Anda di halaman 1dari 21

HASIL PEMBELAJARAN SKENARIO 3

BLOK PENGOBATAN RASIONAL


“GERIATRI, JANTUNG DAN KRONIS

APRIANI DARMA PERTIWI


15120190158
KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan manifestasi
klinik dari hipertensi, hiperlipidemia, angina dan gagal jantung
a. hipertensi
 etiologi
Hipertensi merupakan peningkatan darah sistolik ≥ 140 mmHg ≥ 90
mmHg secara persisten secara berulang dengan 5 menit dan dalam
keadaan tenang. Hipertensi terbagi menjadi dua :
1) hipertensi primer merupakan hipertensi dimana etiologi dan
patofisiologinya tidak diketahui dengan prevalensinya sebesar
90% pasien hipertensi
2) hipertensi sekunder prevalensi dari sisanya yaitu sebesar 10%
penderita hipertensi. Hipertensi sekunder ini disebabkan dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang digunakan yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Untuk kausus yang sering
disebabkan akibat pengobatan dari penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular (Yolanda, 2017; Infodatin.hipertensi).
 Manifestasi klinis
Gejalanya antara lain pusing, sakit kepala, keluar darah dari hidung
secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal (Depkes RI, 2006).
b. Hiperlipidemia
 Etiologi
1) Hiperlipidemia primer (familial) yang disebabkan abnormalitas
genetik spesifik
2) Hiperlipidemia sekunder (dapatan) disebabkan karna kondisi
lain yang dapat menybabkan perubahan lipid plasma dan
metabolisme protein (Putu, 2014).
 Manifestasi klinis
Hiperlipidemia berat dan kronis ditandai dengan adanya xanthoma,
yaitu deposit lemak berupa benjolan atau nodul nyang berwarna
kekuningan pada kulit, diaderah mata dan daerah muskuloskeletal
(siku lengan). Gejala dan tanda lainnya :
1) Hiperkolesterol : peningkatan LDL
2) Hiperlipoprotein : perubahan warna kuning
3) Aseroskleresis parah
4) Hiperlipoprotein : terjadi pada pasien Diabetes melitus, ditandai
dengan nyeri perut. (Gitawati, 2015; Owne, 2015).
c. Angina
 Etiologi
Angina (nyeri dada) merupakan rasa yang tidak aman pada dada yang
disebabkan oleh menurunnya aliran darah koroner menuju otot
jantung. Nyeri ini bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian
sehingga diperlukan penanganan yang serius dan pemeriksaan
lanjutan (Ridwan, 2020).
 Manifestasi klinis
Gejala utama gangguan jantung, sering digambarkan sebagai rasa
tertekan, diremas, terbakar, ketat atau penuh biasanya dimulai dari
area dada, dibelakang tulang dada, pola nyeri biasa menjalar ke
lengan, bahu, leher, rahang atau punggung. Namun kadsang keluhan
mirip dengan indigeston atau gangguan pada saluran cerna terutama
gangguan pada lambung (Ridwan, 2020).
d. Gagal jantung
 Etiologi
Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak mampu mengairkan darah
dengan baik keseluruh tubuh untuk melakukan metabolisme
menyebabkan disfungsi ventrikel kiri dan kanan (koda-kimble, 2009).
 Manifestasi klinik
Manifetsasi dari gagal jantung adalah dispnea dan mudah mengalami
kelelahan serta adanya edema, gagal jantung juga ditandai dengan
berat badan menurun, nafsu makan menurun dan edema perifer
(Yanci, 2013; Dipiro, 2008).

2. Mahasiswa mampu memahami dan Klasifikasi hipertensi, hiperlipidemia,


angina dan gagal jantung
a. Hipertensi
Klasifikasi menurut JNC-VII 2003 (Perki, 2015; Dipir0, 2008) :

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal ≤120 ≤80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-150 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
b. Hiperlipidemia
Klasifikasi hiperlipidemia terbagi menjadi dua yaitu dislipidemia primer dan
sekunder. Berdasaekan klasifikasi Fredrickson, hiperlipidemia dibedakan
menjadi 5 tipe yaitu (Nirosha, 2014; Perkeni, 2015) :
1) Tipe 1 : peningatan kolesterol dan kadar trigliserida tinggi
2) Tipe 2 : kadar kolesterol tinggi dengan trigliserida normal
3) Tipe 3 : peningkatan kolestreol dan trigliserida
4) Peningkatan trigliserida, atheroma, dan peningakatan asam urin
5) Tipe 5 peningkatan trigliserida

Klasifikasi lain dari hiperilipidemia

 Kolesterol total
Normal : < 200 mg/dl
Tinggi : ≥ 200 mg/dl
 LDL
Normal : < 100 mg/dl
Tinggi : 160-189 mg/dl
Sangat Tinggi : ≥ 160 mg/dl
 HDL
Rendah : < 40 mg/dl
Tinggi : ≥ 60 mg/dl
 Trigliserida
Normal : < 150 mg/dl
Tinggi : 200-499 mg/dl
Sangat tinggi : ≥ 500 mg/dl (Bulding healthy lifestyle, 2006; Shatta,
2015).
c. Angina
Angina terbagi atas dua angina pektoris yang stabil dan angina pektoris
yang tidak stabil, dimana untuk angina pektoris yang stabil nyeri akan
hilang saat istirahat, sedangkan angina pektoris tidak stabil ditandai
dengan nyeri yang akan timbul pada saat istirahat biasanya terjadi dipagi
hari. Menurut canadian cardiovaskular socciety classificatin angina
dibedakan menjadi 4 kelas :
1) Kelas 1 : aktivitas fisik tidak menimbulkan angina, seperti jalan, naik
tangga. Angina terjadi jika melakukan aktivitas berat.
2) Kelas 2 : ada sedikit batasan dalam beraktivitas. Angina dapat
terjadi dengan berjalan kaki atau naik tangga dengan cepat
3) Kelas 3 : terdapat batasan dalam beraktivitas fisik
4) Kelas 4 : angina dapat terjadi dalam keadaan istirahat (Dipiro,
2008; Etilogy and Posibel control, 2015).
d. Gagal jantung
Klasifikasi gagal jantung (Perki, 2015; Guidlines, 2015) :
3. Mahasiswa mampu memahami dsan menjelaskan Hubungan dari
hipertensi, hiperlipidemia, angina dan gagal jantung
Hipertensi terjadi ketika pasien hiperlipidemia mengalami
asteroskleresis, yaitu terjadi penimbunan lemak pada arteri. Selanjutnya
asteroskleresis tersebut menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit dan
terjadi vasokontriksi sehingga meningkatkan pembuluh darah. Kemudai
penyempitan pembuluh darah menyenyebabkan suplai darah ke otot jantung
menurun, sehingga ketika jantung bekerja berat dan suplai darah ke otot
jantung menurun dapat menyebabkan angina. Jika berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan jantung menjadi tidak mampu lagi
untuk berfungsi dengan normal yang disebut dengan gagal jantung (National
Heart, Foundation of Australia, 2016; yancy, 2013; nuraini, 2014; harikumar
et.al, 2013; Dipiro ed 7, 2007).
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan terapi farmakologi dan
nonfarmakologi hipertensi, hiperlipidemia, angina dan gagal jantung
a. Hipertensi
 Terapi farmakologi
- obat golongan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI)
berkerja menghambat angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga
berkerja menghambat aktifitas saraf simpatis dengan menggunakan
pelepasan non adrenalin. Contoh golongan ACEI dalah captopril,
enlapril, dan lisinopril
- golongan obat angiotensin receptor blocker (ARB) menyebabkan
vasodilatasi peningkatan ekskresi Na + dan cairan (mengurangi plasma)
menurunkan hipertrofi vaskular sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Contoh golongan ARB adalah candesartan, losartan dan
valsartan
-golongan obat beta bloker berkerja dengan mengurangi isi sekuncup
jantung, slain itu juga menurunkan aliran simpatik dan SSP dan
menghambat pelepasan renin dari ginjal sehingga mengurangi sekresi
aldosteron. Contoh golongan obat betaa bloker adalah atenolol dan
metaprolol.
- golongan obat calcium canal bloker (CCB) memiliki efek vasodilatasi ,
memperlambat laju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard
sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh golongan obat CCB
adalah nifedipine, amlodipine dan diltiazem.
- golongan thiazid diuretic bekera dengan meningkatkan ekskresi air
dan Na+ melalui ginjal yang menyebabkan berkurangnya preload dan
menurunnya cardiac output. Contoh golongan obatnya adalah
hidroclorotiazid dan indapamide (Yulanda, 2017; Dipiro, 2015; JnC,
2018).
 Terapi nonfarmakologinya
Meliputi pengurangan berat badan untuk individu obesitas atau gemuk,
berhenti merokok, mengubah pola hidup menjadi sehat, mengadopsi
pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya
akan kalsium dan kalium, diet rendah natrium, aktivitas fisik dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja (Yulanda, 2017; Depkes, 2016).
b. Hiperlipidemia
 Terapi farmakologi
- statin mekanisme kerjannya dengan mengurangi pembentukan
kolesterol di liver dengan menghambat secara kompetitif kerja dari
enzim HMG-CoA reduktase
- asam fibrat obat ini menurunkan trigiliserid plasma, selain
menurunkan trigliserid dihati. Obat ini berkerja dengan cara
mengaktifkan enzym lipoprotein lipase yang kerjanya memecahnkan
trigliserida. Contoh obatnya gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat dan
fenofibrat.
- asam nikotinik obat ini berkerja dengan menghambat enzym hormone
sensitive lipase dijaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi
jumlah asam lemak bebas
- ezetimibe
Obat golongan eztimibe dengan menghambat absorbsi kolesterol oleh
usus halus (Perkeni, 2015; Dipiro, 2008)
 Terapi nonfarmakologi (Perkeni, 2015)
- aktivitas fisik
- terapi nutrisi
- berhenti merokok
c. Angina

 Terapi farmakologi
- nitrat organik
mekanisme kerja : mengurangi kebutuhan oksigen pada
miokardium dengan menyebabkan vasodilatasi. Contoh obatnya
nitrogliserin, isosorbit dinitrat, isosorbit mononitrat (Koda Kimble,
2009)
- beta bloker
Mekanisme kerja : mengurangi kebutuhan oksigen pada
miokardium dengan mengurangi peningkatan denyut jantungyang
dimediasi ketokolamin. Contoh obat : atenolol dan propanolol
(Koda Kimble, 2009)
- Canal Calsium Bloker
Mekanisme kerja : mengurangi kebutuhan oksigen pada
miokardium dan meningkatkan suplai darah miokardium dengan
menghambat kontraksi otot polos, mengurangi resistesi aliran
darah. Contoh : amlodipin, nifedipin, verapamil, nicardipin,
diltiazem (Koda Kimble, 2009)
 terapi nonfarmakologi
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dengan tidak merokok,
menajaga berat badan, melakukan aktivitas fisik, mengurangi lemak
total dalam tubuh, tidak mengkonsumsi alkohol (National Heart
Foundation of Australia, 2016; Dipiro ed 10).

d. gagal jantung

 Terapi farmakologi (Perki, 2015)


- obat golongan angiotensin-converting enzym inhibitors (ACEI), ACEI
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
perawatan rumah sakit karna perburukan gagal jantung.
- penyekat beta, memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi perawatan rumah sakit karna gagal jantung dan
meningkatkan kelangsungan hidup
- obat golongan digoksin dapat mengurangi gejala, menurunkan angka
perawatan rumah sakit karna perburukan gagal jantung tetapi tidak
mempunyai efek untuk kelangsungan hidup.
- obat golongan Diuretik tujuan dari pemberian diuretik untuk mencapai
status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah
mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untu
menghindari dehidrasi atau resistensi.
 Terapi nonfarmakologi (Perki, 2015)
- taat untuk berobat
- pemantauan berat badan mandiri
- asupan cairan
- pengurangan berat abadan
- latihan fisik
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan DRPS terkait skenario
 doisis pengobatan sebelumnya yang belum diketahui
 interaksi antara diltiazem dan bisoprolol menyebabkan bradikardia
(Medscape)
 dosis warfarin 10 mg/24 jam, hindari pemberian dosis berlebih, untuk
lansia direkomndasikan 5 mgh/24 jam (Dipiro, 2015)
 dosis waerfarin yang terlalu tinggi (DIH edisis 17)
 Interaksi antara diltiazem dengan bisoprolol (mayor) penggunaan
bersama dapat meningkatkan efek samping obat (drugs.com)
 Interaksi antara diltiazem dan simvastatin (mayor) dapat meningkatkan
kadar simvastatin dalam darah (drugs.com)
 Interaksi antara dikltiazem dan atenolol (mayor) menyebabkan
peningkatan efek samping berupa kelehahan, sakit kepala, nyeri dada
dan denyut jantung yang tdak teratur (drugs.com)
 Interaksi obat simvastatin dengan warfarin dapat menyebabkan efek
samping dari warfarin meningkat (Drugs.com)
 Atenolol dan bisoprolo merupakan obat golongan anti hipertensi
sehingga meningkatkan efek antihipertensi (Medscape)
 Warfarin dengan diltiazem dapat meningkatkan metabolisme
(medscape)
6. Mahasisma mampu memahami dan menjelaskan SOAP terkait skenario
Subjek :
 Umur = 67 tahun
 Jenis kelamin : laki-laki
 Riwayat penyakit dahulu : hipertensi dan hiperlipidemia
 Riwayat pengobatan : diltiazem, atenolol dan simvastatin
Objektif :
 Diagnosis : hipertensi, hiperkolesterol, angina dan NHYA kelas
II
 Nyeri dada
 Obat yang diberikan : diltiazem, simvastatin, bisoprolol fumarat
5mg/hari, warfarin 10 mg/24 jam, ISDN 1O mg jika nyeri
Assesmen :
 Dosis pengobatan terdahulu tidak diketahui
 Hematuria terjadi akibat dari efek samping obat warfarin yang
menyebabkan pendarahan (DIH 17 edition)
 Dosis warfarin terlalu tinggi/over dose (DIH 17 edition)
 Interaksi antara diltiazem dengan bisoprolol (mayor)
penggunaan bersama dapat meningkatkan efek samping seperti
sakit kepala, bengkak pada kaki, peningkatan berat bada, neri
dada dan denyut jantung yang tidak beraturan.
(drugs.com)
 Interaksi antara diltiazem dan simvastatin (mayor) dapat
menyebabkan peningkatahn efek samping seperti sakit kepala,
peningakatan berat badan dan denyut jantung tidak teratur
(grugs.com)
 Interaksi antara dikltiazem dan atenolol (mayor) menyebabkan
peningkatan efek samping berupa kelehahan, sakit kepala, nyeri
dada dan denyut jantung yang tdak teratur (drugs.com)
Plan
 Direkomendasikan menggunakan dosis dosis warfarin 5 mg/hari
(DIH 17 edition)
 Direkomendasikan agar segera melapor jika mengalami nyeri
dada, sakit kepala, sesak nafas dan denyut jantung tidak teratur
(drugs.com)
 Direkomendasikan untu tidak mengkonsumsi makanan tinggi
lemak dan natrium (DIH 17 edition)
 Direkomendasikan untuk mengganti obat diltiazem dengan obat
golongan ACEI karna tidak efektif untuk pasien geriatri (DIH, 17
edition)
 Memonitoring efek samping yang terjadi dari pengobatan yang
diterima pasien
 memonitoring kepada pasien tentang efek samping hematuria
yang disebabkan oleh warfarin yang diguanakan (DIH, 17
edition).
 memonitoring nilai kreatinin/serum karena efek samping pada
ginjal dari obat simvastatin (DIH, 17 edition)

7. Mahasiswa mampu memahani dan menjelaskan Monitoring dan edukasi


apoteker terkait skenario
Monitoring perkembangan penyakit, kebutuhan minum obat, toksisitas
obat, interaksi obat, Tekanan darah, laju jantung untuk golongan CCB dan
Beta bloker, LDL, HDL dan trigliserida, selanjutnya dengan memonitoring efek
samping obat, dan monitoring organ pada pasien geriatri, (Dipiro, 2015).
Monitoring efek samping
Diltiazem
Efek samping : pegal atau nyeri tubuh, nyeri dada demam, suara
berubah, diare, mual, muntah dan berkeringat (drugs.com)
Simvastatin
Efek samping : pusing dan denyut jantung yang tidak teratur
Isosorbit dinitrat
Efek samping : bibir, kuku dan telapak tangan tampak berwarna kebiruan,
urin berwarna gelap, sesak nafas, pusing, demam, sakit kepala,
pendrahan yang tdak biasa dan pucat (drugs.com)
Bisoprolol
Efek samping : kelelahan, nyeri dada, batuk dan demam (drugs.com)
Warfarin
Efek samping : pendarahan pada gusi, urin dan feses, pengelihatan
kabur, gatal, mati rasa dan nyeri dada (Drugs.com).

Monitoring pengobatan terkait skeanrio


 Penggunaan obat diltiazem danbisoprolo, direkomendasikan untuk
memonitoring nilai tekanan darah (DIH 17 edition)
 Penggunaan obat simvastatin, direkomendasikan memonitoring
kadar kolesterol (DIH 17 edition)
 Untuk efektifitas terapi angina, direkomendasikan memonitoring
EGC (DIH, 17 edition)
 Untuk penggunaan bisoprolol pada pasien gagal jantung,
direkomendasikian untuk selalu memonitoring kondisi pasien.

Edukasi dari napoteker yang dapat diberikan (Rochmawati et al, 2014)


 Memberikan konseling terkait cara penggunaan obat
 Memberi informasi kepada pasien untuk dapat melakukan gaya hidup
yang sehat hingga menurunkan faktor risiko yang dimiliki
 Melakukan perubahan pola makan
 Edukasi kepada pasien terkait faktor resiko kardiovaskular dan
akibatnya kepada status kesehatan pasien. Dengan pasien
mengetahui faktor resiko, pasien akan lebih sadar terhadap
kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J. T., et.al., 2008, Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach, Mc.Graw


Hill, 7th edition, United States of America.

Drug Information Handbook 17th edition, Lexi-Comp.

Depkes RI, 2006, Pedoman Teknis Penemeuan Dan Tatalaksan Hipertensi, Bakti
Husada.

Gitawati Retno, Lucie Widowati, Frans Suharyanto., 2015, Penggunaan Jamu Pada
Pasien Hiperlipidemia Berdasarkan Data Rekam Medik, di Beberapa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan, Indonesia

National Heart Foundation of Australia, 2016, Angina : Understanding Chest Pain


and Discomfort, Heart Foundation, Australia.

Nuraini, B., 2015, Risk Factors of Hypertension, Jurnal Majority, Vol.4 No.5,
Lampung.

Putu Luh Febryanan Larasanty, 2014, Panduan Terapi Untuk Penyakit Kronis,
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana

Perki, 2015, Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung, Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Di Indonesia.

Ridwan Muhammad, Yusni, Nurkhalis., 2020, Analisis Karakteristik Nyeri Dada Pada
Pasien Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala.

Yulanda Glenys, Rika Lisiwanti., 2017. Penatalaksanaan Hipertensi Primer, Fakultas


Kedokteran, Universitas Lampung.

Yancy, dkk, 2013, 2013nACCF/AHA Guideline for The Management of Heart Failure
: Executive Summary, Journal of the American College of Cardiology, Vol.62
No.16, America.
DISKUSI PANEL

1. Apa alasan menggunakan warfarin 5mg pada skenario Rezki Nurul Azizah
(15120190174_ Kelompok 6 ) ?

Jawab:

Nurmiati_kelompok 5

5-10 mg setiap hari selama 1-2 hari (Ansell, 2008) dan dosis pemeliharaan
biasa berkisar 2-10 mg setiap hari (DIH)

Tambahan jawaban :

Sitti hajar_Kel. 5

Menurut formularium spesialis ilmu penyakit dalam

Warfarin dengan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya resiko
pendarahan. Untuk pasien geriatri disarankan untuk menggunakan dosis
yang tidak terlalu tinggi agar menghindari efek samping dan juga interaksi
antar obat.

Tambahan Jawaban dari Meitasya Asri Utami_15120190148_klp.5.

Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis , 2016 :

Dosis 5 mg memberikan nilai INR yang mencapai target dibandingkan dosis


dibawahnya.

2. Anggun fridayantia_kelompok 7_ Jelaskan alasan merekomendasikan atorvastatin


sedangkan dokter hanya meresepkan warfarin, bisoprolol dan isdn ?

Jawab :

Fitri arifudinosi (15120190146) klpk 5. Menurut DEPKES 2004 DRP adalah


masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat salah satunya,
adanya indikasi yang tidak mendapatkan obat. Berdasarkan scenario, dokter
mendiagnosa adanya hiperkolesterol tetapi dalam terapinya dokter tidak
memberikan obat anti kolesterolnya, sehingga sebagai apoteker
merekomendasikan atorvastatin 10 mg/24 jam pada malam hari sebelum tidur
yang bekerja sebagai anti hiperkolesterol dan anti angina (MIMS, 2020 dan
Fort, T.J and Berry, C. 2020 pada jurnal angina : contemporary diagnosis
andmanagement edukasi in heart).

3. Hardianti_kelompok 4_ bagaimana terapi nonfarmakologi terkait skenario ?

Nur Khairiyah 0193_kelompok 5_Terapi Non Farmakologi

• Hipertensi. Pasien penderita hipertensi disarankan untuk menurunkan berat


badan, hindari merokok, jika sudah merokok usahakan berhenti, mengurangi
stress, memperbanyak olahraga, isitirahat yang cukup, diet tepat dan sehat,
kurangi konsumsi alkohol, batasi jumlah sodium dalam makanan.

• Angina. Terapi non farmakologi untuk pasien penderita angina yaitu


mengurangi aktifitas fisik yang membutuhkan banyak oksigen dalam aktifitas,
mengontrol emosiIstirahat yang cukup, menghentikan konsumsi rokok,
melakukan olahrga ringan secara teratur dan menjaga berat badan ideal

• Hiperlipidemia. Terapi non farmakologi untuk Hyperlipidemia salah satunya


adalah diet. Tujuan dari terapi diet adalah untuk mengurangi asupan lemak
total, asam lemak jenuh dan kolesterol secara progresif untuk mencapai berat
badan yang diinginkan Ini melibatkan

a. Mengurangi asupan lemak jenuh menjadi 7 persen dari kalori harian


b. Mengurangi asupan lemak total menjadi 25 hingga 35 persen dari
kalori harian
c. Kolesterol diet terbatas menjadi kurang dari 200 mg per hari
d. Makan 20 hingga 30 ga hari serat larut, yang ditemukan dalam
gandum, kacang polong, kacang-kacangan dan buah-buahan tertentu

• Gagal jantung. Terapi non farmakologi untuk pasien penderita gagal jantung
disarankan untuk melakukan ketaatan pasien berobat, pemantauan berat
badan mandiri, menjaga asupan cairan, pengurangan berat badan (jika
obesitas IMT >30 kg/m2), melakukan Latihan fisik seperti olahraga,
melakukan aktifitas seksual (tidak direkomendasi untuk gagal jantung lanjut).
(Amit etal 2011: Hyperlipidemia: EtiologyandPossibleControl,
2015).Tambahan jawaban :
Tambahan Apriani Darma Pertiwi 15120190158 kelompok 5

a) Terapi nonfarmakologi hipertensi :

- Meliputi pengurangan berat badan untuk individu obesitas atau gemuk

- Mengadopsi pola makan DASH (DietaryApproachto Stop Hypertension)


yang kaya akan kalsium dan kalium, diet rendah natrium, aktivitas fisik dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja (Yulanda, 2017).

b) Terapi nonfarmakologihiperlipidemia (Perkeni, 2015) :

- aktivitas fisik

- terapi nutrisi

- berhenti merokok

c) terapi nonfarmakologi angina :

- meng ubah gaya hidup menjadi lebih sehat dengan tidak

- Merokok,menajaga berat badan, melakukan aktivitas fisik

- tidak mengkonsumsi alkohol (National HeartFoundationof Australia, 2016)

d) Terapi nonfarmakologi gagal jantung (Perki, 2015)

- taat untuk berobat

- pemantauan berat badan mandiri

- asupan cairan

- pengurangan berat abadan

- latihan fisik

Tambahan non farmakologi hiperlipidemia no 3:

Erviana _0140_klp 6 Melakukan aktivitas fisik selama 30 menit,


mengkonsumsi nutrisi seperti buah-buahan sayuran dan diet kalori, berhenti
merokok, diet makanan dan suplement, perubahan gaya hidup, penurunan
berat badan, dan meningkatkan aktivitas fisik (Perkeni, 2015., Larasanty
2014).
MATERI REFRESHING

 HIPERLIPIDEMIA

Hiperlipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan


peningkatan fraksi lipid dalam darah

Kenaikan fraksi lipid yang umum terjadi :

 Kenaikan kolesterol total


 Kenaikan LDL
 Kenaikan TG
 Penurunan HDL

Etilogi dari hiperlipidemia :

- Hiperlipidemia primer : disebabkan oleh faktor genetik

- Hiperlipidemia sekunder disebabkan karna penyakit tertentu, contohnya diabetes


melitus, hipotiroid, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif. Disebabkan oleh
gangguan obat contohnya progestin, kortikosteriod dan beta bloker.

Patofisiologi primer :

 Monogenik/poligenik : mempengaruhi pengaturan transpor lipoprotein =>


dislipidemia sedang
 Hiperkolesterolemia famililal, dislipidemia remnan, dan hipertrigliseridemia
primer => dislipidemia berat
 Hiperkolesterol famillial terjadi akibat penurunan fungsi reseptor LDL
menyebabkan peningkatan LDL yang signifikan dalam darah
 Mutasi Apo B menyebabkan turunnya peningkatan LDL dengan reseptor.
 Hipertrigliserida disebabkan oleh overproduksi VLDL akibat peningkatan
asam lemak bebas dan adanya kerusakan dalam proses lisis VLDL dan
kilomikron o/ LPL
Manifestasi klinik

Gejala :

 Tidak ada gejala hingga nyeri dada parah


 Palpitasi
 Berkeringat
 Gelisah
 Nafas pendek
 Hilang kesadaran atau sulit bicara atau bergerak
 Nyeri abdominal
 Kematian mendadak

Tanda :

 Tidak ada hingga nyeri abdomen yang parah


 Pankreatitis
 Xanthoma erupti
 Polyneurophaty perifer
 Tekanan darah tinggi

Terapi nonfarmakologi :

 Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh


 Olahraga
 Menurunkan berat badan
 Berhenti merokok

Terapi farmakologi

 Statin
 Asam fibrat
 Niasin
 Resin
 HIPERTENSI

Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan


darah diatas nilai normal yaitu 140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran pada
saat rileks/istirahat/tenang

Target tekanan darah

 < 60 tahun : < 140/90 mmHg


 60 tahun : < 150/90 mmHg
 Diabetes : <140/90 mmHg
 Kol : < 140/90 mmHg

Terapi farmakologi

 Diuretik
 ACEI
 Beta bloker
 ARB
 CCB
 Alfa bloker
 Agonis beta 2

Anda mungkin juga menyukai