Anda di halaman 1dari 16

A~Pf K-A~PEK

HUKUM PERDAJA
1Nlf RNMIONAl dalam
TRANSAKSI BISNIS
INTERNASIONAL
IDA BAGUS WYASA PUTRA
]3ab V
PERLINDUNGAN KEPEN-
TINGAN BISNIS MELALUI KE-
CERMATAN BERKONTRAK
(CHOICE OF LAW)

A, pENDAHULUAN
Perlindungan hukum terhadap hubungan antarorang atau antar-perusahaan
ng bersifat lintas batas negara dapat dilakukan secara publik maupun privat.
;rlindungan secara publik dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas
perlindungan yang disediakan oleh ketentuan-ketentuan yang bersifat publik,
seperti peraturan perundangan domestik clan perjanjian-perjanjian intema-
sional, bilateral maupun universal, yang dimaksudkan demikian. Perlindungan
secara privat dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas perlindungan
hukum yang bersifat privat, yaitu dengan cara berkontrak secara cermat
Dalam dunia bisnis, jenis hukum yang keclua justru merupakan jenis yang
sangat populer. Jenis ini digunakan secara luas oleh masyarakat bisnis yang
cerlibat transaksi lintas batas negara. 1 Beberapa alasan yang mengakibatkan
penggunaan seperti itu adalah: pertama, berubahnya orientasi masyarakat
intemasional pasca Perang Dunia II ke arah pembangunan ekonomi global;
Kedua, 2 pesatnya pertumbuhan kebijakan, bentuk clan materi transaksi bisnis
intemasional; 3 Ketiga, kurang lengkapnya materi hukum publik (sistem
perundang-unclangan) berkaitan clengan variasi bentuk clan materi transaksi.
Alasan yang ketiga berkaitan clengan masalah kekosongan, keticlakpastian,
clan lemahnya perlindungan hukum publik terhaclap pihak-pihak yang
melakukan transaksi. UU No. 1Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing,
misalnya, kurang menampung aspek-aspek materi penanaman modal asing
sehingga pelaku transaksi untuk melindungi kepentingan bisnisnya, merasa
1
Lusk, Harold F., Business I.aw Principles and Cases, Richard D. Irwin, Inc., 1966, him. 82.
2
Friedmann, Wolfgang, The Changing s!TUC!Ure of lntemarioMl I.au,, 1964, him. 11.
1
Ariyah, The Law of Contmet, 1983, him. 3.

61
perlu mengembangkan bentuk kontrak tertentu seperti joint wnture _ _,
~:n
unruk mengarur clan melindungi kepentingan mereka.• ' f)
Akan retapi, pada sisi lain, luasnya kesempatan unruk menentukan per- (J'
lindungan hukum sendiri, dengan cara menentukan sencliri hukum yang dipilih ff
unruk mengarur clan melindungi kepentingan mereka ~~lalui sistem kontrak I,
yang mereka benruk, juga merupakan persoalan tersenclm. Kebebasan berkon- f
trak sering kali menimbulkan risiko yang justru timbul clari sifat-sifat hukum
kontrak. Risiko ini sering kali berakibat fatal terha~ap pel~ksanaan prediksi- ft
prediksi bisnis, bahkan dapat menimbulkan berbaga1 kerugian yang sering kali 1,.
tida\: diperhitungkan karena risiko demikian itu clapat menghaclirkan ketidak- I~
efisienan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang hukum kontrak aclalah faktor /
yang sangat penting clalam rangka transaksi bisnis yang aman clan clalam rangka f 1

pelaksanaan akibat-akibat transaksi secara konsisten. /

B. KARAKTERISTIK KONTRAK BISNIS INTERNASIONAL :~


I. Karakteristik Kontrak l1
Hukum kontrak aclalah bagian hukum privat. Hukum ini memusatkan per- ,
hatian pacla kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sencliri (self imposed obli- l'
gation). Dipanclang sebagai bagian hukum privat karena pelanggaran terhadap gt
kewajiban-kewajiban yang clitentukan clalam kontrak, mumi menjacli urusan -~
pihak-pihak yang berkontrak.5 1~1
Kontrak, clalam bentuk yang paling klasik, clipanclang sebagai ekspresi if
kebebasan manusia untuk memilih (free for clwice) clan mengaclakan petjanjian.
Hakim terkemuka lnggris, Sir George Jessel (1875) menyatakan:6 it
if there is one thing more than another which public policy requires, it is that men
of full age and competent understanding shall have the outmost liberty of contract• ~i
ing and that their contracts, when entered into freely and voluntarily, shall be held
sacred and shall be enforced by Court of Justice ....
Kontrak merupakan sesuatu yang sakral, yaitu merupakan wujucl dari t
kebebasan (freedom of contract) clan kehenclak bebas untuk memilih (freeoom of
choice). 7 t:
Sejak abacl ke-19 prinsip-prinsip itu mengalami perkembangan clan berbagai ii
pergeseran penting. Pergeseran clemikian clisebabkan oleh: pertama, tumbuhnya

• Sudargo Gautama, Con1oh-am1oh Konn-ak, Rekses & Surai Resmi Sehari-hari, 1991, him. 115-129.
5 Atiyah, opcit., him. 1. '-
• Ibid, him. 5.
; Ibid. ,

62
k-bentuk kontrak standar; kedua, berkurangnya makna kebebasan memilih
be;~ehendak para pihak, sebagai akibat meluasnya campur tangan pemerintah
dal kehidupan rakyat; ketiga, masuknya konsumen sebagai pihak dalam
da a!11 . r kt . . b 1 b
rkoncrak. Ket4,aa ia or mi enu ungan satu sama lain. 8 Namun, prinsip
bebeb:1san berkontrak clan kebebasan untuk memilih tetap dipandang sebagai
ke. .' dasar pembentukan kontrak.
" " ..
Makna kebebasan berkontrak harus d1hmdarkan dari makna bebasnya para
. k111embentuk hukumnya sendiri. Menu rut Sudargo Gautama para pihak
p~ 1 . '
sekali cidak mempunya1 kemampuan untuk membuat undang-undang
::~iri mereka. Mereka hanya diberikan kebebasan untuk memilih hukumnya,
kum mana yang hendak mereka gunakan sebagai dasar dari kontrak yang
hu 9
dibentuknya.
Akibat hukum penetapan suatu kontrak adalah terikamya para pihak untuk
rnelaksanakan ketentuan-ketentuan kontrak sebagaimana yang diperjanjikan
di dalam kontrak, termasuk menerima segala akibatyang timbul dari penerapan
koncrak cersebuc. Jika suatu pihak menandatangani kontrak, ia dianggap
rnenyerujui isi kontrak itu, clan dengan demikian juga dianggap setuju untuk
rerikat dan menerima akibat-akibat pelaksanaan kontrak tersebut. Oleh karena
itu, mengetahui dengan persis aspek-aspek permasalahan materi kontrak adalah
hal yang sangat penting dalam proses pembentukan kontrak. Kesadaran
rerhadap kelalaian yang merugikan yang timbul setelah terbentuknya kontrak
adalah hal yang sama sekali tidak berguna. Pihak yang lalai terhadap aspek-
aspek kepentingannya, yang setelah kontrak terbentuk disadari sebagai sesuatu
yang merugikan kedudukannya, adalah hal yang tidak dapat digunakan sebagai
alasan untuk membatalkan kontrak. Oleh karena itu, penguasaan informasi
selengkap-lengkapnya tentang mitra bisnis, obyek kontrak, serta aspek-aspek
lain yang berpengaruh terhadap substansi kontrak adalah hal yang sangat penting
dalam pembentukan sebuah kontrak.

2. Kontrak Bisnis lnternasional


Kontrak bisnis intemasional adalah kontrak yang dibentuk oleh dua atau le-
bih pihak, yang melakukan transaksi lintas batas negara, yang berkebangsaan

' Ibid., him. 13.


' Sudargo Gautama, Hukum Perdata lntemasional Indonesia, Buku ke-5, Jilid II Bagian IY, 1992, (selanjumya disebut
Sudargo Gautama I), him. 4.

63
betbeda.'° Misalnya, antam pihak bisnis yang berkewarganegaraan lnd~
t~ia
J
(minn Indonesia) dengan pihak bisni~ ~ng berkewarganegaraan AUstralia 11
. ·n&) De n demikian, karakteristtk utama kontrak dagang intern ~tt;-q f
:alah reZpatnya unsur asing di dalam kontrak yang dibentuk, asiot\al t
J1·ka p1'hak-p1'hak berkontrak berkehendak
. d melindungi kepenf1ngan ul
r
.
secara pastt, persoa
lan utama yang berka1tan engan pemberlakuan . nya
b . Pl'J.ns· Ii
. . k trak internasional adalah keharusan ag1 para pihak tp.
prms1p kon ( 1w·ce) hukum yang hendak mereka gunakan sebaga·udntuk
menentu an c I kd I asa 1
L. d kesepakatan yang dibentuk, termasu asar penyelesaian se k r
rransa~1 an ik' . n H l " . ng eta
k' timbul dari kontrak dem ian 1tu. a mt pentmg untuk !t
yang mung m d' ·t·h d h l h 1 Illeng.
hindari keraguan terhadap hukum yang 1P11 an . • a yang tidak efisien 1
yang dapat timbul dari akibat kelalaian melakukan p1hhan demikian itu. 12

c. PERLINDUNGAN KEPENTINGAN BISNIS MELALUI l<ECER_.


MATAN BERKONfRAK
J. Samber Masalah dalam Berkontrak
Kontrak tidak selalu menguntungkan pihak pe~akainya. Dalam keadaan
tertentu bentuk hukum ini bahkan dapat menyuhtkan pemakainya. Mereka
harus berhadapan dengan risiko-risiko, yang kadang-kadang sulit diperhitungkan
sejak awal, yang timbul dari sifat-sifat dasar kontrak. Dua sumber masalah vang
sering menjadi pemicu timbulnya sengketa adalah: pertama, kecermatan dalam
berkontrak, clan kedua, itikad baik para pihak (good faith).
Sumber pertama berkaitan dengan wawasan hukum pihak-pihak pem-
bentuk kontrak, keahlian para pihak menggunakan saluran-saluran hukum
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kontrak, kemampuan para
pihak atau kuasa hukumnya memperhitungkan risiko yang dapat timbul dari
setiap klausula yang ditetapkan dalam kontrak, kemampuan bernegosiasi,
kemampuan memperhitungkan kelengkapan materi kontrak dan kecermatan
dalam membuat rumusan-rumusan klausula yang dapat memperkecil risiko
clan membangun kontrak yang bersifat bersih, terbuka, dan adil (bonafide).
Sumber kedua berkaitan dengan kejujuran clan kualitas mental para pihak.
Tidak sedikit pelaku bisnis menyimpan niat atau strategi bisnis, untuk mewu-
1
~ Pengertian ini ditransformasikan dari pengenian hukum perdata intemasional. Sudargo Gautama, lbi,Jntar
Hukum Perdata lntema.sional Indonesia, 1987 (selanjumya disebut Sudargo Gautama II) him. 3, 21 clan 26. Lihat
juga Sunaryati Hartono, Pokok,pokok Hukum Perdata lntemasional, 1989, him. 12. Juga Sudargo Gautama, KDnnnk
Dagang lntemasional, 1976 (selanjumya disebut Sudargo Gautama Ill), him. 7.
11
Sudargo Gautama I, ocit., him. 175.
12
Gautama, Kapita Selecta Hukum Perdata lntema.sional, 1983 (selanjumya disebut Sudargo GautamaM,

64
. dkan rargec-carge~ ~isnisnya, ~ng secara sengaja disembunyikan atau tidak
Jtl 1kkan sebagai item pembicaraan
d' b . ,,dalam negosiasi. Target-tarnet demikian
dt·111ast dunia b1snis
. . . i,
sermg tse ut impued target, yaitu target bisnis yang secara
d;1lfl°: ·d,.,k ditawarkan secara eksplisit dalam proses negosi·a51·d d·
mip c1 " an secara 1am-
~m:11 hendak diwujudkan melalui kelemahan-kelemahan klausula pihak lawan
di:1 \ecara sengaja dikondisikan demikian.
y:iog b . b k· d
sumber terse ut Juga er aitan engan konsistensi atau perubahan
·k 01 ental (mental stream) para pihak. Dalam kondisi tertentu entah
,,·:1P d k '
karena keadaan yang ter esa yang membuat suatu pihak terpaksa berbuat
npa s,
aJ·a sekadar
.
uncuk
k mempertahankan
d . kelanjutan
. usahanya atau karena
. . 111 ei1packan euntungan engan Jalan pmtas pihak-pihak tertentu
,ngtn h 1·k· d . '
sen.no a kali beruba P iran an menyimpangi apa yang semula disepakatinya
dalam kontr~k. Walaupun sangat dikecam, karena bertentangan dengan
prinsip-prins1p huku~ kontrak, prakcek-praktek itu sangat sulit dihapuskan.
Para penganut teon hukum alam (natural law) memaklumi keadaan
demikian sebagai sifat alamiah suatu tradisi bisnis. Oleh karena itu, sebagai
kompensasinya, mereka menganjurkan masyarakat untuk tidak berusaha
melenyapkannya, tetapi meredam dampak buruk sifat demikian melalui
emanfaatan kecerdasan clan kecermatan berkontrak. Sebuah kontrak harus
~ibentuk dengan memperhitungkan segala kondisi yang berpengaruh, baik
yang ada pada saat kontrak dibentuk maupun yang mungkin timbul di
kemudian hari saat kontrak dilaksanakan. Hakikac suacu negosiasi bisnis
clan pembentukan kontrak bisnis adalah pengaturan materi bisnis dan
perhitungan terhadap risiko yang mungkin timbul.
Sumber penting masalah yang juga sangat berpengaruh terhadap
penyusunan kontrak yang adil adalah berkembangnya fenomena kontrak
standar. Kontrak ini, dalam perspektif praktek bisnis Indonesia, umumnya
disodorkan secara sepihak oleh pihak mitra asing kepada pihak mitra Indone-
sia. Pihak Indonesia, terhadap kontrak-kontrak demikian ini, sering kali lalai,
atau jika disadari, sering kali gagal melakukan koreksi terhadap bagian-bagian
koncrak yang dapat merugikan. Kelalaian atau kegagalan icu umumnya
disebabkan oleh dua hal: pertama, kuatnya bargaining position mitra asing; acau
kedua, lalainya mitra Indonesia terhadap rumusan-rumusan perjanjian yang
dapat merugikan pihaknya.
Sebab pertama, umumnya disebabkan oleh keterpusacan modal, keahlian,
manajemen, informasi, clan faktor-faktor produksi lainnya pada pihak mitra
asing, serta kelebihan mereka dari segi pengalaman berkontrak atau bernegosiasi.
Semencara itu, sebab yang kedua umumnya disebabkan oleh keahlian pihak

65
~ii
. _, Iam merumllSka n klausuh
3SII~ \.13 ' '
kontrak sehingga tampak sederhana, IUga l'A
8
dan munmlisris. ' /
Sumber-sumber masalah demikian, untuk keperluan perlindun /' I
k . d d gan '/
kepentingan bisnis, pembentukan kontra yang ~aJar an a il, sebaiknya fi
dipelajari secara cermat agar dapat di~k nakan sebaga, upaya untuk meng)tjnda,;
risiko-risiko berkontrak yang merugt an. fJ

'
2. Lemahnya Perlindungan Hukum di Indonesia
Masalah lemahnya jaminan perlindungan hukui:n loclo~esia terhadap ke. it
~ntingan pihak mitra Indonesia meru~akan ak1bat clan lemahnya sistern ,i
hukum kontrak yang berlaku di Indonesia, termasuk kurang progresifnya I _ /
donesia dalam memanfaatkan potensi hukum internasional untuk keperlua: I
perlindungan demikian itu.
Sistem hukum kontrak Indonesia, hingga saat ini, masih didasarkan kepada
Pasal 1338 KUH Perdata (BW) yang mensyaratkan terbentuk clan sahn a /.•t
perjanjian berdasarkan kesepakatan para pihak. Padahal dewasa ini cenderu~ r
berkembangbentuk-benruk kontrak standaryang umumnya, diberlakukan ole~ 11
pihak mitra asing. Kontrak standar adalah formulasi kontrak yang rumusannya
telah ditentukan (ditetapkan) secara sepihak oleh salah satu pihak transaks·I,
dalam konteks ini, mitra asing yang akan menjadi mitra bisnis pihak mitra
Indonesia.
Pihak Indonesia, umumnya, memiliki kesempatan sangat kecil untuk
menegosiasikan kepentingannya. Transaksi yang berlaku adalah transaksi take
it or leatJe it, mau menerima atau tidak, clan karena alasan-alasan tertentu, pihak
Indonesia umumnya cenderung menerima. Pola-pola seperti ini harus dihindari
dengan cara-cara berkontrak yang lebih baik. Pihak mitra Indonesia harus
mengusahakan perlindungan hukum sendiri, sementara ketentuan hukum
nasional belum mengakomodasikan kebutuhan demikian itu, untuk keperluan
perlindungan kepentingan bisnisnya melalui mekanisme clan cara-cara
berkontrak yang lebih cermat.
Sebab-sebab lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kelemahan
demikian itu adalah kurang progresifnya Indonesia memanfaatkan fasilitas-
fasilitas perlindungan hukum yang disediakan oleh hukum internasional.
Terdapat sejumlah ketentuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi
kekosongan itu, seperti: GAIT Anti-Dumping Code, clan beberapa konvensi
internasional penting lainnya seperti Omvention on the law applicable to interna-
tional sales of goods (1955).

66
endaripun k~ni terdapat ~rkembangan r:1ng sangat menggembirakan,
gan aknfnya keterltbatan Indonesia dalam pendesainan clan
ti den . .. . .. be
fit dar:tt'\gllnan perJan1ian-perJan1 1an yang rsifut melindungi pelaku bisnis,
penan_ n:1ndacanganan WfO Agreement, harus disadari bahwa kapasitas
sepertt..pe itu sangaclah terbatas, yaitu terbatas pada transaksi-transaksi bisnis
.1kukan dalam kerangka WTO • Dalam hal penyelesaian sengketa, juga
perJ·ai1Jl:lll
y:,n,g di :an bahwa Badan Penyelesaian Sengketa (Disputes Settlement Body) WTO
dite1'tuberurusan dengan sengketa-sengketa yang timbul dari akibat pelaksanaan
haov:' .. 11 (WTO Agreement) dan sama sekali tidak berkaitan dengan perjanjian
·ao11a d'b
pell !Jersifat privat, yang 1.uat.untuk ~uatu transaksi antarperusahaan. Jika
fog perusahaan merasa d1rugikan akibat tindakan proteksi suatu negara,
soatuh ,·ru harus disampaikan kepada pemerintahnya yang akan menyelesaikan
,..!tJ an
"'e but melalui kerangka penyelesaian sengketa WT0. 13
hal rerse
Kerenruan cersebut menunjukkan bahwa untuk masalah-masalah yang
·far privat, yang berkaitan dengan transaksi bisnis intemasional, tetap berlaku
be;~tn
0
kontrak. Oleh karena itu, subyek bisnis, tetap harus mengusahakan
" . dungan sendiri melalui kontrak yang dibentuk dari akibat-akibat peri-
per1lll . .
rang mitra btsmsnya.
laku c U

}. Cara Berkontrak
Masalah di atas tidak dapat dihindari dengan cara menghindarkan penggunaan
koncrak dalam suatu transaksi bisnis. Hingga saat ini belum ada instrumen hu-
kum lain yang dapat digunakan sebagai instrumen pengganti, untuk menggan-
tikan kedudukan kontrak sebagai instrumen pengikat suatu hubungan bisnis.
Sejak abad ke-16 masyarakat bisnis telah mengakui instrumen itu sebagai satu-
sacunya instrumen yang paling sesuai dengan sifat-sifat bisnis yang menguta-
makan kelenturan dan efisiensi.
Belakangan, pengakuan tersebut dikukuhkan oleh berbagai kecenderungan
yang muncul dalam praktek bisnis intemasional, seperti perkembangan berbagai
bentuk kontrak, sesuai dengan obyek atau materinya.
Masyarakat bisnis sebaiknya mengetahui tata cara berkontrak14 yang aman,
yang dapat menghindarkan mereka dari risiko-risiko merugikan. Secara praktis
dapat digunakan cara-cara berikut. Pertama, memilih mitra bisnis secara selektif.
Hendaknya dipilih mitra yang bonafide atau memiliki reputasi dan kapasitas
11
GAIT 1994, Tantangan dan Peluang, XI-I.
"Mengenai tahap-tahap dan cara-cara ini, dapat diperiksa Schaber, Gordon D, and Rohwer, Claude D., Contmcts
in• Nuuh,U, Second Edition, West Publishing Co, St. Paul. Minn., 1984. )uga Lusk, Harold F., Business Law,
Richard D. INsn, INC., Homewood, Illinois, 1966, him. 82-323.

67
bisnis ng baik. Hal ini dapat dilakukan denga~ cara menjaring i~
ya
l k kapnya Kedua, memanfaatkanJasa konsultan vang 0ttnas 1
yanuse eng ap-Ieng · k 111e •
kuaiifikasi keahlian unruk menyusun dra t maupun untu °:e-revietv ko:1liki
• kan 1
. men}\.'..\.J.1ta
Keaga, tk . tentang sifat clan kap trak
, •nfum1asi selengkap-lengkapnya . ·
. . ak
b1sms yang an ige ·
d' lar Keempat memanfaa an Jasa negosiator y clsttas
' l ang p
. J .
st0na1. asa m1 un1
. umnya tersedia pada konsu
1-
tan tertentu
k
yang k tofe.
se al·
an Jasa mediasi· KeUma ' merumuskan KOntra secara ringkas, ce lg\_[8
n--.-l · k .
menr='1a
dan selengkap-Iengkapnya , tem1asuk pencantuman klausula-klausula Pilih _l1'nat
hukum dan penyelesaian sengketa. an
Secara ringkas, upaya-upa~ ~ersebut dap~t dilakukan dengan dua car
~ ·...11ma , memilih mitra bisms yang. bonaf1de,
ya1·ru, """" . ddan kedua,
. memanf:aatkaa
jasa konsultan yang memiliki kualifikas1 keahhan alam b1dang itu. I\

Dalam kehidupan praktis, para pelaku bisnis sebaiknya mengetahu· b


1 er.
bagai aspek yang harus diperhatikan dalam membentukkontrak, seperf
I sta
rus, kapasitas , clan bonaficlitas setiap pihak, karakteristik obyek kontrak, serta·
masalah pilihan hukum clan pilihan terhaclap bentuk penyelesaian sengketa
yang akan cligunakan.
Setiap pihak sebaiknya mengetahui secara pasti status da~ potensi ekonom~
pihak yang akan clijaclikan mitra kontraknya. Dalam hal kerJa sama modal atau
pemasaran, sebaiknya cliketahui: statusnya, sebagai induk atau caban
perusahaan; pem1odalan, omset, clan luas pasamya; bonafiditas serta riwaya~
perkembangan clan praktek bisnisnya. Kelalaian terhaclap hal ini dapat
melahirkan berbagai masalah yang berkaitan clengan penuntutan tanggung
jawab terhadap akibat pelanggaran kontrak yang clilakukan oleh salah satu pihak,
luas kewajiban yang harus dilaksanakan sehubungan clengan ketja sama yang
clibentuk, porsi pembagian keuntungan yang dihasilkan ketja sama, luas
tan&,uung jawab setiap pihak terhaclap pihak ketiga, clalam hal timbul kerugian
terhadap pihak ketiga akibat penerapan kontrak yang dibuat.
Hal keclua yang harus clicermati aclalah masalah obyek kontrak. Para pihak
sebaiknya mengetahui clengan pasti karakteristik obyek kontrak yang akan
dipetjanjikannya, serta implikasi clari setiap rumusan kontrak yang dibentuk
sehubungan clengan obyek tersebut. Kelalaian terhaclap hal ini clapat menim-
bulkan berbagai permasalahan yang berkaitan clengan pelaksanaan serta akibat-
akibat pelaksanaan kontrak, termasuk keuntungan yang seharusqya cliperoleh.
Para pihak juga perlu menentukan hukum yang akan digunakan sebagai
dasar dari kontrak yang dibentuk, termasuk sistem hukum dan cara penye-
lesaian sengketa yang akan clipilih untuk menyelesaikan sengketa yang timbul,
secara langsung maupun tidak langsung, dari akibat penerapan kontrak. Masalah

68
enting terutama clalam kaitan dengan kontrak
P d'b
iJli saogat cransaks'1 b'isms
· mternas1ona
· • l. Untuk kepe yang . . 1 uat untuk
1i.i:1n h .d . . 1
r uan m1, para pihak
kePer mengeta m engan pasti s1stem hukum (domestik . l)
sebaiknya g akan dipilih sebagai clasar kontrak maupun d nasiona I su~tu
ra yan . l d h l . . cl asar penye esaian
!legit Pengaba1an ter 1a ap a m1 apat menimbulk lhb
keta, k h k an masa a erupa
seog 0 status atau esa an ontrak yang clibentuk• k k d
bura k kkb , e acauan alam
kekll 1. 0 sengketa, arena e a uran sikap terhadap lemb l .
1esa a . k cl . . aga penye esa1an
penf \lllngakand1guna an; anket1clak1elasanhukumya d' 'l'h b .
oketa 1'· k s· l kh cl ng lpl l se agat
se~r penyelesaian seng eta. impu a ir ari masalah-masalah ini aclalah
dll~siensi,
1
yang dapat b~rpengaruh buruk terhadap pelaksanaan prediksi-
ine • bi'snis serta pewu1udan keuntungan.
prediksl

ttUKUM YANG BERLAKU DALAM KONTRAK INTER-


D, NASIONAL
pj/ihan Hukum
J. oasar-dasar Pilihan Hukum
•Pilihan hukum ~idasarka~ pad.a bebe~pa alasan, J)ertama, yang bersifat falsafah,
/(eflua, yang bers1fat praktis, kenga, bers1fat kebutuhan, yaitu sebagai kebutuhan
uncu kmelakukan transaksi internasional.
15

A/asan pertama menunjuk pada pengakuan terhadap kehendak manusiasebagai


esuatu yang mendasar yang senantiasa harus diperhatikan dalam mengatur
~ehidupan mereka. Marcini memandang otonomi para pihak sebagi prinsip
rnendasar dalam hukum perdata internasional. Prinsip itu memberi ke.sempatan
kepada para pihak untuk secara bebas menentukan kemauannya sendiri.
Ala.san kedua memberikan kesempatan kepada para pihak untuk secara
praktis mempertimbangkan hukum yang dipilih serta akibat dari pilihan
demikian itu. Alasan ketiga merupakan ekspresi dari tujuan hukum pada umum-
nya. Penentuan pilihan hukum merupakan cara bagi para pihak untuk lebih
rnenjamin kepastian bagi transaksi yang dilakukan serta menjamin kepastian
pelaksanaan akibat-akibat transaksi, termasuk penanganan sengketa yang
rnungkin timbul dari transaksi demikian itu, sehingga risiko clan kerugian yang
rnungkin timbul dari akibat transaksi dapat ditekan ke tingkat minimum atau,
bila perlu, dihindarkan sama sekali. ·
Ahsan keempat merupakan konsekuensi riil suatu hubungan transaksi yang
bersifat lintas batas negara, yang melibatkan pihak-pihak yang tunduk kepada
sisrem hukum yang sering kali ticlak sama. Dalam hal demikian, pilihan hukum
IIsd
u argo Gautama, opcir., him. 78-84.

69
diperlukan untuk menghindari aldbat-akibat yang mungkin timbul
pena~han, penghentian atau pembatalan pe~a.ksanaan suatu Perj:~~trti
scbaga, akibat diadakan atau tidak diadakannya p,lthan hukum. Jan,

b. Prinsip-Priruip dan Batas-Batas Pilihan Hukum


1) Puti.Putonomie
Menurut prinsip in~ para pil1ak merupakan pilW< yang ~aling berhak menentukan
hukum yang hendak mereka pilih dan berlaku sebaga1 dasar transaksi, tennas
sebagai pen~esaian sengketa sekiranya timbul suatu sengket:a dari kon uk
dibuat 16 Prinsip ini merupakan p~ip yang te~ secara umum :!
rertulis diaku1 oleh sebagian besar negara, sepertt Eropa CTtal1a, Portugal, Yunani)
Eropa Timur(Polandia, c.ekoslcwakia, Austria), negara-negaraAsia-Afrika, terJnasuk
Indonesia, dan negara-negara Amerika, khususnya Kanada. 17

2) &nafide
Menurut prinsip ini, suatu pilihan hukum harus didasarkan itikad baik (bonafide)
yairu sematamata untuk tujuan kepastian, perlindungan yang adil, clan jam~
yang lebih pasti bagi pelaksanaan akibat-akibat transaksi (isi perjanjian).

3) Real Connection
Beberapa sistem hukum mensyaratkan keharusan adanya hubungan nyata
antara hukum yang dipilih dengan peristiwa hukum yang hendak ditundukkan;
didasarkan kepada hukum yang dipilih. 18

Larangan Penyelundupan Hukum


4)
Pihak-pihak yang diberi kebebasan untuk melakukan pilihan hukum, hendaknya
tidak menggunakan kebebasan itu untuk tujuan kesewenang-wenangan demi
keunrungan sendiri. 19

5) Ketertihan Umum
Suaru pilihan hukum tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, yaitu
bahwa hukum yang dipilih oleh para pihak tidak boleh bertentangan dengan

16 Sudargo Gautama II, opcir., him. 34-35.


,; Sudargo Gautama I, opcir., him. 213-231.
18 Sudargo Gautama I, ibid., him. 21.
19 Ibid., him. 20-21.

70
. :1sasi hukum dan masyarakat, hukum para hakim yang akan
.flJi-se n.d ...aketa
1
• bahwa ketertt'ban umum (orde public) merupakan pembatas
·,ee~dih se,..,,.,uan seseorang dalam melakukan pilihan hukum (une hrimiere
f11 kell'l•• Y"
rfll,11 a l'excercide de la volonte individualle). 20
f ·,(l(ioll de
1i111''
MeJakukan Pilihan Hukum
21
,. 1car3 ti· na tidak empat cara untuk melakukan pilihan hukum yaitu ,..__
itrpa o , Y"'
fef\ a~ecara cegas (uitdrukk_elijk, met zovele w~den}, kedua, secara diam-diam
rof11Ll• .. end); ketiga, secara dianggap (vermoedeli1k); clan keempat, secara hipotesis
.. ·l) ,
(5 ri1zt11Jg . he part1JWI
path£tl5C
(hy ()ira pertama meng~aruskan a~anya pemyataan tegas, semacam klausula
ontrak yang d1bentuk, mtSalnya, terhadap kontrak X diperlakukan
d'daan'lI. k
1
egara Y atau negara Z.
h1.1k1.1rn n
Cara ket1ua merupakan cara penundukan hukum tidaksecara tegassebagairnana
yang pertama. Pada cara ini, penundukan hukum yang dilakukan oleh para
~ak cerhadap hukum ne~ra tertentu, harus disi~pulkan dari sikap clan tingkah
para pihak yang menunJuk pada adanya kond1S1 penundukan hukum itu (their
lt}uzvior show ... .intentionally connected with the private law ofcertain country). 22 Misalnya,
ihak menunjukkan kecenderungan untuk mengarahkan penundukan
para P
konrraknva kepada hukum negara X
Cara l<etiga menyerupai cara kedua, yaitu bahwa para pihak tidak secara
re!!35 menyarakan penundukan dirinya. Para pihak hanya menunjukan perilaku
i:hwa mereka tunduk kepada sistem hukum negara tertentu. Perilaku demikian
dianggap sebagai bentuk penundukan dirinya (pilihan hukumnya).
Cam keemJxlt lebih merupakan hipotesis para hakim dalam menangani sengketa
dari hubungan hukum pihak-pihak tertentu, dalam kondisi, di mana pihak-pihak
iru tersendiri sesungguhnya tidak memiliki pikiran ke arah itu. Hakimlah yang
mencari, hukum mana yang kiranya dikehendaki oleh para pihak.23

2. Hukum yang Berlaku dalam Kontrak lntemasional


Melakukan pilihan hukum dalam kontrak intemasional berarti memperhi-
tungkan dua kondisi yang dapat timbul dari akibat dilakukan atau tidak dila-
kukannya pilihan hukum.
"sudargo Gautama, Beberapa Putwan Perkara Hukum Perdata /ntemasional clan Kom,erui-Konwnsi lntemasional yang
., l'erlu diP,,-hatikan Oleh Pengadilan, paper, him. 3.
. Ibid., him. 28
", Pandangan mi · · pernah d1kemukakan
. . . him. 41.
oleh Rabel. Lihat Sudargo Gautama I, 1b1d.,
., S d
u argo Gautama I, ibid., him. 54-55.

71
oiliJcukannva Pilihan Hukum
a. Kondisi Akibat hukum yang hendak diberlakuk
penecapan
Pilihan hukum acau ·d k selalu menghas1'lkan manfaat an terha,t
0 na1 n a
·
ru kontrak inrem~• . ' hukum, terhadap sistem hukurn ""' ti • lvti .
POsi 'f
mal inform~,. renta ng sisrem enjadi sebab lah'tmya ak'b
sua t at-akibat·•lana ~t\ll"~
duk~ diri dilakukan, dapat m 'hak. 0apat saja suacu kontrak rn ne~atif 'fa,,"·
dak1
tidak dikehen ·. oleh para lamip1"cacat hukum" akibat kurangnya, Pe enJad·I bataJ
·•~
demi hukum, arau m~nga g diberlakukan terhadap kontrak y lllahal))a,,
__-1. dap s1srem yan b .k ang ""' ·•
para pihak ccrua crak enetapkan su stans1 ontrak atau ·• 1erek
M. I suatu kon m d' ·t·h k l SVarat-s., a
buat isa nya,. oleh hukum yang ip1 1 atau esu itan lainn -,arat
kontrak yang dilarang · rem hukum yang berbeda. 24 Ya Ya.n
. cimbul akibat adanya sis . . g
mungkin . "ka kesulitan-kesulican d1 atas telah d1perhitungkan
Akan tetapt JI
penenruan hukum yang hendak diberlakukan terhadap' to.aka
alasan ura~ menghindari keragu-raguan pemberlakuan hukurn dal suatu
adalah unru'-- d . kontrak yang dibentuk. 25 Oleh karena sifat d ha!
timbul sengKeut an .J. d-. d an ca.
nd k d . . secara tidak regas (diam-(.nam, ianggap, an hipotesis) d ra
pcnu u an in ·t·h h k a alah
. 'f. da kabumya dengan tiadanya p1 1 an u um, maka sebag .
fikti n sama . ahl' ·t·h h k attn.an
keban'yakan praktek dan an1·uran para i, p1 l an .u um atau Penetap a
h ku berlaku sebaiknya dilakukan secara tegas, ya1tu dengan cara m an
ucleanmyang
ldausula yang cegas mengenai ha11tu · d'1da1am LKontrak.26 Pentin enern.
:...lmi hihw.i cara penundukan diri demikian (tegru;) tidak selalu diwuji::
dalam benruk ldausula yang tegas. Ada kalanya dipergunakan klausula a
secara ~-o-t'P0!:11: menunjukkan s1'kap para pihak mengena1. p1'l'h 1 an hukum, sepyern Ilg.
. .
as if the policy were signed m London. 27

b. Akibat Tidak Dilakukannya Pilihan Hukum clan Teori-Teori PiJihan


Hukum
Seorang Lawyer Inggris pemah mengalami banyak kesulitan ketika kliennya
tidak memenuhi anjurannya unruk memilih hukum lnggris bagi setiap kontrak
yang dibenruknya. Pada suaru wakru ketika timbul sengketa dari klien yang '
diranganinya, lawyer iru telah mengalami berbagai kesulitan akibat kekaburan
hukum, dan kesulitan pilihan hukum yang harus dilakukannya. Kesulitan itu
berkaitan dengan wakru clan biaya yang hams dikorbankannya. 28
u Sudargo Gautama I, ibid., him. 28
:s lihar Sudargo Gautama IY, opcit., him. 72.
16

1 lihat contoh ldausula demikian iru dalam Sudargo Gautama I, opcit., him. 32.; juga him. 36.
' Sudargo Gauuma I, ibid., him. 34.
11
Lihar Sudargo Gautama (Y, opcir., him. 72.

72
,...-- h kasus ini segera memberi ilustrasi bahwa masalah efisiensi adalah
c;oocokibat negatif yang dapat muncul dari keharusan untuk menetapkan
J, satU a
!ai· ng berlaku bag1. suatu LKOntra k• Isu m1. . akan mempunyai nilai yang
53
i,ukll 111 :ting, dalam kaitan dengan aktivitas bisnis.
5'1~ac peya yang disediakan oleh Hukum Perdata lnternasional dalam kaican
v:~ondisi kedua adalah dikenalnya beberapa teori yang dapat digunakan
deog3 enemukan hukum yang seharusnya berlaku bagi suatu hubungan
ullwk :i:i.l, dalam hal tidak ditentukannya hukum yang berlaku bagi para
kolltf3k 1ieori-reori itu adalah: pertama, teori Lex lod contractus· kedua teori Lex
P1·ha. solutionis;
. . teon. the proper law of the contract; dan keempat,
kenga, ' teori
' the most
29
/itl _,.,,,,;sties connecrion.
c1iar£ll-""'-

feori Lex loci contractus


~enurut reori Lex ~d contr~, ~ukum yang berlaku adalah hukum tempat
di mana kontrak d1buat. Teon m1 merupakan teori klasik yang tidak mudah
dicerapkan dalam praktek pembentukan kontrak intemasional modem sebab
pihak-pihak yang berkontrak tidak selalu hadir bertatap muka, membentuk
koncrak di satu tempat (contract between absent person). Dapat saja mereka
30
berkontrak melalui telepon atau sarana-sarana komunikasi lainnya.
Altematif yang tersedia bagi kelemahan teori ini adalah pertama, teori post•
!xix, dan kedua, teori penerimaan. Menurut teori post-box, hukum yang berlaku
adalah hukum tempat post-box di mana pihak yang menerima penawaran (offer)
itu memasukkan surat pemberitahuan penerimaan atas tawarap. itu. Sementara
itu, menurut teori penerimaan, hukum yang berlaku adalah hukum tempat di
mana pihak penawar menerima surat pemyataan penerimaan penawaran dari
31
pihak yang menerima tawaran.

2) Teori Lex loci solutionis


Menurut teori Lex loci solutionis, hukum yang berlaku adalah hukum tempat di
mana perjanjian dilaksanakan, bukan di mana tempat kontraknya ditanda-
tangani. Kesulitan utama kontrak ini adalah, jika kontrak itu harus dilaksanakan
tidak di saru tern.pat, seperti kasus kontrak jual beli yang melibatkan pihak-

19
Sudargo Gautama N, ibid., him. 73-81.
io Sudargo Gautama N, ibid., him. 74
li'Ji
;or1•Post-box banyak dianur oleh negara-negara Anglo.Saxon atau Common I.aw. Sedangkan tevri penerimaan (theory
0 amval), dianur oleh negara-negara Civil I.aw Systems. Lebih jauh lihat Sudargo Gautama N, ibid. him. 74.

73
pihak (penjual clan pembeli) yang berada di negara yang herbeda, clan de
sistem hukum yang berbeda pula.32 l'tga11

3) Teori the proper law of the contract


Menurut teori the proper Law of the con~act, huk~m yan_g herlaku adalah huku
ncgara yang paling wajar berlaku bagi kontrak 1tu, yaitu dengan cara rn ll1
titik berat (center ofgravity) atau titik taut yang paling erat dengan kontrake~cali
ttu,3J

4) Teori the most characteristic connection


Menurut teori the most characteristic connection, 3-4 hukum yang berlaku adal
hukum dari pihak yang melakukan prestasi yang paling karakteristik. I<elebi~
teori terakhir ini adalah bahwa dengan teori ini dapat dihindari beberapa k
sulitan, seperti keharusan untuk mengadakan kualifikasi Lex loci contracrus e-
l.ex loci solutions, di samping juga dijanjikannya kepastian hukum secara
awal oleh teori ini.
1::~
Dengan demikian, sebagaimana ditekankan oleh Profesor Gautama teo .
, n
the most characteristik connection adalah teori pilihan hukum yang paling repre-
sentatif untuk menentukan hukum yang seharusnya berlaku bagi suatu kontrak
intemasional.

E. KESIMPULAN
l. Hukum yang berlaku untuk kontrak intemasional adalah hukum yang
dipilih oleh para pihak;
2. Pilihan hukum dalam kontrak intemasional harus dilakukan menurut
prinsip clan batas-batas pilihan hukum yang berlaku dalam HPI;
3. Pemyataan pilihan hukum dalam kontrak intemasional sebaiknya dinya-
takan secara tegas;
4. Jika pilihan demikian tidak dinyatakan secara tegas atau tidak dilakukan
oleh pihak-pihak yang bersangkutan, penentuan hukum yang berlaku ter•
hadap kontrak itu sebaiknya ditentukan dengan menggunakan the most
characteristics connection theory.

***

l2 Ibid., him. 76.


JJ Perhatibn contoh lcasus &issemin vs. Weil, Sudargo Gautama IV, ibid., him. 77.
:u Ibid.

74
DAFI'AR BACAAN
7
p.S., n,ie Law of Contract, Clarendon press, London, 1981.
f.ctiffl• Wolfgang, The Changing structure of International I.aw Steve &
,.i 1ann, 964 ' n
f~fl.'!1 London, 1 .
,___ J_ •
(llll Sudargo, Hukum Peruata lntemas10nal lndonesia, Jilid II, Bag. 4, Buku
(t<lllca 'Alumni, Bandung, 1983.
ke-5, ,___J - •
e,apita Selecta Hukum Peruata Intemas10nal Indonesia, Alumni, Bandung,
-----1983. .
pengantar Hukum Perdata lnternasional Indonesia, Alumni, Bandung, 1987.
.,,--, [(ontrak Dagang Intemasional, Alumni, Bandung, 1976.
.,,--, eonwh-contoh Kontrak, Rekes & Surat Resmi Sehari-hari, Citra Aditya Bakti,
---Bandung, 1991.
Beberapa Putusan Perkara Hukum Perdata lnternasional dan Konvensi 2
--[nternasional yang Perlu Diperhatikan oleh Pengadilan.
Sunaryati, Pokok-Pokok Hukum Perdata lnternasional, Binacipta,
Hartono,
Bandung, 1989.
Lusk, Harold F, Business Law Principles and Cases, Richard D. Irwin Inc., Illi-
nois, 1968.

Anda mungkin juga menyukai