Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU 1 HARI KE-7:

MATERI AGENDA 3

Penyusun : Ecin Kuraesin, S.Pd


NIP : 198605312020122007
Angkatan : 20
Kelompok :4

Analisis Isu
Saya bekerja sebagai guru matematika di SMKN 1 Rajadesa. Sebagai seorang guru baru di
tempat kerja yang baru, saya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerja saya,
termasuk mempelajari isu-isu yang berkembang di tempat kerja saya. Ada beberapa isu yang
menjadi sorotan saya di tempat saya bekerja.
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan proses pemilihan
isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan (APKL). Teknik
APKL yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu masalah
dengan memperhatikan empat faktor, yaitu:
a. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa
sekarang;
b. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang
menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
c. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang
banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang;
d. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai dengan
tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi isu yang
prioritas.
Isu-isu yang berhasil diidentifikasi kemudian akan divalidasi terlebih dahulu menggunakan
perangkat APKL.

Faktor
No. ISU Keterangan
A P K L
1. Belum tersedianya buku sumber dan Tidak memenuhi
buku pendamping yang beragam di syarat
√ √ √ -
perpustakaan dalam membantu
memperkaya literasi siswa.
2. Belum optimalnya pemanfaatan LMS di Memenuhi syarat
sekolah sebagai media dalam √ √ √ √
pembelajaran selama PJJ.
3. Belum tersedianya fasilitas toilet yang Tidak memenuhi
layak untuk siswa, sehingga siswa perlu syarat
√ √ √ -
berjalan jauh dan mengantri dalam
memanfaatkan toilet.
4. Belum efektifnya penyusunan kurikulum Memenuhi syarat
sekolah bersama MGMP sekolah untuk √ √ √ √
mata pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil analisis di atas, isu yang memenuhi syarat adalah “Belum optimalnya
pemanfaatan LMS di sekolah sebagai media dalam pembelajaran selama PJJ.”, dan “Belum
efektifnya penyusunan kurikulum sekolah bersama MGMP sekolah untuk mata pelajaran
matematika”. Kedua isu tersebut memenuhi syarat karena kelayakan terpenuhi, kedua isu
ini masuk dalam kewenangan penulis sebagai guru matematika.
Sedangkan isu “Belum tersedianya buku sumber dan buku pendamping yang beragam di
perpustakaan dalam membantu memperkaya literasi siswa” bisa tidak memenuhi syarat karena
tidak sesuai azas layak. Hal ini dikarenakan penulis tidak bisa melakukan intervensi sendiri terkait
dengan pengadaan buku sumber di perpustakaan. Selain itu, isu “Belum tersedianya fasilitas toilet
yang layak untuk siswa, sehingga siswa perlu berjalan jauh dan mengantri dalam memanfaatkan
toilet” juga tidak memenuhi syarat kelayakan karena terkait kerjasama dengan banyak
pihak seperti kepala sekolah, bendahara, dan komite sekolah.
Hasil validasi isu ditunjukkan oleh tabel. Dari empat isu yang berhasil diidentifikasi,
terdapat dua isu yang valid. Kedua isu yang valid ini kemudian dianalisis lebih lanjut
menggunakan perangkat USG.
Dalam menentukan prioritas masalah, penulis juga menggunakan analisis USG sebagai
alat untuk mengetahui isu mana yang menjadi paling prioritas dengan menggunakan
kriteria Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut identifikasi USG. Lebih
jelasnya, kriteria USG dijelaskan sebagai berikut:
1. Urgency: Berarti seberapa mendesaknya masalah tersebut untuk diselesaikan berkaitan
dengan dimensi waktu;
2. Seriousness: Mengacu pada penyelesaian masalah dikaitkan dengan akibat, bisa menimbulkan
masalah baru; dan
3. Growth: Berkaitan dengan kemungkinan berkembang memburuk kalau tidak diselesaikan.
Kriteria
No. ISU Prioritas
U S G
1. Belum optimalnya pemanfaatan LMS di
sekolah sebagai media dalam pembelajaran 5 5 4 14
selama PJJ
2. Belum efektifnya penyusunan kurikulum
sekolah bersama MGMP sekolah untuk 5 5 5 15
mata pelajaran matematika

Keterangan:
U: Urgency; S=Seriousness; G: Growth.
Interval penentuan prioritas:
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak;
Angka 5: sangat mendesak/gawat dan dampak.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik USG, isu paling prioritas adalah “Belum
efektifnya penyusunan kurikulum sekolah bersama MGMP sekolah untuk mata pelajaran
matematika”. Isu ini menjadi lebih prioritas dibandingkan “Belum optimalnya pemanfaatan LMS
di sekolah sebagai media dalam pembelajaran selama PJJ” karena penyusunan kurikulum sekolah
sangat mendesak untuk dibuat untuk menunjang pembelajaran di semester ganjil tahun akademik
2021/2022.
Isu ini berkaitan dengan prinsip etika dan kode perilaku ASN, yaitu melaksanakan tugasnya
dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi. Adanya tanggung jawab sebagai seorang
guru matematika yang merasakan belum efektifnya penyusunan kurikulum sekolah, sehingga
merasa perlu untuk diadakan diskusi atau musyawarah terkait penyusunan kurikulum sekolah. Hal
ini juga berkaitan dengan prinsip pelayanan publik, dimana setiap guru berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada setiap siswanya, hal ini dapat tercapai
jika adanya perumusan kurikulum yang matang sebelum pembelajaran dimulai.
Apabila isu tersebut tidak segera ditindaklanjuti, maka akan terjadi dampak negatif, yaitu
proses pembelajaran akan terhambat karena belum adanya perencanaan pembelajaran yang
matang; Capaian pembelajaran tidak tercapai sehingga siswa tidak mendapatkan kompetensi yang
diharapkan; Terjadi kebingungan dari beberapa guru untuk menentukan materi pembelajaran yang
akan diajarkan; Terjadi ketidakseragaman dari guru-guru matematika dalam menentukan materi
pembelajaran; Siswa akan membandingkan dan menilai ketidakseragaman materi pembelajaran.
Penyebab terjadinya isu tersebut diantaranya adalah banyaknya guru matematika di sekolah
yang menyebabkan banyak perbedaan penafsiran terhadap kurikulum yang berlaku di sekolah;
sulitnya mengumpulkan semua guru matematika di sekolah untuk merumuskan kurikulum
bersama; tidak adanya koordinator guru matematika yang mampu mengkoordinir kurikulum
sekolah; belum efektifnya peran wakakur dalam mewadahi MGMP matematika sekolah.
Gagasan kreatif saya diantaranya adalah membuat grup WhatsApp khusus guru-guru yang
mengajar mata pelajaran matematika di sekolah. Selanjutnya adalah berinisiatif menentukan
jadwal dalam penyusunan kurikulum sekolah, ketika pada kenyataannya tidak dapat berkumpul
semua guru karena berbagai kesibukannya masing-masing, maka dibuat tim perumus kurikulum
sekolah per jenjang kelas, setelah kurikulumnya berhasil dibuat kemudian di share di grup
WhatsApp agar dapat digunakan oleh semua guru, sehingga semua guru matematika memiliki
kurikulum sekolah yang sama.

Anda mungkin juga menyukai