Anda di halaman 1dari 11

Studi Literatur

Pembagian Klasifikasi Tumbuhan, Sumber Bukti


Taksonomi dan Hubungan Taksonomi Dengan Ilmu
Lain

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Azzahra Siregar (4203151042)
2. Miranda Nihdatul Zahwa (4203351011)
3. Vanya ulfia putri (4203251004)
4. Antonius Teguh Mamana Tarigan (4203151014)
5. Jessica Destaria Tambunan (4203151049)
6. Yolanda Agatha (4203151040)
7. Putri Andini Pohan (4201151013)
8. Putri lasmida marpaung (4203351020)
9. Shalomita siregar (4203351030)
10.Tresia Febriani br Malau (4203351003)

MATA KULIAH: Taksonomi Tumbuhan


DOSEN PENGAMPU: Wina Dyah Puspita Sari, S.Si., M.Si
KELAS: Pendidikan IPA B 2020

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
Taksonomi Tumbuhan

1. Pengertian Tumbuhan (Kingdom Plantae)

Kingdom Plantae merupakan salah satu Organisme Eukariotik Multiseluler yang


mempunyai Klorofil dan sebuah Dinding Sel. Warna hijau yang ada pada tumbuhan
dihasilkan oleh Klorofil, Klorofil didalam tumbuhan berfungsi sebagai Proses Fotosintesis
dan menghasilkan cadangan makanannya sendiri atau di sebut dengan Autotrof.

Ciri-Ciri Tumbuhan (Kingdom Plantae)

 Bersifat Multiseluler atau Tumbuhan yang memiliki banyak sel.  Bersifat Autrotrof
atau Kindom ini dapat membuat makanannya sendiri.
 Bersifat Eukariotik.
 Tumbuhan memiliki dinding sel yang terbentuk dari Selulosa.
 Hidupnya bisa di darata atau di daerah perairan.
 kingdom ini memperoleh bahan makanan dengan cara fotosintesis yang dibantu oleh
sinar matahari.
 Tumbuhan dapat bereproduksi dengan 2 cara yaitu secara Seksual atau melalui Putik
dan BenangSari dan dengan cara Aseksual atau Cangkok, Tunas, Setek, dan lain
sebagainya.

2. Pembagian Sistem Klasifikasi Tumbuhan

a. Klasifikasi Buatan (Klasik)

` Klasifikasi terdahulu hampir semua bersifat buatan. Klasifikasi bertujuan untuk


mempermudah pengenalan yang didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang mudah
dilihat saja. Oleh karena itu sistem klasifikasi buatan tidak terpakai lagi, sebab tidak
berimbang dengan kemajuan dan keperluan botani moderen. sistem klasifikasi buatan
menggolongkan berdasarkan perawakan, diantaranya kelompok pohon, semak, perdu dan
terna. Selama hampir 2000 tahun tidak banyak yang ditambahkan orang pada sistem itu
kecuali perbaikan untuk kesempurnaannya. Sistem pengklasifikasian didasarkan pada
susunan bunga, macam buah, jumlah keping biji dan sebagainya.

Klasifikasi berdasarkan perawakan diganti dengan menggunakan sistem organ


generatif atau sistem kelamin sistem ini dikenal dengan sistem klasifikasi buatan yang
diciptakan oleh lineus sistem kelamin mengenal 24 kelas untuk menampung dunia tumbuhan

1
sistem penggolongannya berdasarkan jumlah posisi pengaturan dan panjang benang sari
selanjutnya kelas dibagi menjadi berapa bangsa berdasarkan sifat putih bunganya
pengelompokan tumbuhan berdasarkan sistem kami menghasilkan sistem klasifikasi yang
kaku tidak alami yang disebabkan ciri morfologi lainnya penggunaan sistem klasifikasi
berdasarkan fungsinya dalam memudahkan pendeterminasian tumbuhan.

b. Klasifikasi Fonetik

Sistem klasifikasi ciptaan linneus menyebabkan timbulnya fase baru dalam sejarah
botani sistematika. dalam periode ini lahir sistem klasifikasi fenetik, yang didasarkan pada
kekerabatan sistem kekerabatan ditunjukkan oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlibat.

Dalam klasifikasi genetik pertama disusun oleh Antoine Laurent de Jussieu (1748-
1836), membagi dunia tumbuhan atas 3 golongan besar, yaitu :

 Acotyledonae (jamur, ganggang, lumut, dan paku-pakuan)


 Monocotyledonae; dan
 Dicotyledonae

Sifat-sifat tumbuhan diberi nilai berbeda, misalnya dikatakan bahwa embrio lebih
penting dari benang sari selanjutnya benang sari lebih berharga untuk taksonomi daripada
nilai mahkota bunga atau daun dan seterusnya. berdasarkan ini tumbuhan biji digolongkan
menjadi lima kelas dan selanjutnya dipecah-pecah menjadi 100 “bangsa alamiah” atau
“ordinus naturales”. Bangsa alamiah dilengkapi dengan batasan nama dan pertelaan yang
jelas. Beberapa suku besar dan penting dikenal di antaranya gramineae, palmae, liliceae,
rosaceae, euphorbiaceae. dan lainnya berasal dari bangsa alamiah ciptaan de jussieu.
Kemudian Agustine pyramus de candolle (1778-1841) memperbaiki serta memperluas
ciptaan dari deduksi dengan berisi pertelaan dari 60.000 tumbuhan berbiji yang dikenal.
sistem ini mengenal 211 suku dengan pengaturan suku dimulai dari golongan tumbuhan yang
bagian bunganya lepas. Perbedaannya banyak dan jelas, seperti suku cempakacempakaan
Magnoliaceae, kenanga-kenangaan Annonaceae dan lainnya, diikuti oleh golongan bunga-
bungaan dan diakhiri dengan suku bunganya tereduksi.

Penelitian morfologi yang dikerjakan oleh Robert Brown (1773-1858) memberi


pengertian lebih baik tentang susunan bunga dan buah. Hasil penelitian di pergunakan
sebagai bukti dalam menyusun sistem klasifikasi baru oleh ahli lainnya. Ia menemukan
bahwa biji Gymnospermae terbuka dan tak terlindungi oleh bakal buah, seperti pada biji

2
Angiospermae. Berkat hasil penelitian embriologi tersebut ternyata memberi landasan tentang
pergiliran turunan pada lumut, paku dan tumbuhan berbiji, sehingga dikenal taksonnya.

c. Klasifikasi Filogeni

Charles Darwin mengungkapkan ajaran evolusi dalam penyusunan sistem klasifikasi


bertujuan mencerminkan evolusi jenis-jenis yang ada tidak lagi dianggap sebagai suatu
ciptaan yang khusus yang statis, mantap dan tidak berubah-ubah melainkan merupakan
populasi-populasi yang bervariasi, dinamis, selalu mengalami perubahan-perubahan dan
diakui sebagai keturunan jenis-jenis yang pernah ada sebelumnya. suatu takson yaitu
anggota-anggota saling berkerabat erat satu sama lainnya sebab berasal dari suatu nenek
moyang yang sama melalui proses evaluasi masalah evolusi menjadi lebih jelas setelah
berkembang ajaran-ajaran kebakaran yang dirintis oleh Gregor Johan Mendel (1822-1884)
sehingga mekanisme perubahan dan terjadinya variasi dapat dimengerti dan teliti lebih lanjut.

Filogenik adalah perkembangan sejarah garis-garis arah evolusi dalam suatu golongan
makhluk hidup dan dapat diartikan sebagai asal evolusi suatu takson klasifikasi filogenik atau
kadang-kadang disebut klasifikasi filogenetik menekankan keratan hubungan kekerabatan
nenek moyang takson-takson satu sama lainnya untuk keperluan penyusunan klasifikasi
filogenik orang mencoba menerka arah kecenderungan evolusi ciri-ciri morfologi yang ada
dalam menentukan ciri mana yang dianggap primitif dan yang harus diangkat maju atau
diturunkan pada hakekatnya kecenderungan evolusi ciri-ciri morfologi itu menyangkut tiga
proses masing-masing reduksi atau pengurangan fungsi and dan perubahan simetri karena itu
diantara asas-asas atau Dita Dita yang disusun oleh orang ditentukan misalnya bahwa pohon
dan tumbuhan tahunan bersifat primitif dibanding dengan sempurna serta tumbuhan semusim
bunga dianggap maju sebenarnya jika bagian berfungsi misalnya benang sarinya bertukar dan
sisi miringnya tetap dan seterusnya tidak ada yang menyebabkan adanya pendapat bahwa
arah keuntungan itu malah sebaliknya maka bunga yang primitif malah diartikan sebagai
bunga yang maju kesulitan lain timbul karena kita yang dianggap primitif sering terdapat
bersama-sama dengan ciri lain yang bersifat maju. seperti sudah dibicarakan di atas dasar
utama klasifikasi fenetik ialah kesamaan ciri-ciri morfologi secara menyeluruh kelemahan
dasar ini ialah adanya kenyataan bahwa ciri-ciri yang sama dapat terjadi karena analogi atau
kesamaan susunan yang terjadi karena kesamaan fungsi bukan karena homologi atau
kesamaan susunan dan posisi yang terjadi karena berasal dari embrio organ atau autogenic
sama. harus diakui bahwa tumbuh-tumbuhan sulit dan dengan cepat menentukan jalan

3
konvergen persamaan yang terjadi antara dua garis evolusi takson-takson yang berkerabat
misalnya terjadinya Polonia pada suku anggrek-anggrekan orchidaceae dan biduri-bidurian
Asclepiadaceae Eichler mengelompokan dunia tumbuh-tumbuhan yang alat
perkembangbiakannya tersembunyi. Golongan bear ini terdiri atas tiga devisi, yaitu
Thallophyta (fungi dan alga dengan terakhirnya dibagi lagi dalam kelas-kelas Cyanophyceae,
Chlorophyceae, Phaeophyceae dan Rhodephyceae Bryophyta (dengan kelas-kelas musci
untuk lumut daun dan hepaticae untuk lumut hati) dan Pterodophyta( tersusun atas kelas-
kelas Equssetinae Lycopodinae, Tilicineae).

Phanerogamae terdiri dari tumbuhan berbiji yang alat perkembangbiakannya tampak


dengan jelas anggota-anggota phanerogamae ini dibaginya dalam gymnospermae dan
angiospermae dan terakhir dipecahnya lagi dalam kelas-kelas Monocotyledonidae dan
Dicotylledonidae. Eichler berpendapat bahwa tumbuhan yang ruwet susunan-susunan dan
organisasi tubuhnya terutama alat-alat perkembangbiakannya merupakan golongan golongan
yang termaju evolusinya sekalipun sistemnya sendiri sudah sering ditinggalkan orang tapi
karena kesederhanaannya maka garis-garis besar klasifikasi dan istilah-istilah yang
digunakan masih biasa digunakan Eichler sampai sekarang ini.

Sistem klarifikasi Bessay. Aliran Bessay menganggap karena „ranalian complex


kompleks yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga dengan banyak bahagian tidak berdekatan
jumlah tiap bagian sama dan bagian tersebut tersusun secara spiral digolongkan primitif
itulah sebabnya sistem filogenetik yang dibuat oleh Bessay ini sering disebut konsep evolusi
dari kelompok Ronales dan pada dasarnya sama dengan menganggap Magnolia adalah
primitif diagram dari Besssey yang bentuknya seperti kaktus yang disebut kaktus dari Bessey.

3. Sumber Bukti Taksonomi

a. Morfologi

Data morfologi hingga sekarang masih tetap dipakai karena mudah diamati dan
praktis digunakan untuk kunci determinasi. Sifat yang mantap pada data morfologi adalah
organ reproduksi, organ pencernaan, bentuk paruh atau bentuk gigi.

Banyak ciri-ciri morfologi yang penting ternyata diabaikan, baik dari sifat vegetatif
maupun sifat generative, disebabkan oleh :

i. Sulit dilihat, (misalnya kelenjer madu, lodicula, tangkai benang sari).


ii. Sulit dibuat koleksi (misal pangkal daun dari suku palmae).

4
Banyak sifat-sifat demikian hanya dapat dilihat di lapangan. Sebagian besar tumbuhan
berbunga dapat segera diidentifikasi dengan mudah karena adanya ciri-ciri vegetatif ini.

Ciri-ciri yang mempunyai nilai taksonomi antara lain :

a. Perawakan (habitus)

b. Organ-organ dalam tanah (bentuk akar dan batang)

c. Daun (Folium)

b. Embriologi

Banyak macam data embriologi yang digunakan untuk memecahkan masalah


taksonomi. Data tersebut berasal dari beberapa sumber baik yang berkaitan dengan struktur
maupun proses, seperti: kepala sari, gametofit jantan, gametofit betina, bakal biji,
pembuahan, endosperma, kulit biji, apomiksis dan poliembrio. Pembagian utama Dikotil dan
Monokotil didasarkan pada satu sifat embrio (lembaga), tapi untuk taksa rendah masih jarang
digunakan. Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil terletak di
bagian atas, sedangkan hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang
tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu
sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o
, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90o sehingga tali pusar tampak
melekat pada bagian samping bakal biji.

c. Anatomi

Dalam mendeterminasi, menunjukkan kecondongan evolusi atau kekerabatan secara


filogeni. Data anatomi antara lain dapat dipergunakan untuk tujuan praktis, misalnya
identifikasi, peng-golongan atau mempelajari filogeni dan tingkat kekerabatan, akan tetapi
jika tidak dibantu dengan data lain hasilnya akan kurang akurat. Sifat-sifat anatomi batang,
daun, bunga sangat berguna dan mempunyai nilai taksonomi penting pada golongangolongan
tertentu.

Peristilahan tanaman duku, langsat, psitan dan kokosan = Lansium domesticum.


Ketika nama ilmiah diberikan, maka berdasarkan spesimen yang ada terlihat keempatnya
memiliki persamaan secara morfologi, sehingga diberi nama ilmiah yang sama. Akan tetapi
hampir sebagian besar orang Indonesia dapat membedakan langsat dengan duku. Akibatnya
dilakukan penelitian anatomi dan ternyata memang keduanya memperlihatkan perbedaan

5
yang cukup mencolok dari bentuk, jumlah jaringan epidermis dan jaringan palisade. Kedua
jenis tersebut dipisahkan, sehingga muncul nama Lansium domesticum dan Lansium dacco.

d. Sitologi

Sitologi adalah ilmu tentang seluk beluk sel. Meskipun istilah sitologi menyangkut
semua aspek sel, namun bila dikaitkan dengan taksonomi, pembahasan difokuskan pada
kromosom dan berbagai atributnya. Berbagai data kromosom yang digunakan untuk tujuan
taksonomi, yaitu: jumlah, ukuran dan bentuk, perilaku pada waktu meiosis: diambil kariotipe
(keadaan kromosom pada tingkat metaphase dalam proses mitosis), meliputi ukuran panjang
kromosom, letak sentromer, ada tidaknya satelit.

Jumlah kromosom sebagai suatu ciri taksonomis yang merupakan salah satu ciri yang
paling konstan yang dapat digunakan diantara ciri-ciri lain-nya. Semua individu dalam suatu
jenis biasanya mempunyai jumlah kromosom yang sama, walaupun ada kekecualian. Jika ada
dua tumbuhan yang memiliki persamaan secara morfologi dan anatomi, sedangkan ada
semacam keyakinan dari penelitian bahwa keduanya merupakan jenis yang berbeda, maka
secara sitologi kita dapat memeriksa bagaimana struktur dan jumlah kromosom keduanya.
Jika ternyata memiliki kondisi yang berbeda, maka peluang untuk memisahkan kedua jenis
tersebut cukup terbuka. Sebagai contoh dalam penelitian ubi jalar Ipomoea batatas (l.) Lamk.
dikenal ada istilah poliploidi, dimana jumlah kromosom 2n selalu berbeda-beda. Ubi jalar
yang memiliki kromosom 2n = 2x kelihatannya memiliki rasa yang sangat pahit, akan tetapi
memiliki ketahanan terhadap virus Cylas. Sedang kerabat dekatnya yang dari Tarutung
(Sumatera Utara) berwarna jingga memiliki kromosom 2n = 6 x dan rasanya manis. Di Jawa
barat kultivar ini banyak digunakan sebagai campuran untuk rujak.

e. Fisiologi

Data-data fisiologi tidak dipakai secara langsung untuk keperluan bukti-bukti


taksonomi. Tumbuhan yang tergolong dalam satu jenis dianggap menunjukkan sifat fisiologis
yang sama. Tumbuhan yang menunjukkan sifat morfologi yang sama memungkinkan sifat
fisiologinya berbeda.

f. Penyebaran geografis

Memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu kelompok populasi


perlu diperlakukan sebagai jenis tersendiri atau cukup sebagai sub spesies, varietas atau
forma. Erat hubungannya dengan factor ekologi yang menentukan beberapa sifat biologi
6
Mempelajari asal usul, sejarah perkembangan dan evolusi takson, dengan peta penyebaran,
setiap jenis dapat diselidiki daerah paling banyak jumlah jenis dan paling besar variasi
ciricirinya yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman dan sering dianggap tempat asal
evolusi takson itu.

Berdasarkan letak lintang dan bujur, tumbuhan masih memperlihatkan adaptasi yang
berbeda. Tumbuhan yang ditemukan di kawasan daerah tropik, jarang ditemukan di kawasan
sub-trofik maupun di daerah kutub. Bunga tulip (Liliodendron tulifera) hanya ditemukan di
negeri Belanda. Bunga sakura hanya ditemukan di Jepang, kapas dan gandum tumbuh dengan
baik di kawasan subtropika. Nama jenis banyak diambil dari nama negara, wilayah daerah, di
antaranya: Mangga Mangifera indica (Indica = India); Teh Camelia sinensis (Sinensis,
Chinensis + China). Kemiri Aleurites moluccana (Moluccana = Moluccas = Maluku),
Diospyros celebica (Celebica = Celebes = Sulawesi). Salak Sidimpuan Salacca sumatrana
(Sumatrana = Sumatera); Salacca borneensis (Borneo = Kalimantan). Pinanga javana,
Sambucus javanicus (Java = Jawa), Calamus karoensis (Karo = Sumatera Utara).

4. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Lain

a. Morfologi

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu penting bagi botani sistematika sebab banyak
peristilahan dan ciri tumbuhan yang dipelajari dalam morfologi tumbuhan digunakan untuk
mempertelakan suatu jenis tumbuhan. Tanpa morfologi tidak mungkin taksonomi tumbuhan
dapat berkembang dengan baik. Semua peristilahan yag digunakan dalam Botani sistematika
selalu menggunakan peristilahan morfologi, misalnya foetida (sangat berbau), edulis (dapat
dimakan), caulifolia (bunga dapat tumbuh di di batang), grandifolia (daun besar) dan lain
sebagainya.

Ciri-ciri morfologi mempunyai faedah yang besar, bahkan pada


pengamatanpaengamatan spesimen herbarium,ciri-ciri ini menunjukkn tingkat keberhasilan
yang tinggi untuk menyusun klasifikasi. Ciri-ciri morfologi dapat dilihat dengan mudah untuk
menentukan variabilitasnya daripada bila menggunakan ciri-ciri lainnya.

b. Paleobotani

Paleobotani atau palaebotani (dari bahasa Yunani paleon berati tua dan botany yang
berarti ilmu tentang tumbuhan) adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari
tentang tumbuhan pada masa lampau. Dasar pengetahuan sistematik tumbuhan sangat

7
diperlukan dalam menentukan hubungan kekerabatan antara fosil tumbuhan dengan
tumbuhan yang masih hidup di masa kini dan dalam upaya rekonstruksi sejarah evolusi dunia
tumbuhan.

c. Anatomi

Hubungan taksonomi dengan anatomi adalah pengelompokkan makhluk hidup


berdasarkan sifat-sifat anatomi dari tumbuhan tersebut. Sifat-sifat anatomi batang, daun,
bunga sangat berguna dan mempunyai nilai taksonomi penting pada golongangolongan
tertentu.

Anatomi juga mempunyai peran di dalam taksonomi, filogeni dan ontogeni. Pada
dunia tumbuhan sering kali ada dua tumbuhan yang persis sama secara morfologi, sehingga
memiliki nama ilmiah yang sama.

d. Embriologi

Individu dalam marga dan suku dapat dicirikan dengan tipe embrionya, tanda ini
dapat dipakai untuk menentukan pembatasan takson serta kekerabatan alami. Data-data
embriologis yang digabungkan dengan ciri-ciri anatomis dan morfologis dapat digunakan
dalam membuat klasifikasi yang lebih baik.

e. Palinologi

Palinologi adalah studi tentang serbuk sari dan spora. Serbuk sari menjadi sumber
taksonomi yang penting. Variasi yang diperlihatkan serbuk sari antara lain adalah jumlah dan
letak alur dan lubang di permukaannya, bentuk ukiran eksin (lapisan luar serbuk sari) serta
bentuk umum dan ukurannya. Serbuk sari bisa khas untuk jenis, marga atau suku

f. Mikrobiologi

Dari segi mikrobiologi, dunia mikroba dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
berdasarkan ada tidaknya inti, baik yang sudah terdiferensiasi ataupun yang belum.

g. Sitologi

Hubungan taksonomi dengan ilmu ini adalah pengelompokkan sel berdasarkan


penyusunnya. Semua individu dalam suatu jenis biasanya mempunyai jumlah kromosom
yang sama, walaupun ada kekecualian. Jika ada dua tumbuhan yang mempunyai persamaan
secara morfolgi dan anatomi, sedangkan ada ada semacam penelitian yang menyatakan

8
bahwa keduanya merupakan jenis yang berbeda, maka secara sitologi dapat diperiksa
bagaimana struktur dan jumlah kromosom keduanya. Jika ternyata berbeda, maka peluang
untuk memisahkan keduanya pun cukup terbuka.

h. Fitokimia

Dengan mengetahui kandungan kimia dari suatu jenis tumbuhan, maka manfaat jenis
tersebut dalam kehidupan dapat dimaksimalkan, sehingga upaya dalam pembudidayaan juga
dilakukan secara maksimal.

i. Fisiologi

Tumbuhan yang tergolong dalam satu jenis dianggapa menunjukkan sifat fisiologis
yang sama. Tumbuhan yang menunjukkan sifat morfologi yang sama memungkinkan sifat
fisiologinya berbeda. Ilmu taksonomi mempunyai beberapa tugas yaitu:

 Menyediakan jalan untuk memungkinkan orang untuk mengadakan pengenaian,


penentuan atau pendeterminasian semua jenis tumbuhan yang ada didunia ini. Untuk
itu para ahli sistematik telah menciptakan sistem tatanama ilmiah yang universal,
menyusun kunci determinasi, menghimpun koleksi spesimen acuan dan lain-lain.
 Pengumpulan semua data yang lengkap untuk dipertalakan secara teratur sehingga
memungkinkan orang menarik keuntungan dari pengetahuan yang ada dengan cepat.
 Menciptakan sistem klasifikasi yang tersusun sedemikian rupa dan mencerminkan
dekatnya hubungan kekerabatan alamiah diantara tumbuhan, yang sekaligus harus
pula dapat mengungkapkan jalannya evolusi tumbuhan.
 Dari segala pengetahuan yang sudah tercapai ini dilakukan pengkajian analisis dan
disintesiskan kembali untuk memperoleh pengertian dasar ilmiah dari
keanekaragaman dan hubungan kekerabatan tumbuhan dan untuk mengetahui
bagaimana mekanisme pendekatannya.
 Taksonomi merupakan dasar dari ilmu-ilmu lain, tetapi perkembangan taksonomi juga
tergantung pula dari perkembangan ilmu-ilmu tadi. Klasifikasi yang baik dapat
merupakan pedoman pencarian problem-problem penalitian biologi, serta
bidangbidang ilmu lainnya. Oleh karena itu para ahli taksonomi mempunyai tanggung
jawab berat dalam membuat sistem klasifikasi yang dapat menjadi pedoman secara
umum bagi ilmu lainnya.

9
Daftar Pustaka
 Anonim.2010.Hubungan Taksonomi Dengan Ilmu Morfologi Dan Anatomi. Diakses
pada hari jumat, 19 september 2014.
 Aththorick, T.A dan siregar, E.S.2006.Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. Medan
FMIPA Universitas Sumatra utara.
 Hasairin ashar.2010. Taksonomi Tumbuhan Berbiji.Bandung. Citapustaka Media
Perintis.
 Tjitrosoepomo,gembong.2001.Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Universitas Gajah
Mada.

10

Anda mungkin juga menyukai