Oleh :
Ns. SAFTIYANTI, S,Kep
NIP. 196709041989122001
PUSKESMAS SINGKARAK
KECAMATAN X KOTO SINGKARAK
KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Penilai :
PUSKESMAS SINGKARAK
KECAMATAN X KOTO SINGKARAK
KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas Pola Penyakit Diabetes Melitus”.
Makalah ilmiyah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan malakah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat perbaiki makalah ilmiyah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiyah inilah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang.....................................................................................................
B...Tujuan .................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A...Kesimpulan .........................................................................................................
B...Daftar Pustaka .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren
glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan,
kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes
di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang
dikenal dengan Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdidri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes,
Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi.
Diabetes mellitus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Soegondo, 1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam
menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan
penggunaan obat-obatan (Putra, 1995). Berbagai penelitian telah menunjukkan
ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri (Efendi Z, 1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,
jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150
juta, tahun 2000 = 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994), tahun 2010 = 279,3 juta (kurang
lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di
Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah
penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998 = 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta
dan 2020 = 6,5 juta.
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi-instruksi
ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik
(Haznam, 1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama
ia masih menderita gejala/ yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-
hari. Begitu ia bebas dari keluhan-keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat
berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor (1991). La
Greca & Stone (1985) menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting. Tingkat ketidakpatuhan
terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor antara lain :
pengetahuan yang relative minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet
dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro, A,
1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu
proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatlaksanaan
DM. Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana.
4. Pengunaan alat bantu pandang (audio visual).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi.
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis,
jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi
penyuluhan difokuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti
diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program
terapi DM.
Dari uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian guna mengetahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi,
sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.
2. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien
DM.
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.1 Pengertian
Diabetes militus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan
tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin
absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat,
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Depedent Diabetes Melitus) atau
tipe juvenile:
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup. Diabetes mellitus tipe I juga disebut juvenile
onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi
destruksi sel beta pancreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka
cenderung mengalami komplikasi metabolic akut berupa ketosis dan
ketoasidosis.
2. Diabetes Mellitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa da
nada kecendruangan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya
kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin
dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes mellitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormone-hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pancreas, obat-obatan,
dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu.
Umumnya obat-obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain:
direutik furosemide (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epineprin, dilantin dan
asam nikotinat (Long, 1996).
1.3 Anatomi dan Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar
5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram.
Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 dibelakang lambung. Pankreas
merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan
maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu :
1. Ini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau Langerhans
yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh
pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau langerhans
berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau
langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak
adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga
jenis sel utama, yaitu :
a. Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % : memproduksi glikagon
yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai “anti
insulin like activity”.
b. Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.
c. Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin.
Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. pada
penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang
normal dimana sel beta tidak menunjukan reaksi pewarnaan untuk insulin
sehingga dianggap tidak berfungsi. Insulin merupakan
1.4 Etiologi dan Predisposisi
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
penyebab terjadinya DM, yaitu factor keturunan, fungsi sel pancreas dan sekresi
insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut
berhubungan dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab
yang mengambil peranan paling penting dalam terjadinya kesrusakan sel-sel beta
pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin
maupun kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam
amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel untuk metabolisme
intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan
menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan
fosfat (Long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insulin
insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada
mereka yang mengalami perubahan makanan secara berlebihan. Obesitas merupakan
faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas
mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur akan
menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa
darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut.
Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 1996).
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan fungsi organ
dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588) menyatakan
bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang tergantung pada
insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses
autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe
II disebabkan kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengembalian glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative
insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota
yang terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote
dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : < 50 % dan
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90-100 % (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih,
pada masyarakat Amerika angkat kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan
pada populasi umu adalah : 1:200 (Long, 1996).
3. Faktor autoimmune sel-sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimmune.
4. Proses radang atau infeksi pada usus pankreatitis akan terjadi hambatan
sekresi insulin.
5. Faktor obesitas, jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan
(Long, 1996).
6. Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau
karena efek dari obat-obatan tertentu (Long, 1996).
1.5 Patofisiologi
1. Data Umum
Identitas Kepala Keluarga
1. Nama KK : Tn. B
2. Umur : 36 tahun
3. Alamat : Padang Belimbing
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, 1 orang anak dan ibu (mertua)
7. Tipe Keluarga : Inti
8. Suku : Minang - Indonesia
9. Agama : Islam
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Suami – Isteri bekerja
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Nonton televise
A. Komposisi Keluarga
No Nama Sex Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan
1 Tn. B L 36 th Ayah Wiraswasta SMA
2 Ny. C P 30 th Ibu Wiraswasta SMA
3 An. D P 1 th Anak Kandung - -
4 Ibu A P 58 th Ibu Tn. B - SMP
B. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki X : Meninggal : Garis keturunan
C. Tipe keluarga
a. Jenis tipe : Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tigal bersama keluarga
sedarah suami.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut : tidak ada masalah yang
terjadi dengan tipe keluarga.
D. Suku/Bangsa
Tn. B dan Ny. C sama-sama berasal dari suku minang. Mereka bias menerima
kebiasaan mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama jadi
tidak ada kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap perbedaan.
E. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. B adalah agama islam. Keluarga Tn. B biasa
melakukan Shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.
7. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri ruang tamu (6 m),
ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), daour dan kamar mandi (7 m dan
3 m). Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air
minum juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC Cemplung).
Status rumah adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat
dari seng. Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak
makanan dan air minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah
diperkarangan rumah kemudian dibakar. Keadaan halamah rumah banyak
ditumbuhi rumput.
Denah rumah :
5m 5m
5m
6m 1 2
4 6m
10 m 3
5 6 5m
4m 7 4m
8
7m 3m
Keterangan rumah :
1. Ruang tamu
2. Kamar 1
3. Kamar 2
4. Ruang tengah
5. Kamar 3
6. Kamar 4
7. Dapur
8. WC
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Hubungan Tn. B dengan tetangga
sangat baik. Selain itu Ny. A juga aktif dalam kegiatan arisan dengan tetangga.
Sebahagian besar komunitas RW adalah warga pendatang yang umumnya
berprofesi sebagai pegawai negeri atau swasta. Sedangkan sarana transportasi
yang digunakan oleh warga adalah angkot, ojek motor dan mobil pribadi.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah. Tn. B
bekerja dari pagi samapai jam 17 wib sebagai wiraswasta. Sedangkan Ny. A
membantu suaminya dengan berjualan/berdagang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini rajin melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian.
Anaknya juga rajin mengaji.
e. System pendukung keluarga pemecahan masalah.
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan
keluarga dan dalam
8. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk
menyelesaikan masalah anaknya. Namun terkadang Ny. C menegur dengan
keras apabila anaknya tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai
bahasa Minang.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. B bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus
bertanggung jawab terhadap keluarga Ny. C berperan sebagai ibu rumah
tangga yang juga mengurus anak-anaknya.
3. Struktur peran (formal/informal)
a. Tn. B
Formal
Menjadi keluarga, suami, ayah dan menantu
Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan
menjadi wiraswasta.
b. Ny. C
Formal
Menjadi ibu rumah tangga, istri dan anak.
Informal
Masih aktif menjadi anggota keluarga masyarakat, sering mengikuti
acara pengajian ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal dan membantu
suaminya berdagang/berjualan.
c. An. D
Formal
Sebagai anak dan cucu
Informal
Belum masuk sekolah
d. Ibu A
Formal
Sebagai Ibu dari Tn. B
Informal
Masih aktif dalam anggota masyarakat dan sering berada di rumah.
9. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan
Keluarga berharap ibunya sembuh dari penyakitnya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu
keluarga untuk memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang
tidak memilik kemampuan untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan
dalam lingkungannya.
DO:
iii.Jari kaki ibu C sebelah kiri
terdapat luka kecil sudah 3
minggu belum sembuh.
2 DS: Ketidakmampuan Resiko terjadinya
iv.Ibu C mengatakan tidak bias keluarga merawat komplikasi menahun
mengontrol teratur anggota keluarga diabetes mellitus ibu
penyakitnya karena tidak yang sakit. A keluarga Tn. B
ada yang mengantarnya ke
puskesmas.
DO:
v.Hasil observasi jari kaki ibu
A sebelah kiri terdapat
luka kecil sudah 3 minggu
belum sembuh.
11. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Pada penderita DM
apabila tidak
mendapatkan
perawatan dan
pengobatan secara
teratur akan berdampak
pada komplikasi
menahun DM.
2 Kemungkinan 2/2x2 2 Sumber dan tindakan
masalah dapat diubah dapat dijangkau oleh
keluarga.
3 Potensi masalah untuk 2/3x1 2/3 Keluarga mempunyai
dicegah dana dan kemampuan
intelektual bila
diberikan penyuluhan
tentang penyakit DM.
4 Menonjolnya masalah 2/2x1 1 Keluarga menyadari
adanya masalah tetapi
keluarga kurang
menyadari dampak
apabila ada anggota
keluarga yang sakit
tidak dikontrol secara
teratur.
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam
diskusi.
b. Keluarga dapat memberikan minat
terhadap kegiatan atau tindakan
yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan
respon verbal dan non verbal yang
baik.
d. Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung.
3. Hasil
a. Keluarga dapat memberikan
perawatan terhadap ibunya.
b. Menyebutkan upaya pencehgahan
resiko kerusakan integritas kulit.
c. Keluarga dapat mengetahui tanda
dan gejala bila kurang perawatan.
2 Resiko terjadinya komplikasi 23-3-2019 Anjurkan keluarga untuk selalu 1. Struktur
menahun diabetes mellitus Ibu A mengawasi kesehatan yang ada a. Keluarga Bapak B dapat bekerja
keluarga Tn. B berhubungan pada ibunya. sama dengan petugas.
dengan ketidakmampuan b. Keluarga mengerti maksud dan
keluarga merawat anggota tjuan kunjungan hari ini.
keluarga yang sakit.
2. Proses
e. Keluarga dapat terlihat aktif dalam
diskusi.
f. Keluarga dapat memberikan minat
terhadap kegiatan atau tindakan
yang dapat dilakukan.
g. Keluarga dapat memberikan
respon verbal dan non verbal yang
baik.
h. Keluarga kooperatif selama
kegiatan berlangsung.
i. Keluarga dapat mengontrol
kegiatan ibunya.
3. Hasil
a. Keluarga dapat mencegah resiko
terjadinya komplikasi pada
ibunya.
b. Menyebutkan dapat cara
perawatan kesehatan ibunya.
c. Keluarga dapat melaksanakan cara
pemenuhan nutrisi ibunya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan
yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu
rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yang ada pada
keluarga tersebut. Jadi apa bila pada keluarga riwayat keluarga ini, keluarga harus
merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/
puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELITUS ( DM )
Oleh :
Ns. Saftiyanti, S Kep
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang DM selama 1 x 30 menit, pasien
dan keluarga dapat memahami tentang penyakit DM dan mampu melakukan
perawatan diri terhadap penyakit DM.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang :
1) Pengertian DM
2) Penyebab DM
3) Tanda dan Gejala DM
4) Akibat lanjut DM
5) Obat tradisional untuk DM
6) Perawatan dan pencegahan DM
7) Makanan yang dipantang dan juga yang diperbolehkan
8) Lingkungan yang baik untuk penderita DM
2. Sasaran
Pasien dan keluarga
3. Strategi Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
Jam :
4. Materi
Terlampir
5. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Klien &
No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Waktu
Keluarga
1 Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab salam 5 menit
2. Menjelaskan Menyetujui kontrak
kontrak dan tujuan waktu dan bahasa.
pertemuan
2 Penyampaian 1. Menggali Mengemukakan 20 menit
materi/isi pengetahuan pasien pendapat
penyuluhan dan keluarga tentang
DM Mendengarkan
2. Memberikan
reinforcement positif Mendengarkan dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Tanda dan gejala
DM
d. Akibat lanjut dari
DM
e. Obat tradisional
untuk DM
f. Perawatan dan
pencegahan DM
g. Makanan yang
dipantang dan juga
yang diperbolehkan
h. Lingkungan yang
baik untuk penderita Mengemukakan
DM pendapat
4. Memberi
kesempatan kepada
pasien dan keluarga Mendengarkan
untuk bertanya
5. Memberikan Mengemukakan
reinforcement positif pendapat
6. Diskusi dengan Mendengarkan
keluarga
7. Memberikan
reinforcement positif
8. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
DIABETES MELLITUS ( DM )
A. Pengertian
B. Penyebab
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan
2. Stroke
Keturunan
Fungsi sel pankreas berkurang
Perubahan karena lanjut usia
Aktifitas fisik yang kurang
Berat Badan yang berlebih
Faktor Makanan
Sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kurang serat.
Hipoglikemi
Penyakit jantung
Paru-paru
BAGAIMANA PERAWATANNYA?
Kaos kaki
Kaos kaki sebaiknya berasal dari bahan katun yang
dapat menyerap keringat
Apabila kedinginan sebaiknya gunakan kaos kaki dari
bahan wool
Tebalnya kaos kaki harus sesuai dengan sepatu yang
dipakai dan jangan terasa sempit sehingga telapak kaki
kurang bergerak dan akibatnya kaki mudah bengkak dan
sakit.
TERIMA KASIH……!!
SEMOGA BERMANFAAT
4.