Kelompok 1 PIP
Kelompok 1 PIP
DAFTAR ISI……………………………………………………………… .i
KATA PENGANTAR…………………………………………………..... ii
BA B 1. Pendahuluan
BAB 2. Pembahasan
BAB 3. Penutup
3.1 Simpulan……………………………………………..………... 9
3.2 Saran………………………………………………………….... 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas berkat dan rahmatnya
kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema “ Hakikat Manusia dan
Pengembangannya”.
Makalah ini disusun agar para pembaca dapat memperluas ilmu yang penulis
sajikan dari hasil pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “
Hakikat Manusia dan Pengembangannya”.
Dalam menyusun makalah tentu kami tidak luput dari kesalahan. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan pembuatan makalah yang akan
datang. Atas dukungannya kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 1
BAB I
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuiah pengantar ilmu pendidikan
2. Untuk memahami hakikat manusia
3. Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia
4. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia
BAB II
PEMBAHASAN
Dari beberapa ahli filsafat menyebutkan bahwa manusia adalah hewan yang
bermasyarakat, yang mempunyai rasa sakit, yang selalu bermasalah dan gelisah.
Selain itu, definisi manusia yaitu, manusia sebagai animal rationale (hewan
rasional atau berpikir), animal symbolicum (hewan menggunakan simbol), animal
educandum (hewan yang berpendidikan). Sedangkan dalam agama khususnya
agama Islam, manusia tidak sama seperti hewan. Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang istimewa dari ciptaan lainnya. Manusia mempunyai akal dan pikiran
yang telah diberikan Allah. Akal dan pikiran harus dikembangkan agar menjadi
manusia seutuhnya. Apabila tidak dikembangkan manusia akan sama seperti
hewan atau lebih rendah dari hewan.
Banyak pandangan tentang hakikat manusia, diantaranya pandangan
psikoanalitik dan humanistik, pandangan Martin Buber dan Behavoristik ,
pandangan mekanistik, organismik dan konstektual.
Secara umum, hakikat manusia adalah ciri atau karakteristik yang dapat
membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang
paling sempurna karena mempunyai akal, pikiran, dan budi pekerti agar dapat
membedakan mana yang baik dan yang buruk. Hal itu dapat terwujud dengan adanya
kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati, moral
dan aturan, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan, kesediaan melaksanakan
hak dan kewajiban, kemampuan menghayati kebahagiaan.
a. Kemampuan Menyadari Diri, dalam hal ini manusia dapat menyadari apa
yang dimiliki dalam dirinya, dan kemampuan untuk mengetahui ciri atau
karakteristik dirinya sendiri. Hal ini membuat manusia beradaptasi dengan
lingkungan. Serta dapat menunjukkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya
melalui pendidikan.
b. Kemampuan Bereksistensi, dalam kemampuan ini manusia dapat menyadari
bahwa dirinya memang ada. Dapat mengetahui dan bebas akan
keberadaannya. Berbeda dengan hewan yang berada didalam kandang dan
tidak menyadari keberadaannya. Kemampuan ini dapat dibina melalui
pendidikan, agar mampu menjalani masa depan.
c. Pemilikan Kata Hati, dalam hal ini berhubungan dengan hati nurani. Hanya
manusia yang memiliki hati nurani. Setiap manusia berbeda hati nuraninya.
Ada yang memiliki hati nurani tajam ada yang tumpul. Hati nurani tajam
dapat membuat kecerdasan akal dan budi yang dapat membuat keputusan
mana yang benar dan salah. Kecerdasan hati nurani dapat dilatih melalui
pendidikan.
d. Moral dan Aturan, moral merupakan wujud dari kata hati. Setiap manusia
harus memiliki moral agar tidak sama seperti hewan. Kata hati dapat
diwujudkan dengan perbuatan yang didasari dengan kemauan. Manusia dapat
disebut memiliki moral apabila mampu menunjukkan dalam bentuk
perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut. Dalam pendidikan
manusia akan dididik menjadi manusia yang bermoral dan taat pada aturan.
e. Kemampuan Bertanggung Jawab, manusia mempunyai rasa tanggung jawab.
Tanggung jawab kepada Tuhan, kepada sesama manusia, serta tanggung
jawab kepada dirinya sendiri. Bertanggung jawab kepada Tuhan artinya
manusia harus menaati semua norma-norma agama dan apabila melanggar
manusia harus siap terhadap konsekuensinya. Tanggung jawab kepada sesama
manusia berkaitan dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
tanggung jawab kepada diri sendiri artinya kita harus mau dan sedia
menanggung akibat dari apa yang dilakukan.
f. Rasa Kebebasan, setiap manusia memiliki kebebasan yang sesuai dengan
kodrat seorang manusia. Ada aturan-aturan yang mengikat, sehingga tidak
mengusik kebebasan manusia lainnya. Manusia berbuat bebas sesuai dengan
kata hatinya, jika ada yang melanggar maka akan dikenakan sanksi.
g. Kesediaan Melaksanakan Hak dan Kewajiban, dalam kehidupan selalu ada
hak dan kewajiban. Hak akan diperoleh setelah melaksanakan kewajiban.
Hak-hak manusia di Indonesia telah diatur dalam undang-undang nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
1. Pengembangan Utuh
Pengembangan utuh, meliputi :
Aspek : jasmani, rohani, spiritual
Dimensi : individualan, kesosialan, kesusilaan, keagamaaan
Domain/Ranah : kognitif, psikomotorik, afektif
Pengembangan utuh ditentukan oleh dua faktor, yaitu dari kualitas aspek,
dimensi, domain dan kualitas pendidikan yang di sediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembangannya. Di katakan utuh apabila
semua mendapatkan pelayanan yang seimbang. Dari pengembangan utuh
akan mendapatkan manusia dengan kepribadian yang baik. Selanjutnya
pengembangan utuh dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu :
Wujud dimensinya, keutuhan terjadi apabila antara aspek (jasmani,
rohani, spiritual), dimensi (keindividualan, kesosialan, kesusilaan,
keberagaman), domain (kognitif, psikomotorik, afektif)
mendapatkan pelayanan secara seimbang.
Arah pengembangan, dapat diarahkan kepada pengembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman
secara terpadu. Pengembangan berwujud horizontal dan vertikal.
Pengembangan horizontal yaitu pengembangan yang menciptakan
keseimbangan. Sedangkan pengembangan vertikal adalah
pengembangan yang menciptakan ketinggian martabat manusia.
Dengan adanya pengembangan tersebut, mampu membentuk
manusia secara utuh.
Pengembangan tidak utuh akan terjadi apabila ada unsur (aspek, dimensi,
domain) yang terabaikan untuk ditangani. Misalnya, dimensi keberagaman
didominasi oleh oleh pengembangan dimensi kesosialan. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap
karena tidak berimbang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Manusia mempunyai akal dan pikiran. Melalui pendidikan, manusia bisa
mengasah akal dan pikirannya yang dapat meningkatkan derajatnya. Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk individu yang mempunyai keunikan
tersendiri, makhluk sosial yang bergantung dengan manusia lainnya, makhluk
yang tau akan etika dan etiket yang bisa membedakan mana yang benar dan
yang buruk, dan makhluk yang meyakini satu agama. Untuk mendapatkan
manusia yang utuh diperlukan adanya pelayanan yang seimbang terhadap
dimensi-dimensi hakikat manusia.
3.2 Saran
Dari makalah ini penulis menyarankan agar kita sebagai manusia sebagai
individu yang berguna satu dengan lainnya. Yang toleran adanya beragam
agama. Yang saling membantu dengan sesama manusia, menaati semua
norma-norma yang berlaku, agar dapat menjadi manusia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://murasaki88.blogspot.com/2013/10/hakikat-manusia-dan-
pengembangannya.html?m=1
http://kumpulanmakalahdasarpendidikan.blogspot.com/2016/06/makalah-hakikat-
manusia-dan.html?m=1
http://blogmakalahmakalahbermanfaat.blogspot.com/2018/12/makalah-pengantar-
pendidikan-hakikat.html?m=1
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/01/pengertian-pendidikan-secara-umum-
adalah.html?m=1
https://silabus.org/pengertian-pendidikan
https://oddy32.wordpress.com/2009/12/16/pengembangan-dimensi-hakekat-manusia/
https://artikelpe.blogspot.com/2016/03/pengembangan-dimensi-hakikat-
manusia.html?m=1
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=3&q=hakikat+manusia+pendidikan&qst=ib#d=gs_qabs&u=%23p
%3DfEmrwW1qlp0J
https://www.kompasiana.com/menggelinjang/54f82fb5a33311ce5d8b46ca/teori-darwin-
kera-berawal-dari-manusia