Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL PENELITIAN

KORELASI ANTARA PENGAWASAN DENGAN


KEDISIPLINAN PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN
SEGERI KABUPATEN PANGKEP

Oleh:

MITHA NILASARI
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11014 17

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Judul Proposal penelitian : Korelasi antara pengawasan dengan kedisiplinan


Pegawai pada kantor kecamatan segeri kabupaten
pangkep

Nama Mahasiswa : Mitha Nilasari

Nomor Induk Mahasiswa : 105611101417

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hafiz Elfiansyah Parawu., M.Si Andriana, S.IP, M.AP

Mengetahui
Ketua Program Studi

Nasrul Haq, S.Sos., MPA


NBM: 1057463

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan Di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Mitha Nilasari

Nomor Induk Mahasiswa : 105611101417

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelititan ini adalah karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat dari sumber lain pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia meneria sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 17 April 2021

Yang Menyatakan,

Mitha Nilasari

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................II
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................III
DAFTAR ISI ..................................................................................................IV
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................7
C. Tujuan penelitian.................................................................................7
D. Kegunaan penelitian............................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................9
A. Penelitian terdahulu..............................................................................9
B. Teori dan konsep..................................................................................12
C. Kerangka Pikir......................................................................................31
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................33
E. Definisi Operasional.............................................................................33
BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................36
A. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................36
B. Jenis dan tipe penelitian........................................................................36
C. Populasi dan Sampel.............................................................................37
D. Teknik pengumpulan data.....................................................................37
E. Teknik Analisis data ............................................................................38
F. Teknik pengebsahan data......................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................42

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan merupakan salah satu penggerak utama dalam organisasi. yang

dimana pengawasan memiliki arti yaitu proses mengawasi dan mengevaluasi

suatu kegiatan yang telah dijalankan. Pengawasan sangat penting dalam sebuah

organisasi karena dengan adanya pengawasan maka akan menghasilkan tujuan

yang sangat memuaskan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pimpinan maupun manajerial untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan

berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, selain itu juga dengan adanya

pengawasan organisasi dapat memantau kesalahan dalam pekerjaan, kekurangan

dalam pelaksanaan pekerjaan, kelemahan pelaksanaan dan cara kerjanya, agar

bisa menyelesaikan kesalahan yang dilakukan dengan efektif dan efisien dan

mengurangi kerugian dalam organisasi. Selain itu adanya pengawasan dalam

sebuah organisasi dapat meningkatkan kedisiplinan pegawai, adanya

kedisiplinan pegawai segala perencanaan yang sudah ditetapkan dapat bekerja

dengan efektif dan efisien, yang dimana merupakan tujuan pengawasan itu

sendiri. Oleh karena itu hendaknya disiplin pegawai didalam organisasi dapat

diciptakan, demi menunjang terlaksananyasemua kegiatan dalam organisasi

sesuai dengan rencana.

Terdapat peraturan mengenai pengawasan yang ada dalam Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 21 tahun (2010) tentang Pengawasan

ketenagakerjaan. Yang menjelaskan bahwa peraturan tersebut ialah dimana


pengawasan sangat perlu dibidang ketenagakerjaan baik itu pada organisasi

maupun instansi pemerintah agar bisa menegakkan peraturan yang ada didalam

sebuah organisasi agar bisa mewujudkan rencana yang telah ditetapkan secara

efisien dan efektif. Selain itu Terdapat peraturan mengenai Disiplin pegawai

yang ada dalam PP No. 53 Tahun (2010) tentang disiplin pegawai negeri sipil.

disebutkan bahwa disiplin pegawai negeri sipil adalah kesanggupan pegawai

negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan atau / dan peraturan kedinasan yang

apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Peraturan

Pemerintah, (2010). Dari peraturan baik itu pengawasan maupun kedisiplinan

dapat dipahami bahwa dalam sebuah organisasi maupun instansi pemerintah

sangat peru adanya pengawasan agar bisa mengawasi pegawai dalam

menjalankan tugas dan bisa meningkatkan kedisiplinan pegawai.

Selain pengawasan merupakan kegiatan maupun tindakan yang dilakukan

oleh pimpinan untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya sesuai

dengan rencana. Menurut Kadarisman (2012:173) pengawasan ialah salah satu

fungsi manajemen yang merupakan suatu proses tidak terputus untuk menjaga

agar pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang tidak menyimpang dari aturan

yang yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut.

Menurut Wursanto (2011:71) Disiplin merupakan suatu ketaatan Pegawai

terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam Organisasi atas dasar

adanya suatu kesadaran atau keinsyafan bukan adanya unsur paksaan. Karena

Disiplin merupakan unsur yang sangat penting dalam melakukan kegiatan. Dan

2
yang perlu diperhatikan dalam menanamkan disiplin pegawai ialah penyadaran

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu hendaknya disiplin

pegawai didalam organisasi dapat diciptakan, Demi menunjang terlaksananya

semua kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana.

Adapun keterkaitan pengawasan kerja dengan disiplin pegawai menurut

Hasibuan (2009:242). Dengan adanya pengawasan kerja dapat meningkatkan

disiplin pegawai dalam menjalankan tugas dan wewenang tersebut. Dengan

didukungnya landasan tersebut dapat kita ketahui bahwa pengawasan kerja dapat

memengaruhi tingkat Disiplin pegawai yang ada pada suatu organisasi.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dimana Judul penelitian

membahas tentang hubungan kepemimpinan dan pengawasan terhadap

kedisiplinan kerja pada PT. Superex Raya tangerang yang diteliti oleh Hardani

(2019). Dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan memiliki hubungan yang

positif terhadap kedisiplinan kerja. Dengan demikian, pengawasan harus lebih

diperketat lagi untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam menjalankan

pekerjaan yang diberikan. Searah dengan penelitian Fenus Antonius (2020) yang

melakukan penelitian yang terkait tentang analisis hubungan pengawasan dan

disiplin kerja terhadap efektifitas kerja pegawai pada dewan perwakilan rakyat

daerah (DPRD) ogan komering ulu timur. Dari hasil penelitian ini berkaitan

dengan pengawasan, diperlukan penghargaan, bimbingan, penghasilan, sehingga

pegawai dapat dengan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan

mengenai disiplin pegawai, perlu ditingkatkan melalui ketaatan dalam mentaati

jam kerja, ketaatan pada perintah atasan yang relevan, ketaatan pada peraturan

3
yang telah ditetapkan. Selanjutnya penelitian sebelumnya yang dilakukan

Berliana et al., (2020) Hubungan pengawasan dengan disiplin kerja pegawai

dinas pariwisaa dan kebudayaan kota padang yang disimpulkan bahwa disiplin

kerja pegawai pada dinaspariwisata budaya kota padang telah berada dalam

posisi tinggi. Akibat adanya kaitan signifikan antara pengawasan dengan

Disiplin kerja kerja, diharapkan atasan memperhatikan peningkatan pengawasan

untuk menaikkan disiplin kerja pegawai agar target organisasi tercapai dengan

efektif.

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa penelitian terdahulu bahwa

pengawasan kerja terhadap disiplin pegawai sangat erat kaitannya, yang dimana

hubungan pengawasan kerja dengan kedisiplinan sangat perlu ditingkatkan

dalam organisasi. Karena dengan meningkatnya pengawasan dan kedisiplinan

dalam sebuah organisasi memiliki dampak yang positif.

Adapun indikator untuk menganalisis pengawasan menurut Manulang

(2011:163) dapat dianalisis berdasarkan indikator yang terbagi menjadi 2 yaitu :

1) pengawasan secara langsung, yang dimana pengawasan yang dilakukan pada

waktu kegiatan yang sedang berjalan. 2) pengawasan tidak Langsung. Yang

dimana pengawasan dari jarak jauh melalui laporan yang berbentuk laporan

tertulis maupun laporan lisan.

Adapun Indikator Disiplin Pegawai menurut Handoko (2008:142), ialah

sebagai berikut : (1) Peraturan jam masuk, jam pulang maupun jam istirahat. (2)

Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam bekerja. (3)

Peraturan cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja yang

4
lain. (4) Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh oleh para

karyawan selama dalam organisasi dan sebagainya.

Akan tetapi dilihat dari fenomena sekarang kualitas tenaga kerja di

Indonesia masih rendah, karena masih banyak tenaga kerja yang memiliki latar

belakang pendidikan yang masih rendah, sehingga masih banyak yang lalai

dalam tugas yang dikerjakan. Sehingga perlu adanya kedisiplinan, agar pegawai

dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap segala pekerjaan atau tugas

yang diberikan. Agar tenaga kerja Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi

dan tidak kalah dengan kualitas tenaga kerja asing, pemerintah membuat

program Gerakan Disiplin Negara (GDN), yang dimana salah satu daerahyang

pernah diterapkan yaitu di Makassar, yang diamana pemerintah berusaha

menertibkan pegawai yang ada pada saat jam kerja berada diluar kantor, pergi ke

kafe maupun berada pada pusat perbelanjaan, yang mengakibatkan kurangnya

tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaan tersebut. Hal itu dilakukan oleh

semua instansi pemerintah, bidang industri maupun organisasi.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti pada Hari Jum’at Tanggal 8 Januari

2020 dan dikuatkan dengan informasi yang diperoleh dari salah satu pegawai

Pada Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep permasalahan pengawasan

yang dimana sistem atau metode pengawasan yang digunakan cukup baik, akan

tetapi dalam pelaksanaanya masih kurang sehingga para pegawai masih sering

lalai dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Yang biasa

terjadi di kantor Kecamatan Segeri ialah dimana pegawai kadang tidak bisa

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu, sehingga tugas yang

5
diberikan tidak berjalan dengan efektif dan efisien yang diakibatkan karena

kurangnya pengawasan dari kepala Kecamatan. Hukuman yang diberikan oleh

kepala Kecamatan masih belum tegas dikarenakan pemberian sanksi kepada

pegawai dilakukan oleh Badan kepegawaian Daerah Pangkep (BKD Pangkep)

sehingga kepala kecamatan hanya memberikan teguran kepada pegawai apabila

pegawai melakukan kesalahan dan penyimpangan dalam pekerjaan. oleh karena

itu pegawai kadang melanggar peraturan-peraturan yang ada di Kantor

Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Seperti yang diektahui bahwa

pengawasan sangat penting dalam sebuah organisasi baik itu dilingkungan

perusahaan maupun pemerintahan.

Sedangkan kedisiplinan pegawai di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten

Pangkep cukup baik, akan tetapi masih ada saja pegawai yang tidak bisa

mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Yang dimana terlihat pada

keterlambatan pegawai dalam masuk kerja, masih adanya pegawai yang kurang

pandai dalam mengelola tekhnologi, dan tugas yang dijalankan kadang tidak

selesai dengan tepat waktu.

Dari informasi yang didapatkan peneliti bahwa meskipun adanya sistem

ataupun metode pengawasan dalam Kantor kecamatan, akan tetapi dalam

pelaksanaannya masih kurang baik,sehingga membuat kedisiplinan pegawai

kurang baik, masih banyak pegawai yang lalai akan tugas yang diberikan.

Sehingga memperkuat keinginan peneliti yang ingin melakukan penelitian

mengenai pengawasan dan kedisiplinan.

6
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk melihat Korelasi

Antara Pengawasan Dengan Kedisiplinan Pegawai Pada Kantor

Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan

sebelumnya, penulis merumuskan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut:

1. Seberapa kuat hubungan antara pengawasan dengan kedisiplinan pegawai

pada Kantor Kecamatan Kabupaten Pangkep secara Parsial ?

2. Seberapa kuat hubungan antara pengawasan dengan kedisiplinan pegawai

pada Kantor Kecamatan Kabupaten Pangkep secara simultan ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian

ini, adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara pengawasan dengan

kedisiplinan pegawai pada Kantor Kecamatan Segeri kabupaten Pangkep

secara parsial

2. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara pengawasan dengan

kedisiplinan pegawai pada Kantor Kecamatan Segeri kabupaten Pangkep

secara simultan

D. Kegunaan penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, adalah :

1. Manfaat teoritis

7
Sebagai referensi ilmiah dalam kajian Ilmu Administrasi Negara dan

memperkaya hasil penelitian yang berhubungan dengan SDM

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai persyaratan wajib dalam penyelesaian studi pada S1 Ilmu

Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Sebagai sumber data, informasi, dan dasar pertimbangan bagi pihak

pimpinan Kantor kecamatan Segeri kabupaten Pangkep dalam

menentukan Aturan pengawasan yang terkait dengan peningkatan

Disiplin Pegawai

c. Sebagai salah satu sumber data, informasi, dan referensi ilmiah bagi

para mahasiswa dan peneliti yang terkait untuk melakukan penelitian

serupa.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung

penelitian ini, Diantaranya :

1. Hardani, (2019) yang melakukan penelitian pada PT. superex Raya

tangerang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hardani terletak pada kesamaan variabel Y, yaitu Disiplin

Pegawai, menggunakan instrument koesioner untuk mengumpulkan

data, dan melakukan pengambilan sampel.adapun perbedaannya terletak

pada Variabel X, yang dimana menggunakan 2 Variabel X yaitu

kepemimpinan dan pengawasan, dan juga terdapat perbedaan Lokus

Penelitian.

2. Antonius, (2020) yang melakukan penelitian di Kantor Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ogan Komering Ulu Timur yang

melakukan penelitian di Kantor Dinas pertambangan dan energi

kabupaten kutai timur terletak pada kesamaan variabel X, yaitu

Pengawasan Kerja, menggunakan instrument koesioner untuk

mengumpulkan data, dan melakukan pengambilan sampel. Adapun

perbedaan yang terletak pada Variabel Y, Dimana Antonius (2020)

dimana menganalisis tentang efektivitas, dan terdapat pada perbedaan

Lokus Penelitian.

9
3. Berliana et al., (2020) yang melakukan penelitiandi Dinas pariwisata

dan kebudayaan kota padang Terletak Pada Kesamaan Variabel Y dan

Variabel X, dan menggunakan instrument koesioner untuk

mengumpukan data, dan melakukan pengambilan sampel. Adapun

perbedaan yang terletak Pada perbedaan Lokus Penelitian.

Untuk memperjelas faktor persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian-penelitan terdahulu yang relevan, maka dapat dilihat Pada Tabel 2.1.

10
Tabel 2.1.

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu


yang relevan

No. Nama/Tahun/judul Faktor Persamaan Faktor


Penelitian Perbedaan
1. Hardani (2019) :  Pada variabel Y  Pada variabel
Hubungan kepemimpinan  Menggunakan X, memakai 2
dan pengawasan terhadap instrument koesioner Variabel X
kedisiplinan kerja pada  Menggunakan  Lokus
PT. Superex Raya pengambilan sampel Penelitian
tangerang
2. Fenus Antonius (2020):  Pada variabel X  Pada variabel
Analisis hubungan  Menggunakan Y
pengawasan dan disiplin instrument koesioner  Lokus
kerja terhadap efektifitas  Menggunakan Penelitian
kerja pegawai pada dewan pengambilan sampel
perwakilan rakyat daerah
(DPRD) ogan komering
ulu timur
3. Berliana et al., (2020):  Pada variabel X dan  Lokus
Hubungan pengawasan Y Penelitian
dengan disiplin kerja  Menggunakan
pegawai dinas pariwisata instrument koesioner
dan kebudayaan kota  Menggunakan
padang pengambilan sampel

Keterangan Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

dikaji :

11
1. Dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti terdapat

perbedaan terhadap judul penelitian.

2. Lokasi penelitian yang akan diteliti berbeda terhadap penelitian

terdahulu.

3. Teori yang diganakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian

terdahulu.

B. Teori dan Konsep

1. Konsep Pengawasan

Pengawasan menurut situmorong (2015:15) bahwa pengawasan

melekat sebenarnya merupakan salah satu fungsi manajemen yang terus

dilakukan oleh Setiap atasan sebagai pimpinan di samping perencanaan dan

pelaksanaan. Oleh karena itu pengawasan melekat sebenarnya bukan hal

yang rumit, Akan tetapi merupakan disiplin diri yang harus ditumbuhkan

oleh setiap atasan untuk melakukan pengawasan tersebut. Menurut Siagian

(2007) pengawasan ialah keseluruhan usaha pengamatan pelaksanaan

kegiatan operasional yang menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya didalam

organisasi.

Sedangkan menurut Handoko (2014) pengawasan ialah suatu usaha

sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan

perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan

kegiatan nyata dengan standar yang sudah ditetapkan, memastikan dan

mengukur, penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi

12
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan

dipergunakan dengan cara yang efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-

tujuan organisasi. Selain itu pengawasan menurut effendi (Rosinta,2017)

pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai sesuai yang telah direncanakan

sebelumnya.

Berbagai pendapat menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

pengawasan ialah proses dari serangkaian kegiatan untuk menjamin seluruh

rencana dapat terlaksana dan pelaksanaannya sesuai dengan apa yang

direncanakan. Karena pengawasan ialah suatu bentuk pola pikir dan pola

tindakan, untuk memberikan tugas yang dilaksanakan dengan menggunakan

berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, agar bisa

mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya.

Selain itu juga Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses

manajemen.

Tujuan Dari pengawasan ialah mengusahana agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan dengan mencari dan memberitahukan

kelemahan-kelemahan yang dihadapi. Tujuan pengawasan menurut

Hasibuan (Rizal, 2019) terdapat beberap tujuan, ialah sebagai berikut :

1. Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dari rencana,

artinya ialah semua proses yang dijalankan harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah direncanakan sebelumny.

13
2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika ada terdapat

penyimpangan (deviasi), maksudnya ialah dimana segala pengawasan

harus dilakukan dengan tepat dan cepat melakukan tindakan perbaikan

jika ada kesalahan atau penyimpangan yang terjadi di dalam

organisasi

3. Tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana, maksudnya ialah

dimana tujuan yang digapai sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Adapun tujuan pengawasan agar tercapai jika hasil-hasil pengawasan

mampu memperluas dasar untuk pengambilan keputusan oleh pimpinan.

Adapun hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai pedoman untuk

mengambil kebijakan untuk mencapai sasaran yang optimal dan suatu

kegiatan penilaian terhadap suatu kenyataan yang sebenarnya mengenai

pelaksanaan tugas ataupun kegiatan apakah sesuai dengan rencana atau

tidak sesuai.

Handoko (2012:373-374) mengemukakan bahwa karakteristik

pengawasan yang efektif dapat diperinci sebagai berikut :

1. Akurat informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data

yang tidak sesuai dari sistem pengawasan mengakibatkan organisasi

mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan

masalah yang sebenarnya tidak ada.

14
2. Tepat waktu. Yang dimana informasi yang dikumpulkan, disampaikan

dan dievaluasi secepatnya supaya perbaikan segera dilakukan

3. Obyektif dan menyeluruh.informasi harus mudah dipahami dan

bersifat obyektif secara menyeluruh.

4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik.artinya Sistem

pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang dimana

penyimpangan dari standart yang paling sering terjadi.

5. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan pengawasan harus lebih

rendah.

6. Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok

dengan kenyataan yang ada pada organisasi

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

8. Informasi pengawassan harus terkoordinasi dengan aliran kerja

organisasi, Karen (a) setiap proses pekerjaan dapat mempengaruhi

sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan (b) informasi

pengawasan harus sampai pada personalia yang memerlukannya

9. Fleksibel. Pengawasan harus fleksibelitas untuk memberikan

tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari

organisasi

10. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Pengawasan yang efektif

harus menunjukkan baik deteksi atau devisi dari standart, tindakan dan

koreksi yang harus diambil

15
11. Diterima para anggota organisasi. Pengawasan harus bisa

mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan

mendorong perasaan tanggung jawab dan meningkatkan kinerja

Adapun syarat pengawasan Menurut Simbolo (Fitrianingrum, 2015),

yaitu syarat pengawasan ialah sebagai berikut:

1. Pengawasan harus dihubungakan dengan rencana dan kedudukan

seseorang, maksudanya ialah sebuah sistem dan teknik pengawasan

harus sesuai dengan rencana agar bisa menjadi pedoman.

2. Pengawasan harus dihubungkan dengan individu pimpinan dan

pribadinya, pengawasan dimaksudkan agar membantu individu

manajer pengawasan dan harus dikaitkan dengan bermacam-macam

cara yang sesuai dengan sifat pribadi orang tersebut, apakah sebagai

bendahara, kepala gudang, kepala proyek dan lainnya.

3. Pengawasan harus menunjukkan penyimpangan-penyimpangan pada

hal-hal yang penting merupakan upaya yang sangat penting yang

mengaitkan pegawasan bagi keperluan efisien dan efektivitas, untuk

meyakinkan bahwa mereka bermaksud untuk menunjukkan

penyimpangan. Maksud tersebut agar dapat menunjukkan

penyimpangan dari pelaksanaan rencana yang berdasarkan atas

prinsip-prinsip pengawasan tersebut.

4. Pengawasan harus objektif, yang dimaksud ialah pengawasan yang

berdassarkan atas ukuran atau standar yang objektif yang sudah

16
ditetapkan sebelumnya. Standar objektif dibagi menjadi dua sifat

yaitu, bersifat kuantitatif dan bersifat kualitatif

5. Pengawasan harus fleksibel, pengawasan dapat dikerjakan dengan

berbagai pelaksanaan rencana yang alternatif dengan berbagai

kemungkinan keadaan yang terjadi.

6. Pengawasan harus hemat, pengawasan dapat dinilai dengan biaya, jika

biaya dapat dimanfaaatkan sesuai dengan kepentingan kegiatan maka

pengawasan bisa relatif hemat.

7. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan (corrective action).

Pengawasan tidak akan mempunyai arti apabilla tidak membawa

tindakan perbaikan. Pengawasan dikatakan efektif apabila didapatkan

terjadi kegagalan, maka kepada siapa yang harus bertanggung jawab,

siapa yang dapat melakukan perbaikan

Proses pengawasan menurut Mangkunegara, (2010:78) dimana dari

beberapa tindakan tertentu yang bersifat penting bagi pengawasan

manajerial.

Adapun tindakan sebagai berikut:

a. Penentuan ukuran atau pedoman baku standar terlebih dahulu harus

ditetapkan. Suatu ketentuan yang sudah diterima atau yang sudah

ditetapkan oleh pihak yang berwenang.standar berguna diantaranya

sebagai alat pembanding dalam pengawasan, alat pengukur untuk

menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan yang telah dilaksanakan,

menjadi alat untuk membantu pengertian yang cepat antara

17
pengawasan yang diawasi, sebagai cara agar dapat memperbaiki

uniformitas.

b. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan.

Dapat dilakukan dengan melalui diantaranya : 1. Laporan (tertulis atau

lisan), 2. Buku catatan harian mengenai bagan jadwal atau grafik

produksi, 3. Inspeksi atau pengawasan langsung, 4. Pertemuan atau

konprrensi dengan petugas yang bersangkutan, 5. Survei yang

dilakukan oleh pegawai

c. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau

pedoman baku yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan

yang terjadi. Ini dikerjakan untuk membandingkan antara hasil

pengukuran dengan, dengsn maksud untuk mengetahui apakah

diantaranya terdapat suatu perbedaan, selanjunya untuk menentukan

perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak perlu diperbaiki.

d. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan

yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan yang telah

direncanakan. Apabila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan

koreksi,maka tindakan tersebut harus diambil.

Dari pembahasan proses pengawasan tersebut, maka yang dapat

menjadi indicator pengukuran pengawasan ialah standar, tingkat

pengawasan, tingkat penyimpangan dan perbaikan kesalahan.

18
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dan menguji indikator

pengawasan yang dikemukakan menurut Handoko (2009: 90) mengenai

indikator pengawasan sebagai berikut :

1. Penetapan standar pelaksanaan atau perencanaan

Dalam pelaksanaan pengawasan ialah menetapkan standar

pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan

pengukuran yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk penilaian

hasil.

2. Pengukuran kinerja

Pelaksanaan dalam kegiatan penetapan standar akan sia-sia bila

tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan.

Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran kerja sebagai

berikut :

a. Pengamatan

b. Laporan hasil lisan atau tertulis

c. Metode otomatis

d. Pengujian atau dengan pengambilan sampel

3. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja tentu tidak terlepas dari motivasi karyawan

sebagai penunjang kepuasan dalam melaksanakan tugas sehingga

mampu menciptakan kinerja yang baik sehingga menguntungkan

bagi organsasi

4. Tindakan koreksi

19
Pengembalian tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan

menyimpang dari standar yang dilakukan oleh pengawasan.

2. Konsep Kedisiplinan Pegawai

Disiplin merupakan suatu keadaan yang memberikan dorongan kepada

karyawan untuk berbuat dan melakukan semua kegiatan yang sesuai dengan

norma atau aturan yang telah ditetapkan.

Disiplin sangat penting dalam pertumbuhaan sebuah instansi, terutama

digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri

dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun

berkelompok. Selain itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk

mematuhi prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat

menghasilkan pekerja yang lebih baik.

Disiplin menurut Rivai dan Veithzal (Rompas et al., 2018) disiplin

kerjaa ialah suatu alat yang diganakan oleh manajer untuk megubah suatu

perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi dan norma-norma

social yang berlaku. Sedangkan Sutrisno (Fitrianingrum, 2015) Disiplin

menunjukkan suatu kondisi ataupun sikap hormat yang ada pada diri

karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Adapun menurut

Siagian (Inbar et al., 2018) disiplin ialah menunjukkan suatu kondisi atau

sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap peraturan dan ketetapan

organisasi.

20
Selanjutnya menurut Fathoni (Agustina & Bismala, 2014) bahwa

kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan organisasi dan norma sosial yang berlaku. Disiplin merupakan

suatu ketaatan Pegawai terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku

dalam Organisasi atas dasar adanya suatu kesadaran atau keinsyafan bukan

adanya unsur paksaan Wursanto (2011:71)

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang atau sekelompok pekerja yang tergabung

dalam organisasi yang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-

norma sosial yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis dengan

dilandasi suatu kesadaran bukan adanya unsur paksaan agar pekerja

memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja sehingga produktivitas

kerja pegawai berkembang.

Tujuan dari disiplin kerja ialah demi kelangsungan organisasi sesuai

dengan motif organisasi yang bersangkutan baik masa sekarang maupun

masa yang akan datang. Menurut Sastrohadiwiryo (Utari, 2015) bahwa

tujuan disiplin kerja pegawai antara lain:

a. Para tenaga kerja bisa menaati segala pertauran dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang

berlaku, baik tertulis maupun lisan, serta melaksanakan perintah

manajemen tersebut/

b. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta dapat

memberikan pelayanan yang maksimal kepadav pihak tertentu yang

21
berkepentingan dengan bidang pekerjaan yang telah diberikan

kepadanya.

c. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan

jasa dengan lebih naik.

d. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang

berlaku pada organisasi.

e. Tenaga kerja dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan, baik yang dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

Dari pembahasan menganai tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja

harus dijalankan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan pekerja yang

baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dapat

disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi

untuk mencapai tujuan tersebut.

Disiplin kerja merupakan harapan setiap pimpinan kepada pegawai,

karena itu sangat perlu apabila disiplin mendapat penanganan lebih

mendalam dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi agar

mencapai tujuan dari suatu organisasi .

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pekerja

dalam suatu organisasi menurut Sutrisno (Fitrianingrum, 2015) ialah sebagai

berikut :

a. Besar kecilnya pemberian kompensasi

22
Besar kecilnya pemberian kompensasi dapat memengaruhi tegaknya

kedisiplinan. Pegawai akan mematuhi segala peraturan yang berlaku,

apabila pegawai merasa mendapatkan jaminan balas jasa yang sesuai

dengan pekerjaan yang telah dikontribusikan kepada organisasi

b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam organisasi

Keteladanan seorang pimpinan sangat berpengaruh sekali, karena

dalam organisasi, semua pegawai akan selalu memperhatikan

bagaimana pimpinan dalam menegakkan disiplin yang telah

ditetapkan.

c. Ada tidaknya aturan yang pasti yang dapat dijadikan pegangan

Penegakan disiplin akan dapat terlaksana didalam organisasi, apabila

tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan

bersama. Disiplin tidak dapat ditegakkan apabila aturan yang dibuat

hanya berdasarkan intruksi lisan yang dimana dapat berubah sesuai

dengan kondisi yang terjadi.

d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Apabila seseorang melanggar disiplin, maka diperlukan keberanian

pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat

pelanggaran yang telah dibuatnya. Dengan adanya tindakan mengenai

pelanggaran disiplin, sesuai dengan aturan yang ada, maka pegawai

akan merasa terlindungi dan tidak ada pegawai yang melakukan

pelanggaran yang serupa

e. Ada tidaknya motivasi pimpinan

23
Dalam sebuah organisasi setiap tindakan yang dilakukan perlu adanya

motivasi yang diberikan pimpinan agar dapat mengarahkan para

karyawan untuk melaksanakan tugas dengan cepat sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan organisasi.

f. Ada tidaknya perhatian kepada pekerja

Pekerja ialah manusia yang memiliki perbedaan karakater antara satu

dengan lain. Seorang pegawai tidak akan merasa puas dengan hanya

penerimaaan kompensasi yang tinggi. Pegawai yang menantang, tetapi

juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinan.

g. Disiptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

Kebiasaan yang positif ialah saling menghormati apabila bertemu

dilingkungan kerja, melontarkan pujian yang sesuai dengan tempat

dan waktu sehingga para pegawai akan turut merasa bengga terhadap

pujian tersebut, sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan

yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, mengetahui apabila ingin

meniggalkan kantor kepada teman kerja dengan menginformasikan

kenapa dan adaurusan apa walau kepada bawahan sekalipun.

Pengadaan suatu aturan atau sanksi disiplin kerja bagi para tenaga kerja

yang melanggar norma organisasi ialah memperbaiki dan mendidik pegawai

yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada ummumnya sebagai pegangan

pimpinan meskipun tidak relatif, menurut Sastrohadiwiryo (Utari, 2015)

tingkat dan jenis aturan atau sanksi disiplin terdiri atas :

1. Sanksi Disiplin Berat

24
a. Demosi Jabatan yang setingkat lebih rendah jabatan ataupun

pekerjaan yang dijalankan sebelumnya.

b. Pembebasan dari jabatan untuk dijadikan sebagai pekerja yang

bersangkutan

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan dari

pegawai sendiri yang bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja yang tidak dengan hormat sebagai

tenaga kerja di Organisasi

2. Sanksi Disiplin Sedang

a. Penundaan pemberisn kompensasi yang sebelumnya sudah

dirancang sebagaimana tenaga kerja lain.

b. Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah ataupun gaji yang

biasanya diberikan seperti harian, mingguan, Bulanan

c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang berkaitan

pada jabatan yang lebih tinggi

3. Sanksi Disiplin Ringan

a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan

b. Teguran tertulis

c. Pernyataan tidak puas

Dalam menetapkan jenis sanksi disiplin kerja yang akan dijatuhkan

kepada pekerja atau pegawai yang melangggar hendaknya dipertimbangkan

dengan cermat, teliti dan seksama bahwa sanksi disiplin akan dijatuhkan

dengan setimpal atas tindakan dan perilaku yang dibuat. Kemudian, sanksi

25
disiplin yang diberikan kepada pekerja dapat diterima dengan rasa keadilan.

Kepada pekerja yang diberikan sanksi disiplin dan mengulangi lagi pada

kasus yang sama, perlu dijatuhkan sanksi disiplin yang lebih berat yang

berpedoman pada kebijakan yang berlaku.

Menurut Handoko (Inayati, 2014) Yang membagi 3 jenis disiplin yaitu

sebagai Berikut :

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif ialah suatu kegiatan yang dilaksanakan unutk

mendorong para pekerja atau pegawai agar mengikuti berbagai standard

an aturan, sehingga penyelewengan atau pelanggaran-pelanggaran. Yang

utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya Disiplin Diri pada setiap

karyawan tenpa terkecuali.

2. Disiplin Korektif

Disiplin Korektif ialah merupakan suatu kegiatan yang diambil untuk

menangani pelanggaran terhadap aturan karena mencoba untuk

menghindari pelanggaran lwbih lanjut. Dan Disiplin Korektif bertujuan

untuk memperbaiki pelanggan untuk menjaga berbagai standar organisasi

tetap konsisten dan efektif

3. Disiplin Progresif

Merupakan Disiplin Progresif suatu kebijakan disiplin yang

memberikan hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang

berulang. Progresif diberikan sebagai berikut :

a. Teguran secara lisan kepada penyela

26
b. Teguran tertulis dengan catatan pada file personalia

c. Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

d. Skorsing satu minggu atau lebih lama lagi

e. Penurunan Jabatan

f. Dipecat atau Diberhentikan

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dan menguji indikator

Disiplin kerja yang dikemukakan menurut Handoko (Agustina, 2014), ialah

sebagai berikut :

1. Peraturan jam masuk, jam pulang maupun jam istirahat

Disiplin kerja pada suatu organisasi dapat diukur baik atau tidaknya

penerapannya diketahui dari terlaksana atau tidaknya peraturan jam

masuk kerja, pulang kerja atau jam istirahat kerja. Apabila ada

pegawai yang baik masuk, pulang maupun istirahat diluar jam yang

telah ditetapkan sebelumnya maka disiplin kerja yang ada dalam

organisasi masih belum terlaksana dengan baik.

2. Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam

bekerja.

Peraturan dalam berpakaian dan bertingkah laku merupakan salah satu

peraturan dasar dan berkaitan mengenai disiplin kerja suatu organisasi

yang dimana harus dipatuhi oleh semua pegawai. Jika ada karyawan

yang kurang baik atau rapi dalam berpakaian atau bertingkah laku

yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan sebagaimana

27
mestinya, maka dapat dipastikan bahwa disiplin di suatu organisasi

belum terlaksana dengan baik

3. Peraturan cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit

kerja yang lain

Prosedur kerja yang ada di setiap organisasi sudah diterapkan dalam

susunan kerja dalam bentuk peraturan bagiamana cara melakukan

pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja yang lain. Jika pegawai

yang bekerja tidak seuai dengan peraturan atau prosedur kerja yang

sudah ditetapkan maka hal tersebut memperlihatkan bahwa disiplin

kerja yang ada masih belum baik dalam penerapannya.

4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh oleh para

pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya

Suatu organisasi dalam pelaksanaan operasionalnya sejalan dengan

sumber daya manusia untuk menetapkan peraturan mengenai apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh oleh para pekerja selama berada dalam

suatu organisasi. Apabila peraturan tersebut terlaksana dengan baik

maka dapat diakatakan bahwa pelaksanaan disiplin kerja pegawai

sudah baik.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dan menguji indikator

disiplin kerja pegawai yang dikemukakan oleh Disiplin kerja menurut

(Handoko, 2008:142), ialah sebagai berikut : (1) Peraturan jam masuk, jam

pulang maupun jam istirahat. (2) Peraturan dasar tentang berpakaian dan

bertingkah laku dalam bekerja. (3) Peraturan cara melakukan pekerjaan dan

28
berhubungan dengan unit kerja yang lain. (4) Peraturan tentang apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh oleh para karyawan selama dalam organisasi

dan sebagainya.

Terkait dengan Disiplin Pegawai di Kantor Kecamatan Segeri

Kabupaten Pangkep, dikarenakan keempat indikator sangat relevan dengan

penelitian ini.

3. Hubungan pengawasan dengan Kedisiplinan pegawai

Kedisiplinan ialah ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang

merupakan panduan untuk mencapai suatu tujuan. Kedisiplinan ditegakkan

melalui pelaksanaan pengawasan yang pada dasarnya menyelenggarakan

dan penanggung jawab fungsi pengawasan dalam organisasi atau instansi

pemerintah, para pegawai diarahkan untuk selalu mematuhi peraturan. Jika

terjadi penyimpangan atau kesalahan maka pemimpin berkewajiban untuk

melakukan tindak lanjut pengawasan atau pendisiplinan terhadap pegawai.

Inayati, (2014)

Menurut Hasibuan (2009 :194) salah satu indikator yang memengaruhi

tingkat kedisiplinan kerja pegawai adalah waskat (pengawasan melekat).

Waskat merupakan tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan

kedisiplinan karyawna. Dengan adanya pengawasan melekat berarti

pimpinan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, ,oral, sikap, gairah

kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Perihal ini berarti pimpinan harus

selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan

petunjuk, apabila ada pegawai yang mengalami kesulitan dalam

29
menyelesaikan tugasnya. Waskaf efektif merangsang kedisiplinan dan moral

kerja pegawai. Pegawai merasa mendapatkan perhatian, bimbingan,

penghargaan, petunjuk,dan pengawasan dari pimpinan.

Sementara itu Saydam (2005) mengemukakan bahwa dalam setiap

kegiatan yang dilakukan dalam organisasi perlu ada pengawasan yang akam

mengarahkan para pegawai supaya dapat melaksanakan pekerjaan dengan

tepat dan sesuai dengan apa yang telah diciptakan. Pengawasan pemimpin

mampu membuat pegawai terbiasa melaksanakan disiplin kerja, sehingga

mereka tidak berbuat semaunya di dalam perusahaan. Selain itu juga,

pegawai merasa mendapatkan perhatian, bimbingan dan petunjuk dari

atasannya begitu pula sebaliknya Hasibuan (2009:189)

Hubungan antara pengawasan dengan kedisiplinan pegawai dibuktikan

pula oleh Inayati, (2014) dalam penelitiaanya yang memiliki judul

“Hubungan Pengawasan dengan Disiplin Kerja pegawai pada Dinas

Pendidikan pemuda dan olahraga kabupaten Dharmasraya” yang menyatakn

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan disiplin

pegawai. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pengawasan memungkinkan

pegawai bekerja dengan disiplin pegawai. Pegawai akan bekerja dengan

tekun, semangat, dan bertanggung jawab yang tinggi, sehingga hasil kerja

optimal. Akan tetapi sebaliknya jika pengawasan yang kurang akan

membuat pegawai merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga hasil

kerjanya kurang memuaskan.

30
C. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep dengan

tujuan untuk menganalisis Korelasi Antara Pengawasan dengan Kedisiplin

Pegawai Di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep, baik secara parsial

maupun simultan.variabel pengawasan Kerja sebagai variabel X

(bebas/independent) dalam penelitian ini akan menguji konsep yang dikemukakan

manullang Manulang, (2011:163) melalui indikator : 1) penetapan standar

pelaksanaan atau perencanaan, 2) pengukuran kerja, 3) penilaian kinerja, 4)

tindakan koreksi. Adapun, variabel Disiplin Pegawai sebagai variabel Y

(terikat/dependent) dalam penelitian ini akan menguji konsep yang menurut

(Handoko, 2008:142), ialah sebagai berikut : (1) Peraturan jam masuk, jam pulang

maupun jam istirahat. (2) Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku

dalam bekerja. (3) Peraturan cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan

unit kerja yang lain. (4) Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak

boleh oleh para karyawan selama dalam organisasi.

Berdasarkan Uraian Yang telah dikemukakan, Maka peneliti menyusun

bagan kerangka piker penelitian, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.

31
KANTOR KECAMATAN
SEGERI KABUPATEN
PANGKEP

VARIEBEL VARIABEL DISIPLIN


PENGAWASAN KERJA PEGAWAI (Y)
(X) 1) Peraturan jam masuk, jam
pulang maupun jam
istirahat.

H1
2) Peraturan dasar tentang
1. Pengawasan berpakaian dan bertingkah
Langsung H2
laku dalam bekerja.
2. Pengawasan tidak 3) Peraturan cara melakukan
Langsung pekerjaan dan berhubungan
dengan unit kerja yang lain
4) Peraturan tentang apa yang
boleh dan apa yang tidak
boleh oleh para karyawan.
Manulang (2011 Hal. 163)
Handoko( 2008 Hal 142)

H3

KORELASI ANTARA
PENGAWASAN KERJA TERHADAP
DISIPLIN PEGAWAI DI KANTOR
KECAMATAN SEGERI KABUPATEN
PANGKEP
D. Hipotesis Penelitian

32
Berdasarkan kerangka Pikir yang telah disusun, maka ada beberapa

hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

Hipotesis Pertama (H1)

H1 : Ada Korelasi pengawasan (X1) terhadap Kedisiplinan Pegawai (Y)

Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

E. Definisi Operasional

Dalam Penelitiaan ini, terdapat 2 (dua) variabel, yaitu variabel pengawasan

kerja sebagai variabel independent/ bebas atau variabel X, dan Variabel Disiplin

Pegawai sebagai variabel dependent/terkait atau variabel Y.

Pengawasan kerja dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan

dalam melaksanakan tugas di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep,

Sedangkan Disiplin Pegawai dalam Penelitian ini adalah peningkatan kinerja

atau suatu keberhasilan di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

Variabel Pengawasan Kerja Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

dalam penelitian ini anak dianalisis menggunakan indikator :

1. Penetapan standar pelaksanaan atau perencanaan

Penetapan standar pelaksanaan atau perencanaan ialah dimana dalam

melakukan pengawasan harus menetapkan standar agar bisa mengukur

hasil dari penilaian

2. Pengukuran kinerja

Pengukuran kerja sangat penting dalam pengawasan yang dimana

untuk mengukur pelaksanaan kegiatan yang telah dikerjakan, yang

dimana pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan

33
wkatu yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas atau wewenang

pegawai.agar pekerjaan dapat efektif dan efesien.

3. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja ialah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

dalam sebuah organisasi untuk mengevaluasi dan mengkomunikasikan

bagaimana hasil dari tugas atau wewenang yang dikerjakan dan

membandingkan hasil kerjanya dengan standar yang ada yang

digunakan sebagai dasar pertimbangan suatu kegiatan.

4. Tindakan koreksi

Tindakan koreksi ialah langkah perbaikan yang dilakukan apabila

adanya ketidak sesuaian dalam proses pengawasan. Sehingga dapat

mencegah terjadinya kesalahan yang akan terjadi, dan dapat

meningkatkan mutu kinerja pegawai.

Adapun Disiplin Pegawai di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

dalam penelitan ini akan dianalisis menggunakan indikator :

1. Peraturan jam masuk, jam pulang maupun jam istirahat.

Pegawai harus mematuhi peraturan jam masuk, jam pulang maupun Jam

Kerja yang telah Ditetapkan oleh Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten

Pangkep untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

2. Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam bekerja.

Pegawai Kantor kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep berpakaian dan

bertingkah lau yang baik dalam bekerja agar mencapai kedisiplinan

Pegawai

34
3. Peraturan cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja

yang lain.

Pegawai Kantor kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep dikatakan Disiplin

apabila memiliki hubungan yang baik dengan pegawai yang lain

4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh oleh para

karyawan selama dalam organisasi dan sebagainya.

Pimpinan pada Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep harus

membuat peraturan mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

oleh karyawan agar bisa mencapai disiplin kerja. Dan memudahkan dalam

pengawasan.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih salama 2

(dua) bulan. Lokasi penelitian berada di Kantor Kecamatan Segeri Kabupaten

Pangkep. Adapun alasan peneliti yaitu untuk dapat memperoleh data mengenai

kondisi pengawasan dan kedisiplinan pegawai dan juga Karena judul tersebut

belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya pada Lokasi penelitian.

B. Jenis dan tipe penelitian

Jenis penelitian ini mengguakan penelitian kuantitatif. Kemudian tipe

penelitian ini menggunakan metode kuantitatif asosiatif kausal adalah penelitian

yang mencari hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih dari

beberapa populasi atau sampel dengan teknik pengambilan sampel secara

random dan menggunakan instrument penelitian dalam pengumpulan data untuk

menguji hipotesis/dugaan yang telah ditetapkan dengan beberapa

pertanyaan/angket.

Korelasi parsial merupakan suatu metode pengukuran hubungan antara

variabel independent dan variabel dependent yang dimana mengontrol salah satu

variabel independent untuk melihat korelasi antara variabel dependent.

sedangkan korelasi simultan merupakan suatu metode pengukuran untuk

menunjukkan kekuatan hubungan antara semua variabel independent dan

variabel dependent yang ada.

36
C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada kantor kecamatan segeri

kabupaten pengkep karena jumlah populasi 30 maka peneliti menggunakan

sampling jenuh yang dimana teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebai sampel.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang utama adalah dengan menggunakan

kuesioner (angket) dan dikuatkan dengan hasil observasi/pengamatan

lapangan dan studi dokumentasi. Untuk kuesioner (angket) menggunakan

bentuk checklist. Guna membantu responden di Kantor Kecamatan segeri

Kabupaten Pangkep untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan

cepat dengan memberi tanda check (√) pada tempat yang telah disediakan.

Peneliti membuat 2 (dua) buah kuesioner untuk penelitian ini, kuesioner

pertama untuk memperoleh data tanggapan responden terkait korelasi

Pengawasan kerja (variabel X) beserta indikator-indikatornya terhadap Disiplin

Pegawai (variabel Y) , dan kuesioner kedua untuk memperoleh data tanggapan

responden terkait Disiplin Pegawai (variabel Y) beserta indikator-indikatornya

yang dipengaruhi oleh pengawasan kerja (variabel X). kedua kuesioner tersebut

peneliti berikan kepada pegawai atau responden yang berada di kantor

Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep

Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data

kuantitatif. Skala likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi pegawai atau responden di Kantor Kecamatan Kabupaten

37
Pangkep tentang variabel pengawasan kerja dan variabel disiplin Pegawai. Ada 5

(lima) pilihan jawaban pada setiap item pertanyaan, yaitu :

1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

2. Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4

3. Jawaban Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3

4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

5. Jawaban Sangat Tidak Setuju(STS) : diberi skor 1

E. Teknik Analisis data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan

bivariat :

1. Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti. Jenis atau sifat data dalam penelitian ini

adalah kategorik. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dari masing-masing varibel.

Keterangan :

P = Presentase

X= Jumlah kejadian pada responden

N= Jumlah seluruh responden

2. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independent

yaitu pengawasan dengan variabel dependent yaitu kedisiplinan pegawai

38
yang masing-masing skala kategorik dengan menggunakan uji Korelasi

Product Moment dengan rumus yaitu:

Keterangan

Rxy = koefisien korelasvariabel x dengan variabel y

x = variabel 1

y = variabel 2

n = Jumlah sampel

Uji korelasi Pearson Product Moment dapat dilakukan jika datanya

berbentuk numeric dan terdistribusi normal. Jika data yang diperoleh

tidak memenuhi kedua syarat tersebut, dilakukan Uji Korelasi Rank

Spearman, sebagai uji alternative, dengan rumus yaitu :

Keterangan

Rs = koefisien korelasi Spearman

Di = selisih peringkat untuk setiap data

N = jumlah sampel

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat

signifikan (nilai a) sebesar 95% jika Pvalue > 0,05, hipotesis penelitian ditolak.

Sebaliknya, jika Pvalue < 0,05, hipotesis penelitian diterima

39
Kekuatan hubungan dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien korelasi yang

disimbolkan dengan r. adapun kekuatan hubungan yang dikategorikan dalam

bentuk tabel menurut sarwono (Nengsih, 2015) yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Interval kategori kekuatan Korelasi

Koefisien Kekuatan Korelasi


0,00-0,25 Korelasi sangat lemah
0,26-0,50 Korelasi lemah
0,51-0,75 Korelasi kuat
0,76-1,00 Korelasi sangat kuat

F. Teknik Pengabsahan Data

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian diuji keabsahannya

melalui uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk menguji

keakuratan/kevalidan kuesioner penelitian, sedangkan uji reliabilitas dilakukan

untuk menguji kehandalan/konsistensi kuesioner penelitian, peneliti akan

melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPPS version

24.0. penguji validitas cukup dengan membandingkan nilai r hitung dengan rtabel

Product Moment. Jika nilai rhitung > rtabel maka indikator atau pertanyaan kuesioner

dikatakan valid,begitupula sebaliknya. Data juga dikatakan valid jika nilai sig.

(2-tailed) data < 0.05.

Peneliti akan melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan

software SPSS version 24.0. pengujian relibilitas cukup dengan membandingkan

40
ralpha atau angka cronbach alpha dengan nilai 0,7. Jika ralpha > 0,7 maka indikator

atau pertanyaan kuesioner dikatakan reliable, begitupula sebaliknya.

41
DAFTAR PUSTAKA
A. Anwar, P. M. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Agustina, W., & Bismala, L. (2014). Dampak Pengawasan dan Kepuasan Kerja
Dalam Mempengaruhi Disiplin Kerja Karyawan PT Perkebunan Nusantara
IV (Persero) Medan. Junal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 14 (1), 125–136.
Antonius, F. (2020). Analisis Hubungan Pengawasan Dan Disiplin Kerja
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ( DPRD ) Ogan Komering Ulu Timur. 1, 1–8.
Berliana, H. P., Nellitawati, Rifma, & Irsyad. (2020). Hubungan pengawasan
dengan disiplin kerja pegawai dinas pariwisata dan kebudayaan kota
padang. 1(2), 34–37.
Fitrianingrum, E. D. (2015). Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja
Pegawai Pada Kantor Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. EJournal
Administrasi Negara, 3(5), 1644–1655.
Handoko, T. H. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Kedua). Yogyakarta,
Balai penerbit Fakultas ekonomi- Universitas Gadjah Mada.
Handoko, T. H. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Balai
Penerbitan Fakultas Ekonomi- Universitas Gadjah.
Handoko T. H., & Dr, M. B. A. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia
(Kedua). Yogyakarta, BPFE: Yogyakarta.
hardani. (2019). Hubungan kepemimpinan dan Pengawasan Terhadap
Kedisiplinan kerja Pada PT. Superex Raya Tangerang. 4, 11–20.
Hasibuan Malayu S.P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia : dasar kunci
Keberhasilan. Jakarta, Haji masagung.
Inayati, A. (2014). Hubungan Pengawasan dengan Disiplin Kerja Pegawai pada
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya. Bahana
Manajemen Pendidikan, 2(1), 86–91.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahana/article/view/3737
Inbar, N. R. D., Astuti, E. siti, & Sulistyo, M. C. A. (2018). Pengaruh Lingkungan
Kerja Terhadap Disiplin Kerja Dan Semangat Kerja Karyawan ( Studi Pada
Karyawan Pdam Kota Malang ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 58(2),
84–92.
Kadarisman, M. (2012). manajemen pengembangan Sumber Daya Manusia (Edisi
pert). Jakarta, rajawali Press.
Manulang Marihot, A. (2011). Manajemen Personalia (edisi keti). Yogyakarta,

42
Gajah Mada University Press.
Nengsih, S. K. (2015). Hubungan Stress kerja dengan Hipertensi pada Karyawan
Bagian Direktorat Operasi dan Komersial Pusat Di PT. Pelindp IV Tahun
2015. 151, 10–17.
Rizal, S. M. (2019). Pengaruh Motivasi , Pengawasan , dan Kepemimpinan
Terhadap. Maneggio: Jurnal Ilmu Magister Manajemen, 2(1), 117–128.
Rompas, G. C., Tewal, B., & Lucky D. (2018). The Influence Of Leadership Style
, Supervision , And Work Discipline On The Performance Of Employees At
The Department Of Transportation Of Southeast Minahasa Regency. Jurnal
EMBA, 6(4), 1978–1987.
Rosinta R. S. (2017). Pengaruh Pengawasan Dan Pengalaman Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Pt. Mitra Karya Anugrah. AJIE-Asian Journal of
Innovation and Enterpreneurship, 02(02), 148–160.
Saydam. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro
(Jakarta. :Djambatan; Cetakan Ketiga).
Siagian Sondang, P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta.
Utari, K. (2015). Pengaruh kepemimpinan dan pengawasan melekat terhadap
disiplin kerja pegawai di dinas pertambangan dan energi kabupaten kutai
timur. Pemerintahan Integratif, 3(1), 31–45.
Wursanto. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta, Penerbit
Liberty.
Peraturan
Peraturan Pemerintah. (2010). Peraturan Pemerintah UU No. 53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai negeri Sipil. Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia.
Peraturan Presiden. (2010). Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan. Peraturan Presiden Republik Indonesia

43

Anda mungkin juga menyukai