Pembatasan penggunaan intervensi pengobatan tertentu dikategorikan sebagai


kontraindikasi atau tindakan pencegahan. Kontraindikasi adalah kondisi di mana
pengobatan tertentu tidak boleh diterapkan, dan tindakan pencegahan adalah kondisi di
mana bentuk pengobatan tertentu harus diterapkan dengan perhatian atau batasan khusus.
Istilah kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif dapat digunakan masing-masing
sebagai pengganti kontraindikasi dan tindakan pencegahan.

Meskipun kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk penerapan agen fisik tertentu
bervariasi, terdapat kondisi yang merupakan kontraindikasi atau tindakan pencegahan
penggunaan sebagian besar agen fisik. Oleh karena itu, kehati-hatian harus digunakan
ketika menerapkan agen fisik pada pasien yang memiliki salah satu dari kondisi ini. Pada
pasien dengan kondisi seperti ini, sifat pembatasan, sifat dan distribusi efek fisiologis agen
fisik, dan distribusi energi yang dihasilkan oleh agen fisik harus dipertimbangkan.
Kontraindikasi
Untuk aplikasi agen fisik
- Kehamilan
- Keganasan
- Pacemaker atau alat implant
elektronik
- Gangguan sensasi
- Gangguan mental

Kehamilan

Kehamilan secara umum merupakan kontraindikasi atau harus diwaspadai terhadap aplikasi
dari agen fisik jika energi yang dihasilkan agen fisik berasal dari agen yang dapat mencapai
fetus. Pembatasan dilakukan karena energi tersebut dapat memengaruhi perkembangan
fetus.

Keganasan

Keganasan bersifat kontraindikasi atau harus diwaspadai untuk penerapan agen fisik jika
energi yang dihasilkan oleh agen atau efek fisiologisnya dapat mencapai jaringan ganas
atau mengubah sirkulasi ke jaringan tersebut. Beberapa agen fisik diketahui dapat
mempercepat pertumbuhan, atau metastasis, jaringan ganas. Efek ini dianggap hasil dari
peningkatan sirkulasi atau fungsi seluler yang berubah.

Pacemaker atau Alat Impan Elektrik

Penggunaan agen fisik bersifat kontradiktif dan harus diwaspadai ketika energi dari agen
yang digunakan memengaruhi pacemaker atau alat implant elektrik (seperti deep brain
stimulator, spinal cord stimulator, implanted cardioverter defibrillator) karena energi yang
dihasilkan oleh agen dapat mengganggu fungsi dari alat implant

Gangguan sensasi dan mental


Gangguan sensasi dan mental merupakan kontraindikasi dan harus diwaspadai terhadap
penggunaan agen fisik karena Batasan penerapan dari agen ini ialah laporan pasien tentang
bagaimana perasaan mereka. Misalnya untuk Sebagian besar agen termal, laporan pasien
seperti sensasi panas yang nyaman ataupun menyakitkan digunakan untuk menentukan
intensitas perawatan. Jika pasien tidak dapat merasakan panas atau nyeri karena gangguan
sensasi atau tidak dapat melaporkan sensasi panas secara akurat dan konsisten akibat
gangguan mental atau factor lain seperti tidak bisa berkomunikasi, penggunaan terapi tidak
aman dan bersifat kontraindikasi.

Meskipun kondisi ini memerlukan kehati – hatian dalam penggunaan agen fisik, beberapa
hal perlu dipertimbangkan sebelum interverensi digunakan ataupun ditolak. Misalnya,
meskipun ultrasound pada pasien hamil dikontraindikasikan di area manapun karena
ultrasound dapat memengaruhi janin, agen fisik ini dapat diterapkan pada ekstremitas distal
pasien karena penetrasi ultrasound dangkal dan terbatas pada area yang dekat dengan
aplikator. Secara kontras, penggunaan diatermi tidak direkomendasikan pada bagian tubuh
mana pun pada pasien hamil karena radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dapat
mencapai area yang lebih jauh. Kontraindikasi spesifik dan kewaspadaan sebelum
melakukan aplikasi dari agen fisik dapat dilihat pada bagian kedua dari buku ini

Evaluasi dan Rencana Penggunaan Agen Fisik

Agen fisik mempunyai efek langsung terutama pada tingkat kerusakan. Efek ini dapat
meningkatkan aktivitas dari pasien. Contohnya, untuk pasien dengan nyeri yang
mengganggu gerakan, arus listrik dapat digunakan untuk merangsang saraf sensorik untuk
mengontrol rasa sakit dan memungkinkan pasien untuk meningkatkan gerakan dan dengan
demikian meningkatkan aktivitas, seperti mengangkat benda, dan partisipasi, seperti
kembali bekerja Agen fisik juga dapat meningkatkan efektivitas intervensi lain dan
umumnya harus digunakan untuk memfasilitasi program pengobatan aktif. Contohnya,
Hotpacks dapat diterapkan sebelum peregangan untuk meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak superfisial dan mempromosikan peningkatan Panjang jaringan lunak yang
lebih aman dan efektif ketika pasien melakukan peregangan.
Ketika mempertimbangkan penerapan agen fisik, seseorang harus terlebih dahulu
memeriksa rujukan dokter, untuk melihat diagnosis kondisi medis pasien dan tindakan
pencegahan yang diperlukan. Kewaspadaan adalah kondisi di mana perlakuan tertentu
harus diterapkan dengan perhatian khusus atau pembatasan. Pemeriksaan terapis harus
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, riwayat pasien, mencakup informasi tentang riwayat
keluhan saat ini, riwayat medis yang relevan, dan informasi tentang tingkat aktivitas fisik
saat ini dan yang diharapkan. Temuan pemeriksaan dan survei bukti yang tersedia dalam
literatur yang diterbitkan harus dipertimbangkan bersama-sama untuk menetapkan
prognosis dan memilih intervensi dan rencana perawatan, termasuk tujuan yang
diantisipasi. Rencana ini dapat dimodifikasi seperti yang ditunjukkan melalui pemeriksaan
ulang dan evaluasi ulang yang berkelanjutan. Proses mengikuti perkembangan bukti klinis
terbaru dibahas secara lebih rinci di Bab 2, dan urutan pemeriksaan, evaluasi, dan intervensi
mengikuti studi kasus yang dijelaskan di Bagian II dari buku ini.

Menentukan Agen Fisik

Agen fisik umumnya membantu rehabilitasi dengan mengurangi inflamasi, nyeri dan
pembatasan gerakan; regenerasi jaringan; meningkatkan tonus otot. Pedoman untuk
memilih interverensi yang sesuai berdasarkan efek langsung dari agen fisik diperlihatkan
dalam bentuk naratif dan dirangkum pada tabel 1.2 – tabel 1.5. Jika pasien datang dengan
lebih dari satu masalah dan memiliki banyak tujuan untuk pengobatan, hanya sejumlah
tujuan yang harus ditangani pada satu waktu. Secara umum direkomendasikan bahwa
masalah utama dan masalah yang paling mungkin untuk merespon intervensi yang tersedia
harus ditangani terlebih dahulu; namun, intervensi yang ideal akan memfasilitasi kemajuan
di sejumlah bidang (gambar 1.2). Misalnya, jika seorang pasien mengalami nyeri lutut yang
disebabkan oleh peradangan sendi akut, pengobatan pertama-tama harus diarahkan untuk
mengatasi peradangan; namun, intervensi yang ideal juga akan membantu menghilangkan
rasa sakit. Ketika masalah mendasar utama, seperti radang sendi, tidak memperoleh
manfaat langsung dari intervensi dengan agen fisik, pengobatan dengan agen fisik masih
dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala sisa dari masalah ini, seperti nyeri
atau bengkak
Gambar 1.2 Memprioritaskan tujuan dan efek pengobatan

Perimbangan Dalam Memilih Agen Fisik

Adanya variasi dari agen fisik yang tersedia dan karakteristik unik dari tiap pasien, sangat
membantu untuk membuat pendekatan secara sistematis untuk memilih agen fisik yang
ideal untuk digunakan (gambar 1.3)

Pertimbangan pertama seharusnya ialah tujuan dari interverensi dan efek fisiologis yang
dibutuhkan untuk tercapainya tujuan tersebut. Jika pasien mengalami peradangan, nyeri,
keterbatasan gerak, atau masalah dengan tonus otot, penggunaan agen fisik mungkin tepat.
Melihat efek dari agen fisik tertentu pada kondisi ini adalah langkah selanjutnya. Setelah
menentukan agen fisik mana yang dapat meningkatkan kemajuan menuju tujuan yang
ditentukan, dokter harus memutuskan intervensi mana yang berpotensi efektif yang paling
sesuai untuk presentasi klinis pasien saat ini. Sesuai dengan aturan "Do Not Harm," semua
intervensi yang dikontraindikasikan harus ditolak dan semua tindakan pencegahan harus
dipatuhi. Jika beberapa metode akan efektif dan dapat diterapkan dengan aman, bukti yang
terkait dengan intervensi ini, kemudahan dan biaya penerapan, dan ketersediaan sumber
daya juga harus dipertimbangkan. Setelah memilih agen fisik, dokter harus memilih
parameter pengobatan yang ideal dan cara aplikasi dan kemudian harus mengintegrasikan
agen yang dipilih ke dalam program rehabilitasi yang lengkap.

Gambar 1.3 Pertimbangan dalam memilih agen Fisik

Karena agen fisik mempunyai level risiko yang berbeda, agen yang mempunyai factor
risiko terendah sebaiknya dipilih. Agen fisik dengan tingkat risiko yang rendah memiliki
dosis berpotensi berbahaya yang sulit dicapai atau jauh lebih besar daripada dosis
terapeutik yang efektif dan dengan demikian memiliki kontraindikasi yang mudah
dideteksi. Sebaliknya, agen fisik dengan tingkat risiko yang tinggi memiliki dosis
terapeutik efektif yang mendekati dosis yang berbahaya dan memiliki kontraindikasi yang
lebih sulit dideteksi. Misalnya, Hot packs yang dipanaskan dalam air panas dan digunakan
dengan insulasi yang cukup memiliki risiko yang rendah: meskipun dapat memanaskan
jaringan superfisial ke tingkat terapeutik dalam 15 hingga 20 menit, mereka tidak akan
menyebabkan luka bakar jika diterapkan untuk waktu yang lama karena Hot pack akan
terlebih dahulu mendingin segera setelah dikeluarkan dari air panas. Sebaliknya, radiasi UV
memiliki risiko yang tinggi: sedikit peningkatan durasi pengobatan, misalnya, mengubah
durasi dari 5 menjadi 10 menit atau menggunakan durasi pengobatan yang sama untuk
pasien dengan sensitivitas kulit yang berbeda, dapat mengubah efek pengobatan dari terapi
menyebabkan luka bakar yang parah. Diatermi juga memiliki risiko yang tinggi karena ia
lebih suka memanaskan logam, yang mungkin sebelumnya tidak terdeteksi, dan dapat
membakar jaringan yang ada di dekat benda logam apa pun di bidang perawatan.
Umumnya agen fisik dengan risiko tinggi direkomendasikan jika agen dengan risiko lebih
rendah tidak akan seefektif dan perawatan khusus harus dilakukan untuk meminimalkan
risiko ketika agen ini digunakan.

Penggunaan Agen Fisik Kombinasi atau dengan interverensi yang lain

Untuk kemajuan menuju tujuan intervensi, sejumlah agen fisik dapat digunakan secara
bersamaan dan berurutan, dan agen fisik sering digunakan dalam hubungannya dengan
intervensi lainnya selama sesi pengobatan. Intervensi umumnya digabungkan ketika
mereka memiliki efek yang sama atau ketika mereka menangani aspek yang berbeda dari
serangkaian gejala yang umum. Misalnya, splinting, es, Pulsed ultrasound, laser, SWT dan
fonoforesis atau iontophoresis dapat diguakan selama fase inflamasi akut dari
penyembuhan luka. Splinting dapat mencegah kerusakan lebih lanjur; es dapat mengurangi
nyeri dan membatasi sirkulasi; pulsed ultrasound, laser dan SWT dapat merangsang
proliferasi ; dan fonoforesis dan iontophoresis membatasi respon inflamasi. Selama fase
proliferasi, panas, motor level ES dan Latihan dapat digunakan; es atau interverensi
pengontrol inflamasi dapat dilanjutkan setelah Latihan untuk mencegah terjadinya
inflamasi yang berulang.

Rest (Istirahat), Ice (Es), Compression (Kompresi) dan Elevation (elevasi) / RICE sering
digabung untuk terapi dari inflamasi dan edema karena interverensi ini dapat mengontrol
edema dan inflamasi. Istirahat membatasi kerusakan lebih lanjut, es mengurangi sirkulasi
dan inflamasi, kompresi mengeluarkan tekanan hidrostatis keluar dari pembuluh darah, dan
elevasi menurunkan tekanan hidrostatis pada pembuluh darah untuk menurunkan tekanan
filtrasi kapiler pada ujung arteri dan memfasilitasi aliran balik vena dan limfatik dari
tungkai. Stimulasi listrik dapat ditambahkan untuk mengontrol inflamasi dan
pembentukann edema dengan cara menolak sel darah merah bermuatan negative dan ion
negative yang berhubungan dengan inflamasi.
Ketika tujuan intervensi adalah untuk mengontrol nyeri, sejumlah agen fisik dapat
digunakan untuk mempengaruhi mekanisme kontrol nyeri yang berbeda. Misalnya,
cryotherapy atau termoterapi dapat digunakan untuk memodulasi transmisi nyeri di medulla
spinalis, sedangkan motor level ES dapat digunakan untuk memodulasi nyeri dengan
merangsang pelepasan endorphin. Agen fisik ini dapat dikombinasikan dengan intervensi
pengontrol rasa sakit lainnya seperti obat-obatan dan dapat digunakan bersama dengan
perawatan seperti mobilisasi sendi dan latihan stabilisasi dinamis, yang dimaksudkan untuk
mengatasi gangguan mendasar yang menyebabkan rasa sakit.

Ketika tujuan intervensi adalah untuk mengubah tonus otot, berbagai agen fisik yang
memodifikasi tonus atau intervensi lain dapat diterapkan selama atau sebelum aktivitas
untuk meningkatkan gerakan yang lebih normal dan untuk meningkatkan kemanjuran aspek
pengobatan lainnya. Misalnya, es dapat diterapkan selama 30 hingga 40 menit ke kaki
pasien dengan hipertonisitas fleksor plantar pergelangan kaki yang disebabkan oleh stroke
untuk mengontrol sementara hipertonisitas otot-otot ini, sehingga meningkatkan pola gaya
berjalan yang lebih normal selama pelatihan gaya berjalan. Karena mempraktikkan gerakan
normal dapat memfasilitasi pemulihan pola gerakan yang lebih normal, perawatan
semacam itu dapat meningkatkan hasil yang lebih baik.

Ketika tujuan intervensi adalah untuk menyembuhkan pemendekan jaringan lunak, aplikasi
agen termal sebelum atau selama peregangan atau mobilisasi dianjurkan untuk
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak, sehingga
meningkatkan efikasi dari pengobatan dan lebih aman. Misalnya, Hot packs sering
diterapkan bersamaan dengan traksi mekanis untuk membantu mengendurkan otot-otot
paraspinal dan meningkatkan ekstensibilitas superfisial jaringan lunak pada area traksi.

Agen fisik umumnya digunakan lebih banyak pada sesi rehabilitasi awal ketika peradangan
dan kontrol nyeri adalah prioritas, dan makin lama seiring dengan perkembangan cedera,
intervensi lebih aktif atau agresif, seperti olahraga atau mobilisasi pasif. Kemajuan dari
satu agen fisik ke agen fisik lainnya atau dari penggunaan agen fisik ke intervensi lain
harus didasarkan pada perjalanan masalah pasien. Contohnya, hydroterapi dapat digunakan
untuk membersihkan luka terbuka selama fase awal cedera; akan tetapi saat luka sudah
bersih, hidroterapi sebaiknya dihentikan dan Stimulasi elektrik sebaiknya dimulai untuk
merangsang deposit Kolagen.

Dokumentasi

Dokumentasi mencakup memasukkan informasi pasien ke dalam rekam medis, baik secara
tertulis, didikte, atau diketik pada computer. Tujuan dari dokumentasi ialah
menghubungkan temuan klinis, evaluasi, intervensi dan rencana tenaga Kesehatan;
berfungsi sebagai catatan jangka Panjang dan mendukung untuk pembayaran layanan yang
diberikan pada pasien.

Dokumentasi pasien ditulis dengan format yang berbagai macam, tapi secara tradisional
ditulis dengan format SOAP yang terdiri dari empat segmen yaitu Subjektif (S), Objektif
(O), assessmen (A), dan Plan (P). Dalam setiap komponen catatan SOAP, detailnya
bervariasi bergantung kondisi dan penilaian pasien serta interverensi yang diterapkan.
Secara umum, ketika penggunaan agen fisik didokumentasikan, informasi tentang agen
yang digunakan harus disertakan, demikian juga rincian area tubuh yang dirawat; durasi
interverensi, parameter dan hasil, termasuk kemajuan pengobatan; dan regresi atau
komplikasi yang timbul dari penerapan agen fisik.

Berikut contoh catatan SOAP yang ditulis setelah penggunaan Hot Packs pada punggung
bagian bawah.

S : Pasien mengeluhkan nyeri punggung bagian bawah, pasien juga tidak dapat duduk lama
sehingga sulit untuk menulis

O : Sebelum pengobatan : Nyeri 7/10. Gerakan membungkuk kedepan dan kesampung


mengalami hambatan 50% karena nyeri dan spasme otot. Pasien tidak dapat menulis

Intervensi : Hot Packs pada punggung bagian bawah, 20 menit, Pasien posisi prone, 6 lapis
handuk. Pasien melakukan single knee to chest 2 x 10, double knee to chest 2 x10

Setelah pengobatan : Nyeri 4/10. Gerakan bungkuk kedepan meningkat, hambatan 20%.
Pasien diinstruksikan untuk program SKTC dan DKTC di rumah 3 x 10 tiap hari
A : Nyeri berkurang, gerakan bungkuk kedepan

P : Melanjutkan penggunan Hot pack sebelum melakukan peregangan dan melanjutkan


Latihan fisik

Anda mungkin juga menyukai