Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

EFUSI PLEURA

Pembimbing: dr. Ferdy Syah Irfan, Sp.P


Oleh: dr. Diaz Farrasizdihar

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD NUNUKAN
2022
Daftar Isi
Daftar Isi 1
Laporan Kasus 2
Identitas Pasien 2
Riwayat Penyakit 2
Vital Sign 2
Pemeriksaan Fisik 3
Diagnosis Sementara & Diagnosis Banding 4
Tatalaksana IGD 4
Pemeriksaan Penunjang 4
Diagnosis Kerja 7
Tatalaksana 7
Follow Up 8
Efusi Pleura 9
Anatomi dan Fisiologi Pleura 9
Definisi Efusi Pleura 10
Epidemiologi Efusi Pleura 10
Etiologi Efusi Pleura 11
Patofisiologi Efusi Pleura 11
Diagnosis Efusi Pleura 12
Tatalaksana Efusi Pleura 14
Pembahasan 16
Daftar Pustaka 18

1
Laporan Kasus

Identitas:
• Nama: Tn. Amir
• Tanggal lahir: 13 Mei 1966 (55 tahun)
• Jenis kelamin: Laki-laki
• Alamat: Jl. Seimengkadu
• Agama: Islam
• Suku: Bugis
• Tanggal datang: 11 April 2022 jam 12.53
Asesmen Medis
• Keluhan Utama: sesak
• Riwayat penyakit sekarang: pasien datang dengan keluhan sesak sejak 10 hari SMRS.
Sesak dirasakan setiap harinya semakin memberat sampai pasien tidak bisa tidur berbaring.
Sesak tidak berkurang dengan istirahat ataupun perubahan posisi.
Batuk (-), demam (-), pilek (-), nyeri dada (-)
Penurunan nafsu makan disangkal
Penurunan berat badan disangkal
Riwayat menjalani pengobatan lama (-)
Riwayat kontak dengan orang batuk lama (-)
Riwayat merokok lebih dari 10 tahun.
• Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada
• Riwayat pengobatan sebelumnya: tidak ada
• Riwayat alergi: tidak diketahui
Vital sign
• Tekanan darah: 130/90
• Heart rate: 104 kali per menit
• Respiratory rate: 30 kali per menit
• SpO2: 88% room air
• Suhu: 36.5

2
• GCS: E4V6M5
• Kesadaran: Komposmentis
• Keadaan umum: sakit berat
Pemeriksaan fisik
• Mata: dalam batas normal, anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT: dalam batas normal, tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), pembesaran KGB (-)
• Jantung: S1/S2 reguler, murmur(-), gallop (-)
• Paru:
Stem fremitus
Dextra = Sinistra
Dextra > Sinistra
Dextra > Sinistra
Dextra > Sinistra

Suara napas: Vesikuler


Dextra Sinistra
+ ¯
+ ¯
+ ¯

Suara napas tambahan


Ronki Wheezing
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
- + - -
- - - -
- - - -
• Abdomen: soepel, peristaltic kesan normal, nyeri tekan (-)
• Ekstremitas: akral hangat, crt <2 detik, edema tungkai (s)
• Genitalia: -

3
Diagnosis Sementara
• Obs dyspnea ec. Susp efusi pleura
Diagnosis Banding
• Hemothora
• Tumor paru
Tatalaksana IGD
• O2 nasal kanul 2-4 lpm
• RL 20 tpm

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Nilai Normal
Leukosit 14.490 4.000-11.000
Eritrosit 3.980.000 4.000.000– 5.000.000
Hemoglobin 10.6 12.3 – 15.3
Hematocrit 32.8 35 – 47
MCV 82.4 80 - 96
MCH 26.6 28 – 33
MCHC 32.3 33 - 36
Trombosit 557.000 150.000 – 400.000

RDW-SD 41.8 35 - 56
RDW-CV 13.8 11 - 16
PDW 7.7 15 - 17
MPV 8.0 7.0 – 11
Neutrophil 84.6 51 - 67
Limfosit 6.3 25 - 33
Monosit 8.8 2–5
Eusinofil 0.2 0–4
Basofil 0.1 0–1

4
Pemeriksaan Nilai Normal
SARS-Cov19 Negative Negative
Gula darah sewaktu 122 <130
Ureum 49 16,6-48,5
Kreatinin 1,22 <1,2
SGOT 31 0-40
SGPT 34 0-41
Bilirubin total 0,53 <1,0
Bilirubin direk 0,12 <0,25

Rontgen Thorax

5
Pemeriksaan Sitologi (11 April 2022)
Makroskopik: diterima cairan pleura sebanyak 1liter berwarna hijau kemerahan
Mikroskopik: sampel apus sediaan cairan pleura terdiri dari massa nekrotik, sel-sel limfodit yang
tersebar, 1-2 histiosit.
Tidak tampak sel tumor ganas
Kesimpulan: tidak ditemukan sel tumor ganas pada cairan pleura

Analisa cairan pleura


Makroskopis
• Warna Merah
• Bekuan Negative
• Kejernihan Keruh
• Kekentalan Cair
• Ph 7,0
• Berat jenis 1,015
Mikroskopis
• Eritrosit 550.000
• Leukosit 2.200
• PMN 29%
• MN 71%
Tes Rivalta Positive
Mikrobiologi
• BTA Negative
Kesimpulan: Didapatkan Rivalta (+)
MN > PMN
Eritrosit meningkat
Kesan: cairan eksudat/hemoragic ec. proses penyakit kronis

6
Diagnosis kerja
• Efusi pleura sinistra

Tatalaksana (dr. Ferdy, SpP)


• O2 2-4 lpm nasal canul
• NS 0.9% 500 cc
• Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
• Evakuasi cairan pleura sinistra 1500 cc reddish

7
Follow Up

Tanggal S O A P
11 April 2022 Sesak (+) TD 130/80 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 39.7 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 160 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 30 Evakuasi cairan pleura sinistra 1500 cc
SpO2: 96% reddish
12 April 2022 Sesak (+) TD 106/71 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.7 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 133 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 26 Evakuasi cairan pleura sinistra 1500 cc
SpO2 96% reddish
13 April 2022 Sesak (+) TD101/70 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.0 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 128 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 26 Evakuasi cairan pleura sinistra 700 cc
SpO2 98% reddish – pasien tidak kuat
Total cairan dievakuasi 2220
14 April 2022 Sesak ¯ TD 99/72 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.2 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 120 Punksi cairan pleura sinistra 10 cc reddish
RR: 24 Evakuasi cairan pleura sinistra 1300 cc
SpO2 98% reddish
BB: 51.8 Total cairan dievakuasi 3530
15 April 2022 Sesak ¯ TD 107/73 Efusi Pleura O2 2-4 lpm nasal canul
Temp: 37.2 sinistra NS 0.9% 500 cc
HR: 106 Lasal + Pulmicort nebulizer 3x/hari
RR: 24 Punksi cairan pleura sinistra 1 cc reddish
SpO2: 98% Total cairan dievakuasi 3531
BB: 51.8

8
Efusi Pleura

Anatomi dan Fisiologi Pleura


Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru. Pleura disusun oleh
jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan kapiler darah serta serat
saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel (terutama fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini
juga dilapisi oleh selapis mesotel. Pleura merupakan membran tipis, halus, dan licin yang
membungkus dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan tipis ini
mengandung kolagen dan jaringan elastis.1
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis melapisi
toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Kedua pleura ini bersatu
pada hilus paru. Di antara pleura terdapat ruangan yang disebut spatium pleura, yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser secara
bebas pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak antara paru
dan thoraks. Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dengan pleura
viseralis sehingga apa yang disebut sebagai rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu
ruangan potensial. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga
mencegah kolaps paru. Jumlah normal cairan pleura adalah 10-20 cc pada orang dewasa.2

9
Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru yang dapat
dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek
tersebut dapat bergeseran satu dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura
dalam keadaan normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura
kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan
antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik
dari protein plasma yang cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan
cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis
sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura.1

Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah cairan patologis yang terdapat di rongga pleura. Efusi pleura
disebabkan karena infeksi dan non infeksi. Penyebab dari infeksi yaitu infeksi tuberkulosis dan
non tuberkulosis sedangkan penyebab dari non infeksi yaitu hipoproteinemia, neoplasma,trauma
serta kelainan sirkulasi.3
Efusi pleura juga dapat didefiniskan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penumpukan
cairan melebihi normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan viseralis dapat berupa
transudat atau cairan eksudat. Efusi pleura merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain,
jarang merupakan penyakit primer, secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan
(5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa
adanya friksi.4

Epidemiologi Efusi Pleura


Diperkirakan sekitar 1,5 juta penduduk Amerika Serikat didiagnosis dengan efusi pleura
setiap tahunnya. Efusi akibat pneumonia terjadi pada 15-44% pasien pneumonia yang dirawat di
rumah sakit. Diperkirakan sekitar satu juta pasien kondisinya berkembang menjadi efusi
parapneumonik per tahunnya di Amerika Serikat. Sedangkan, efusi pleura non-maligna
diperkirakan memiliki insiden tahunan sebesar 200.000 di Inggris. 5

10
Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India pada tahun 2017 melaporkan 1.000
pasien efusi pleura dengan tuberkulosis sebagai penyebab terbanyak dan malignansi sebagai
penyebab terbanyak kedua.5
Penelitian terhadap 119 pasien efusi pleura di Indonesia, melaporkan karakteristik efusi
pleura paling banyak berupa cairan eksudat sebesar 87%, dengan penyebab terbanyak tuberkulosis
(42%). Sementara cairan transudat hanya dilaporkan sebesar 13%, paling banyak disebabkan oleh
gagal jantung, diikuti sirosis hepar, serta gagal ginjal.5

Etiologi Efusi Pleura


Efusi pleura merupakan kondisi di mana terdapat akumulasi cairan berlebih pada cavitas
pleuralis yang disebabkan oleh meningkatnya produksi atau berkurangnya absorpsi cairan pleura.
Efusi pleura merupakan manifestasi dari banyak penyakit, mulai dari penyakit paru sampai
inflamasi sistemik atau malignansi.6
Ada dua tipe penyebab utama dari efusi pleura, yaitu efusi pleura transudatif dan eksudatif.
Efusi pleura transudatif disebabkan oleh beberapa kombinasi dari peningkatan tekanan hidrostatik
atau berkurangnya tekanan onkotik kapiler; misalnya gagal jantung, sirosis, dan sindrom nefrotik.
Efusi pleura eksudatif disebabkan oleh proses lokal yang mengakibatkan perubahan pada
pembentukan dan penyerapan cairan pleura; peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
eksudasi cairan, protein, sel, dan komponen serum lainnya Penyebab yang paling sering terjadi,
yaitu pnemonia, malignansi, dan pulmonary embolism, infeksi virus, dan tuberculosis.6

Patofisiologi Efusi Pleura


Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan
di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat maupun
eksudat. Keduanya terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan
pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.7
Pada dasarnya, kavum pleura sudah mengandung cairan sekitar 0.1 ml/kg sampai 0.3 ml/kg
yang berfungsi sebagai pelumas antara permukaan pleura viseral dan parietal. Cairan pleura ini
terus diproduksi oleh sistem vaskular di permukaan pleura parietal dan diabsorpsi oleh sistem
limfatik di permukaan diafragma dan mediastinum dari pleura parietal secara kontinu sehingga
volumenya tetap dalam batas normal tersebut. Walau demikian, pada efusi pleura, terjadi

11
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan ini sehingga terjadi akumulasi cairan
pleura.7
Cairan pleura transudat terjadi akibat ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik.
Tekanan hidrostatik sistem vaskular pleura parietal akan mendorong cairan interstisial ke kavum
pleura sehingga terjadi akumulasi cairan transudat yang kadar proteinnya lebih rendah dari serum.
Penyakit yang umum menyebabkan cairan pleura transudat adalah penyakit jantung kongestif, dan
sirosis.7
Cairan pleura eksudat terjadi akibat inflamasi pleura. Inflamasi parenkim/pleura akan
meningkatkan permeabilitas sel mesotel dan kapiler sehingga terjadi akumulasi cairan di kavum
pleura. Selain itu, terganggunya drainase limfatik juga merupakan proses yang dapat menyebabkan
terjadinya cairan pleura eksudat ini. Akibat peningkatan permeabilitas membran pleura, cairan
yang terakumulasi akan memiliki kadar protein yang lebih tinggi dari serum. Contoh kondisi yang
umum menyebabkan cairan pleura eksudat adalah infeksi dan malignansi.7

Diagnosis Efusi Pleura


Ada tiga gejala yang paling umum dijumpai pada efusi pleura yaitu nyeri dada, batuk, dan
sesak napas. Nyeri dada yang disebabkan efusi pleura oleh karena penumpukan cairan di dalam
rongga pleura. Nyeri dada yang ditimbulkan oleh efusi pleura bersifat pleuritic pain. Nyeri
pleuritik menunjukkan iritasi lokal dari pleura parietal, yang banyak terdapat serabut saraf. Karena
dipersarafi oleh nervus frenikus, maka keterlibatan pleura mediastinal menghasilkan nyeri dada
dengan nyeri bahu ipsilateral. Nyeri juga bisa menjalar hingga ke perut melalui persarafan
interkostalis. Sedangkan batuk kemungkinan akibat iritasi bronkial disebabkan kompresi parenkim
paru.8
Efusi pleura dengan ukuran yang besar dapat mengakibatkan peningkatan ukuran
hemitoraks serta menyebabkan ruang interkostal menggembung pada sisi yang terjadi efusi. Pada
palpasi akan didapati taktil fremitus berkurang atau menghilang sama sekali disebabkan cairan
tersebut memisahkan paru – paru dari dinding dada dan menyerap getaran dari paru – paru. Pada
perkusi didapati beda, dan akan berubah saat pasien berubah posisi jika cairan bisa mengalir bebas.
Pada auskultasi akan didapati suara napas yang menghilang tergantung ukuran efusi. Egofoni dapat
terdengar di batas paling atas dari efusi sebagai akibat dari penyebab jaringan paru yang

12
atelektasis. Gesekan pleura dapat dijumpai jika terjadi iritasi di pleura, tetapi kadang juga sulit
dijumpai dari auskultasi sampai cairan terevakuasi.8
Radiografi dada biasanya merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan ketika
mengevaluasi efusi pleura. Foto posteroanterior umumnya akan menunjukkan adanya efusi pleura
ketika ada sekitar 200 ml cairan pleura, dan foto lateral akan terinterpretasi abnormal ketika
terdapat sekitar 50 ml cairan pleura.9
Ultrasonografi thoraks juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi
pleura karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi cairan pleura daripada
pemeriksaan klinis atau radiografi toraks. Karakteristik yang juga dapat dilihat pada USG dapat
membantu menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks. Efusi sederhana dapat
diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura dengan echotexture homogen seperti yang
terlihat pada sebagian besar efusi transudatif, sedangkan efusi yang kompleks bersifat echogenic,
sering terlihat septasi di dalam cairan, dan selalu eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat
melakukan thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedural.9
Torakosintesis yang dilanjutkan dengan analisis cairan pleura dapat dengan cepat
mempersempit diagnosis banding efusi pleura. Sebagian besar cairan pleura berwarna kekuningan.
Temuan ini tidak spesifik karena cairan berwarna kekuningan terdapat pada berbagai kasus efusi
pleura. Namun tampilan warna lain efusi pleura dapat membantu untuk mendiagnosis penyebab
efusi pleura. Cairan yang mengandung darah dapat ditemukan pada kasus pneumonia, keganasan,
dan hemotoraks. Jika warna cairan sangat keruh atau seperti susu maka sentrifugasi dapat
dilakukan untuk membedakan empiema dari kilotoraks atau pseudokilotoraks. Pada empiema,
cairan yang berada di bagian atasakan bersih sedangkan debris – debris sel akan mengendap di
bagian bawah, sedangkan pada kilotoraks ataupun pseudokilotoraks warna cairan akan tetap sama
karena kandungan lipid yang tinggi dalam cairan pleura. Cairan yang berwarna kecoklatan atau
kehitaman dicurigai disebabkan oleh abses hati oleh infeksi amuba dan infeksi aspergillus. Setelah
dilakukan torakosintesis, cairan harus langsung dikirim untuk analisis biokimia, mikrobiologi dan
pemeriksaan sitologi. Analisis biokimia cairan pleura meliputi menilai kadar protein, pH, laktat
dehydrogenase (LDH), glukosa, dan albumin cairan pleura. Karena rongga pleura terisi oleh
cairan, maka protein menjadi penanda yang penting untuk membedakan apakah cairan pleura
termasuk transudat atau eksudat.10

13
Pemeriksaan laboratorium analisis cairan pleura, penampilan makroskopis cairan pleura
harus diperhatikan saat dilakukan thoracentesis, karena dapat menegakkan diagnosis. Cairan bisa
sifatnya serosa, serosanguineous (ternoda darah), hemoragik, atau bernanah. Cairan berdarah
(hemoragik) sering terlihat pada keganasan, emboli paru dengan infark paru, trauma, efusi asbes
jinak, atau sindrom cedera jantung. Cairan purulen dapat dilihat pada empiema dan efusi lipid.
Sebagai tambahan. bau busuk dapat menyebabkan infeksi anaerob dan bau amonia menjadi
urinothorax. Karakterisasi cairan pleura sebagai transudat atau eksudat membantu menyingkirkan
diagnosis banding dan mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.9

Tatalaksana Efusi Pleura,


Penatalaksanaan yang utama pada kasus efusi pleura adalah dengan mengurangi gejala
yang ditimbulkan dengan jalan mengevakuasi cairan dari dalam rongga pleura kemudian
mengatasi penyakit yang mendasarinya. Pilihan terapinya bergantung pada jenis efusi pleura,
stadium, dan penyakit yang mendasarinya. Pertama kita harus menentukan apakah cairan pleura
eksudat atau transudat.11
Penatalaksanaan efusi pleura dapat berupa aspirasi cairan pleura ataupun pemasangan
selang dada. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk tujuan diagnostik misalnya pada efusi pleura
yang tidak diketahui penyebabnya dan terapeutik yaitu untuk mengevakuasi cairan maupun udara
dari rongga pleura ketika pasien tidak sanggup lagi untuk menunggu dilakukan pemasangan selang
dada misalnya pada pasien tension pneumotoraks. Selain aspirasi cairan pleura dapat juga
dilakukan pemasangan selang dada untuk tujuan terapeutik. Pemasangan selang dada diperlukan
jika terjadi gangguan fungsi fisiologis sistem pernapasan dan kardiovaskular.12
Selain torakosentesis, prinsip penanganan efusi pleura adalah dengan mengobati penyakit
yang mendasarinya. Tindakan emergensi diperlukan ketika jumlah cairan efusi tergolong besar,
adanya gangguan pernapasan, ketika fungsi jantung terganggu atau ketika terjadi perdarahan
pleura akibat trauma tidak dapat terkontrol. Drainase rongga pleura juga harus segera dilakukan
pada kasus empiema toraks.
A. Torakosintesis
Torakosentesis merupakan pilihan pertama dan merupakan tindakan yang sederhana untuk
kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi juga untuk mengurangi gejala yang
ditimbulkan akibat efusi pleura tersebut. Tetapi bagaimanapun juga, torakosintesis yang

14
berulang bukan pilihan yang tepat untuk penanganan efusi pleura ganas yang progresif.
Torakosintesis hanya mengurangi gejala untuk sementara waktu dan akan membutuhkan
kunjungan yang berulang ke rumah sakit untuk melakukannya.11
Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura meliputi indikasi diagnostik dan terapeutik:
1. Diagnostik
Saat melakukan torakosentesis, sampel cairan pleura dapat diambil dan
diperiksakan untuk menentukan penyebab efusi. Untuk pemeriksaan laboratorium
dibutuhkan 50 – 100 ml. Sebagian besar efusi pleura yang masih baru terukur lebih dari
10 mm pada foto toraks posisi lateral dekubitus, CT scan toraks, atau USG toraks.
2. Terapeutik
Tujuan lain dilakukan torakosentesis adalah untuk mengurangi gejala yang
ditimbulkan misalnya meringankan sesak napas yang diakibatkan jumlah cairan yang
besar dan membutuhkan evakuasi segera.
B. Pemasangan selang dada
Pemasangan selang dada dapat dilakukan pada pasien dengan efusi pleura ataupun
pneumotoraks dengan ukuran moderat sampai large, pasien dengan riwayat aspirasi cairan
pleura berulang, efusi pleura yang berulang, pada pasien yang dilakukan bedah toraks, pasien
dengan pneumotoraks yang berhubungan dengan trauma, hemotoraks, kilotoraks, empiema,
atau pada keadaan lain misalnya untuk pencegahan setelah tindakan pembedahan untuk
evakuasi darah dan mencegah tamponade jantung.12

15
Pembahasan

Pasien laki-laki berusia 55 tahun dating dengan keluhan sesak secara tiba-tiba sejak 10 hari
yang lalu. Sesak dirasa memberat setiap harinya dan tidak membaik dengan istirahat maupun
perubahan posisi. Keluhan sesak saat bernafas dan tidak membaik dengan perubahan posisi ini
membuatnya sulit untuk melakukan aktifitas. Keluhan sesak ini timbul akibat terjadinya timbunan
cairan dalam rongga pleura yang akan memberikan kompresi patologis pada paru sehingga
ekspansinya terganggu dan sesak tidak disertai bunyi tambahan karena bronkus tetap normal.
Makin banyak timbunan cairan maka sesak makin terasa berat.
Pasien efusi pleura biasanya akan merasa lebih nyaman bila dalam posisi tubuh tegak
dibandingkan berbaring. Hal ini disebabkan karena pengaruh gravitasi sehingga cairan yang
terakumulasi di rongga pleura akan turun dan proses pengembangan paru dapat berjalan dengan
lebih baik, dibandingkan saat posisi berbaring yang menyebabkan cairan yang terakumulasi merata
pada rongga pleura sehingga lebih menganggu proses pengembangan paru atau ventilasi. Pada
pasien ini, sesak napas tidak bergantung oleh posisi. Pasien tetap merasa sesak saat posisi duduk
ataupun berbaring. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi efusi pleura yang masif.13
Dari pemeriksaan fisik pasien, didapatkan peningkatan laju respirasi sebesar 30x/menit dan
saat dilakukan pemeriksaan thorax, pasien tampak sesak, stem fremitus sinistra melemah, pekak
pada perkusi seluruh interkostalis hemithoraks sinistra, suara napas vesikuler melemah dan ronki
pada hemithoraks sinistra. Hal ini dapat menandakan adanya suatu kelainan di rongga thoraks,
bersifat unilateral, akibat akumulasi cairan pada rongga pleura sinistra.13
Untuk membantu menegakkan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Rontgen
thoraks adalah suatu strategi imaging yang paling sederhana untuk mengkonfirmasi adanya efusi
pleura. Rontgen thoraks dapat dilakukan dengan posisi AP, Lateral, dan dekubitus. Biasanya hasil
rontgen thoraks pasien efusi pleura menunjukkan adanya free-flowing pleural fluid, sudut
costofrenicus, dan Meniscus Sign (+).13 Pada pasien ini, gambaran rontgen thoraks sesuai dengan
gambaran rontgen thoraks efusi pleura karena perselubungan menutupi lebih dari setengah rongga
pleura bahkan hampir semua rongga pleura kiri tertutupi oleh cairan pada posisi AP.
Setelah dapat mengkonfirmasi adanya efusi pleura, maka langkah selanjutnya adalah
mengkonfirmasi penyebab terjadinya efusi pleura dengan melakukan thoracocentesis dan analisa
cairan pleura. Thoracocentesis direkomendasikan pada keadaan efusi pleura yang cukup banyak ,

16
suspek empyema masif, keganasan, atau pada neonatus. Thoracocentesis dikontraindikasikan pada
efusi pleura yang minimal atau kondisi non-komplikasi. Setelah dilakukan thoracocentesis maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis cairan pleura tersebut untuk mengetahui komponen kimia
cairan pleura.
Pada kasus ini pasien telah aspirasi cairan pleura dan dilakukan analisis cairan pleura. Pada
analisis cairan pleura didapatkan test rivalta positif. Hal ini menunjukkan efusinya dalam bentuk
eksudat. Apabila yang dominan sel polimorfonuklear menunjukkan adanya infeksi akut,
sedangkan sel mononuklear menunjukkan adanya infeksi kronik.14 Pada analisis pasien ini
ditemukan warna cairan merah dengan eritrosit sejumlah sel 550.000, leukosit 2.200 yang tediri
dari sel polimorfonuklear 29% dan mononuklear 71% yang menunjukkan proses infeksi kronik
dialami oleh pasien.
Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara pengobatan kausal,
thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan pleurodesis.14 Pada kasus ini karena pasien
mengalami efusi pleura maka dilakukan thorakosintesis yaitu berupa evakuasi cairan pleura
pertama kali di IGD sebanyak 1510 cc yang berguna sebagai terapi terapeutik dan diagnostik.
Sebagai terapi terapeutik evakuasi ini bertujuan mengeluarkan sebanyak mungkin cairan patologis
yang tertimbun dalam rongga pleura (sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali
aspirasi), sehingga diharapkan paru pada sisi yang sakit dapat mengembang lagi dengan baik, serta
jantung dan mediastinum tidak lagi terdesak ke sisi yang sehat, dan penderita dapat bernapas
dengan lega kembali. Sebagai terapi diagnostik dilakukan dengan mengambil sedikit cairan pleura
untuk dilihat secara fisik (warna cairan) dan untuk pemeriksaan biokimia (uji Rivalta), serta
sitologi.10

17
Daftar Pustaka

1. Sylvia A, Lorraine M, Patofisiologi konsep Klinis Proses-proses Penyakit.ECG 2005: 739


2. Hood Alsagaff ,H. Abdul Mukty.Dasar-dasar ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press.2010: 786.
3. Yovi I, Anggraini D, Ammalia S. Hubungan karakteristik dan Etiologi Efusi Pleura di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. J Respir Indo. 2017;37(2):135-44.
4. Imelda P, Gabriella Berta B, Tri US. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada tahun 2015.
Jurnal Agromedicine. 2017;4(1):25-32.
5. Putra TR, Maya P, Hasan M, Pranata A, Salsabila S, Sariningrum HA. Karakteristik Pasien
Efusi Pleura Non-Maligna di RSUD Dr. Zainoel Abidin Tahun 2019. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia. 2022 Apr 2;9(1):15-22.
6. Dwianggita P. Etiologi Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar, Bali Tahun 2013. Intisari Sains Medis. 2016 Dec 15;7(1):57-66.
7. Rubins J, Boka K, Soo Hoo GW, Manning H, Peters SP. Pleural effusion. Medscape.
2014;5:307-10.
8. Roberts JR, Custalow CB, Thomsen TW and Hedges JR. Roberts and Hedges’ Clinical
Procedures in Emergency medicine, Sixth Edition. Elsevier Saunders. Philadelpia. 2014.
9. Pranita NP. Diagnosis dan tatalaksana terbaru penyakit pleura. Wellness And Healthy
Magazine. 2020 Feb 3;2(1):69-78.
10. McGrath E, Anderson PB. Diagnosis of Pleural Effusion : a Systematic Approach. American
Journal of Critical Care. 2011. Vol 20, No. 2.
11. Yu H. Management of Pleural Effusion, Empyema, and Lung Abscess . Semin Intervent Radiol
2011;28:75-86
12. Klopp M. Chest Tube Placement in Principles and Practice of Interventional Pulmonology.
Springer. New York. 2013. 585
13. Harjanto AR, Nurdin F, Rahmanoe M. Efusi Pleura Sinistra Masif Et Causa TB pada Anak.
Jurnal Majority. 2018 Dec 11;7(3):152-7.
14. Halim, Hadi. 2007. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Sudoyo AW, et al. Edisi 4, Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; hal. 1056-
60.

18

Anda mungkin juga menyukai