Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROEKOLOGI

Oleh :
Nama : Salma Aulya Putri
Nim : V4120101
Co-Ass : Diah Arum Subekti

PROGRAM STUDI D3 AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
ACARA I
KONTRAK PRAKTIKUM
JADUAL ACARA PRAKTIKUM TAHUN 2020/2021
MK. AGROEKOLOGI

No Acara Materi Praktikum Pelaporan


ke
1 I Kontrak Praktikum -

2 II a. Menentukan salah satu tipe Video (durasi pendek)


agroekosistem
b. Observasi bentuk lanskap
(fragmentasi lanskap) dari
agroekosistem yang diamati
3 III Identifikasi faktor-faktor abiotik yang - Data primer/ sekunder
terdapat dalam agroekosistem meliputi: (kuantitatif &
1) Tanah kualitatif)
2) Air - Foto
3) Cahaya
4) Suhu dan kelembaban
5) Iklim
4 IV Identifikasi faktor-faktor biotik yang - Data primer
terdapat dalam agroekosistem meliputi: kuantitatif &
1) Tanaman budidaya kualitatif
2) Tumbuhan lain (yang tumbuh - Foto
bersama di areal budidaya)
3) Hewan yang berinteraksi di areal
budidaya)

5 V Identifikasi faktor pengelola meliputi: - Data primer/


1) Cara pengelolaan agroekosistem sekunder (kuantitatif
2) Jenis input yang diberikan ke & kualitatif)
dalam agroekosistem - Foto
3) Pengelolaan hasil panen
6 VI Analisis Vegetasi - Data primer
kuantitatif &
kualitatif
7 VII Analisis piramida trofik dan jaring- - Data primer
jaring makanan (food-web) yang terjadi kuantitatif &
dalam suatu agroekosistem kualitatif
8 VIII Analisis tipe-tipe interaksi antar - Data primer
organisme yang terjadi dalam suatu tipe kuantitatif &
agroekosistem kualitatif
9 IX Rancangan pengelolaan agroekosistem - Data primer/
berdasarkan konsep sistem pertanian sekunder (kuantitatif
berkelanjutan & kualitatif)
CATATAN:
ACARA II-V
A. PENDAHULUAN
Agroekosistem atau ekosistem pertanian sebagai suatu ekosistem
buatan, didalamnya juga terdapat 3 komponen uutama yang saling
berinteraksi, yaitu komponen abiotik, biotik, maupun komponen pengelola
atau manusia (antropogenik). Beberapa tipe agroekosistem ada yang tersebar
di dataran rendah maupun dataran tinggi, masing-masinh memiliki kekhasan
yang akan tampak dalam bentuk lanskap yang berbeda-beda.
B. TUJUAN
1. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenali bentuk lanskap
tipe-tipe agroekosistem yang berdekatan atau tterdapat di wilayah tempat
tinggalnya.
2. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenali komponen-
komponen di dalam agroekosistem.
C. ALAT
Alat yang digunakan : kamera, Google map, dan blangko pengamatan.
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Mencari obyek suatu tipe agroekosistem yang berdekatan atau berada di
wilayah tempat tinggal.
2. Mengobservasi bentuk lanskap agroekosistem dengan cara :
 Mahasiswa menentukan titik tempat atau posisi agroekosistem yang
diamati berdasarkan google map.
 Merekam bentuk lanskap maupun fragmen lanskap dalam bentuk
video (menyertakan selfie dengan background fragmen lanskap yang
diobservasi).
3. Mengidentifikasi komponen-komponen abiotik, biotik, dan antroprogenik
yang terdapat di agroekosistem yang telah ditentukan (panduan pada tabel
1 dan 2).
E. TUGAS PRIBADI
1. Deskripsikan bentuk lanskap dan ciri khas lanskap yang diobservasi
Lahan yang saya pilih untuk diobservasi yaitu lahan sawah dan
termasuk ke dalam tipe lahan basah. Lahan sawah berbentuk kotak
memanjang beraturan seluas 0,5 hektar ini mengandalkan air hujan
sepenuhnya sebagai sumber pengairannya, hal ini dapat dilihat pada
bagian tengah lahan terdapat jalan air hujan. Terdapat tanaman asosiasi
yang ditanam di samping tanaman utama yaitu pohon pisang (pipit,
ambon, raja) dan tanaman kacang panjang. Jarak tanam antar tanaman
jagung yaitu 60 x 60 cm.
2. Deskripsikan komponen-komponen abiotik, biotik, dan antropogenik
berdasarkan data primer yang dilengkapi dengan data sekunder.
Komponen abiotik adalah komponen tidak hidup yang mendukung
serta menjaga keseimbangan suatu ekosistem. Komponen abiotik yang ada
di lahan sawah yang saya amati yaitu tanah merah, air, udara, batu, dan
cahaya dari matahari. Komponen abiotik ini sangat berperan dalam proses
pertumbuhan tanaman budidaya. Air sebagai komponen abiotik
merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman. Tanaman yang
kekurangan air akan terganggu keseimbangan kimiawinya sehingga semua
proses-proses fisiologis tanaman berjalan tidak normal, sedangkan
tanaman yang kelebihan air akan menjadi layu, membusuk dan mengalami
kerusakan lainnya. Tanah sebagai media tanam merupakan salah satu
faktor yang dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang
pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam yang baik
adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah
cukup bagi pertumbuhan tanaman. Peran cahaya bagi tanaman sangat vital.
Cahaya diperlukan oleh tanaman untuk melakukan proses fotolisis,
fotosintesis dan fotomorgenesis. Tanpa adanya cahaya tanaman akan
mengalami etiolasi yaitu pertumbuhan cepat yang tidak normal. Cahaya
matahari tidak dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, namun
membantu tanaman tumbuh dengan sehat dan normal. Tanaman
membutuhkan udara dalam proses kehidupannya. Udara membantu
tanaman dalam proses fotosintesis serta membantu tanaman berkembang
biak secara alami. Komponen biotik adalah semua makhluk hidup yang
terdapat dalam sebuah ekosistem, seperti tumbuhan, hewan dan makhluk
mikroskopik seperti bakteri. Komponen biotik dibedakan menjadi
beberapa macam tergantung dengan caranya mendapatkan makanan yaitu
organisme autotrof atau produsen, heterotfrof atau konsumen dan
dekomposer atau pengurai. Komponen biotik yang berperan sebagai
produsen meliputi semua tanaman dan tumbuhan yang ada di lahan sawah
seperti tanaman jagung sebagai tanaman utama dan tanaman kacang
panjang serta pohon pisang sebagai tanaman asosiasi. Tanaman utama atau
dapat disebut juga dengan tanaman pangan adalah segala jenis tanaman
yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi
manusia, sedangkan tanaman asosiasi adalah tanaman pendamping yang
ditanam bersama disatu tempat dengan tanaman utama karena alasan
tertentu. Tanaman jagung yang membutuhkan banyak nitrogen akan
terbantu dengan kehadiran tanaman kacang panjang sebagai tanaman
pendamping, karena tanaman kacang panjang dapat memfiksasi nitrogen
dari udara bebas sehingga kebutuhan akan nitrogen tanaman jagung
terpenuhi dengan cukup. Tanaman pendamping dapat membuat tanaman
tumbuh lebih baik, mengundang serangga baik, menyingkirkan hama, dan
memperbaiki kondisi tanah. Komponen biotik yang berperan sebagai
konsumen adalah semua jenis hewan yang ada di lahan sawah mulai dari
konsumen tingkat rendah hingga konsumen tingkat tinggi. Hewan yang
ada di lahan sawah yang saya amati meliputi kupu-kupu, belalang, capung,
katak sawah, yuyu/ketam, burung, tikus sawah, dan biawak. Komponen
biotik akan saling berinteraksi (simbiosis) sehingga akan membentuk suatu
rantai makanan yang akan menjaga kestabilan sebuah ekosistem. Kupu-
kupu dan capung akan menyerap nektar dari bunga tanaman di sekitar
lahan, sedangkan tanaman akan terbantu dalam proses penyerbukannya,
interaksi ini dinamakan sebagai simbiosis mutualisme. Interaksi antara
belalang dengan tanaman disebut dengan simbiosis parasitisme, karena
belalang akan memakan daun dari tanaman dan tanaman akan dirugikan.
Simbiosis parasitisme juga terjadi pada burung dengan tanaman, sebab
burung akan memakan buah dari tanaman tersebut. Interasi antara
ketam/yuyu dan katak sawah tidak saling menguntungkan dan tidak pula
saling merugikan atau bisa dikatakan netral, ini yang disebut dengan
simbiosis netralisme. Komponen antropogenik merupakan komponen
berbahaya/sumber pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Lahan sawah yang saya amati terdapat sampah-sampah plastik di sekitar
parit-parit. Sampah-sampah ini dapat menyebabkan ekosistem sawah
terganggu hingga rusak.
ACARA VI
A. PENDAHULUAN
Dalam suatu agroekosistem, selain tanaman utama yang merupakan
tanaman budidaya, juga terdapat tumbuhan lain yang sesungguhnya tidak
dikehendaki oleh pengelola tapi dapat tumbuh seara alami bersama-sama
tanaman budidaya yang sering disebut sebagai gulma. Keberadaan tumbuhan
liar di lahan budidaya tanaman dapat terjadi karena mekanisme persebaran
alami baik melalui agen persebaran (misalnya : serangga, burung, atau bahkan
manusia) maupun karena angin atau air. Analisis vegetasi merupakan salah
satu cara untuk mengetahui nilai penting suatu jenis vegetasi. Dalam hal ini,
selain tanaman utama, perlu diketahui spesies lain yang juga penting karena
keberadaannya berpotensi bagi penganggu (gulma).
B. TUJUAN
1. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk menganalisis spesies
tumbuhan (selain tanaman utama) yang berpotensi sebagai gulma di areal
budidaya tanaman.
2. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk menganalisis nilai suati
spesies tumbuhan lain yang berpotensi sebagai gulma.
C. ALAT
Alat yang digunakan : kamera, blangko pengamatan (tabel 3), monografi
identifikasi tumbuhan.
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Mengobservasi jenis tumbuhan dengan cara :
 Mahasiswa membuat kuadran berukuran 1x1 meter sebanyak 3 buah
yang ditentukan secara acak.
 Mengidentifikasi jenis dan jumlah tumbuhan.
 Merekam atau memotret kuadran yang diamati dan tiap-tiap jenis
tumbuhan yang diamati.
2. Menganalisis
Pengamatan spesies tumbuhan dengan metode analisis karakteristik
vegetasi, meliputi, kerapatan vegetasi, frekuensi, dan dominansi vegetasi.
3. Analisis data vegetasi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
 Kerapatan Jenis (K) = Jumlah individu suatu jenis / luas plot
pegamatan
 Kerapatan Relatif (KR) = (Kerapatan suatu jenis / Kerapatan seluruh
jenis) x 100%
 Frekuensi Jenis (F) = Jumlah plot ditemukannya suatu jenis / Jumlah
total plot pengamatan
 Frekuensi Relatif (FR) = (Frekuensi suatu jenis / Frekuensi seluruh
jenis) x 100%
 Dominansi Jenis (D) = Luas bidang dasar sauatu jenis / Luas plot
pengamaran
 Dominansi Relatif (DR) = (Dominansi suatu jenis / Dominansi seluruh
jenis) x 100%
E. TUGAS PRIBADI
1. Deskripsikan jenis dan jumlah spesies tumbuhan yang terdapat di dalam
kuadran sampel
Saya memilih lahan di sebelah rumah teman saya sebagai kuadran
sampel, disana terdapat bermacam-macam jenis tumbuhan dan ada juga
tanaman budidaya seperti pohon pisang dan ketela pohon yang masing-
masing berjumlah 1 tumbuhan. Sampel yang saya amati terdapat
tumbuhan liar yang memiliki manfaat bagi manusia seperti meniran,
anting-anting dan suruhan. Jumlah meniran pada sampel kuadran 1,
sampel kuadran 2, sampel kuadran 3 berturut yaitu 7, 4 dan 1. Suruhan
hanya terdapat 2 tumbuhan saja pada kuadran sampel 1, sedangkan anting-
anting hanya terdapat 1 tumbuhan saja pada kuadran sampel 2. Tumbuhan-
tumbuhan lain yang tumbuh di lahan yang saya pilih yaitu babandotan
berjumlah 1 tumbuhan saja pada kuadran sampel 3, bayam duri berjumlah
1 tumbuhan pada kuadran sampel 2. Minjangan berjumlah 12 pada
kuadran sampel 1, berjumlah 9 pada kuadran sampel 2, berjumlah 2 pada
kuadran sampel 3. Tumbuh juga jelatang pada masing-masing kuadran
sampel sebanyak 8 tumbuhan pada kuadran sampel 1, 7 tumbuhan pada
kuadran sampel 2 dan 3 tumbuhan pada kuadran sampel 3. Rumput-
rumputan juga tumbuh liar pada sampel yang saya amati meliputi rumput
belulang dan rumput kerbau. Sekitar 26 rumput belulang tumbuh secara
liar pada kuadran sampel satu dan 6 rumput tumbuh pada kuadran sampel
3, sedangkan rumput kerbau tumbuh disetiap kuadran sampel yang
masing-masing berjumlah 5 rumput pada kuadran sampel 1, 10 rumput
pada kuadran sampel 2 dan 14 rumput pada sampel kuadran 3.
2. Menganalisis data berdasarkan metode analisis vegetasi
a. Kerapatan, adalah jumlah individu setiap spesies yang dijumpai
dalam petak contoh (Hidayat, 2017). Dihitung dengan rumus
Kerapatan Jenis (K) = ni / A
Dimana : ni = Jumlah individu spesies
A = Luas petak contoh

K1 pada ulangan 1 = 7 /1 =7
pada ulangan 2 = 4 / 1 =4
pada ulangan 3 = 1 / 1 =1
K2 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 1 / 1 =1
K3 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 5 / 1 =5
pada ulangan 3 = 0
K4 pada ulangan 1 = 26 / 1 = 26
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 6 / 1 =6
K5 pada ulangan 1 = 5 / 1 =5
pada ulangan 2 = 10 / 1 = 10
pada ulangan 3 = 14 / 1 = 14
K6 pada ulangan 1 = 2 /1 =2
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 0
K7 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 1 /1 =1
pada ulangan 3 = 0
K8 pada ulangan 1 = 12 / 1 = 12
pada ulangan 2 = 9 /1 =9
pada ulangan 3 = 2 /1 =2
K9 pada ulangan 1 = 8 /1 =8
pada ulangan 2 = 7 /1 =7
pada ulangan 3 = 3 /1 =3
K10 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 1 /1 =1
K11 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 1 /1 =1
b. Kerapatan Relatif (KR) = ni / Σn x 100%
Dimana : ni = Jumlah individu spesies
Σn = Jumlah total individu seluruh spesies

KR1 = 12/125 x 100 % = 9,6 %


KR2 = 1/125 x 100 % = 0,8 %
KR3 = 5/125 x 100 % =4%
KR4 = 32/125 x 100 % = 25,6 %
KR5 = 29/125 x 100 % = 23,2 %
KR6 = 2/125 x 100 % = 1,6 %
KR7 = 1/125 x 100 % = 0,8 %
KR8 = 23/125 x 100 % = 18,4 %
KR9 = 18/125 x 100 % = 14,4 %
KR10 = 1/125 x 100 % = 0,8 %
KR11 = 1/125 x 100 % = 0,8 %
c. Frekuensi, adalah jumlah kemunculan dari setiap spesies yang
dijumpai dari seluruh petak contoh yang dibuat (Hidayat, 2017).
Dihitung dengan rumus :
Frekuensi Jenis (F) = (Σxni) / (Σx)
Dimana : Σxni = Jumlah petak sampel yang mengandung spesies
Σx = Jumlah seluruh petak sampel
F1 = 3/3 = 1
F2 = 1/3 = 0,333
F3 = 1/3 = 0,333
F4 = 2/3 = 0,667
F5 = 3/3 = 1
F6 = 1/3 = 0,333
F7 = 1/3 = 0,333
F8 = 3/3 = 1
F9 = 3/3 = 1
F10 = 1/3 = 0,333
F11 = 1/3 = 0,333
Frekuensi Relatif (FR) = Fi / ΣF x 100 %
Dimana : Fi = Frekuensi spesies
ΣF = Frekuensi seluruh spesies
FR1 = 3/3 : 20/3 x 100 % = 15 %
FR2 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
FR3 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
FR4 = 2/3 : 20/3 x 100 % = 10 %
FR5 = 3/3 : 20/3 x 100 % = 15 %
FR6 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
FR7 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
FR8 = 3/3 : 20/3 x 100 % = 15 %
FR9 = 3/3 : 20/3 x 100 % = 15 %
FR10 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
FR11 = 1/3 : 20/3 x 100 % = 5 %
d. Dominansi, adalah luas bidang dasar pohon atau luas penutupan tajuk
setiap spesies yang dijumpai dalam plot (Hidayat, 2017). Dihitung
dengan rumus :
Dominansi (D) = luas bidang dasar suatu spesies /
luas petak contoh
D1 pada ulangan 1 = 9 x 10 cm / 1m = 0,9 m
pada ulangan 2 = 6x5 cm / 1m = 0,3 m
pada ulangan 3 = 1x1 cm / 1 m = 0,01 m
D2 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 1x1 cm / 1 m = 0,01 m
pada ulangan 3 = 0
D3 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 7 x 4 cm / 1 m = 0,28 m
pada ulangan 3 = 0
D4 pada ulangan 1 = 31 x 26 cm / 1 m = 8,06 m
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 8 x 7 cm / 1 m = 0,56 m
D5 pada ulangan 1 = 7 x 6 cm / 1 m = 0,42 m
pada ulangan 2 = 12 x 13 cm / 1 m = 1,56 m
pada ulangan 3 = 17 x 15 cm / 1 m = 2,55 m
D6 pada ulangan 1 = 2 x 1 cm / 1 m = 0,02 m
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 0
D7 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 1 x 1 cm / 1 m = 0,01 m
pada ulangan 3 = 0
D8 pada ulangan 1 = 14 x 17 cm / 1 m = 2,38 m
pada ulangan 2 = 11 x 13 cm / 1 m = 1,43 m
pada ulangan 3 = 2 x 1 cm / 1 m = 0,02 m
D9 pada ulangan 1 = 8 x 11 cm / 1 m = 0,88 m
pada ulangan 2 = 7 x 3 cm / 1 m = 0,21 m
pada ulangan 3 = 2 x 4 cm / 1 m = 0,08 m
D10 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 15 x 13 cm / 1 m = 1,95 m
D11 pada ulangan 1 = 0
pada ulangan 2 = 0
pada ulangan 3 = 5 x 6 cm / 1 m = 0,3 m
Dominansi Relatif (DR) = (D suatu jenis / D total seluruh
jenis) x 100 %
DR1 = 1,21 / 22,25 x 100 % = 5,438 %
DR2 = 0,1 / 22,25 x 100 % = 0,449 %
DR3 = 0,28 / 22,25 x 100 % = 1,258 %
DR4 = 8,62 / 22,25 x 100 % = 38,74 %
DR5 = 4,49 / 22,25 x 100 % = 20,17 %
DR6 = 0,2 / 22,25 x 100 % = 0,898 %
DR7 = 0,1 / 22,25 x 100 % = 0,449 %
DR8 = 3,83 / 22,25 x 100 % = 17,21 %
DR9 = 1,17 / 22,25 x 100 % = 5,258 %
DR10 = 1,95 / 22,25 x 100 % = 8,764 %
DR11 = 0,3 / 22,25 x 100 % = 1,348 %
3. Menjelaskan spesies tumbuhan penting yang berpotensi sebagai
pengganggu berdasarkan hasil analisis vegetasi
Indeks Nilai Penting (INP) atau important value index adalah indeks
kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu jenis
vegetasi dalam ekosistemnya. INP tertinggi menunjukan bahwa suatu jenis
tumbuhan itu sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem. Berdasarkan
hasil analisis vegetasi yang saya lakukan dapat diketahui bahwa rumput
kerbau memiliki nilai INP tertinggi yaitu sebesar 38,2 %. Rumput kerbau
memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap komunitasnya, maka
dari itu rumput ini sangat berpotensi menjadi tumbuhan pengganggu bagi
tanaman budidaya.
ACARA VII-IX
A. PENDAHULUAN
Dalam suatu ekosistem, tiap-tiap komponen saling berinteraksi dan
berkontribusi sehingga menghasilkan dinamika, yang akan menuju kepada
terciptanya keseimbangan di dalam agroekosistem tersebut. Agroekosistem
adalah ekosistem yang disubsidi, sehingga produktivitasnya bisa mencapai
maksimum dan berkelanjutan. Namun demikian keberlanjutan agroekosistem
tersebut sangat bergantung terhadap subsidi/input yang diberikan, dan
berpotensi menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas
sumberdaya, baik abiotik maupun biotik, dalam jangka panjang.
Berbagai interaksi antar komponen biotik yang terjadi di dalam
agroekosistem dapat dikelola secara baik, sehingga memungkinkan
mengurangi subsidi/input maupun risiko dampak negatif dalam jangka
panjang.
B. TUJUAN
1. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk mengenali piramida trofik
dan jaring-jaring makanan yang terdapat di dalam suatu agroekosistem.
2. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk menganalisis berbagai
tipe-tipe interaksi yang berlangsung di dalam suatu agroekosistem.
C. ALAT
Alat yang digunakan : Kamera, blangko pengamatan (tabel 4 dan 5), monograf
identifikasi organisme
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Mengidentifikasi jenis organisme dan perannya di dalam piramida trofik
2. Menggambarkan skema jaring-jaring makanan yang terdapat dalam
agroekosistem yang diamati
3. Menganalisis tipe-tipe interaksi antar organisme yang berlangsung di
dalam agroekosistem yang diamati
E. TUGAS PRIBADI
1. Deskripsikan jenis / spesies yang berinteraksi membentuk piramida trofik
Tanaman jagung, tanaman kacang panjang dan pohon pisang berperan
sebagai produsen. Produsen adalah mahluk hidup yang dapat membuat
makanannya sendiri atau autotrof. Mahluk hidup yang berperan sebagai
konsumen adalah seluruh hewan yang ada pada lahan sawah. Konsumen
dalam rantai makanan adalah mahluk hidup yang mendapatkan makanan
dari pihak produsen. Konsumen tingkat satu pada lahan sawah yang saya
amati meliputi belalang, kupu-kupu, burung, tikus sawah, dan ketam/yuyu.
Konsumen tingkat dua meliputi burung, katak sawah dan tikus sawwah.
Konsumen paling tinggi atau konsumen tingkat tiga meliputi tikus sawah
dan ular. Konsumen yang sudah mati kemudian diuraikan oleh
dekomposer. Dekomposer adalah organisme yang menguraikan organisme
lain yang telah mati. Jamur dan cacing merupakan pengurai pada lahan
sawah yang saya amati.
2. Menjelaskan skema jaring-jaring makanan yang terdapat di dalam
agroekosistem
Tanaman jagung, tanaman kacang panjang dan pohon pisang yang
berperan sebagai produsen akan dimakan oleh konsumen tingkat satu.
Konsumen pada tingkat terendah akan dimakan oleh konsumen yang
tingkatnya lebih tinggi dari konsumen tersebut. Konsumen yang mati akan
diuraikan oleh jamur dan ulat.
Tanaman jagung dimakan oleh burung, belalang dan tikus sawah.
Belalang kemudian akan dimakan oleh katak sawah dan burung. Kata
sawah dan burung ini akan dimakan oleh ular. Nektar dari bunga tanaman
kacang panjang akan dihisap oleh kupu-kupu dan belalang. Biji tanaman
kacang panjang dan buah pisang akan dikonsumsi oleh burung dan tikus.
Tikus juga akan mengkonsumsi ketam/yuyu, sedangkan yuyu sebelumnya
akan memakan cacing tanah. Ular akan diuraikan oleh jamur dan cacing.
Hasil penguraian ini baik untuk memperbaiki struktur tanah sehingga
dapat meningkatkan produktivitas tanaman budidaya.
3. Menjelaskan tipe-tipe interaksi yang berlangsung di dalam agroekosistem
Tipe-tipe interaksi yang terjadi dalam ekosistem sawah yang saya
amati meliputi simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, simbiosis
parasitisme, simbiosis amensalisme, dan predasi. Simbiosis komensalisme
yang pertama terjadi pada tanaman jagung dengan tanaman kacang
panjang. Tanaman kacang panjang yang ditanam disamping tanaman
jagung berperan dalam mencukupi kebutuhan nitrogen tanaman jagung.
Tanaman kacang panjang akan memfiksasi nitrogen di atmosfer yang tidak
bisa digunakan oleh tanaman jagung secara langsung dengan bantuan
bakteri Rhizobium. Hal ini menunjukan bahwa tanaman jagung
diuntungkan dengan adanya tanaman kacang panjang, tetapi tanaman
kacang panjang tidak diuntungkan tidak pula dirugikan dengan adanya
tanaman jagung. Simbiosis komensalisme berikutnya terjadi pada pohon
pisang dengan katak sawah. Katak sawah menggunakan pohon pisang
sebagai tempat berlindung ketika turun hujan, sedangkan pohon pisang
tidak dirugikan atau diuntungkan dengan keberadaan katak sawah.
Simbiosis mutualisme terjadi pada pohon pisang dan tanaman kacang
panjang dengan kupu-kupu dan capung. Kupu-kupu dan capung
diuntungkan karena dapat menyerap nektar dari bunga tanaman kacang
panjang dan pohon pisang, sedangkan bagi tanaman kacang panjang dan
pohon pisang akan terbantu dalam proses penyerbukannya. Interaksi yang
saling menguntungan juga terjadi pada akar tanaman dengan jamur. Jamur
yang berperan sebagai pengurai organisme yang telah mati ini akan
mendapatkan zat organik dari akar tanaman, sedangkan tanaman akan
mendapatkan air dan unsur hara.
Hubungan antara tanaman dengan belalang termasuk ke dalam
simbiosis parasitisme, karena tanaman akan dirugikan dengan kehadiran
belalang. Belalang memakan daun tanaman untuk memenuhi kebutuhan
pangannya, hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terganggu
hingga membuat tanaman mati. Simbiosis parasitisme lainnya ditunjukan
oleh hubungan antara biji/buah tanaman dengan tikus dan burung.
Biji/buah tanaman akan dimakan oleh tikus dan burung, hal ini akan
menyebabkan penurunan produksi tanaman budidaya. Simbiosis
parasitisme terakhir pada lahan sawah yang saya amati yaitu antara yuyu
dengan tanaman. Yuyu akan membuat gorong-gorong untuk tempat
tinggalnya, sedangkan tanaman akan dirugikan karena daerah tumbuhnya
berkurang.
Interaksi yang merugikan salah satu pihak dan tidak merugikan atau
menguntungkan pihak lain disebut dengan simbiosis amensalisme.
Simbiosis ini terjadi antara tanaman budidaya dengan gulma. Keberadaan
gulma dapat menurunkan kualitas dari tanaman budidaya karena dapat
menghambat dan menghentikan pertumbuhan tanaman ini melalui
kompetisi. Predasi merupakan hubungan antara organisme pemangsa
(predator) dengan organisme yang dimangsa (prey) dalam suatu
ekosistem. Contoh predasi yang terjadi pada lahan sawah yang saya amati
yaitu belalang dimangsa oleh burung dan katak sawah, kemudian katak
sawah dimangsa oleh konsumen tingkat atas yaitu ular.
4. Merancang perbaikan pengelolaan agroekosistem berdasarkan prinsip-
prinsip pertanian berkelanjutan
Menerapkan teknik pertanian terasering. Terasering merupakan salah
satu metode konservasi dengan membuat teras-teras pada lahan miring
guna memperkecil tingkat kemiringan lereng dan mengurangi panjang
lereng sehingga dapat mengurangi kecepatan aliran air di permukaan yang
mana juga mempengaruhi tingkat erosi. Teknik terasering dibuat dengan
menentukan jenis tanah terlebih dahulu, kemudian petak dibagi dan dibuat
berliku-liku untuk mengurangi kecuraman antara petak satu dengan petak
lainnya. Langkah berikutnya yaitu memberikan pemisah antar petak guna
mempermudah kebutuhan sistem pengairan agar semua bagian petak dapat
dialiri oleh air.
5. Menjelaskan penambahan kompleksitas jaring-jaring makanan yang
mungkin terbentuk dengan adanya perbaikan pengelolaan agroekosistem
yang diusulkan
Meningkatnya kualitas tanah akibat penerapan teknik terasering akan
menyebabkan peningkatan pula pada populasi cacing tanah. Keberadaan
cacing tanah merupakan indikator dari kesuburan tanah. Bahan mineral
yang dicerna oleh cacing tanah akan dikembalikan ke dalam tanah dalam
bentuk nutrisi yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman, selain itu kotoran
cacing tanah juga kaya akan unsur hara yang dibutuhkan dan berperan
dalam pertumbuhan tanaman.
6. Membahas dampak negatif yang dapat dikurangi/ditiadakan dari hasil
perbaikan pengelolaan agroekosistem yang diusulkan
Dampak negatif yang dapat dikurangi atau ditiadakan dari penggunaan
teknik terasering adalah mengurangi jumlah aliran permukaan sehingga
memperkecil resiko pengikisan oleh air. Penerapan teknik ini dapat
mengurangi panjang lereng atau memperkecil tingkat kemiringan lereng.
Teknik terasering juga dapat mencegah terjadinya tanah longsor.
7. Membahas dampak positif yang dapat dihasilkan dari perbaikan
pengelolaan agroekosistem yang diusulkan, sehingga dapat menjamin
keberlanjutan (dengan mengurangi sebanyak mungkin subsidi/input dari
luar sistem)
Dampak positif konservasi tanah melalui teknik terasering meliputi
1) Memperbesar peresapan air ke dalam tanah
2) Mengendalikan kecepatan arah aliran permukaan menuju ke tempat
yang lebih rendah secara aman
3) Mempertahankan kelembaban
4) Meningkatkan kesuburan tanah
5) Memperkuat struktur tanah dan mengurangi keberadaan hama penyakit
LAMPIRAN
Tabel 1.Analisis Sawah
FRAGMEN LANSKAP

Koordinat Lokasi 7°3’23”S 110º26’54”E


Geografis
KetinggianTempat (m dpl) 144 – 186 m dpl
Kemiringan Lahan (%) 185° atau 51,38%
Jalan Turus Asri III, Bulusan, Tembalang, Kota
LetakAdministrasi
Semarang, Jawa Tengah

DenahLokasi

FAKTOR ABIOTIK
Suhu Udara (°C) 31ºC
ATMOSFER RH Udara (%) 60%
Intensitas Cahaya (Lux) 11082 Lux
Jenis tanah Tanah merah
Struktur tanah : tersusun
atas > 60% fraksi liat dan
TANAH < 60% lempung berpasir
Struktur dan Warna Tanah
dengan fraksi pasir
Warna tanah : merah
kecoklatan
Sumber air Air hujan
AIR
Jaringan Irigasi Air Tersier
FAKTOR BIOTIK
Bagan Tata Tanam

JarakTanam 60 x 60 cm
Tanaman Utama Jagung bisi 2 super
(Spesies) Karakteristik jagung bisi 2 super :
1. Golongan Hibrida Silang Tunggal.
2. Umur tanaman saat 50% keluar rambut = 56 hari
dan saat masak = 103 hari.
3. Tinggi tanaman 232 cm dengan batang tinggi
dan tegak.
4. Daun berwarna hijau cerah berbentuk panjang,
lebar dan terkulai.
5. Berpotensi menghasilkan 2 tongkol yang sama
besar pada setiap tanamannya.
6. Tongkol berada di tengah-tengah tinggi tanaman
berukuran sedang, silindris dan seragam.
7. Janggel kecil, dapat dipipil langsung dengan
mesin pipil saat kering sawah dan janggel tidak
hancur.
8. Kelobot menutup tongkol dengan baik.
9. Biji berwarna kuning orange dengan bentuk semi
mutiara.
10. Berat 100 butir mencapai 265 gram.
11. Rata-rata hasil mencapai 8,9 ton per ha pipilan
kering.
12. Potensi hasil mencapai 13 ton per ha pipilan
kering.
13. Ketahanan penyakit, toleran terhadap bulai dan
karat daun.
14. Berpotensi menghasilkan 2 tongkol yang sama
besar pada setiap tanamannya.
15. Kadar air saat panen rendah sehingga harga jual
tinggi dan tahan penyimpanan.
Tipe adaptasi tanaman jagung : tanaman jagung
memiliki akar serabut yang menyebar untuk mendapat
air. Daun tanaman jagung akan menggulung dan
digugurkan saat kering untuk mengurangi penguapan.
Tanaman ini mempunyai serbuk sari yang ringan dan
berjumlah banyak untuk penyerbukan dengan dibantu
angin.
Jenis Tumbuhan  Kacang panjang
Asosiasi (Spesies) Karakteristik tanaman kacang panjang :
tanaman kacang panjang merupakan tanaman
perdu semusim dan daunnya berupa daun
majemuk yang tersusun atas tiga helai, lonjong,
berseling. Daun tanaman kacang panjang
memiliki panjang 6 - 8 cm dan lebar 3 - 4,5 cm.
Tepi daun rata, pangkalnya membulat dan
ujungnya lancip. Pertulangan daun tanaman
kacang yaitu menyirip. Tanaman kacang panjang
memiliki tangkai yang silindris dengan panjang
kurang lebih 4 cm dan berwarna hijau. Kacang
panjang memiliki batang liat dan sedikit berbulu,
batangnya panjang tumbuh membelit dan
berwarna hijau dengan permukaan licin.
Tanaman kacang panjang memiliki akar
tunggang yang terdiri atas satu akar besar yang
merupakan kelanjutan batang. Akar kacang
panjang memiliki bintil akar yang dapat
mengikat nitrogen bebas dari udara. Bunga
kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu
tangkai bunga keluar dari ketiak daun, dan setiap
ibu tangkai mempunyai 3 - 5 bunga. Warna
bunganya ada yang putih, biru, atau ungu. Bunga
kacang panjang menyerbuk sendiri, tetapi
penyerbukan silang dengan bantuan serangga
dapat juga terjadi dengan kemungkinan
keberhasilan 10%. Buah kacang panjang
berbentuk polong bulat panjang dan ramping.
Panjang polong sekitar 10 - 80 cm. Warna
polong hijau muda sampai hijau keputihan,
setelah tua warna polong putih kekuningan.
Tipe adaptasi tanaman kacang panjang :
tanaman kacang panjang dapat beradaptasi
dengan baik. Tanaman ini dapat ditanam di
daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.
 Pisang
Karakteristik pohon pisang : pisang
merupakan tanaman monokotil, sehingga pohon
pisang memiliki akar serabut dan tidak berakar
tunggang. Akar tanaman ini memiliki warna
kecokelatan. Pertumbuhan akar pohon pisang
bergerak dan berkumpul kearah samping pohon
sepanjang 4-5 meter. Pisang merupakan salah
satu tanaman yang memiliki tinggi satu hingga
tiga meter. Batang pohon pisang berbentuk bulat
silindris berlapis. Pohon pisang memiliki dua
bagian batang, yaitu batang asli dan batang palsu
atau batang semu. Batang pada pohon pisang
tidak memiliki kambium, sehingga batang pada
pohon pisang lebih lunak daripada batang pohon
lainnya seperti mangga. Pada bagian bawah
pohon ini ditumbuhi tunas baru untuk
memperbanyak jenis tanaman pisang. Daun
pohon pisang berbentuk bulat agak lonjong
memanjang dan melebar. Pada daun tulang
pohon pisang terbentuk dari pelepah dengan
bagian ujung tumpul dan bagian tepi merata.
Warna daun pada pohon pisang adalah hijau tua
apabila sudah tua dan berawarna hijau muda
apabila masih muda atau baru tumbuh. Bunga
pohon pisang terletak di pangkal pohon untuk
bunga betina, sedangkan di bagian tengah untuk
bunga jantan. Bunga pada pohon pisang ini juga
biasa disebut dengan jantung pisang. Bunganya
terletak di pangkal pohon untuk bunga betina,
sedangkan di bagian tengah untuk bunga jantan.
Bunga pada pohon pisang ini juga biasa disebut
dengan jantung pisang. Buah pada pohon pisang
tidak memiliki biji. Buahnya cenderung
memiliki rasa yang manis, namun ada juga
beberapa jenis pisang yang memiliki biji dan
rasanya sedikit asam. Buah pisang yang belum
matang berwarna hijau dan berwarna
kekuningan ketika sudah matang.
Tipe adaptasi pohon pisang : pohon pisang
akan melengkungan daunnya pada saat musim
panas untuk mengurangi proses penguapan.
Pohon ini juga akan merobek daunnya agar tidak
roboh terkena angina kencang. Selain itu, pohon
pisang akan membiarkan daunnya mengering
tetapi tidak digugurkan untuk melindungi daun
yang baru.
Hewan (berbagai  Kupu-kupu
macam serangga, Karakteristik : kupu-kupu merupakan serangga
burung, cacing, yang termasuk dalam bangsa Lepidoptera,
katak, dll) artinya serangga yang hampir seluruh
permukaan tubuhnya tertutupi oleh lembaran-
lembaran sisik yang memberi corak dan warna
sayap kupu-kupu. Kepala bulat kecil dengan alat
makan berbentuk belalai disebut probosis dan
terdapat alat sensorik berupa sepasang antena
yang biasanya menebal di bagian ujungnya.
Mata Lepidoptera adalah mata majemuk
berbentuk belahan bola pada bagian atas kepala.
Thoraks atau dada merupakan bagian tubuh
dimana kaki dan sayap tersusun atas tiga segmen
yang masing-masing terdapat sepasang kaki
untuk berjalan dan berpegangan. Dua pasang
sayap kupu-kupu terletak di meso thoraks dan
pada meta thoraks. Pada beberapa jenis kupu-
kupu seperti Papilionidae dan Nymphalidae
memiliki embelan seperi ekor (tornus). Abdomen
atau dada Lepidoptera merupakan bagian tubuh
paling lunak dibanding kepala dan dada.
Abdomen memiliki sepuluh segmen, namun
hanya tujuh atau delapan yang mudah terlihat.
Segmen ujung dari abdomen merupakan alat
kelamin kupu-kupu. Alat kelamin jantan kupu-
kupu terdiri dari sepasang capit dan pada betina
segmen terakhir abdomen berupa ovipositor
yang fungsinya untuk melakukan telur.
Tipe adaptasi : kupu-kupu memiliki alat
penghisap yang disebut probosis untuk
mendapatkan nektar yang terdapat didasar bunga
sebagai sumber makanannya.
 Capung
Karakteristik : capung termasuk dalam
kelompok insekta atau serangga yang memiliki
ciri-ciri terdiri atas tiga bagian yaitu: kepala
(caput), dada (thoras), dan perut (abdomen).
Kepala capung berukuran relatif besar dibanding
tubuhnya, bentuknya membulat atau memanjang
ke samping dengan bagian belakang berlekuk ke
dalam. Capung mempunyai mata majemuk besar
dan berfaset banyak dan seringkali menempati
hampir seluruh kepala. Mata capung mampu
melihat banyak warna-warna yang berada di
sekitarnya atau dihadapannya, bahkan dengan
bentuk mata tersebut capung mampu melihat 360
derajat. Capung juga mempunyai antena atau
embelan-embelan yang terletak dikepala,
biasanya terletak dibawah mata majemuk.
Antena pada serangga bentuknya beruas-ruas
terdiri dari ruas pertama yaitu ruas dasar (skape),
ruas kedua yaitu tangkai (pedikel) dan sisanya
yaitu flagelum. Tipe antena pada capung yaitu
Setaceous Antenna atau berbentuk kecil seperti
duri. Mulut capung berkembang sesuai dengan
fungsinya sebagai pemangsa, bagian depan
terdapat labrum (bibir depan), di belakang
labrum terdapat sepasang mandibula (rahang)
yang kuat untuk merobek badan mangsanya.
Bagian belakang mandibula terdapat sepasang
maksila yang berguna untuk membantu
pekerjaan mandibula dan bagian mulut yang
paling belakang adalah labium yang menjadi
bibir belakang. Bagian dada (thoraks) terdiri dari
tiga ruas yaitu prothoraks, meso thoraks, dan
meta thoraks, masing-masing ada satu pasang
kaki. Kaki capung termasuk ke dalam tipe kaki
raptorial yaitu kaki yang mampu dipergunakan
untuk berdiri dan menangkap mangsanya.
Abdomen nya terdiri dari 10 ruas yang fleksibel,
ruas pertama sampai ruas ke delapan sebagai alat
bantu pernafasan bagi capung. Ruas capung
ramping memanjang seperti ekor dan ujungnya
dilengkapi tambahan seperti umbai yang dapat
digerakan tergantung jenisnya. Tubuh dilengkapi
dengan dua pasang sayap transparan yang
berfungsi untuk terbang serta enam tungkai
untuk bertengger atau hinggap. Sepasang tungkai
paling depan berfungsi ganda. Tungkai ini tidak
hanya berfungsi seperti kaki, tetapi dapat
berfungsi juga untuk memegang. Capung biasa
memiliki sayap depan yang berukuran lebih
besar daripada sayap belakangnya. Pangkal
sayap belakang dari capung jantan berwarna
kuning dan pterostigma kedua sayap berwarna
coklat kekuningan, sedangkan capung betina
memiliki warana coklat kekuningan pada seluruh
bagian tubuhnya dan sisi atas abdomennya
tampak lebih terang dengan garis hitam. Stigma
pada capung ciri-cirinya yaitu terdapat bintik
kuning atau hitam disisi kiri dan kanan sayap.
Tipe adaptasi : pergantian kulit (ecdysis) pada
beberapa jenis nimfa capung.
 Belalang
Karakteristik : Belalang memiliki 3 bagian
tubuh utama seperti kepala, dada (thoraks) dan
perut (abdomen). Selain itu, terdapat juga
anggota tubuh lainnya seperti kaki yang bersendi
berjumlah 6, sayap 2 pasang untuk terbang dan
sepasang antena sebagai alat sensor. Kaki pada
belalang memiliki 2 fungsi yang berbeda seperti
kaki pada bagian depan digunakan untuk
berjalan, dan bagian kaki yang lebih panjang
digunakan untuk melompat. Belalang tidak
memiliki telinga, tetapi bisa merasakan getaran
di udara dengan bantuan alat sensor yang disebut
dengan tympanum. Tympanum belalang terletak
di abdomen pertama. Belalang memiliki lima
mata yang terdiri dari mata (2 compound eye dan
3 ecelli). Alat pernafasan belalang berupa trakea.
Belalang merupakan serangga dengan kerangka
luas (exoskeleton). Cara membedakan belalang
betina dengan yang jatan dapat dilihat dari
ukuran tubuhnya. Belalang betina memiliki
ukuran tubuh lebih besar berkisar 58-71 mm
sedangkan yang jantan memiliki ukuran tubuh
lebih kecil berkisar 49-63 mm.
Tipe adaptasi : belalang memiliki tipe mulut
penggigit untuk menyesuaikan dengan jenis
makanannya. Belalang bermimikri pada
tumbuhan yang dihinggapinya agar terhindar
dari pemangsa serta memikat mangsa.
 Burung
Karakteristik : Sebagian besar tubuh burung
tertutup oleh bulu dan sebagian kaki bagian
bawah ditutupi sisik seperti halnya reptil.
Memiliki bermacam tipe kaki. Memiliki leher
dengan ruas tulang leher 13-25 buah. Burung
mampu menghasilkan suara yang berasal dari
siring (bagian trakea). Burung tidak memiliki
gigi, namun memiliki paruh. Burung merupakan
hewan homoioterm atau berdarah panas yang
suhunya sedikit di atas 40 derajat Celcius.
Memiliki sayap hasil modifikasi kaki depan.
Jantung burung terdiri dari empat ruang. Burung
memiliki mata yang lebar. Cerebellum (otak
kecil) pada burung berkembang dengan sangat
baik
Tipe adaptasi : burung yang memiliki paruh
berbeda beda, disesuaikan dengan jenis
makanannya.
 Katak sawah
Karakteristik : katak sawah memiliki kulit yang
selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar.
Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan dan
berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan
berjari 5 pada kaki bagian belakang. Tidak
memiliki sirip dan pernapasannya dengan
menggunakan insang ketika masih berbentuk
berudu dan menggunakan kulit dan paru- paru
ketika telah dewasa. Cor terbagi atas 3 ruangan,
yakni dua ruangan auricula dan satu
ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata
berkelopak yang dapat digerakan, mulut bergigi
dan berlidah.
Tipe adaptasi : sebagian bentuk tubuh pada
katak dirancang khusus untuk memudahkan
pergerakannya di air, selain itu katak memiliki
kaki belakang yang kuat agar memudahkannya
melompat di darat. Katak juga memiliki warna-
warna tertentu agar bisa berejakulasi dengan
lingkungannya, baik di air maupun di darat.
Kulit katak yang tipis dan lembab juga
merupakan hasil adaptasi untuk melakukan
pernapasan kulit dan pertukaran zat secara
osmosis.
 Ketam/yuyu
Karakteristik : semua kaki yuyu memiliki
ujung lancip. Tempurung punggung yuyu
umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman,
hingga ungu gelap; kerap memiliki lekukan
seperti bekas terinjak tapak kaki kuda. Tepi
tempurungnya kadang-kadang ada yang
memiliki beberapa duri kecil.
Tipe adaptasi : yuyu sawah beradaptasi dengan
tipe adaptasi morfologi dengan memiliki capit
yang tajam.
 Biawak
Karakteristik : memiliki bentuk lubang hidung
oval dengan posisi lubang hidung berada di
depan moncong dan juga memiliki leher serta
moncong yang panjang. Biawak air dewasa rata-
rata berukuran 1.5 meter. Tubuh biawak air
berwarna hitam dan adanya corak bulat berwarna
kuning. Bentuk sisik di bagian atas kepala lebih
besar dan ukuran sisik di bagian belakang
(menuju ekor) semakin kecil. Bentuk ekor pipih,
pada sisi bagian atasnya keras, sangat kokoh,
dan panjangnya melebihi dari panjang kepala
dan badan. Terdapat perbedaan antara biawak
jantan dan betina, yaitu ada tidaknya sepasang
hemipenis yang dimiliki biawak jantan.
Hemipenis berbentuk seperti kantung, terletak di
pangkal ekor dan menimbulkan tonjolan pada
bagian ventral ekor. Sedangkan, pada biawak
betina memiliki sepasang oviduk dan ovarium
yang terletak pada rongga perut.
Tipe adaptasi : biawak memiliki indera
penciumannya yang sangat peka, memiliki kuku
yang panjang untuk merayap dan menusuk
musuhnya serta untuk berenang, biawak
memiliki indera pengecapnya yang kuat dengan
menjulurkan lidahnya biawak dapat mengetahui
lingkungan sekitarnya dan mengetahui posisi
santapannya, biawak memmiliki kulit yang tebal
dan sedikit gelap guna untuk menghindari dari
musuhnya, biawak berjemur di pagi dan sore
hari untuk menjaga keseimbangan suhu dan
kelembaban untuk metabolisme tubuhnya
 Tikus sawah
Karakteristik : Tikus sawah memiliki ukuran
panjang ujung kepala sampai ekor 270-370 mm,
ukuran panjang ekor 130-192 mm, ukuran
panjang kaki belakang 32-39 mm, ukuran lebar
telinga 18-21 mm, warna rambut punggung
coklat muda berbintik bintik putih, sedangkan
rambut bagian perut berwarna abu-abu.
Tipe adaptasi : tikus sawah memiliki bentuk
mulut sebagai hewan omnivora serta kaki yang
digunakan untuk menggali tanah.
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 2.Data Antropogenik
FAKTOR ANTROPOGENIK
Biodata Pengelola :
 Nama : Hadi
 Umur : 45 tahun
 Alamat : Jln. Timoho Barat III, Bulusan
Pengelola lahan sawah jagung yang saya amati
cenderung santai dalam mengelola lahannya.
Karakteristik pengelola Pengelola hanya datang 3x dalam seminggu untuk
melihat lahannya, karena pekerjaan utamanya
bukan seorang petani. Kegiatan pemupukan yang
dilakukan Bapak Hadi hanya saat proses
penanaman saja. Pupuk yang digunakan yaitu
pupuk kandang. Penyiraman pada lahan sawah
Bapak Hadi hanya mengandalkan air hujan.
Cara pengelolaan Lahan yang akan ditanami jagung pertama-tama
agroekosistem digemburkan dulu, yaitu dengan mencangkul
tanah dan diberi pupuk kandang. Pengelola
membeli pupuk kandang direkan peternaknya
seharga Rp. 30.000/karung. Benih jagung
kemudian ditanam dengan jarak 60 x 60 cm agar
tidak saling menghambat pertumbuhan. Kegiatan
penyiraman pada lahan sawah ini mengandalkan
air hujan, maka dari itu disebut dengan sawah
tadah hujan. Perawatan tanaman jagung yaitu
dengan melakukan penyiangan. Tanaman-tanaman
pengganggu (gulma) akan dicabuti agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman utama.
Pengelola tidak menggunakan pestisida untuk
mengendalikan hama. Tanaman jagung akan
dipanen jika sudah memasuki usia 3-3,5 bulan
setelah masa tanam atau 90-105 HST. Tanaman
jagung ini dipanen menggunakan cara
konvensional yaitu dengan memetik tongkol
jagung satu persatu kemudian memotong setengah
bagian batang tanaman jagung. Sisa hasil tanaman
akan diberikan kepada rekan peternak untuk
dijadikan makanan sapi. Hasil jagung akan
digunakan pengelola sendiri untuk pakan tenak
ayamnya.
Jenis subsidi yang Pemberian pupuk kandang hanya pada saat proses
diberikan kedalam penanaman saja. Pengelola tidak menggunakan
agroekosistem (misalnya pestisida untuk mengendalikan hama. Proses
pupuk, pestisida, penanaman sampai panen dilakukan sendiri tanpa
tenagakerja, dll) menggunakan tenaga kerja.
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3. Analisis Vegetasi
Jumlahindividudalampetakcontoh
No Jenis tanaman/tumbuhan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Meniran (Phyllantus
1 7 4 1
urinaria)
Bandotan (Ageratum
2 - - 1
conyzoides)
Bayam duri (Amaranthus
3 - 5 -
spinosus)
4 Rumput belulang (Eleusine 26 - 6
indica)
Rumput kerbau (Bouteloua
5 5 10 14
dactyloides)
Tumpang air/suruhan
6 2 - -
(Peperomia pellucida)
Anting-anting (Acalypha
7 - 1 -
australis)
Minjangan (Chromolaena
8 12 9 2
odorata)
9 Jelatang (Urtica dioica) 8 7 3
10 Pisang (Musa paradisiacal) - - 1
Ketela pohon (Manihot
11 - - 1
esculenta)
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 4. Analisis Piramida Trofik dan Jaring Makanan
No Komponen trofik Jenis anggota

1 Produsen Tanaman jagung, tanaman kacang panjang,


pohon pisang
Belalang, kupu-kupu, burung, tikus sawah,
2 Konsumen tingkat I
yuyu/ketam

3 Konsumen tingkat II Burung, katak sawah, tikus sawah

4 Konsumen tingkat III Tikus sawah, ular

5 Dekomposer Jamur, cacing

Gambar skema jaring-


jaring makanan
Sumber : Hasil Pengamatan

Tabel 5. Analisis Tipe-tipe Interaksi


Materi yang diperoleh/
Spesies yang
No Tipe interaksi dimanfaatkan saat
berinteraksi
berinteraksi

Tanaman utama
(tanaman jagung) Tanaman kacang panjang
Simbiosis
1 dengan tanaman memenuhi kebutuhan
komensalisme
asosiasi (tanaman nitrogen tanaman jagung
kacang panjang)

Simbiosis
Tanaman budidaya Tanaman gulma merebut
2 amensalisme
dengan gulma nutrisi tanaman budidaya
dan kompetisi

Kupu-kupu menyerap nektar

Tanaman kacang dari tanaman kacang panjang


Simbiosis panjang dan pohon dan pohon pisang
3
mutualisme pisang dengan kupu- Tanaman kacang panjang dan
kupu dan capung pohon pisang terbantu proses
penyerbukannya

Simbiosis Daun tanaman budidaya Belalang memakan daun


4
parasitisme dengan belalang tanaman budidaya

5 Simbiosis Biji dan buah tanaman Tikus dan burung memakan


parasitime budidaya dengan tikus buah (pisang) dan biji
(kacang panjang dan jagung)
dan burung
tanaman budidaya

Yuyu membuat gorong-


Simbiosis
6 Yuyu dengan tanaman gorong dalam tanah sebagai
parasitisme
tempat tinggalnya

Jamur menguraikan bangkai


konsumen tingkat 3 sehigga
Simbiosis Akar tanaman budidaya dapat memperbaiki sifat fisik
7
mutualisme dengan jamur tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman
budidaya

Konsumen paling Konsumen tingkat rendah


8 Predasi rendah dengan dimakan oleh konsumen
konsumen tingkat tinggi tingkat atasnya

Katak sawah menggunakan


Simbiosis Pohon pisang dengan
9 pohon pisang untuk
komensalisme katak sawah
berlindung dari hujan

Sumber : Hasil Pengamatan


Kerapatan Jenis Dominansi Jenis
Jenis Kerapat Domina
Ulan Ulan Ulan Frekuen Frekuen Ulan Ulan Ulan
No. Tanaman/Tu an nsi
gan gan gan si Jenis si Relatif gan gan gan
mbuhan Relatif Relatif
1 2 3 1 2 3
Meniran
1 (Phyllantus 7 4 1 9,6 % 1 15 % 0,9 0,3 0,01 5,438 %
urinaria)
Bandotan
2 (Ageratum 0 0 1 0,8 % 0,333 5% 0 0,01 0 0,449 %
conyzoides)
Bayam duri
3 (Amaranthus 0 5 0 4% 0,333 5% 0 0,28 0 1,258 %
spinosus)
Rumput
belulang
4 26 0 6 25,6 % 0,667 10 % 8,06 0 0,56 38,74 %
(Eleusine
indica)
Rumput
kerbau
5 5 10 14 23,2 % 1 15 % 0,42 1,56 2,55 20,17 %
(Brachiaria
mutica)
Tumpang
air/suruhan
6 2 0 0 1,6 % 0,333 5% 0,02 0 0 0,898 %
(Peperomia
pellucida)
Anting-anting
7 (Acalypha 0 0 1 0,8 % 0,333 5% 0 0,01 0 0,449 %
australis)
Minjangan
8 (Chromolaen 12 9 2 18,4 % 1 15 % 2,38 1,43 0,02 17,21 %
a odorata)
Jelatang
9 (Urtica 8 7 3 14,4 % 1 15 % 0,88 0,21 0,08 5,258 %
dioica)
Pisang (Musa
10 0 0 1 0,8 % 0,333 5% 0 0 1,95 8,764 %
paradisiacal)
Ketela pohon
11 (Manihot 0 0 1 0,8 % 0,333 5% 0 0 0,3 1,348 %
esculenta)

Anda mungkin juga menyukai