Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PERCOBAAN BIOLOGI

Pengaruh lingkungan terhadap laju pembusukan tempe

Oleh: Kadek Ariska Gangga Dewi

SMA N 2 Semarapura

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hikmah-Nya terutama kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporah ini.

Laporan ini merupakan salah satu tugas mata pelajaran biologir di program studi MIPA pada
SMA N 2 Semarapura. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini. Diantaranya keluarga dan teman-teman penulis yang sudah mendukung proses pengerjaan
laporan ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempe adalah makanan yang terbuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus,
Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum
dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya
akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe
mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah
penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan
biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen
kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu,
tempe terasa agak masam. Sama seperti makanan pada lainnya, tempe juga bisa mengalami proses
pembusukan menjadi basi/busuk. Secara umum, makanan menjadi basi karena tumbuhnya bakteri
patogen atau bakteri pembusuk tumbuh. sehingga bakteri tersebut dapat mengeluarkan toksin dan
merusak struktur makanan, yang dapat menyebabkan makanan menjadi berbau tengik dan
perubahan rasa makanan. selain itu makanan juga dapat ditumbuhi jamur. Proses pembusukan ini
akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitar makanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang dapat saya simpulkan adalah:
a) Bagaimana pengaruh kondisi lingkungan terhadap laju pembusukan tempe?

b) Di antara lingkungan terbuka dan lemari pendingin, manakah tempat yang lebih baik
untuk memperlambat laju pembusukan tempe?

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian

 Tujuan

a) Untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan terhadap laju pembusukan tempe

b) Untuk mengetahui tempat penyimpanan yang mampu memperlambat laju pembusukan


tempe.

 Manfaat

a) Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah dan memperluas wawasan
mengenai proses pembusukan tempe

b) Manfaat laporan ini bagi pembaca adalah untuk menambah dan memperluas wawasan
pembaca, serta sebagai media edukasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembusukan Makanan


Suatu makanan bisa dikatakan basi saat molekul-molekul penyusunnya sudah banyak yang
berubah. Misalnya, roti sisir coklat yang baru dimakan separuh yang seharusnya rasanya manis,
berubah menjadi masam karena molekul gulanya sudah berubah menjadi asam piruvat ketika
membiarkan rotinya di atas meja seharian. Saat molekul yang berubah itu sudah cukup banyak
sampai makanan itu sudah tidak layak makan untuk manusia, makanan itu yang biasa kita sebut
sebagai makanan basi. Lantas, apa penyebab makanan menjadi basi?

Oksidasi alami. Oksidasi adalah interaksi antara molekul oksigen dengan zat lain, seperti logam
hingga jaringan hidup. Interaksi antara oksigen yang ada di udara dengan molekul-molekul
penyusun makanan membuat struktur molekul makanan berubah. Contoh yang gampang
teroksidasi dari makanan adalah vitamin dan lemak. Bau tengik dari makanan basi bisa
diakibatkan oleh molekul lemak yang udah teroksidasi. Untuk buah, proses oksidasi pigmen yang
ada di buah tersebut juga bisa bikin warna dari buah jadi ga menarik bagi kita. Seperti buah apel
yang berubah menjadi warna kecoklatan.

Enzim. Enzim berperan ke pembusukan dan perubahan tekstur dari makanan hasil bumi yang
belom diolah, seperti daging, sayur, dan buah-buahan. Mayoritas enzim yang bikin makanan jadi
rusak itu adalah enzim yang sifatnya mempercepat proses oksidasi dari makanan. Selain itu,
enzim yang mengatur pematangan buah juga secara alami bisa bikin buah itu jadi lembek dan
berwarna kehitaman.

Pengaruh Mikroorganisme. Cukup sering, bahan makanan kita sehari-hari terkontaminasi oleh
mikroorganisme, khususnya jika kebersihannya kurang dijaga. Mikroorganisme, seperti bakteri
atau jamur, sangat berperan sebagai organisme pengurai. Sebagai pengurai, pastinya organisme-
organisme tersebut bakalan merubah molekul-molekul yang ada di makanan. Karena
mikroorganisme itu bisa berkembang biak dengan cepat saat media tumbuhnya cocok (nutrisi
cocok, suhunya pas, dan lain-lain), mikroorganisme jadi salah satu faktor utama yang dapat
membuat makanan jadi cepat basi kalau makanan ga disimpan dengan baik.

2.2 Hipotesis masalah

Mendinginkan makanan di kulkas atau freezer bisa membuat makanan tahan lama dikarenakan
suhu kulkas/freezer yang dingin membuat pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Selain itu,
enzim-enzim yang bisa membantu proses pembusukan juga tidak aktif dalam suhu rendah.
Namun, kulkas cuma menghambat pertumbuhan bakteri, bukan membunuh bakteri.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan:

a) 2 wadah kecil

b) 2 potongan tempe dengan ukuran sama besar


c) Label nama

3.2 Langkah - langkah

a) Siapkan alat dan bahan.

b) Masukkan kedua potongan tempe ke dalam datang yang sudah disediakan.

c) Beri label nama B dan C pada masing-masing wadah.

d) Masukkan wadah dengan label C ke dalam lemari pendingin, dan wadah dengan label B
di tempat terbuka.

e) Amati perubahan yang terjadi pada tempe.

3.3 Metode

Data diambil setiap dua hari mulai dari tanggal 7-9 agustus 2020. Informasi tambahan juga
diambil dari internet.

BAB IV

HASIL DAN KESIMPULAN

 Hasil pengamatan tempe pada hari pertama dan ketiga:


Hari ke- Wadah B Wadah C

Keterangan: Keterangan:

Pada hari pertama tempe masih Pada hari pertama tempe masih tampak
tampak baru baru

Keterangan: Keterangan:

Sudah muncul bintik hitam di Tempe masih terlihat baru, hanya

permukaan tempe, pinggiran tempe ujungnya sedikit keras

sudah mengeras

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
Tempe yang disimpan di tempat terbuka mengalami pembusukan yang lebih cepat
dari tempe yang disimpan di dalam lemari pendingin. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
suhu lingkungan di kedua tempat tersebut. Pada lemari pendingin suhu yg rendah
menghambat perkembangan jamur dan bakteri yang bisa membuat tempe menjadi basi.
Sedangkan pada tempat terbuka, suhu lingkungan dan wadah terbuka mempermudah
bakteri dan jamur untuk hidup dan berkembang. Dengan begitu, kulkas adalah tempat
yang lebih baik untuk menyimpan tempe agar menghambat laju pembusukannya.
Sehingga hpotesis dalam percobaan ini diterima.

★★★

Daftar pustaka:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tempe

https://m-kumparan-com.

m.merdeka.id

Anda mungkin juga menyukai