Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA GLOBAL

INTELIGENSI MORAL: AGENDA MASA DEPAN PEMIMPIN GLOBAL

DOSEN PENGAMPU: TRI MARDIANA DRA,MSI

KELAS EM-D

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. ERNA ISMI SUSANTI (141180090)


2. FINA KURNIA (141180119)
3. NURRAGA NOVRIDHO YUDATAMA (141180293)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kecerdasan moral merupakan bagian dari manusia yang mempertajam nilai moral
manusia. Kecerdasan moral merupakan inti kecerdasan bagi seluruh manusia: karena
kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk membuat sesuatu
yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan yang baik,
Tanpa kecerdasan moral: kita tidak dapat berbuat sesuatu yang berkenan dan sesuai
dengan nilai-nilai yang ada. Pada dasarnya cara menumbuhkan karakter yang baik dalam
diri seseorang adalah dengan membangun kecerdasan moralnya Zubaedi (2011:55) dari
pendidikan karakter secara esensial: yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral
(building moral intelligence) atau pengembangan kemampuan moral sehingga dengan
demikian kecerdasan moral dan karakter adalah sejalan dan keduannya merupakan faktor
yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah dan definisi kecerdasan moral?
2. Bagaimana proses kecerdasan moral sebagai asset perusahaan?
3. Bagaimana proses perkembangan kompetensi moral?

C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah dan definisi kecerdasan moral.
2. Memahami kecerdasan moral sebagai asset perusahaan.
3. Memahami perkembangan kompetensi moral.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. KECERDASAN MORAL: SEJARAH DAN DEFINISI


1. SEJARAH
Perkembangan moral merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
perkembangan kepribadian dan sosial anak. Perkembangan moral pada awalnya
masuk ke dalam salah satu bidang etika, akan tetapi sekitar tahun 1930 mulai
diadakan penelitian tentang fenomena moralitas di Amerika dan Eropa. Kemudian
pada tahun 1950 perhatian mengenai moral mulai mendorong perkembangannya
penelitian tetang moral.
Menurut Coles (2001) mengartikan moral sebagai: The capacity to understand
right from wrong, it means to have strong ethical conviction and to act on them so
that ones behaves in the right and honorable way. This wonderful aptitude
encompasses such essential life characteristic as the ability to recognize some one’s
pain and to stop one self from acting on cruel intentions; to control one’s impulse and
delay gratifications; to listen openly to all sides before judging; to accept and
appreciate differences; to stand up against injustice, and to treat others with
compassion and respect.
Dapat diartikan sebagai Kapasitas untuk memahami benar dan salah, artinya memiliki
keyakinan etis yang kuat dan bertindak pada mereka sehingga orang-orang
berperilaku dalam cara yang benar dan terhormat. aptitude indah ini meliputi
karakteristik hidup yang penting seperti kemampuan untuk mengenali nyeri seseorang
dan untuk menghentikan salah satu diri dari bertindak atas niat kejam; untuk
mengontrol seseorang impuls dan keterlambatan pemberian hadiah; untuk
mendengarkan secara terbuka kepada semua pihak sebelum menilai; untuk menerima
dan menghargai perbedaan; untuk berdiri melawan ketidakadilan, dan
memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan rasa hormat.
Sedangkan Borba (2008), kecerdasan moral diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami benar dan salah dan berpendirian yang kuat untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan nilai moral. Di sisi lain, Lennick & Kiel (2005)
menjelaskan kecerdasan moral sebagai kapasitas mental untuk menentukan cara
prinsip manusia yang seharusnya diterapkan pada nilai-nilai tujuan dan perilaku
individu. Kecerdasan moral lebih mendasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan
moral didefinisikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah
yang sesuai dengan prinsip hidup kemanusiaan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kecerdasan moral
adalah suatu bentuk evaluasi individu atas yang benar dan apa yang salah, dan moral
meliputi penerimaan individu atas aturan dan nantinya berpengaruh pada perilaku
individu terhadap orang lain.
2. DEFINISI
Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah.
Artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan
tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan yang sangat
penting ini mencakup karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami
penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat; mampu mengendalikan dorongan
dan menunda pemuasan; mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan
penilaian; menerima dan menghargai perbedaan; bisa memahami pilihan yang tidak
etis; dapat berempati; memperjuangkan keadilan; dan menunjukkan kasih sayang dan
rasa hormat terhadap orang lain.
Hal tersebut merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk anak didik
menjadi baik hati, karakter kuat, dan warga negara yang baik (Good Citizenship).
Kita melihat betapa anak-anak semakin tenggelam dalam berbagai persoalan yang
serius karena mereka tidak pernah mempelajari kecerdasan moral. Dengan naluri
yang lemah, kontrol diri yang rapuh, kepekaan moral yang kurang, dan keyakinan
yang salah, membuat anak-anak mengalami hambatan. Meski penyebab merosotnya
moralitas sangatlah kompleks, terdapat fakta yang tidak dapat dipungkiri: lingkungam
moral tempat anak-anak dibesarkan saat ini sangat meracuni kecerdasan moral
mereka. Mengapa demikian? Pertama, sejumlah faktor sosial kritis yang membentuk
karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh, yaitu: pengawasan orang tua, teladan
perilaku bermoral, pendidikan spiritual dan agama, hubungan akrab dengan orang
dewasa, sekolah khusus, norma-norma yang jelas, dukungan masyarakat, stabilitas,
dan pola asuh yang benar. Kedua, anak-anak secara terus-menerus menerima
masukan dari luar yang bertentangan dengan norma-norma yang tengah kita
tumbuhkan. Kedua faktor tersebut berperan terhadap kerusakan moral anak-anak kita
bersamaan dengan hilangnya kepolosan mereka.
Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut muncul dari berbagai
sumber yang mudah didapat anak-anak. Televisi, film, video permainan, musik pop,
dan iklan memberikan pengaruh terburuk bagi moral mereka karena menyodorkan
sinisme, pelecehan, materialisme, seks bebas, kekasaran, dan kekerasan. Hal-hal
buruk di dunia internet juga sangat mengejutkan: pornografi, pencurian dan
penyiksaan/pembunuhan, pemujaan setan, pedofilia, dan begitu banyak
situs-situs penghasut yang mengajarkan kebencian, yang semuanya bisa lolos dari
sistem filter terbaik sekalipun. Tentu saja media popular bukan satu-satunya yang
memberi pengaruh buruk; siapa pun atau apa pun yang berbenturan dengan keyakinan
dengan keyakinan moral keluarga adalah ancaman, termasuk di dalamnya teman
sebaya dan orang dewasa.
Kenyataannya pengaruh negatif begitu melekat dalam budaya kita, sehingga
hampir tidak mungkin menghindarkan anak-anak dari pengaruh tersebut. Meskipun
kita sudah berusaha membatasi atau melarang penggunaan media tersebut di rumah,
sekali mereka keluar rumah, mereka bisa mendapatkannya di mana-mana. Itulah
sebabnya mengapa membangun kecerdasan moral sangat penting dilakukan agar
suara hati anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga
mereka dapat menangkis pengaruh buruk dari luar. Kecerdasan moral menjadi otot
kuat yang diperlukan untuk melawan tekanan buruk dan membekali anak kemampuan
bertindak tanpa bantuan orang tuanya.

B. KECERDASAN MORAL SEBAGAI ASET PERUSAHAAN


Karyawan yang memiliki kecerdasan moral dapat dianggap sebagai aset yang
sangat berharga buat perusahaan. Semakin karyawan mengenbangkan kecerdasan moral,
maka semakin positif perusahaan yang akan terjadi pada pekerjaan dan juga
padakesejahteraan pribadi. Dengan berpegang pada pendoman moral, karyawan tidak
hanya akan menghilangkan konflik hidup yang tidak dapat dihindari tetapi juga akan
memnberikan kepuasan pribadi yang luar biasa dan penghargaan yang profesional.
Kecerdasan moral dapt memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki oleh
seorang karyawan; kecerdasan emosional, kecerdasan tehnical dan kecerdasan kognitif,
untuk mencapai tujuan yang paling penting bagi perusahaan. Kecerdasan moral bukan
merupakan modal pilihan. Tapi merupakan modal dasar bagi individu yang ingin
mencapai potensi kreatif terbaik serta bagi pimpinan bisnis yang ingin mencapai usaha
terbaik dari tenaga kerjanya.
Banyak dari pemimpin yang berhasil memiliki moral sebagai bakar sejak lahir
tetapi sedikit dari mereka yang cerdas tentang moral. Mereka semua melakukan
kesalahan dari waktu ke waktu bahkan pada kariernya, mereka lebih sering membuat
kesalahan moral. Tetepi karenaa kecerdasan moral yang tinggi, mereka capat belajar.
Mereka bertanggung jawab terhadap kesalahan atau penyelewengan moral yang terjadi,
belajar dari kesalahan tersebut dan berjalan terus.
Tidak ada penelitian kuantitatif yang secara khusus mempelajari kecerdasan
moral terhadap bisnis. Tetapi terdapat petunjuk obyektif bahwa kecerdasan moral sangat
penting untuk kinerja keuangan dari bisnis. Satu ukuran dari npengaruh kecerdasan moral
terhadap hasil bisnis datang dari american express financial advisor yang melaksanakan
program pelatiahna kecerdasan moral. American express menentukan emotional
competency sebagai kemampuan dalam menciptakan keselarasan antara tujaun, tindakan
dan niali. Hasil dari penelitian ini menemukan pentingnya kecerdasan moral terhadap
kinerja keuangan.
Semua orang setuju bahwa orang yang mempunyai bakat merupakan asset
perusahaan yang utama apapun bentuk perekonomiannya. Karyawan terbaik dari
perusahaan dapat saja keluar dari perusahaan dimana dia bekerja sebagai reaksi terhadap
perusahaan jika perusahaan tersebut tidak menjunjung prinsip kemanusiaan yang
universal. Pada saat yang lain, karyawan yang berbakat dapat keluar dari pekerjaannya
karena supevisor atau pimpinannya kurang mempunyai kecerdasan moral. Tidak hanya
karyawan yang telah bekerja lama yang berharap tempat kerja dengan kecerdasan moral,
tetapi pekerja yang mencari kerja untuk pertama kali menilai karakter etika dari karyawan
sebagai dasar dalam mengambil keputusan dimana mereka ingin bekerja.
Keuntungan bisnis yang dapatkan karena kecerdasan moral sulit untuk dihitung,
tetapi biaya bisnis yang disebabkan karena pengabaian moral tidak dapat dielakkan. Salah
satu contoh dari pengabaian masalah moral adalah skandal enron, dimana CEOnya Ken
Lays dituntut atas tuduhan beberapa kejahatan. Disfungsi moral tidak saja mempengaruhi
kinerja saham perusahaan tetapi juga pada tingkat penjualan. Karena konsumen
cendrerung enggan membeli produk dari perusahaan yang dijalankan tanpa etika.
Bukti telah bahwa, kecerdasan moral memaikan peran besar didala keberhasilan
perusahaan. Tanpa adanya kecerdasan moral, perusahaan akan mengalami masalah
finansial yang sangat besar. Implikasi terhadp efektivitas kepemimpinan adalah jika
peduli dengan kecerdasan moral dan mendorong perkembangannya di organisasi
perusahaan, maka akan memberikan inspirasi bagi semua orang untuk berusaha dan
kinerja akan jauh melebihi pesaing.tentu saja moral bukan satu-satunya penentu dari
keberlangsungan kinerja perusahaan.

C. PETUNJUK MORAL
Terdapat 7 langkah utama untuk membangun kecerdasan (intelegensi) moral seseorang,
yakni:
1. Mengembangkan sikap empati (turut merasakan apa yang dialami orang lain
secara mendalam), yakni dengan membentuk kesadaran dan kosakata emosional,
meningkatkan kepekaan terhadap orang lain, dan mampu untuk memahami
sesuatu dari sudut pandang orang lain.
2. Menumbuhkan hati nurani (teguran dalam diri seseorang ketika melakukan
kesalahan), yakni dengan membangun moral seseorang, memberikan ajaran
kebaikan untuk memperkuat hati nurani, dan membantu seseorang untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
3. Menumbuhkan pengendalian diri, yakni dengan memprioritaskan mana yang
dianggap benar, selalu berupaya untuk menjadi motivator bagi dirinya sendiri, dan
berpikir matang sebelum mengambil keputusan.
4. Mengembangkan sikap menghormati orang lain (respect), yakni dengan
memberikan contoh akan menghormati orang lain dan memberikan pendidikan
sopan santun.
5. Memelihara kebaikan (menunjukan kekhawatiran mengenai perasaan orang lain),
yakni dengan mengajarkan nilai dan makna kebaikan, mengembangkan sikap
toleransi, serta mendorong seseorang untuk selalu melakukan kebaikan.
6. Mengembangkan sikap toleransi, yaitu dengan menghormati hak dan kewajiban
orang lain dengan menanamkan apresiasi terhadap keberagaman, dan tidak mudah
memiliki prasangka (prejudice) akan hal tertentu.
7. Mengembangkan keadilan, yakni dengan mengembangkan sikap terbuka dan
berperilaku secara seimbang, tanpa membeda-bedakan sesuatu.

Berperilaku pengendalian diri yang besar dan memiliki pemahaman antar personal
(Goleman)
Ciri-ciri kecerdasan emosional:
1. Mempunyai kesadaran akan nilai dan tujuan
2. Berbuat sesuatu untuk kebenaran
3. Bertindak secara etis
4. Membangun keyakinan melalui reliabilitas dan kebenaran
5. Mengakui kesalahan dan berani menghadapi tindakan orang lain yang tidak etis

Tiga Kualitas Yang Membantu Kesesuaian Moral:


1. Kecerdasan Moral: tujuan konsisten dengan pedoman moral
2. Kompetensi Moral: kemampuan bertindak sesuai prinsip moral
3. Kompetensi Emosional: mengendikan emosi diri dan orang lain
D. KOMPETENSI MORAL
Kompetensi moral menunjukkan kemampuan individu untuk membedakan benar dan
salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.
Borba (2001) menjelaskan pengertian kompetensi moral sebagai kemampuan untuk
memahami benar dan salah dan berpendirian kuat untuk berfikir dan berperilaku sesuai
dengan nilai moral. Pendekatan teori yang menjelaskan perkembangan kompetensi
moral adalah teori kognitif, dikembangkan oleh Piaget yang menitikberatkan pada
pengertian dan pemahaman isu moral. Piaget menjelaskan tiga tahapan perkembangan
moral yaitu fase absollut, fase realistis dan fase antonomous morality.Teori kognitif
ini kemudian diperbaiki oleh Kohlberg (1981) untuk menjelaskan tahapan
perkembangan moralitas.Terdapat tiga tahapan perkembangan moralitas yaitu tahap
pre conventioing reasoning, Conventioning reasoning dan Post conventioning
reasoning.Tiga tahap perkembangan ini dirinci dalam 6 stadium meliputi :
1. Tahap Pre Conventioning Reasoning, dasar melakukan tindakan benar atau salah
adalah konsekuensi atas tindakan tersebut yang berasal dari luar dirinya. Termasuk
dalam tahap ini adalah :
a. Stadium satu : hukuman akan diterima jika ia melakukan tindakan yang salah atau
tidak patuh. Kepatuhan berasal dari hukuman oleh pihak diluar dirinya.
b. Stadium dua : Ketaatan dan kepatuhan norma semata mata karena ia
menghendaki manfaat, imbalan ataupun keuntungan bagi dirinya. Ia akan
bersikap kompromi hanya jika ia menerima manfaat dari sikap tersebut.
2. Tahap Conventioning Reasoning : orientasi kepatuhan dan ketaatan didasarkan atas
norma, aturan dan hukum yang berlaku di masyarakat. Tahap ini terdiri dari dua
stadium yaitu :
c. Stadium tiga : individu menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan kepada
orang lain sebagai dasar pertimbangan moral. Seseorang akan berbuat kebaikan
hanya jika perbuatan tersebut disukai dan diharapkan oleh masyarakat
sekitarnya sehingga terhindar dari celaan.
d. Stadium empat : sosial system morality. Individu akan menganggap bahwa
aturan sosial sebagai sesuatu yang harus dijaga. Seseorang dikatakan bermoral
jika ia menunaikan tugasnya dan menggunakan pemahaman aturan sosial
tersebut dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan. Individu akan
bersikap kompromi untuk mempertahankan sistem dan aturan sosial yang ada
dalam kehidupan bersama.
3. Tahap Post conventioning Reasoning merupakan tahap perkembangan moral yang
paling akhir. Termasuk dalam tahap ini adalah :
e. Stadium lima : Hak masyarakat versus hak individu. Individu memahami bahwa
aturan dan kontrol merupakan kesepakatan antara dirinya dengan masyarakat.
Aturan bersifat relatif dan dapat setiap orang memiliki standar yang berbeda-beda
tanpa mengurangi nilai hukum atau aturan tersebut. Sikap kompromi dalam
stadium ini ditujukan untuk memenuhi perjanjian bersama yang ada dalam
aturan sosial.
f. Stadium enam : prinsip etis universal. Individu mengembangkan standar
moralnya berdasarkan hak manusia secara universal dan ketika berhadapan
dengan konflik antara hukum dan nurani maka ia akan mengikuti hati nuraninya

E. KOMPETENSI EMOSIONAL
Salovey dan Mayer pada tahun 1997 (dalam Morgan, 2003) mendefinisikan bahwa
kecerdasan emosi melibatkan kemampuan untuk mengetahui, menilai dan
mengeksperikan emosi secara akurat; kemampuan untuk menggunakan emosi untuk
berpikir; kemampuan untuk memahami dan memiliki pengetahuan tentang emosi; serta
kemampuan untuk mengelola emosi untuk mengembangkan diri.
Sedangkan Goleman (1999) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosi merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain.
Dari kedua definisi tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi
merupakan kemampuan untuk menggunakan dan mengelola emosi untuk diri sendiri dan
orang lain dan kaitannya dalam mengembangkan potensi diri dan sesuai dengan
dimensidimensi yang ada pada Goleman. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi
dapat didefinisikan dalam empat dimensi yaitu:
1. Self-awareness yaitu kemampuan manusia untuk secara akurat memahami diri
sendiri dan tetap sadar terhadap emosi diri ketika emosi muncul, termasuk tetap
mempertahankan cara manusia dapat merespons situasi tertentu dan orang-orang
tertentu di dalamnya terdapat kesadaran emosi (emotional awareness), penilaian
diri yang akurat (accurate self-assessment), dan kepercayaan diri (self
confidence).
2. Social Awareness, adalah kemampuan manusia untuk secara tepat menangkap
emosi orang lain dan mengerti apa yang benar-benar terjadi, dapat diartikan
memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan walaupun tidak merasakan
yang sama, di dalamnya terdapat: empati, orientasi pelayanan (service
orientation), kesadaran berorganisasi (organizational awareness).
3. Self Management, adalah kemampuan untuk menggunakan kesadaran emosi
manusia untuk tetap fleksibel dan secara positif mengarahkan perilaku diri
manusia itu sendiri, yang berarti mengelola reaksi emosi manusia itu sendiri
kepada semua orang dan situasi, di dalamnya terdapat: kontrol emosi diri
(emotional self-control), dapat dipercaya (trustworthiness), teliti
(conscientiousness), kemampuan beradaptasi (adaptability), dorongan berprestasi
(achievement drive), inisiatif.
4. Relationship Management, kemampuan untuk menggunakan kesadaran emosi
manusia dan emosi orang lain untuk mengelola interaksi yang berhasil, termasuk
berkomunikasi dengan jelas dan efektif untuk mengatasi konflik, yang
didalamnya terdapat memajukan orang lain (developing others), dapat
mempengaruhi (influence) komunikasi (communication), manajemen konflik
(conflict management), dapat memimpin (visionary leadership), catalyzing
change, membangun ikatan (building bonds), kerjasama dan berkolaborasi
(teamwork and collaboration).
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
Kecerdasan moral merupakan kemampuan seseorang untuk membedakan benar dan salah
berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.
Perkembangan kecerdasan moral adalah suatu bentuk evaluasi individu atas apa yang
benar dan apa yang salah dan moral yang meliputi penerimaan individu atas aturan dan
nantinya berpengaruh pada perilaku individu terhadap orang lain.
Kecerdasan moral terbangun dari tujuh kebijakan utama yaitu: Mengembangkan sikap
empati, Menumbuhkan hati nurani, Menumbuhkan pengendalian diri, Mengembangkan
sikap menghormati orang lain, Memelihara kebaikan, Mengembangkan sikap toleransi,
Mengembangkan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA :
http://endangkomarasblog.blogspot.com/2018/03/membangun-kecerdasan-moral.html
https://www.scribd.com/document/372550275/BAB-11-Fidddda
file:///C:/Users/Aspire%204739/Downloads/1289-2992-1-SM.pdf
https://www.researchgate.net/publication/323859156_KOMPETENSI_MORAL_DAN_I
NTENSI_WHISTLEBLOWING
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kecerdasan_moral
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/03/05/antara-nilai-etika-moral-dannorma/
http://endangkomarasblog.blogspot.com/2018/03/membangun-kecerdasan-moral.html

Anda mungkin juga menyukai