EFUSI PLEURA
1
Laporan Kasus
Identitas:
• Nama: Tn. Amir
• Tanggal lahir: 13 Mei 1966 (55 tahun)
• Jenis kelamin: Laki-laki
• Alamat: Jl. Seimengkadu
• Agama: Islam
• Suku: Bugis
• Tanggal datang: 11 April 2022 jam 12.53
Asesmen Medis
• Keluhan Utama: sesak
• Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak sejak 10 hari SMRS.
Sesak dirasakan setiap harinya semakin memberat sampai pasien tidak bisa tidur berbaring.
Sesak tidak berkurang dengan istirahat ataupun perubahan posisi.
Batuk (-), demam (-), pilek (-), nyeri dada (-)
Penurunan nafsu makan disangkal
Penurunan berat badan disangkal
Riwayat menjalani pengobatan lama (-)
Riwayat kontak dengan orang batuk lama (-)
Riwayat merokok lebih dari 10 tahun.
• Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada
• Riwayat pengobatan sebelumnya: tidak ada
• Riwayat alergi: tidak diketahui
Vital sign
• Tekanan darah: 130/90
• Heart rate: 104 kali per menit
• Respiratory rate: 30 kali per menit
• SpO2: 88% room air
• Suhu: 36.5
2
• GCS: E4V6M5
• Kesadaran: Komposmentis
• Keadaan umum: sakit berat
Pemeriksaan fisik
• Mata: dalam batas normal, anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT: dalam batas normal, tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), pembesaran KGB (-)
• Jantung: S1/S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
• Paru:
Stem fremitus
Dextra = Sinistra
Dextra > Sinistra
Dextra > Sinistra
Dextra > Sinistra
3
Diagnosis Sementara
• Obs dyspnea ec. Susp efusi pleura
Diagnosis Banding
• Hemothora
• Tumor paru
Tatalaksana IGD
• O2 nasal kanul 2-4 lpm
• RL 20 tpm
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Nilai Normal
Leukosit 14.490 4.000-11.000
Eritrosit 3.980.000 4.000.000– 5.000.000
Hemoglobin 10.6 12.3 – 15.3
Hematocrit 32.8 35 – 47
MCV 82.4 80 - 96
MCH 26.6 28 – 33
MCHC 32.3 33 - 36
Trombosit 557.000 150.000 – 400.000
RDW-SD 41.8 35 - 56
RDW-CV 13.8 11 - 16
PDW 7.7 15 - 17
MPV 8.0 7.0 – 11
Neutrophil 84.6 51 - 67
Limfosit 6.3 25 - 33
Monosit 8.8 2–5
Eusinofil 0.2 0–4
Basofil 0.1 0–1
4
Pemeriksaan Nilai Normal
SARS-Cov19 Negative Negative
Gula darah sewaktu 122 <130
Ureum 49 16,6-48,5
Kreatinin 1,22 <1,2
SGOT 31 0-40
SGPT 34 0-41
Bilirubin total 0,53 <1,0
Bilirubin direk 0,12 <0,25
Rontgen Thorax
5
Pemeriksaan Sitologi (11 April 2022)
Makroskopik: diterima cairan pleura sebanyak 1liter berwarna hijau kemerahan
Mikroskopik: sampel apus sediaan cairan pleura terdiri dari massa nekrotik, sel-sel limfodit yang
tersebar, 1-2 histiosit.
Tidak tampak sel tumor ganas
Kesimpulan: tidak ditemukan sel tumor ganas pada cairan pleura
6
Diagnosis kerja
• Efusi pleura sinistra
7
Follow Up
Tanggal S O A P
11 April 2022 Sesak (+) TD 130/80 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 39.7 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 160 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 30 Evakuasi cairan pleura sinistra 1500 cc
SpO2: 96% reddish
12 April 2022 Sesak (+) TD 106/71 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.7 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 133 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 26 Evakuasi cairan pleura sinistra 1500 cc
SpO2 96% reddish
13 April 2022 Sesak (+) TD101/70 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.0 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 128 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 26 Evakuasi cairan pleura sinistra 700 cc
SpO2 98% reddish – pasien tidak kuat
Total cairan dievakuasi 2220
14 April 2022 Sesak ¯ TD 99/72 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.2 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 120 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 24 Evakuasi cairan pleura sinistra 1300 cc
SpO2 98% reddish
BB: 51.8 Total cairan dievakuasi 3530
15 April 2022 Sesak ¯ TD 107/73 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.2 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 106 Lasal + Pulmicort nebulizer 3x/hari
RR: 24 Punksi cairan pleura sinistra 1 cc reddish
SpO2: 98% Total cairan dievakuasi 3531
BB: 51.8
8
Efusi Pleura
9
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru yang dapat
dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek
tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura
dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura
kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan
antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik
dari protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan
cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis
sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura.1
10
Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India pada tahun 2017 melaporkan 1.000
pasien efusi pleura dengan tuberkulosis sebagai penyebab terbanyak dan malignansi sebagai
penyebab terbanyak kedua.5
Penelitian terhadap 119 pasien efusi pleura di Indonesia, melaporkan karakteristik efusi
pleura paling banyak berupa cairan eksudat sebesar 87%, dengan penyebab terbanyak tuberkulosis
(42%). Sementara cairan transudat hanya dilaporkan sebesar 13%, paling banyak disebabkan oleh
gagal jantung, diikuti sirosis hepar, serta gagal ginjal.5
11
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan ini sehingga terjadi akumulasi cairan
pleura.7
Cairan pleura transudat terjadi akibat ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik.
Tekanan hidrostatik sistem vaskular pleura parietal akan mendorong cairan interstisial ke kavum
pleura sehingga terjadi akumulasi cairan transudat yang kadar proteinnya lebih rendah dari serum.
Penyakit yang umum menyebabkan cairan pleura transudat adalah penyakit jantung kongestif, dan
sirosis.7
Cairan pleura eksudat terjadi akibat inflamasi pleura. Inflamasi parenkim/pleura akan
meningkatkan permeabilitas sel mesotel dan kapiler sehingga terjadi akumulasi cairan di kavum
pleura. Selain itu, terganggunya drainase limfatik juga merupakan proses yang dapat menyebabkan
terjadinya cairan pleura eksudat ini. Akibat peningkatan permeabilitas membran pleura, cairan
yang terakumulasi akan memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari serum. Contoh kondisi yang
umum menyebabkan cairan pleura eksudat adalah infeksi dan malignansi.7
12
atelektasis. Gesekan pleura dapat dijumpai jika terjadi iritasi di pleura, tetapi kadang juga sulit
dijumpai dari auskultasi sampai cairan terevakuasi.8
Radiografi dada biasanya merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan ketika
mengevaluasi efusi pleura. Foto posteroanterior umumnya akan menunjukkan adanya efusi pleura
ketika ada sekitar 200 ml cairan pleura, dan foto lateral akan terinterpretasi abnormal ketika
terdapat sekitar 50 ml cairan pleura.9
Ultrasonografi thoraks juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi
pleura karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi cairan pleura daripada
pemeriksaan klinis atau radiografi toraks. Karakteristik yang juga dapat dilihat pada USG dapat
membantu menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks. Efusi sederhana dapat
diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura dengan echotexture homogen seperti yang
terlihat pada sebagian besar efusi transudatif, sedangkan efusi yang kompleks bersifat echogenic,
sering terlihat septasi di dalam cairan, dan selalu eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat
melakukan thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedural.9
Torakosintesis yang dilanjutkan dengan analisis cairan pleura dapat dengan cepat
mempersempit diagnosis banding efusi pleura. Sebagian besar cairan pleura berwarna kekuningan.
Temuan ini tidak spesifik karena cairan berwarna kekuningan terdapat pada berbagai kasus efusi
pleura. Namun tampilan warna lain efusi pleura dapat membantu untuk mendiagnosis penyebab
efusi pleura. Cairan yang mengandung darah dapat ditemukan pada kasus pneumonia, keganasan,
dan hemotoraks. Jika warna cairan sangat keruh atau seperti susu maka sentrifugasi dapat
dilakukan untuk membedakan empiema dari kilotoraks atau pseudokilotoraks. Pada empiema,
cairan yang berada di bagian atasakan bersih sedangkan debris – debris sel akan mengendap di
bagian bawah, sedangkan pada kilotoraks ataupun pseudokilotoraks warna cairan akan tetap sama
karena kandungan lipid yang tinggi dalam cairan pleura. Cairan yang berwarna kecoklatan atau
kehitaman dicurigai disebabkan oleh abses hati oleh infeksi amuba dan infeksi aspergillus. Setelah
dilakukan torakosintesis, cairan harus langsung dikirim untuk analisis biokimia, mikrobiologi dan
pemeriksaan sitologi. Analisis biokimia cairan pleura meliputi menilai kadar protein, pH, laktat
dehydrogenase (LDH), glukosa, dan albumin cairan pleura. Karena rongga pleura terisi oleh
cairan, maka protein menjadi penanda yang penting untuk membedakan apakah cairan pleura
termasuk transudat atau eksudat.10
13
Pemeriksaan laboratorium analisis cairan pleura, penampilan makroskopis cairan pleura
harus diperhatikan saat dilakukan thoracentesis, karena dapat menegakkan diagnosis. Cairan bisa
sifatnya serosa, serosanguineous (ternoda darah), hemoragik, atau bernanah. Cairan berdarah
(hemoragik) sering terlihat pada keganasan, emboli paru dengan infark paru, trauma, efusi asbes
jinak, atau sindrom cedera jantung. Cairan purulen dapat dilihat pada empiema dan efusi lipid.
Sebagai tambahan. bau busuk dapat menyebabkan infeksi anaerob dan bau amonia menjadi
urinothorax. Karakterisasi cairan pleura sebagai transudat atau eksudat membantu menyingkirkan
diagnosis banding dan mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.9
14
berulang bukan pilihan yang tepat untuk penanganan efusi pleura ganas yang progresif.
Torakosintesis hanya mengurangi gejala untuk sementara waktu dan akan membutuhkan
kunjungan yang berulang ke rumah sakit untuk melakukannya.11
Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura meliputi indikasi diagnostik dan terapeutik:
1. Diagnostik
Saat melakukan torakosentesis, sampel cairan pleura dapat diambil dan
diperiksakan untuk menentukan penyebab efusi. Untuk pemeriksaan laboratorium
dibutuhkan 50 – 100 ml. Sebagian besar efusi pleura yang masih baru terukur lebih dari
10 mm pada foto toraks posisi lateral dekubitus, CT scan toraks, atau USG toraks.
2. Terapeutik
Tujuan lain dilakukan torakosentesis adalah untuk mengurangi gejala yang
ditimbulkan misalnya meringankan sesak napas yang diakibatkan jumlah cairan yang
besar dan membutuhkan evakuasi segera.
B. Pemasangan selang dada
Pemasangan selang dada dapat dilakukan pada pasien dengan efusi pleura ataupun
pneumotoraks dengan ukuran moderat sampai large, pasien dengan riwayat aspirasi cairan
pleura berulang, efusi pleura yang berulang, pada pasien yang dilakukan bedah toraks, pasien
dengan pneumotoraks yang berhubungan dengan trauma, hemotoraks, kilotoraks, empiema,
atau pada keadaan lain misalnya untuk pencegahan setelah tindakan pembedahan untuk
evakuasi darah dan mencegah tamponade jantung.12
15
Pembahasan
Pasien laki-laki berusia 55 tahun dating dengan keluhan sesak secara tiba-tiba sejak 10 hari
yang lalu. Sesak dirasa memberat setiap harinya dan tidak membaik dengan istirahat maupun
perubahan posisi. Keluhan sesak saat bernafas dan tidak membaik dengan perubahan posisi ini
membuatnya sulit untuk melakukan aktifitas. Keluhan sesak ini timbul akibat terjadinya timbunan
cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi patologis pada paru sehingga
ekspansinya terganggu dan sesak tidak disertai bunyi tambahan karena bronkus tetap normal.
Makin banyak timbunan cairan maka sesak makin terasa berat.
Pasien efusi pleura biasanya akan merasa lebih nyaman bila dalam posisi tubuh tegak
dibandingkan berbaring. Hal ini disebabkan karena pengaruh gravitasi sehingga cairan yang
terakumulasi di rongga pleura akan turun dan proses pengembangan paru dapat berjalan dengan
lebih baik, dibandingkan saat posisi berbaring yang menyebabkan cairan yang terakumulasi merata
pada rongga pleura sehingga lebih menganggu proses pengembangan paru atau ventilasi. Pada
pasien ini, sesak napas tidak bergantung oleh posisi. Pasien tetap merasa sesak saat posisi duduk
ataupun berbaring. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi efusi pleura yang masif.13
Dari pemeriksaan fisik pasien, didapatkan peningkatan laju respirasi sebesar 30x/menit dan
saat dilakukan pemeriksaan thorax, pasien tampak sesak, stem fremitus sinistra melemah, pekak
pada perkusi seluruh interkostalis hemithoraks sinistra, suara napas vesikuler melemah dan ronki
pada hemithoraks sinistra. Hal ini dapat menandakan adanya suatu kelainan di rongga thoraks,
bersifat unilateral, akibat akumulasi cairan pada rongga pleura sinistra.13
Untuk membantu menegakkan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Rontgen
thoraks adalah suatu strategi imaging yang paling sederhana untuk mengkonfirmasi adanya efusi
pleura. Rontgen thoraks dapat dilakukan dengan posisi AP, Lateral, dan dekubitus. Biasanya hasil
rontgen thoraks pasien efusi pleura menunjukkan adanya free-flowing pleural fluid, sudut
costofrenicus, dan Meniscus Sign (+).13 Pada pasien ini, gambaran rontgen thoraks sesuai dengan
gambaran rontgen thoraks efusi pleura karena perselubungan menutupi lebih dari setengah rongga
pleura bahkan hampir semua rongga pleura kiri tertutupi oleh cairan pada posisi AP.
Setelah dapat mengkonfirmasi adanya efusi pleura, maka langkah selanjutnya adalah
mengkonfirmasi penyebab terjadinya efusi pleura dengan melakukan thoracocentesis dan analisa
cairan pleura. Thoracocentesis direkomendasikan pada keadaan efusi pleura yang cukup banyak ,
16
suspek empyema masif, keganasan, atau pada neonatus. Thoracocentesis dikontraindikasikan pada
efusi pleura yang minimal atau kondisi non-komplikasi. Setelah dilakukan thoracocentesis maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis cairan pleura tersebut untuk mengetahui komponen kimia
cairan pleura.
Pada kasus ini pasien telah aspirasi cairan pleura dan dilakukan analisis cairan pleura. Pada
analisis cairan pleura didapatkan test rivalta positif. Hal ini menunjukkan efusinya dalam bentuk
eksudat. Apabila yang dominan sel polimorfonuklear menunjukkan adanya infeksi akut,
sedangkan sel mononuklear menunjukkan adanya infeksi kronik.14 Pada analisis pasien ini
ditemukan warna cairan merah dengan eritrosit sejumlah sel 550.000, leukosit 2.200 yang tediri
dari sel polimorfonuklear 29% dan mononuklear 71% yang menunjukkan proses infeksi kronik
dialami oleh pasien.
Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara pengobatan kausal,
thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan pleurodesis.14 Pada kasus ini karena pasien
mengalami efusi pleura maka dilakukan thorakosintesis yaitu berupa evakuasi cairan pleura
pertama kali di IGD sebanyak 1510 cc yang berguna sebagai terapi terapeutik dan diagnostik.
Sebagai terapi terapeutik evakuasi ini bertujuan mengeluarkan sebanyak mungkin cairan patologis
yang tertimbun dalam rongga pleura (sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali
aspirasi), sehingga diharapkan paru pada sisi yang sakit dapat mengembang lagi dengan baik, serta
jantung dan mediastinum tidak lagi terdesak ke sisi yang sehat, dan penderita dapat bernapas
dengan lega kembali. Sebagai terapi diagnostik dilakukan dengan mengambil sedikit cairan pleura
untuk dilihat secara fisik (warna cairan) dan untuk pemeriksaan biokimia (uji Rivalta), serta
sitologi.10
17
Daftar Pustaka
18