Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum secara umum dapat diartikan suatu rancangan untuk memfasilitasi peserta
didik belajar membangun pengalaman tentang diri dan lingkungannya. Kurikulum seharusnya
memuat kemampuan yang diharapkan dicapai anak, pendekatan, strategi, muatan, dan metode
pengelolaan untuk mengukur pencapaian kemampuan yang ditetapkan. Kurikulum menjadi
kerangka kerja (framework) penyelenggaraan pendidikan sehingga penting kedudukannya
karena menentukan arah pengembangan yang akan dicapai pendidikan sesuai lingkup
cakupannya.

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ditetapkan dalam PERMENDIKBUD no 146
tentang Kurikulum 2013 PAUD telah diberlakukan mulai tahun ajaran 2014/2015. Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini menjadi acuan dalam menyusun kurikulum di tingkat Satuan
Pendidikan. Mengingat kurikulum sebagai kerangka kerja suatu lembaga atau satuan
pendidikan selayaknya seluruh satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasional
yang akan dijadikan sebagai panduan bagi peyelenggaraan pendidikan di lembaganya. Layanan
pendidikan anak usia dini yang tidak berbasis pada kurikulum sama halnya tidak adanya
panduan haluan yang mengarahkan tujuan yang akan dicapai satuan pendidikan tersebut.
Sehingga proses pendidikan tidak akan optimal karena pendidik tidak tahu apa dan kemana
yang hendaknya dituju dan dilakukan bersama anak.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi bagian dari tugas
pengelola satuan pendidikan, akan tetapi penyusunan jabaran KTSP menjadi kurikulum
operasional dalam bentuk RPP dan RPH menjadi tugas dari pendidik. Karenanya pengelola dan
pendidik harus memahami konsep Kurikulum PAUD, Struktur Kurikulum PAUD, Program
Pengembangan PAUD, Pengembangan Muatan/Materi Kurikulum PAUD, dan cara penyusunan
KTSP. KTSP yang akan dibuat pada modul ini juga akan bermuatan muatan lokal budaya Kab
Sumbawa Barat.
Bahan ajar ini memuat materi-materi yang dijabarkan di atas, sehingga apabila para
pendidik dan pengelola mempelajarinya secara cermat diharapkan dapat menguasai dan
mengembangkan KTSP di satuan pendidikan anak usia dini yang dikelolanya.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Modul/bahan ajar ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta
Workshop Penyususnan Silabus muatan local agar memahami pengembangan kurikulum
pendidikan anak usia dini di satuan PAUD.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dari penyusunan modul/bahan ajar ini agar peserta workshop dapat
memahami dengan utuh terkait:
a. Kosep Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian, tujuan, karakteristik dan landasan
pengembangan kurikulum PAUD

b. Struktur Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian, tujuan, dan kerangka dasar kurikulum
pendidikan anak usia dini

c. Program Pengembangan PAUD, meliputi: Program Pengembangan Nilai Agama dan


Moral, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional dan

d. Pengembangan Muatan/Materi Kurikulum PAUD; meliptu: pengertian, tujuan/manfaat


dan cara penyusunan muatan/materi kurikulum di PAUD.

e. Cara penyusunan KTSP, meliputi: penyusunan visi, misi, karakteristik, muatan


pembelajaran, kalender pendidikan, program tahunan, lama belajar, dan SOP
Pembelajaran.

f. Dapat mengembangkan tema-tema dari muatan local

C. Ruang Lingkup

Modul / bahan ajar ini meliputi aspek yang berkaitan pemahaman konsep, penyusunan dan
pengembangan kurikulum satuan PAUD, yang meliputi:
1. Kosep Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian, tujuan, karakteristik dan landasan
pengembangan kurikulum kurikulum PAUD

2. Struktur Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian,tujuan, dan kerangka dasar kurikulum


pendidikan anak usia dini

3. Program Pengembangan PAUD, meliputi: Program Pengembangan Nilai Agama dan Moral,
Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional dan

2
4. Pengembangan Muatan/Materi Kurikulum PAUD; meliptu: pengertian, tujuan/manfaat dan
cara penyusunan muatan/materi kurikulum di PAUD.

5. Cara penyusunan KTSP, meliputi: penyusunan visi, misi, karakteristik, muatan


pembelajaran, kalender pendidikan, program tahunan, lama belajar, dan SOP Pembelajaran.

D. Petunjuk Belajar

Agar dapat memahami dan menguasai cara penyusunan kurikulum di satuan PAUD, secara
tepat, utuh dan mendalam, peserta workshop diharapkan:
1. Membaca secara tuntas dan cermat seluruh materi yang ada dalam modul atau bahan ajar
ini.
2. Jangan berpindah ke materi berikutnya sebelum materi awal dapat dipahami dengan baik.
3. Mengikuti paparan atau penyajian materi ini secara fokus pada saat disampaikan dalam
kegiatan workshop tahap tatap muka.
4. Melakukan analisis dan mendiskusikan setiap paparan yang disajikan baik dengan teman
peserta maupun dengan nara sumber.
5. Mengerjakan berbagai tugas yang diminta, baik yang disajikan dalam modul ini maupun
yang diberikan oleh nara sumber pada saat mengikuti workshop.
6. Mengerjakan soal latihan untuk mengukur tingkat pemahaman dan keterampilan sebagai
hasil pembelajaran.
7. Mencari dan mempelajari bahan atau sumber bacaan lain untuk menunjang pemahaman
dan wawasan tentang materi yang sedang anda pelajari, antara lain yang dianjurkan:
1) Permendikbud RI Nomor 137/2014 tentang Standar Nasional PAUD
2) Permendikbud RI Nomor 146/2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD
3) Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 PAUD, yang diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan PAUD, 2018 (Edisi Revisi 2018)
8. Melaksanakan tugas-tugas terkait modul ini.

3
BAB II

RENCANA PENYAJIAN MATERI

A. Kompetensi

Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta setelah mengikuti pelatihan secara umum
adalah memahami pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini di satuan PAUD
masing-masing sesuai dengan kondisi, potensi dan daya dukung yang dimiliki oleh setiap PAUD.
Sedangkan secara khusus kompetensi yang diharapkan dicapai adalah sebagai berikut :
1. Memahami Kosep Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian, tujuan, karakteristik dan
landasan pengembangan kurikulum kurikulum PAUD
2. Memahami Struktur Kurikulum PAUD, meliputi: pengertian,tujuan, dan kerangka dasar
kurikulum pendidikan anak usia dini
3. Memahami Program Pengembangan PAUD, meliputi: Program Pengembangan Nilai Agama
dan Moral, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial Emosional dan seni
4. Mampu mengembangkan Muatan/Materi Kurikulum PAUD; meliputi: pengertian,
tujuan/manfaat dan cara penyusunan muatan/materi kurikulum di PAUD.
5. Mampu menyusun Kurikulum PAUD yang bermuatan lokal

B. Materi/Sub Materi

Untuk mencapai kompetensi di atas, disusun sejumlah materi dan submateri diklat sebagai
berikut:

1. Kosep Kurikulum PAUD, meliputi:


a. Pengertian kurikulum PAUD
b. Tujuan kurikulum PAUD
c. Karakteristik kurikulum PAUD
d. Landasan pengembangan kurikulum PAUD
2. Struktur Kurikulum PAUD, meliputi:
a. Pengertian Struktur Kurikulum PAUD
b. Muatan materi
c. Kompetensi Inti
d. Kompetensi dasar

4
e. lama Belajar
f. Indikator perkembangan
3. Program Pengembangan PAUD, meliputi:
a. Program Pengembangan Nilai Agama dan Moral
b. Program Pengembangan Fisik Motorik
c. Program Pengembangan Kognitif
d. Program Pengembangan Bahasa
e. Program Pengembangan Sosial Emosional
f. Program Pengembangan Seni
4. Pengembangan Muatan/Materi Kurikulum PAUD; meliputi:
a. Pengertian muatan/materi kurikulum di PAUD
b. Cara penyusunan muatan/materi kurikulum di PAUD
5. KTSP PAUD
a. Pengertian KTSP PAUD
b. Prinsip-prinsip pengembangan KTSP
c. Prosedur pengembangan KTSP
d. Peninjauan KTSP
6. Komponen KTSP, meliputi:
a. Dokumen 1 KTSP
b. Dokumen 2 KTSP.
c. Pengembangan tema-tema bermuatan lokal

C. Strategi/Metode Penyajian

Workshop ini diharapkan dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang bervariasi
dengan harapan proses pelatihan berlangsung sacara kondusif dan tidak membosankan.
Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam pelatihan ini adalah:

1. Ceramah

2. Curah Pendapat

3. Penugasan

4. Diskusi Kelompok

5
5. Praktek

D. Media, Alat dan Bahan

Media yang dapat dimanfaatkan oleh pelatih dalam menyajikan materi ini, di antaranya adalah:

1. Power Point tentang Materi ini

2. Daftrar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar berdasarkar Struktur Kurikulum PAUD
2013

3. Buku Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 yang terkait langsung (Edisi Revisi 2018).

4. Muatan Lokal Kabupaten Sumbawa Barat

E. Alokasi waktu
Pembelajaran untuk materi Pemahaman Kurikulum PAUD ini dilaksanakan dengan proporsi
teori dan paraktek, selama tiga hari . Pada bagian teori lebih diarahkan untuk meningkatkan
pemahaman yang utuh tentang konsep, struktur kurikulum PAUD dan program pengembangan
anak usia dini, sedangkan pada bagian praktek lebih diarahkan untuk menyusun muatan
pembelajaran dan kurikulum satuan (KTSP PAUD).

F. Sumber Belajar

Beberapa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk memperdalam materi ini di
antaranya:

1. Peraturan Presiden Nomor 60 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013 pasal 7.

6
5. Buku Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 PAUD yang dikeluarkan oleh direktorat
pembinaan PAUD, Edisi Revisi 2018.

BAB III

URAIAN MATERI I: KOSEP KURIKULUM PAUD

A. Pengertian kurikulum PAUD


Kurikulum PAUD disebut Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Kurikulum PAUD memuat tujuan, hasil belajar, proses, konten yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk mendukung kesiapan anak belajar di jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Kurikulum PAUD memberi arah pada proses stimulasi yang dilaksanakan secara cermat,
hati-hati, sesuai dengan karakteristik anak dan dinilai secara komprehensif dari data yang
otentik. Proses stimulasi yang tidak direncanakan tidak akan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, penting bagi setiap satuan pendidikan anak usia dini memiliki
dan mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan (KTSP).

B. Tujuan Kurikulum PAUD


Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk mendorong berkembangnya
potensi anak agar memiliki kesiapan untuk menempuh pendidikan selanjutnya. Memaknai
kesiapan menempuh pendidikan selanjutnya mencakup kemampuan-kemampuan yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak dalam mengikuti pendidikan di jenjang
lebih tinggi. Kemampuan yang dimaksud terdiri atas kemampuan sikap, kemampuan
pengetahuan, dan kemampuan keterampilan.
Kemampuan sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Kedua sikap ini membangun
kesadaran anak bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan, seorang individu yang
memiliki kemampuan untuk pengembangan diri, dan bagian dari kelompok sosialnya.
Pengembangan kemampuan sikap dilaksanakan melalui pembiasaan yang dilakukan secara
terus menerus sehingga muncul sikap dari menerima, merespons, memahami, menerapkan,
hingga akhirnya menjadi perilaku yang membentuk karakter tangguh sebagai penentu masa
depan.
Pengembangan kemampuan pengetahuan dilakukan dengan mengenalkan konsep-konsep
tentang diri dan lingkungannya, baik lingkungan mikro, messo, maupun makro. Merujuk

7
pada tahap kognitif yang dikemukakan Bloom, proses pengenalan konsep dimulai dengan
mengenal atau mengingat konsep – memahami – menerapkan – menganalisa –
mengevaluasi – hingga menciptakan dari sebuah konsep menjadi hasil karya yang
bermakna. Proses pengembangan kemampuan tersebut disesuaikan dengan tahap
perkembangan berpikirnya anak usia dini yang masih berada di tahap berfikir pra-
operasional. Kemampuan keterampilan dikembangkan untuk mendukung kemampuan
sikap dan kemampuan pengetahuan.

C. Karakteristik Kurikulum PAUD


Asosiasi nasional untuk anak usia dini di Amerika yang lebih dikenal dengan nama National
Asociation Early Child Years (NAECY) memberi batasan lingkup kurikulum sebagai berikut:
1. Kurikulum berisi materi yang dipelajari anak
2. Kurikulum adalah proses yang diikuti oleh anak mencapai
tujuan yang ditetapkan
3. Kurikulum berisi dukungan guru kepada anak untuk
mencapai tujuan
4. Kurikulum perpaduan ketika proses belajar dan mengajar
terjadi

Lebih lanjut NAECY menjabarkan ciri-ciri kurikulum PAUD yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Direncanakan dengan sangat hati-hati
2. Menarik
3. Melibatkan banyak pihak
4. Sesuai dengan perkembangan anak
5. Menghargai budaya dan bahasa yang digunakan anak
6. Menyeluruh, mencakup seluruh aspek perkembangan
7. Mengarahkan pada capaian keluaran yang positif
untuk semua anak
8. Dikembangkan berdasarkan atas hasil penelitian
9. Menekankan pada keterlibatan guru dan anak secara
aktif

8
10. Memperhatikan pada aspek sosial dan keterampilan
memenuhi aturan
11. Menerapkan cara penilaian mutu, efektivitas guru,
dan anak
12. Anak melakukan secara aktif
13. Pembelajaran konsep mengarahkan anak untuk
memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar
14. Menekankan pada pembelajaran yang bermakna dan
berkesesuaian

Kurikulum pendidikan anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan
kurikulum satuan pendidikan persekolahan. Karakteristik Kurikulum 2013 PAUD adalah:
1. Mengoptimalkan perkembangan anak
Perkembangan anak meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni distimulasi secara seimbang agar seluruhnya
mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan teroptimalkan bila kebutuhan
anak terpenuhi secara utuh. Kurikulum harus mendukung terlaksananya layanan
holistik-integratif dengan memadukan layanan pendidikan, gizi, kesehatan,
pengasuhan, perlindungan, dan kesejahteraan anak.
2. Menggunakan Pembelajaran Tematik Dengan Pendekatan Saintifik Dalam
Memfasilitasi Kegiatan Pendidikan
Dalam model pembelajaran tematik mengakomodasi pengenalan konten nilai agama
dan moral, alam, kehidupan, manusia, budaya melalui kegiatan yang terpadu dan
kontekstual. Tema memuat muatan sain, teknologi, engenering, seni, dan matematika
secara terpadu dan menyenangkan di setiap kegiatan bermain anak tanpa dipilah-
pilah. Penetapan tema dipilih dan ditetapkan oleh satuan PAUD disesuaikan dengan
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana lembaga PAUD. Pengembangan tema
mempertimbangkan prinsip-prinsip (1) kemenarikan, (2) kedekatan, (3)
kesederhanaan, dan (4) keinsidentalan.
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan pembiasaan dilaksanakan
dalam suasana menyenangkan. Guru memfasilitasi pengalaman belajar anak yang
bermakna dengan menyiapkan lingkungan belajar yang merangsang, memberi

9
dukungan, tantangan yang menarik minat belajar anak, memberi kebebasan anak
untuk mengembangkan gagasan, bereksplorasi, tanpa melanggar aturan bersama.
3. Menggunakan penilaian otentik dalam memantau perkembangan anak
Dalam penerapan kurikulum 2013 PAUD penilaian menggunakan pendekatan otentik.
Penilaian otentik mengukur perkembangan aspek-aspek perkembangan yang
dimunculkan anak di saat mereka berkegiatan atau melalui karya yang dihasilkannya.
Penilaian dilaksanakan secara berkelanjutan dan menyeluruh.
Hasil penilaian disampaikan berupa laporan perkembangan yang ditulis secara
deskripsi yang menggambarkan capaian perkembangan anak. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan laporan kepada orang tua dan sebagai masukan untuk
ditindaklanjuti pada kegiatan selanjutnya.

4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran


Kurikulum PAUD menempatkan orangtua sebagai partner dalam mendidik. Pelibatan
orang tua diyakini menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran dan
mendorong keberhasilan anak di jenjang pendidikan berikutnya. Satuan PAUD
seharusnya memfasilitasi pelaksanaan program keorangtuaan dalam berbagai bentuk
kegiatan. Program pengasuhan terprogram menjadi keharusan bila satuan PAUD
memberikan layanan program untuk anak usia 4-6 tahun tetapi jumlah jam
pertemuannya kurang dari 900 menit (15 jam) dalam satu minggu. Program
pengasuhan menggenapkan kekurangan jam pertemuan belajar dalam satu minggu
dilaksanakan oleh orang tua di rumah. Pengasuhan terprogram disusun guru bersama
orang tua.
Kurikulum PAUD juga melibatkan orang-orang dewasa yang ada di lingkungan anak.
Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar yang memfasilitasi anak belajar, dan
kelas bukan satu-satunya tempat anak belajar. Anak dapat belajar di dalam, di luar, di
kebun dan di semua tempat yang memungkinkan untuk mengenal, benda, tumbuhan,
orang, tempat, atau kejadian. Anak dapat belajar dari pendidik, orang tua, orang
dewasa, sumber lain, buku, dan sebagainya. Bahan ajar dan alat peraga diambil dari
lingkungan. Pembelajaran yang demikian lebih menghargai proses dari pada hasil
semata. Untuk pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kurikulum
PAUD yang paling utama diperlukan perubahan pola pikir dan pola kerja pendidik.

10
5. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
Kurikulum PAUD bersifat responsive terhadap nilai budaya dan sosial lingkungan,
sehingga muatan kurikulum dapat diwarnai dengan kondisi lingkungan dan sosial
anak. Sebagai contoh satuan PAUD dapat mengangkat kebencanaan, kemaritiman,
sosial finansial sebagai bagian muatan dalam kurikulum di satuan pendidikannya.
Kurikulum PAUD mengangkat potensi lingkungan sebagai sumber belajar dan bahan
Intinya kurikulum PAUD menumbuhkembangkan anak paham dan dekat dengan
lingkungan hidupnya.

D. Landasan pengembangan kurikulum PAUD


Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan atas dasar pengkajian
landasan filosofis, sosiologis, teoritis, psikologis-pedagogis, dan yuridis yang jelas dan telah
teruji secara empiris.
1. Landasan Filosofis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merujuk pada filosofi sebagai berikut:

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengenalkan
pengalaman belajar dalam konteks budaya Indonesia. Budaya menjadi latar, sekaligus
konten dalam pembelajaran PAUD untuk membangun kompetensi diri yang diperlukan
bagi kehidupan dimasa kini dan masa depan yang menunjang pengembagan budaya
secara kreatif.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengenalkan budaya bangsa sebagai milik
kehidupan anak. Anak diharapkan peduli, mengenal, menyayangi, dan bangga terhadap
budaya bangsa yang harus dirawat dan dilestarikan serta dijadikan latar kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
c. Peserta didik adalah pembelajar yang aktif dan memiliki talenta untuk belajar mengenai
berbagai hal yang ada di sekitarnya. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini,
memfasilitasi anak membangun pengalaman melalui proses belajar aktif sesuai dengan
minat anak. Anak didukung untuk memiliki banyak pengetahuan tentang diri dan
lingkungan, serta menguasai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk
pengembangan dirinya di masa depan.

11
d. Proses pendidikan memerlukan keteladanan, pengayoman terus menerus dan secara
berkesinambungan sebagaimana dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam filosofi:
ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Guru sebagai
hendaklah dapat menjadi teladan (role model) bagi anak dalam bersikap dan
berperilaku. Guru juga membangun minat dan keinginan anak untuk terus belajar
melalui kegiatan yang menyenangkan. Guru menjadi fasilitator yang diperlukan anak
untuk belajar.
e. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui bermain ditujukan untuk mengembangkan
seluruh kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan melalui
kegiatan belajar melalui bermain yang menyenangkan.

2. Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan landasan


sosiologis dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran menyesuaikan dengan tuntutan
dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat dimana anak tinggal. Kurikulum PAUD
mengangkat keanekaragaman budaya sebagai kekayaan budaya yang perlu dilestarikan dan
dikembangkan. Perbedaan kebiasaan-budaya-agama-fisik harus mampu mengembangkan
sikap saling memahami dan menghargai.

3. Landasan Psikologis-Pedagogis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diterapkan melalui proses


pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak usia dini. Setiap anak
memiliki keunikan baik dari kecepatan kematangan perkembangan, cara belajar, minat,
maupun bakat yang dimilikinya. Guru harus mengetahui cara mengelola pembelajaran yang
sesuai dengan kerakteristik anak usia dini. Hal yang penting dipahami oleh guru bahwa anak
akan belajar dengan baik bila dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Guru
diharapkan memahami tahapan perkembangan anak dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan cara belajar anak.

4. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan berdasarkan berbagai


teori yakni; (1) teori perkembangan anak; menyatakan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan
yang kompleks, tergantung pada kecapatan perkembangan masing-masing, (2) teori
perkembangan otak, bahwa jejaring antar sel neuron menentukan kemampuan dan kecerdasan

12
berpikir seseorang, dimana jejaring tersebut dibangun sangat cepat pada usia dini. Disamping
itu dinyatakan bahwa pembelajaran pada usia dini paling tepat dilakukan dengan cara
melakukan langsung dengan benda nyata untuk merangsang sensitifitas penginderaan, (3) teori
pedagogis, menekankan bahwa anak belajar dalam kondisi lingkungan yang aman, nyaman,
yang dapat merangsang keinginan anak untuk mencari tahu dan melakukan.

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengembangkan kompetensi-


kompetensi dasar yang dicapai melalui pengalaman belajar seluas-luasnya bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.

5. Landasan Yuridis
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dikembangkan dengan landasan yuridis
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 dan
perubahan yang kedua dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015

e. Peraturan Presiden Nomor 60 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif;


dan
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 146 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

13
BAB IV
URAIAN MATERI II: STRUKTUR KURIKULUM PAUD

A. Pengertian Struktur Kurikulum PAUD


Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pengorganisasian muatan
kurikulum, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan lama belajar.
B. Muatan kurikulum
Muatan kurikulum berisi program-program pengembangan, yang terdiri atas: (1) program
pengembangan nilai agama dan moral, (2) program pengembangan fisik motorik, (3)
program pengembangan kognitif, (4) program pengembangan bahasa, (5) program
pengembangan sosial-emosional, dan (6) program pengembangan seni. Program
pengembangan dimaksud adalah perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya
perilaku, kematangan berpikir, kinestetik, bahasa, sosial emosional, dan bahasa melalui
kegiatan bermain.

C. Kompetensi Inti

Kemampuan yang diharapkan dicapai anak setelah mengikuti proses pembelajaran yang
dirancang melalui kurikulum disebut kompetensi. Kompetensi dalam kurikulum PAUD mengacu
pada perkembangan anak. Kompetensi Inti PAUD merupakan gambaran pencapaian Standar

14
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak pada akhir layanan PAUD di usia 6 (enam) tahun.
Kompetensi Inti yang disingkat menjadi KI.

Secara terstruktur kompetensi inti dimaksud mencakup:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.


2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

KI – 1 mencerminkan kecerdasan spiritual sebagai sikap kesadaran mengenal agama yang


dianutnya. KI – 2 mencerminkan kecerdasan sosial-emosional sebagai sikap dan perilaku yang
mengenal perasaan diri, orang lain, dan nilai-nilai sosial yang sesuai dengan norma serta budaya
yang berlaku. KI – 3 mencerminkan kecerdasan logika matematika, bahasa, natural, dan seni. KI – 4
mencerminkan kemampuan praktis yang diharapkan dikuasai anak dalam bentuk gagasan, dan
hasil karya dalam berbagai bentuk unjuk kerja.

Kompetensi Inti sebagai dasar untuk pengembangan Kompetensi Dasar. Rumusan


masing-masing kompetensi inti terurai pada tabel di bawah ini.

KOMPETENSI INTI
KI-1 Menerima ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri,
disiplin, mandiri, peduli, mampu bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, jujur,
dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan/atau pengasuh, dan
teman
KI-3 Mengenali diri, keluarga, teman, guru dan/atau pengasuh, lingkungan sekitar,
teknologi, seni, dan budaya di rumah, tempat bermain dan satuan PAUD dengan
cara: mengamati dengan indra (melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba);
menanya; mengumpulkan informasi; mengolah informasi/mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain
KI-4 Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan, dan dipikirkan melalui
bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta
mencerminkan perilaku anak berakhlak mulia

D. Kompetensi Dasar

15
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan kemampuan
yang terbangun sebagai hasil pengalaman belajar. KD sebagai acuan bagi Satuan dalam
menetapkan muatan pembelajaran, tema pembelajaran, dan pengalaman belajar yang mengacu
pada Kompetensi Inti.

Kompetensi Dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan


kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kompetensi Dasar sikap spiritual (KD-1) dalam rangka menjabarkan KI-1


2. Kompetensi Dasar sikap sosial (KD-2) dalam rangka menjabarkan KI-2
3. Kompetensi Dasar pengetahuan (KD-3) dalam rangka menjabarkan KI-3
4. Kompetensi Dasar keterampilan KD-4) dalam rangka menjabarkan KI-4.

Uraian dari setiap Kompetensi Dasar untuk setiap kompetensi inti adalah sebagai berikut.

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

KI-1. Menerima ajaran agama


1.1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
yang dianutnya
1.2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan
KI-2. Memiliki 1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup
perilaku hidup sehat, rasa sehat
ingin tahu, kreatif dan estetis, 2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
percaya diri, disiplin, mandiri, ingin tahu
peduli, mampu bekerjasama, 3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
mampu menyesuaikan diri, kreatif
jujur, dan santun dalam 4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
berinteraksi dengan keluarga, estetis
guru dan/atau pengasuh, dan 5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
teman percaya diri
6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih

16
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

kedisiplinan
7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar
ketika orang lain berbicara) untuk melatih
kedisiplinan
8. Memiliki perilaku yang mencerminkan
kemandirian
9. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya
10. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
menghargai dan toleran kepada orang lain
11. Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan
diri
12. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
tanggung jawab
13. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
jujur
14. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
rendah hati dan santun kepada orang tua, pendidik,
dan teman
KI-3. Mengenali 3.1. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
diri, keluarga, teman, 3.2. Mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak
pendidik dan/atau pengasuh, mulia
lingkungan sekitar, teknologi, 3.3. Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya
seni, dan budaya di rumah, untuk pengembangan motorik kasar dan motorik
tempat bermain dan satuan halus
PAUD dengan cara: 3.4. Mengetahui cara hidup sehat
mengamati dengan indra 3.5. Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-hari
(melihat, mendengar, dan berperilaku kreatif
menghidu, merasa, meraba); 3.6. Mengenal benda -benda disekitarnya (nama, warna,

17
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi,


dan ciri-ciri lainnya)
3.7. Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman,
tempat tinggal, tempat ibadah, budaya,
transportasi)
3.8. Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air, batu-batuan, dll)
3.9. Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah
tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan,
menanya; mengumpulkan dll)
informasi; mengolah 3.10. Memahami bahasa reseptif (menyimak dan
informasi/ mengasosiasikan, membaca)
dan mengomunikasikan 3.11. Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan
melalui kegiatan bermain bahasa secara verbal dan non verbal)
3.12. Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
3.13. Mengenal emosi diri dan orang lain
3.14. Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri
3.15. Mengenal berbagai karya dan aktivitas seni
KI-4. Menunjukkan 4.1. Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan
yang diketahui, dirasakan, tuntunan orang dewasa
dibutuhkan, dan dipikirkan 4.2. Menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan
melalui bahasa, musik, akhlak mulia
gerakan, dan karya secara 4.3. Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan
produktif dan kreatif, serta motorik kasar dan halus
mencerminkan perilaku anak 4.4. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
berakhlak mulia 4.5. Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif
4.6. Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-
benda disekitar yang dikenalnya (nama, warna,
bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi,
dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil karya

18
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4.7. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk


gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll
tentang lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat
tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi)
4.8. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk
gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll
tentang lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca,
tanah, air, batu-batuan, dll)
4.9. Menggunakan teknologi sederhana (peralatan
rumah tangga, peralatan bermain, peralatan
pertukangan, dll) untuk menyelesaikan tugas dan
kegiatannya
4.10. Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif
(menyimak dan membaca)
4.11. Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara verbal dan non
verbal)
4.12. Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam
berbagai bentuk karya
4.13. Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
4.14. Mengungkapkan kebutuhan, keinginan dan minat
diri dengan cara yang tepat
4.15. Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan
menggunakan berbagai media

KD-1 dan KD-2 berupa sikap dan perilaku yang diharapkan berkembang pada diri
anak setelah mendapatkan stimulasi melalui kegiatan rutin yang diterapkan sepanjang hari
dan sepanjang tahun dengan pembiasaan dan keteladanan dari pendidik di satuan PAUD.

KD-3 dan KD-4 berupa kemampuan pengetahuan dan keterampilan dikembangkan


melalui kegiatan bermain yang terprogram melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

19
Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun oleh
satuan PAUD.

E. Lama Belajar
Lama Belajar yang diharapkan pada setiap kelompok usia dialokasikan jumlah waktu
minimal layanan dalam satu minggu. Jumlah waktu minimal tersebut adalah:

1. Kelompok usia lahir sampai 2 (dua) tahun dengan lama belajar paling sedikit 120 menit per
minggu;

2. Kelompok usia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun dengan lama belajar paling sedikit
360 menit per minggu; dan

3. Kelompok usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun dengan lama belajar paling sedikit
900 menit per minggu.

4. Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat melakukan pembelajaran
900 menit perminggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, wajib melaksanakan
pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan terprogram.

5. Pengasuhan terprogram sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kegiatan


pengasuhan orang tua yang dibina oleh satuan PAUD.

F. Indikator Perkembangan
Indikator perkembangan merupakan penanda kemampuan yang dicapai anak
pada usia tertentu. Untuk mempertegas kedudukan indikator, maka indikator
perkembangan harus dipahami sebagai berikut:

a. Indikator perkembangan merupakan kontinum perkembangan peserta didik PAUD


dari usia lahir sampai 6 tahun dan dijabarkan berdasarkan kelompok usia yang
termuat dalam Standar tingkat pencapaian Perkembangan Anak dalam
PERMENDIKBUD no 137 tahun 204 tentang STANDAR PAUD.

b. Indikator pencapaian perkembangan dikembangkan berdasarkan kelompok usia:

1) Lahir sampai usia 3 (tiga) bulan;

2) Usia 3 (tiga) bulan sampai usia 6 (enam) bulan;

3) Usia 6 (enam) bulan sampai usia 9 (sembilan) bulan;

20
4) Usia 9 (sembilan) bulan sampai usia 12 (dua belas) bulan;

5) Usia 12 (dua belas) bulan sampai usia 18 (delapan belas) bulan;

6) Usia 18 (delapan belas) bulan sampai usia 2 (dua) tahun;

7) Usia 2 (dua) tahun sampai usia 3 (tiga) tahun;

8) Usia 3 (tiga) tahun sampai usia 4 (empat) tahun;

9) Usia 4 (empat) tahun sampai usia 5 (lima) tahun; dan

10) Usia 5 (lima) tahun sampai usia 6 (enam) tahun.

Agar lebih tepat dalam memaknai dan menggunakan indikator perkembangan,


maka fungsi indikator hendaklah dipahami dengan cermat. Fungsi indikator secara lebih
jauh adalah:

a. Indikator perkembangan menjadi acuan untuk memantau/menilai perkembangan


anak sesuai dengan tahapan usianya.

b. Indikator perkembangan tidak dibuat untuk menjadi kegiatan pembelajaran, tetapi


menjadi panduan yang digunakan pendidik dan/atau pengasuh dalam melakukan
stimulasi dan observasi kemajuan perkembangan peserta didik.

c. Indikator juga dapat:

 Memberi inspirasi dalam mengembangkan materi pembelajaran

 Memberi inspirasi dalam mendesain kegiatan pembelajaran

 Memberi inspirasi dalam mengembangkan bahan ajar

Para guru hendaklah memahami Keterkaitan Dan Hubungan Kompetensi Inti,


Kompetensi Dasar dan Indikator Perkembangan. Hal-hal yang harus dipahami guru
meliputi:
a. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi Kompetensi Dasar.
b. Kompetensi Inti merupakan pengikat Kompetensi Dasar.
c. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3) dan
penerapan pengetahuan/keterampilan (KI-4).
d. Keempat kelompok KI tersebut menjadi acuan dalam pengembangan Kompetensi
Dasar. KI-1 yaitu kompetensi yang berkenaan dengan sikap spiritual dan KI-2 yaitu

21
yang berkenaan dengan sikap sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) yaitu pada saat anak melakukan berbagai kegiatan bermain yang
berhubungan dengan pengetahuan (KI-3) dan penerapan pengetahuan (KI-4)
e. Indikator perkembangan merupakan kontinum perkembangan dan belajar peserta
didik PAUD pada usia lahir sampai dengan 6 tahun dan dijabarkan berdasarkan
kelompok usia.
f. Indikator perkembangan untuk KD pada KI-3 dan KI-4 menjadi satu untuk
memberikan pemahaman bahwa pengetahuan dan keterampilan merupakan dua hal
yang menyatu.

22
BAB V
URAIAN MATERI III: PROGRAM PENGEMBANGAN PAUD

Pengembangan kurikulum di satuan PAUD hendaklah diarahkan untuk mewujudkan


enam limkup perkembangan anak, sebagaimana yang dituangkan dalam Permendikbud no 137
tahun 2014 tentang Standar PAUD pasal 10. Keenam lingkup atau aspek perkembangan yang
dimaksud adalah Pengembangan Nilai Agama dan Moral, Pengembangan Fisik Motorik;
Pengembangan Kognitif; Pengembangan Bahasa; Pengembangan Sosial Emosional; serta
Pengembangan Seni. Substansi yang tertuang pada setiap bidang pengembangan tersebut
diuraikan satu per satu di bawah ini.
A. Program Pengembangan Nilai Agama dan Moral
Nilai agama dan moral yang meliputi kemampuan mengenal nilai agama yang dianut,
mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan
diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, menghormati, dan toleran terhadap agama
orang lain.

B. Program Pengembangan Fisik Motorik


Fisik-motorik meliputi: (a) motorik kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh secara
terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan; (b)
motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk; dan (c) kesehatan dan
perilaku keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta
kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap keselamatannya.

C. Program Pengembangan Kognitif


Kognitif meliputi: (a) belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemam-puan
memecahkan masalah se derhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan

23
diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pe-ngalaman dalam konteks yang baru; (b)
berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan
mengenal sebab-aki-bat; dan (c) berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal,
menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu me-
representasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

D. Program Pengembangan Bahasa


Bahasa terdiri atas: (a) memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami
cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan; (b) mengekspresikan bahasa,
mencakup kemampuan bertanya, menjawab per-tanyaan, berkomunikasi secara lisan,
menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan,
ide, dan keinginan dalam bentuk coretan; dan (c) keaksaraan, mencakup pe mahaman terhadap
hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.

E. Program Pengembangan Sosial Emosional


Sosial-emosional meliputi: (a) kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri,
mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan
orang lain; (b) rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan
mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas
perilakunya untuk kebaikan sesama; dan (c) perilaku prososial, mencakup kemampuan
bermain dengan teman se baya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak
dan pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.

F. Program Pengembangan Seni


Seni meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, ber-imajinasi dengan
gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta
mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari, serta drama.
Ke enam aspek pengembangan dan penjabaran di atas akan menjadi landasan dalam
menyelaraskan kompetensi dan lama belajar dalam me munculkan muatan materi yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik anak usia dini berdasarkan kelompok usia.

24
BAB VI
URAIAN MATERI IV: PENGEMBANGAN MUATAN/MATERI
KURIKULUM PAUD

A. Pengertian muatan pembelajaran/materi kurikulum di PAUD


Muatan pembelajaran adalah cakupan materi yang ada pada KD sebagai bahan yang akan
dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan\berisi kumpulan materi yang akan dikenalkan pada anak
untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar dan kompetensi inti pada setiap anak.
Cara menentukan muatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Lakukan analisis setiap KD, temukan kata kunci yang diharapkan dicapai dari setiap KD

2. Jabarkan dari setiap materi yang ada pada KD

3. Kembangkan materi menjadi kegiatan yang sesuai dengan tema/subtema


Muatan pembelajaran yang ditetapkan oleh satuan PAUD untuk dijadikan kegiatan perlu
memperhatikan:

1. Tahapan perkembangan dan kebutuhan anak

2. Kompetensi Dasar yang ingin dicapai

3. Visi, misi dan tujuan lembaga

4. Kearifan local

5. Keunggulan lembaga
Muatan Pembelajaran/Materi berisi konsep-konsep yang akan dikenalkan pada anak untuk
mencapai pemenuhan Kompetensi yang diharapkan. Muatan pembelajaran/ Materi
merujuk pada Kompetensi Dasar dan dikembangkan oleh satuan PAUD. Satuan PAUD dapat
mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan visi dan misinya. Misalnya, jika

25
satuan PAUD yang memiliki visi pengembangan entrepreneurship atau kepemimpinan atau
budaya dapat memperkaya materi di atas.

B. Cara penyusunan muatan/materi kurikulum di PAUD


Setiap lembaga diharapkan dapat mengembangkan materi pembelajaran yang diturunkan
dari kompetensi dasar yang diharapkan dicapai. Materi pembelajaran tersebut dapat
disesuaikan dengan karakteristik lembaga masing-masing.

Langkah-Langkah Penyusunan Muatan Pembelajaran/Materi

1. Tuliskan setiap program pengembangan (nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni)

2. Tuliskan KD yang tercakup dari setiap program pengembangan

3. Tentukan kata kunci yang diharapkan dari setiap KD

4. Jabarkan konsep atau materi yang tercakup atau yang mencirikan kata kunci

5. Sesuaikan materi dengan kemampuan yang pada umumnya dicapai anak pada kelompok
usia tertentu dan visi, misi, tujuan, dan kekhasan satuan PAUD.

Cara pengisian:

a. Kolom 1 berisi program pengembangan (nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, dan seni)

b. Kolom 2 berisi Kompetensi Dasar


Kolom 3 berisi materi yang telah dikembangkan dari KD

Program Pengembangan dan Muatan Pembelajaran kurikulum PAUD “Gembira”

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
C. PENGELOLAAN MATERI/ MUATAN PEMBELAJARAN

• Pengelolaan materi bisa juga berdasarkan Kompetensi dasar dan Indikator yang akan
dicapai. Contoh :materi dipilih berdasarkan kd dan indikator yg dipilih seperti yang
sekarang dikembangkan dalam KTSP

• Pengelolaan materi dapat juga berdasarkan 6 aspek perkembangan. Contoh: Nilai agama
dan moral, Bahasa, kognitif, fisik motoric, sosial emosional, seni.

• Pilihan cara dalam mengelola materi pembelajaran yang akan diberikan kepada anak dalam
penerapan pendekatan saintifik berdasarkan lintas materi, contohnya dikelompokkan ke
dalam: STEM ( Sains, Teknologi, Engineering, Math) STEAM ( Sains, Teknologi, Engineering,
Art, Math) , METALS (Math, Engineering, Technologi, Art, Literacy, Sains), dll

• Pengelolaan dan pemilihan materi berdasarkan konteks, seperti: kemaritiman, Pendidikan


sosial Finansial, Kebencanaan, Idul fitri/Natal, agustusan, dll

36
BAB VI
URAIAN MATERI V: KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP) PAUD

A. Pengertian KTSP PAUD


KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) PAUD adalah kurikulum operasional
yang dikembangkan dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik satuan PAUD
(direktorat PAUD, 2015). KTSP PAUD disusun dan dikembangkan sendiri oleh satuan PAUD
sesuai dengan karakteristik yang ada pada satuan tersebut. Karakteristik satuan meliputi
kondisi lingkungan, peserta didik, pendidik, sarana prasarana, program, model
pembelajaran yang dilaksanakan serta hal – hal lain yang terkait dengan satuan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP) PAUD mutlak
harus dibuat sendiri oleh satuan PAUD, karena KSTP setiap satuan satu sama lain akan
berbeda disesuaikan dengan karakteristik masing – masing satuan.
KTSP PAUD sangat penting disusun dan dikembangkan oleh satuan PAUD karena
KTSP memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi KTSP diantaranya adalah :
1. Sebagai panduan dalam melaksanakan program satuan
2. Sebagai panduan dalam memberikan layanan di satuan
3. Sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran dan evaluasi.

B. Prinsip – Prinsip Pengembangan KTSP

1. Berpusat pada anak dengan mempertimbangkan potensi, bakat, minat,


perkembangan, dan kebutuhan anak, termasuk kebutuhan khusus.

Kurikulum menempatkan anak sebagai pusat tujuan. Kurikulum yang disusun memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia anak (age
appropriateness), selaras dengan potensi, minat dan karakteristik termasuk kebutuhan
khusus anak sebagai kekhasan perkembangan individu anak (individual appropriateness).

Kurikulum juga bersifat inklusif dengan mengakomodir kebutuhan dan perbedaan anak
baik dari aspek jenis kelamin, sosial, budaya, agama, fisik, maupun psikis, sehingga semua
anak terfasilitasi sesuai dengan potensi masing-masing tanpa ada diskriminasi aspek
apapun.

37
2. Kurikulum dikembangkan secara Kontekstual

Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan karakter daerah, kondisi satuan PAUD, dan
kebutuhan anak. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bersifat operasional yang
memungkinkan pengembangan sesuai dengan karakteristik, visi, misi lembaga PAUD
masing-masing.

3. Mencakup semua dimensi kompetensi dan program pengembangan

Kurikulum PAUD untuk mengembangkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan


keterampilan yang mencakup semua program pengembangan nilai agama dan moral, fisik-
motorik (Motorik kasar, motorik halus, kesehatan dan perilaku keselamatan), kognitif
(Belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis, berfikir simbolik),Bahasa (memahami
bahasa reseptif, mengekspresikan bahasa, keaksaraan), sosial-emosional (Kesadaran diri,
rasa tanggungjawab untuk diri dan orang lain, perilaku prososial) dan seni (kemampuan
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama dan
beragam bidang seni lainnya).

4. Program pengembangan sebagai dasar pembentukan kepribadian anak

Kurikulum dirancang untuk membangun sikap spiritual dan sosial bukan menjawab tes-tes,
ujian, kuis, atau pengetahuan jangka pendek lainnya. Sikap spiritual dan sosial yang
dimaksud adalah perilaku yang mencerminkan sikap beragama, hidup sehat, rasa ingin
tahu, sikap estetis, bersikap kreatif, percaya diri, sabar, mandiri, peduli, menghargai dan
toleran, mampu bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, jujur, tanggung jawab, rendah
hati dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang dewasa lainnya di
lingkungan rumah, tempat bermain dan satuan PAUD.

5. Memperhatikan tingkat perkembangan anak

Kurikulum disusun dengan memperhatikan kesinambungan secara vertikal (antara tujuan


pendidikan nasional, tujuan lembaga, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran) dan
kesinambungan horizontal (antara tahap perkembangan anak: usia lahir – 2 tahun, usia 2- 4
tahun dan usia 4-6 tahun merupakan rangkaian yang saling berkesinambungan).

6. Mempertimbangkan cara anak belajar

38
Kurikulum mengakomodir pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan anak
membentuk pengalamannya dengan cara belajar anak. Anak belajar mulai dari dirinya
kemudian ke luar dirinya, dari konkrit ke abstrak, sederhana ke komplek, mudah ke sulit
yang dilakukan dengan cara melakukannya sendiri (hands on experience).

7. Holistik – integratif

a) Kurikulum mengembangkan semua aspek perkembangan secara seimbang melalui


layanan pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, kesejahteraan maupun layanan
perlindungan anak.
b) Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak terutama pada
stimulasi perkembangan mental-intelektual dan sosial-emosional.
c) Layanan kesehatan dan gizi terutama ditujukan untuk membantu pertumbuhan anak.
d) Layanan perlindungan ditujukan untuk memberi dukungan kondisi dan lingkungan yang
nyaman dan aman, yaitu bebas dari kecemasan, tekanan dan rasa takut.
e) Untuk melaksanakan layanan Holistik- Integratif tersebut, Satuan PAUD harus
bekerjasama antara lain dengan Puskesmas, Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB) , dan
Komisi Pelayanan dan Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI).

8. Belajar melalui bermain

Kurikulum disusun untuk membuka kesempatan belajar anak untuk membangun


pengalamannya. Dalam membangun pengalamannya terjadi proses keterampilan, nilai-
nilai, dan karakter di bawah bimbingan pendidik.
Proses membangun pengalaman bersifat aktif. Anak terlibat langsung dalam kegiatan
bermain yang menyenangkan. Selama bermain anak menggunakan ide-ide baru mereka,
belajar mengambil keputusan, dan memecahkan masalah sederhana.

9. Memberi pengalaman belajar

Penyusunan kurikulum memberikan pengalaman belajar anak dengan berbagai konsep


keilmuan, teknologi, dan seni secara dinamis untuk diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan tahapan perkembangan anak, nilai moral, karakter yang ingin
dibangun, dan budaya Indonesia.

10. Memperhatikan dan melestarikan karakteristik sosial budaya

Kurikulum mempertimbangkan lingkungan fisik dan budaya ke dalam proses pembelajaran


untuk membangun kesesuaian antara pengalaman yang sudah dimiliki anak dengan

39
pengalaman baru untuk membentuk konsep baru tentang lingkungan dan norma-norma
komunitas di dalamnya. Lingkungan sosial dan budaya berperan tidak sebagai obyek dalam
kurikulum tetapi sebagai sumber pembelajaran bagi anak usia dini.

C. Prosedur Pengembangan KTSP


Alur Pengembangan KTSP

ANALISIS KONTEKS PENYUSUNAN PENGESAHAN

Sebelum menyusun KTSP tim menyusun diharapkan melakukan analisis terhadap


peraturan terkait kurikulum, visi, misi dan tujuan lembaga.
Penyusunan kurikulum dilakukan oleh tim yang terdiri dari kepala sekolah, guru,
komite, jika memungkinkan melibatkan yayasan dan stake holder terkait.

D. Peninjauan KTSP
Dokumen KTSP yang disusun oleh satuan adalah dokumen kurikulum yang berlaku
selama satu tahun. Ada kemungkinan kondisi satuan mengalami perubahan di berbagai
komponennya. Dengan demikian maka dokumen KTSP pun perlu ditinjau kembali sesuai
dengan situasi dan kondisi saat itu. Kegiatan peninjauan kurikulum ini dilakukan oleh tim
pengembang kurikulum.
Secara ideal, kegiatan peninjauan kurikulum dilakukan satu tahun sekali. Kegiatan
ini bisa dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Sebagai kelengkapan, sebaiknya
disiapkan dokumen peninjuan kurikulum yang berupa:
1. Undangan kegiatan peninjauan kurikulum
2. Daftar hadir kegiatan peninjauan kurikulum
3. Notulen kegiatan peninjauan kurikulum
4. Berita acara peninjauan kurikulum

40
BAB VII
URAIAN MATERI VI: KOMPONEN KTSP PAUD

A. Dokumen Utuh KTSP


Dokumen utuh KTSP terdiri Dari :
a. Halaman Judul
b. Kata Pengantar
c. Halaman Pengesahan
d. SK Tim Pengembang KTSP
e. Berita Acara Peninjauan KTSP
f. Daftar Isi
g. BAGIAN I PROFIL LEMBAGA, Berisi :
1. Sejarah Singkat Satuan PAUD
2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3. Data Peserta Didik
4. Struktur Kepengurusan
5. Alamat dan Peta Lokasi
6. Status Satuan PAUD

h. BAGIAN II DOKUMEN I, Berisi :


1. Pendahuluan
 Latar Belakang
 Dasar Operasional penyusunan KTSP
 Tujuan Penyusunan KTSP
2. Visi, Misi dan Tujuan
 Visi satuan PAUD
 Misi satuan PAUD
 Tujuan satuian PAUD
3. Karakteristik Satuan PAUD

41
 Nilai-nilai/prinsip yang menjadi ciri khas lembaga
 Model Pembelajaran
 Program Khusus/ unggulan yang dimiliki lembaga
4. Program Pengembangan dan Muatan Pembelajaran / Struktur Kurikulum
5. Beban Belajar
6. Kalender Pendidikan dan Program Tahunan
7. SOP

i. BAGIAN III DOKUMEN II, Berisi :


1. Program Semester
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
4. Penilaian Perkembangan Anak

j. BAGIAN IV PENUTUP

LAMPIRAN – LAMPIRAN

B. Pendahuluan KTSP
1. Halaman judul.
Halaman judul di KTSP memuat informasi tentang :
a. Judul KTSP
b. Logo satuan
c. Nama satuan
d. Alamat satuan
e. Tahun pelajaran
2. Halaman Pengesahan

Halaman Pengesahan merupakan dokumen yang menyatakan bahwa KTSP yang


telah disusun oleh lembaga sah dan layak digunakan. Pengesahan dilakukan
oleh pejabat yang berwenang untuk memperkuat keabsahan dokumen tersebut,

42
paling tidak ada tanda tangan kepala satuan. Halaman pengesahan memuat
informasi tentang :

a. Judul halaman pengesahan


b. Pernyataan bahwa KTSP telah disahkan dan dipergunakan oleh satuan
PAUD tersebut
c. Tanda tangan pengesahan (Kepala Sekolah, Ketua Yayasan, Pembina
(Pengawas, penilik) serta mengetahui pejabat yang berwenang yakni Dinas
Pendidikan setempat
3. SK Tim Pengembang KTSP

SK tim pengembang KTSP merupakan dokumen pengesahan


pembentukan tim pengembang KTSP di satuan PAUD. SK tim pengembang KTSP
memuat informasi tentang :

a. Judul SK
b. Nomor SK
c. Mengingat beberapa alasan yang menjadi bahan pertimbangan dibentuknya
tim pengembang kurikulum
d. Mengingat beberpa peraturan perundang – undangan yang mendasari
dibentuknya tim pengembang kurikulum
e. Memutuskan nama – nama pendidik dan tenaga kependidikan yang terlibat
di dalam tim pengembang kurikulum
f. Waktu masa berlakunya SK
g. Tanda tangan kepala sekolah
h. Lampiran nama – nama tim pengembang kurikulum
4. Berita Acara Peninjauan KTSP

Berita acara peninjauan KTSP merupakan dokumen yang menyatakan tentang


kegiatan peninjauan kurikulum di satuan PAUD. Berita acara peninjauan
kurikulum memuat informasi tentang :

a. Judul berita acara peninjauan kurikulum


b. Waktu (hari dan tanggal) dilaksanakannya kegiatan peninjauan kurikulum

43
c. Komponen – komponen KTSP yang mengalami perubahan

5. Kata pengantar

Kata pengantar merupakan tulisan ungkapan sepatah dua patah kata oleh
penyusun sebuah karya tulis. Kata pengantar dalam KTSP pada umumnya
berisi :

a. Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya


penyusunan dokumen KTSP
b. Ucapan terima kasih kepada berbagai fihak yang telah berkontribusi
terhadap penyusunan KTSP
c. Gambaran Isi dari KTSP
d. Harapan atas penyusunan KTSP tersebut
e. Kesediaan menerima kritik dan saran
f. Penyebutan nama kota , tanggal, bulan dan tahun dan penyusun tanpa
dibubuhi tanda tangan.
6. Daftar Isi

Daftar isi merupakan dokumen yang memuat keseluruhan dari


seluruh naskah KTSP yang setidak nya terdiri dari :

a. Judul daftar isi


b. Komponen bab, sub bab dalam naskah KTSP
c. Nomor halaman bab dan sub bab

C. Profil Satuan PAUD


Profil satuan PAUD terdiri dari
1. Sejarah singkat satuan PAUD
Sejarah singkat satuan PAUD berisi tentang gambaran proses
berdirinya satuan PAUD. Sejarah singkat satuan PAUD setidaknya memuat
informasi tentang waktu berdirinya satuan PAUD (tanggal, bulan dan tahun),
rasional pendirian serta nama – nama tokoh yang teribat dalam proses

44
pendirian. Selain itu juga bisa ditambahkan perkembangan satuan PAUD dari
mulai PAUD didirikan sampai dengan disusunnya naskah KTSP.
2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Data pendidik memuat informasi tentang pendidik yang ada di satuan
PAUD yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
kualifikasi dan kompetensi pendidik.
Data tenaga kependidikan merupakan data profil tenaga kependidikan
yang ada di satuan PAUD tersebut yang setidaknya terdiri dari nama, tempat
tangga; lahir, jenis kelamin, alamat, kualifikasi dan kompetensi tenaga
kependidikan.
3. Struktur Kepengurusan satuan PAUD
Struktur kepengurusan merupakan susuna pengurus satuan PAUD
yang bisa dibuat dlam bentuk bagan maupun dalam bentuk uraian. Struktur
kepengurusan setidaknya memuat informasi tentang :
1. Nama pengurus
2. Jabatan pengurus
Jabatan pengurus seperti misalnya Ketua Yayasan, Kepala PAUD, Pendidik,
Tenaga administrasi, operator, komite dan lain – lain.
3. Identitas pengurus
Identitas pengurus dalam struktur kepengurusan bisa diisi dengan foto
pemangku jabatan tersebut.
4. Alur tanggungjawab (apabila dalam bentuk bagan), bisa dibuat dalam
bentuk garis komando ataupun garis koordinasi.

Struktur organisasi sebaiknya dilengkapi dengan uraian tugas masing – masing


pemangku jabatan.

4. Data Peserta Didik


Data peserta didik berupa daftar anak didik atau rombongan belajar di
setiap kelompok usia yang meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

45
nama orangtua, alamat. Setiap rombel sebaiknya dilengkapai dengan nama
pendidik yang mengampunya.
5. Data sarana dan prasarana pendukung
Data sarana dan prasarana pendukung merupakan daftar seluruh
sarana dan prasarana yang dimilki oleh kembaga. Data srana dan prasarana ini
bisa dibuat dlam bentuk daftar inventaris yang secara umum meliputi nama
barang, jumlah barang, tahun perolehan, dan kondisi barang.
6. Alamat dan Peta Lokasi satuan PAUD
Alamat dan peta lokasi satuan PAUD merupakan alamat lengkap dan
detail tentang lokasi satuan PAUD berada. Alamat dilengkapi dengan gambar
peta lokasi yang akan memudahkan fihak lain untuk mengetahui dan
mengakses lokasi PAUD tersebut.

7. Status satuan PAUD


Status satuan PAUD berisi tentang status lembaga tersebut, misalnya
stutsnya negeri ataukah swasta. Status satuan PAUD juga terkait dengan
perijinan lembaga yang terdiri dari ijin operasional, akte pendirian, NPSN serta
status akreditasi satuan. Sebaiknya dilengkapi juga lampiran dokumen terkait
perijinan – perijinan tersebut.

D. Dokumen I KTSP
Dokumen I KTSP disebut juga dokumen induk. Dokumen ini secara umum
berisi tentang hal – hal yang sifatnya kelembagaan. Komponen dari dari dokumen I
setidaknya terdiri dari :
1. Pendahuluan
a. Latar belakang
Latar belakang disini menjelaskan tentang pentingnya pengembangan
kurikulum di satuan PAUD serta alasan yang mendorong disusunnya KTSP
di satuan PAUD.

46
b. Dasar operasional penyusunan KTSP
Dasar Operasional penyusunan KTSP berisi tentang peraturan perundang –
undangan yang terkait dengan penyusunan KTSP. Urutan penulisan dasar
operasional ini dimulai dari peraturan perundang – undangan yang sifatnya
paling kuat.

c. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan penyusunan KTSP yang berisi rincian
tujuan penyusunan KTSP bagi staun PAUD.

2. Visi, Misi dan Tujuan Satuan PAUD


Visi merupakan cita – cita jangka panjang yang ingin diwujudkan atau diraih
oleh satuan PAUD. Visi yang dirumuskan dapat menjadi motivasi bagi semua
fihak yang terlibat dalam penyelenggraan dan pengelolaan satuan PAUD. Visi
perlu disusun oleh satuan PAUD untuk :
1. Menjadi arah yang ingin dicapai oleh satuan
2. Membangun kesamaan pemahaman pada semua pelaksana (pendidik dan
tenaga kependidikan) yang ada di satuan PAUD sebagai cita – cita bersama
yang ingin diwujudkan.
3. Membangun motivasi pendidik dan tenaga kependidikan dan orang tua
untuk meraih cita – cita bersama.

Kriteria penulisan visi :

1. Singkat, padat
Kalimat dalam penulisan visi sebaiknya tidak terklalu panjang sehingga
mudah diingat bagi siapapun yang membacanya.
2. Realistik
Realistik berarti rumusan visi yang disusun sesuai dengan kondisi satuan
sehingga memungkinkan untuk diwujudkan.

47
3. Visioner
Visioner berarti rumusan visi sesuai dengan perkembangan zaman.
4. Antisipatif
Antisipatif berate rumusan visi yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
5. Terukur
Terukur berarti rumusna visi yang ditetapkan dapat dicapai dan
diwujudkan.

Misi:
Misi merupakan upaya yang harus dilakukan sebagai penjabaran visi
yang telah dirumuskan setiap satuan pendidikan. Misi perlu disusun oleh satuan
PAUD untuk :
1. Menjadi acuan/tujukan dalam penyusunan program
2. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan di satuan
PAUD.
3. Menggambarkan kekhasan dan keunggulan layanan di satuan PAUD.

Cara penyusunan misi:

1. Menjabarkan indikator dari setiap nilai atau cita-cita yang ada dalam visi.
2. Menetapkan fasilitasi yang harus dilakukan satuan PAUD untuk mendukung
indicator yang ada dalam visi
3. Menjabarkan strategi yang akan diambil satuan PAUD untuk mencapai visi

Kriteria perumusan misi :

1. Relevan
2. Realistik
3. Konsisten terukur

Tujuan berisi rumusan hasil keluaran/output yang dicapai pada waktu


tertentu. Visi dirumuskan untuk pencapaian jangka waktu panjang, sedangkan

48
tujuan dirumuskan untuk pencapaian misi jangka waktu pendek atau dikaitkan
dengan lulusan yang diharapkan.

Kriteria perumusan tujuan :


1. Konsisten dengan visi : Sesuai dengan visi
2. Konsisten dengan misi : sesuai dengan misi
3. Realistik : sesuai dengan situasi dan kondisi
4. Terukur : dapat diwujudkan

3. Karakteristik
Karakteristik KTSP menggambarkan tentang penjabaran terhadap
nilai-nilai, strategi /model pembelajaran pembelajaran yang dilaksanakan di
satuan PAUD dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan satuan PAUD
serta yang menjadi keunggulan dan kekhasan satuan PAUD tersebut
dibandingkan dengan satuan PAUD yang lain. Karakteristik KTSP setidaknya
memuat informasi tentang :
a. Nilai – nilai / prinsip yang digunakan oleh satuan PAUD
Nilai yang dimaksud adalah tata nilai yang digunakan yang menjadi dasar
dalam pelaksanaan program PAUD. Misalnya nilai keagamaan, nilai
nasionalis dan lain – lain.
b. Model pembelajaran yang digunakan
Model pembelajaran yang digunakan setiap satuan PAUD akan berbeda satu
sama lain. Satuan PAUD dapat menjelaskan model yang digunakan di
lembaganya. Misalnya model yang digunakan adalah model pembelajaran
sentra, dapat mendeskripsikan sentra apa saja yang ada di satuan tersebut,
sehingga dapat memberikan gambaran informasi tentang pengelolaan
pembelajaran yang ada pada satuan PAUD tersebut.
c. Kegiatan – kegiatan khusus dan layanan yang menjadi kekhasan satuan
PAUD
Ada kegiatan – kegiatan khusus yang menjadi ciri khas suatu satuan
sehingga membedakan satuan PAUD tersebut dengan satuan PAUD yang

49
lain. Misalnya adanya kegiatan sholat dhuha setiap pagi, adanya kegiatan
upacara bendera, kegiatan ekstra, layanan konsultasi psikologi, layanan
kesehatan dan lain – lain.

4. Program Pengembangan dan Muatan Pembelajaran / Struktur Kurikulum


Program pembelajaran dan muatan pembelajaran secara lengkap
diorganisasikan menjadi strutur kurikulum. Struktur kurikulum lengkap satuan
PAUD berisi :
a. Program pengembangan
Program pengembangan terdiri dari enam bidang pengembangan anak usia
dini yakni Nilai Agama dan Moral, Fisik Motorik, Kognitif, Bahasa, Sosial
Emosional dan Seni.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar bisa dituliskan uraian KD nya maupun hanya kode
nomornya saja.
c. Tingkat Pencapaian Perkembangan
Tingkat Pencapaian perkembangan mengacu pada tingkat pencapaian
perkembangan yang tertuang pada Permendikbud nomor 137 tahun 2014.
d. Indikator
Indikator merupakan jabaran rinci dari tingkat pencapaian perkembangan
yang berupa penanda spesifik perkembangan anak serta mudah terukur.
e. Muatan / materi
Muatan/materi berisi konsep – konsep yang akan dikenalkan kepada anak.
Perumusan materi disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Muatan bisa juga disesuaikan dengan tema yang digunakan.

5. Beban belajar
Beban belajar berisi alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran di satuan PAUD. Alokasi waktu yang digunakan adalah alokasi
waktu dalam satu hari serta alokasi waktu dalam satu minggu. Dokumen beban
belajar sebaiknya dilengkapi dengan jadwal pembelajaran selama satu minggu.

50
Pengaturan beban belajar di satuan PAUD sebaiknya mengikuti ketentuan yang
sudah diatur dalam Permendikbud nomor 137 tahun 2014 sebagai berikut :
a. Usia Lahir - 2 tahun: satu kali pertemuan minimal 120 menit, dengan
melibatkan orang tua, dan frekuensi pertemuan minimal satu kali per
minggu
b. Usia 2 - 4 tahun: satu kali pertemuan minimal 180 menit dan frekuensi
pertemuan minimal dua kali per minggu.
c. Usia 4 - 6 Tahun: satu kali pertemuan minimal 180 menit dan frekuensi
pertemuan minimal lima kali per minggu.
Informasi terkait dengan beban belajar ini dituangkan dalam bentuk
jadwal pembelajaran.

6. Kalender Pendidikan dan Program Tahunan


Kalender pendidikan berisi rencana kegiatan yang yang akan
dilaksanakan selama satu tahun. Kalender pendidikan satuan PAUD disusun
dengan mengacu pada kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas
Pendidikan setempat. Kalender pendidikan disusun Komponen yang harus
dipenuhi dalam penyusunan kalender pendidikan PAUD adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum
 Permulaan tahun ajaran
 Kegiatan puncak tema
 Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tiap bulan
 Hari-hari libur
 Waktu belajar efektif
b. Kegiatan Khusus
 Kegiatan yang mendatangkan narasumber
 Mengunjungi tempat yang terkait dengan tema,
 Kegiatan bazar anak,
 Pentas seni anak,

51
 Perayaan hari-hari besar, atau
 Kegiatan lainnya
c. Kegiatan Pendukung
 Pertemuan orang tua,
 Open house
 Hari keluarga, dan sebagainya

Kalender pendidikan wajib disusun dan dipedomani oleh lembaga. Hal


ini disebabkan karena :

1. Kalender dipakai sebagai acuan bagi pendidik dan pengelola dalam


menyusun kegiatan pembelajaran selama satu tahun.
2. Kalender merupakan informasi bagi orangtua tentang berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan dan diikuti oleh peserta didik dkurun waktu satu
tahun.
3. Kalender disusun supaya terdapat kesesuaian dengan waktu pelaksanaan
pendidikan yang ditetapkan di wilayahnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kalender pendidikan yang


sudah dikembangkan oleh lembaga, harus disosialisasikan kepada orangtua.
Bentuk sosialisasi bisa dilakukan melalui :

1. Penempelan di dinding serta di tempat yang mudah dilihat.


2. Pertemuan orangtua.
3. Brosur
4. Media cetak
5. Media elektronik
7. Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur adalah suatu prosedur tertulis atau
tatacara atau langkah – langkah yang harus dilakukan pada suatu jenis kegiatan
tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan tertentu yang
dilaksanakan secara rutin dan pembiasaan hendaknya di SOP kan. Contoh
kegiatan rutin serta pembiasaan yang bisa dibuat SOP nya antar lain

52
penyambutan anak, senam, makan bersama, toilet training, kegiatan pembuka,
kegiatan inti, penutup dan lain sebagainya.
Dokumen SOP setidaknya memuat :
1. Judul SOP
Judul SOP berisi judul kegiatan yang di SOP kan misalnya SOP penyambutan
anak, SOP senam, SOP makan bersama dan lain – lain.
2. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dari kegiatan yang di SOP kan. Misalnya
SOP penyambutan anak bertujuan untuk memberikan rasa senang, aman,
nyaman dan kekeluargaan pada saat memasuki lingkungan sekolah.
3. Referensi
Referensi yang dimaksud adalah referensi yang digunakan sebagai dasar
penyusunan SOP baik berupa buku, pedoman, panduan, peraturan
perundang undangan.
4. Pihak terkait
Pihak terkait merupakan pihak yang terkait denagn pelaksanaan kegiatan
yang ada dalam SOP. Contoh : SOP penyambutan anak. Pihak yang terkait
dengan SOP penyambutan anak adalah kepala PAUD, guru piket, anak, dan
pengantar anak.
5. Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang terkait dengan kegiatan yang
ada dalam SOP. Misalnya SOP penyambutan anak. Dokumen yang terkait
dengan SOP penyambutan anak adalah buku kehadiran guru, buku kehadiran
anak, jadwal piket, catatan perkembangan anak,
6. Prosedur kerja
Prosedur kerja merupakan langkah – langkah kegiatan yang ada
dalam SOP.

E. Dokumen II KTSP
Dokumen II berisi dokumen perencanaan pembelajaran dan dokumen penilaian
perkembangan anak. Dokumen perencanaan pembelajaran terdiri dari program semester,

53
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian. Secara utuh isi dokumen II adalah :
1. Program Semester
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
4. Penilaian Perkembangan Anak

54
BAB VIII

MUATAN LOKAL SUMBAWA

A. SEJARAH SINGKAT PULAU SUMBAWA


Sedikit refrensi tentang ini. Sejarah Sumbawa masih diyakini ada pada buku
berjudul “Sumbawa Pada Masa Lalu”, karya Lulu A. Manca. Dalam buku Sumbawa
Pada Masa Lalu tertulis bahwa Van der Wolk seorang berkebangsaan Belanda yang
menjabat sebagai Kepala Pemerintahan (Gezaghebber) di Sumbawa pernah menulis
sebuah buku “Memorie van Overgave” atau Kenang-Kenangan selama Memerintah.
Memorie van Overgave adalah buku yang menjelaskan bahwa penduduk asli
Sumbawa atau disebut tau Samawa, mula- mula adalah penduduk yang berasal dan
bermukim di Semenanjung Sanggar, lereng Gunung Tambora, pada ketinggian
kurang lebih 2.850 mdpl. Mereka berpindah ketempat pemukiman baru di
Sumbawa dengan menyusuri dataran rendah yang saat itu belum digenangi air
lautan akibat mencairnya es Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Diperkirakan pada jaman mencairnya es di kedua kutub bumi yaitu kutub
Utara dan Selatan, mengakibatkan tergenangnya sebagian dataran dan
menimbulkan plat atau dangkalan antara Sumabawa dan Sanggar. Masa akhir jaman
es, juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar pulau-pulau di Indonesia dan
membentuk dangkalan atau plat. Diantaranya adalah Sunda Plat atau dangkalan
Sunda yang terbentang antara Sumatera, Kalimantan dan Jawa, kemudian Sahul Plat
yaitu dangkalan antara Papua dan Australia bagian Utara, yang tentu saja dapat
dibuktikan dengan berbagai macam kesamaan jenis flora dan fauna.
Penduduk asli Sumbawa melalui dataran rendah yang belum tergenang air
laut itu berpindah dari Semenanjung Sanggar ketempat pemukimannya yang baru
yaitu Sumbawa. Penduduk Sumbawa yang bermukim lebih awal dan selanjutnya
menjadi penduduk asli kemudian berpindah ke wilayah pedalaman dataran tinggi
pegunungan Ropang, Lunyuk dan bagian selatan Batu Lanteh untuk mencari hunian
baru. Dalam buku Memorie van Overgave tercatat bahwa saat itu Tau Samawa masih
menganut aliran animisme yang cenderung beranggapan bahwa wilayah

55
pegunungan memiliki kekuatan yang dapat melindungi mereka. Kemudian,
kelompok penduduk yang merupakan kategori pendatang baru, adalah berasal dari
Bugis- Makasar, Banjarmasin dan Jawa masuk setelahnya ke Sumbawa dan
mendiami wilayah pesisir. Kelompok- kelompok penduduk ini selanjutnya menetap
untuk seterusnya dan memiliki hak atas tanah yang telah ditempati sejak lama
untuk dimanfaatkan. Bagian tanah ini dalam istilah adat Sumbawa dikenal dengan
sebutan “Lar Lamat”.
Lar Lamat adalah tanah tempat tinggal, sawah, ladang dan aliran sungai atau
danau serta tempat mereka dimakamkan jika mereka meninggal dunia. Selanjutnya
untuk mengawasi dan sekaligus menguasai “Lar Lamat”, dipilihlah seorang
penguasa atau pemimpin yang disebut “Nyaka”. Jika ada penduduk berikutnya yang
datang dan ingin bermukim dan mencari nafkah dengan membuka tanah baru
disitu, tanah itu yang disebut “Tana Penyaka”, mereka akan diterima dan mendapat
hak serta kedudukan yang sama dengan syarat mereka harus tetap mematuhi
ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Nyaka dan berlaku untuk setiap
anggota masyarakat tana penyaka. Kelak, kelompok- kelompok penduduk inilah
yang kemudian berkembang dan memiliki wilayah sendiri, membentuk hukum
sendiri dan sistem pemerintahan sendiri.
Artinya, Sumbawa adalah bukan daerah pariwisata. Melainkan Kabupaten
lestari dengan sistem mata pencaharian dan sumber penghidupan utama beternak
dan bercocok tanam bagi "Tau Samawa" (Sebutan daerah untuk suku Sumbawa).
Mereka ke sawah dengan menggunakan peralatan tardisional berupa cangkul
atau bingkung, rengala, dan karengsebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan
hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau. Pola bercocok tanam ini mulanya
diperkenalkan oleh orang-orang Jawa Majapahit pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu Sumbawa. Mekanisasi pertanian sekarang ini mulai tampak pada masyarakat
Sumbawa. Pada sejumlah tempat mulai terlihat pemanfaatanhandtractor dan alat-
alat modern lain sebagai pengganti peran hewan ternak dalam pengolahan lahan-
lahan pertanian.
Untuk menggarap ladangnya atau “merau” cara-cara tradisional masih
dipakai hingga kini yaitu dengan membakar lahan pertanian agar mempermudah

56
proses pengolahan untuk ditanami beberapa jenis tanaman pangan. Akan tetapi,
tidak setiap hari para petani ini meluangkan waktunya berada di sawah atau
ladangnya, hanya beberapa kali saja dalam seminggu tanaman yang telah ditanam
ini mendapatkan pemeliharaan.
Cara mendapatkan lahan-lahan pertanian inipun begitu mudah, Tau
Samawa dapat menemukan lahan untuk bertani, berkebun, dan berladang dengan
menandai areal temuannya itu dengan menggantung batu asah atau menanam
pohon tertentu seperti bage (Pohon Asam), ketimus, dan bungur yang sudah sama-
sama dikenal dan diakui secara konvensi sebagai tanda bahwa lahan itu telah
menjadi milik seseorang dan sekaligus untuk menghindari klaim dari orang lain.
Konsep ini bagi Tau Samawa telah dipertegas dalam ungkapan tumpan aeng-aeng tu
tumpan nan tubaeng, artinya orang yang menjumpai ialah yang memiliki. Ungkapan
ini menunjuk pada pemilikan tanah, tempat tinggal atau areal tertentu yang menjadi
miliknya, konsep ini juga berlaku pada pekerjaan mencari kayu hutan dan nganyang
(berburu) lebah madu dengan memberikan tanda silang dengan parang pada pohon
di mana sarang lebah madu itu ada serta mengikatnya dengan lonto (jenis
tumbuhan menjalar). Bagi tau Samawa yang melanggar pantangan ini dan berusaha
mengambil hak orang lain, maka akan menjadi bahan pembicaraan di mana-mana
dan mendapat sanksi adat menjadi tau no kangila atau orang tak tahu malu yang
sangat menampar harga diri Tau Samawa.
Masyarakat Sumbawa yang tinggal di desa-desa umumnya memiliki tempat
khusus untuk menyimpan hasil penennya dalam sebuah klompo atau lumbung yang
dibangun berdekatan dengan bangunan rumahnya. Bagi Tau Samawa menyimpan
hasil panen adalah penting, mengingat bila saat paceklik tiba, Sumbawa mengalami
kemarau yang cukup panjang. Maka selain menyimpan hasil panen di lumbung-
lumbung, para atau loteng rumah merekapun memiliki tabungan hasil panen.
Sedangkan untuk peralatan pertaninan ditempatkan di bongan atau kolong yang
terdapat pada bagian bawah rumah panggung.
Menjadi nelayan merupakan pekerjaan pilihan lain bagi Tau Samawa.
Peralatan seperti pancing, kodong dan belatyang berfungsi sebagai perangkap
dimanfaatkan untuk menjebak dan menangkap ikan di sungai ataupun di rawa-

57
rawa, sedangkan peralatan berupa jaring lebih diutamakan untuk menangkap ikan
di laut.
Pekerjaan penting lainnya adalah berburu atau nganyang dengan
menggunakan peralatan tear atau tombak danpoke atau tombak bermata
dua, lamar atau jerat, dan dengan memanfaatkan anjing pemburu. Nganyang pada
umumnya merupakan pekerjaan sambilan yang dipilih oleh sebagian Tau
Samawa yang tinggal di sekitar perbukitan, sedangkan pekerjaan utama mereka
adalah meramu hasil- hasil hutan untuk dijadikan bahan makanan seperti umbi-
umbian, buyak atau pucuk-pucuk rotan, serampin atau sari batang enau, madu
lebah, jamur-jamuran, dan akar-akaran sebagai bahan pembuatan minyak
tradisional yang terkenal dengan sebutan Minyak Sumbawa. Konon, proses
pembuatan minyak sumbawa adalah kegiatan turun temurun dan unik. Dimana,
"Sandro" (sebutan untuk tau Samawa yang memiliki kekuatan supranatural),
mengaduk seluruh ramuan minyak dalam belangga dalam kondisi masih mendidih
diatas bara api.
Masyarakat di luar kepulauan lain mengenal Sumbawa dari hasil ternaknya
berupa kuda, sapi, dan kerbau, namun jarang yang mengetahui bahwa hewan-
hewan ternak ini dipelihara dengan menggunkan sistem pemeliharaan yang
unik. Tau Samawa tidak menambat hewan-hewan ternaknya, hewan-hewan ini
dilepas begitu saja di padang-padang gembala atau lar, sedangkan untuk menjaga
tanaman pertanian mereka dari serangan hewan ternak, para petani Sumbawa
berusah memagari sawah dan ladangnya dengan menanami kayu jawa pada batas
lahannya. Karena itulah Sumbawa terkenal sebagai penghasil ternak kuda, sapi dan
kerbau terbesar dan terbaik di Indonesia, terutama di kalangan pengepul sapi, kuda
dan kerbau yang berdatangan dari berbagai daerah dan mengangkut hasil ternak ini
dengan truk-truk besar. Kapal-kapal pengangkut ternak biasanya disiapkan di
Labuhan Badas Sumbawa, hingga Pelabuhan Sape di Bima jika akan dikirim ke
daerah yang cukup jauh dari Sumbawa. Daerah pembeli ternak ini bahkan datang
dari Toraja. Konon, pasokan kerbau terbesar menuju Sumatera adalah kerbau-
kerbau yang berasal dari Sumbawa.

58
Pekerjaaan pedagang adalah pekerjaan masyarakat Sumbawa dari etnis Cina,
Arab, dan Jawa. Sementara pekerjaan menenun adalah pekerjaan turun temurun
yang telah dianggap kuno dan rumit, tergeser diantara kuatnya orientasi status
sosial tau Samawa saat ini yang lebih bangga bekerja sebagai Pegawai
Pemerintahan atau PNS dan Tambang. Karakteristik yang menonjol dari tau
Samawa umumnya adalah gemar berbicara dan mengurus soal- soal politik,
menyenangi filsafat dan ilmu-ilmu kebatinan, kepercayaan yang begitu kuat
pada Sandro atau dukun.
Suku Sumbawa yang mendiami bekas wilayah Kesultanan Sumbawa ini pada
masa pra-Majapahit menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sasak Samawa yang
berpusat di Lombok, kemudian ditaklukkan oleh Majapahit dengan pusat pengaruh
di Taliwang dan Seran, sedangkan masa Islam adalah masa penaklukkan Kerajaan
Gowa-Sulawesi terhadap semua wilayah Sumbawa dan Selaparang-Lombok dengan
pusat pemerintahan mula-mula di Lombok kemudian dipindahkan ke
Sumbawabesar karena expansi militer dari kerajaan Gelgel - Bali. Setelah masuknya
VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Kesultanan Sumbawa menjadi bagian
wilayah Gubernemen Selebes, dan sesuai pembagian wilayah afdeeling maka
Sumbawa masuk wilayah Karesidenan Timor dengan ibukota di Sumbawa Besar.
Sistem pemerintahan afdeeling kemudian dijabarkan menjadi onderafdeeling
yang terbagi menjadi beberapa daerah administrasi. Beberapa kampung dibagi
menjadi beberapa lingkungan kekuasaan yang merupakan onderdistrict, dan
beberapa onderdistrict digabung menjadi satu district setingkat kabupaten saat ini.
Penggabungan onderdistrict tidak berlangsung lama kemudian menjadi
onderdistrict yang berdiri sendiri dan berubah menjadi wilayah kademungan.
Wilayah kademungan sekarang berubah menjadi wilayah kecamatan yang
membawahi beberapa desa.
Pada masa pemerintahan orde lama, sistem pemerintahan desa di Sumbawa
dipegang oleh seorang gabung yang dibantu oleh beberapa tau loka karang sebagai
penasihat yang berasal dari setiap kelompok kekerabatan penghuni kampung.
Gabung juga dibantu oleh malar sebagai pengatur dan pembagi air pada lahan

59
pertanian, dan juga dibantu oleh seorang mandur yang bertindak sebagai
penghubung antara kepentingan masyarakat dengan pemerintahan desa.
Pola perkampungannya berbentuk kelompok rumah, setiap kelompok masih
memiliki ikatan kekerabatan yang disatukan oleh sebuah pagar kampung. Tata
letaknya selalu menyesuaikan dengan pengetahuan masyarakat mengenai urat
tanah yang dalam pelaksanaanya hanya bisa diketahui oleh sandro. Setiap kepala
keluarga memiliki tanggung jawab adat membantu membangun rumah anggota
kelompok yang baru secara gotong royong di bawah komando tau loka karang,
demikian konsep itu dirumuskan dengan nama bayar siru atau balas budi, sehingga
anggota kelompok yang melanggar akan dikucilkan. Konsepsi bayar siru ini masih
berlaku hingga sekarang, terutama di kampung- kampung di daerah pedesaan.
Sekarang, organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dimodernisasi menjadi
sebuah desa atau kelurahan yang dipimpin oleh seorang lurah atau kepala desa
yang membawahi beberapa dusun, dan setiap dusun terdapat kelompok warga yang
tergabung dalam rukun warga yang terdiri atas beberapa rukun tetangga. Sebagai
lembaga eksekutif di tingkat desa dibentuklah Badan Perwakilan Desa, sedangkan
tugas malar digantikan oleh Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).
Sumbawa sangat kental dengan nuansa Islam, sehingga dalam kehidupan
beragama atau hukum pada setiap desa terdapat seorang pemimpin yang
dinamakan penghulu, lebe, mudum, ketib, marbot, dan rura. Masyarakat Sumbawa
juga mewarisi pelapisan sosial dari masa Kesultanan Sumbawa yang ditandai
dengan munculnya tiga golongan, yakni golongan bangsawan yang
bergelar dea atau datu, kedua golongan merdeka atau tau sanak, dan ketiga
golongan masyarakat biasa yang tidak merdeka atau tau ulin abdi.

B. UPACARA ADAT
Di Sumbawa terdapat beberapa macam upacara adat. Ada pun acara adat yang ada di
Sumbwa yaitu:
1. Upacara Nyorong
2. Upacara nyorong merupakan salah satu prosesi pernikahan putra-putri
Sumbawa.Upacara nyorong dilakukan setelah bakatoan (lamaran).Pihak laki-laki

60
diterima oleh orangtua si wanita yang kemudian diteruskan dengan acara
basaputis (memutuskan).Di dalam acara basaputis inilah ditentukan hari-hari
baik untuk melaksanakan acara nyorong dan rangkaian acara lainnya. Acara
nyorong sama halnya dengan midodoremi bagi suku Jawa. Pada acara nyorong ini,
pihak dari mempelai laki-laki menghantarkan barang-barang yang sudah
ditentukan pada saat basaputis.

2. Upacara Barodak
3. Barodak berasal dari kata Odak yang artinya luluran. Sering juga disebut
Barodak Rapancar, karena selain luluran, juga dilakukan proses memerahkan
kuku tangan dengan daun pacar. Intinya, ini proses untuk mempercantik diri si
calon pengantin. Makna yang lebih dalam adalah untuk penyucian diri bagi calon
pengantin untuk memasuki kehidupan rumah tangga.Baru mempercantik diri
malam sebelum pernikahan?Emang keburu?Jadi Barodak memang resminya
dilaksanakan malam sebelum akad nikah di rumah masing-masing

61
mempelai.Sejatinya, Barodak dilaksanakan sejak persiapan pernikahan
dilaksanakan dan itu bisa berlangsung sekitar 1 bulan.Selain di acara pernikahan,
barodak juga biasanya dilakukan pada acara khitan (basunat).

3. Acara Nuja’
Nuja’ rame adalah bagian dari tradisi pernikahan masyarakat Sumbawa yang
dilakukan ketika ada acara perkawinan. Walaupun sebenarnya nuja rame
merupakan tradisi yang sering dilakukan masyarakat Sumbawa pada saat masa
panen telah berakhir tetapi setelah Nuja Rame akan dilanjutkan dengan acara
pernikahan. Memang apa hubungannya ?
Pada umumnya, setelah masa panen masyarakat samawa melakukan acara
perkawinan bagi keluarga-keluarga yang sudah siap melakukannya.Karena
setelah masa panen itulah biasanya semua persiapan untuk melakukan pesta
pernikahan telah tercukupi.Dari seluruh pelosok kampung (dulu) semua warga
berbondong-bondong membawa hasil panen padi mereka untuk dituja (tumbuk)
di salah satu rumah warga. Selain itu, nuja rame juga sebagai momen Panulung
(bantuan) bagi keluarga yang akan melaksanakan pesta perkawinan.
Ketika hari nuja’ rame dilaksanakan, beberapa orang menyembunyikan rantok
(alat penumbuk padi), dengan cara dipukul dengan ngalu (alu dari kayu dan
bambu) sebagai tanda bahwa ada keluarga yang akan melaksanakan nuja’ rame.
Nuja’ rame biasnya dilakukan oleh ibu-ibu.Biasanya, rantok ini dibunyikan pagi-

62
pagi buta ketika orang belum keluar dari rumahnya dan suasana kampung masih
sunyi sepi dari aktifitas warga.Sehingga semua warga bisa mendengarkan bunyi
rantok tadi.Rantok pun tidak asal dibunyikan saja, tetapi dengan teknik khusus
sehinggga menghasilkan irama (pagonteng) yang membuat orang senang
mendengarnya. Suaranya pun bak tabuhan drum band dijaman sekarang. Irama
dari rantok tadi di setiap desa mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga
menghasilkan keragaman jenis pukulan nuja’ rame.
Setelah masyarakat beramai-ramai datang, barulah rantok tadi berhenti
dibunyikan.Kemudian masing-masing masyarakat menyerahkan sendiri barang
bantuan (panulung) kepada keluarga pengantin. Panulung yang sudah terkumpul
nantinya akan diserahkan oleh keluarga calon pengantin pria kepada keluarga
calon pengantin wanita. Namun kalau keluarga pengantin wanita yang
melaksanakan adat nuja’.maka panulung (bantuan) itu digunakan pada saat
pelaksanaan akad nikah dan pesta perkawinan.

4. Biso Tian
Tradisi Biso Tian di Sumbawa maupun Sumbawa Barat dilakukan saat usia
kandungan memasuki bulan ketujuh. Biso Tian dilakukan pada tiap kehamilan
namun yang diutamakan adalah kehamilan pertama.Dalam tradisi ini, terkadang
tidak harus pada kehamilan bulan ketujuh, melainkan juga biasanya dilakukan
pada bulan kedelapan atau kesembilan, tergantung kesiapan terutama kesiapan
finansial sebuah keluarga.Dipilihnya bulan ketujuh untuk melaksanakan tradisi

63
ini, lebih karena bayi dalam kandungan calon ibu telah utuh menjadi seorang
manusia yang tengah berkembang semakin matang dan siap untuk dilahirkan
pada saatnya tiba.
Dalam prosesi Biso Tian, terdapat banyak sekali simbol dan makna kehidupan
pada setiap tahapan prosesnya.kain berwarna-warni tujuh lapis dipakai sebagai
alas tidur oleh ibu hamil selama prosesi berlangsung. Tujuh lapis kain ini
melambangkan bahwa kehidupan manusia itu betapa tinggi nilainya serupa tujuh
lapis bumi dan langit yang kerap diumpamakan terhadap alam semesta
ini.Sebuah pegu (wadah khas suku Samawa terbuat dari kuningan) berisi beras
berwarna-warni; hitam, hijau, merah muda dan putih.Yang berwarna putih
adalah khusus dibuat dari padi yang disangrai sampai mekar. Beras warna-warni
sebagai pelengkap prosesi ini merupakan lambang kemakmuran yang diharapkan
dari sang bayi yang akan lahir. Sebuah lilin yang diletakkan di atas sebutir kelapa,
sebagai lambang harapan bahwa kelak si bayi akanmenjalani kehidupan di jalan
yang benar dan lurus yang disimbolkan dengan lilin yang menyala.
Di sisi lain tempat prosesi berlangsung, terdapat sebuah wadah batu ukuran
besar yang disebut Teleku 'Batu berisi air yang di dalamnya terdapat macam-
macam kembang. Air kembang dari wadah batu ini nantinya akan dipakai untuk
memandikan calon ibu. Mandi kembang bagi calon ibu, semacam sakralisasi diri
untuk menghadapi saat-saat menakjubkan dalam hidupnya ketika melahirkan
nanti. Yang tidak kalah pentingnya adalah setumpuk uang receh atau logam yang
sengaja disiapkan .Jumlah dan pecahannya, tidak terbatas, tergantung
kemampuan yang berhajat.Uang logam inilah yang paling ditunggu-tunggu oleh
semua ibu-ibu yang hadir dalam acara tersebut.
Dalam setiap acara Biso Tian di Sumbawa Barat, selalu disertai dengan
makan rujak bersama bagi seluruh undangan yang hadir.Ada kebersamaan secara
tidak langsung yang dibangun dalam membuat dan makan rujak bersama ini. Jadi,
bukan hanya calon ibu yang biasanya saat ngidam saja yang suka makan rujak,
tapi seluruh undangan seolah-olah ikut merasakan seperti apa yang dirasakan
oleh calon ibu tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memberikan sumbangan
semangat bagi si calon ibu, bahwa ibu-ibu disekitarnya pun ikut merasakan apa

64
yang dirasakan calon ibu tersebut. Semacam memberi kekuatan secara psikis
bagi calon ibu sehingga calon ibu tersebut senantiasa bahagia menantu masa-
masa persalinannya.

5. Turin Tana’
bayi-bayi tidak diperkenankan keluar rumah sebelum acara turin tanak sampai
usia tiga bulan. Ia akan tetap berada di rumah dan tidak boleh keluar rumah.
Tampaknya, cara tradisional ini juga sangat melindungi anak-anak karena tentu
saja, selama tiga bulan itu ia akan selalu didampingi oleh ibunya yang tentu juga
akan memberikan ASI padanya. Dalam masa itu, ia bisa mendapatkan ASI
eksklusif.
sebagai simbol bahwa si bayi sudah harus bersatu dengan alamnya. Sebagai
simbol ia menginjak bumi, biasanya tanah telah disiapkan dalam sebuah tampi
(wadah untuk membersihkan beras khas Sumbawa). Kaki si bayi akan
disentuhkan pada tanah tersebut.
Upacara turun tanah ini juga biasanya diadakan saat anak berusia tiga bulan.Si
anak dibawa turun ke tanah melewati tangga-tangga yang menjadi jalan naik
menuju rumah panggung. Saat berada di tanah tersebut, sebuah jaring nelayan -
jala dalam istilah masyarakat Sumbawa Barat, ramang dalam istilah Sumbawa,
akan dilemparkan pada si anak yang didampingi kedua orang tuanya. Maka, yang
akan kena jaring tersebut adalah si anak, ayah dan ibunya. Ini merupakan simbol
si anak dan keluarganya diterima dalam lingkungan dan masyarakat
sosialnya.Selain itu, makna jaring ini juga adalah untuk menjaring penyakit agar si
anak terhindar dari sakit yang berbahaya.

6. Gunting Bulu
Rambut yang digunting dengan buah bulu tersebut dimasukkan ke dalam sebuah
kelapa muda berukuran kecil dan berwarna kuning yang disebut nyir gading
berisi air dan bunga-bunga yang dikenal dengan kembang setaman.Ini merupakan
simbolisasi bahwa tiap bagian dari manusia yang lahir itu demikian dihargai
sehingga ditempatkan pada tempat yang baik (harum dengan bunga-bunga). Dari

65
simbol bunga setaman ini, diharapkan anak tersebut kelak akan menjadi anak
yang mandiri, memiliki pikiran yang jernih dan mampu menyelesaikan persoalan-
persoalan juga memiliki keluasan cara pandang dalam hidupnya sehingga dapat
meraih kemasyhuran atas dirinya.
Sesuai dengan doa dan harapan dari orang tua si bayi dan juga masyarakat
sekitarnya kelak ia mendapat tempat yang baik dalam kehidupannya karena
perangai yang baik pula dalam bergaul. Kelapa muda yang dipakai sebagai wadah
untuk menampung rambut tersebut, dipotong bagian atasnya seperempat bagian.
Tradisi ini menyerap kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah dahulu secara
simbolik saja. Di zaman itu, anak usia tujuh hari rambutnya dicukur hingga
gundul. Lalu rambut tersebut ditimbang seluruhnya.Maka seberat timbangan
rambut itulah berat emas dan perak yang disedekahkan kepada fakir miskin. Buah
bulu yang terbuat dari emas atau perak, sekarang lebih banyak dipakai sebagai
simbol emas yang akan disedekahkan. Maka secara simbolik pula, pada saat
rambut si bayi digunting bersamaan dengan buah bulu yang digantung di
rambutnya.

C. ALAT MUSIK TRADISIONAL


1. Gong Genang
Gong genang merupakan alat musik yang selalu ada disetiap acara adat di
sumbawa karena gong genang merupakan alat musik yang paling utama dengan
genang (gendang) sebagai pembawa ritme dan diikuti oleh gong dan serune. Gong

66
genang selalu digunakan dalam acara adat seperti pengantin dan sunatan gong
genag selalu dimainkan pada malam hari yang bertujuan untuk memeriahkan
acara dan mengundang masyarakat untuk ikut bergabung dan berkumpul
dirumah pembuat acara adat.Gong Genang digunakan untuk mengiringi Tari
Daerah Sumbawa, gentao, ngumang, beberapa upacara adat, dsb
2. Rebana
Di Sumbawa ada dua Rebana yang dipergunakan yakni Rebana Ode (Rebana
Kecil) yang dibuat dari kayu dan kulit kambing dan Rebana Rea (Rebana Besar)
yang dibuat dari kayu dan kulit kerbau. Yang terakhir ini sudah sangat langka
sehingga jarang dijumpai diseluruh wilayah Kabupaten Sumbawa.
Rabana biasanya digunakan untuk mengiringi Ratib yang biasaya disebut dengan
Kesenian Ratib Rabana Ode, kessenian ini terbilang unik karena tidak dijumpai
didaerah lain di Indonesia. Ratib atau menyenandungkan bait-bait lagu yang
bertemakan Islam.
Ratib Rabana Ode biasa dimainkan pada saat acara pernikahan dan sunatan ,
biasanya juga digunakan sebagai media hiburan dan untuk penyambutan tamu-
tamu dari luar daerah.

3. Serune

67
Serune termasuk dalam golongan alat musik aerofon yang berlidah.Seperti halnya
klarinet, warga setempat menyebut lidah serune ini dengan istilah ela.Bahan
pokok dari Serune adalah buluh (jenis bambu kecil) dan daun lontar.Lolo dan
anak lolo terdiri dari buluh, sementara serumung ode dan serumung rea dibuat
dari daun lontar yang tergulung membentuk kerucut atau cerobong.Pada lolo
terdapat enam bongkang (lubang) di atas, dan satu lubang terletak di bawah.Cara
melubanginya menggunakan kawat besar yang dibakar.Jarak antara lubangnya
diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo.Sedang lubang yang ada di bawah,
jaraknya setengah dari jarak antara dua lubang jalan memanjangkan dan
memndekkan serumung. Untuk menyetem suara Serune dalam proses
pembuatannya dibutuhkan keahlian khusus, karena untuk menghasilkan suara
serune yang bagus harus memiliki ketepatan antara ela anak lolo dan lolo.

4. Satong srek
Satong srek adalah alat musik perkusi yang terbuat dari batang bambu dan
lempengan seng diatasnya.Lempengan seng diberi lubang kecil-kecil sepaya
bagian atasnya kasar, dan batang bambu kering dilubangi sebagian berfungsi
debagai resonator.

68
Alat musik ini dimainkan dengan dipukul.Biasanya alat musik ini digunakan untuk
mengiringi tarian tradisional seperti tari Syier Male, Badede, Nguri, Ngumang
Rame dan Bulan Kasandung.

D. TARIAN KHAS SUMBAWA


1. Tarian Nguri
Tarian Nguri dibawakan secara berkelompok oleh penari wanita.Tarian ini
menggambarkan keramah-tamahan masyarakat suku Samawa yang dicurahkan
dalam bentuk gerakan tarian.Tarian Nguri merupakan tarian sebagai bentuk
penghormatan dan dukungan rakyat kepada Raja Sumbawa yang telah
memimpin dan menciptakan kemakmuran bagi rakyat Sumbawa.

69
Terinspirasi dari tradisi rakyat Sumbawa maka seniman yang berasal dari
Sumbawa yaitu H. Mahmud Dea Batekal menciptakan sebuah tarian yang
bernama tarian Nguri.Tarian ini dikemas dengan penuh khas dari masyarakat
Sumbawa kemudian tarian ini mulai dikenal oleh masyarakt Sumbawa melalui
acara budaya yang diselenggarakan disana.

2. Tarian Pasaji
Tarian Pasaji dengan gerakan nyema (persembahan) yang penuh santun
dibawakan oleh penari perempuan dengan terampil mempersiapkan pasaji.
Pasaji atau makanan yang sudah dimasak akan dipersembahan kepada Sultan
Sumbawa. Gerakan dasar tarian ini memperlihatkan bagaimana tata cara
mempersiapkan pasaji, tatacara meletakan pasaji, dan menyerahkannya pasaji
kepada Sultan. Gerakan nyema (sembah) menjadi bagian penting dalam tarian
ini.Hampir setiap perpindahan gerak diawali dan diakhiri dengan nyema.Tarian
ini sangat dikenal oleh masyarakat dikecamatan Alas yang mendiami wilayah
bagian barat dari kabupaten Sumbawa.

3. Tarian Sakede

70
Tampi, ternyata memiliki fungsi ganda dalam kehidupan, termasuk kehidupan
suku bangsa samawa, sebagaimana tampak dalam kebiasaan sehari-hari,
terutama dalam proses mengolah padi menjadi beras, seperti barangin, nepi,
sakede, barerok, basaresi, badidik dan lain – lain. Disamping fungsi lain sebagai
wadah junjungan (sunggian), alas makanan dan lain-lain.
Dari beragam fungsi tampi inilah lahir tarian Sakede. Sakede memiliki fungsi
sebagai proses memisahkan beras dari gabah yang diramu denga gerak dan gaya
tarian Samawa seperti lunte, jempit, gero polka, bakaliung, basarenjo, sere dan
lain-lain. Sehingga tarian kreasi baru Sakede ini lebih dinamis.Rias dan busana
telah digarap sedemikian rupa tanpa meninggalkan prinsip dasar rias dan
busana Sumbawa.
Tarian tradisional diatas merupakan tarian kreasi baru yang terinspirasi dari
kehidupan sehari-hari masyarakat suku Samawa.Tarian tradisional diatas dapat
anda jumpai ketika ada acara budaya atau acara pemerintahan daerah di
kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.

E. PERMAINAN TRADISONAL SUMBAWA


1. Barempuk
Barempuk ini adalah permainan Rakyat yang diadakan untuk menyambut musim
panen padi.Barempuk adalah semacam permainan pertarungan antara dua pria
dewasa dengan properti senjata berupa Rise Straw alias Batang Padi alias Jerami.
Mereka akan saling menumbangkan dan menggosokkan jerami ke tubuh lawan.
Kebayang dong gimana sakit sekaligus gatalnya.Yang kalah jelas yang paling
sedikit berhasil menyentuh lawan atau yang tumbang duluan.Permainan ini di
adakan di areal persawahan yang baru selesai panen.
2. Main jaran
Maen Jaran atau pacuan kuda adalah merupakan permainan yang sangat
digemari oleh penduduk Kabupaten Sumbawa, selain menjadi atraksi hiburan,
juga menjadi ajang meningkatkan harga jual kuda, karena kuda yang biasanya
menjadi pemenang harga jualnya tinggi. Harganya bisa mencapai ratusan juta
rupiah.

71
Sejarah perkembangan permainan ini bermula pada saat zaman kolonial Belanda,
sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Sumbawa. Perbedaan main
jaran pada zaman kolonial Belanda dengan sekarang, aturan permainan pada saat
itu tidak ada, bagi siapa yang mempunyai kuda yang besar dan siap untuk diadu
kecepatannya itulah yang tampil, dan arenanya pun di tanah lapang yang tidak
dibuatkan arena khusus. Begitu halnya dengan atribut-atribut yang digunkan oleh
kuda maupun para joki sangat sederhana yang masih belum memperhatikan
keselamatan kuda dan jokinya.
Sesuai dengan perkembangan zaman, main jaranpun ikut berkembang.Hal ini
masih kita lihat sampai sekarang yang dilakukan oleh masyarakat
Sumbawa.Dilihat dari atribut yang digunakan oleh kuda-kuda pacu dan para joki
sudah memperhatikan keselamatan.Kuda pacu diberikan hiasan-hiasan yang
terbuat benang woll dan bahan lainnya.

3. Barapan Kebo
Barapan kebo adalah event tradisional para sandro, Joki dan Kerbau terbagus saat
tiba musim tanam sumbawa. Tradisi Barapan Kebo tidak hanya diselenggarakan
di Pamulung akan tetapi eksis juga di Desa Moyo Hulu, Desa Senampar, Desa Poto,
Desa Lengas, Desa Batu Bangka, Desa Maronge hingga Desa Utan sebagai event
budaya khas Sumbawa.
Barapan Kebo atau Karapan Kerbau ala Sumbawa ini diselenggarakan pada awal
musim tanam padi. Lokasi atau arena Barapan Kebo adalah sawah yang telah

72
basah atau sudah digenangi air sebatas lutut. Perlakuan pemilik kerbau jargon
Barapan Kebo sama seperti perlakuan audisi Main Jaran. Kerbau-kerbau peserta
dikumpulkan 3 hari atau 4 hari sebelum event budaya ini digelar, untuk diukur
tinggi dan usianya. Hal ini dimaksudkan, agar dapat ditentukan dalam kelas apa
kerbau-kerbau tersebut dapat dilombahkan. Durasi atau lamanya event adalah
ditentukan dari seberapa banyak jargon Kerbau yang ikut dalam event budaya
Barapan Kebo.
Hal-hal yang membuat jauh berbeda dari Karapan Sapi Madura atau Mekepung di
Bali adalah pentas para sandro adu ilmu , dan para joki adu kumbar, saat "Sakak"
tongkat magis Sandro Penghalang dapat tersentuh oleh kekuatan lari sang kerbau
dengan bantuan Sandro back-up joki dan kerbau peserta. Pasangan kerbau yang
berhasil meraih juara adalah pasangan kerbau tercepat mencapai tujuan sekalian
dapat menyentuh atau menjatuhkan kayu pancang tanda finish yang disebut
dengan Sakak.

4. Karachi
Kalau di Lombok ada Perisaian maka di Sumbawa ada Karachi. Sekilas memang
sama tetapi secara teknis dan properti sangat berbeda. Jika Perisaian
menggunakan Pemukul berupa Rotan kecil yang cetarrr dengan perisai tipis, di
sumbawa menggunakan pemukul yang lebih besar ukurannya dengan perisai
yang lebih tebal dan besar disebut Mangkar. Kostum Karaci dibuat tebal agar

73
peserta tidak terlalu kesakitan dan wasitnya memegang gala dari bambu untuk
melerai.Karaci adalah pertarungan dua pria, biasanya diadakan dalam event-event
tertentu saja misalnya acara Kesultanan, Event pemerintah dan
semacamnya.Permainan ini kalau menurut mimin tidak cocok untuk ditonton
anak-anak di bawah umur.Cocok untuk yang menyukai permainan-permainan
extreme dan menantang adrenalin.

F. KESENIAN VOCAL SUMBAWA


1. Sakeco
Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari Lawas.Sakeco
banyak digemari oleh masyarakat (Tau Samawa) Sumbawa.Sakeco dimainkan
oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya dan masing-masing memegang
satu rabana (rebana).Rebana yang digunakan adalah bisa Rabana Ode atau
Rabana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar). Penggunaan dua jenis rebana ini
didasarkan pada temung yang akan digunakan. Hanya saja, pada saat Sakeco,
rabana yang digunakan harus sejenis.
Sakeco merupakan seni yang sangat luwes dan dinamis dibandingkan dengan
yang lain. Sakeco dapat dimuati oleh Lawas Nasihat (pamuji); Lawas Tau Loka,
Lawas Muda-mudi, Lawas tode yang dibuat dalam bentuk tutur (cerita naratif).

2. Ngumang
Ngumang; Merupakan salah satu jenis seni vokal yang umumnya dilakukan oleh
satu orang sambil mengucap lawas (pantun atau syair daerah Sumbawa) dengan
suara lantang disertai teriakan atau pekikan sebagai pengiring, pemanis, atau
daya tarik.
Properti yang biasa digunakan adalah mangkar (tongkat pendek yang diberi
hiasan) dan dipegang pada salah satu tangan secara bergantian.Mangkar ini
diacungkan atau diputar - putar diatas kepala saat lawas diucapkan atau
dilagukan atau ditembangkan sesuai temung (irama atau langgam) khusus.

74
Kegiatan ngumang ini dilakukan pada saat barapan kebo (Karapan Kebo), pacuan
kuda (Main Jaran), tinju tradisional (Barempuk) memakai batang padi yang sudah
kering, karaci dll.
Ngumang merupakan ungkapan perasaan seseorang, bila dia berhasil atau
menang entah kerbau bisa melanggar pancang (Saka) berarti dia yang
menang.Disinilah ngumang ditampilkan.

3. Rebalas Lawas
Dalam Kamus Bahasa Sumbawa-Indonesia dikatakan bahwa Lawas adalah sejenis
puisi tradisi khas Sumbawa, umumnya terdiri atas tiga baris, biasa dilisankan
pada upacara-upacara tertentu. Pengertian Lawas pada Kamus Bahasa Sumbawa-
Indonesia belum dapat dikatakan lengkap, karena Lawas juga ada yang terdiri
atas empat baris, enam baris, dan ada juga yang delapan baris dalam tiap bait.
Lawas sebagai puisi lisan tradisional masyarakat etnis Sumbawa dapat kita
nikmati dalam berbagai bentuk pertunjukkan. Lawas dipertunjukkan dalam dua
bentuk, meliputi: 1) dipanggung dan 2) pada saat orang bekerja di sawah, di
ladang, saat gotong royong membangun rumah, mengasuh anak, saat upacara
adat, saat Karapan Kerbau, Barampok sebagai sebuah tradisi.
Lawas yang dilantunkan pada saat beraktivitas biasanya untuk mengurangi rasa
sepi, sebagai hiburan, mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang dilakukan, dan
sebagainya.
Kehadiran Lawas di Sumbawa tidak diketahui secara pasti.Kehadiran Lawas bagi
masyarakat Sumbawa pada awalnya berperan sebagai media ekspresi batin
manusia dan sebagai perekam peristiwa yang terjadi di seputarnya.Apa yang
tampak atau yang dipikirkan oleh masyarakat Sumbawa tempo dulu biasanya
akan disampaikan melalui Lawas.

G. MAKANAN KHAS SUMBAWA


1. Sepat
Kuliner makanan khas Sumbawa yang satu ini akan anda jumpai biasanya di
kecamatan Sumbawa Besar atau Ibu Kota dari kabupaten Sumbawa. Masyarakat

75
Sumbawa biasanya sering membuat masakan tradisional yang satu ini untuk
santapan berbuka puasa selama Bulan Ramadhan.Bahan utama sepat terdiri dari
ikan, ayam, atau udang yang dibakar kemudian dimasukan ke dalam kuah asam
yang sudah dicampur dengan bahan-bahan tambahan seperti bawang merah,
cabai, terong, dan tomat.Untuk menambah cita rasa asam maka ditambah juga
asam jawa, belimbing, dan mangga mudah dengan perasan jeruk limau.

2. Singang
Masakan “Singang” dalam bahasa suku Samawa hampir mirip dengan masakan
“Uta Palamara” dalam bahasa suku Mbojo, kedua masakan tradisional khas
Sumbawa ini berbahan utama ikan segar seperti ikan bandeng dan ikan kakap
yang dibumbui dengan berbagai macam rempah-rempah. Selintas mirip dengan
gulai ikan karena kuahnya, masakan Singang bisa anda jumpai di kabupaten
Sumbawa dan Sumbawa Barat, sedangkan masakan Uta Palamara bisa anda
jumpai di kota Bima, kabupaten Bima, dan Dompu.

76
3. Permen susu
Permen susu merupakan makanan khas Sumbawa yang banyak diproduksi di
Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara. Seperti namanya, permen susu dibuat
dari susu dan gula pasir. Yang menjadi ciri khas pada makanan ini yaitu terletak
pada susu yang digunakan yaitu susu kerbau. Susu kerbau yang digunakan
langsung dari hasil perah kerbau ternak warga.

4. Janda Berenang
Janda Berenang terbuat dari Tepung Maizena dan Kacang Hijau dengan bahan
pewarna tambahan warna pink (merah muda) dan dibungkus dengan daun
pisang. Rasanya lembut dan nikmat.Penamaan kue ini ada ceritanya.Pada zaman
dahulu, ada seorang janda yang sedang membuat kue ini.Ketika membikin kue, si
janda itu pergi (berenang berarti pergi) dari rumah dan tak kembali. Tapi, ada juga

77
yang bilang kalau berenang itu artinya berhenti, jadi kue ini berarti  dibuat
sebelum si janda berhenti menjanda/ siap menikah lagi.

5. Manjareal
Jajanan asli Sumbawa ini berbahan dasar kacang tanah yang diberi bumbu, dan
dibungkus dengan daun lontar.Aromanya harum dan unik.Enak banget dinikmati
sambil minum teh atau kopi panas.
Saat dimakan, teksturnya terasa padat beremah, meleleh di mulut, seperti
memakan gula donat. Rasanya manis dengan aroma kacang yang lamat-lamat.
Sebabnya, kacang tanah yang sudah dibersihkan dari kulit arinya, direbus, lalu
diblender hingga halus.Kemudian, kacang dimasak bersama gula hingga kalis, lalu
diaduk rata dengan tepung beras atau tepung sagu.Adonan kemudian dicetak dan
dijemur sampai kering.

78
6. Palopo
Dalam bahasa Sumbawa, bubur palopo artinya bubur kerbau. Bubur ini
menggunakan susu segar kerbau sebagai pengganti santan. Tambahan lainnya
adalah gula merah dan air rebusan terong kuning. Jadi enggak pakai daging
kerbau sama sekali sih. Jangan khawatir ya buat yang enggak suka daging kerbau.
Bubur ini menjadi makanan khas Sumbawa yang enak lho, gurih-gurih manis.
Enggak ada citarasa kerbaunya sama sekali.

7. Kuemento
Kue mento adalah salah satu kue tradisional yang terbuat dari tepung terigu yang
dibuat dadar dan diisi dengan daging cincang.Setelah dilipat seperti risoles

79
kemudian disiram dengan santan kental dan dibungkus dengan daun pisang lalu
dikukus. Rasanya gurih cocok untuk melengkap kue-kue manis yang lain.

8. Batu Kumung
Batu Kumung biasa muncul ketika bulan Ramadhan.Kue ini berbahan dasar Telur
ayam, Tepung beras, gelas Minyak goreng, Air, Gula pasir, dan Garam.Cara
membuatnya kocok telur hingga mengembang.Masukkan tepung dan garam,
kemudian aduk hingga rata.Bentuk dengan sendo bundar + sebesar
kelepon.Goreng dengan minyak yang panasnya sedang hingga berwarna
kuning.Rebuslah gula dan air hingga kental sekali.Masukkan kue yang sudah
digoreng ke dalam rebusan gula, biarkan sampai air gula meresap.Hidangkan dan
kue siap dinikmati.

80
H. RUMAH ADAT SUMBAWA
Rumah di Sumbawa pada dasarnya berbentuk rumah panggung. Istana yang terkenal
di Sumbawa sekaligus merupakan rumah adat Sumbawa adalah Dalam Loka. Dalam
Loka merupakan rumah adat yang berbentuk panggung dan memiliki legendanya
tersendiri..
Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa Sumbawa, yakni “Dalam” yang
berarti “Istana” dan “Loka” yang berarti “Dunia. Penamaan tersebut sesuai dan fungsi
rumah adat ini yang memang digunakan untuk pusat pemerintahan dan kediaman
raja-raja Sumbawa pada masa silam. Sesuai dengan fungsi tersebut, rumah adat NTB
ini memiliki desain yang cukup besar. Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri
dengan ditopang oleh 99 tiang yang melambangkan 99 sifat Alloh (asmaul husna)
dalam ajaran Islam. Tiang-tiang penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang
terbagi menjadi 2 ukuran sama besar (kembar) yang bernama Bala Rea atau Graha
Besar. Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding
penyekat sesuai dengan fungsi dan namanya masing-masing, yaitu: Lunyuk Agung
terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai tempat musyawarah, resepsi,

81
atau acara pertemuan adat dan keagamaan. Lunyuk Mas terletak di sebelah Lunyuk
Agung berfungsi sebagai ruangan khusus permaisuri, istri-istri menteri, dan staf
penting kerajaan saat dilangsungkan upacara adat. Ruang Dalam yang terletak di
sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh kelambu dan berfungsi sebagai tempat
shalat, dan di sebelah utaranya merupakan kamar tidur dayang-dayang dan
permaisuri. Ruang Dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat kamar.
Kamar-kamar ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah menikah.Ruang
sidang terletak di bagian belakang Bala Rea. Selain digunakan untuk bersidang, pada
malam hari ruangan ini juga dijadikan tempat tidur para dayang.Kamar mandi
terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga
kamar permaisuri.Bala Bulo terletak di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua
lantai.Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak raja yang masih
kecil, dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat menyaksikan pertunjukan di
lapangan istana bagi permaisuri dan istri para bangsawan.

I. LEGENDA DI SUMBAWA
1. Lala Buntar
Pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Silang,
letaknya kira-kira 35 kilometer sebelah timur Sumbawa sekarang, tepatnya di

82
Desa Pemasar di Kecamatan Plampang. Raja Silang mempunyai seorang Putri
yang sangat rupawan yang bernama Lala Buntar atau Lala Bunte panggilan
akrabnya. Diberikan nama demikian oleh ayahnya karena parasnya yang elok
dan rupawan bagaikan Bulan Purnama ( Buntar dalan Bahasa Sumbawa berarti
Purnama ).
Disamping parasnya yang rupawan Lala Bunte juga sangat boto ( boto berarti
terampil ) Salah satu keterampilannya adalah keahlian menenun kain. Kain
tenun hasil tenunannya sangat indah dengan motif-motif khas yang
mempesona, dan tenunannya itu sangat baik kualitasnya. Hal ini membuat nama
Lala Bunte semakin terkenal ke seluruh pelosok negeri. Karena
keterampilannya itu sang ayah yang sangat menyayangi Lala Bunte memberikan
hadian kepada putrinya, berupa seperangkat alat tenun terbuat dari
emas.Mendengar berita tentang Lala Bunte banyak putra-putra raja bahkan
raja-raja ingin mempersunting lala bunte .pada suatu hari raja kedatangan
beberapa tamu diantaranya ada yang datang dari kerajaan yang ada di Pulau
Sumbawa, dan bahkan daru luar Sumbawa antara lain dari kerajaan Gowa.
Mereka semua bermaksud meminang putri lala bunte.hal tersebut membuat
raja menjadi bingung karena para tamu sudah saling tantang menantang untuk
mendapatkan lala bunte.Melihat keadaan seperti itu, raja Silang berusaha untuk
menenangkan keadaan,dengan cara yang bijaksana. Raja Silang mengambil
keputusan bahwa permintaan dari tamu-tamunya tidak ada yang diterima
maupun ditolak, karena terlebih dahulu akan dirembug dengan segenap
keluarga dan para penasehat termasuk dengan Lala Bunte sendiri. Raja
menetapkan waktu satu minggu untuk memberi keputusan.Kesempatan satu
minggu itupun digunakan oleh Raja Silang untuk bermusyawarah.Pada
malampertama dilakukannya musyawarah Raja Silang meminta pendapat
putrinya Lala Bunte sebagai putri satu-satunya itu. Lala Bunte ternyata memiliki
pendapat yang sama sekali berbeda dengan yang diharapkan oleh keluarganya.
Semua yang hadir dalam pertemuan itu terperanjat dengan keinginan Lala
Bunte untuk pergi meninggalkan kerajaan agar perpecahan yang bakal terjadi
dapat dihindari. Lala Bunte berfikir bahwa dengan perginya dirinya dari

83
kerajaan akan dapat mencegah terjadinya pertumpahan darah karena yang
diperebutkan sudah tidak ada lagi.Keputusan Lala Bunte sudah pasti tidak ada
yang dapat merubahnya.Dengan berat hati akhirnya seluruh keluarga menyetjui
permintaan Lala Bunte. Dengan diiringi oleh para Jowa Perjaka ( para
pendamping/pengikut), keesokan harinya berangkatlah Lala Bunte
meninggalkan kerajaan, meninggalkan istana, dan meninggalkan ayah ibunya.
Lala Bunte pergi menuju ke satu tempat untuk mengasingkan diri.Dalam
kepergiannya itu Lala Bunte membawa serta peralatan tenunnya yang terbuat
dari emas.
Dalam perjalanannya Lala Bunte sempat berfikir bahwa kemanapun dia pergi
sepanjang masih dilihat orang maka dirinya tetap akan diperebutkan. Oleh
sebab itu, tidak terlalu jauh dari kerajaannya, Lala Bunte meminta kepada
pengikutnya untuk berhenti.Dalam perhentiannya itu Lala Bunte meminta
kepada pengikutnya untuk membuat timbunan batu dan tanah.Timbunan
tersebut dibentuk menyerupai bukit.Di tengah-tengah timbunan tersebut
terdapat ruangan yang ditempati oleh Lala Buntebersama
pengikutnya.Dipuncak timbunan tersebut dibuatkan lubang dengan maksud
agar Lala Bunte dan pengikutnya yang ada didalam timbunan itu dapat
bernafas.Salah seorang pengikutnya tetap berada diluar timbunan itu yang
bertugas untuk menjemput makanan dari Istana Kerajaan guna keperluan Lala
Bunte.
Satu Bulan lamanya Lala Bunte di dalam timbunan tanah dan batu yang
meyerupai bukit itu menerima makanan yang diantarkan oleh
pengikutnya.Pada suatu hari,LalaBunte dan pengikut didalamnya sudah tidak
lagi muncul untuk menerima pasokan makanan.Pelayan yang betugas
memasukkan makanan itu berfikir tentunya Lala Bunte beserta pengikutnya
yang ada didalam timbunan tanah dan batu itu telah meninggal.Akhirnya lubang
yang ada di puncak bukit tersebut ditutup dan dibuatkan kuburan diatasnya.
Sampai sekarang kuburan tersebut dapat dilihat tepat di atas sebuah bukit kira-
kira 5 km dari Desa Pemasar Kecamatan Plampang.

84
4. Pernah dua kali kuburannya ingin dibongkar oleh orang yang mengharap
dapat mengambil emas-emas yang dibawa Lala Bunte beserta pengikutnya akan
tetapi selalu gagal. Mereka yang mencoba untuk mengambilnya selalu
berhadapan dengan peristiwa alam yang keras seperti hujan lebat,kilat dan
petir yang menyambar debu yang beterbangan dan lain-lain peristiwa alam
yang menyeramkan.

2. Lala Jinis
Lala Jinis adalah seorang putri raja Seran yang sangat cantik jelita, oleh karena
itu banyak laki-laki yang mengidamkannya, tak terkecuali Ran Pangantan,
seorang putra panglima besar di kerajaan Seran kala itu. Terpesona oleh
kecantikan serta latar belakang keluarga lala jinis yang kaya raya, Ran
Pangantan bersama ayahandannya pun melamar sang putri. Niat Ran pangantan
untuk mempersunting Lala jinis lansung diterima oleh sang Raja dan
permaisuri.

Dari situlah penderitaan Lala Jinis dimulai karena dia sama sekali tidak
mencintai Ran Pangantan yang kasar, dan hanya menginginkan kecantikannya,
kekuasaan ayahnya beserta hartanya. Akan tetapi sebagai putri sang raja, lala
jinis tak bisa berbuat apa-apa karena harus mengikuti keinginan dari sang ayah
dan ibunya.

Lalu Dia adalah seorang pangeran kerjaan dari negeri Alas. Parasnya sangat
tampan dan baik hati.Dialah laki-laki yang dicintai Lala Jinis saat pertemuan
mereka di tempat pemandian dan bermain Putri Lala Jinis.Namun cinta mereka
datang setelah Lala Jinis mendekati detik-detik pernikahannya bersama Ran
Pangantang.

Lala Jinis dan Lalu Dia benar-benar saling mencintai layaknya sepasang
sepasang kekasih, akan tetapi Lala jinis sebentar lagi akan menikah dengan Ran
Pangantan. Singkat cerita Lala Jinis tidak sanggup dan kuat berada di Kerajaan

85
sebab hatinya begitu terluka, ia tidak mungkin menikah dengan Ran Pangantan,
laki-laki yang tidak ia cintai.

Akhirnya Lala Jinis memutuskan untuk segera kabur dari kerajaan ditemani
oleh Oneng, dayangnya yang selalu setia menemaninya. Begitupun dengan Lalu
Dia, ia tak mungkin melepaskan Lala Jinis begitu saja, mengingat Lala Jinis
sangat ia cintai. Akhirnya diapun memutuskan untuk menjemput Lala Jinis dan
kembali mengajaknya menuju kerajaan Seran.

Keputusan kedua insan ini akhirnya menyebabkan mereka bertemu di tengah-


tengah perjalanan, sehingga mereka memutuskan untuk segera pergi dari
negeri itu, akan tetapi mereka terlambat, rencana mereka segera diketahui Ran
Pangantan, Diapun berhasil mencegat mereka diperjalanan.

Singkatnya terjadilah pertempuran antara Lalu Dia dengan Ran Pangantan saat
itu, mereka sama-sama saling mengeluarkan kris andalan mereka.Ran
Pangantan kalah dalam pertempuran melawan Lalu Dia, dan akhirnya Lalu Dia
lah yang berhak memiliki Lala Jinis, Lalu Dia membawa Lala Jinis ke negeri Alas
dan menikahinya.Mereka berdua hidup bahagia sampai akhir hayatnya.

3. Unru
Dari suatu literatur disebutkan bahwa dikerajaan taliwang terdapat seorang
tokoh masyarakat yang sangat terkenal. Tokoh tersebut bernama Tuan
Pangeran ia adalah seorang mubaligh besar dan sangat berjasa dalam
mengembangkan agama islam disana.

Tuan pangeran mempunyai dua orang putra masing-masing bernama Lalu


Perbatasari dan Dea Mustari.Salah seorang dari mereka yaitu Dea Mustari
menikah dan melahirkan seorang putra bernama Gunung sari, yang kemudian
diketahui adalah ayah kandung Undru.

86
Dari cacatan ini maka diketahui Undru adalah keturuanan bangsawan yang
dalam darahnya mengalir semangat islam yang menurun dari seorang mubaligh
besar kakeknya Tuan Pangeran.

Sebagai keturunan keluarga terpandang sejak kecil Unru di didik dan


dibesarkan dalam lingkungan istana ia tinggal di Istana Sultan Muhammad
Jalaluddin-III di Kerajaan Sumbawa hingga tumbuh menjadi manusia dewasa.

Unru kecil yang mewarisi sifat bijaksana dan semangat tidak kenal menyerah
dari kakeknya ternyata seorang anak cerdas. Sehingga tidak mengherankan bila
ia tumbuh pesat menjadi pemuda yang dapat diandalkan.

Dari hari ke hari unru dilihatnya semakin dewasa dan menantang baik dalam
bicara maupun bertindak.Ia adalah seorang pemuda yang tegas dalam bertindak
dan teguh dalam pendirian. Hal ini rupanya disadari oleh Sultan, sehingga
akhirnya unru mendapat kepercayaan besar untuk memerintah taliwang
sebagai Enti Desa.

4. Lala Baong
Di salah satu kecamatan di pulau Sumbawa ada seorang wanita yang bernama
Lala Bueng.Lala Bueng merupakan salah satu anak dari seorang pejabat istana
yang bernama Rangga. Suami dari Lala Bueng bernama La Gawa yang
merupakan pemimin bajak laut bintang tiga. Para Kolonial sangat benci
dengannya, begitupula dengan mertua La Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak
pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh mertuanya karena ia tahu
bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu hari La
Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya
sendiri. La Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala
Bueng). La Gawa bertekad akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat
tinggal istrinya.

87
La Gawa datang ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui Tuan Holfner. La
Gawa disambut dengan ramah oleh para colonial, ternyata Kolonial ingin
berkerja sama dengan La Gawa untuk menaklukan Jepara. La Gawa
menyetujuinya, tapi colonial harus memenuhi persyaratan yang diajukan oleh
La Gawa. Persyaratan itu adalah La Gawa meminta agar colonial tidak
mengganggu daerah Sumbawa tempat istrinya sekarang, perjanjian itu di sebut
PERJANJIAN SATU PASAL.Colonial menyetujui, asalkan Raja Jepara bisa
ditaklukan oleh La Gawa. La Gawa pun pergi ke Kerajaan Jepara. Di sana dia
menyamar sebagai pedagang dari Makasar. Pertama La Gawa disambut dengan
keramahan, tapi karena keegoisan sang raja, terjadilah pertumpuhan darah.
Kejadian itu tidak diketahui oleh warga kerajaan di luar.Setelah itu, La Gawa
pun kembali ke Makasar untuk menyampaikan kabar itu.Tuan Holfner merasa
senang mendengarnya.
Sementara itu, Lala Bueng masih setia menunggu kepulangan suaminya La
Gawa. Padahal sudah banyak pangeran yang datang melamarnya akan tetapi ia
tidak menerima lamaran tersebut. Suatu hari ia mendengar bahwa suaminya
meninggal, hal ini menyebabkan dia untuk menerima lamaran yang datang.
Setelah beberapa tahun lamanya, La Gawa kembali ke Sumbawa meskipun
awalnya ragu.Ia berpikir bahwa istrinya sudah menikah atau istriny tidak mau
menerimanya kembli, sehingga membuat ia memutar perahunya untuk balik ke
Makasar. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Andi pangeran yang
merupakan orang Sumbawa juga. Andi awalnya tidak mau menceritakan
tentang keadaan Lala Bueng, namun pada akhirnya ia menceritakannya.
Mendengar cerita tersebut membuat La Gawa kecewa. Dengan besar hati La
Gawa kembali ke Sumbawa untuk melihat istrinya tanpa ada niatan untuk
merebut kembali istrinya, ia hanya ingin itrinya tahu bahwa dirinya belum
meninggal. La Gawa pun menyelinap di istana dan ia melihat seorang
perempuan cantik yang sedang tertawa. Perempuan itu adalah istrinya. La Gawa
pun bersiul dan menyelipkan rokok lontar berikat berbentuk capung. Lala
Bueng kaget, dia panik.Para warga istana pun panik dan segera mencari La
Gawa.

88
Suatu hari Lala Bueng jatuh sakit.Penyakit yang dideritanya adalah gatal-
gatal.Bercah berisi nanah memenuhi sekujur tubuhnya.Tabib tenama tidak
mampu menyembuhkannya.Pada malam hari Lala bueng pun dibawa lari keluar
istana di suatu tempat.Lala bueng melarang pengawal untuk member tahukan
kepada semua orang dimana dia berada. Selain itu Lala Bueng pun berkata,
suatu saat nanti orang akan mencariku. Sedangkan dilain pihak, Rangga ayahnya
Lala Bueng gila.Dia menyesal telah menyia-nyiakan kata-kata menantunya.

J. Wisata di pulau Sumbawa

1. ‘Negeri di Atas Awan’ di Bukit Mantar

Sumbawa Besar punya ‘negeri di atas awan’, tepatnya di Desa Mantar, Kecamatan
Poto Tano. Desa yang berada di ketinggian 600 mdpl ini menyajikan matahari terbit
yang akan membuat hatimu bergetar.

89
Bukit Mantar juga dikenal sebagai titik keberangkatan untuk paralayang. Saat kamu
terbang dari Mantar, kamu akan melintasi perbukitan yang hijau dan pantai yang
menakjubkan. Tak heran jika Mantar pernah menjadi tuan rumah kompetisi olahraga
paralayang tingkat internasional.

Tak hanya menghibur wisatawan petualang, Bukit Mantar merupakan destinasi


wisata Sumbawa Besar yang instagrammable. Rugi berat kalau tidak berfoto di
anjungan selfie yang berada di Bukit Mantar.

90
2. Pulau Kenawa yang Turistik

Pulau Sumbawa dikelilingi oleh pulau-pulau kecil yang menarik hati, sebagai contoh
Pulau Kenawa. Pulau tidak berpenghuni seluas 15 hektar ini kerap menjadi tempat
berkemah atau sekadar berfoto karena memang pemandangannya indah banget.
Rencanakan waktu kunjunganmu berdasarkan musim, karena warna rerumputan di
Pulau Kenawa sangat bergantung pada musim. Ingat untuk membawa air bersih
karena tidak ada mata air di pulau ini.

91
Untuk menjangkau Pulau Kenawa, kamu bisa menyeberang dari Pelabuhan Poto
Tano menggunakan perahu kayu milik masyarakat setempat. Seusai berkeliling
pulau, kamu bisa snorkeling atau berenang di pantai. Berhubung pulau ini tergolong
sepi, kamu akan dimanjakan dengan air yang masih sangat bening. Yakin bisa tahan
untuk tidak menceburkan diri?

92
3. Membayangkan Kehidupan Raja di Istana Dalam Loka

93
Berjarak hanya 3 km dari bandara, kamu akan menemukan peninggalan Kesultanan
Sumbawa, yaitu Istana Dalam Loka. Selain menggunakan kayu jati terbaik pada
zamannya; bangunan ini tidak menggunakan paku besi, melainkan pasak kayu.
Maka dari itu, istana ini tahan gempa dan tetap kokoh meskipun telah berusia
ratusan tahun.

Wisata Sumbawa Besar ini menyimpan berbagai filosofi mendalam. Misalnya, istana
yang berfungsi sebagai kediaman raja ini menghadap ke selatan, yang bermakna
menatap masa lalu. Pemimpin yang bijaksana dan arif mampu memanfaatkan pelajaran

94
berharga dari masa lalu, sehingga keputusan-keputusan yang diambil pada masa kini
menjadi lebih baik lagi.

Dengan luas 1,251 meter persegi, Istana Dalam Loka merupakan salah satu rumah
panggung terbesar di dunia. Saking istimewanya, Istana Dalam Loka
dijadikan prototype bangunan adat mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat di Taman
Mini Indonesia Timur (TMII).

95
4. Bersantai di Gili Bola/Pulau Bedil

Jika Pulau Kenawa ‘hanya’ berisi rerumputan, Gili Bola/Pulau Bedil ini ditumbuhi
ratusan pohon kelapa. Kabar baiknya, hanya ada satu bangunan yang berdiri di pulau
ini, yaitu rumah penjaga pulau. Serasa memiliki pulau pribadi!

96
Untuk mencapai pulau ini, kamu perlu menyeberang dari Labuan Pade atau Labuan
Bajo (yang berada di Sumbawa Besar, ya). Sebenarnya ada beberapa ‘gili’ atau pulau
kecil di sekitarnya, seperti Gili Panjang, Gili Keramat dan Gili Temudong. Akan
tetapi, saat ini Gili Bola yang paling terkenal. Wisatawan lokal pun gemar
menghabiskan waktu di sini bersama rombongan. Biasanya mereka membawa alat
memasak sendiri, lalu memancing ikan di pinggir pantai. Ide yang menarik, nih.

97
5. Liang Bukal yang Misterius

Ingin bermain air, tetapi tidak di pantai? Berkunjunglah ke Taman Wisata Liang Bukal
yang berjarak sekitar 26 km dari pusat Kota Sumbawa Besar. Taman ini paling baik
untuk dikunjungi pada musim hujan agar kolam alaminya sedang pasang.

98
Saat kamu memasuki Taman Wisata Liang Bukal, kamu harus melewati gua sepanjang
200 meter yang dihuni ratusan kelelawar. Barulah kamu bisa menikmati kesejukan
sungai yang mengalir di antara tebing. Tak jauh dari wisata Sumbawa Besar ini, ada
situs bersejarah yaitu situs megalitikum Ai Renung. Sarkofagus atau kuburan batu yang
tersebar di beberapa lokasi ini cukup menimbulkan perasaan mencekam. Tapi kalau
kamu pemberani, pasti ingin mampir, dong?

99
100
6. Belajar Selancar di Pantai Maluk

Menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin,
ada sebuah pantai yang digemari wisatawan mancanegara. Disebut-sebut sebagai salah
satu tempat selancar terbaik di Sumbawa, pada bulan Juni hingga Agustus hampir
semua penginapan di sekitar pantai ini akan dipadati oleh surfer.

101
Ombak di Pantai Maluk dijuluki sebagai ‘Super Suck’ karena tingginya yang bisa
mencapai dua meter, namun pecah sebelum sampai di tepi pantai. Hal ini disebabkan
oleh dua bukit tinggi yang mengapit pantai, sehingga kamu yang tidak ingin berselancar
bisa tetap berenang di pinggir pantai dengan aman.

7. Menyibak Tirai Air Terjun Kalela

102
Wisata Sumbawa Besar tidak hanya didominasi oleh pantai dan pulau yang unik,
tetapi juga air terjun yang membius. Salah satunya adalah Air Terjun Kalela yang
terletak di Desa Jereweh, sekitar 48 km dari Pelabuhan Poto Tano. Untuk mencapai
air terjun, kamu harus berjalan kaki melewati persawahan yang akan menyegarkan
pikiranmu.
Keunikan dari Air Terjun Kalela tak hanya terletak pada kolam alaminya yang
berwarna hijau kebiruan. Namun, tebing tinggi yang mengalirkan air terjun tersebut
memiliki rongga-rongga sehingga membentuk gua kecil. Kamu bisa mencoba
mendaki bebatuan dan menembus air terjun. Harus bawa kamera waterproof untuk
mengabadikan momen keren ini, nih!

8.. Jembatan Samota yang Ikonik


103
Wisata Sumbawa Besar tidak harus jauh dari pusat kota atau bandara, kok. Saat ini,
Jembatan Samota adalah ‘tempat nongkrong’ yang sedang hype di kalangan anak muda
Sumbawa Besar. Mereka gemar menikmati senja di bukit dekat jembatan. Wajar, karena
hamparan pemandangan di sekeliling jembatan memang priceless!

104
Nama ‘Samota’ merupakan akronim dari segitiga destinasi wisata eksotis di Sumbawa,
yaitu Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora. Mumpung sudah berada di
Sumbawa Besar, yuk sekalian melewati jembatan ini untuk mencentang daftar destinasi
wisata yang harus kamu kunjungi.

9. Pulau Paserang yang Tak Boleh Terlewatkan

Satu lagi pulau syahdu yang harus kamu datangi! Jika Pulau Kenawa tidak memiliki
fasilitas apapun untuk pengunjung, Pulau Paserang/Pasaran cenderung lebih
memudahkan para wisatawan dengan saung, toilet, dan penerangan listrik. Menginap
semalam di sini untuk menanti matahari terbit, mengapa tidak?

105
Trekking di Pulau Paserang terbagi menjadi dua jalan, sisi barat dan sisi timur. Dari sisi
barat, kamu bisa memandang megahnya Gunung Rinjani. Sementara di sisi timur, kamu
akan dihibur dengan hamparan laut biru. Ketika kamu menuruni bukit, sempatkan
untuk berenang atau snorkeling. Maklum, airnya jernih banget! Sayang untuk dibiarkan
begitu saja, dong?

10. Petualangan Alam di Kecamatan Brang Rea

106
Ini nih, hidden gem di Sumbawa Besar yang belum banyak diketahui wisatawan. Kalau
kamu berkunjung ke Pantai Maluk, singgahlah ke Kecamatan Brang Rea. Di Desa
Bangkat Monteh, ada air terjun tidak bernama yang dianggap kembaran Air Terjun
Mata Jitu-nya Pulau Moyo. Puluhan undakan yang tidak beraturan menyebabkan air
merembes di sela-sela bebatuan dengan indahnya. Ditambah dengan air yang jatuh dari
puncak bukit, pemandangannya sungguh magis!

Aktivitas yang paling cocok dilakukan di sini adalah menjelajah alam, berpetualang
dari desa ke desa. Daerah ini memiliki keanekaragaman eksotis yang melimpah,
sehingga kamu mungkin akan menemukan spesies kupu-kupu atau bunga yang
langka. Siapa tahu, kamu dapat membantu mengenalkan tujuan wisata ini kepada
dunia.

107
11. Air Terjun Agal yang Menjulang

Di Desa Marenteh, Kecamatan Alas, ada sebuah tujuan wisata yang tidak hanya
terdiri dari satu atau dua air terjun, melainkan sepuluh! Wah, pantas saja konon
masyarakat setempat merekomendasikan wisatawan menghabiskan seharian di
sini. Air Terjun Agal berlokasi di kawasan hutan lindung Gunung Agal, yang juga
berdekatan dengan Gunung Seketok dan Gunung Sebra. Sudah pasti, udara di air
terjun ini sejuk banget. Dari pintu gerbang kawasan hutan lindung, kamu harus
berjalan kaki selama dua jam untuk mencapai ujung air terjun. Namun begitu,
perjuangan ini akan terbayarkan saat mendapati air terjun yang kabarnya setinggi
lebih dari 100 meter! Dengan puluhan tingkat air terjun dan debit air yang
kencang, kamu kudu mencoba tubing atau berselancar dengan ban. Mendebarkan,
tapi rasanya ingin lagi dan lagi.

108
12. Kota Taliwang yang Memesona

Ingin menemukan permata tersembunyi lainnya di Sumbawa Besar? Pergilah ke Kota


Taliwang yang memikat hati. Kamu harus mendatangi Bukit Not Beka-Beka, tempat
dimana kamu bisa mendinginkan pikiran seraya memandangi perbukitan yang hijau.
Tujuan wisata ini baru dikelola sekitar satu tahun terakhir, dan mulai diramaikan oleh
wisatawan lokal yang ingin menghabiskan akhir pekan dengan berkemah.

109
Turun dari bukit, kamu bisa menuju Danau Lebo yang merupakan bagian dari
konservasi alam. Di danau seluas 752 hektar ini, kamu bisa mengayuh sampan atau
sekadar berfoto di anjungan yang dipenuhi oleh bunga teratai. Kuliner yang harus
dicoba di sini adalah ‘kela lebo singang’ yaitu teknik khusus untuk merebus ikan nila,
tawes, wader, dan gabus dengan bumbu khas Sumbawa. Membayangkannya saja sudah
membuat air liur menetes!

13. Pulau Bungin, Terpadat di Dunia

Menutup perjalananmu mengeksplorasi wisata Sumbawa Besar, kamu harus menengok


Pulau Bungin yang mencengangkan. Kabarnya, tidak ada sedikitpun ruang tersisa di
pulau ini. Setiap sudut pulau sudah diisi oleh rumah yang berdempetan, fasilitas umum
seperti surau, dan palang untuk menambatkan perahu layar.

110
Para penduduk Pulau Bungin bekerja untuk memasok seafood untuk sektor pariwisata
di Lombok dan sekitarnya. Kalau kamu berkunjung ke sini, kamu bisa melihat-lihat
budidaya berbagai macam ikan hingga lobster di lepas pantai.

111
1. DAFTAR PUSTAKA

Brewer, Jo Ann, Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Age Grades,
New York: Pearson, 2007.

Essa, Eva L., Introduction to Early Childhood Education 4th, Singapore: Thomson Delmar Learning,
2003.

Feeny, Stephanie, Doris Christensen, dan Eva Moravcik, Who Am I in the Lives of Children; An
Introduction to Early Childhood Education 7th Ed., Columbus Ohio: Person Merrill
Prentice Hall, 2006.

Gestwicki, Carol, Developmentally Appropriate Practice; Curriculum and Development in Early


Education (3rd) , United States: Thomson Delmar Learning, 2007.

Hainstock, Elizabeth G., Kenapa Montessoi; Keunggulan Metode Montessori bagi Tumbuh Kembang
Anak, Jakarta: Mitra Media, 2008.

Salkind, Neil J. (Ed), Child Development, New York: Macmillan Reference USA, 2002.

Sanjaya, Wina, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosa Karya, 2009.

Santrock, John W., Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, dialihbahasakan oleh
Achmad Husairi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.

http://sejarahini.blogspot.com/2013/06/sejarah-singkat-pulau-sumbawa.html
SumbawaKab.go.id
Sumbawanews.com
https://www.genpilomboksumbawa.com/3578/pasaji-ponan-tradisi-masyarakat-
sumbawa-yang-tak-lekang-oleh-waktu.html
https://gotripina.com/blog/makanan-khas-sumbawa
https://catatanpringadi.com/kue-khas-sumbawa/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Adat_Dalam_Loka
https://ayokesumbawa.wordpress.com/2013/12/14/lala-bunte-legenda-sang-puteri-dan-
kutukannya/

https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-musik/alat-musik-tradisional-sumbawa

112

Anda mungkin juga menyukai