Anda di halaman 1dari 67

Contoh Makalah Manajemen Kepemimpinan Pengertian

Makalah Manajemen Kepemimpinan adalah makalah yang membahas tentang


manajemen kepemimpinan dimana dalam makalah ini medefinisikan apa itu
manajemen dn apa itu kepemimpinan serta definisi dari berbagai
tokoh. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari
proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang.

Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan an-


tisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai
mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu
bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan
datang. Untuk lebih jelasnya silakan anda simak baca makalahnya di bawah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh
dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang
membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis
dan merdeka. Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang
dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela
menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah
Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan
karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi
manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya
menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati,
tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses


perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari
proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya
mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal

Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh


mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dan maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa
diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya.
Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada kerendahan hati.
B. TUJUAN

Membahas tentang

 Seorang pemimpin yang sesuai dengan karaktenya

 Kepemimpinan
 Pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya

C. Rumusan Masalah

Makalah ini membahas tentang


 Bagaimanakah kepemimpinan itu

 Apasajakah Ruang lingkup kepemimpinan

 Bagai mana menjadi pemimpin

BAB II
PEMBAHASAN

Banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena


hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu
seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar
memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau
personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa
kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting
dalam metoda kepemimpinan, yaitu: Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan
visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan
perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat
melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada
dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change
more powerfully than a clear vision.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar


kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat
memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk
mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih
mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,
baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.

Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen


untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa)
dan scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut


kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ
the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah
kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki
SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain
dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik,
memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri
mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan
secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang
dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan
tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi
untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan
survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati
selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan) Seorang pemimpin sejati tidak


cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki
serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal,
justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang
baik.
Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol
perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman
Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi
pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal
ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi
bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi
tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya
dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari
mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari
solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya
dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari
(monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar


memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda
kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku
seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka
yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk
memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman
Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa
yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul


pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan


langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel &
Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984,
46)
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat
sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya. 
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin
dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan  yang menggambarkan asumsi bahwa


kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu
maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang
ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau
organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah
mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:


 Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain,
salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi
sebaik orang diluar organisasi.

 Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan


tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan

 Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat


menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan
pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian
pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah
secara efektif.

 Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan


konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin
harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya
dengan pekerjaan lain.

 Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu,
pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah)

 Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi.


Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.

 Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :

1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai


pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru
bicara.
3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi
pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya
atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari
suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan
kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat
dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung
kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan,
sikap yang bijaksana, dan kekuatan.

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan) Kepemimpinan yang melayani


dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari
dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan
kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah
pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin
sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita
saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik,
justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan
dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan
nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,
yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan
mereka yang dipimpinnya.

Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya


tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian
yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas
pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di
republik ini. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk
membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh
banyak pemimpin dalam kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing
the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari
kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan
sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak
anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah


akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung
jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota
organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau


mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

ANALISA KEPEMIMPINAN

A. Kepemimpinan

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai
tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh
seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar


mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu
Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan
untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti
yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan
motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri
orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal
semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya
dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi
semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya
memperbaiki mutu kerjanya.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan,


mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta
menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama.
Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam
organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan
mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran
yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan
untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau
memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu
keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki
itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam
ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.

B. Pandangan Kepemimpinan

 Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,


belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

 Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan
prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

 Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang
pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan
kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti ;

 Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga


mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh
karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
 Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada


prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat
dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan
akherat.

 Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan
adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari
dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas,
kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

 Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan.
Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja
kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier
Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana
memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang
pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

 Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai


keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses
daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan
dengan: 
 Pemahaman materi; 

 Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman

 Mengajar materi kepada orang lain; 

 Mengaplikasikan prinsip-prinsip; 
 Memonitoring hasil; 

 Merefleksikan kepada hasil; 

 Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; 

 Pemahaman baru; dan 

 Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa


kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: 
1. Kemauan dan keinginan sepihak;
2. Kebanggaan dan penolakan; dan 
3. Ambisi pribadi. 

Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-
menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif
baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.


Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding
perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai
keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam
kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.
Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang
lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah
bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong.
Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti
dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada


bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk
melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan
untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin
seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ
dan SQ).

C Hal Mendasar Yang Perlu Untuk Kepemimpinan

Manajemen dilaksanakan dalam suatu organisasi atau institusi tertentu yang pada


tahap awal implementasinya organisasi itu digerakkan oleh kepemimpinan yang
sangat peduli pada mutu dan bertekad kuat untuk membuat organisasinya itu
selalu dan terus menerus meningkatkan mutu kiner-janya, apakah itu dalam
bentuk produk atau jasa. Kepemimpinan untuk MMT itu memerlukan modal dasar
dalam bentuk penguasaan tujuh mendasar yang menyangkut kehidupan
organisasinya.

a. Organisasi :

Mengapa organisasi yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap
pertanyaan yang sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang
yang memegang tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai
jawabannya secara baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan
orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.

b. V i s i :

Akan menjadi organisasi yang bagaimanakah organisasi itu di masa depan ?


Orang-orang yang memegang kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke
depan tentang organi-sasinya; mereka ingin mengembangkan organisasinya itu
menjadi organisasi yang bagaimana, yang mampu berfungsi apa dan bagaimana,
yang mampu memproduksi benda dan jasa apa dan yang bagaimana, serta untuk
dapat disajikan kepada siapa ? Visi ini seharusnya berjangka panjang, misalnya 10
tahun atau 25 tahun ke dapan, agar dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan
mutu kinerja yang berkelanjutan.

c. M i s i :

Mengapa kita ada dalam organisasi ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di
atas. Bagaimana visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang
harus dilakukan oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi
dapat diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat
dikuasai dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan
agar mereka dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.

d. Nilai-nilai

Prinsip-prinsip apa yang diyakini sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai


pedoman dalam menjalankan tugas organisasi, dan ingin agar orang lain dalam
organisasi juga mengadopsi prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada
pelanggan, disiplin, kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh
orang-orang yang memegang kepemimpinan MMT.

e. Kebijakan

Ialah rumusan-rumusan yang akan disampaikan kepada orang-orang dalam


organisasi sebagai arahan agar mereka mengetahui apa yang harus dilakukan
dalam menyediakan pelayanan dan barang kepada para pelanggan. Orang-orang
yang memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan
semacam itu agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti yang diinginkan
oleh organisasi.
f. Tujuan-tujuan Organisasi

Ialah hal-hal yang perlu dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka
pendek agar memungkinkan orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan
mewujudkan visi mereka. Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara
kongkrit dan jelas.

g. Metodologi :

Adalah rumusan tentang cara-cara yang dipilih secara garis besar dalam bertindak
menuju pewujudan visi dan pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini
terbatas pada garis-garis besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil teknik
kerja.

Ketujuh hal yang sangat mendasar itu perlu dikuasai dan dalam implementasi
MMT hal itu akan dituangkan dalam merumuskan rencana strategis untuk mutu.
Tanpa kemampuan merumuskan ketujuh hal itu secara spesifik dan
mengkomunikasikannya kepada orang-orang dalam organisasi, sulit bagi orang-
orang itu untuk mewujudkan mutu seperti yang diinginkan.

D. Manajemen Kepemimpinan

Kepemimpinan lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja yang memiliki


tugas atau fungsi masing-masing, tidak memfokus kepada individu. Hal ini akan
berakibat tumbuh berkembangnya kerjasama dalam kelompok-kelompok.
Motivasi individu akan menjadi tugas semua orang dalam kelompok, jadi
kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap ang-gota dalam kelompok.
Karena pimpinan selalu menilai kinerja kelompok, bukan individu, maka ma-sing-
masing kelompok akan berusaha memacu kerjasama yang sebaik-baiknya, kalau
perlu dengan menarik-narik teman sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.

Kepemimpinan Manajemen tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam


segala hal, tetapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau
dia yang memutuskannya. Sisanya diserahkan wewenangnya kepada ke-lompok-
kelompok yang ada di bawah pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama untuk
hal-hal yang menyangkut cara melaksanakan pekerjaan secara teknis. Orang-
orang yang ada dalam kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan
pelatihan dan sehari-hari melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana
melakukan pekerjaan dan karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat
keputusan dari pada sang pimpinan.

Setiap upaya meningkatkan mutu kinerja, apakah itu dalam mengha-silkan barang
atau menghasilkan jasa, pada dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan cara
kerja. Jadi kalu diinginkan adanya mutu yang lebih baik jangan takut menghadapi
perubahan, se-bab tanpa perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu kinerja.
Perubahan bisa diciptakan oleh pemimpin, tetapi tidak perlu harus selalu berasal
dari pimpinan, sebab kemampuan pemim-pinpun terbatas. Oleh karena itu
pemimpin justru perlu merangsang timbulnya kreativitas di ka-langan orang-orang
yang dipimpinnya guna menciptakan hal-hal baru yang sekiranya akan
menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Seorang pemimpin tidak selayaknya
memaksakan ide-ide lama yang sudah terbukti tidak dapat menghasilkan mutu
kinerja seperti yang diharap-kan. Setiap ide baru yang dimaksudkan untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih bermutu dari manapun asalnya patut disambut
baik. Orang-orang dalam organisasi harus dibuat tidak takut untuk berkreasi, dan
orang yang terbukti menghasilkan ide yang bagus harus diberi pengakuan dan
penghargaan.

Seorang pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia


tahu bahwa hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang lebih
baik. Oleh karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam
organisasinya untuk berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara
kerja maupun barang dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui
proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam
organisasi. Sebaliknya seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan kerja lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu
seperti yang diharapkan olah organisasi maupun oleh para pe-langgannya.

Manajemen selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, atau


dalam unit-unit organisasi. Program-program mulai dari tahap peren-canaan
sampai ke pelaksanaan dan evaluasinya dilaksanakan melalui kerjasama, dan
bukan pro-gram sendiri-sendiri yang bersifat individual. Adanya sistem kerja yang
didasari oleh kerjasama dalam tim, kelompok atau unit itu harus selalu menjadi
pemikiran para pimpinan Manajemen. Dasarnya adalah pengikut-sertaan semua
orang dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan ba-kat, minat dan kemampuan
masing-masing orang. Orang adalah aset terpenting dalam organisasi dan karena
itu setiap orang yang ada harus dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan
penca-paian tujuan organisasi.

Pemimpin Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan an-


tisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang mulai
mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif selalu
bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang akan
datang. Setiap rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi yang
bakal muncul, dan kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi hal-
hal yang bersifat negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan
demikian ke-hidupan organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti
semua sudah dapat diper-hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan
munculnya masalah-masalah secara me-ngejutkan dan menimbulkan kepanikan
dalam organisasi. Tindakan yang reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya
sudah sempat menimbulkan kerugian atau akibat negatif lainnya.
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa orang adalah sumberdaya yang paling utama
dan paling berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu SDM harus selalu
mendapat perhatian yang besar dari pimpinan Manajemen dalam arti selalu diupa-
yakan untuk lebih diberdayakan agar kemampuan-kemampuannya selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kemampuan yang meningkat itulah SDM
itu dapat diharapkan untuk mening-katkan mutu kinerjanya. Program-program
pelatihan, pendidikan dan lain-lain kegiatan yang bersifat memberdayakan SDM
harus dilembagakan dalam arti selalu direncanakan dan dilaksa-nakan bagi setiap
orang secara bergiliran sesuai keperluan dan situasi

Bila berbicara tentang mutu tentu akan terlintas adanya mutu yang tinggi dan
mutu yang rendah. Bila dikatakan bahwa kinerja suatu organisasi itu tinggi tentu
karena dibandingkan dengan mutu organisasi lain yang kenyataannya lebih
rendah. Artinya mutu tentang segala sesuatu itu sifatnya relatif, bukan absolut.
Setidaknya begitulah pengertian mutu menurut Manajemen. Pimpinan dalam
Manajemen dianjurkan melakukan pem-bandingan dengan organisasi lain,
membandingkan mutu organisasinya dengan mutu organisasi lain yang sejenis.
Kegiatan ini disebut benchmarking. Pimpinan Manajemen selalu berusaha menya-
mai mutu kinerja organisasi lain dan kalau bisa bahkan berusaha melampaui mutu
organisasi lain. Bila pimpinan berbicara tentang mutu organisasi lain dan
kemudian ingin menyamai atau melebihi mutu organisasi lain itu, berarti pmpinan
itu berbicara tentang persaingan. Setiap organisasi berusaha mendapatkan
pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri lebih baik. Usaha ini hanya akan
berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja yang mutunya lebih tinggi dari
organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen dikembangkan untuk memenangkan
persaingan. Oleh karena itu pimpinan Manajemen selalu harus menyadari adanya
persaingan dan berbicara tentang itu dengan orang-orang dalam organisasinya.

Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya.
Sikap dan perilaku organsasi yang cenderung menim-bulkan rasa senang dan puas
pada fihak pelanggan-pelanggannya perlu dibina oleh pimpinan. Demikian pula
budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan
mutu yang diinginkan oleh organisasi itu juga perlu dibina. Misalnya dalam
lembaga pendidikan perlu dikembangkan budaya yang menjunjung tinggi nilai-
nilai belajar, kejujuran, kepelayanan, dan sebagainya. 

Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya organisasi itu harus menjadi


pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam organisasi. Namun demikian ka-
rakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim
organisasi itu menunjang. Olah karena itu pimpinan juga harus selalu membina
iklim organisasinya agar kon-dusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan
budaya organisasi tadi. Misalnya dengan menciptakan dan melaksanakan sistem
penghargaan yang mendorong orang untuk bekerja dan berprestasi lebih baik.
Atau pimpinan yang selalu berusaha berperilaku sedemikian rupa hingga dapat
menjadi model yang selalu dicontoh oleh orang-orang lain.

Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya,


tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya me-
nyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan.
Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh
pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan
pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis
disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya.
Dalam banyak hal bahkan pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau
kelompok kerja tertentu. 

Dengan demikian ketergantungan organisasi pada pimpinan akan sangat kecil,


tetapi sebagian besar dari orang-orang dalam organisasi itu memiliki kemandirian
yang tinggi. Kondisi semacam ini tentu saja akan tercapai melalui penerapan
Manajemen yang baik dan benar, dan setelah melalui proses pembinaan yang
panjang. Makin banyak dari kesepuluh ciri itu yang diterapkan oleh pimpinan
Manajemen semakin baiklah mutu kepemimpinannya, dalam arti makin baiklah
suasana kerja yang kondusif untuk terciptanya mutu, dan makin kuatlah dorongan
yang diberikan kepada orang-orang dalam orga- nisasinya untuk meningkatkan
mutu kinerjanya. Kesepuluh hal tersebut perlu dihayati dan di-praktekkan oleh
semua pimpinan , dari yang tertinggi sampai yang terrendah, sehingga akhirnya
akan menjelma menjadi pola tindak yang normatif dari semua unsur pimpinan.

E. Cara Berfikir Kelompok Pimpinan tentang Mutu

Dari pengalaman organisasi-organisasi yang telah menerapkan Manajemen dapat


ditarik pelajaran bahwa agar organisasi itu berhasil dalam meningkatkan mutu
kinerjanya secara terus-menerus diperlukan adanya kelompok pimpinan atau
manajemen yang memiliki cara berfikir tentang mutu yang berbeda dengan cara
berfikir pimpinan organisasi yang tidak menerapkan MMT. Berikut ini butir-butir
yang menggambarkan cara berfikir pimpinan MMT tentang mutu.

1. Perbaikan mutu menghemat waktu dan uang.

Cara berfikir semacam itu berbeda dengan cara berfikir konvensional yang biasa
mengatakan bahwa perbaikan mutu selalu memerlukan uang dan waktu. MMT
diterapkan untuk jangka panjang, dan perbaikan mutu tidak untuk sesaat tetapi
untuk seterusnya dan selamanya. Perbaikan mutu pada awalnya mungkin
memerlukan dana, tetapi tidak selalu harus demikian, sebab untuk mencapai mutu
yang lebih baik mungkin diperlukan pelatihan bagi orang-orang tertentu, atau
memerlukan perbaikan peralatan dan fasilitas kerja, meski inipin tidak selalu
harus demikian. Sesudah investasi awal itu kemudian tidak diperlukan lagi penge-
luaran ekstra, bahkan dalam jangka yang agak panjang perbaikan mutu itu malah
akan menghasilkan penghematan uang dan waktu. Tujuan utama diterapkannya
MMT selain memuaskan pelanggan adalah efisiensi. Ini berarti penghematan dari
cara-cara sebelumnya, atau bekerja dengan biaya lebih rendah tetapi dengan hasil
yang lebih baik.
2. Pekerjaan adalah sistem terpadu dari beberapa proses.

Persepsi semacam ini jelas sangat berbeda dengan cara berfikir kovensional yang
melihat pekerjaan tidak sebagai suatu sistem yang terpadu tetapi sebagai
rangkaian peristiwa. Jika orang melihat pekerjaan sebagai suatu sistem yang
terpadu berarti masih tetap mengakui adanya bagian-bagian dari pekerjaan yang
terpisah, namun bagian-bagian itu tetap berkaitan satu dengan lainnya dan
memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung (interdependent).
Perguruan tinggi memiliki bagian-bagian atau unit-unit, memiliki banyak jenis
pekerjaan dan kegiatan, serta memiliki banyak orang yang bekerja di dalam-nya.
Jelas mereka tidak cukup hanya dengan bekerja sendiri-sendiri secara terpisah,
tetapi mereka harus bekerjasama, berinteraksi satu sama lain, tolong menolong,
saling melayani, sebab hasil akhir dari perguruan tinggi itu adalah totalitas dari
pekerjaan semua bagian dan semua orang itu. 

Bahkan mutu pekerjaan satu bagian sering sangat tergantung pada mutu pekerjaan
bagian lain yang merupakan masukan bagi bagian yang pertama. Jadi agar suatu
perguruan tinggi bermutu, semua bagian, semua fungsi dan semua pekerjaan perlu
diupayakan agar bermutu sebagai satu sistem. Tidak cukup bila hanya salah satu
atau beberapa bagian saja yang bermutu. Namun dalam implementasinya bila
tidak mungkin meningkatkan semua jenis pekerjaan secara simultan, maka bisa
ditempuh cara bertahap, yang dengan cermat dipilih jenis-jenis pekerjaan mana
yang secara strategis perlu ditingkatkan mutunya lebih dahulu.

3. Pekerjaan betapapun besar dan banyaknya bila tanpa kualitas tidak ada artinya.

Ini berarti bahwa kualitas atau mutu pekerjaan lebih penting dari kuantitas atau
jumlah. Dalam dunia pendidikan hal itu jelas sekali. Suatu perguruan tinggi
memiliki banyak dosen dan mahasiswa tetapi yang pada umumnya tidak bermutu
sebenarnya tidak banyak artinya bagi perguruan yang mendambakan perguruan
yang bermutu. Pendidikan yang tidak bermutu betapapun banyaknya lulusan yang
dikeluarkan kiranya tidak ada artinya bagi kemajuan suatu bangsa dan negara.

4. Mutu menyatu dengan cara kerja dari awal.

Mutu hasil kinerja yang berupa barang atau jasa adalah hasil dari cara kerja yang
diterapkan dalam pekerjaan. Oleh karena itu cara kerja yang berupa prosedur dan
proses kerja menjadi sangat penting untuk menghasilkan kinerja yang bermutu.
Prosedur dan proses kerja sejak awal hingga akhir perlu dirancang dan ditentukan
sedemikian rupa hingga menjamin tercapainya mutu kinerja yang baik seperti
yang diinginkan untuk dapat memu-askan semau pelanggannya. Mutu barang atau
jasa bukan sekedar hasil dari pemeriksaan pada akhir proses kerja, melainkan
menyatu dengan cara kerja dari awal hingga akhir.

5. Mutu dapat dicapai melalui pelatihan yang lebih baik bagi karyawan yang telah
ada plus kepemimpinan yang bermutu.

Salah satu kunci penting untuk keberhasilan meningkatkan mutu secara


berkelanjutan adalah pelatihan yang relevan dan efektif. Semua karyawan dapat
diharapkan meningkatkan mutu kinerjanya bila telah mendapatkan pelatihan yang
tepat, demikian pula semua pemimpin dapat memimpin penyelenggaraan MMT
dengan berhasil bila mendapatkan pelatihan un-tuk itu. Cara berfikir semacam itu
berbeda dengan cara berfikir konvensional yang mengatakan bah-wa untuk
mendapatkan mutu perlu (perekrutan) karyawan yang lebih baik.

6. Mutu yang cukup hanyalah bila semua pekerjaan menghasilkan yang terbaik.

Mutu se-macam itu memang tidak mungkin dicapai dengan sekali usaha tetapi
melalui usaha yang terus menerus yang setiap kali diusahakan bisa mencapai
perbaikan sedikit demi sedikit, yang dalam jangka yang agak panjang akan bisa
mencapai mutu yang sempurna. Inipun pada waktunya dapat disempurnakan lagi
sehingga sebenarnya usaha perbaikan mutu tidak pernah ada akhirnya. Mutu
memang tidak berbatas, selalu dapat ditingkatkan. Pimpinan konvensionalberfikir
kalau 90% peker-jaan sudah baik adalah sudah cukup. Di bidang pendidikan dan
akademis standar mutu itu jelas selalu bergerak ke atas dan harus selalu dikejar.
Jadi jangan pernah berhenti berusaha meningkatkan mutu kinerja.

7. Mutu berarti perbaikan yang berkelanjutan.

Ini adalah cara berfikir sebagai kelanjutan dan konsekuensi pemikiran tersebut
pada butir ke-6 di atas. Ini berbeda dengan konsep management by objective yang
mengartikan mutu sebagai pencapaian tujuan yang ditentukan sebelumnya. Kedua
cara berfikir itu tidak perlu dianggap berbeda bila pekerjaan dibagi-bagi menjadi
beberapa tahapan dan untuk setiap tahap ditentukan tujuannya yang selalu
meningkat dari awal sampai akhir.

8. Para pemasok adalah mitra kerja.

Pekerjaan dalam suatu organisasi selalu bersifat mengolah atau memroses


masukan (barang, jasa dan/atau orang) yang dipasok oleh orang lain. Mutu kinerja
organisasi itu dipengaruhi oleh mutu masukannya. Kalau organisasi itu
memperlakukan para pemasok sebagai mitra kerjanya, ia dapat mengharap
mendapatkan mutu pasokan (masukan) yang baik. Sebaliknya bila pemasok itu
diperlakukan sebagai pesaingnya atau lawan usahanya, maka para pemasok itu
sulit diharapkan mau memasok masukan yang bermutu. Jadi tidak benar bahwa
mutu kinerja itu tidak ada kaitannya dengan pemasok. Dalam bidang pendidikan
tinggi, mahasiswa adalah masukan yang dipasok oleh lembaga-lembaga
pendidikan menengah. Sudahkah perguruan tinggi memperlakukan sekolah-
sekolah menengah itu sebagai mitra kerjanya?
9. Pelanggan adalah bagian integral dari organisasi.

Mengapa demikian ? Karena sejak awal pekerjaan organisasi itu direncanakan


antara lain dengan mempertimbangkan kebutuhan-kebu-tuhan dan harapan-
harapan pelanggan. Jadi para pelanggan (eksternal) itu sejak awal diharapkan
memberi masukan kepada organisasi, dan karena itulah mereka dikatakan
merupakan bagian integral dari organisasi. Tanpa memper-timbangkan kebutuhan
dan harapan para pelanggan, tidak pernah diketahui apakah hasil kerja itu akan
bisa memuaskan pelanggan atau tidak. Jadi agar organisasi dapat merencanakan
kerja yang bermutu perlu para pimpinan organisasi itu melihat para pelanggan
sebagai bagian integral dari organisasi, dan bukan sebagai orang-orang luar yang
akan ditawari produk kerja organisasi.

Cara berfikir seperti digambarkan pada sembilan butir di atas sangat perlu untuk
diadopsi oleh para pimpinan yang organisasinya menerapkan Manajemen untuk
selalu bisa menggerakkan orang-orang dan organisasinya meningkatkan mutu
kerjanya secara berkelanjutan. Cara berfikir tentang mutu semacam itu akan
menjadi bagian dari kepribadian pemimpin yang mendambakan mutu.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan


tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan
oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat
orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama-sama.

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar


mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua
pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu
Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan
untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti
yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Untuk menerapkan Manajemen dalam suatu organisasi diperlukan adanya


kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda dengan kepemimpinan yang tidak untuk
meraih mutu. Manajemen diterapkan dalam organisasi yang melihat tugas
organisasinya tidak sekedar melaksanakan tugas rutin, yang sama saja dari hari ke
hari berikutnya. Semua sudah ditentukan standarnya, dan kalau kinerja sudah
sesuai standar maka bereslah segalanya. Manajemen juga mengenal standar
kinerja, tetapi bedanya standar ini bersifat dinamis, artinya standar itu selalu bisa
ditingkatkan. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan mutu secara
berkelanjutan. Untuk itu Manajemen memerlukan kepemimpinan yang mempu-
nyai ciri-ciri yang agak khusus seperti yang akan dibahas berikut ini.

B. SARAN

Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,


mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip
belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif.
Maka untuk menjadi seorang pemimpin haruslah mempunyai pengetahuan dan
jiwa pemimpin
Pemimpin Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya,
tetapi akan menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya me-
nyisakan pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan.
Kepemimpinan yang dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh
pada orang lain. Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan
pimpinan-atas, dan lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis
disebarkan kepada orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya

DAFTAR PUSTAKA - Contoh Makalah Manajemen Kepemimpinan


Pengertian

James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta:Mitra Usaha

Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika, Jakarta

http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html

W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan, Jakarta: Profesional Books


Ini 5 Fungsi Manajemen dan
Kepemimpinan
Last updated on 19 February 2018 by Admin  Manajemen, Semua Kategori

Manajemen Kepemimpinan – Pengertian manajemen kepemimpinan adalah seni


untuk mengelola kemampuan seseorang dalaa]m memimpin, mengarahkan dan
mengajak orang lain menuju tujuan dengan cara yang efisien dan efektif.
Sudah lama saya tidak membahas tentang manajemen di blog
rocket manajemen ini. Karena kesibukan offline maka saya jarang update di blog
ini. Ya, seperti namanya yaitu rocketmanajemen.com, blog ini pada awalnya saya
khususkan untuk membahas tentang manajemen. Kalau dirasa udah cukup baru
membahas tentang saudara-saudaranya seperti Akuntansi, Marketing dan
Peluang Bisnis.
Nah, pada awal blog ini dibuat saya telah membahas tentang apa itu manajemen
(baca : definisi manajemen). Pada artikel tersebut dijelaskan bahwa manajemen
adalah sebuah seni untuk mengatur. Ya, mengatur disini tergantung pada “obyek”.
Karena manajemen ini adalah kata kerja, bukan kata benda.
Jadi, manajemen ini tergantung pada konteks obyek yang akan di atur. Misalkan,
ada banyak sekali macam-macam manajemen yaitu manajemen
emosi, manajemen kewirausahaan, manajemen pemasaran dan masih banyak lagi.
Yang membedakan dari semuanya adalah obyek yang diatur, tetapi intinya sama
yaitu supaya obyek yang diatur menjadi teratur alias right thing at the right place.
Mengapa saya sebut itu seni? Karena seni itu menampilkan keindahan, jika Anda
telah memahami manajemen maka Anda akan menemukan letak keindahan
tersebut.
Apapun obyek manajemen tersebut, jika Anda sudah terbiasa untuk membuat
manajemen yang baik maka Anda akan merasa ada yang kurang, tidak teratur, jika
hal tersebut tidak di manage dengan baik.
NAH, LANTAS APA FUNGSI MANAJEMEN ?

Diagram Fungsi Manajemen (Gambar : www.managementstudyguide.com)

Seperti yang telah dijelaskan diatas, tujuan utama manajemen adalah


menempatkan sesuatu di tempat yang seharusnya. Kalau manajemen keuangan,
berarti mengatur keuangan supaya teratur, baik alur uang masuk dan keluar itu
jelas. Sehingga pembukuan tidak semrawut.
Pada dasarnya ada 5 buah fungsi utama manajemen, yaitu :
1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Mengorganisasi)
3. Staffing (Penempatan)
4. Coordinating (Mengkoordinasi)
5. Controlling (Mengontrol)
Kelima fungsi dasar manajemen tersebut itu harus ada dalam struktur perusahaan,
entah berskala UKM ataupun skala corporate besar. Mengapa hal itu menjadi
sangat penting? Karena, tanpa adanya fungsi manajemen yang berjalan maka
perusahaan tidak bisa berjalan dengan semestinya.
Lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu :
1. FUNGSI PLANNING (FUNGSI PERENCANAAN
MANAJEMEN)

Seperti diagram diatas, yang pertama dan utama adalah fungsi planning. Mengapa
ini menjadi sangat penting? Karena fungsi planning adalah aktivitas untuk
menyusun, merencanakan apa yang menjadi tujuan perusahaan serta bagaimana
cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan atau planning dilakukan pada awal pembentukan perusahaan, seperti
definisi diatas. Planning penting dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan.
Mengapa menetapkan tujuan itu menjadi penting? Karena tanpa adanya tujuan
yang jelas, maka aktivitas perusahaan juga tidak akan meningkat.
Ibarat, jika tidak ada yang dikejar maka orang-orang yang ada dalam perusahaan
tersebut hanya melakukan kewajiban saja, yang penting dibayar. Tidak ada upaya
untuk meningkatkan performa perusahaan. Dan alhasil, pencapaian perusahaan
akan stagnan, bahkan menurun.
Nah, dalam proses planning inilah ditentukan tujuan perusahaan/organisasi secara
menyeluruh, serta upaya-upaya terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Disinilah
peran pemimpin/manager diperlukan. Manager harus bisa mengevaluasi langkah-
langkah strategis yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca : 44 Ide Peluang Bisnis Online yang Menjanjikan
Hal ini sangat penting, karena jika perusahaan memilih langkah yang salah maka
akan sangat sulit bahkan bisa gagal dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Jadi
intinya perencanaan manajemen itu sangat penting dilakukan diawal pembentukan
organisasi atau perusahaan, karena fungsi yang lain tidak akan berfungsi tanpa ada
perencanaan yang matang.
AKTIFITAS FUNGSI PERENCANAAN (PLANNING)

Dalam pelaksanaan ada 4 macam aktifitas yang dilakukan dalam fungsi


perencanaan :
1. Menetapkan visi misi perusahaan/organisasi. Visi misi ini berisi gagasan, atau tujuan
yang ingin perusahaan capai dalam kurun waktu tertentu.
2. Setelah tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya menentukan cara yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Setelah cara-caranya direncanakan, kemudian menyusun dan menentukan sumber
daya apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan rancangan tersebut.
4. Terakhir menetapkan standard kesuksesan. Ini penting, karena jika tidak ditetapkan
standard yang jelas maka kita tidak bisa menilai apakah ini sudah tercapai apa belum.
Aktifitas perencanaan juga bisa dikatakan sebagai proses fungsi perencanaan.
karena 4 hal itu harus dilalui untuk membuat sebuah perencanaan yang matang.
PEMBAGIAN PERENCANAAN MANAJEMEN

Dalam tahap ini, planning bisa dibagi menjadi tiga dari beberapa sudut pandang
tingkatan manajemen. Yaitu :
1. Top Level Planning (Perencanaan Tingkat Atas). Dalam tahap teratas ini,
perencanaan yang dilakukan bersifat strategis, seperti memberikan arahan/petunjuk
umum, merumuskan tujuan, pengambilan keputusan dan memberikan arahan untuk
melakukan kerja yang efisien. Pada tahap ini bersifat menyeluruh, serta dilakukan untuk
menentukan target jangka panjang.
2. Middle Level Planning (Perencanaan Tingkat Menengah), pada tahap ini
perencanaan lebih bersifat administratif. Atau lebih detail, seperti menentukan cara untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Low Level Planning (Perencanaan Tingkat Bawah), dalam tahap ini lebih
bersifat ke operasional (pelaksanaan). Yang meliputi tanggaung jawab oleh manajer
lapangan.
SYARAT-SYARAT PERENCANAAN YANG BAIK

Untuk menghasilkan perencanaan yang baik dan efisien tentunya harus ada
beberapa syarat yang wajib dipenuhi, antara lain :
1. Tujuannya harus spesifik dan jelas, tidak bertele-tele.
2. Singkat, padat, jelas dan sederhana. Hal ini diperlukan supaya tidak terlalu sulit
dalam menjalankannya. (Berkaitan dengan syarat awal, yaitu spesifik dan jelas)
3. Berisi analisa terhadap pekerjaan yang harus dilaksanakan
4. Tanggung jawab dengan tujuan harus seimbang dan selaras pada setiap
bagiannya
5. Mempunyai kesan bahwa sumber daya yang diperlukan itu ada dan siap untuk
digunakan. Jika belum, maka persiapkan terlebih dahulu.
MANFAAT MEMBUAT PERENCANAAN

Manfaat dari planning tentu banyak sekali. Manfaat yang paling terasa adalah
keteraturan saat mengeksekusinya, jadi lebih jelas dan terarah.  Lebih jelasnya
berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh setelah membuat perencanaan untuk
kemajuan perusahaan atau organisasi :
1. Mensingkronkan antar unit devisi pada saat pelaksanaan, serta
mengorganisasikan ke arah tujuan yang sama.
2. Dapat meminimalisir kesalahan yang mungkin akan dilakukan.
3. Pengawasan lebih mudah dilakukan.
4. Mempunya dasar penilaiaian, apakah yang dilakukan itu sudah mencapai target
apa belum.
Baca : 28 Peluang Bisnis Rumahan dengan Modal Kecil
Nah, saya rasa sudah cukup ya untuk pembahasan fungsi manajemen yang
pertama yaitu perencanaan. Kita lanjut ke perencanaan kedua yaitu organizing.
2. FUNGSI ORGANIZING (FUNGSI
PENGORGANISASIAN MANAJEMEN)

Fungsi manajemen yang kedua adalah fungsi mengorganisasi. Ingat, di awal


manajemen itu ada obyeknya. Nah, organisasi atau perusahaan itu salah satu
obyek yang dimanage biar teratur dan mudah untuk mencapai tujuan.
Fungsi Organizing adalah fungsi yang mengatur segala sumber daya yang ada
baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Supaya sumber daya
tersebut dapat berfungsi ditempat yang tepat serta mampu melaksanakan peran
dan fungsinya secara maksimal, guna mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan.
Bahasa mudahnya, organizing adalah proses membentuk kelompok terutama
karyawan yang ada guna memudahkan untuk mengoptimalkan segala potensi
yang ada. Proses organizing ini sangat membantu bagi manager perusahaan untuk
mengelola perusahaan, karena lebih mudah dalam melakukan fungsi pengawasan.
AKTIVITAS PROSES ORGANIZING

Dalam proses pengorganisasian tentunya ada beberapa hal yang harus dilakukan,
antara lain :
1. Mengalokasikan sumber daya yang ada serta menyusunnya menurut tugasnya
masing-masing. Serta menetapkan prosedur yang harus dilakukan serta dibutuhkan.
2. Menetapkan dengan jelas garis struktur organisasi / perusahaan, serta
mendefinisikan hak dan kewajibannya dengan jelas.
3. Merekrut karyawan baru, dengan standard yang telah ditetapkan.
4. Penempatan tenaga kerja dalam posisi yang tepat dan pas, untuk memaksimalkan
potensi yang telah ada.
Nah intinya adalah menempatkan orang di posisi dan tempat yang tepat. Ini
penting, mengapa? Karena jika menempatkan orang di posisi yang salah maka
roda perusahaan tidak akan bisa berputar dengan lancar.
UNSUR-UNSUR DI DALAM ORGANIZING PERUSAHAAN

Ada beberapa unsur yang ada saat pengorganisasian yaitu :


1. Sekelompok orang yang akan diarahkan untuk saling bekerja sama
2. Melakukan aktivitas/kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya
3. Segala kegiatan dilakukan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan
Ketiga hal diatas sangat berkaitan dengan fungsi yang pertama yaitu planning.
Jadi, menetapkan tujuan diawal itu sangat penting. Supaya aktivitas didalamnya
lebih terarah.
MANFAAT ORGANIZING

Adapun manfaat dilakukan organizing di perusahaan ataupun organisasi adalah :


1. Pembagian tugas antar orang/devisi lebih efektif.
2. Menciptakan spesialisasi saat mengerjakan tugas/pekerjaan.
3. Setiap orang/anggota dalam perusahaan tidak bingung, karena jobdesc sudah
jelas.
FUNGSI ORGANIZING

Nah, terakhir adalah berikut beberapa fungsi organizing :


1. Pendegelegasian wewenang dari atas ke bawah lebih mudah.
2. Pembagian tugas yang jelas, sehingga tidak terjadi  miss communication saat
pekerjaan dimulai.
3. Memiliki manager yang mumpuni di setiap unit, sehingga setiap unit dapat
bekerja semaksimal mungkin.
4. Pencapaian tujuan perusahaan semakin mudah dan teratur.
 3. FUNGSI STAFFING

Staffing ini sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan organizing. Karena pada
intinya adalah menampatkan orang di tempat yang tepat.
Tetapi, staffing ini tidak melulu soal tenaga kerja saja. Tetapi lebih ke semua
sumber daya yang ada, seperti peralatan, inventaris, dll. Nah, mengapa hal ini
menjadi penting? Karena, terkadang 1 divisi tidak terlalu membutuhkan barang A
misal, tetapi divisi lain sangat membutuhkannya.
Baca : Peluang Kerja Sampingan untuk Mahasiswa dan Pelajar
Jadi, sangat penting bisa mengetahui kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi di
setiap unit. Adapun fungsi staffing mencakup hal berikut :
1. Perencanaan SDM yang ada
2. Jika kurang adakan rekruitmen tenaga kerja
3. Melakukan seleksi bagi mereka yang mendaftar
4. Pengenalan tentang perusahaan dan melakukan orientasi
5. Pelaksanaan kerja
6. Evaluasi terhadap kinerja
7. Pemberian reward and punishment berdasarkan hasil evaluasi
8. Pemberian pengembangan karir
Nah, itu tadi adalah fungsi staffing. Sekarang kita akan membahas fungsi
manajemen berikutnya yaitu coordinating.
4. FUNGSI COORDINATING (PENGARAHAN /
MENGKOORDINASI)

Fungsi Coordinating juga biasa disebut dengan fungsi Directing, yang artinya
sama yaitu mengarahkan. Jadi, Coordinating atau directing adalah fungsi yang
bertujuan untuk meningkatakan keefektivitasan serta efisiensi kerja yang optimal
Directing alias fungsi pengarahan merupakan fungsi untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kinerja dengan optimal dan menciptakan suasana
lingkungan kerja yang dinamis, sehat dan yang lainnya. Ada beberapa aktivitas
yang dilakukan pada fungsi pengarahan:
1. Menerapkan dan mengimplementasikan proses kempimimpinan, pembimbingan

serta motivasi kepada para pekerja supaya dapat bekerja dengan nyaman, baik dan
tentunya maksimal. Sehingga mampu mencapai target yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Memberikan tugas beserta penjelasannya secara rutin yang berhubungan dengan
pekerjaan
3. Menjelaskan tentang semua kebijakan yang telah berlaku dan ditetapkan.
Diluar itu, fungsi directing juga memerlukan seorang pemimpin/manager yang
mumpuni. Karena, pasti ditengah jalan ada aja masalah yang dihadapi oleh
pegawai. Karena itulah, diperlukan sosok pemimpin yang mampu mengayomi dan
memberikan solusi jikalau problem-problem terjadi saat dijalan.
5. FUNGSI CONTROLLING (FUNGSI
PENGENDALIAN / PENGAWASAN)

Terakhir adalah fungsi controlling, fungsi ini adalah fungsi yang bertugas menilai
apakah pekerjaan yang dilakukan oleh SDM yang ada sudah mencapai target atau
belum. Controlling ini sangat penting dilakukan, karena akan menentukan apakah
kualitas dari layanan atau produk tersebut terjaga atau tidak.
Karena itulah, tadi saya sudah jelaskan diawal, bahwa saat perencanaan harus ada
standard khusus bagaimana suatu pekerjaan itu diselesaikan dengan baik apa
tidak. Dengan controlling kita tahu, hal-hal apa saja yang perlu dibenahi, sehingga
akan meningkatkan mutu pelayanan kita.
AKTIVITAS DALAM FUNGSI PENGENDALIAN

Adapun aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam fungsi pengendalian antara lain :


1. Melakukan evaluasi secara mendalam, apakah pekerjaan yang dilakukan itu
sudah mencapai target apa belum. Caranya dengan menentukan indikator/standard khusus
yang telah disepakati.
2. Jika ada penyimpangan, penurunan mutu maka segera lakukan koreksi, perbaikan
atau klarifikasi guna menjaga kepercayaan konsumen.
3. Jika ada masalah maka berikan alternative solusi yang dapat diambil, guna untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI FUNGSI
PENGAWASAN

Tentu saja ada aspek-aspek atau hal-hal yang harus dilakukan supaya fungsi
pengawasan dapat berjalan dengan baik dan efektif, antara lain :
1. Routing (Jalur), dalam hal ini pimpinan harus bisa menetapkan jalur atau cara
yang aman dan efektif sehingga meminimalisir kesalahan
2. Schedulling (Penjadwalan), pimpinan harus isa menetapkan deadline waktu yang
masuk akal. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, sehingga waktu yang diperlukan
untuk mengerjakan suatu pekerjaan itu bisa seefektif mungkin. Dan pegawai juga tidak
merasa terbebani karena deadline yang tidak masuk akal.
3. Dispatching (Perintah untuk Pelaksanaan), adalah pengawasan berupa perintah
dari atasan untuk pelaksanaan suatu pekerjaan dengan tujuan agar bisa diselesaikan tepat
waktu. Dengan adanya perintah ini, maka bisa terhindar dari pekerjaan yang
“menggantung” sehingga dapat diketahui pihak mana yang bertanggung jawab.
4. Follow Up (Tindak Lanjut), terkahir apabila pemimpin menemukan kesalahan
yang terjadi harusnya dia mencari solusi atas masalah tersebut. Jadi, pemimpin tidak
hanya menyalahkan saja, tetapi harus bisa memberikan solusi kongkrit kepada bawahan.
Selain itu pemimpin harus bisa memberikan petunjuk dan tindak lanjut atas problem yang
ditemui.
Nah itu tadi sekilas tentang 5 fungsi manajemen, 5 hal tadi sangat penting
diterapkan baik dalam organisasi apalagi di korporasi. Karena, jika manajemen
suatu perusahaan itu buruk maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak
akan berumur panjang.
Daftar Pustaka :
http://nichonotes.blogspot.co.id/

PENGERTIAN MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang.

Masalah kepemimpinan adalah masalah yang utama dalam hidup dan


kehidupan umat manusia, oleh karena itulah maka umat manusia selalu membutuhkan
kepemimpinan, sebab untuk mencapai suksesnya sebuah tujuan dan terjadinya efisiensi
kerja harus ada pemimpin. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan
semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota
untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan
pemimpin.  Untuk itu, maka gaya seseorang di dalam memimpin akan amat
berpengaruh terhadap organisasi atau lembaga yang dipimpinnya, baik pengaruh itu
bersifat positif maupun negatif terhadap organisasi tersebut. Covey menyatakan bahwa
90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada
karakter. Kepemimpinan adalah pangkal utama dan pertama penyebab daripada suatu
kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap daripada
kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
Kepemimpinan merupakan  suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan suatu
lembaga atau organisasi, sehingga kemampuan seseorang pemimpin secara efektif
merupakan kunci keberhasilan suatu lembaga atau organisasi. Maka, esensi
kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan orang lain untuk mengikuti keinginan
pemimpin. Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu
organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis, maupun di dunia pendidikan, kesehatan,
perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintahan  Negara, dan lain-lain, kualitas pemimpin
menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Sebab, kepemimpinan yang baik
adalah kepemimpinan yang mampu membawa suatu lembaga atau organisasi sesuai
dengan asas-asas manajemen sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas.

Secara eksplisit konsep kepemimpinan sudah disinggung oleh Al-Qur’an bahwa


kepemimpinan merupakan missen sacre (tugas suci) terhadap pembangunan manusia,
tugas ini merupakan bentuk manifestasi manusia sebagai khalifah fil al ardh (wakil Allah
dimuka bumi) untuk jadi pemimpin (khalifah).

Sebagaimana firman Allah SWT di bawah ini;

øŒÎ)ur tA$s% š•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû 
ÇÚö‘F{$#Zpxÿ‹Î=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ß
‰Å¡øÿム$pkŽÏùà7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8Ï
‰ôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRury7s9 ( tA$s% þ’ÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw 
  tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang Khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?"  Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."[1]

Secara langsung kepemimpinan yang ideal sudah dicontohkan oleh Nabi


Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin ditandai oleh adanya visi
misi yang agung, tujuan dan ajaran untuk membangun kekhalifahan.[2] Nabi
Muhammad SAW diutus kemuka bumi ini membawa tugas utama dalam rangka
menyelamatkan manusia dari belenggu kesesatan yaitu mengajak manusia untuk
bertauhid mengesakan Allah SWT, menuju kepada ketaqwaan dan iman, kendati terus
menerus mendapatkan cobaan, pelecehan, hinaan dan sikasaan dari mayoritas suku
quraisy, namun Nabi Muhammad SAW tetap tegak berdakwah di jalan yang benar tanpa
pamrih dan putus asa.

Setelah Rasulullah SAW wafat, maka kepemimpinan diteruskan oleh para


shahabatnya seperti: Abu Bakar As-Siddiq (11-13 H/ 632-634 M), Umar bin Khattab (13-
23 H/ 634-664 M), Usman bin Affan (23-35 H/ 664-656 M, dan Ali bin Abi Thalib (35-40
H/ 656-661 M),[3] yang di kenal dengan sebutan al-Khulafa’ al-Rasyidun, (para
pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus). Secara terintegrasi sebagai
pemimpin Agama sekaligus pemimpin Negara baik secara formal maupun substansial.
[4] Begitu seterusnya sampai sekarang kepemimpinan masih ada dan tidak bisa terlepas
dari lingkup kepemimpinan dan pemimpin.

B.  Rumusan Masalah

1.    Apakah pengertian kepemimpinan?

2.    Bagaiman teori kepemimpinan?

3.    Bagaimana Kepemimpinan prspektif islam?

4.    Macam-macam gaya kepemimpinan?

5.    Tipe-tipe kepemimpinan

6.    Bagaimana seharusnya menjadi pemimpin?

C.  Tujuan Pembahasan

1.    Mengethui berbagai pengertian kepemimpinan,

2.    Memahami teori kepemimpinan

3.    Memahami kepemimpinan prspektif islam

4.    Memahami macam-macam gaya kepemimpinan,

5.    Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan

6.    Memahami bagaimana seharusnya memimpin.


DAFTAR ISI

BAB I  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang ..............................................................................          1  

B.  Rumusan Masalah..........................................................................          2

C.  Tujuan Pembahasan.......................................................................         2

BAB II  PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia....          4

1.    Kepemimpinan.....................................................................          4

2.    Kepemimpinan Menurut Para Pakar ....................................          5

3.    Teori Kepemimpinan............................................................

4.    Kepemimpinan Prspektif Islam............................................

B.  Gaya Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.............          10

1.    Menurut W.J Redien ...........................................................          10

2.    Menurut A. M Mangunhardjana..........................................          12

3.    Menurut G. R. Terry,............................................................          14

4.    Menurut Kurt Lewin,...........................................................          15

5.    Menurut Tohardi..................................................................          16

C.  Tipe Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia..............

D.  Bagaimana seharusnya memimpin.................................................          16

1.    Pemimpin karismatik............................................................          17

2.    Pemimpin yang efektif.........................................................          18

3.    Pemimpin yang tresformatif.................................................         19

BAB III PENUTUP


A.  Kesimpulan ...................................................................................          22

Daftar rujukan................................................................................          23

                                                                                                                                   

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.

1.    Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) dan pemimpin (leader) merupakan objek dan subjek


yang banyak dipelajari, dianalisis dan direfleksikan orang sejak dahulu sampai sekarang.
Pada tahun 1993 sudah terdapat 221 definisi kepemimpinan yang ditulis dalam 587
publikasi, pada tahun 2005, Amazon.com telah mendaftar 18.299 buku kepemimpinan.
Google schoolar mendaftar 16.800 buku kepemimpinan dan 386.000 kutipan
kepemimpinan dan 3000 lebih penelitian definisi kepemimpinan sudah dilakukan
manusia.[5] Meskipun sudah banyak definisi dari kepemimpinan, namun tidak satupun
yang memuaskan, kepemimpinan didefinisikan orang sesuai sudut pandang masing-
masing sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial, budaya dan kepentingan orang
yang mendefinisikannya. Istilah kepemimpinan menyangkut tentang cara atau peroses
mengarahkan orang lain agar mau berbuat seperti apa yang pemimpin harapkan.

Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam


bahasa Inggris, leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti
pemimpin dan akar katanya to lead  yang terkandung beberapa arti yang saling
berhubungan erat seperti: bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah
awal, berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-orang lain,
membimbing, menuntun, dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.
[6]Kepemimpinan adalah usaha memimpin diawal untuk menggerakkan manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang wajib dalam
kehidupan agar kehidupan menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak
berlaku hukum rimba. Kepemimpinan juga dapat dikatakan penting apabila
memanfaatkan dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara yang tepat . Maka
dari itu seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong
perilaku yang positif dan meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan
masalah, mempelajari perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang tepat
untuk mencapai tujuan.

Kesimpulannya  bahwa kepemimpinan adalah terjemahan dari


kataleader/head/manager, yang juga disebut manajer/kepala/ketua/direktur/presiden
dan lain sebaginya pemakain istilah ini tergantung kepada kebiasaanatau kesenangan
setiap organisasi, jadi tidak perlu diperdebatkan.[7]

Kepemimpinan dalam bidang manajeman sumber daya manusia bukan lah


merupakan hal yang timbul dengan mendadak.[8] sejarah telah membuktikan bahwa
sudah sejak lama manusia hidup berorganisasi meskipun belum seintensif sekarang,
namun sudah berarti sudah sejak lama pula manajemen sumber daya manusia
diperaktekkan.

2.    Kepemimpinan Menurut Para Pakar.

Menurut Bush (2008) Kepemimpinan adalah tindakan-tindakan mempengaruhi


orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan.[9] Menurut Dirawat
kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu
memaksa orang lain agar ia menerima pengarahan itu.[10] Menurut Andrew J Dubrin
kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.[11] Menurut Robbins,
seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan Suparno, kepemimpinan adalah
kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan.

Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai
yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James Lipham, seperti yang
diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari
suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi
atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi.[12]

Menurut Hendiyat Soetopo dan Waty Soemanto, kepemimpinan sebagai suatu kegiatan
dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai dari kelompok
itu, yaitu tujuan bersama. Sedangkan pengertian kepemimpinan secara umum adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat memengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain
agar dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.[13]

Sedangkan menurut Inu Kencana Syafiie, yang diambil dari sudut pandang atau
secara etimologi, kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut.
a.    Berasal dari kata pimpin (dalam bahasa Inggris lead) berarti bimbing atau tuntun.
Dengan demikian, di dalamnya ada dua pihak, yaitu yang dipimpin (umat) dan yang
memimpin (imam).

b.    Setelah ditambah awalan pe- menjadi pemimpin (dalam bahasa Inggris leader) berarti
orang yang memengaruhi orang lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga
orang lain tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

c.    Apabila ditambah akhiran –an menjadi pimpinan artinya orang yang mengepalai. Antara
pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan, yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih
sentralistis, sedangkan pemimpin lebih demokratis.

d.   Setelah dilengkapi dengan awalan ke- menjadi kepemimpinan (dalam bahasa


Inggris leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam memengaruhi
serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses
kelompok.[14]

Sedangkan menurut Nawawi kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan


memeberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan
tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil
keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.[15]

Menurut Edi Sutrisno, kepemimpinan adalah suatu peroses kegiatan seseorang


untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, mempengaruhi,
orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.[16] Dari definisi
kepemimpinan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama
(mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh
konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan
organisasi tercapai. Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang lain
dalammencapai tujuan bersama. Dengan demikian, dia mempunyai wibawa, kekuasaan,
ataupun pengaruh (terjemahan dariauthority, power,  dan influence). Dari beberapa
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas: 1)
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu; 2) memperoleh consensus atau
suatu pekerjaan; 3) untuk mencapai tujuan manajer; 4) untuk memperoleh manfaat
bersama.

Keith Davis dalam Sutarto (1989) Leadership is ability to persuade the others to


seek defined objective enthusiastically. (kepemimpinan adalah kemampuan mengajak
orang-orang lain untuk mencari tujuan tertentu dengan penuh semangat).
Kae. H. Chung & Leon C. Megginson dalam Sutarto (1989) Leadership is the
process of influencing other people for the purpose of achieving shared
goals(kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama
untuk mencapai mencapai tujuan bersama).[17]

Freeman & E. K. Taylor dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to create
group action toward an organizational objective with maximum effectiveness and
cooperation from each individual. (kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menciptakan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas
maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu).

Dubin dalam Sutarto (1989) Leadership is the exercise of authority and the


making of decisions.  (kepemimpinan adalah menggunakan wewenang dan membuat
keputusan-keputusan).

Frankilm G. Moore dalam Sutarto (1989) Leadership is the ability to make act


the way the leader want.  (kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang
bertindak sesuai dengan keinginan pemimpin).

Reuter dalam Sutarto (1989) Leadership is an ability to persuade or direct men


without use of the prestige or power of formal office or external circumstance.
(kepeminpinan adalah suatu kemampuan untuk mengajak atau mengarahkan orang-
orang tanpa memakai kekuatan jabatan formal atau keadaan luar)[18]

James M. Black dalam Sutarto (1989) Leadership is capable persuading others to


work together under directions as a team to accomplish certain designated objectives .
(kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya
bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu).

George R. Terry dalam Handoko, T. Hani, (2009) Leadership is the relationship in which


one person, or the leader, influences others to work tigether willingly on relted tasks to
attain tthat which the leaders desires. (kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam
diri seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama secara sadar
dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin).[19]

Harold Koontz & Cyrill O’Donnell dalam Sutarto (1989) Leadership is the art of
inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence.
(kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).

Richard N.Osborn, James G. Hunt, dan Lawrence R. Jauch dalam Sutarto


(1989)Leadership  – all ways in which one person exert influence over others.
(kepemimpinan – semua cara yang disitu seseorang mempunyai pengaruh).
Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler, dan Fred Massarik dalam Sutarto
(1989) Leadership as interpersonal influence, exercised in situation and directed through
the communication process, toward the attainment for a spesific soal or goals.
(kepemimpinan sebagai aktivitas saling pengaruh antar privadi, dilatih dalam situasi dan
diarahkan, melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan
khusus).

John D. Pfiffner & Robert Presthus dalam Sutarto (1989) Leadership is the art of
coordinating and motivating individuals and groups to achieve desired ends.
(kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalahsuatu peroses memberi arahan, motivasi, menggerakkan, mempengaruhi dan
menciptakan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan operasional baik yang bersifat
duniawi maupun ukhrowi sesuai dengan nilai syariat islam.

Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam antara lain


memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintahm
memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberiakn
penghargaan, memberi kedudukan, memberikan tugas, memberikan tanggung jawab,
memberikan kesempatan mewakili, mengajak, meminta
saran atau pendapat,pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memnerikan
motivasi, membela, mendidik, membimbing, mempelopori, memberikan petunjuk,
menegakkan disiplin, memberikan teladan, memberikan arah, memberikan keyakinan,
mendorong kemajuan, menciptakan perubahan, memberikan ancaman, memberikkan
hukuman, dan lain-lain.

Setelah kita mengetahui belbagi arti dari kepemimpinan menurut para ahli tak
lupa disamping itu ada peran kepemimpinan yang  harus ada pada pemimpin
yaitupertama peran sebagai pelayan, pemimpin adalah pelayan bagi para pengikutnya
atau bawahannya, maka ia wajib memberikan kesejahtraan bagi
pengikutnya, kedua sebagai pemandu, pemimpin adalah pemandu yang memberikan
arahan kepada pengikutnya untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagi pengikutnya
agar selamat sampai tujuan.[20]

Titik tekan yang harus diperhatikan dari definisi kepemimpinan diatas dapat
disimpulkan menjadi tiga impliasi penting diantaranya pertama, kepemimpinan
menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kedua kepemimpinan menyangkut
suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara pemimpin dan anggota
kelompoknya. Ketiga kepemimpinan menyangkut seni mempengaruhi orang lain,
dengan kata lain para pemimpin tidak hanya memerintahkan bawahan tetapi juga
mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya, sebagai contoh
seorang kepala sekolah dapat mengarahkan para guru melaksanakan tugas tertentu,
tetapi dia juaga dapat mempengaruhi dan menagarahkan bagaimana menyelesaikan
tugas dengan tepat dan benar.

3.    Teori Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.

a.    Teori Genetis

Teori ini menyatakan bahwa “leader are born and nor made” (pemimpin itu
dilahirkan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan
pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang
ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak akan muncul
sebagai pemimpin.

Seorang ahli di bidang Manajemen, yaitu Peter F. Drucker dalam pendiriannya


mengatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, dan bukan hasil pembentukan. Bahkan
dalam tulisannya ia mengatakan bahwa;

 Leadership is of utmost importance. Indeed there is no substitute fo it. But leadership


cannot be created or promoted. It can not be taught or learned. But management
created leaders. It can only created the conditions under wich potential leadership
qualities become effective; or it can stifle leadership.[21]

Pandangan ini mengetengahkan suatu preposisi bahwa kepemimpinan


ditentukan oleh sifat dan ciri pribadi pemimpin yang mempengaruhi para bawahannya.
Jadi, kepemimpinan merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang tidak bisa
dipelajari, tetapi hanya bisa dibentuk melalui pembentukan dari awal. Dalam
kepemimpinan islam suadah barang tentu melekat sifat-sifat yang dibawa oleh para
Nabi dan Rasul yang mana kepemimpinan Nabi dan Rasul ditunjang dengan sifat-sifat
terpuji seperti: jujur (shiddiq), dapat dipercaya (amanah), menyampaikan (tabligh), dan
cerdas (fathanah).[22] Yang kemudian di sebut sebagai sifat profetik, sifat yang
fundamental didalam kepemimpinan islam.

b.   Teori Sosial

Teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu
dibuat atau dididik bukannya kodrati). Teori ini lahir sebagai hasil dari ketidakpuasan
terhadap teori genetis. Teori ini memandang bahwa keberhsilan kepemimpinan lebih
banyak tergantung kepada perilaku (behavior), keterampilan (skills) dan tindakan
(actions) pemimpin dan kurang tergantung pada sifat-sifat peribadi.[23] Jadi, teori ini
merupakan kebalikan inti Teori Genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila
diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

c.    Teori Ekologis

Teori ekologis ini pada intinya menekan bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini  menggabungkan segi-
segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang
paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam
masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang
menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

4.    Kepemimpinan Perspektif Islam

Pada dasarnya Al-Qur’an tidak pernah secara tersirat menyebutkan kata


kepemimpinan (leadership), karena kepemimpinan merupakan istilah dalam manajemen
organisasi. Meskipun demikian, bukan berarti Al-Qur’an tidak membicarakan sama sekali
masalah kepemimpinan, Al-Qur’an mengemukakan istilah imam, a’immah, wali,
awliya’ dan khalifah dan lain-lain yang merupakan kata lain dari pemimpin dan
kepemimpinan, Al-Qur’an juga mengemukakan tentang prinsip-prinsip dasar
kepemimpinan seperti amanah (‘amanah), keadilan (al-‘adl) dan musyawarah (syura).

Persoalan kepemimpinan dalam islam sejatinya sudah di sebutkan sejak manusia


berada di muka bumi dengan istilah khalifah fil ardh, disebabkan karena islam
memandang manusia sebagai pemimpin yakni wakil Allah SWT di muka bumi,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

øŒÎ)ur tA$s% š•u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) ×@Ïã%y` ’Îû 
ÇÚö‘F{$#Zpxÿ‹Î=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ß
‰Å¡øÿム$pkŽÏùà7Ïÿó¡o„ur uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8Ï
‰ôJpt¿2 â¨Ïd‰s)çRury7s9 ( tA$s% þ’ÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw 
  tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?"  Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."[24]
                Dari ayat diatas bahwa Allah SWT memakai kata khalifah ada kaitannya dengan
pengertian khilafah yang berarti pemimpin. Manusia mengemban amanat kekhalifahaan
karena kemampuannya dalam berfikir dan mempergunakansimbol-simbol komunikasi
(al-asma’a kullaha).

Kata khalifah berasal dari akar kata kh-l-f yang dalam Al-Qur’an disebut


sebanyak 127 kali dalam 12 kata jadian maknanya berkisar diantara kata kerja yakni
menggantikan, meninggalkan atau kata benda pengganti atau penerus.[25]

Senada dengan definisi yang diungkapkan oleh Abul ‘Ala Al- Maududi asal
pakistan tokoh yang mendirikan organisasi Jema’ati Islam Pakistan, beliau mengatakan
dalam bukunya Al-Khilafah Wa Al-Mulk, bahwa khalifah berasal dari kata yang sama
dengan khilafah yang berarti kekuasaan atau kepemimpinan.[26] Pernyatan ini sekaligus
menjadi teori islam tentang Negara dan pemerintahan yang berfungsi sebagai pengatur
umat dalam menegakkan amanah dan keadilan.

Khalifah secara bahasa juga berarti pemimpin, penerus, pengganti, pelanjut Nabi
Muhammad SAW.[27] Sedangkan menurut istilah khalifah adalah pengganti orang lain,
baik karena absennya orang yang digantikan, karena meninggalnya orang yang
digantikan, maupun alasan-alasan yang lain.

Khalifah menurut Ali Abdul Raziq berarti juga Al-Sultan Al-A’dzam yaitu


kekuasaan yang paling besar atau paling tinggi.[28] Sedangkan menurut Ibn Khaldun
kekhalifahan adalah memerintahkan rakyat sesuai dengan petunjuk Agama baik soal-
soal keakhiratan dan keduniawian, sebab dalam pandangan pembuat undang-undang,
semua soal keduniawian ini harus dihukumi dari kepentingan hidup keakheratan.
[29]Oleh karena itu hakekat khalifah atau kekhalifahan merupakan pengganti Nabi
Muhammad SAW sebagai penegak agama dan sebgai pengatur soal-soal duniawi
dipandang dari segi agama.

Diayat lain disebutkan Allah SWT berfirman:

ߊ¼ãr#y‰»tƒ $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ Zpxÿ‹Î=yz ’Îû ÇÚö‘F{$# Läl÷n$
$sùtû÷üt Ä¨$¨Z9$# Èd,ptø:$$ΠŸwur ÆìÎ7®Ks? 3“uqygø9$# 
y7¯=ÅÒãŠsù `tãÈ@‹Î6y™ «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒtƒ `tã 
È@‹Î6y™ «!$# öNßgs9Ò>#x‹tã 7‰ƒÏ‰x© $yJΠ(#qÝ¡nS tPöqtƒ É>$|
  ¡Ïtø:$# ÇËÏÈ
Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.[30]
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

uqèdur “Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚö‘F{$# yìsùu‘ur 
öNä3ŸÒ÷èts-öqsù <Ù÷èt ;M»y_u‘yŠ öNä.uqè=ö7uŠÏj9 ’Îû !$tB ö
ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7u‘ßìƒÎŽ|  É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Ö‘qàÿtós9 
  7LìÏm§‘ ÇÊÏÎÈ
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[31]

Diantara potensi yang diberkan Allah SWT kepada manusia adalah kemampuan
memimpin untuk menjaga kelestarian alam yang diberikan Allah dan bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya.[32]

a.    Ciri-Ciri Kepemimpinan dalam Islam.

Dalam islam kepemimpinan (khilafah) memiliki ciri pembeda dari pemimpin non
islam (otoriter, liberal), ciri-ciri itu sebagaimana yang telah dijelakan oleh Veithzal Rivai
& Arviyan Arifin (2009) sebagai berikut:

1)   Menjunjung tinggi syariat islam dan akhlak islam

2)   Memegang teguh amanah

3)   Rendah hati, tidak sombong dalam memimpin

4)   Setia, pemimpin dan yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah SWT

5)   Disiplin, konsisten dan konsekuen dalam segala tindakan

6)   Terikat pada tujuan.[33]

Sesungguhnya kepemimpinan tidak terlepas dari ikatan dan tujuan yang


seharusnya di jalankan baik bersifat abstarak maupun riel.

b.   Sifat-Sifat Kepemimpinan dalam Islam

Salah satu kreteria pemimpin yang profetika adalah sebagaimana yang


dijelaskan oleh Sukarna dalam Amrullah adalah sebagai berikut: benar, jujur, adil, tegas,
ikhlas, pemurah, ramah, merendah, dan alim.[34]
Al-Mawardi berpendapat lain didalam bukunya Al-Akhkam Al-
Sulthaniyyahmenyaratkan seorang pemimpin harus memiliki perilaku yang dicontohkan
dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang mendasar dari sifat-siafat sebagai
berikut:‘al-adl ( adil), as-shiddiq (jujur), al-amanah (dapat dipercaya), al-
wafa’ ( menepati janji), shahibu al-‘ilm wa ‘aql  (memiliki pengetahuan dan mampu
perfikir), as-syaja’ah(pemberani), as-syakha’ (dermawan), ar-rahman (kasih sayang), as-
shabr (sabar), al-iffah wa al-haya’ (mengendalikan diri dan malu berbuat jelek), al-
quwwah (memiliki kekuatan), al-khibrah al-siyasiyah wa al-idariyah  (cerdik manajerial
dan politik) dan yang terahir al-qudrah ala tasyji’  (mampu memotivasi).[35]

Sejalan dengan uraian diatas, menurut Permadi (2006) pada dasarnya sifat
kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin anata lain sebagi berikut: beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, sehat jasmani dan rohani, berilmu, berani, terampil,
bijaksana, adil, jujur, penyantun, demokratis, paham keadaan ummat, berkurban,
qanaah, istiqamah dan ikhlas.[36]

            Dalam Al-Qur’an disebutkan yang menjadi karaktristik kepemimpinan islam;

tûïÏ%©!$# bÎ) öNßg»¨Y©3¨B ’Îû ÇÚö‘F{$# (#qãB$s%r& no4qn=
¢Á9$#(#âqs?#uäur no4qŸ2¨“9$# (#rãtBr&ur Å$rã÷èyJø9$$Π
  (#öqygtRur Ç`tã̍s3ZßJø9$# 3 ¬!ur èpt6É)»tã Í‘qãBW{$# ÇÍÊÈ

(Yaitu) Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
[37]

                Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan dalam


islam mempunyai rujukan naqliyah, artinya ada isyarat-isyarat Al-Qur’an yang
memperkuat perlu dan pentingnya kepemimpinan. Satu hal yang sangat perinsip yang
harus dilaksanakan oleh seseorang pemimpin dalam mengemban amanahnya yakni
keadilan (al-‘adl), amanat (’amanah) dan musyawarah (syura).

                Dalam konsep islam semua orang adalah pemimpin dan setiap orang harus
mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan kelak di akherat. Adanya
pertanggungjawaban ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin pada level dan posisi
apapun niscaya mengemban amanah yang harus di laksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.

B.  Gaya Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.


Gaya adalah sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang
bagus, kekuatan dan kesanggupan untuk berbuat baik. Gaya kepemimpinan
menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap
yang mendasari perilaku seseorang.

Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seseorang pemimpin


baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Pada suatu proses
kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin biasanya mempunyai sifat, kebiasaan
temperamen watak keperibadian sendiri yang unik dan khas. Kekhasannya gaya
hidupnya sedikit banyak pasti mempengaruhi dan mewarnai kepemimpinannya.
Sehingga muncullah suatu gaya kepemimpinan tertentu.

Menurut W. J Redin membentuk tiga pola dasar gaya kepemimpinan yaitu: task


orientation (kepemimpinan yang beroreantasi tugas), relationship
orientation(kepemimpinan berorentasi hubungan kerja) dan effectives
orientation (kepemimpinan yang berorientasi hasil yang efektif).[38] Gaya
kepemimpinan yang efektif ini merupakan gaya kepemimpinan yang dapat
mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, mempertimbangkan kekuatan yang ada
pada tiga unsur yaitu dari pemimpin, bawahan dan situasi secara menyeluruh serta
menggerakkan orang-orang yang dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh
semangat dalam mencapai tujuan organisasi.[39]Pada fakta riilnya, gaya kepemimpinan
yang efektif ada empat, yaitu sebagai berikut.[40]

1.      Gaya Instruktif

Penerapannya pada bawahan masih baru atau bertugas. Adapun cirri-ciri gaya
kepemimpinan instruktif adalah sebagai berikut:

a.       Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan
dilakukan

b.      Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat

c.       Kadar direktif tinggi

d.      Kadar semangat rendah

e.       Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai

f.       Kemampuan motivasi rendah

g.      Tingkat kematangan bawahan rendah.

2.      Gaya Konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi namun kemauan
rendah. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:

a.       Kadar direktif rendah

b.      Semangat tinggi

c.       Komunikasi dilakukan secara timbal balik

d.      Masih memberikan pengarahan yang spesifik

e.       Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai walaupun


bawahan dianggap belum mampu

f.       Tingkat kematangan pegawai rendah ke sedang

3.      Gaya Partisipatif

Kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas,


dan nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang
kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai
suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk
mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengerahkan
tim kepada tercapainya consensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini
adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi,
tujuan, dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya.

Gaya partisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan


rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi. Cirri-cirinya adalah sebagai berikut:

a.       Pemimpin melakukan komunikasi dua arah

b.      Secara aktif mendengar dan respon segenap kesukaran bawahan

c.       Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional

d.      Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan

e.       Mendorong bawahan untuk berpartisipasi

f.       Tingkat kematangan bawahan dari sedang ke tinggi.

4.      Gaya Delegatif

Penerapannya bagi bawahan yang memiliki kemampuan dan kemauan tinggi.


Ciri-ciri gaya kepemimpinan delegatif adalah sebagai berikut:

a.       Memberikan pengarahan bila diperlukan saja


b.      Memberikan semangat dianggap tidak perlu lagi

c.       Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas

d.      Tidak perlu memberi motivasi

e.       Tingkat kematangan bawahan tinggi.[41]

Sedangkan Menurut A. M Mangunhardjana, dilihat dari perbedaan cara


menggunakan wewenangnya, pada garis besarnya kita mengenaltiga gaya
kepemimpinan, yaitu gaya otokratis, liberal, dan demokratis. Masing-masing gaya
kepemimpinan itu menentukan hubungan antara kekuasaan pemimpin dan kebebasan
mereka yang dipimpin. Dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.    Gaya Kepemimpinan Otokratis.

Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai
yang dikuasai. Termasuk gaya ini kita menjumpai pemimpin-pemimpin yang melakukan
hal-hal berikut.Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang
datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya
peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.Pemimpin
secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai
tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian
perintah.Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki
kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah
serta menjatuhkan hukuman.Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan.

a.    Mengatakan segala sesuatu harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpin. Inilah gaya
kepemimpinan dictator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini
hanyalah member perintah, aturan, dan larangan.

b.    Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya. Inilah gaya
kepemimpinan seorang presiden direktur dalam suatu perusahaan besar. Menurut gaya
ini, pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya
sekaligus. Kemudian, perumusan masalah dan pemecahannya itu dijual kepada
bawahannya.

2.    Gaya Kepemimpinan Liberal.

Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara


pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri
masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara
pemecahannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah
dewasa dan betul-betul insaf akan tujuan dan cita-cita bersama sehingga mampu
menghidupkan kegiatan bersama.

3.    Gaya Kepemimpinan Demokratis.

Dalam gaya ini pemimpin berusaha membawa mereka yang dipimpin menuju ke
tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar. Terrmasuk kedalam
gaya ini, kita jumpai pemimpin yang dalam usaha membawa mereka yang dipimpin
menuju ke tujuan dengan hal-hal berikut.

a.    Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya.


Menghadapi masalah serta carapemecahannya yang disajikan oleh pemimpin itu,
mereka yang dipimpin bebas untuk menggarapnya, mengubah, menambah, dan
menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usul dan saran
mereka.

b.    Mengajak mereka yang dipimpinnyauntuk bersama merumuskan masalah dan cara


pemecahannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang
yang sudah dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang
tinggi.

Dalam setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses


kepemimpinannya, terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan
yang lainnya. Hal ini sebagaimana menurut G. R. Terry, seperti yang dikutip oleh Maman
Ukas,[42]

1.      Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini,


segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu
dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang
bersangkutan.

2.      Tipe kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan


yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media nonpribadi baik rencana atau
perintah juga pengawasan.

3.      Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter


biasanyabekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Iabekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

4.      Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis


menanggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggungjawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar
setiap anggota turut bertanggungjawab, seluruh anggota ikut serta dalam segala
kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap
anggotadianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.

5.      Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan


oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan
kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti
halnya seorang bapak kepada anaknya.

6.      Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya, timbul dari


kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya
system kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan
dan biasanya akan  muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada
dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.

Menurut Kurt Lewin, sebagaimana yang dikutip oleh Maman Ukas


mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian sebagai berikut.

1.      Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia


bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus
diataati.

2.      Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari


kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab
tentang pelaksanaan tujuannya. Hal ini agar setiap anggota turut serta dalam setiap
kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap
anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang
diinginkan.

3.      Laissez faire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada


bawahannya, kemudian menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan
menerima laporan-laporan dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak
terlalu mau ambil inisiatif, dan semua pekerjaan tergantung pada inisiatif dan prakarsa
dari para bawahannya. Dengan demikian hal tersebut dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

Kesimpulan gaya kepemimpinan pemakalah lebih condong dengan pendapat


Tohardi dalam bukunya Edi Sutrisno (2009),[43] beliau menyebutkan gaya
kepemimpinan dapat dikelompokan menjadi sepuluh gaya diantaranya: 1) gaya
persuasif yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah
perasaan, pikiran, ajakan dan bujukan, 2) gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan
dengan menggunakan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa
ketakutan, 3) gaya partisipatif yaitu gaya pemimpin dimana memberikan kesempatan
kepada bawahan secara aktif baik secara mental, spiritual, fisik maupun materil dalam
kifrahnya sebagai pemimpin organisasi, 4) gaya inovatif, 5) gaya investigatif, 6) gaya
insfektif, 7) motivatif, 8) gaya edukatif, 9) gaya naratif yaitu pemimpin yang banyak
bicara namun tidak kerja, dan 10) gaya retrogresif yaitu pemimpin yang tidak suka
bawahan maju apalagi melebihi dirinya.

C. Tipe Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Tipe kepemimpinan merupakan faktor penentu yang senantisa menjadi tolak


ukur sebuah pemerintahan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang di
jelaskan oleh Max Weber yang mengatakan kepemimpinan dibedakan menjadi
tiga menurut jenis otoritas yang disandannya, yaitu: Otoritas Karismatik, Otoritas
Tradisional,  dan  Otoritas Legal Rasional.[44]

Otoritas Karismatik, yaitu kepemimpinan berdasarkan pengaruh atau turun


temenurun, bahwa peletakan kesetiaan pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau sifat-
sifat individu yang patut dicontoh memiliki sifat yang jujur, cerdas dan sifat-sifat terpuji
lainnya, dan pola-pola normatif yang diperlukan yang ditasbihkan olehnya.
[45]Disamping itu Max Weber juga mengatakan titik berat dari karismatik terletak bukan
pada siapa pemimpin tersebut, tetapi bagaimana ia ditanggapi oleh mereka yang berada
dibawah kekuasaannya. Disamping itu disebutkan juga bahwa karisma terkadang
terletak pada persepsi-persepsi rakyat yang dipimpinnya.[46]

Otoritas tradisional, yaitu kepemimpinan yang dimiliki berdasarkan pewarisan


turun temenurun. jenis kepemimpinan ini didasari oleh kepercayaan yang telah mapan
terhadap kesucian tradisi yang ada dan legitimasi atas status wewenang di bawah
otoritas tradisional. Kepemimpinan jenis ini diperoleh atas dasar sejarah seorang
pemimpin yang memperoleh jabatan kepemimpinan itu karena faktor keturunan,
seperti raja atau kepala suku.

  Otoritas Legal Rasional, yaitu kepemimpinan yang dimiliki berdasarkan jabatan


serta kemampuannya. Jenis ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan kepada
kepercayaan atas legalitas pola-pola normatif dan hak bagi mereka yang diangkat
menjadi pemimpin.

D. Bagaimana Seharusnya Memimpin

Dalam sebuah lembaga pendidikan tentu sosok pemimpin yang paling


diidamkan dan di harapakan adalah seorang pemimpin yang ideal dan dapat menjadi
contoh suri tauladan yang baik, bersifat Shiddiq ( benar dan jujur), amanah (terpercaya,
kredibel), tabligh (komunikatif), dan fathanah (cerdas),[47] maka disini setidaknya
pemimpin harus memiliki daya tarik tersendiri (karismatik), pesioner atau transformatif
dan efektif.

1.    Pemimpin Karismatik

Kata Kharisma adalah berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti” Berkat
yang terinspirasi secara agung, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau
memprediksikan peristiwa masa depan.”[48] Max Weber, sebagaimana dikutip olehGary
Yukl, mengatakan bahwa Istilah charisma sesungguhnya hanya untuk menjelaskan
sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal, akan
tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan luar biasa.
Kharisma sesungguhnya terjadi ketika terdapat sebuah krisis social, pada saat itu pula
seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi
untuk krisis itu, pemimpin tersebut menarik simpati pengikutnya sekaligus menawarkan
visi dan solusi, dan pada saat itu pula mereka mengalami perubahan dan keberhasilan
yang luar biasa, maka pada saat itu pemimpin tersebut dianggap oleh pengikutnya
sebagai orang yang luar biasa.

Untuk bisa mewujudkan pemimpin yang kharismatik, seorang pemimpin perlu


memiliki inteligensi yang tinggi, kematangan sosial, memiliki motivasi dan orientasi pada
pencapaian, memiliki kepercayaan diri dan keterampilan komunikasi yang baik.

Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang mampu membawa


perubahan dalam sebuah lembaga atau organisasi, masalah ini diyakini karena
kepemimpinan kharismatik terdidik secara alami melalui pembawaan yang dalam diri
manusia, dimana sifat ini tidak bisa dimanipulasi dengan cara apapun. Performanya
selalu menampilkan sesuatu yang mengagumkan dan mengesankan, baik
dalam bertutur ataupun berkata, ketika melangkah ataupun bertingkah selalu
menonjolkan sesautu yang membuat orang lain terpaku. sebagai orang yang dihormati,
disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan kharismatik
menginginkan anggota organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan
pemimpin tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan.

2.    Pemimpin yang Efektif

Konsep tentang pemimpin yang efektif lebih banyak berasal dari dunia usaha
dan industri dibanding bidang-bidang lainnya termasuk pendidikan. Dalam hal ini penulis
berusaha meramu berbagai konsep tersebut agar dapat diterapkan pada dunia
pendidikan. Penulis juga melihat bagaimana konsep kepemimpinan yang efektif.

            Pemimpin yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menempatkan


orang-orang sehingga mereka tidak bekerja menurut kehendaknya masing-masing dan
menitikberatkan pada kepercayaan. Dia mampu membangun kepercayaan antara satu
sama lain dan kompeten terhadap apa yang dikerjakannya.

Menghadirkan seorang pemimpin yang efektif merupakan dambaan banyak


sekolah. Oleh karena fenomena kepemimpinan itu bersifat multikompleks dan unik,
tidak terlalu mudah merekrut pemimpin yang benar-benar memenuhi persyaratan ideal.
Persyaratan ideal seorang pemimpin sangat mungkin bisa disusun melalui kajian
akademik. Namun, tetap saja akan ada bolong-bolongnya, ketika mereka yang
dipandang paling memenuhi syarat pun berhasil direkrut. Pemimpin banyak berhadapan
dengan banyak orang dan tidak ada satu orang pun yang sama potensi dan karakternya.

a.    Ciri-ciri Pemimpin Efektif

1)        Jujur, Kejujuran meningkatkan derajat kredibilitas pemimpin, sehingga membangkitkan


kepercayaan dan keyakinan banyak orang kepada mereka. Bawahan ikut mendorong
kebanggan yang lebih besar pada pemimpin yang jujur dan kredibel dalam organisasi.
Mereka menghendaki pemimpin yang lebih kuat semangatnya dalam kerja sama tim,
serta lebih menonjolkan perasaan kepemilikan dan tanggungjawab pribadi.

2)        Melakukan apa yang mereka katakan akan dilakukan.

3)        Menepati janji dan melaksanakan komitmen mereka.

4)        Memastikan tindakan-tindakan mereka konsisten dengan keinginan komunitas yang


dipimpinnya.

5)        Memiliki gagasan yang jelas mengenai apa yang orang lain nilai dan apa yang bisa
mereka lakukan.

6)        Percaya pada nilai yang melekat pada diri orang lain.

7)        Mengakui kesalahan. Mereka menyadari bahwa mencoba untuk menyembunyikan


kesalahan adalah merusak dan mengikis kredibilitas.

8)        Menciptakan iklim saling percaya dan terbuka.

9)        Membantu orang lain untuk bisa sukses dan merasa diberdayakan.

10)    Mendorong anggota untuk berbuat lebih banyak.

11)    Pemimpin menunjukkan anggota mereka tidak hanya sebagai boneka atau pengambil
keputusan. Anggota lebih menghormati pemimpin ketika mereka menunjukkan
keinginan untuk bekerja bersama mereka.

12)    Menghindari ungkapan yang menimbulkan kebencian, keengganan, dan resistensi.[49]

3.    Pemimpin yang Transformatif.


Istilah transformasional dari kata to transform, yang bermakna
mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
Misalnya mentransformasikan visi menjadi realita. Kepemimpinan transformatif hadir
menjawab tantangan zaman yang penuh dengan perubahan. Dalam terminologi
motivasi Maslow, manusia di era ini adalah manusia yang memiliki keinginan
mengaktualisasikan dirinya, yang berimplikasi pada bentuk pelayanan dan penghargaan
terhadap manusia itu sendiri.

Pemimpin transformasional yaitu pemimpin yang selalu menunjukkan kepada


proses pembangunan komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan
kepada pengikut untuk mencapai sasaran tersebut. Beberapa teori kepemimpinan
transformasional mempelajari juga bagaimana para pemimpin mengubah dan
membangun budaya organisasi agar lebih konsisten unutk mencapai sasaran
organisasional

Dalam definisi lain tentang kepemimpinan tarnsformasioanal, adalah tipe


pemimpin yang mengilhami pengikut-pengikut untuk mengatasi kepentingan-
kepentingan diri mereka demi kebaikan organisasi dan mampu menimbulkan efek yang
mendalam dan luar biasa terhadap pengikut-pengikutnya.[50] Kepemimpinan
transformatif atau transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan
penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat yang
terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan yang
memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling
berpengaruh. Pemimpin transformatif adalah pemimpin yang memiliki pandangan jauh
ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat
ini tapi di masa datang. Oleh karena itu, pemimpin transformatif adalah pemimpin yang
dapat dikataan sebagai pemimpin yang visioner.[51]

Konsep awal pemimpin transformatif ini dikemukakan oleh Burn yang


menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses dimana
pemimpin dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi.[52]. Seorang pemimpin dikatakan transformatif diukur dari
tingkat kepercayaan, kepatuhan, kekaguman, kesetiaan, dan rasa hormat para
pengikutnya. Para pengikut pemimpin transformatif selalu termotivasi untuk melakukan
hal yang lebih baik lagi untuk mencapai sasaran organisasi.

Diahir makalah ini, kami menyimpulkan bahwa sosok pemimpin yang diharapkan
diabad dua puluh satu ini adalah pemimpin yang berperinsip menurut reinhartz dan
beach (2004) sebagai berikut:

a)    Kepemimpinan yang dapat dipercaya (credible)

b)   Kepemimpinan harus menggunakan kebenaran


c)    Kepemimpinan harus menggunakan pengethuan nilai inti bersama

d)   Kepemimpinan harus mendengarkan seluruh suara guru, siswa, staf, orang tua, dan lain-
lain

e)    Kepemimpinan harus meghasilkan visi yang baik

f)    Kepemimpinan harus berdasarkan data yang benar

g)   Kepemimpinan harus berjalan dengan introsfeksi dan refleksi

h)   Kepemimpinan harus memberdayakan dirinya sendiri dan orang lain, serta melibatkan
orang lain dalam informasi dan pengambilan keputusan.

i)     Kepemimpinan melibatkan pengidentifikasian dan perlakuan terhadap hambatan-


hambatan personal dan organisasional untuk berubah.[53]

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1)   Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerja sama (mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan
untuk memperoleh konsensus anggota organissasi untuk melakukan tugas manajemen
agar tujuan organisasi tercapai.Pemimpin adalah orang yang dianut oleh orang-orang
lain dalammencapai tujuan bersama.
2)   Pada suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan
suatu gaya kepemimpinan tertentu, antara lain gaya task orientation (kepemimpinan
yang beroreantasi tugas), relationship orientation(kepemimpinan berorentasi hubungan
kerja) dan effectives orientation(kepemimpinan yang berorientasi hasil yang efektif).

3)   Sosok seorang pemimpin yang ideal yang diharpkan adalah sosok yang memiliki sifat dan
karakter karismatik, transformatif dan efektif.

Kami menyimpulkan bahwa sosok pemimpin yang diharapkan diabad dua puluh
satu ini adalah pemimpin yang berperinsip menurut Reinhartz dan beach (2004) sebagai
berikut:

a)    Kepemimpinan yang dapat dipercaya (credible)

b)   Kepemimpinan harus menggunakan kebenaran

c)    Kepemimpinan harus menggunakan pengethuan nilai inti bersama

d)   Kepemimpinan harus mendengarkan seluruh suara guru, siswa, staf, orang tua, dan lain-
lain

e)    Kepemimpinan harus meghasilkan visi yang baik

f)    Kepemimpinan harus berdasarkan data yang benar

g)   Kepemimpinan harus berjalan dengan introsfeksi dan refleksi

h)   Kepemimpinan harus memberdayakan dirinya sendiri dan orang lain, serta melibatkan
orang lain dalam informasi dan pengambilan keputusan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi,  Sofyan,  Islam on Leadershif, Jakarta: Lintas Pustaka, 2006.

Amrullah & Haris Budianto, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Badeni, Kepemimpinan & Perilaku Organisasi,Bandung: Alfabeta, 2013.


Baharudin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam; Antara Teori dan PraktikYogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012.

Busro Lembari, Dirawat & Suekarto Indra Fachurdi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan,


Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Dubrin, Andrew J, The Complate Ideal’s Guides: Leadership, Edisi Kedua, Jakarta: Prenda, 2006.

Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009.

FatahYasin, Ahmad, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan


Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2012.

G. E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, terj, iilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1980.

Handoko,   T. Hani, MANAJEMEN Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2009.

Hidayat, Kamaruddin & Ahmad Gaus A.F, ISLAM, NEGARA & CIVIL SOCIETY, Gerakandan
Pemikiran Islam Kontemporer, Jakarta: Pramadina, 2005.

Kartodirja, Sartono, Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial, Jakarta: LP3ES, 1984.

Khaladun, Ibn, Mukaddimah, Terj Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.

Komariah, Aan, Visionary Leadership, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

M. Tuwah, dkk, Islam Humanis, Jakarta: PT Moyo Segoro Agung, 2002.


Martin, Rodrik, Sosiologi Kekuasaan, Terjemah, Herjoediono, Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Mawardi, Al-Akhkam Al-Sulthaniyyah, Beriut: Dar Al-Fikr, 1960.

Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia Perspektif Integratif, Malang: UIN Maliki Press,


2009.

Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.

Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: CV Haji Masagung, 1998.

Noor, Ismail, Manajemen Kepemimpinan Muhammad SAW, :Mencontoh Teladan Kepemimpinan


Rasul Untuk Kesempurnaan Manajemen Modern, Bandung:

Mizan, 2011.

Notosusasnto, Nugroho, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengantar),Jakarta:


Inti Idayu Press, 1984.

Permadi, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Raziq, Ali Abdul, Khaifah dan Pemerintahan dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1985.

Rivai,Veithzal & Arviyan Arifin, Islamic Leadership; Membangun Super Leadership Melalui


Spiritual, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Rivi, Veithzal & Dedy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 3, Jakarta: PT Raja
Wali Press, 2010.

Robbin, Stephen P., Manajemen Edisi keenam Jilid 2, Alih Bahasa: T. Hermaya, Jakarta: PT


Prenhallindo, 1999.
Said, M. Mas’ud, KEPEMIMPINAN, Pengembangan Organisasi Team Building dan Perilaku
Organisasi, Malang: UIN Maliki Press, 2010.

 Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,


1989.

Sutarto, Dasar-Dasar Kepemimpinan Organisasi, Yogyakarta: Madauniversity Press, 1995.

Syakir Kartajaya, Muhammad, dkk, Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006.

Tim, Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus,  Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeven, 1990.

Ukas, Maman, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, Bandung: Ossa Promo, 1999.

Usman,  Husaini, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan Edisi 4, Jakarta: Bumi Aksara,
2013.

Yani Anshori, Ahmad, Menuju Khilafah Islamiyah; Perjalanan Ikhwanul Muslimin,(Yogyakarta:


Siyasat Press, 2008.

Yukl, Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Leadership in Organization), Edisi Bahasa


Indonesia, Jakarta: Universitas Katholik Indonesia, 1994.

_________, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Leadership In Organisation, Alih Bahasa : Budi


Supriyanto, Edisi Kelima, Jakarta : PT. Indeks, 2009.
Manajemen Kepemimpinan – 3 Tipe dan
Gaya Kepemimpinan Bisnis
Tentu kata “pemimpin” bukanlah sebuah kata yang asing bagi kebanyakan
orang. Pemimpin adalah orang yang memang memiliki kecakapan untuk
memimpin, memiliki visi, dan mampu menuntun anak buah mencapai
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Oleh karena ini keberadaan pemimpin menjadi sangat krusial di dalam


sebuah organisasi. Tanpa pemimpin, sebuah proyek takkan berjalan.

Tanpa pemimpin, para pekerja lapangan takkan mampu berbuat banyak.


Itulah beberapa contoh yang menunjukkan fungsi keberadaan pemimpin
sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Jika Anda ingin mendapatkan materi presentasi dan materi training yang
bagus tentang LEADERSHIP dan Manajemen Bisnis, silakan KLIK
DISINI.

Tentu saja pemimpin bukan hanya dikenali dari segi teknis, atau apa
fungsi keberadaannya bagi sebuah tim.

Kepemimpinan masih membutuhkan manajemen, artinya hal-hal yang


harus dikelola dengan baik supaya kinerja pemimpin menjadi lebih efektif
dan efisien.

Singkat kata, orang akan berhadapan dengan apa yang disebut


manajemen kepemimpinan. Manajemen kepemimpinan adalah sebuah
terma yang pada intinya berhubungan dengan bagaimana seorang
pemimpin berhubungan dengan orang-orang yang dipimpinnya. Perhatian
seorang pemimpin harus diarahkan ke orang-orang tersebut.

Concern for people, demikian istilah yang digunakan untuk menjelaskan


tugas pertama pemimpin, yakni peduli terhadap kebutuhan organisasi dan
orang-orang yang dimpimpinnya.
Untuk mewujudkan kepedulian semacam itu, dibutuhkan pengelolaan
sifat-sifat kepemimpinan yang nantinya diarahkan untuk mewujudkan
kepedulian terhadap tugas-tugas yang ada di hadapan. Dengan kata lain,
pemimpin juga harus mengarahkan kepeduliannya kepada concern for
tasks.

Itulah inti dari manajemen kepemimpinan, di mana seorang pemimpin


harus mampu mewujudkan visi organisasinya dengan cara yang efektif.
Manajemen kepemimpinan berada di seputar dua hal: orang-orang (tim
yang dipimpinnya) dan tugas yang diembannya.

Lalu, apa saja yang perlu dilakukan seorang pemimpin? Ada hal-hal yang
mesti diperhatikan oleh pemimpin, sementara ada hal-hal lain yang perlu
dihindari oleh pemimpin. Hal-hal tersebut dirinci ke dalam beberapa poin,
antara lain:

1) Country Club Management


Jangan sampai seorang pemimpin memberikan porsi perhatian yang
terlalu banyak kepada relasi banyak orang (dalam rangka untuk
menciptakan harmoni), sementara tugas diabaikan.

2) Task Management
Pemimpin juga perlu menghindari fokus kepada tugas, sementara
mengabaikan moral dan spirit anggota tim.

3) Team Management
Pemimpin yang berkarakter adalah ia yang mampu memberikan perhatian
optimal, baik untuk aspek penyelesaian tugas dan juga aspek lain yakni
pengelolaan komunikasi dengan banyak orang dalam satu tim. Dengan
kata lain, ada harmoni yang perlu diciptakan, antara penyelesaian tugas
dan juga memotivasi dan memberi semangat kepada para anggota.

4) Impoverished management
Ini adalah hal yang paling buruh. Seorang pemimpin tidak mampu
menyelesaikan tugas sekaligus gagal membangun semangat tim yang
bagus.

JIka keempat poin tersebut diletakkan dalam skala, maka skala ketiga
adalah titik di mana harmoni manajemen kepemimpinan tercipta.
Sementara poin 1 dan 2 adalah ketidakseimbangan. Dan poin 4 adalah
mutlak sebuah kegagalan.

Anda mungkin juga menyukai