PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : A.ISMAIL BANDASO
NIM : P17020242
DOSEN : Dr. Hasmin, S.E., M.Si
DAFTARPUSTAKA ........................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangMasalah
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Sungguminasa adalah salah satu instansi
pemerintah yang mempunyai tugas membantu dalam menyelenggarakan sebagian tugas
pemerintahan di Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dengan tugas yang sedemikian
strategis, tentu perlu didukung dengan sumber daya manusia yang handal. Namun pada
kenyataannya, kualitas SDM masih sepenuhnya belum baik sehingga kinerja para pegawai
menjadi kurang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya pegawai yang absen kerja atau
meninggalkanpekerjaan di jam kerja. Selain itu terdapat pegawai-pegawai yang terlibat masalah
hukum. Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai diantaranya
adalah motivasi dan kepuasan (Robbins, 2006). Motivasi merupakan serangkaian sikap dan
nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan
sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Motivasi yang rendah dapat
membuat seseorang yang berkualitas tinggi mempunyai kinerja yang buruk dan sebaliknya
(Rivai, 2005).Gomes (1997) mengatakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap kinerja pegawai. Bila motivasi pegawai itu rendah, maka hasil kerja atau
kinerjanya juga rendah. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara motivasi dan kinerja. Kiruja (2013) menyatakan bahwa pegawai merasa tidak puas
dengan kompensasi atau pembayaran yang dilakukan perusahaannya dan lingkungan pekerjaan
mereka. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa motivasi mempunyai pengaruh terhadap
kinerja pegawai pada Insitusi Pelatihan Teknik Level Menengah Sektor Umum di
Kenya.Muogbo(2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara motivasi ekstrinsik dengan kinerja pekerja, sedangkan antara motivasi intrinsik dan
kinerja tidak memiliki pengaruh. Begitu juga dengan penelitian-penelitian lain yang dilakukan
oleh peneliti di Indonesia. Beberapa diantaranyaadalah: Sugianto (2011), Runtuwene (2011),
dan Mahardhika (2013), dalam penelitian mereka menemukan bahwa motivasi memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan. Pemberian motivasi dapat memberikan efek positif dalam
2
pelaksanaan pekerjaan pegawai dalam pencapaian target kerja organisasi. Namun kenyataan di
lapangan menunjukkan indikasi kurangnya motivasi yang dimiliki oleh pegawai dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Contohnya, dengan masih banyaknya pegawai yang tidak
disiplin dan tidak bersemangat dalam bekerja sehingga hasil pekerjaan di instansi ini menjadi
tidak efektif dan efisien. Selain itu kurangnya ketepatan waktu yang digunakan oleh pegawai
dalam menyelesaikan tugasnya yang akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan kinerja para pegawai di Lingkungan Lapas Narkotika kelas IIA
Sungguminasa, perlu diberikan adanya dorongan atau motivasi yang dapat menarik atau
memotivasi mereka untuk dapat bekerja dengan lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan banyak
penelitian yang menjadikan kinerja perusahaan dan motivasi pekerja menjadi fokus penelitian.
Karena perusahaan-perusahaan baik perusahaan publik maupun perusahaan privat telah
menyadari bahwa dengan adanya motivasi dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas pekerja
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai
dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta
(Stolovitch danKeeps, 1992).Jadi kinerja pegawai merupakan hasil kerja pegawai baik dari
segikualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Salahsatu cara
yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja pegawainya adalah dengan
memberikan tunjangan kinerja atau remunerasi. Seperti yang diterapkan di Kementerian Hukum
dan HAM RI yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tunjangan
Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tunjangan
kinerja ini diberikan pertama kali pada bulan Januari 2011.Pemberian remunerasiini tidak
terpisahkan dari Kebijakan Reformasi Birokrasi yang bertujuan untukmewujudkan clean and
good governance.
memperlemah hubungan antara remunerasi dan kinerja pegawainya. Pegawai yang terlibat
masalah tersebut selalu beralasan karena motif ekonomi. Motivasi pegawai bekerja adalah untuk
berprestasi dan mengharapkan kesejahteraan sehingga ia akan berkinerja dengan baik. Tetapi ia
malah lebihtergiur oleh materi yang diiming-imingi oleh pihak tertentu yang melanggar
peraturan. Sehingga motivasi tersebut pada akhirnya tidak meningkatkan kinerja pegawai. Hal
yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan seharusnya diketahui olehatasan dan menjadi
tanggung jawabnya. Sehingga gaya kepemimpinan yang idealis, inspirasi, intelektual, dan
memiliki perhatian pribadi terhadap pegawainya, akan memperkuat hubungan antara motivasi
dan kinerja pegawai. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah motivasi memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai?
2. Apakah remunerasi memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai?
3. Apakah gaya kepemimpinan memoderasi hubungan antara motivasi dan kinerja pegawai?
4. Apakah gaya kepemimpinan memoderasi hubungan antara remunerasi dan kinerja pegawai?
C. Tujuan Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Perilaku
2. Kinerja
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja, oleh karena itu
setiaporganisasi berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawainya dalam
rangkamencapai tujuan organisasi tersebut.Kinerja pegawai dipengaruhi olehkecakapan,
keterampilan, pengalaman dan kesungguhan kerja dari pegawai
yangbersangkutan.Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujukpada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta(Stolovitch dan
Keeps, 1992).Ia mengartikan kinerja individu sebagai tingkatpencapaian atau hasil kerja
seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugasyang harus dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu. Jadi kinerja pegawaimerupakan hasil kerja pegawai dari segi
kualitas dan kuantitas berdasarkanstandar kerja yang telah ditentukan.Gomes (2000,
162) mengatakan bahwa kinerja merupakan catatan terhadap hasilproduksi dari sebuah
pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu dalam periodewaktu tertentu.Kinerja
merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atauperilaku nyata yang
ditampilkan sesuai peranannya dalam organisasi.Kinerjajuga berarti hasil yang dicapai
seseorang baik kualitas maupun kuantitas sesuaidengan tanggung jawab yang diberian
kepadanya.Selain itu kinerja seseorangdipengaruhi oleh tingkat pendidikan, inisiatif,
6
kerja atau pegawai sebagaiakibat dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka
mencapai tujuanorganisasi (Sopiah, 2008). Dengan remunerasi sendiri, PNS akan
dituntut untukmengoptimalkan kinerjanya karena jumlah remunerasi yang diterima
akansebanding dengan kinerja yang dilakukan, atau dengan kata lain harus
memenuhitarget tertentu.Remunerasi pemerintahan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dariKebijakan Reformasi Birokrasi.Hal ini dilatarbelakangi oleh kesadaran
sekaliguskomitmen pemerintah untuk mewujudkan clean and good governance.
Perubahandan pembaharuan tersebut dilaksanakan untuk menghapus kesan
pemerintahanyang selama ini dinilai buruk yang ditandai oleh indikator:
1. Buruknya kualitas pelayanan publik (lambat, tidak ada kepastianaturan/hukum,
berbelit belit, arogan, minta dilayani atau feodal style.
2. Sarat dengan perilaku KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), dsb.
3. Rendahnya kualitas disiplin dan etos kerja aparatur negara.
4. Kualitas manajemen pemerintahan yang tidak produktif, tidak efektif dantidak efisien.
5. Kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan.Simamora (2004)
mengatakan bahwa tunjangan adalah pembayaran-pembayarandan jasa-jasa yang
melindungi dan melengkapi gaji pokok, dan organisasi dapatmembayar semua atau
sebagian dari tunjangan terebut. Ketentuan tentangtunjangan ini pertama kali diatur
dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun2011 tentang Tunjangan Kinerja Bagi
Pegawai di Lingkungan KementerianHukum dan Hak Asasi Manusia dan telah
mengalami satu kali penyesuaiandengan Peraturan Presiden Nomor 105 tahun 2014.
Tunjangan kinerja pertamakali dibayarkan pada bulan januari 2011 dan pembayaran atas
tunjangan yangbaru dari hasil penyesuaian terhitung mulai bulan Juli tahun
2014.Landasan hukum yang mendasari kebijakan tentang pemberian remunerasi
adalahsebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yangbersih
dan bebas dari KKN.
2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, dimanasalah satunya
substansinya mengatakan bahwa setiap pegawai negeri berhakmemperoleh gaji yang
layak dan adil sesuai dengan beban pekerjaan dantanggung jawabnya. 8
ini merupakan hal yang sangat berarti bagi setiaporganisasi, baik itu organisasi
pemerintahan maupun organisasi di lingkunganperusahaan. Seorang pegawai yang
mempunyai motivasi tinggi dalam bekerjaakan memberikan yang terbaik bagi suatu
organisasi. Hal inilah yangmenyebabkan motivasi sangat memberikan kontribusi yang
penting bagi setiaporganisasi.Prawirosentono (1999) mengatakan bahwa kinerja
dipengaruhi olehmotivasi karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi.Bila motivasi
karyawanitu rendah, maka hasil kerja atau kinerjanya juga rendah.
2. Pengaruh Remunerasi terhadap Kinerja
Penelitian ini membahas tentang adanya pengaruh antara remunerasi terhadapkinerja
pegawai.Remunerasi merupakan bagian dari kompensasi yang diberikanoleh instansi
kepada karyawannya.Kompensasi adalah segala sesuatu yangditerima para karyawan
sebagai balas jasa untuk hasil kerja mereka (Handoko,2003).Jadi melalui kompensasi
tersebut karyawan dapat meningkatkan prestasikerja, motivasi, kinerja serta
meningkatkan kebutuhan hidupnya.Untukmembuktikan hipotesis dalam penelitian ini,
ada beberapa penelitian sebelumnyayang mendukung hipotesis ini.Penelitian yang
dilakukan oleh Boedianto (2012) tentang pengaruh pemberianremunerasi terhadap
kinerja pegawai yang dilakukan di Lapas Klas IIA Sungguminasa.Sampel dalam
penelitiannya denganmenggunakan metode penelitian regresi linear berganda.Variabel
independenyang digunakan adalah remunerasi dan sasaran kinerja pegawai,
sedangkanvariabel dependen adalah kinerja pegawai.Hasil penelitiannya
menunjukkanbahwa pemberian remunerasi memiliki pengaruh terhadap
kinerja.Penelitian lainnya yang juga mendukung hipotesis ini adalah Palagia dkk
(2012)yang menggunakan remunerasi, motivasi, dan kepuasan kerja sebagai
variableindependen, sedangkan kinerja pegawai sebagai variabel dependennya.dengan
metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa jika
remunerasi, motivasi, dan kepuasan kerja ditingkatkan,maka akan meningkatkan kinerja
pegawai pada instansi tersebut.Penelitian lain yang dilakukan di luar negeri dilakukan
oleh Hameed (2014) padaSektor Perbankan di Pakistan. Penelitian ini menggunakan
gaji, penghargaan daninsentif, dan kompensasi tidak langsung sebagai variabel
independen, serta kinerjapegawai sebagai variabel dependennya.Hasil analisis regresi
menunjukkanbahwa variabel-variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang
positif dansignifikan terhadap kinerja pegawai baik secara simultan maupun secara
18
BAB III
METODE PENELITIAN
survey, yaitu dengan cara pengumpulan data primer dari pararesponden yang terpilih
menjadi sampel penelitian. Kuesioner penelitiandisusun dengan cara mengajukan
pernyataan tertutup serta pilihan jawabanuntuk disampaikan kepada sampel penelitian.
Dengan skala Likertpenyusunan Kuesioner Penelitian terdiri dari 10 butir Pernyataan
variablelaten, 13 butir Pernyataan variabel laten, 8 butir Pernyataan variablelaten , dan 12
butir pernyataan variabel laten. Dari deskripsi operasionalmasing-masing variabel
tersusun 43 item pernyataan untuk disampaikankepada para responden yang menjadi
sampel penelitian.Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
denganmempelajari, mengutip, dan memasuki berbagai informasi dan teori
yangdibutuhkan untuk mengungkap masalah yang dijadikan obyek penelitian danuntuk
menyusun konsep penelitian.Studi kepustakaan merujuk pada buku-buku, dokumen-
dokumen, dan materi tulisan yang relevan dengan kebutuhandan tujuan penelitian.Studi
kepustakaan merupakan kegiatan awalpenelitian, termasuk penelitian pendahuluan yang
dilaksanakan dalam rangkapenyusunan usulan penelitian.
E. Metode Analisis
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Indikator
Uji validitas merupakan suatu uji yang bertujuan untuk menentukan
kemampuansuatu indikator dalam mengukur variabel laten. Validitas suatu indikator
dapatdievaluasi dengan tingkat signifikansi pengaruh antara suatu variabel laten
denganindikatornya (Ghozali, 2012). Uji validitas dilakukan dengan analisis Lisrel
dengan kriteria jika nilai muatan faktornya (loading factors) lebih besar dari nilai0,50
berarti data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujianhipotesis
penelitian.Uji reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-
indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing
indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum.Dengan kata
lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dalammenjelaskan fenomena
yang umum (Ferdinand, 2002). Untuk mengujiReliabilitas digunakan analisis Composite
Reliability. Nilai batas yang digunakanuntuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang
dapat diterima adalah 0,7.
2. Uji Hipotesis
Seperti dijelaskan pada bab II, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
initerdiri dari 4 hipotesis. Untuk mengetahui apakah hipotesis didukung oleh dataatau
23
tidak, maka nilai statistik dibandingkan dengan nilai tabelsebesar 1,96(Ghozali, 2012).
Apabila nilai thitung > 1,96, maka dapat disimpulkan bahwahipotesis penelitian
didukung oleh data (terbukti secara signifikan).
3. Metode Analisis
Ada dua macam komponen pada model kausal yaitu: model
pengukuran(measurement model) dan model struktural (structural model). Metode
analisisyang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SEM (Structural
EquationModel) dengan bantuan software LISREL 8.80.Model Persamaan Struktural
atauStructural Equation Model (SEM) adalah teknik-teknik statistika
yangmemungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks
secarasimultan.Hubungan yang kompleks dapat dibangun antara satu atau
beberapavariabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Mungkin
jugaterdapat suatu variabel yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independenpada
suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lainmengingat
adanya hubungan kausalitas yang berjenjang.Masing-masing variabel dependen dan
independen dapat berbentuk faktor ataukonstruk yang dibangun dari beberapa variabel
indikator. Demikian pula diantaravariabel-variabel itu dapat berbentuk sebuah variabel
tunggal yang diobservasiatau yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian.
Ferdinand (2002)mengemukakan bahwa dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik
tunggaluntuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Umumnya
terhadapberbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian
antaramodel yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Peneliti
diharapkanmelakukan pengujian dengan menggunakan beberapa fit index untuk
mengukur"kebenaran" model yang diajukannya. Beberapa indeks kesesuaian dan cut-
offvalue-nya yang digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterimaatau
ditolak seperti diuraikan berikut ini.
a) Chi-Square Statistic (c2)Chi-square statistic merupakan alat uji paling
fundamental untuk mengukuroverall fit. Chi-square ini bersifat sangat sentitif
terhadap besarnya sampelyang digunakan. Karena itu bila jumlah sampel adalah
cukup besar yaitu lebihdari 200 sampel, maka statistik chi-square ini harus
didampingi oleh alat ujilainnya . Model yang diuji akan dipandang baik atau
memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai c2 semakin baik
24
model itu karena dalamuji beda chi-square, c2 =0, berarti benar-benar tidak ada
perbedaan (Ho diterima)berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar
p>0,05 atau p>0,10.
b) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximatian)RMSEA
adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk menkompensasichi-square
statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkangoodness-of-fit
yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi.Nilai RMSEA yang
lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untukdapat diterimanya
model yang menunjukkan sebuah close fit dari model ituberdasarkan degrees of
freedom.
c) GFI (Goodness of Fit Index)Indeks kesesuaian (fit index) ini akan
menghitung proporsi tertimbang darivarians dalam matriks kovarians sampel
yang dijelaskan oleh matrikskovarians populasi yang. GFI adalah sebuah ukuran
non-statistikal yangmempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan
1,0(perfect fit). Nilaiyang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah "better
fit".
d) AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index)GFI adalah anolog dari R2 dalam
regresi berganda. Fit Index ini disesuaikanterhadap degrees of freedom yang
tersedia untuk menguji diterima tidaknyamodel. Indeks ini diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:
AGFI =1-(I -GFI) db/dDimana: db = jumlah sampel moment, dan d adalah
degrees of freedom.
Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai
nilaisama dengan atau lebih besar dari 0,90. Perlu diketahui bahwa baik GFI
maupunAGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari
variansdalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95
dapatdiinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit
(baik)sedangkan besaran nilai antara 0,90 - 0,95 menunjukkan tingkatan
cukup(adequate fit).
e) CMIN/DFIndeks fit ini merupakan the minimum sample discrepancy
function (CMIN)dibagi dengan degrees of freedom-nya akan menghasilkan
indeks CMIN/DF.Umumnya para peneliti melaporkannya sebagai salah satu
25
indikator untukmengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF
tidak lainadalah statistik chi-square, c2 dibagi DF-nya sehingga disebut chi
squarerelatif. Nilai c2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari
3,0menunjukkan antara model dan data fit menurut Arbuckle (Ferdinand, 2002).
f) TLI (Tucker Lewis Index)TLI merupakan sebuah alternatif incremental fit
index yang membandingkansebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline
model. Nilai yangdirekomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah
model adalahpenerimaan > 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan
a very goodfit.
g) CFI (Comparative Fit Index)Indeks ini mempunyai rentang nilai antara 0
sampai dengan 1. Semakinmendekati 1, mengindikasikan adanya a very good fit.
Nilai yangdirekomendasikan adalah CFI > 0,94. Indeks ini besarannya tidak
dipengaruhioleh ukuran sampel, karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat
penerimaansebuah model.Dalam penilaian model, indeks TLI dan CFI sangat
dianjurkanuntuk digunakan karena indeks-indeks ini relatif tidak sensitif
terhadap besarnyasampel dan kurang dipengaruhi pula oleh kerumitan
model.Maka indeks-indeksyang dapat digunakan untuk menguji kelayakan
sebuah model.
26
DAFTAR PUSTAKA
Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi Dan Manajemen.Edisi Kedua.
Semarang: FE UNDIP.
Ghozali, Imam. 2012. Struktural Equation Modelling Teori, Konsep dan Aplikasidengan Lisrel
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Organisasi dan Motivasi. Bandung: Bumi Aksara.
Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia :Pengadaan,
Graznido.
Hair, et al. 2006.Multivariate Data Analysis 6th Ed. New Jersey: PearsonEducation.
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jilid 1 dan2. Jakarta:
Erlangga.
Kadarman, A.M. dan dan Yusuf Udaya. 2001. Pengantar Ilmu Manajemen.Jakarta: PT.
Prehallindo.
Larasati, Sindi. 2014. Pengaruh Motivasi Kinerja Terhadap Kinerja KaryawanWilayah Telkom
Jabar Barat Utara (Witel Bekasi).
Mahfoedz, Ircham. 2005. Ilmu Perilaku Dan Aplikasinya Dalam Masyarakat.Jakarta: Rhineka
Cipta.
US: Pearson.
Mariam, Rani. 2009. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya OrganisasiTerhadap Kinerja
Mehta, Rajiv. 2006. Leadership style, motivation and performance ininternational marketing
Marketing.
Some Selected Firms In Anambra State. An International JournalOf Arts and Humanities Bahir
Dan, Ethiophia.
Oluigbo, Ikenna dan Anyiam Kizito. 2014. The Role Of Compensation OnEmployee
Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tunjangan Kinerja BagiPegawai di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Peraturan Presiden Nomor 105 tahun
28
2014 tentang Tunjangan Kinerja BagiPegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Rivai, Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dariTeori ke
Runtuwene, Fricilia. 2011. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawaidi Badan
Supriyanto, Edi. 2013. Pengaruh Penetapan Sasaran Dan Sistem RemunerasiTerhadap Kinerja
Umar, Husein. 2001. Riset Akuntansi: Metode Riset Sebagai Cara PenelitianIlmiah. Jakarta :
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yangbersih dan bebas
dari KKN.