Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN DIABETES MELITUS JORONG
PADANG BELIMBING KECAMATAN X KOTO
SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

DIAJUKAN UNTUK PENGUSULAN ANGKA KREDIT

Oleh :
Ns. SAFTIYANTI, S,Kep
NIP. 196709041989122001

PUSKESMAS SINGKARAK
KECAMATAN X KOTO SINGKARAK
KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN DIABETES MELITUS JORONG
PADANG BELIMBING KECAMATAN X KOTO
SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

DIAJUKAN UNTUK PENGUSULAN ANGKA KREDIT

OLEH :

Diketahui Oleh : Penulis :

Dr. Erbatsi Murina, MH Ns. SAFTIYANTI, S,Kep


NIP. 197702272010012010 NIP. 196709041989122001

Penilai :

PUSKESMAS SINGKARAK
KECAMATAN X KOTO SINGKARAK
KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas Pola Penyakit Diabetes Melitus”.

Makalah ilmiyah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan malakah ini.

Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat perbaiki makalah ilmiyah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiyah inilah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Padang Belimbing, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang.....................................................................................................
B...Tujuan .................................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A...Pengertian ...........................................................................................................
B...Klasifikasi ...........................................................................................................
C...Anatomi dan Fisiologi .........................................................................................
D...Etiologi dan Predisposisi .....................................................................................
E.. .Patofisiologi ........................................................................................................
F.. .Manifestasi Klinis ...............................................................................................
G...Penatalaksanaan ..................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


A...Proses Asuhan Keperawatan ...............................................................................
B...Komposisi Keluarga ............................................................................................
C...Genogram ............................................................................................................
D...Tipe Keluarga ......................................................................................................
E.. .Suku/ Bangsa ......................................................................................................
F.. .Agama dan Kepercayaan ....................................................................................
G...Status Sosial Ekonomi ........................................................................................
H...Rencana, Implementasi dan Evaluasi .................................................................

BAB IV PENUTUP
A...Kesimpulan .........................................................................................................
B...Daftar Pustaka .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren
glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan,
kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes
di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang
dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdidri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes,
Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi.
Diabetes mellitus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo, 1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam
menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra, 1995). Berbagai penelitian telah menunjukkan
ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri (Efendi Z, 1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150
juta, tahun 2000 = 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994), tahun 2010 = 279,3 juta (kurang
lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di
Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah
penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998 = 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta
dan 2020 = 6,5 juta.
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi-instruksi
ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik
(Haznam, 1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama
ia masih menderita gejala/ yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-
hari. Begitu ia bebas dari keluhan-keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat
berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor (1991). La
Greca & Stone (1985) menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidakpatuhan
terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor antara lain :
pengetahuan yang relative minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet
dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro, A,
1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu
proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatlaksanaan
DM. Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana.
4. Pengunaan alat bantu pandang (audio visual).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi.
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis,
jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi
penyuluhan difokuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti
diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program
terapi DM.
Dari uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian guna mengetahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi,
sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.

2. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien
DM.
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.1 Pengertian
Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin
absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat,
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Depedent Diabetes Melitus) atau
tipe juvenile:
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup. Diabetes mellitus tipe I juga disebut juvenile
onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi
destruksi sel beta pancreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka
cenderung mengalami komplikasi metabolic akut berupa ketosis dan
ketoasidosis.
2. Diabetes Mellitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa da
nada kecendruangan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya
kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin
dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes mellitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormone-hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pancreas, obat-obatan,
dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu.
Umumnya obat-obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain:
direutik furosemide (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epineprin, dilantin dan
asam nikotinat (Long, 1996).
1.3 Anatomi dan Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar
5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.
Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 dibelakang lambung. Pankreas
merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu :
1. Ini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans
yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh
pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau
langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak
adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga
jenis sel utama, yaitu :
a. Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % : memproduksi glikagon
yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai “anti
insulin like activity”.
b. Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.
c. Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin.
Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. pada
penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang
normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan untuk insulin
sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan
1.4 Etiologi dan Predisposisi
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
penyebab terjadinya DM, yaitu factor keturunan, fungsi sel pancreas dan sekresi
insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut
berhubungan dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab
yang mengambil peranan paling penting dalam terjadinya kesrusakan sel-sel beta
pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin
maupun kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam
amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel untuk metabolisme
intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan
menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan
fosfat (Long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insulin
insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada
mereka yang mengalami perubahan makanan secara berlebihan. Obesitas merupakan
faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas
mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur akan
menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa
darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut.
Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 1996).
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan fungsi organ
dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588) menyatakan
bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang tergantung pada
insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses
autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe
II disebabkan kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengembalian glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative
insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota
yang terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote
dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : < 50 % dan
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90-100 % (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih,
pada masyarakat Amerika angkat kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan
pada populasi umu adalah : 1:200 (Long, 1996).
3. Faktor autoimmune sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimmune.
4. Proses radang atau infeksi pada usus pankreatitis akan terjadi hambatan
sekresi insulin.
5. Faktor obesitas, jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan
(Long, 1996).
6. Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau
karena efek dari obat-obatan tertentu (Long, 1996).

1.5 Patofisiologi

Insulin dan glukagon diproduksi dalam pancreas, yang merupakan kelenjar


eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau-pulau sel terletak
menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel-sel endokrin, yaitu sel alpha yang
memproduksi glukagon : sel beta yang mensekresi insulin, sel delta yang mensekresi
gastrin dan somatostatin pancreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan
anabolitik. Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi
kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan otot yang
disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi
kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan
hiperglikemi, antara lain :
1. Transpor gula yang melewati membrane sel berkurang.
2. Glukogenesis berkurang, dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3. Glukogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa
hati akan dicurahkan secara terus menerus.
4. Glukogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil
pemecahan asam amino dan lemak. Ketogenesis menyebabkan asidosis dan
terjadi koma. Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi
glukosa dalam darah meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada
penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang
sehinga terjadi glukosuria. Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran
urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan
poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun ikut keluar bersama urine sehingga
menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari
intraseluler dan ekstraseluler dan merangsang rasa haus berkepanjangan
(polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang rasa lapar
yang berkepanjangan (polifagi).

1.6 Manifestasi Klinis


Gejala klasik pada DM adalah :
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk
pada malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
3. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
4. Gejala lain yang dirasakan penderita.
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
9. Penurunan kesadaran.

Tanada yang bias diamati pada penderita DM adalah :


1. Kehilangan berat badan.
2. Luka, goresan lama sembuh.
3. Kaki kesemutan, mati rasa.
4. Infeksi kulit.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh
sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe 2 dengan berat badan berlebihan. Obat-obat yang beredar dari
kelompok ini adalah:
(a) Glibenklsmids (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).

2) Golongan Biguanad / Metformin


Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat diberikan
kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis.
Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut.
Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat
karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala
DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis-jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink,
dan semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon).
(c) Insulin kerja lambat Jenis-jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin) (Long, 1996)

2. Penatalaksanaan secara keperawatan


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih
dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya
mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68
% karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk
mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek,
hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olah raga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olah raga juga membantu menurunkan berat
badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olah raga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan
olahraga yang berat-berat.
1.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002).
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
(Smeltzer, 2002).
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer, 2002 : 1262).
c. Hypoglikemik
d. Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas fisik yang
terlalu berat (Smeltzer, 2002 : 1256).
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu:
(Long, 1996).
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis yang dapat
ditimbulkan : pyelonephritis, lesi-lesi glomerular, arteriosklerosis areteri
renalis, dan aretrio afferen dan efferen, serta lesi-lesi rubuler. Bila kadar
glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer,
2002 : 1272).
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan
retinopati (Sjaifoellah, 1996). Katarak disebabkan karena hiperglikemia
yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa (Long, 1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan
perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin
yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf (Long, 1996).
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Korener
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh
tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke.
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari
celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang
tertanam pada bagian kaki, bagian kulit kaki yang menebal, dan kalus,
demikian juga pada daerah – daerah yang terkena trauma (Long, 1996 :
17).
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah keotak menurun (Long, 1996 : 17).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Proses Asuhan Keperawatan


Kasus :
Keluarga Tn. B (36 tahun) mempunyai istri Ny. C (30 tahun) anak D (1 tahun) dan
Ibu A 50 th. Hasil wawancara dengan keluarga anaknya sudah di imunisasi lengkap
sambil menunjukkan kartu sehat. Selama anaknya hanya sakit batuk, pilek biasa, cukup
dibawa kebidan sudah sembuh. Tetapi akhir-akhir ini keluarga sedikit pusing memikirkan
ibunya, karena 3 bulan yang lalu ibunya dinyatakan positif kencing manis (Diabetes
Melitus) ibu tidak bisa control teratur ke puskesmas karena yang mengantakan tidak ada.
Tn. B dan istrinya kerja, tetapi obatnya supaya tidak habis d belikan obat di apotik
terdekat sesuai fotovopi resep dokter. Hasil observasi jari kaki ibu C sebelah kiri terdapat
luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh. Pemeriksaan glukosatest + 3.

1. Data Umum
 Identitas Kepala Keluarga
1. Nama KK : Tn. B
2. Umur : 36 tahun
3. Alamat : Padang Belimbing
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, 1 orang anak dan ibu (mertua)
7. Tipe Keluarga : Inti
8. Suku : Minang - Indonesia
9. Agama : Islam
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Suami – Isteri bekerja
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Nonton televise

A. Komposisi Keluarga
No Nama Sex Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan
1 Tn. B L 36 th Ayah Wiraswasta SMA
2 Ny. C P 30 th Ibu Wiraswasta SMA
3 An. D P 1 th Anak Kandung - -
4 Ibu A P 58 th Ibu Tn. B - SMP

B. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki X : Meninggal : Garis keturunan

: Perempuan : Klien : Tinggal serumah

C. Tipe keluarga
a. Jenis tipe : Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tigal bersama keluarga
sedarah suami.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut : tidak ada masalah yang
terjadi dengan tipe keluarga.

D. Suku/Bangsa
Tn. B dan Ny. C sama-sama berasal dari suku minang. Mereka bias menerima
kebiasaan mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama jadi
tidak ada kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap perbedaan.
E. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. B adalah agama islam. Keluarga Tn. B biasa
melakukan Shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.

F. Status Sosial Ekonomi


a. Anggota yang Mencari Nafkah
2 orang : Tn. B dan Ny. C sebagai Wiraswasta penghasilan di keluarga :
Penghasilan keluarga ± Rp 2.000.000,- perbulan yang didapat dari hasil berdagang
oleh Tn. B dan usaha dagang oleh Ny. C
b. Pemanfaatan Dana Keluarga
Penghasilan keluarga selain untuk membiayai hidup sehari-hari.
c. Harta Benda yang Dimiliki (perabot, transportasi, dll)
 Televisi
 Motor
d. Sosial Keluarga
Dengan penghasilan yang didapat, kebutuhan keluarga terpenuhi.
e. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. B termasuk keluarga sejahtera tipe II karena keluarga sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi, namun belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi.

G. Aktifitas Rekreasi Keluarga


Keluarga menjadikan hari minggu sebagai hari santai dan berekreasi ke pantai atau
tempat rekreasi lainnya.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga yaitu keluarga dengan anak prasekolah Karen usia
anak tertua pada keluarga Tn. B adalah 1 tahun.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga dengan
anak sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan), keluarga usia pertengahan, keluarga usia lanjut karena keluarga
belum melewati tahapan-tahapan tersebut.
3. Riwayat keluarga inti
a. Tahapan perkembangan saat ini : keluarga berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak prasekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi : keluarga belum memiliki
anaka sekolah sehingga tugas perkembangan belum ada tetapi tugas keluarga
yang belum terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan ibu A sakit DM
terutama untuk mengontrol dan perawatan diri.
Riwayat kesehatan keluarga : anak-anak Tn. B sudah diimunisasi lengkap, jika
sakit batuk pilek dibawa ke Bidan. Ibu A (mertua) menderita DM sejak 3 bulan
yang lalu tetapi tidak kontrol secara teratur di Puskesmas karena tidak ada yang
mengantarkannya. Kaki kiri Ibu A terdapat luka sudah 3 minggu belum sembuh.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. B mengatakan mempunyai penyakit keturunan saat dikaji Tn. B dalam
keadaan sehat, begitupun dengan Ny. C saat didata dalam keadaan sehat.
An. D saat dilakukan pengkajian dalam keadaan sehat, namun ibu A orang tua
(mertua) memiliki riwayat penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang harus
dirawat di rumah sakit.
5. Kebiasaan diet
Pola makan keluarga Tn. B sehari-harinya 2 kali sehari dengan komposisi
makanan nasi, tahu/tempe, kadang-kadang dengan sayur. An. D malas makan
dikarenakan lebih senang bermain sehingga lupa untuk makan dan lebih memilih
jajan. Ibu A jarang makan karena disebabkan penyakit yang dideritanya sekarang
ini.
6. Kebiasaan istirahat
Waktu Tidur
Anggota Keluarga Siang Malam
Tn. B - 22.00-05.00
Ny. A - 22.00-05.00
An. D 11.30-13.00 20.00-06.30
Ibu C - 22.00-05.30

7. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri ruang tamu (6 m),
ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), daour dan kamar mandi (7 m dan
3 m). Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air
minum juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC Cemplung).
Status rumah adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat
dari seng. Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak
makanan dan air minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah
diperkarangan rumah kemudian dibakar. Keadaan halamah rumah banyak
ditumbuhi rumput.
Denah rumah :
5m 5m
5m
6m 1 2

4 6m
10 m 3
5 6 5m

4m 7 4m
8
7m 3m
Keterangan rumah :
1. Ruang tamu
2. Kamar 1
3. Kamar 2
4. Ruang tengah
5. Kamar 3
6. Kamar 4
7. Dapur
8. WC
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Hubungan Tn. B dengan tetangga
sangat baik. Selain itu Ny. A juga aktif dalam kegiatan arisan dengan tetangga.
Sebahagian besar komunitas RW adalah warga pendatang yang umumnya
berprofesi sebagai pegawai negeri atau swasta. Sedangkan sarana transportasi
yang digunakan oleh warga adalah angkot, ojek motor dan mobil pribadi.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah. Tn. B
bekerja dari pagi samapai jam 17 wib sebagai wiraswasta. Sedangkan Ny. A
membantu suaminya dengan berjualan/berdagang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini rajin melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian.
Anaknya juga rajin mengaji.
e. System pendukung keluarga pemecahan masalah.
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan
keluarga dan dalam
8. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk
menyelesaikan masalah anaknya. Namun terkadang Ny. C menegur dengan
keras apabila anaknya tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai
bahasa Minang.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. B bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus
bertanggung jawab terhadap keluarga Ny. C berperan sebagai ibu rumah
tangga yang juga mengurus anak-anaknya.
3. Struktur peran (formal/informal)
a. Tn. B
 Formal
Menjadi keluarga, suami, ayah dan menantu
 Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan
menjadi wiraswasta.
b. Ny. C
 Formal
Menjadi ibu rumah tangga, istri dan anak.
 Informal
Masih aktif menjadi anggota keluarga masyarakat, sering mengikuti
acara pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal dan membantu
suaminya berdagang/berjualan.
c. An. D
 Formal
Sebagai anak dan cucu
 Informal
Belum masuk sekolah
d. Ibu A
 Formal
Sebagai Ibu dari Tn. B
 Informal
Masih aktif dalam anggota masyarakat dan sering berada di rumah.

4. Nilai dan norma keluarga


Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama
yang dianut dan norma yang berlaku dilingkungannya.
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Tn. B dan Ny. C selalu memberikan teguran apabila anaknya melakukan
kesalahan.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang yang lebih
tua dari dia, seperti cara memanggil kakak, paman, bibi, tante, dan teman
sebayanya. Baik dilingkungan tempat tinggal.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Orang tua/ keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan atau
puskesmas, untuk mengontrol keadaan ibunya.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah memiliki 1 orang anak. Anak pertama 1 tahun. Ny. C
mengatakan menggunakan KB, yang awalnyamenggunakan KB jenis pil
namun karena tidak cocok diganti dengan KB jenis implant sampai saat
ini.
5. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan saat ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Tetapi keluarga belajar menghemat keuangan untuk
kebutuhan keluarga.

6. Stress dan koping keluarga


a. Keluarga sedikit pusing memikirkan Ibunya, karena sejak 3 bulan yang
lalu ibunya dinyatakan positif menderita kencing manis (DM). Ibunya
tidak biasa kontrol secara teratur ke puskesmas karena tidak ada yang
mengantarkan.
b. Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor.
Keluarga hanya bisa membeli obat di apotik sesuai dengan resep dokter.
c. Strategi koping yang digunakan.
7. Keadaan gizi keluarga
a. Pemenuhan gizi
Keluarga tidak begitu memahami pentingnya gizi untuk keluarganya.
Mereka menganggap bahwa gizi tidak berpengaruh akan kesehatan
anggota keluarganya.
b. Upaya lain
Tidak ada upaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarganya.
8. Pemeriksaan fisik
NAMA ANGGOTA KELUARGA
NO VARIABEL Tn. B Ny. C Ibu A (mertua) An. D
1 Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada Diabetes Tidak ada
Saat Ini melitus
2 Keluhan yang Tidak ada Tidak ada - Lemas Tidak ada
dirasakan - Jari kaki
sebelah kiri
terdapat luka
kecil.
3 Tanda dan Gejala Tidak ada Tidak ada - Kelelahan Tidak ada
atau lemas
4 Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada - Diabetes Tidak ada
Sebelumnya melitus
5 Tanda-Tanda Vital TD : 130/80 TD : 120/80 TD : 160/120 TD : 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
RR : 22 x/mnt RR : 18 x/mnt RR : 23 x/mnt RR : 22 x/mnt
HR : 90 x/mnt HR : 85 x/mnt HR : 78 x/mnt HR : 90 x/mnt
Temp : 370C Temp : 370C Temp : 370C Temp : 370C
6 Sistem Peningkatan Normal Mengalami Normal
Cardiovascular tekanan darah gangguan
7 System Respirasi Normal Normal Hipoventilasi Normal
8 System GI Tract Normal Normal Mengalami Normal
gangguan
9 System Tidak ada Normal Mengalami Normal
Persyarafan gangguan
10 System Normal Normal Normal Normal
Musculoskeletal
11 Sytem Genetalia Normal Normal Normal Normal

9. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan
Keluarga berharap ibunya sembuh dari penyakitnya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu
keluarga untuk memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang
tidak memilik kemampuan untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan
dalam lingkungannya.

PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


NO KRITERIA PENGKAJIAN
1 Mengenal masalah Keluarga tahu bahwa ibu A menderita
penyakit diabetes melitus
2 Mengambil keputusan Masalah yang terjadi dalam keluarga Tn. B
yang tepat dimusyawarahkan bersama keluarganya.
Dalam pengambilan keputusan yang paling
dominan melakukannya adalah Tn. B karena
dia merupakan kepala keluarga.
3 Merawat anggota Keluarga belum maksimal bias merawat ibu C
keluarga yang sakit
atau punya masalah
4 Memodifikasi Pemanfaatan rumah Tn. B sudah maksimal.
lingkungan
5 Memanfaatkan sarana Tn. B hanya memberikan ibu A obat dari
kesehatan puskesmas.
10. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: Kurangnya Resiko tinggi
i.Ibu C mengatakan tidak bias perawatan kerusakan integritas
mengontrol penyakitnya kesehatan oleh kulit yang meluas.
karena tidak ada yang keluarga Tn. B
mengantarnya ke
puskesmas.
ii.Keluarga mengatakan hanya
membeli obat di apotik
terdekat sesuai fotocopi
resep dokter.

DO:
iii.Jari kaki ibu C sebelah kiri
terdapat luka kecil sudah 3
minggu belum sembuh.
2 DS: Ketidakmampuan Resiko terjadinya
iv.Ibu C mengatakan tidak bias keluarga merawat komplikasi menahun
mengontrol teratur anggota keluarga diabetes mellitus ibu
penyakitnya karena tidak yang sakit. A keluarga Tn. B
ada yang mengantarnya ke
puskesmas.

DO:
v.Hasil observasi jari kaki ibu
A sebelah kiri terdapat
luka kecil sudah 3 minggu
belum sembuh.

11. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Pada penderita DM
apabila tidak
mendapatkan
perawatan dan
pengobatan secara
teratur akan berdampak
pada komplikasi
menahun DM.
2 Kemungkinan 2/2x2 2 Sumber dan tindakan
masalah dapat diubah dapat dijangkau oleh
keluarga.
3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Keluarga mempunyai
dicegah dana dan kemampuan
intelektual bila
diberikan penyuluhan
tentang penyakit DM.
4 Menonjolnya masalah 2/2x1 1 Keluarga menyadari
adanya masalah tetapi
keluarga kurang
menyadari dampak
apabila ada anggota
keluarga yang sakit
tidak dikontrol secara
teratur.

12. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang meluas berhubungan dengan
kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. B
b. Resiko terjadinya komplikasi menahun diabetes mellitus Ibu A keluarga
Tn. B berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

No Tujuan Kriteria Hasil


Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan Klien mampu : Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
penyuluhan keluarga 1. Dapat menjelaskan maslah menjelaskan masalah keluarga.
mengenal dan terhadap perawatan ibunya yang terhadap perawatan 2. Kaji pengetahuan keluarga
mencegah memberi sakit. ibunya yang sakit. tentang mengenali maslah.
perawatan pada 2. Dapat menyembutkan tanda dan 2. Keluarga dapat 3. Diskusikan dengan
perubahan yang akan gejala pada perubahan status menyebutkan tanda keluarga tentang akibat
terjadi pada status kesehatan ibunya. dan gejala pada dari perubahan kesehatan
kesehatan ibu A. 3. Dapat menyebutkan upaya untuk perubahan kesehatan ibunya.
mencegah perubahan kesehatan ibuya. 4. Evaluasi terhadap topik
ibunya. 3. Keluarga dapat yang telah didiskusikan
menyebutkan upaya dengan keluarga.
untuk mencegah 5. Berikan pujian terhadap
perubahan kesehatan ungkapan keluarga yang
ibunya. mendukung terhadap
pencegahan kecemasan.
2 Setelah dilakukan Keluarga mampu : Verbal 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga
penyuluhan keluarga 1. Menyebutkan masalah nutrisi. menyebutkan masalah tentang masalah nutrisi.
mengenal masalah 2. Mampu mengambil keputusan nutrisi. 2. Kaji keluarga tentang
nutrisi yang dalam memperbaiki nutrisi pada 2. Keluarga mampu pengambilan keputusan
dibutuhkan pada ibunya. mengambil keputusan memperbaiki masalah
ibunya. 3. Dapat mencegah masalah nutrisi. dalam memperbaiki nutrisi.
nutrisi pada ibunya. 3. Jelaskan bahwa
3. Keluarga mampu pencegahan nutrisi pada
mencegah masalah ibunya sangat penting
nutrisi. untuk kesehatan.
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1 Resiko tinggi kerusakan 23-3-2019 Menganjurkan keluarga untuk 1. Struktur
integritas kulit yang meluas selalu melakukan perawatan/ a. Keluarga Tn. B dapat bekerja
berhubungan dengan kurangnya kontrol terhadap kesehatan ibunya. sama dengan petugas.
perawatan kesehatan oleh b. Keluarga mengerti maksud dan
keluarga Tn. B tjuan kunjungan hari ini.

2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam
diskusi.
b. Keluarga dapat memberikan minat
terhadap kegiatan atau tindakan
yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan
respon verbal dan non verbal yang
baik.
d. Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung.

3. Hasil
a. Keluarga dapat memberikan
perawatan terhadap ibunya.
b. Menyebutkan upaya pencehgahan
resiko kerusakan integritas kulit.
c. Keluarga dapat mengetahui tanda
dan gejala bila kurang perawatan.
2 Resiko terjadinya komplikasi 23-3-2019 Anjurkan keluarga untuk selalu 1. Struktur
menahun diabetes mellitus Ibu A mengawasi kesehatan yang ada a. Keluarga Bapak B dapat bekerja
keluarga Tn. B berhubungan pada ibunya. sama dengan petugas.
dengan ketidakmampuan b. Keluarga mengerti maksud dan
keluarga merawat anggota tjuan kunjungan hari ini.
keluarga yang sakit.
2. Proses
e. Keluarga dapat terlihat aktif dalam
diskusi.
f. Keluarga dapat memberikan minat
terhadap kegiatan atau tindakan
yang dapat dilakukan.
g. Keluarga dapat memberikan
respon verbal dan non verbal yang
baik.
h. Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung.
i. Keluarga dapat mengontrol
kegiatan ibunya.

3. Hasil
a. Keluarga dapat mencegah resiko
terjadinya komplikasi pada
ibunya.
b. Menyebutkan dapat cara
perawatan kesehatan ibunya.
c. Keluarga dapat melaksanakan cara
pemenuhan nutrisi ibunya.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan
yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu
rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yang ada pada
keluarga tersebut. Jadi apa bila pada keluarga riwayat keluarga ini, keluarga harus
merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/
puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELITUS ( DM )

Oleh :
Ns. Saftiyanti, S Kep

PUSTU PADANG BELIMBING


Nagari Koto Sani
Kecamatan X Koto Singkarak
Kabupaten Solok
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang DM selama 1 x 30 menit, pasien
dan keluarga dapat memahami tentang penyakit DM dan mampu melakukan
perawatan diri terhadap penyakit DM.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang :
1) Pengertian DM
2) Penyebab DM
3) Tanda dan Gejala DM
4) Akibat lanjut DM
5) Obat tradisional untuk DM
6) Perawatan dan pencegahan DM
7) Makanan yang dipantang dan juga yang diperbolehkan
8) Lingkungan yang baik untuk penderita DM
2. Sasaran
Pasien dan keluarga
3. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Jam :
4. Materi
Terlampir
5. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Klien &
No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Waktu
Keluarga
1 Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab salam 5 menit
2. Menjelaskan Menyetujui kontrak
kontrak dan tujuan waktu dan bahasa.
pertemuan
2 Penyampaian 1. Menggali Mengemukakan 20 menit
materi/isi pengetahuan pasien pendapat
penyuluhan dan keluarga tentang
DM Mendengarkan
2. Memberikan
reinforcement positif Mendengarkan dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Tanda dan gejala
DM
d. Akibat lanjut dari
DM
e. Obat tradisional
untuk DM
f. Perawatan dan
pencegahan DM
g. Makanan yang
dipantang dan juga
yang diperbolehkan
h. Lingkungan yang
baik untuk penderita Mengemukakan
DM pendapat
4. Memberi
kesempatan kepada
pasien dan keluarga Mendengarkan
untuk bertanya
5. Memberikan Mengemukakan
reinforcement positif pendapat
6. Diskusi dengan Mendengarkan
keluarga
7. Memberikan
reinforcement positif

3 Penutup Menutup pertemuan 5 menit


dengan salam

8. Metode

1. Diskusi

2. Tanya jawab

9. MEDIA DAN ALAT

Lembar balik dan leaflet


MATERI

DIABETES MELLITUS ( DM )

A. Pengertian

Diabetes mellitus ( DM ) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam


darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara
efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke
dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

B. Penyebab
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. Tanda dan Gejala


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi ( misalnya bisul ) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah
D. Akibat lanjut DM
1. Penyakit jantung
2. Stroke
3. Aterosklerosis
4. Hipertensi
5. Neuropati ( Mati rasa, kesemutan dari ujung kaki menjalar ke atas )
6. Nefropati ( Gagal ginjal )
7. Katarak dan glaukoma
8. Hipoglikemi
9. ketoasidosis

E. Obat Tradisional Untuk DM


1. Lidah buaya : dibuat jus lalu diminum
2. Daun salam : direbus lalu diminum
3. Pare : dimasak
4. Mahkota dewa : dikeringkan, setelah kering direbus lalu diminum airnya

F. Perawatan dan pencegahan DM


Perawatan DM : 1. Minum obat secara teratur
2.Diet yang tepat
3.Olahraga yang teratur
4.Kontrol gula darah teratur
5.Pencegahan komplikasi
Pencegahan DM
1. Tahu apa itu diabetes mellitus
2. Mengurangi porsi makan
3. Olahraga
4. Menurunkan berat badan
5. Sarapan sangat penting
6. Hindari makanan berlemak
7. Hindari minuman manis
8. Makan banyak sayuran
g. Makanan yang dipantang dan juga yang diperbolehkan
1. Makanan yang dipantang/tidak boleh dikonsumsi : manisan buah, gula pasir,
susu kental manis, madu, abon, kecap, sirup, es krim
2. Makanan yang boleh dimakan tetapi harus dibatasi : nasi, singkong, roti, telur,
tempe, tahu, kacang hijau, kacang tanah, ikan
3. Makanan yang dianjurkan untuk dimakan : kol, tomat,kangkung, oyong, bayam,
kacang panjang, pepaya, jeruk, pisang, labu siam

h. Lingkungan yang baik untuk penderita DM


1. Lingkungan rumah tidak licin
2. Tangga/undakan tidak tinggi
3. Kaos kaki dan sepatu jangan terlalu sempit
4. Jangan memakai pisau silet untuk memotong kuku
5. Hindari rokok
PENGERTIAN : 4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah suatu penyakit
DIABETES dimana kadar glukosa didalam darah tinggi
dan mengantuk
MELLITUS (DM)
 MANFAAT ASI karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau
5. Penurunan berat badan
menggunakan insulin secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
6. Kulit terasa kering
pankreas yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan kadar gula darah yang normal.
7. Sering menderita sariawan atau infeksi
Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai
( Misalnya bisul ) yang sulit sembuh
cadangan energi.
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan
PENYEBAB :
1. Keturunan 5. Kehilangan insulin tangan
2. Usia 6. Alkoholisme
9. Mual dan muntah
3. Kegemukan 7. Obat-obatan
4. Kurang gerak
AKIBAT LANJUT
Oleh :
Ns.Saftiyanti,S.Kep TANDA DAN GEJALA 1. Penyakit jantung

2. Stroke

1. Sering merasa haus 3. Aterosklerosis


PUSTU PABEL 2. Sering kencing terutama malam hari  4. Hipertensi
Nagari Koto Sani
Kec. X Koto Singkarak 3. Pandangan menjadi kabur 5. Neuropati ( mati rasa, kesemutan
Kabupaten Solok - Sumbar
dari ujung kaki menjalar ke atas )
6. Nefropati ( Gagal ginjal ) 3. Pare : dimasak telur, tempe, tahu, kacang hijau, kacang
4. Mahkota dewa : dikeringkan, setelah tanah, ikan
7. Katarak dan glaukoma
kering direbus lalu diminum airnya 3. Makanan yang dianjurkan untuk

8. Hipoglikemia PENCEGAHAN PENYAKIT DM : dimakan : kol,tomat, kangkung, oyong,


bayam,
1. Tahu apa itu diabetes mellitus
9. ketoasidosis 4. kacang panjang, pepaya, jeruk, pisang,
2. Mengurangi porsi makan
labu siam
3. Olahraga
LINGKUNGAN YANG BAIK UNTUK
4. Menurunkan berat badan
PENDERITA DM:
5. Sarapan sangat penting 1. Lingkungan rumah tidak licin
2. Tangga/undakan tidak tinggi
Perawatan Penyakit DM: 6. Hindari makanan berlemak
3. Kaos kaki dan sepatu jangan terlalu
1. Minum obat secara teratur 7. Hindari miunuman manis
sempit
2. Diet yang tepat 8. Makan banyak sayuran 4. Jangan memakai pisau silet untuk
3. Olahraga yang teratur memotong kuku
MAKANAN UNTUK PENDERITA DM
5. Hindari rokok
4. Kontrol gula darah secara teratur 1. Makanan yang dipantang/tidak boleh
5. Pencegahan komplikasi dikonsumsi : manisan buah, gula pasir,, Bagi penderita DM harus teratur
susu kental manis, madu, abon, kecap,
OBAT TRADISIONAL UNTUK memeriksakan diri ke puskesmas
sirup, es krim
PENDERITA DM: untuk dilakukan pemeriksaan kadar
2. Makanan yang boleh dimakan tetapi
1. Lidah buaya : dibuat jus lalu diminum
harus dibatasi : nasi, singkong, roti, gula darah sehingga kadar gula
2. Daun salam : direbus lalu diminum
airnya darahnya terkontrol.
JADWAL KUNJUNGAN PUSTU PABEL

SENIN-SABTU : Jam 08.00-14.00 WIB


DIABETES MELLITUS
(PENYAKIT GULA)

Ns. SAFTIYANTI, S.Kep

PUSTU PADANG BELIMBING


Nagari Koto Sani
Kec. X Koto Singkarak
Kabupaten Solok – Sumbar

Apa itu Diabetes Melitus (DM)..??

 Suatu keadaan tingginya


kadar gula darah karena
tubuh tidak memakai
insulin sebagaimana
mestinya.
APA PENYEBABNYA…??

 Keturunan
 Fungsi sel pankreas berkurang
 Perubahan karena lanjut usia
 Aktifitas fisik yang kurang
 Berat Badan yang berlebih
 Faktor Makanan
Sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kurang serat.

APA TANDA DAN GEJALA PENYAKIT


Diabetes Melitus pada lansia :

Berat badan turun


Infeksi jamur dan bakteri
pada kulit
Gangguan persyarafan : kesemutan,
kelemahan otot, impoten
Nafsu makan meningkat
Gejala lanjut:
 Gatal-gatal
 Kesemutan
 Kulit terasa panas
 Mata kabur
 Kram
 Mudah mengantuk
 Kemampuan seksual
menurun
AKIBAT LANJUT DIABETES MELITUS:

 Hipoglikemi

 Penyakit jantung

 Paru-paru

 Gangguan mata dan ginjal

 Ulkus pada kaki


 Impotensi
KAPAN SESEORANG DIKATAKAN MENDERITA
PENYAKIT DIABETES MELITUS ??

 Keluhan dari gejala khas


ditemukan
 Kadar gula darah 2 jam PP
lebih dari 180 mg/dl
 Kadar gula darah puasa lebih dari
120 mg/dl

BAGAIMANA PERAWATANNYA?

1. Perencanaan makan yang tepat, mencakup :


 Jumlah
 Jadwal makan
 Jenis makanan yang dimakan
 Komposisi gizinya

2. Olahraga yang teratur


3. Makan obat-obatan dengan teratur sesuai
dengan petunjuk dokter
4. Sering mengikuti penyuluhan-
penyuluhan tentang diabetes
melitus
5. Melakukan upaya pencegahan,
seperti
 Perawatan kaki dan kuku
 Perawatan sepatu dan kaus kaki
 Perawatan gigi dan mulut
ASUPAN DIET BAGI PENDERITA
DIABETES

 Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan


 Minum air dalam jumlah banyak pada waktu makan
 Makan dengan waktu yang teratur
 Hindari makanan manis dan gorengan
 Tingkatkan asupan sayuran
 Minum air putih atau minuman bebas gula setiap kali haus
 Makanlah daging, telor, dan kacang-kacangan dalam porsi
kecil

BAGAIMANA CARA MERAWAT KAKI


DAN KUKU ??

Petunjuk cara perawatan kaki :


 Cuci kaki dengan sabun bayi setiap hari dan di basuh
dengan air suam- suam kuku.
 Jangan menggunakan air terlalu panas karena dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit.
 Setelah kaki dicuci keringkan dengan handuk halus
secara hati-hati, perhatikan sela-sela jari kaki.
 Berikan pelembab kulit
 Jangan memberi pelembab kulit pada sela-sela jari
kaki karena dapat mengakibatkan lecet pada kaki dan
memudahkan pertumbuhan jamur.
 Periksa kaki setiap hari terutama telapak kaki dan
jari kaki dengan menggunakan cermin
 Perhatikan ada atau tidaknya luka lecet,kemerahan
dan kelainan telapak kaki lainnya seperti kulit tebal
atau infeksi.

Apa manfaat dari perawatan kaki ???


dengan air hangat dan bersih maka kulit kaki akan segar dan aliran darah
lancar akibat pengaruh air hangat.

Kaos kaki
 Kaos kaki sebaiknya berasal dari bahan katun yang
dapat menyerap keringat
 Apabila kedinginan sebaiknya gunakan kaos kaki dari
bahan wool
 Tebalnya kaos kaki harus sesuai dengan sepatu yang
dipakai dan jangan terasa sempit sehingga telapak kaki
kurang bergerak dan akibatnya kaki mudah bengkak dan
sakit.

Perawatan gigi dan mulut


 Selalu membersihkan gigi / menyikat gigi
ddengan sikat gigiyang halus
 Gunakan pasta gigi yang sama, jangan berganti-
ganti
1. Buah pare dimasak seperti ditumis, gulai dan diurap
2. Petai cina yang telah kering caranya digongseng, lalu
ditumbuk halus. Ambil 1 sendok makan seduh dengan
air panas dan minum seperti minum kopi, diminum 1
kali sehari
3. Daun kacang piring diperas dengan air 1 gelas lalu
dimium rutin 1 kali sehari
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
YANG BISA DIGUNAKAN
1. Puskesmas : jam 08.00-12.00 Wib
2. Rumah sakit pemerintah dan swasta : 24 jam
3. Praktek Dokter ; jam 17.00-12.00 Wib
4. Klinik-klinik swasta : 24 jam

Manfaat Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1. Tempat konsultasi memperoleh informasi
2. Tempat pemeriksaan kesehatan
3. Tempat berobat

TERIMA KASIH……!!
SEMOGA BERMANFAAT

4.

Anda mungkin juga menyukai