HO PRJL-II Ketentuan Perencanaan

HAND-OUT
MODUL PRJL – II
KETENTUAN
TENTANG
PERENCANAAN JALAN
Pembekalan/Pengujian Ahli Perencana Jalan

Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI)
HPJI/ Modul PRJL-II 1
SURVEI KONDISI JALAN
GAMBARAN UMUM
PRINSIP DASAR
KEGUNAAN
PROSEDUR
ANALISA
SURVEI JALAN
PENGUMPULAN DATA JALAN:
SECARA LANGSUNG DILAPANGAN,
SECARA TIDAK LANGSUNG,
TINGKAT KETELITIAN TERTENTU

SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
SIFAT DAN PEMANFAATAN DATA JALAN
SIFAT DATA JALAN

TIDAK CEPAT BERUBAH
CEPAT BERUBAH
CARA PELAKSANAAN SURVEI

SURVEI PRIMER / SEKUNDER
SURVEI UMUM / RINCI
PEMANFAATAN DATA
INFORMASI UMUM/MANAJEMEN
PROGRAM PEMELIHARAAN DAN PENINGKATAN
PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN
STUDI KELAYAKAN JALAN
PERENCANAAN TEKNIK JALAN
LEGER JALAN
JENIS SURVEI JALAN
SURVEI INVENTARISASI JALAN,

SURVEI PEMANFAATAN JALAN,
SURVEI PENGGUNAAN LAHAN SEKITAR JALAN
SURVEI LALU LINTAS
SURVEI LINGKUNGAN
SURVEI GEOLOGI DAN TANAH
SURVEI TOPOGRAFI
SURVEI HIDROLOGI
SURVEI BAHAN JALAN
SURVEI INVENTARISASI JALAN
(DATA ASET JALAN YANG ADA)
DIMENSI (Panjang, Lebar, Kedalaman, Ketinggian);

Perkerasan, Bahu, Saluran Drainase, Median, Trotoar, Dll
JENIS (Bahan);Perkerasan, Bahu, Saluran, Pemisah, Dll.
GEOMETRIK JALAN; Vertikal, Horizontal,
POTONGAN MELINTANG; Rumaja, RUmija, Ruwasja,
PENGGUNAAN LAHAN SEKITAR JALAN
DATA LALU LINTAS, DAN DATA UMUM LAINNYA.
PENENTUAN RUAS JALAN dan SIMPUL,
PEMBUATAN PETA JARINGAN JALAN

MANFAAT DATA INVENTARISASI JALAN,
INFORMASI UMUM (SISTEM INFORMASI),
PERENCANAAN UMUM,
STUDI JARINGAN JALAN,
STUDI KELAYAKAN JALAN,
PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN

HPJI/ Modul PRJL-II
PENGOPERASIAN JALAN. 7
A. SURVEI UMUM KONDISI JALAN
B. SURVEI RINCI KONDISI JALAN
C. SURVEI KEKUATAN JALAN
D. SURVEI KEKASARAN, ROUGHNESS
E. SURVEI KEKESATAN, SKID RESISTANCE
F. PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG

PERKERASAN
A. SURVEI UMUM KONDISI JALAN
MENGAMATI KONDISI JALAN SECARA UMUM

DILAKUKAN DARI DALAM KENDARAAN (20-30KM/JAM)
DILAKUKAN SIANG HARI DAN TIDAK HUJAN.
TIGA ORANG PETUGAS:
a. PENGAMAT KONDISI (TEKNISI YANG TERLATIH DAN

BERPENGALAMAN): MENGAMATI PERMUKAAN JALAN SECARA UMUM
DARI SETIAP SUB RUAS JALAN DAN MENILAI KONDISI JALAN DENGAN
SKALA.
b. PENCATAT FORMULIR (TERAMPIL MENILAI KONDISI JALAN):

MENCATAT DATA KONDISI JALAN PADA FORMULIR SURVEI SESUAI YANG
DIKATAKAN OLEH PENGAMAT KONDISI JALAN, UNTUK SETIAP SUB
RUAS.
c. PENGEMUDI: MENGEMUDIKAN KENDARAAN SURVEI SESUAI

KECEPATAN
HPJI/ Modul
PRJL-II YANG DIINGINKAN MEMBERITAHU PENGAMAT
9 TENTANG
AWAL DAN AKHIR DARI SETIAP SUB RUAS.
PROSEDUR SURVEI UMUM
a. KECEPATAN KENDARAAN SURVEI 20 –30 KM/JAM.
SETIAP JARAK 100 METER, PENGEMUDI MEMBERI ABA ABA KEPADA
PENGAMAT. JAGA JARAK KENDARAAN DIDEPANNYA, AGAR DAPAT
LELUASA MENGAMATI KONDISI JALAN.
b. PENGAMAT MENYEBUTKAN NILAI KONDISI JALAN,

SETELAH MENDENGAR ABA ABA DARI PENGEMUDI, YANG MERUPAKAN AKHIR
SUB RUAS.
c. PENCATAT MENULISKAN NILAI KONDISI JALAN PADA FORMULIR

SURVEI.
d. PENGAMAT LANGSUNG MENGAMATI KONDISI JALAN DI SUB RUAS

BERIKUTNYA.
e. SETIAP RUTE SURVEI DILAKUKAN DUA KALI LINTASAN.

PADA LINTASAN KEDUA, BILA ADA PERUBAHAN NILAI KONDISI JALAN,
NILAI KONDISI JALAN SEMULA DICORET DAN DIGANTI 10
HPJI/ Modul PRJL-II
TINGKAT KECEPATAN SURVEI UMUM
WAKTU SURVEI 7.00 – 17.00, ISTIRAHAT 2 JAM,

WAKTU SURVEI EFEKTIF 8 JAM/HARI.
KECEPATAN KENDARAAN SURVEI 15 - 45 KM/JAM.
EFISIENSI PENGAMATAN 85%,

PANJANG JALAN DISURVEI 170 KM LAJUR/HARI,
ATAU 85 KM JALAN 2 ARAH/HARI.
BILA ADA RUAS JALAN DIAMATI 2 X LINTASAN,
KECEPATAN SURVEI 50– 85 KM/HARI.
TIM SURVEI SATU REGU UNTUK MENJAGA KONSISTENSI

NILAI KONDISI YANG DIHASILKAN
DATA YANG DICATAT
NAMA DAN KODE LOKASI;

Propinsi, Kabupaten, Kota.
KODE SURVEI
TANGGAL SURVEI
NAMA SURVEYOR
KODE RUTE SURVEI
JALUR YANG DISURVEI;
Jalur Utama (U), Jalur Layan (L), Jalur
Tambahan (T)
NILAI KONDISI PER SUB RUAS (100 M)

KERUSAKAN DOMINAN YANG TERJADI PADA SETIAP SUB
HPJI/ Modul
RUAS (100 M)
PRJL-II 12
KONDISI JALAN
BAIK
PERKERASAN RELATIF RATA DAN TIDAK ADA KERUSAKAN
SEDANG
ADA SEDIKIT KERUSAKAN, AGAK TIDAK RATA,
KERUSAKAN TEPI RINGAN,
PELEPASAN BUTIR < 30% UNTUK SETIAP SUB RUAS.
RUSAK RINGAN
TERDAPAT BUTIR LEPAS, RETAK, KERUSAKAN TEPI JALAN,
PERMUKAAN TIDAK RATA (GELOMBANG), ALUR, LUBANG. LAJU
KENDARAAN BERKURANG.
RUSAK BERAT
KERUSAKAN KOMBINASI,
LUBANG SANGAT MENGGANGGU LAJU KENDARAAN.
LINTASAN RODA TERGANGGU
B.SURVEI RINCI KONDISI JALAN
B.1.PERKERASAN LENTUR JALAN

1. RETAK (CRACKS)
2. PERUBAHAN BENTUK (DISTORTION)
3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION/SURFACE DEFECT)
B.2. PERKERASAN KAKU
B.3. BAHU JALAN
B.4. SALURAN/DRAINASE
B.5. DAMIJA
HPJI/ Modul PRJL-II

B.6. PERLANGKAPAN JALAN 14
DILAKUKAN DENGAN BERJALAN KAKI
PADA SETIAP LAJUR JALAN BERASPAL
DILAKUKAN SIANG HARI DAN TIDAK HUJAN
PETUGAS TERDIRI DARI TIGA ORANG:

PENGAMAT KONDISI JALAN
PENCATAT FORMULIR SURVEI
PEMBERI TANDA
PROSEDUR SURVEI
1. MEMBERI TANDA CAT PUTIH

DI SETIAP JARAK 20 M
2. MENGAMATI SETIAP LAJUR JALAN,

MENETAPKAN JENIS KERUSAKAN,
MENGUKUR DIMENSI KERUSAKAN
3. MENCATAT DATA KONDISI,

MENCATAT STA AWAL STA AKHIR KERUSAKAN.
PENCATAT IKUT MENGAMATI KONDISI JALAN.
4. DILAKUKAN SELURUH LAJUR (DUA ARAH).
5. ULANGI PROSES TERSEBUT UNTUK RUAS JALAN

BERIKUTNYA.
JENIS KERUSAKAN JALAN
PERKERASAN LENTUR JALAN
RETAK (CRACKS)
RETAK HALUS (HAIR CRACKS),
BENTUK/SIFAT
LEBAR CELAH<3MM, PENYEBARAN SETEMPAT/LUAS,
MERESAPKAN AIR,
AKAN BERKEMBANG MENJADI RETAK BUAYA.
PENYEBAB
BAHAN PERKERASAN KURANG BAIK,
PELAPUKAN LAPIS PERMUKAAN, AIR TANAH,
TANAHDASAR/BAGIAN BAWAH LAPIS PERMUKAAN KURANG
HPJI/ Modul PRJL-II BAIK. 17
RETAK BUAYA (ALIGATOR CRACKS)
BENTUK/SIFAT
LEBAR CELAH>3MM, SALING BERANGKAI MEMBENTUK KOTAK

KECIL YANG MENYERUPAI KULIT BUAYA, PENYEBARAN
SETEMPAT/LUAS, MERESAPKAN AIR, BILA DIBIARKAN
AKAN BERKEMBANG MENJADI LUBANG
PENYEBAB
BAHAN PERKERASAN KURANG BAIK,

PELAPUKAN LAPIS PERMUKAAN, AIR TANAH,
TANAHDASAR/BAGIAN BAWAH LAPIS PERMUKAAN KURANG
BAIK
RETAK HALUS RETAK KULIT BUAYA
(HAIR CRACKS) (ALLIGATOR CRACKS)
RETAK PINGGIR (EDGE CRACKS)
BENTUK/SIFAT
MEMANJANG DENGAN ATAU TANPA CABANG YANG MENGARAH

KEBAHU, TERLETAK DEKAT BAHU, MERESAPKAN AIR,
BILA DIBIARKAN AKAN MENJADI BESAR DISERTAI
PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
DUKUNGAN DARI SAMPING KURANG,

BAHAN DIBAWAHNYA KURANG BAIK,
PENYUSUTAN TANAH DISEKITARNYA,
DRAINASE KURANG BAIK.
RETAK PERTEMUAN PERKERASAN DAN BAHU
(EDGE JOINT CRACKS)
BENTUK/SIFAT
MEMANJANG DAN TERJADI PADA BAHU BERASPAL,

MERESAPKAN AIR, AKAN BERKEMBANG MENJADI BESAR DAN
PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
PERMUKAAN BAHU LEBIH TINGGI DARI PERMUKAAN

PERKERASAN SEHINGGA AIR TERPERANGKAP, PENURUNAN
BAHU, PENYUSUTAN BAHAN BAHU/PERKERASAN, RODA
KENDARAAN BERAT YANG MELALUI BAHU.
RETAK PINGGIR RETAK PERTEMUAN
(EDGE CRACKS) PERKERASAN DAN BAHU
(EDGE JOINT CRACKS)
RETAK SAMBUNGAN JALAN
(LANE JOINT CRACKS)
BENTUK/SIFAT
MEMANJANG TERLETAK PADA SAMBUNGAN LAJUR LALU

LINTAS, MERESAPKAN AIR, RETAK AKAN BERTAMBAH
BESAR DAN DIIKUTI PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
IKATAN SAMBUNGAN KURANG BAIK.

RETAK SAMBUNGAN PELEBARAN
(WIDENING CRACKS)
BENTUK/SIFAT
MEMANJANG DI SAMBUNGAN ANTARA PERKERASAN LAMA DAN

BARU, MERESAPKAN AIR, RETAK BERTAMBAH LEBAR DAN
PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
IKATAN SAMBUNGAN KURANG BAIK, PERBEDAAN KEKUATAN

JALAN LAMA/BARU.
RETAK REFLEKSI
(REFLECTION CRACKS)
BENTUK/SIFAT
MEMANJANG, DIAGONAL, MELINTANG, KOTAK,

PADA LAPIS TAMBAHAN MENGGAMBARKAN POLA RETAK
LAPIS DIBAWAHNYA, MERESAPKAN AIR, DIIKUTI
PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
PERGERAKAN VERTIKAL ATAU HORIZONTAL DIBAWAH LAPIS

TAMBAHAN, SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN KADAR AIR
PADA TANAH DASAR YANG EKSPANSIF.
RETAK SUSUT (SHRINKAGE CRACKS)
BENTUK/SIFAT
SALING BERSAMBUNGAN MEMBENTUK SUDUT TAJAM,

MERESAPKAN AIR, DIIKUTI PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
PERUBAHAN VOLUME PERKERASAN YANG MENGANDUNG

TERLALU BANYAK ASPAL DENGAN PENETRASI RENDAH.

RETAK SELIP (SLIPPAGE CRACKS)
BENTUK/SIFAT
BERBENTUK LENGKUNG MENYERUPAI BULAN SABIT,

MERESAPKAN AIR, DIIKUTI PELEPASAN BUTIR.
PENYEBAB
LAPIS PENGIKAT KURANG BERFUNGSI

(JUMLAH ASPAL SEDIKIT, PERMUKAAN BERDEBU),
AGREGAT HALUS (PASIR) TERLALU BANYAK,
LAPIS PERMUKAAN KURANG PADAT.

A.2. PERUBAHAN BENTUK (DISTORTION)
ALUR (CHANNELS/RUTS)
BENTUK/SIFAT
BERBENTUK ALUR/PARIT SEJAJAR AS JALAN DILINTASAN

RODA, MENAMPUNG AIR, MENGURANGI KENYAMANAN,
MEMBAHAYAKAN PEMAKAI JALAN, DIIKUTI RETAK.
PENYEBAB
LAPIS PERKERASAN KURANG PADAT,

STABILISASI RENDAH SEHINGGA TERJADI DEFORMASI
PLASTIS.
RETAK SELIP ALUR (RUTS)
(SLIPPAGE CRACKS)
KERITING (CORRUGATIONS)
BENTUK/SIFAT
MELINTANG, MEMANJANG, KURANG KENYAMANAN,

MEMBAHAYAKAN PEMAKAI JALAN, MENAMPUNG AIR.
PENYEBAB
STABILISASI RENDAH (TERLALU BANYAK ASPAL/ AGREGAT

HALUS DAN ATAU BENTUK AGREGAT YANG BULAT/LICIN
ATAU PENETRASI ASPAL TINGGI),
LALU LINTAS DIBUKA SEBELUM PERKERASAN MANTAP
( PERKERASAN YANG MENGGUNAKAN ASPAL CAIR).
AMBLAS (DEPRESSIONS)
BENTUK/SIFAT
SETEMPAT DENGAN ATAU TANPA RETAK,

KEDALAMAN>2CM,
MENAMPUNG AIR/MERESAPKAN AIR,
MEMBAHAYAKAN PEMAKAI JALAN,
BERKEMBANG MENJADI LUBANG.
PENYEBAB
BAGIAN BAWAH PERKERASAN KURANG BAIK.

AMBLAS KERITING
(DEPRESSION) (CORRUGATION)
SUNGKUR (SHOVING)
BENTUK/SIFAT
SETEMPAT DIKENDARAN BERHENTI, KELANDAIAN YANG CURAM,
TIKUNGAN YANG TAJAM, DENGAN ATAU TANPA RETAK,
MENAMPUNG/MERESAPKAN AIR, MEMBAHAYAKAN PEMAKAI JALAN,
MENGURANGI KENYAMANAN.
PENYEBAB
STABILISASI RENDAH
(TERLALU BANYAK ASPAL/AGREGAT HALUS, BENTUK AGREGAT
BUALAT/LICIN, PENETRASI ASPAL TINGGI),
LALU LINTAS DIBUKA SEBELUM PERKERASAN MANTAP
(PERKERASAN MENGGUNAKAN ASPAL CAIR)
JEMBUL (UPHEAVEL)
BENTUK/SIFAT
SETEMPAT DENGAN ATAU TANPA RETAK,

MENGHAMBAT PENGALIRAN AIR, MERESAPKAN AIR,
MENGURANGI KENYAMANAN, MEMBAHAYAKAN PEMAKAI
JALAN.
PENYEBAB
PENGEMBANGAN TANAH DASAR, PENGEMBANGAN

PERKERASAN, TANAH DASAR EKSPANSIF.
SUNGKUR (SHOVING) JEMBUL (UP HEAVEL)

A.3. CACAT PERMUKAAN
(DISINTEGRATION/ SURFACE DEFECT)
LUBANG (POT HOLE)
BENTUK/SIFAT
SEPERTI MANGKOK,
MENAMPUNG DAN MERESAPKAN AIR, MEMBAHAYAKAN
PEMAKAI JALAN, MENGURANGI KENYAMANAN,
BERKEMBANG MEMBESAR.
PENYEBAB
ASPAL KURANG, LAPISAN TERLALU TIPIS,

BUTIR HALUS TERLALU BANYAK/SEDIKIT,
HPJI/ Modul
AGREGATE PENGUNCI KURANG,36
PRJL-II
DRAINASE KURANG BAIK.

PELEPASAN BUTIR (RAVELLING)
BENTUK/SIFAT
LUAS, MENAMPUNG DAN MERESAPKAN AIR,
MENGURANGI KENYAMANAN,
BERKEMBANG MENJADI LUBANG,
PERMUKAAN KASAR.
PENYEBAB
PEMADATAN KURANG,
AGREGAT KOTOR ATAU LUNAK, ASPAL KURANG, PEMANASAN
CAMPURAN TERLALU TINGGI.
PELEPASAN BUTIR
LUBANG (POT HOLES)
(REVELLING)

PENGELUPASAN LAPIS PERMUKAAN

(STRIPPING)
BENTUK/SIFAT
MERATA/LUAS, BERKEMBANG MENJADI LUBANG.
PENYEBAB
IKATAN LAPIS PERMUKAAN DAN BAWAH KURANG, LAPIS

PERMUKAAN TERLALU TIPIS,
LAPIS PERMUKAAN BANYAK MENGANDUNG ASPAL.
PENGAUSAN
(POLISHED AGGREGATE)
BENTUK/SIFAT
PERMUKAAN LICIN, LUAS,

MEMBAHAYAKAN PEMAKAI JALAN.
PENYEBAB
AGREGAT TIDAK TAHAN AUS THD RODA KENDARAAN,

BENTUK AGREGAT BULAT DAN LICIN.
PENGELUPASAN LAPIS PENGAUSAN
PERMUKAAN (POLISHED AGGRGATE)
(STRIPPING)
KEGEMUKAN (BLEEDING)
BENTUK/SIFAT
LUAS, PERMUKAAN LICIN,

PADA TEMPERATUR TINGGI TERJADI JEJAK RODA,
MEMBAHAYAKAN KENDARAAN,
DIIKUTI PENGELUPASAN.
PENYEBAB
ASPAL TERLALU BANYAK,

LAPIS PENGIKAT/RESAP PENGIKAT TERLALU
BANYAK.
PENURUNAN PADA PEMASANGAN UTILITAS

( UTILITY CUT DEPRESSION)
BENTUK/SIFAT
SEPANJANG BEKAS GALIAN UTILITAS MELENDUT.
PENYEBAB
PEMADATAN TIDAK MEMENUHI SYARAT.

PENURUNAN PADA BEKAS
KEGEMUKAN PENANAMAN UTILITAS
(BLEEDING) (UTILITY CUT DEPRESSION)

RETAK SETEMPAT
(RETAK YANG TIDAK MENCAPAI DASAR SLAB)
RETAK AWAL;
PENGERINGAN BERLEBIHAN PADA SAAT PELAKSANAAN.
RETAK SUDUT;
DAYA DUKUNG TANAH DASAR DAN PONDASI TIDAK MMEMADAI.
RETAK MELINTANG;
SUSUNAN SAMBUNGAN DAN FUNGSINYA TIDAK SEMPURNA,
KETEBALAN SLAB KURANG MEMADAI,
PERBEDAAN PENURUNAN TANAH DASAR,
MUTU BETON RENDAH.
RETAK DISEKITAR TANAH DASAR;
PENYUSUTAN STRUKTUR DAN LAPIS PONDASI,
KONSENTRASI KETEGANGAN.
RETAK YANG MELUAS
(RETAK YANG MENCAPAI DASAR SLAB)
RETAK SUDUT;
DAYA DUKUNG TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI KURANG MEMADAI.
RETAK MELINTANG;
STRUKTUR SAMBUNGAN DAN FUNGSINYA KURANG TEPAT,
PERBEDAAN ELEVASI PERMUKAAN TANAH,
MUTU BETON KURANG BAIK.
RETAK MEMANJANG;
STRUKTUR SAMBUNGAN DAN FUNGSINYA KURANG TEPAT,
PERBEDAAN ELEVASI PERMUKAAN TANAH,
RETAK BUAYA;
PERKEMBANGAN DARI SELURUH RETAK YANG ADA.
HPJI/ Modul PRJL-II
D-CRACKING 46
PATAHAN (FAULTING)
TRANSVERSAL FAULTING
LONGITUDINAL FAULTING
TIDAK TERATURNYA SUSUNAN LAPISAN,

PEMADATAN TANAH DASAR/
LAPIS PONDASI KURANG BAIK,
PENYUSUTAN TANAH DASAR TIDAK MERATA, PEMOMPAAN
(PUMPING)

DEFORMASI
KETIDAK RATAAN MEMANJANG;

FUNGSI DOWEL TIDAK SEMPURNA,
KURANGNYA DAYA DUKUNG TANAH DASAR,
PERBEDAAN PENURUNAN TANAH DASAR.
RUTTING
MELENGKUNG
KEATAS, KEBAWAH
PUMPING
BLOW UP
ABRASI
PELEPASAN BUTIR
LAPIS PERMUKAAN USANG
PELICINAN (HILANGNYA KETAHANAN GESEK)

LAPIS PERMUKAAN AUS,
PENGGUNAAN AGGREGAT LUNAK.
PENGELUPASAN (SCALING)
PELAKSANAAN YANG KURANG BAIK ATAU PEMADATAN
HPJI/ Modul
BETON KURANG BAIK. 49
PRJL-II
KERUSAKAN SAMBUNGAN
JOINT SEALANT FAILURE
KERUSAKAN PADA BAHAN PEREKAT SAMBUNGAN; BAHAN

PENGISI SAMBUNGAN USANG,SUDAH
BERUMUR/TEROKSIDASI, MENGERAS, MELUNAK,
MENYUSUT, BAHAN TIDAK SESUAI.
GEOMETRIK JOINT TIDAK COMPATIBLE,

JOINT TIDAK BERSIH,
GERAKAN SAMBUNGAN YANG KOMPLEKS DAN BESAR,
BLOW UP.
KERUSAKAN SAMBUNGAN
JOINT RAVELLING
JOINT SPALLING;
LONGITUDINAL JOINT SPALLING,
TRANSVERSE JOINT SPALLING
JOINT FAULTING
KERUSAKAN PADA UJUNG SAMBUNGAN;
KERUSAKAN SUSUNAN DAN FUNGSI SAMBUNGAN.
JEMBUL;
SUSUNAN SAMBUNGAN DAN
FUNGSINYA KURANG TEPAT.
SURFACE DEFECTS
(CACAT PERMUKAAN)
LOCKED JOINTS (DOWEL LOCKING)

BROKEN SLAB,
BERLUBANG;
CAMPURAN AGREGAT YANG KURANG BAIK,
HANCUR;
CORNER BREAKS (RETAK SUDUT)
BLOW UPS
ASPALT CONCRETE/ BITUMINOUS PATCHING
PORTLAND CONCRETE PATCHING
DISTRESS PROBABLE CAUSE USUAL REPAIR
Long Craking Infiltration,Locked Joint,Late Sawing. Full-depth, Cross-stitch.

Corner Breaks Pumping Full-depth
D-cracking Unsound Or Reactive Aggregate Reconstruct, Overlay
Sealant Damage Sealing Practices, Excess Movement Clean And Reseal
Materials Deficiency
Trans. Spalls Sawing, Unsound Concrete Spall Repair
Long. Spalls Sawing, Unsound Concrete Spall Repair
Trans.Faulting Load, Load Transfer Grind, Underseal, Slabjack,
Reconstruct, Retrofit.
Long.Faulting Load, Load Transfer Grind, Underseal, Slabjack,
Reconstruct, Retrofit.
Blowups Infiltration, Unsound Concrete Full-depth Repair
Ac Patching Spalling, Cracking Partial Or Full-depth
Pc Patching Spalling, Cracking Partial Or Full-dep
th HPJI/ Modul PRJL-II 53
B.3. BAHU JALAN
RETAK,
PERUBAHAN BENTUK,
ALUR, AMBLAS, GELOMBANG, BERDEBU
CACAT PERMUKAAN,
LUBANG, PELEPASAN BUTIR, BERUMPUT,
B.4. SALURAN/DRAINASE
KEMIRINGAN MELINTANG PERKERASAN,

KEMIRINGAN BAHU,
SALURAN SAMPING,
SALURAN LERENG,
SALURAN PENANGKAP,
GORONG GORONG,
DRAINASE AIR TANAH,
SALURAN LAIN YANG BERPENGARUH PADA JALAN,
HPJI/ Modul PRJL-II
SALURAN IRIGASI, SALURAN AIR MINUM55DLL.
B.5. RUMIJA
AKIBAT GANGGUAN ALAM,

LONGSOR, GANGGUAN JARAK PANDANG,LAIN LAIN.
PENYIMPANGAN PENGGUNAAN,
PENGGUNAAN LAHAN,PENGAMBILAN BAHAN.
B.6. PERLENGKAPAN JALAN

ROAD FURNITURE, RAMBU, MARKA, PENGAMAN,
DELINIATOR, DLL
PERUBAHAN WARNA
PERUBAHAN BENTUK
KOROSI/KARATAN
HPJI/ Modul PRJL-II PERUBAHAN KEDUDUKAN

57
SURVEI KEKUATAN JALAN
BENGKELMEN BEAM,
FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD),
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP),
TEST PIT (CORE DRILL)
SPECTRAL ANALYSIS OF SURFACE WAVE,

ROLLING DYNAMIC DEFLECTOMETER (RDD)
PERALATAN
BENGKELMEN BEAM
TRUK DUA GANDAR DALAM KONDISI BAIK;

RODA BELAKANG DUA BAN. BEBAN GANDAR BELAKANG 8,2 TON.
ALAT PENGUKUR TEKANAN BAN DAN POMPA BAN;

PENGUKUR TEKANAN DENGAN SKALA 0,2 KG/CM2 (2,5PSI), POMPA BAN
DENGAN KEMAMPUAN 5,6KG/CM2 (80PSI).
ALAT TIMBANGAN TRUK;

RAMBU PERINGATAN;
BENGKELMEN BEAM;
DIAL DENGAN SKALA 0,1MM ATAU 0,001 INCH.
PITA UKUR;
KAWAT BERTANDA PADA JARAK 30 CM, C (STANDAR 270 CM), DAN 6
METER, PITA UKUR 10 METER, KAPUR/CAT ATAU LAINNYA UNTUK
MEMBERI TANDA PADA PERMUKAAN JALAN.
FORMULIR SURVEI;
PELAKSANAN SURVEI BB
PENGUKURAN LENDUTAN
TRUK DIJALANKAN PADA LAJUR LALU LINTAS
TRUK BERHENTI PADA LOKASI PENGUJIAN
BILA ADA MAT.LEPAS PERKERASAN DISAPU DULU
TANDAI PERK. DI TITIK 0CM,30CM,C DAN 6 M
SIAPKAN PERALATAN BENGKELMAN BEAM,
PERIKSA GERAKAN DIAL, BEBAS DAN HALUS
LETAKKAN BEAM DI BELAKANG TRUK DENGAN UJUNG
BATANG TEPAT DIBAWAH ANTARA DUA BAN
BUKA KUNCI BEAM PADA POSISIS LEPAS
HIDUPKAN PENGGETAR ATAU
KETUK BATANG DENGAN PELAN
ATUR DIAL PADA SKALA NOL
BACA DAN CATAT SEBAGAI PEMBACAAN60 AWAL
HPJI/ Modul PRJL-II
PELAKSANAN SURVEI BB
PENGUKURAN LENDUTAN
MAJUKAN TRUK PELAN DAN STOP DI POS.30CM,~5CM
UKUR POSISI GANDAR DARI POSISI AWAL (~0,5CM)
GETARKAN/KETUK BATANG DAN CATAT DIAL
MAJUKAN TRUK PELAN SAMPAI DI POS.C,
(~ 10CM), UKUR, BACA DIAL DAN CATAT
MAJUKAN TRUK SAMPAI DI POS.6 M,DAN CATAT
HITUNG LENDUTAN BALIK
KUNCI BATANG DAN NAIKKAN BEAM PADA GANTUNGAN,
SERTA LANJUTKAN PEMERIKSAAN SELANJUTNYA

PERHITUNGAN LENDUTAN
d = 2(d3-d1)ft.C.
d = lendutan balik (mm)

d1 = pembacaan awal (mm)
d2 = pembacaan antara (mm)
d3 = pembacaan akhir (mm)
C = faktor pengaruh air tanah
1 bila kondisi kritis (musim hujan, air tanah tinggi)
1,5 bila kondisis baik (musim kemarau, air tanah rendah)
ft = faktor temperatur (t1)
t1 = 1/3 (tp+tt+tb)
tp = temperatur permukaan, data lapangan
tt = temperatur tengah, tabel
tb = temperatur bawah, tabel.
D=d+2S untuk jalan Arteri/Tol (98%)

HPJI/ Modul PRJL-II D = d + 1,64 S untuk jalan kolektor (95%) 62
D = d + 1,28 S untuk jalan lokal (90%)
PERHITUNGAN LENDUTAN
AE 18 KSAL = 365 X N X SIGMA m X UE 18KSAL
AE 18KSAL = Accumulative Equivalent 18 Kip Single Axle Load.

UE 18KSAL = Unir Equivalent 18 Kip Single Axle Load
365 =jumlah hari dalam satu tahun
N = faktor umur rencana disesuaikan dengan pertumbuhan lalu lintas
m = junlah masing masing jenis lalu lintas
N = AE 18KSAL / 365 X SIGMA m X UE 18KSAL
n = ( Log (2N + 2/R + 1) – Log (2/R + 1)) / (Log (R +1))
n = umur sisi jalan (tahun)

N = faktor umur rencana
R = pertumbuhan lalu lintas
ROLLING DYNAMIC DEFLECTOMETER

(RDD)
TRUK BESAR DENGAN VIBRATOR SERVO HIDROLIK.

BERAT KOTOR TRUK SEKITAR 195 KN.
MASSA REAKSI VIBRATOR 33KN,FREQ.5-100 HETZ.
MENGHASILKAN GAYA DINAMIS VERTIKAL 310 KN,
GAYA STATIS KEBAWAH TETAP 13 SAMPAI 180 KN.
VIBRATOR BEBAN DINAMIS VERTIKAL, 147 KN,
RODA PENERIMA DITENGAH DUA RODA BEBAN,
KECEPATAN TRUK ~5 KM/JAM,
PROFIL FLEKSIBILITAS PERKERASAN SECARA MENERUS
DIUKUR DALAM KONDISI ARUS LALU LINTAS YANG
HPJI/ Modul
PADAT.
PRJL-II 64
SCALA DYNAMIC CONE PENETROMETER
MENCATAT JUMLAH PUKULAN (BLOW) DAN

PENETRASI KERUCUT LOGAM PADA TANAH
KARENA PENGARUH JATUHAN BERAT.
DENGAN TABEL KORELASI,

PENETROMETER DIKONVERSI
KE CBR ATAU UCS
(SDCP)
PERALATAN
PEMBERAT 9,07KG (20LB)

KETINGGIAN JATUH 50,8CM (20INCH)
TIANG BERGARIS TENGAH 16 MM (5/8INCH)
BESI BAJA BULAT

BERGARIS TENGAH 16 MM
UJUNG BAJA KERAS LUAS 1,61CM2 (1/2 SQ.INCH)
SUDUT 30 DERAJAT.
METERAN YANG DAPAT DIKUNCI

HPJI/ Modul PRJL-II FORMULIR STANDARD 66
PROSEDUR
1.SATU ORANG MENJALANKAN PENETROMETER,

SATU ORANG MENGUKUR DAN MENCATAT
JUMLAH PENETRASI SETIAP PUKULAN
2.PALU UNTUK MENANAMKAN UJUNG KERUCUT SAMPAI

GARIS TENGAH PALING LEBAR MASUK KE TANAH.
POSISI INI DINAMAKAN DATUM PENGUJIAN DAN
METERAN DIKUNCI PD DASAR BAUT LANDASAN.
3.UJUNG METERAN DISINGKIRKAN KESAMPING TANPA

MENGUBAH PASISI DITANAH DAN PENGUJIAN
HPJI/ Modul PENETRASI DIMULAI. 67
PRJL-II
PROSEDUR
MATERIAL KERAS (PENETRASI < 0,2CM/PUKULAN)

SERANGKAIAN PUKULAN ( 5 ATAU 10 PUKULAN)
UNTUK SETIAP PEMBACAAN PENETRASI.
MATERIAL LUNAK, PEMBACAAN SETIAP PUKULAN.

CATAT PENETRASI DALAM CM.
PENETROMETER DIKELUARKAN DENGAN

PUKULAN KEATAS PALU “STOP NUT”.
AKIBAT PUKULAN KEATAS, TIANG BAJA MEMANJANG,
JARAK JATUH PALU DIPERIKSA DENGAN
HPJI/ Modul
MENYESUAIKAN STOP NUT 68
PRJL-II
PERKIRAAN KONFIGURASI LAPISAN DAN CBR
PLOT KEDALAMAN PENETRASI DAN JUMLAH PUKULAN.

BUAT SKET BAGIAN YANG HAMPIR LINIER.
GUNAKAN TEMPLATE CBR UNTUK MEMPERKIRAKAN NILAI
CBR LAPISAN.
KESETARAAN NILAI PENETRASI DENGAN

CBR ATAU UCS
UNTUK MEMPEROLEH KORELASI YANG BENAR

PERLU MEMBANDINGKAN DENGAN CONTOH TANAH
SERUPA YANG SUDAH DIUJI DENGAN CBR 69ATAU UCS.
HPJI/ Modul PRJL-II
SCALA PENETRATION RESISTANCE (SPR) (PUKULAN/CM).
ATAU SCALA PENETRATION PENETRABILITY (SPP)

(CM/PUKULAN),
SPP = 1/SPR
SPR UKURAN KEKUATAN TANAH YANG DIEKUIVALENKAN

DENGAN CBR ATAU UCS.
SPP (CM/PUKULAN), LEBIH MUDAH DILAKUKAN
MENGURANGI TINGKAT KESALAHAN.
PENGKURAN KEKUATAN STRUKTUR JALAN LAIN
1.SEISMIC PAVEMENT ANALYZER (SPA)

2.GROUND PENETRATION RADAR (GPR),
MENGHITUNG STRUKTUR PERKERASAN,SUBSURFACE VOID
DETECTION, BORE HOLE CAMERA,
3.VIDEO IMAGE ANALYSIS
4.AUTOMATED SYSTEM FOR PAVEMENT PROFILE ANALYSIS
FROM PROFILOGRAGH TRACES.
5.AUTOMATED DISTRESS RECORDING SYSTEM (ADRES),
SOFTWARE, SURVEI DENGAN MENGGUNAKAN ‘ELECTRONIC
CLIPBOARD’

D.KEKASARAN, ROUGHNESS
HANYA SURVEYOR DAN PENGEMUDI DALAM KENDARAAN SURVEI.
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
KENDARAAN STATION WAGON,

ATAU JEEP 4 WHEEL DRIVE.
ALAT UKUR KEKASARAN NAASRA.
BEBAN SEBERAT 2 X 50 KG.
DILETAKKAN DI LANTAI KENDARAAN DIATAS SUMBU RODA BELAKANG
SECARA SIMETRIS DIANTARA KEDUA RODA BELAKANG.
FORMULIR SURVEI
PENGUKUR JARAK
TRIPMETER/ODOMETER, DAPAT DISETEL MENJADI NOL
ALAT PENGUKUR PROFIL MEMANJANG,
DAPAT BERUPA DIPSTICK PROFILER ATAU TRRL BEAM PROFILER.
HPJI/ Modul
PRJL-II 72
PENGKUR TEKANAN BAN.
KEKASARAN, ROUGHNESS
PERSYARATAN KENDARAAN
a. PENGGERAK KENDARAAN PADA RODA BELAKANG.

b. PEREDAM KEJUT (SHOCK ABSORBER) DARI JENIS YANG
KUAT (FUNGSI GANDA/HEAVY DUTY)
c. PEGAS HARUS KERAS, PER KEONG ATAU PER DAUN,
d. BAN KONDISI BAIK, DENGAN TEKANAN 27 PSI.
e. KELIMA PELEK RODA HARUS DARI JENIS, UKURAN, DAN
PABRIK YANG SAMA, DALAM KONDISI BAIK.
f. SEMUA BAN TERPASANG SEIMBANG DAN STABIL.
g. BAHAN BAKAR DAN OLI KENDARAAN SURVEI HARUS
CUKUP UNTUK MEMENUHI JADWAL PEKERJAAN SURVEI
HPJI/ Modul PRJL-II
SETIAP HARI. 73
PERSIAPAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN
a. DENGAN PETA JARINGAN JALAN DISUSUN RENCANA SURVEI;

JUMLAH DAN LOKASI RUAS JALAN YANG DISURVEI, AWAL DAN
AKHIR SURVEI, KECEPATAN SURVEI, WAKTU SURVEI DSB.
b. PERSIAPAN FORMULIR, CARA PENGISIAN, DAN ANTISIPASI HAL
HAL YANG AKAN TERJADI DILAPANGAN.
PEMASANGAN ALAT UKUR KEKASARAN NAASRA
a. ALAT UKUR KEKASARAN NAASRA DIPASANG SESUAI DENGAN

KETENTUAN TEKNIS YANG BENAR.
b. PEMASANGAN ALAT UKUR KEKASARAN NAASRA DAN ALAT UKUR
JARAK (TRIPMETER) DIATUR AGAR MEMUDAHKAN SURVEYOR
MEMBACA KEDUA ALAT TERSEBUT PADA SAAT YANG HAMPIR
BERSAMAAN.
PEMERIKSAAN ALAT UKUR KEKASARAN NAASRA

a. PASTIKAN SEMUA MUR DAN BAUT TERPASANG
DENGAN KUAT.
b. PASTIKAN KABEL TERATUR RAPI TIDAK SAMPAI
TERGANTUNG KELUAR MOBIL.
c. PASTIKAN KABEL DAPAT FLEXIBEL MENGGERAKKAN
ALAT UKUR/PENCATAT SECARA SEMPURNA.
d. PERIKSA RANTAI TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADI
PUNTIRAN ATAU SAMBUNGAN YANG LEPAS, DAN BERI
MINYAK PELUMAS PADA RODA GERIGI SECARA
PERIODIK.
e. PERIKSA TEGANGAN DARI PEGAS DAN GANTI BILA
PEGAS KURANG TEGANG SAAT KENDARAAN
BERHENTI.
2. KALIBRASI
SEBELUM SURVEI KEKASARAN DILAKUKAN,
DICARI/DITENTUKAN GRAFIK KORELASI KENDARAAN

DAN ALAT NAASRA TERHADAP NILAI BUMP
INTEGRATOR (BI) DAN INTERNATIONAL ROUGHNESS
INDEX (IRI).
GRAFIK KORELASI INI DITENTUKAN DENGAN

MELAKUKAN SEKSI PERCOBAAN (SP),
TERMASUK PENGUKURAN PROFIL DAN KEKASARAN
JALAN.
D. KEKASARAN, ROUGHNESS
TAHAP PELAKSANAAN KALIBRASI

a. PENENTUAN SEKSI PERCOBAAN (SP)
1. SEKSI PERCOBAAN DAPAT DIAMBIL PADA RUAS JALAN

YANG DISURVEI ATAU RUAS LAIN
2. PALING SEDIKIT DIPERLUKAN 8 SP YANG DIPILIH DARI
JALAN YANG KONDISI PERMUKAAN SANGAT HALUS
SAMPAI SANGAT KASAR
3. PANJANG SP ADALAH 300 METER DITAMBAH MASING
MASING 50 M DIKEDUA UJUNGNYA DAN USAHAKAN
PADA BAGIAN JALAN YANG LURUS DAN DATAR.
TAHAP PELAKSANAAN KALIBRASI

b. PENGUKURAN PROFIL SEKSI PERCOBAAN
1. TITIK AWAL DAN AKHIR SP
DIBERI TANDA DENGAN CAT ATAU BENDERA
2. ANTARA AWAL DAN AKHIR SP, PADA JARAK 40 CM SAMPAI
60 CM DARI TEPI PERKERASAN JALAN DITARIK GARIS
LURUS DENGAN KAPUR TULIS, DAN DIBERI TANDA CAT
UNTUK SETIAP JARAK 60 METER
3. PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG
MENGIKUTI GARIS KAPUR.
4. PROFIL MEMANJANG DIUKUR BERDASARKAN
PERBEDAAN ELEVASI TITIK AWAL DENGAN TITIK KEDUA
(TANDA CAT), TITIK KEDUA DENGAN TITIK78BERIKUTNYA,
HPJI/ Modul PRJL-II
SAMPAI AKHIR SP.

a. KETENTUAN PEMBACAAN
KEKASARAN PADA SP.
1. KENDARAAN DIJALANKAN DENGAN

KECEPATAN 30 –35 KM/JAM.
2. PEMBACAAN DILAKUKAN 5 KALI PADA LINTASAN

YANG SAMA, MENGIKUTI GARIS KAPUR.
3. APABILA PEMBACAAN JAUH BERBEDA, MAKA

KENDARAAN HARUS DIPERIKSA KEMBALI, DAN
PENGUKURAN DIULANG KEMBALI SAMPAI
HPJI/ ModulMENDAPATKAN DATA YANG RELATIF
PRJL-II 79 TETAP.
PELAKSANAAN SURVEI
a. KENDARAAN SURVEI HARUS DIJALANKAN DAHULU

SEKITAR 10 MENIT UNTUK PEMANASAN HIDROLIK
PEREDAM KEJUT.
b. PADA TITIK AWAL, ALAT UKUR NAASRA DAN JARAK

(TRIPMETER/ODOMETER) DISETEL NOL.
c. KENDARAAN DIJALANKAN DENGA KECEPATAN TETAP

SEKITAR 30 – 35 KM/JAM, DAN DIUSAHAKAN
BERJALAN PADA LAJUR SEKITAR 40 CM – 60 CM DARI
TEPI PERKERASAN JALAN.
PELAKSANAAN SURVEI
a. PENGEMUDI MEMBERI TAHU PADA SAAT TEPAT MELEWATI
TITIK REFERENSI/PATOK KM.
b. PENCATATAN NILAI KEKASARAN SETIAP JARAK 1 KM.
c. PEMABACAAN KEKASARAN DILAKUKAN PADA SAAT RODA
DEPAN MELEWATI PATOK KM/TITIK REFERENSI.
d. PADA JALAN YANG TERPISAH, SURVEI DILAKUKAN PADA
JALUR KEKASARAN YANG TINGGI.
e. SELAMA PELAKSANAAN SURVEI,
KENDARAAN DILEWATKAN PADA
SALAH SATU SP (5 X LINTASAN) DAN DICATAT
f. SETELAH SURVEI SELESAI,
KENDARAAN DILEWATKAN PADA 8 SP YANG ADA,
MASING MASING 5 KALI LINTASAN, DAN 81DICATAT.
HPJI/ Modul PRJL-II
PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG
PERKERASAN
SUSUNAN BATANG
o TERDIRI DARI BATANG PROFIL, PENOPANG ,

PENJEPIT, PITA UKUR, PAKU PENGUKUR.
KESEMUANYA HARUS BERSIH.
o BATANG PROFIL DIDUKUNG OLEH PENOPANG DENGAN
PENJEPIT.
o BATANG-BATANG PROFIL DAPAT DIPERPANJANG
DENGAN SAMBUNGAN KHUSUS
o PENOPANG TERDIRI DARI PENOPANG LUAR DAN
PENOPANG DALAM
o PENGUKURAN DENGAN PAKU PENGUKUR.
o PEMASANGAN DAN PEMEGANGAN PAKU PENGUKUR HARUS
HPJI/ Modul
DILAKUKAN DENGAN TELITI82
PRJL-II
PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG
PERKERASAN
PROSEDUR PENGUKURAN
O PADA JALAN DENGAN ARUS LALU LINTAS PADAT

PERSIAPAN HARUS DILAKUKAN SEBAIK MUNGKIN
SEHINGGA PELAKSANAAN PENGUKURAN DAPAT
DILAKUKAN SECEPAT MUNGKIN AGAR TIDAK TERLALU
LAMA MENGGANGGU ARUS LALU LINTAS.
O PANJANG PENOPANG DALAM DAN LUAR DISESUAIKAN

TERHADAP BEDA TINGGI ANTARA AS JALAN DAN TEPI
JALAN, AGAR BATANG PROFIL PADA POSISI
HORIZONTAL DAN KETINGGIAN YANG MEMADAI.
PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG PERKERASAN
SUSUNAN BATANG
• BATANG PROFIL, PENOPANG , PENJEPIT, PITA
UKUR, PAKU PENGUKUR. KESEMUANYA HARUS BERSIH.
2. BATANGPROFIL DIDUKUNG OLEH PENOPANG DENGAN

PENJEPIT.
3. BATANG-BATANG PROFIL DAPAT DIPERPANJANG

DENGAN SAMBUNGAN KHUSUS
4. PENOPANG TERDIRI DARI PENOPANG LUAR DAN

PENOPANG DALAM
5. PENGUKURAN DENGAN PAKU PENGUKUR.

PROSEDUR PENGUKURAN
o PENGUKURAN DILAKUKAN SECEPAT MUNGKIN AGAR
TIDAK MRNGGANGGU ARUS LALU LINTAS.
o TINGGI PENOPANG DISESUAIKAN, AGAR BATANG

PROFIL PADA POSISI HORIZONTAL DAN KETINGGIAN
YANG MEMADAI.
o NAIKKAN SEMUA PAKU PENGUKUR
o HENTIKAN LALU LINTAS
o BERI TANDA DI SUMBU JALAN

PROSEDUR PENGUKURAN
6.PASANG BATANG PROFIL MELINTANG JALUR. BATANG
HARUS PADA POSISI TEGAK LURUS DENGAN SUMBU
JALAN, DAN PAKU PENGUKUR NOMOR 1 HARUS BERADA
TEPAT DIATAS SUMBU JALAN.
7. SETEL PENOPANG LUAR SAMPAI WATERPAS PADA
POSISI DATAR.PENYETELAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN
MENGENDORKAN PENJEPIT DAN MENGGESER TABUNG
PENOPANG KEATAS/KEBAWAH. PENYETELAN HALUS
DILAKUKAN DENGAN MEMUTAR ENGKOL.
8. TURUNKAN PAKU PENGUKUR SAMPAI MENYENTUH
PERMUKAAN JALAN, TANPA MENGGANGGU POSISI
HPJI/ Modul PRJL-II BATANG. 86
PROSEDUR PENGUKURAN
9. CATAT POSISI TEPI PERKERASAN SAMPAI 1,0 CM
TERDEKAT, DENGAN MENGGUNAKAN METERAN YANG ADA
DI BATANG BAGIAN ATAS.
10. CATAT TINGGI BACAAN DARI TIAP TIAP PAKU

PENGUKUR. DI JALAN YANG PADAT LALU LINTAS,
DISARANKAN PEMBACAAN DILAKUKAN DITEPI JALAN
SETELAH MEMINDAHKAN BATANG DARI TENGAH JALAN
DENGAN PISISI PAKU TETAP. PAKU DIBACA SESUAI
NOMOR URUT DAN DICATAT.
11. ULANGI PENGUKURAN BERIKUTNYA DI JALUR
SEBELAHNYA.
RETAK HALUS RETAK KULIT BUAYA
(HAIR CRACKS) (ALLIGATOR CRACKS)
RETAK PINGGIR RETAK PERTEMUAN
(EDGE CRACKS) PERKERASAN DAN BAHU
(EDGE JOINT CRACKS)
RETAK SELIP ALUR (RUTS)
(SLIPPAGE CRACKS)
AMBLAS KERITING
(DEPRESSION) (CORRUGATION)
PELEPASAN BUTIR
LUBANG (POT HOLES)
(REVELLING)

SUNGKUR (SHOVING) JEMBUL (UP HEAVEL)

PENURUNAN PADA BEKAS
KEGEMUKAN PENANAMAN UTILITAS
(BLEEDING) (UTILITY CUT DEPRESSION)

PENGELUPASAN LAPIS PENGAUSAN
PERMUKAAN (POLISHED AGGRGATE)
(STRIPPING)
LUBANG, RUMPUT LUBANG, PELEPASAN BUTIR/
MATI/PANJANG PADA PENGELUPASAN PADA BAHU
BAHU BERUMPUT BERASPAL
ALUR, AMBLAS, ALUR, AMBLAS,
GELOMBANG, PADA BAHU GELOMBANG, PADA BAHU
BERUMPUT BERASPAL
LUBANG PADA LUBANG PADA SALURAN
SALURAN TANAH PASANGAN BETON/BATU
LERENG SALURAN LONGSOR PENGGERUSAN
PEMBEKAL/PENGUJI

HO PRJL-II Ketentuan Perencanaan

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

HO PRJL-II Ketentuan Perencanaan

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

HAND-OUT

Pembekalan/Pengujian Ahli Perencana Jalan

PENGUMPULAN DATA JALAN:

SECARA LANGSUNG DILAPANGAN,

SECARA TIDAK LANGSUNG,

TINGKAT KETELITIAN TERTENTU

SIFAT DATA JALAN

CARA PELAKSANAAN SURVEI

SURVEI INVENTARISASI JALAN,

DIMENSI (Panjang, Lebar, Kedalaman, Ketinggian);

JENIS (Bahan);Perkerasan, Bahu, Saluran, Pemisah, Dll.

GEOMETRIK JALAN; Vertikal, Horizontal,

POTONGAN MELINTANG; Rumaja, RUmija, Ruwasja,

PENGGUNAAN LAHAN SEKITAR JALAN

DATA LALU LINTAS, DAN DATA UMUM LAINNYA.

PENENTUAN RUAS JALAN dan SIMPUL,

PEMBUATAN PETA JARINGAN JALAN

INFORMASI UMUM (SISTEM INFORMASI),

STUDI JARINGAN JALAN,

STUDI KELAYAKAN JALAN,

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN

B. SURVEI RINCI KONDISI JALAN

C. SURVEI KEKUATAN JALAN

D. SURVEI KEKASARAN, ROUGHNESS

E. SURVEI KEKESATAN, SKID RESISTANCE

F. PENGUKURAN PENAMPANG MELINTANG

MENGAMATI KONDISI JALAN SECARA UMUM

TIGA ORANG PETUGAS:

a. PENGAMAT KONDISI (TEKNISI YANG TERLATIH DAN

b. PENCATAT FORMULIR (TERAMPIL MENILAI KONDISI JALAN):

c. PENGEMUDI: MENGEMUDIKAN KENDARAAN SURVEI SESUAI

b. PENGAMAT MENYEBUTKAN NILAI KONDISI JALAN,

c. PENCATAT MENULISKAN NILAI KONDISI JALAN PADA FORMULIR

d. PENGAMAT LANGSUNG MENGAMATI KONDISI JALAN DI SUB RUAS

e. SETIAP RUTE SURVEI DILAKUKAN DUA KALI LINTASAN.

WAKTU SURVEI 7.00 – 17.00, ISTIRAHAT 2 JAM,

KECEPATAN KENDARAAN SURVEI 15 - 45 KM/JAM.

EFISIENSI PENGAMATAN 85%,

TIM SURVEI SATU REGU UNTUK MENJAGA KONSISTENSI

NAMA DAN KODE LOKASI;

NILAI KONDISI PER SUB RUAS (100 M)

B.1.PERKERASAN LENTUR JALAN

B.2. PERKERASAN KAKU

B.3. BAHU JALAN

HPJI/ Modul PRJL-II

DILAKUKAN DENGAN BERJALAN KAKI

PADA SETIAP LAJUR JALAN BERASPAL

DILAKUKAN SIANG HARI DAN TIDAK HUJAN

PETUGAS TERDIRI DARI TIGA ORANG:

1. MEMBERI TANDA CAT PUTIH

2. MENGAMATI SETIAP LAJUR JALAN,

3. MENCATAT DATA KONDISI,

4. DILAKUKAN SELURUH LAJUR (DUA ARAH).

5. ULANGI PROSES TERSEBUT UNTUK RUAS JALAN

RETAK HALUS (HAIR CRACKS),

LEBAR CELAH>3MM, SALING BERANGKAI MEMBENTUK KOTAK

BAHAN PERKERASAN KURANG BAIK,

MEMANJANG DENGAN ATAU TANPA CABANG YANG MENGARAH

DUKUNGAN DARI SAMPING KURANG,

MEMANJANG DAN TERJADI PADA BAHU BERASPAL,

PERMUKAAN BAHU LEBIH TINGGI DARI PERMUKAAN

MEMANJANG TERLETAK PADA SAMBUNGAN LAJUR LALU