Penyusun
iii
DAFTAR ISI
v
BAB I
INFORMASI UMUM
1
BAB II
KOMPETENSI/ SUB
KOMPETENSI
2.1 Kompetensi
Setelahmengikutimataajarinimahasiswamampumendemonstrasikan
intervensi keperawatan pada lansia, kelompok lanjut usia
dikomunitas dan panti werdha dengan masalah gangguan keamanan
dan kenyamanan, kebersihan diri, integritas jaringan, mobilitas,
oksigenasi, termoregulasi, konsep diri, stress dan koping, sirkulasi,
eliminasi, cairan, nutrisi.
3
BAB III
BAHASAN DAN
RUJUKAN
6
Mahasiswa mampu Intervensi - Relaksasi napas
melakukan intervensi keperawatan dalam
keperawatan pada lansia dengan - Relaksasi otot
lansia dengan masalah progresif
masalah sirkulasi, sirkulasi, - Kompres
oksigenasi dan oksigenasi dan hangat
istirahat tidur istirahat tidur ditengkuk
- Back massase
- Diet rendah garam
Mahasiswa mampu Intervensi - Massase Abdomen
melakukan intervensi keperawatan - Kegel Exercise
keperawatan pada lansia dengan
lansia dengan masalah
masalah eliminasi dan eliminasi dan
kebersihan diri kebersihan diri
Mahasiswa mampu Intervensi - Balance exercise (BE)
melakukan intervensi keperawatan - Alat bantu
keperawatan pada lansia jalan walker
lansia dengan dengan - Alat bantu tongkat
masalah keamanaan masalah
dan kenyamanan dan keamanan-
mobilisasi kenyamanan
dan mobilisasi
Mahasiswa mampu Intervensi - Orientation therapy
melakukan intervensi keperawatan - Cognitive stimulation
keperawatan pada lansia dengan - Brain gym
lansia dengan masalah
masalah konsep diri, demensia,
stress koping dan komunikasi
komunikasi
A. JADWAL PRAKTIKUM M.A. KEPERAWATAN GERONTIK (1 SKS)
Waktu praktikum:
Ptm Topik Metode Fasilitator
1 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstrasi,
kesehatan Role Play
pada lansia
Tiap
kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
dan di panti
menggunakan
Form pengkajian
lansia
dikomunitas dan
dipanti kemudian
menggunakan
form Gangguan
kognitif : Mini
Mental State
Exam (MMSE)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
2 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstrasi
kesehatan , Role Play
pada lansia
Tiap
kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
menggunakan
form Resiko
jatuh : Morse
Fall Scale (MFS) ,
Depresi :
Geriatric
Depression Scale
(GDS)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
3 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstrasi
kesehatan , Role Play
pada lansia
- Tiap kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
menggunakan
form Gangguan
keseimbangan
: Berg
Balance Scale
(BBS)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
4 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstrasi
kesehatan , Role Play
pada lansia
- Tiap kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
menggunakan
form
Kemandirian :
barthel index (BI)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
5 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstrasi
kesehatan , Role Play
pada lansia
Tiap
kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
menggunakan
form Insomnia
: pitsburg
Sleep Quality
Index (PSQI)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
6 Screening Lab skills, GS RS MJ SS
masalah Demonstra
kesehatan si, Role
pada lansia Play
- Tiap kelompok
mengkaji
lansia yang
ada dikeluarga
(komunitas)
menggunakan
form Malnutrisi
: Mini
Nutrition
Assessment
(MNA)
Membuat laporan
kelompok hasil
pengkajian
dengan format
7 Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
keperawatan lansia Demonstrasi,
dengan masalah Role Play
sirkulasi, oksigenasi
dan istirahat tidur
- Melakukan
keterampiilan
sesuai topic
Relaksasi napas
dalam
- Relaksasi otot
progresif
8 UTS
Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
9 keperawatan lansia Demonstrasi
dengan masalah , Role Play
sirkulasi, oksigenasi
dan istirahat tidur
- Kompres
hangant
ditengkuk
- Back massase
intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
10 keperawatan pada Demonstrasi,
lansia dengan Role Play
masalah eliminasi
- Massase
Abdomen
- Kegel Exercise
11 Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
keperawatan Demonstrasi
lansia dengan , Role Play
masalah keamanan-
kenyamanan dan
mobilisasi
- Balance
exercise (BE)
- Alat bantu
jalan walker
- Alat bantu
tongkat
12 Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
keperawatan Demonstrasi
lansia dengan , Role Play
masalah demensia,
komunikasi
- Orientation
therapy
1
13 Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
keperawatan Demonstrasi,
lansia dengan Role Play
masalah demensia,
komunikasi
- Cognitive
stimulation
14 Intervensi Lab skills, GS RS MJ SS
keperawatan Demonstrasi,
lansia dengan Role Play
masalah demensia,
komunikasi
- Brain gym
15 TAK Role Play, GS RS MJ SS
Simulasi
16 UAS
DEPRESI PADA LANJUT USIA
A. Pengertian
Depresi adalah bukan sekedar perasaan sedih. Depresi mengenai
seluruh diriindividu termasuk perasaan, pikiran dan kesehatan fisik.
Disamping itu gejala ansietas amat sering didapatkan bersamaan,
Depresi yang terjadipadausia lanjut, banyakdisertai organik
patologis, seperti kelainan neurologis, kelainan struktur otak dan
pembuluh darah subkortikal, adanya penebalan intima-media dari
arteri karotis yang merupakan marker artherosklerotik. Pasien yang
seperti ini bervariasi dalam tampilan gejala klinisnya, perjalanan
penyakitnya dan respon terhadap pengobatan tergantung pada
penyakit yang mendasarinya. Pasien dengan depresi tipe vaskular
menunjukkan penurunan kognitif secara negatif, lebih lamban
psikomotornya, lebih apatis, gangguan fungsi eksekutif dan respon
terhadap pengobatan lebih buruk (Gallagher et al., 2009).
B. Tujuan
Untuk mengetahui apakah lansia memiliki gejala depresi
C. Gejala-gejala depresi
Gangguan depresi mayor menurut DSM- IV bila selama lebih dari
2 minggu terdapat perasaan depresi/kesedihan dan kehilangan
minat dan bersama atau lebih gejala perasaan tak berguna, perasaan
bersalah, kurang kemampuan berkonsentrasi atau mengambil
keputusan, melasa lelah, psikomotor agitasi atau retardasi, insomnia
atau hipersomnia, penurunan atau peningkatan berat badan yang
bermakna dan pikiran untuk bunuh diri atau tentang kematian yang
berulang (Blazer, 2003).
Gejala-gejala depresi dapat dibagi menjadi gejala pada
perasaan, pikiran, fisik dan perilaku.
Gejala perasaan diantaranya adalah:
kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan
penurunan minat dan kenikmatan seksual
perasaan tidak berharga
tidak ada harapan dan merasa salah yang berlebihan
tidak dapat merasakan apa-apa
perasaan hancur yang berlebihan atau akan dihukum
kehilangan harga diri,
merasa sedih,
murung yang lebih parah pada pagi hari,
menangis tanpa sebab yang jelas,
iritabel,
tidak sabar,
marah dan agresif.
Gejala proses pikir diantaranya adalah:
pikiranbingung atau melambat,
sulit berpikir,
berkonsentrasi atau mengingat;
sulit mengambil keputusan dan menghindarinya,
pikiran berulang akan bahaya dan kehancuran,
preokupasi dengan kegagalan atau ketidakpuasan personal
yang menyebabkan kehilangan rasa percaya diri,
melakukan kritik terhadap diri sendiri secara kasar dan
menghukum diri, pikiran tentang keinginan bunuh diri,
melukai diri dan tentang kematian yang persisten.
Pada kasus yang ekstrem dapat berpikir tidak realistis,
mungkin terdapat halusinasi atau ide aneh hingga
waham
Gejala perilaku diantaranya adalah:
penarikan dari aktivitas sosial dan hobi,
gagal melakukan keputusan penting,
menelantarkan pekerjaanrumahtangga,berkebun,membayar
kebutuhan sehari-hari,
penurunan aktivitas fisik dan olahraga;
penurunan perawatan diri seperti makan, dandan, mandi;
peningkatan pemakaian alkohol,
obat-obatan baik dari dokter maupun beli sendiri.
Gejala fisik diantaranya adalah:
perubahan nafsu makan, dengan akibat penurunan berat
badan atau peningkatan berat badan;
gangguan tidur,
kesulitan mulai tidur,
tidur terbangun-bangun atau tidur terlalu banyak; tidur,
namun saat bangun tidaksegar,
sering merasa buruk di pagi hari;
penurunan enerji,
merasa lelah dan lemah;
tidak dapat diam,
ada doronogan untuk berjalan terus;
nyeri ekstremitas,
sakit kepala,
nyeri otot yang bukan karena sebab penyakit isik;
pencernaan dan lambung kurang enak dan konstipasi
Banyak gejala depresi berupa gejala depresi subsindrom,
psudeodemensia, distimia atau disforik ringan. Karenanya gejala
depresi sulit didapatkan, maka dapatdilakukan skrining
menggunakan instrumen seperti Geriatric Depression Scale (GDS)
(Yesavage et al., 1983).
A. Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
C. Tahap kerja
Lakukan pengkajian dengan form GDS
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GSD)
Pertanyaan Yes No
1. Secara umum apakah anda merasa puas dengan 0 1
hidup anda ?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan 1 0
dan hobi?
3. Apakah anda merasa hidup ini kosong ? 1 0
4. Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
5. Apakah anda memiliki harapan tentang masa depan? 0 1
6. Apakah anda merasa terganggu dengan pikiran yang 1 0
tidak dapat keluar dari kepala anda ?
7. Apakah anda merasa bersemangat hampir sepanjang 0 1
waktu?
8. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan 1 0
menimpa anda ?
9. Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? 0 1
10. Apakahandasering merasa tidakadayang menolong? 1 0
11. Apakah anda sering merasa kurang istirahat dan 1 0
lemah?
12. Apakah anda lebih menyukai berada di rumah, dari 1 0
pada pergi keluar dan melakukan hal-hal baru?
13. Apakah anda sering merasa khawatir dengan masa 1 0
depan
14. Apakah anda merasa memiliki lebih banyak masalah 1 0
mengenai daya ingat dibandingkan sebelumnya?
15. Menurut anda apakah saat ini hidup terasa 0 1
menyenangkan?
16.Apakah anda sering merasa bersedih 1 0
17. Apakah anda merasa tidak berharga dengan cara 1 0
anda sekang?
18. Apakah anda khawatir terhadap hidup anda? 1 0
19. Apakah anda merasa hidup ini sangat menarik? 0 1
20. Apakah berat untuk anda untuk memulai pada hal 1 0
yang baru?
21. Apakah anda merasa penuh dengan energy? 0 1
22. Apakah anda merasa situasi sekarang tidak 1 0
adaharapan?
23. Apakah anda merasa semua orang lebih beruntung 1 0
dari pada anda?
24. Apakah anda sering merasa kecewa berlebihan 1 0
karena hal kecil?
25. Apakah anda sering merasa ingin menangis? 1 0
26. Apakah anda memiliki masalah dalam hal 1 0
berkonsentrasi?
27. Apakah anda menikmati bangun pada pagi hari? 0 1
28. Apakah anda lebih suka menghindari pergaulan 1 0
social?
29. Mudah bagi anda untuk menbuat keputusan? 0 1
30. Apakah pikiran anda sejelas/ sejernih dahulu? 0 1
Petunjuk penilaian: 1.Untuk setiap pertanyaan, lingkarilah
salah satu pilihan yang sesuai dengan kondisi anda (1atau 0), 2).
Jumlahkan seluruh pertanyaan yang mendapat poit 1.
Penilaian Geriatic Depression Scale
Skor 0 – 9 = Normal
Skor 10 – 19 = Depresi Ringan
Skor 20 – 30 = Depresi Berat
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
RESIKO JATUH PADA LANSIA
A. Pengertian Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo,
2009).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran atau
kejang. jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam
keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).
19
dengan umur. Adanya gangguan penglihatan pada lansia
20
menyebabkan lansia kesulitan saat berjalan sehingga
lansia sering menabrak objek kemudian terjatuh. Dalam
pebelitian Kerr et. all. (2011) menyatakan bahwa
gangguan penglihatan memiliki resiko untuk
menyebabkan kejadian jatuh atau insiden lain yang
membuat cidera.
4) Muskuloskeletal
Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan
gaya berjalan dan keseimbangan. Hal ini berhubungan
dengan proses menua yang fisiologis. Perubahan
tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah
yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan
basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan
cenderung mudah goyah. Keterlambatan mengantisipasi
bila terpleset, tersandung, dan kejadian tiba-tiba
dikarenakan terjadi perpanjangan waktu reaksi sehingga
memudahkan jatuh (Reuben, 1996; Kane, 1994; Tinneti,
1992; Campbell &
Brochlehurst, 1987 dalam Darmojo, 2008).
5) Gangguan gaya berjalan
Gangguan gaya berjalan dapat disebabkan oleh karena
gangguan musculoskeletal dan ini berhubungan dengan
proses menua yang fisiologis. Ada beberapagangguan
gaya berjalan yang sering ditemukan pada lansia
diantaranya:
a. Gangguan gaya berjalan Hemiplegik
Hemiplegik yaitu adanya kelemahan dan spastisitas
ekstermitas uniteral dengan fleksi pada ekstermitas
atas dan bawah dalam keadaan ekstensi sehingga
berakibat kaki memanjang. Pasien harus
mengayunkan sambal memutar kakinya untuk
melangkah kedepan. Jenis gangguan berjalan ini
ditemukan pada lesi tipe Upper Motor Neuron (UMN)
b. Gangguan gaya berjalan Diplegik
Jenis gangguan gaya berjalan ini biasanya ditemukan
pada lesi periventricular bilateral. Ekstermitas bawah
lebih lumpuh dibandingan dengan ekstermitas atas
karena akson trakus kortikospinalis yang
mempersarafi ektermitas bawah letaknya lebih dekat
dengan ventrikel otak.
c. Gangguan gaya berjalan Neurophaty
Gangguan berjalan jenis ini biasanya ditemukan pada
penyakit perifer dimana ekstermitas bawah bagian
distal lebih sering diserang. Karena terjadi kelemahan
dalam dorsifleksi kaki maka pasien harus
mengangkat kakinya lebih tinggi untuk menghindari
pergeseran ujung kaki dengan lantai.
d. Gangguan gaya berjalan Miophaty
Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic
girdle (tulang pelvis yang menyokong pergerakan
ekstermitas bawah) menjadi lemah. Oleh karena itu,
terjadi ketidakseimbangan pelvis bila melangkah
kedepan, sehingga pelvis miring ke kaki sebelahnya,
akibatnya ada terjadi goyangan saat berjalan.
e. Gangguan gaya berjalan Parkinsonian
Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan
akibat gangguan di ganglia basalis. Tubuh
membungkuk kedepan, langkah kaki memendek,
lamban dan terseret disertai dengan ekspresi wajah
seperti topeng.
f. Gangguan gaya berjalan Ataxia
Langkah berjalan menjadi melebar, tidak stabil dan
mendadak akibatnya badan memutar kesamping dan
jika berat badan pasien akan terjatuh. Jenis gangguan
berjalan ini dijumpai pada gangguan cerebellum.
g. Gangguan gaya berjalan Khoreoform
Merupakan gangguan gaya berjalan dengan
hyperkinesia akibat gangguan ganglia basalis tipe
tertentu. Terdapat pergerakan yang ireguler seperti
ular dan involunter baik pada ekstermitas bawah
maupun atas. Gangguan gaya berjalan yang terjadi
akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan
oleh: kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya
massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan
visus atau lapang pandang dan kerusakan
proprioseptif.
b. Faktor Ekstrinsik
1. Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yanb kurang,
benda- benda di lantai (seperti tersandung karpet),
peralatan rumah yang tidak stabil, tangga tanpa pagar,
tempat tidur atau tempat buang air terlalu rendah,
lantai yang tidak rata, licin atau menurun, karpet yang
tidak dilem dengan baik, keset yang tebal atau menekuk
pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin dan
mudah tergeser serta alat bantu jalan yang tidak tepat
(Yuli Reny, 2014).
2. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan
aktifitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga
dan mengganti posisi. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia dengan banyak melakukan kegiatan dan olahraga,
mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar
bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada
lansia yang immobile (jarang bergerak ketika tiba-tiba
ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan (Suyanto, 2008).
3. Obat-obatan
Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang
bermakna terhadap penderita. Obat-obatan
meningkatkan resiko jatuh diantaranya obat golongan
sedative dan hipnotik yang dapat mengganggu stabilitas
postur tubuh, yang mengakibatkan efek samping
menyerupai sindrom Parkinson seperti diuretic/anti
hipertensi, antidepresen, antipsikotik, obat-obatan
hipoglikemik dan alkohol.
D. Komplikasi Jatuh
Menurut Kane (1996), dalam Darmojo (2004), komplikasi- komplikasi
jatuh adalah:
a. Perlukaan (injury)
Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak
yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
jaringan otot, robeknya arteria tau vena, patah tulang
atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan
bawah, tungkai atas.
b. Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang
berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan
mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri dan
pembatasan gerak.
c. Kematian
E. Pencegahan Jatuh
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip Darmojo (2004), ada 3 usaha
pokok untuk pencegahan jatuh yaitu:
a. Identifikasi faktor resiko
Setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk
mencari adanya faktor intrinsic risiko jatuh, perlu dilakukan
assessment keadaan sensorik, neurologis, musculoskeletal
dan penyakit sistematik yang sering menyebabkan jatuh.
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat
menyebabakan jatuh harus dihilangkan. Penerangan harus
cukup tetapi tidak terlalu menyilau, lantai datar tidak licin
dan bersih sehingga tidak menganggu jalan atau aktivitas
lansia.
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan tubuhnya
dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila
goyangan tubuh pada saat berjalan sangat berisiko jatuh,
maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitas medis.
c. Mengatur atau mengatasi faktor situasional
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor situasional
yang berupa aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan
kondisi kesehatan lanjut usia. Aktivitas tersebut tidak boleh
melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai
pemeriksaan kondisi fisik. Maka dianjurkan lanjut usia
tidak melakukan aktivitas fisik yang sangat melelahkan atau
berisiko tinggi untuk terjadinya.
Alat ukur untuk mengukur risiko jatuh diantaranya adalah :
MFS ( Morse Fall Scall).
A. Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
C. Tahap kerja
Lakukan pengkajian dengan form MFS
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
Morse fall scale (MFS)
c. Tahapan Tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal.
Menurut (Potter dan Perry, 2005), secara alamiah dalam tidur
mempunyai dua tahapan yaitu:
1) Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)
Tidur NREM terdiri dari 4 tahap, dimana setiap tahapannya
mempunyai ciri tersendiri:
a) Tahap I
Tahap I ini berlangsung 30 detik sampai 5 menit pertama
dari siklus tidur. Pada tahap ini seseorang merasa kabur
dan rileks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri,
kecepatan jantung dan pernapasan turun secara jelas.
Gelombang alfa sewaktu seseorang masih sadar dibantu
dengan gelombang beta yang lambat. Sesorang yang
tidur pada tahap pertama dapat dibangunkan dengan
mudah.
b) Tahap II
Seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang
lebih dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun
kita benar-benar berada dalam keadaan tidur. Periode
tahap 2 berlangsung dari 10 sampai 40 menit. Kadang-
kadang selama tahap tidur 2 seseorang dapat terbangun
karena sentakan tiba-tiba dari ektremitas tubuhnya. Ini
normal, kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya
tahapan REM.
c) Tahapan III
Pada tahapan ini kecepatan jantung dan pernapasan
serta proses tubuh berlanjut mengalai penurunan akibat
dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang lebih
sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi tertur dan
terdapat penambahan delta lambat.
d) Tahap I
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai
dengan rekomendasi gelombang delta yang lambat.
Kecepatan jantung dan pernapasan turun. Selama tidur
seseorang mengalami sampai 4 sampai 6 kali suklus
tidur dalam waktu 7 sampai 8 jam. Siklus tidur sebagian
besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur
REM.
2) Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur NREM. Tidur
REM adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola napas dan
denyut jantung tidak teratur dan tidak terjadi pembentukan
keringat. Kadang-kadang timbul twitching (berkedut) pada
tangan, kaki, atau muka, dan pada laki-laki dapat timbul
ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas
demikian orang masih tidur lelap dan sulit untuk
dibangunkan. Sebagian besar anggota gerak tetap lemah dan
rileks. Tahap tidur ini diduga berperan dalam memulihkan
pikiran, menjernihkan rasa kuatir dan daya ingat dan
mempertahankan fungsi sel
–sel otak.
INSTRUKSI :
Pertanyaan – pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan
tidur yang biasa Bapak/Ibu jalani selama sebulan terakhir. Jawaban
Bapak/Ibu harus menunjukkan jawaban yang paling akurat dan yang
paling sering terjadi pada sebagian hari dan sebagian malam dalam
satu bulan terakhir. Jawablah semua pertanyaan.
33
d. Tidak bisa
b e r n a p a s
dengan nyaman
e. Batuk atau
mendengkur
f. Merasa sangat
kedinginan
g. M e r a s a
kepanasan
h. M e n g a l a m i
mimpi buruk
i. Merasa nyeri
j. Alasan lain dan
seberapa sering
mengalami
kesulitan tidur
dengan alasan
ini
6. Dalam sebulan terakhir, bagaimana menurut bapak/ibu kualitas
tidur yang bapak/ibu rasakan ?
Sangat baik
Cukup baik
Cukup buruk
Sangat buruk
7. Dalam sebulan terakhir, berapa sering bapak/ibu menggunakan
obat-obatan untuk membantu tertidur ?
Tidak pernah
Kurang dari sekali dalam seminggu
Sekali sampai dua kali dalam seminggu
Tiga kali atau lebih dalam seminggu
8. Dalam sebulan terakhir, seberapa sering bapak/ibu mengalami
kesulitan untuk tetap terjaga saat mengendara, makan, atau
terlibat dalam kegiatan sosial ?
Tidak pernah
Kurang dari sekali dalam seminggu
Sekali sampai dua kali dalam seminggu
Tiga kali atau lebih dalam seminggu
9. Dalam sebulan terakhir, seberapa besar antusias bapak/ibu
dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi ?
Tidak ada masalah sama
sekali Beberapa masalah
Banyak bermasalah
Sangat banyak/besar masalah
PETUNJUK PENILAIAN INTRUMENT PSQI
1) Penilaian efisiensi tidur
Pertanyaan no.4 x 100%
Pengurangan pertanyaan no.3 - pertanyaan no.1
= (......) apabila > 85% maka skor = 0
75-84% maka skor = 1
65-74% maka skor = 2
<65% maka skor = 3
2) Penilaian gangguan tidur, pertanyaan no. 5b-
5j Jawaban responden Skor
Tidak pernah = 0
Kurang dari 1 kali dalam seminggu =1
1 – 2 kali dalam seminggu =2
3 kali atau lebih dalam seminggu = 3
Penjumlahan skor no.5b + 5c+ 5d +5e + 5f + 5g+ 5h + 5i + 5j = (.....)
Apabila hasil penjumlahan skor 0 maka skor akhir = 0
1 -9 maka skor akhir = 1
10 – 18 maka skor =2
19-27 maka skor =3
3) Penilaian penggunaan obat bantu tidur, pertanyaan
no.7 Jawaban responden Skor
Tidak pernah =0
Kurang dari sekali dalam seminggu =1
1 – 2 kali dalam seminggu =2
3 kali atau lebih dalam seminggu =3
4) Penilaian gangguan aktivitas sehari-hari, pertanyaan no.8 dan no.
9
Pertanyaan no.8
Jawaban responden Skor
Tidak pernah =0
Kurang dari sekali dalam seminggu =1
1 – 2 kali dalam seminggu =2
3 kali atau lebih dalam seminggu =3
Pertanyaan no.9
Jawaban responden Skor
Tidak ada masalah sama sekali =0
Beberapa masalah =1
Banyak masalah =2
Sangat banyak masalah =3
Skor no 8 dan no.9 dijumlahkan (.....)
Jika jika skor = 0 maka skor akhir =0
1 – 2 maka skor akhir =1
3 – 4 maka skor akhir =2
5 – 6 maka skor akhir =3
5) Penilaian durasi tidur, pertanyaan
no.4 Jawaban responden skor
>7 jam maka skor = 0
6-7 jam maka skor = 1
5-7 jam maka skor = 2
< 5 jam maka skor = 3
39
3. Aspek-aspek kognitif
a. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat
dan waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan
menyebutkan nama sendiri ketika ditanya) menunjukan
informasi yang “overlearned”. Kegagalan dalam menyebutkan
nama sendiri sering merefleksikan negatifism, distrakti,
gangguan pendengaran, ataungangguan penerimaan bahasa.
Orientasi tepat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi
kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi
waktu dinilai dengan menyakan tahun, musim, bulan, hari
dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada
tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif
untuk disorientasi.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kempuan yang meliputi 4
paramenter, yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan
dan naming.
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk
menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi
yang normal. Suatu metode yang dapat membantu
menilai kelancaran klien menulis atau berbicara secara
spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk
memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan
dengan mampunya seorang untuk melakukan perintah
tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu
pertanyaan atau kalimat yang diucapkan sesorang.
4) Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.
c. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk
merespon stimulasi dengan mengabaikan stimulus yang lain
dilingkungannya.
d. Memori
1) Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali informasi yang diperoleh.
2) Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali informasi berupa gambar.
e. Fungsi konstruksi
Fungsi kontruksi mengacu pada kemampuan seseorang
untuk membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat
dinilai dengan meminta orang tersebut untuk menyalin
gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali
sesuatu bangunan balok yang telah rusak sebelumnya.
f. Kalkulasi
Kemampuan seseorang untuk menghitung angka
g. Penalaran
Kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya
suatu hal, serta berpikir abstrak.
C. Konsep Demensia
1. Defenisi Demensia
Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur
yang bersifat progresif dan irevesible dengan kesadaran yang baik
(Katona, 2012). Demensia adalah keadaan dimana seseorang
mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan
penurunan kemampuan tersebut menimbulakan gangguan terhadap
fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan
penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari penderita (Aspiani,
2014).
2. Etiologi
Penyebab demensia yang reversible penting diketahu karena
pengobatan yang baik pada penederita dapat kembali menjalankan
kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk mengingat berbagai
keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai” sebagai
berikut :
D : Drugs (obat). Obat sedative.
Obat penenang minor dan mayor. Obat anti
konvulsan.
Obat anti hipertensi. Obat anti aritmia.
E : Emotional (gangguan emosi, misalnya Depresi).
M : Metabolic dan endokrin, seperti :
Diabtes Melitus. Hipoglekemi.
Gangguan ginjal.
Gangguan hepar gangguan tiroid.
Gangguan elektrolit.
E : Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga).
N : Nutritional.
Kekrungan vit B6 (pellagra). Kekrungan vit B1
(sindrom wernicke).
Kekurangan vit B12 (anemia pernisiosa).
Kekurangan asam folat.
T : Tumor dan Trauma.
I : Infeksi, seperti.
Ensafilitis oleh virus, contoh : Herpes simplek.
Bakteri, contoh : pneumococcus.
TBC.
Parasit.
Fugus.
Abses otak.
Neurosifili
A : Arterosklerolis (komplikasi penyakit
aterosklerosis, misal : Infark
miokard,
gagal jantung dan alkohol).
Keadaan yang secara potensial revesible atau bisa dihentikan,
seperti:
a. Intoksitasi (obat, termasuk alkohol).
b. Infekasi susunan saraf pusat.
c. Gangguan metabolik.
d. Gangguan vasikuler (dimensia multi-infark).
e. Lesi desak ruang.
f. Hematoma subdural akut/kronis.
g. Metastesa neoplasma.
h. Hidrosefalus yang bertekan normal.
i. Depresi (pseudo-dimesia depresif).
Penyebab dari Demensia Non Reversible:
1) Penyakit degeneratif seperti: penyakit alzhemeir, penyakit
pick, penyakit huntingon, kelumpuhan supranuklear
progresif, penyakit parkinson.
2) Penyakit vasikuler, seperti: penyakit serebrovaskuler oklusif
(dimensia multi-infark), embolisme selebral, arteritis,
anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat
intiksikasi karbon monoksida.
3) Demensia traumatik, seperti: perilaku kranio-selebral,
dimensia pugilistika.
4) Infeksi, seperti: sindrom difisiensi imun dapatan (AIDS),
infeksi opportunistik, dimensia pasca ensefalitas.
Patologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65
tahun (demensia prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun
(demensia senilis). Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang
berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda dan
penyakit vasikuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua.
Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda,
kelainan utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama
dan perbedaan berdasarkan kenyataan.
Sebagian besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah
degenerasi neural yang luas atau gangguan multifokal. Gejala awal
tergantung dimana proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi dan
jumlah neuron yang hilang yang diperlukan untuk menimbulkan
demensia sulit ditetapkan. Bertambahnya usia mengakibatkan
hilangnya neuron dan masa otak secara bertahap, tetapi hal ini tidak
disertai dengan penurunan yang signifikat tanpa adanya penyakit.
Sesungguhnya, massa otak adalah petunjuk yang buruk untuk fungsi
intelektual. Pasien dengan demensia degeneratif pada dekade
keenam mempunya massa otak lebih besar dari pada pasien normal
secara intelektual pada dekade delapan. Akibatnya dokumentasi
atrofi yang
menyeluruh dengan pemindahan CT bukan indikasi demensia yang
jelas.
Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia
paling sering, demensia akibatnya hilangnya jaringan kortikal
terutama pada lobus temporalis, parientalis dan frontalis. Hal ini
menyertai sebagai kasus dengan bertambahnya jarak antara garis
dan pembesaran vertikal. Tanda histolik adalah adanya beberapa
kekacauan neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan kekacauan
ditemukan dalam otak orang tua yang normal tetapi meningkat
jumlahnya penyakit Alzheimer, terutama dalam hipokampus dan
temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin bertanggung jawab
terhadap gangguan ingatan, yang mungkin sebagian diperantarai
oleh berkurangnya aktivitas kolinergik. Aktivitas neurotransmitter
termasuk norepinefrin, serotonin, dopamin, glutamat, somatostatin
juga menurun. Perubahan-perubahaninidisertaidengan berkurangnya
aliran darah serebral dan menurunnya metabolisme oksigen dan
glukosa.
A. Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
C. Tahap kerja
Lakukan pengkajian dengan form MMSE & SPMSQ
MMSE (Mini Mental Status Exam)
TOTAL NILAI 30
Interpretasi nilai:
>23 : aspek kognitif dari fungsi mental
baik 18-22 : kerusakan aspek fungsi mental
ringan
<17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
A. Pengertian
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga
mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :
1. Posisikan pasien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
B. Tujuan
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
C. Indikasi
Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
D. Prosedur pelaksanaan
a) Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan alat
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
c. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika
ada ynag kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga
rongga paru berisi udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan
udara membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota
tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien untuk
memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama
normal beberapa saat ( 1-2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian
menghembuskan secara perlahan dan merasakan saat
ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-
paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki
dan tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar
dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini
apa bial ras nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien
untuk melakukan secara mandiri
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
e. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA
1. Pengertian
Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung
pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas
mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun
kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Ediawati, 2012).
Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat dirinya
sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Kemandirian lansia dalam Activity Daily Living (ADL)
didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan
aktivitas dan fungsi - fungsi kehidupan sehari - hari yang dilakukan
oleh manusia secara rutin dan universal. Untuk menilai ADL
digunakan berbagai skala seperti Katz Index,Barthel yang
dimodifikasi, dan Functional Activities Questioner (FAQ) (Ediawati,
2013).
1) Pengertian
Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk
mempertahankan sistem saraf otot tersebut dalam suatu posisi atau
sikap yang efisien selagi kita bergerak. Gangguan keseimbangan yang
terjadi pada lansia disebabkan oleh adanya perubahan perubahan
sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensoris terutama sistem
visual, propioseptif dan perubahan pada sistem vestibuler serta
sistem musculoskeletal (Miller, 2004).
SKOR TOTAL =
KOMPRES HANGAT DI TENGKUK
1). Pengertian
Kompres hangat adalah suatu metode yang digunakan untuk
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan. Tindakan ini dapat digunakan untuk
memperlancar sirkulasi darah, menghilangkan rasa sakit,
merangsang peristaltik ususdan memberikan rasanyaman
untukpasien. Pemberian kompres dapat dilakukan pada radang
persendian, kekejangan atau kekauan otot, perut kembung dan
kedinginan (Hidayat, 2015).
2). Tujuan
Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri
dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas
tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah), meningkatkan relaksasi otot sehingga meningkatkan
sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke
jaringan (Potter & Perry, 2010). Kompres hangat juga dapat
meningkatkan curah jantung, peningkatan tersebut dikarenakan
sebagai hasil vasodilatasi perifer yang berlebih, yang mengalihkan
sejumlah besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan
penurunan tekanan darah (Koizer & Erb, 2009), jika tekanan darah
menurun secara berangsur perfusi O2 (oksigen) di otak akan adekuat
atau bertambah, sehingga nyeri kepala akan menurun.
Tujuan Pemberian Tujuan dari pemberian kompres hangat
adalah untuk melunakan jaringan fibrosa membuat otot tubuh menjadi
lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar sirkulasi
darah (Hidayat, 2015). c. Pengaruh kompres hangat Penggunaan
kompres hangat/panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
dapat
meredakannyeri.Panasdapatmengurangispasmeototyangdisebabkan
oleh iskemia neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri
yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) dan peningkatan aliran darah di daerah yang dilakukan (Potter
& Perry, 2010). Kompres hangat juga dapat meningkatkan curah
jantung, peningkatan tersebut dikarenakan sebagai hasil vasodilatasi
81
perifer yang berlebih, yang mengalihkan sejumlah besar suplai darah
82
dari organ dalam dan menghasilkan penurunan tekanan darah (Koizer
& Erb, 2009), jika tekanan darah menurun secara berangsur perfusi
oksigen di otak akan adekuat atau bertambah, sehingga nyeri kepala
akan menurun. Pemberian kompres hangat dapat diberikan pada
pasien hipertensi dengan cara kompres hangat pada leher pasien
hipertensi. Pada leher tedapat arteri dan arteriol yang memperdarahi
kepala dan otak. Arteriol merupakan pembuluh resistensi utama
pada pohon vaskuler. Dinding arteriol hanya sedikit mengandung
jaringan ikat elastik, namun pembuluh ini mempunyai lapisan otot
polos yang tebal dan dipersarafi oleh serat saraf simpatis. Otot
polosnya juga peka terhadap perubahan kimiawi lokal dan terhadap
beberapa hormon dalam sirkulasi. Lapisan otot polos berjalan
sirkurel mengelilingi arteriol, sehingga apabila berkontraksi,
lingkaran pembuluh akan mengecil. Dengan demikian resistensi
meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang (Sherwood, 2001,
hlm.306). Vasodilatasi yang terjadi akibat kompres hangat dapat
melebarkan pembuluh darah arteriol, sehingga mengakibatkan
penurunan resistensi, peningkatan pemasukan O2 (oksigen), dan
menurunkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah.
Tengkuk terasa tegang atau nyeri leher diakibatkan karena
terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah
leher yang mana pembuluh darah tersebut membawa darah ke otak
sehingga ketika terjadi peningkatan tekanan vaskuler ke otak yang
mengakibatkan terjadi penekanan pada serabut saraf otot leher
sehingga penderita merasa nyeri atau ketidaknyamanan pada leher.
Nyeri yang dirasakan oleh penderita hipertensi akan menggangu
aktivitasnya sehari-hari. Salah satu terapi nonfarmakologis yang
digunakan untuk meredakan nyeri salah satunya kompres hangat.
A. Pengertian
Back massage adalah suatu pijatan menggunakan sentuhan tangan
di daerah punggung dengan lotion/balsem yang dapat memberikan
sensasi hangat dan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah
lokal. Intervensi back massage difokuskan pada area punggung
bagian bawah yaitu dari segmen spinal T.12 sampai L.4. Vasodilatasi
pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area
yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi
rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan luka (Kusyati,
2006).
B. Tujuan
Melancarkan sirkulasi darah
Menurunkan respon nyeri
Menurunkan tegangan otot
C. Indikasi dan
Kontraindikasi 1). Indikasi:
Menurut Lynn, 2011
Klien yang mengalami gangguan tidur ( insomnia)
Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri
2). Kontra indikasi:
Menurut Lynn (2011) & Perry & Potter (2005) back message tidak
dianjurkan pada klien:
Klien dengan kondisi fraktur tulang rusuk atau vertebra
Luka bakar
Daerah kemerahan pada kulit
Luka terbuka pada daerah punggung suhu tubuh tinggi
Menderita penyakit kulit yang menular
Gangguan jantung seperti radang pembuluh darah.
D. Prosedur Pelaksanaan
Gosok punggung yang efektif memerlukan waktu 3 sampai 5 menit
(Potter & Perry, 2005). Pemberian massage selama 10 menit selama
3 hari sebelum tidur pada lansia karena efek relaksasi dari massage
(Zulfikar, 2016). Pelaksanaan back massage melakukan beberapa
perisapan alat, persiapan klien dan persiapan lingkungan serta
persiapan perawat (Potter & Perry, 2005).
a. Persiapan alat
Alat-alat yang perlu adalah selimut atau handuk untuk
menjaga privasi klien dan aplikasikan pada kulit (lotion atau
baby oil ) untuk mencegah terjadinya friksi saat dilakukan
massage.
b. Persiapan lingkungan
Mempersiapkan tempat tidur yang nyaman bagi klien. Selain
mengatur cahaya, suhu dan suasana dalam ruangan untuk
meningkatkan relaksasi klien, persiapkan posisi klien.
c. Persiapan klien
Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dan membuka
pakaian klien pada daerah punggung serta tetap menjaga
privasi klien. Posisi tengkurap atau berbaring miring adalah
posisi yang baik untuk mendapatkan massage pada daerah
punggung, denganposisisetengahdudukjugabisadigunakan.
1) Sebelum melakukan massage, perawat perlu
mendentifikasi terkait kondisi klien : Mengkaji kondisi
kulit, apakah ada kemerahan pada kulit kilen atau
inflamsi, luka bakar atau luka terbuka.
2) Mengkaji tekanan darah klien yang memiliki hipertensi.
d. Persiapan perawat
Perawat perlu menjelasakan tujuan terapi kepada klien,
mengkaji kondisi klien dan mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan untuk mempertahankan kebersihan dan
menghindari mikroorganisme
E. Langkah-langkah pelaksanaan massage
1) Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dilakukan.
2) Cek alat-alat yang akan digunakan.
3) Dekatkan alat ke satu tempat tidur pasien.
4) Posisikan klien senyaman mungkin.
5) Cuci tangan.
6) Priksa keadaan kulit dan tekanan darah sebelum memulai
massage punggung.
7) Bantu klien melepas baju.
8) Bantu klien dengan posisi pronasi.
9) Buka punggung klien, bahu, lengan atas tutup sisanya
dengan selimut mandi/handuk.
10)Aplikasikan laburkan atau lation pada bagian bahu dan
punggung. Meletakan kedua tangan pada sisi kanan dan kiri
tulang belakang klien. Memulai massage dengan Gerakan
effleurage, yaitu massage dengan gerakan sirkuler dan
lembut secara perlahan ke atas menuju bahu dan kembali
kebawah hingga kebokong. Menjaga tangan tetap
menyentuh kulit.
1) Gerakan kedua mengunakan Petrissage (finger kneading)
diberikan pada saat effleurage selesai pada tahap pertama
dengan cara ujung jari-jari tangan kanan merapat lurus diperkuat
dengan jari-jari tangan kiri, diletakan pada tengkuk kanan bagian
atas. Pijatan ini dilakukan degan cara menekan dan memutar
kearah lateral (searah jarum jam) degan tekanan setengah
lingkaran menekan kuat dan setengah lingkaran menekan ringan.
A. Pengertian
Diet rendah garam adalah diet yang diberikan kepada pasien dengan
keadaan hipertensi. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan
darah seseorang diatas normal. Tekanan darah normal orang dewasa
biasanya mencapai rata-rata 120/80, (100/60) sampai 140/85
mmhg.
Diet rendah garam adalah diit yang mengandung makanan
yang terdiri dari bahan makanan yang rendah natrium seperti yang
terdapat dalam garam dapur, soda kue, baking powder & fitsin ( MSG
), Dalimartha (2008).
Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau
tanpa menggunakan garam namun dengan pembatasan tertentu.
Garam rendah yang digunakan adalah garam natrium. Natrium
merupakan kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang
berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Asupan natrium yang
berlebihan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan
tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan pasien dan
jenis makanan dalam daftar diet. Garam yang dimaksud adalah
garam natrium yang terdapat dalam hampir semua semua bahan
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu,
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¾ - ½ sendok teh
/ hari atau dapat menggunakan garam laindiluar natrium. Anjuran
diet sesuai dengan kandungan garam/natrium, yakni: Diet rendah
garam I (200-400 mg Na), untuk hipertensi berat, dengan edema,
ascites, pada pengolahan makanannya tidak menambahkan garam
dapur, Diet rendah garam II (600-800 mg Na), untuk hipertensi tidak
terlalu berat, edema,asites, pada pengolahan masakannya boleh
ditambahkan
½ sdt garam dapur (2 gram), Diet rendah garam III (1000-1200 mg
Na) untuk hipertensi ringan, pada pengolahan masakannya boleh
ditambah dengan 1 sdt garam dapur (4 gram).
Diet rendah garam dilakukan dengan pembatasan penggunaan
garam pada makanan. Seseorang yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat menyebabkan
91
peningkatan tekanan darah. Tingginya konsumsi garam juga dinilai
92
sebagai penyebab terjadinya penyakit jantung (Strazzullo, D’Elia,
Kandala, Cappuccio, 2009 dalam Matyas, Jeitler, Horvart, Semlitsch,
Hemkens, Pignitter, dan Siebenhofer, 2011). Mengurangi jumlah
asupan garam direkomendasikan sebagai salah satu intervensi
pada pengobatan hipertensi (ESH, 2007; NICE, 2010; WHO, 2010,
Chobanian, Bakris, Black, Cushman, Green, Izzo, et.al,2003; CHEP,
2010 dalam Matyas, Jeitler, Horvath, Semlitsch, Hemkens, Pignetter,
dan Siebenhofer, 2011). Pada seseorang yang mengalami hipertensi
dilakukan pembatasan penggunaan garam yaitu, 1/2 sendok teh
per hari jika tekanan darah 140-159/90-100 mmHg, 1/4 sendok
teh per hari jika tekanan darah 160/179/100-109 mmHg, dan tidak
menggunakan garam jika tekanan darah >180/110 mmHg.
ringan
Bahan makanan yang dianjurkan
Sumber Karbohidrat : Beras Merah, Havermouth, Roti,
Gandum, Singkong, Ubi, Kentang, Jagung,
Sumber Protein Hewani : Daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, hati, ikan, susu rendah lemak dan hasil olahannya.
Sumber Protein Nabati : Tahu, Tempe, Kacang-kacangan
Sayuran : Sayuran Segar
Buah : Pisang
Bahan makanan yang dibatasi/dihindari
Sumber Karbohidrat : Biskuit, kue-kue yang diolah dengan
margarine dan soda kue, krackers.
Sumber Protein Hewani : Ikan asin, telur asin, bakso, sosis,
dendeng, abon, kornet, sarden, daging asap, keju dan bahan
makanan lain yang diawetkan dengan garam.
Sumber Protein Nabati : Selai kacang
Sayuran : Sayuran yang diawetkan dengan garam
Buah-buahan : Buah yang diawetkan dengan garam
Sumber Lemak : Margarine, santan kental, lemak hewan,
minyak untuk menggoreng
Lain-lain : Kecap, tauco, terasi, petis, saos, bumbu instan, keripik,
kerupuk, minuman bersoda, soda kue.
Cara Mengatur Diet :
Citarasa masakan dapat ditingkatkan dengan menambah
gula merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe,
kencur, salam dan bumbu lain yang tidak mengandung
sedikit garam natrium.
Pengolahan makanan dengan cara ditumis, dipanggang,
walaupun tanpa garam.
Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah
natrium (konsultasi ke ahli gizi).
MASASE ABDOMEN
A. Pengertian
Tindakan pijatan atau masase yang dilakukan pada area perut untuk
merangsang pergerakan usus besar dan membantu menyembuhkan
sembelit serta rasa sakit perut intens. Teknik ini sangat bermanfaat
terutama saat terjadi masalah- masalah seperti masalah pencernaan.
Perut adalah pusat dan inti dari tubuh. Banyak kebudayaan di
seluruh dunia telah menggunakan teknik ini untuk membantu penyakit
tertentu dan mempertahankan sirkulasi yang tepat di organ visceral.
Pijat ke daerah perut juga dapat mempengaruhi pusat keseimbangan
klien sehingga klien akan nyaman selama dan setelah masase
diberikan.
E. Prosedur Tindakan
1) Siapkan alat dan bahan
2) Jaga privasi klien
3) Jelaskan prosedur dan tujuan intervensi
4) Auskultasi bising usus klien
5) Oleskan minyak pijat di sekitar abdomen. Buka hanya bagian
tubuh yang akan dilakukan pemijatan. Klien posisi tidur
telentang
6) Kemudian perawat menggosokkan kedua tangan sampai
hangat, mulailah memijit perut klien dengan pelan-pelan.
Gunakan jari-jari dan telapak tangan untuk menggosok
dengan putaran berlawanan dengan arah jarum jam di
sekitar daerah perut, mengikuti jalur kolon yaitu mulai dari
kanan ke kiri. Berikan tekanan secara wajar dengan sedikit
tegas ketika memberikan terapi abdominal massage
(pastikan bahwa klien merasa nyaman).
7) Remas seluruh abdomen, pemijatan tidak hanya pada otot
perut tetapi juga menstimulasi organ perut.
8) Untuk memijat usus besar secara keseluruhan, lakukan
circular friction untuk waktu lama. Dimulai dari area bawah
kuadran kiri abdomen sekitar 100 kali per menit. Gerakan
ini mendorong isis kolon menuju rectum.
9) Genggam sebanyak mungkin jaringan abdomen dengan cara
mengangkatnya dan menggetarkannya (gerakan mencubit)
10)Lakukan gerakan meluncur. Dimulai dari satu sisi klien
dan raih sisi yang lain (berlawanan). Tarik bagian tubuh
(abdomen) klien ke arah pemijat. Ketika satu tangan sudah
selesai memijat, tangan yang lain memulainya
11)Pindah ke sisi lain dan ulangi langkah ke tujuh di sisi lain
tubuh klien.
12)Setelah selesai, auskultasi kembali bising usus klien
KEGEL EXCERCISE
A. Pengertian
Senam untuk menguatkan otot panggul. Saat menahan dan
melepaskan air seni, sama halnya degan menggerakkan otot panggul.
B. Tujuan
Memperkuat otot- otot panggul otot pubococcygeal sehingga seorang
wanita dapat memperkuat otot-otot saluran kemih menguatkan otot
dasar panggul dan mengatasi inkontinensia urin mengencangkan dan
memulihkan otot di daerah alat genital dan anus
C. Manfaat
1. Bagi Pria
Mengontrol dan mengatasi ejakulasi dini, ereksi yang
lebih kuat
Meningkatkan kepuasan seksual saat orgasme,
Mengangkat testis dan mengencangkan otot kremaster
sama seperti mengencangkan sfingter ani
2. Bagi Wanita
Menguatkan otot panggul untuk mengontrol masalah
inkontinesia urin
Meningkatkan kepuasan seksual, lebih mudah mencapai
orgasme, vagina akan semakin sensitif dan peka
ransangan dan mudah untuk
101
Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim)
karena melemahnya otot dasar panggul,
Wanita yang mengalami masalah seksual, pria yang
mengalami masalah ejakulasi dini serta ereksi lebih
lama.
2. Kontra Indikasi Senam Kegel
Penderita penyakit Jantung yang dapat mengakibatkan nyeri
dada saat melakukan gerakan minimal, penderita diabetes,
penderita hipertensi, dan penderita penyakit kelamin
E. Tahap Latihan
Terbagi menjadi tiga bagian yang disesuaikan dengan kemampuan
klien:
1. Pelatihan gerak cepat
Adalah pelatihan gerak cepat, dilakukan dalam posisi duduk,
berdiri, berbaring, jongkok, atau posisi yang terbaik saja
2. Pelatihan mengencangkan
Mengencangkan otot dasar panggul, dengan mengencangkan
kuat- kuat selama satu hingga dua detik kemudian lepaskan
dan ulangi masing- masing dengan sepuluh hitungan.
Tegangkan, tahan dan lepaskan otot tersebut.
3. Pelatihan super kegel
Mengencangkan otot dasar panggul sekencang- kencangnya
sampai hitungan sepuluh kemudian lepaskan. lekukan
berulang- ulang dengan sepuluh hitungan setidaknya sekali
sehari
F. Langkah-langkah Latihan
1. Posisi berdiri tegakdengan posisi kaki lurus dan agak terbuka.
2. Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina,
uretra dan rectum.
3. Kontraksikan ODP seperti saat menahan defekasi atau
berkemih.
4. Rasakan ODP, pastikan kontraksi sudah benar tanpa adanya
kontraksi otot abdominal, contoh jangan menahan napas,
kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada
perut.
5. Pertahankan kontraksi sesuai kemampuan kurang lebih
sepuluh detik.
6. Rileks dan rasakan ODP dalam keadaan rileks
7. Kontraksikan ODP kembali, pastikan kontraksi otot sudah
benar
8. Rileks dan coba rasakan otot-otot berkontraksi dan rileks.
9. Sesekali percepat kontraksi, pastikan tidak ada kontraksi
otot lain
10. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada tahap
awal, lakukan tiga kali pengulangan karena otot yang lemah
mudah lelah
11. Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan
sepuluh kali kontraksi cepat. Tiap kontraksi dipertahankan
selama sepuluh hitungan Lakukan enam hingga delapan kali
selama sehari atau setiap saat.
12. Senam Kegel dapat pula dilakukan secara sederhana dengan
cara:
a) Saat berkemih coba untuk menahan aliran urin sampai
beberapa kali.
b) Pada posisi apapun, coba lakukan kontraksi ODP.
c) Pertahankan selama tiga sampai lima detik jika sudah
terbiasa latihan dapat ditingkatkan menjadi sepuluh
detik
BAB IV
PENUTUP
105
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, BR, Martono, HH. 2004. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan
usia lanjut). Jakarta: FK UI.
Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat Kemandirian Dalam Actuvity
Of Daily Living (ADL) Dan Resiko Jatuh Pada Lansia DI Panti
Sosial Trsna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.
(Skripsi, Universitas Indonesia). Diunduh dari:
digital_20314351- S43833-Gambaran tingkat.pdf
J. Rose Bebra. 2003. Berg Balance Scale. Canadian Centre For Activity
and Aging.
Matyas, E., Jeitler, K., Horvart, K., Semlitsch, T.,, Hemkens, L. G,
Pignitter, N., & Siebenhofer, A. (2011). Benefit assessment of salt
reduction in patients with hypertension: Systematic overview.
Journal of Hypertension, 29,821-828.
Meiner S.E. (2015). Gerontologic Nursing. Mosby: Elsevier Inc.
Touhy, T., Jett, K. (2016). Ebersole& Hess’ Toward Healthy Aging. 10th
edition. Mosby: Elsevier Inc
Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adults: theory and
practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical surgicalnursing,
clinicalmanagement for continuity of care. JB. Lipincott.co
Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2007). Fundamental of nursing: Human
health and function. Fifth edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Chenitz, W.C, Stone, J.T., Salisbury, S.A. (1991). Clinical Gerontological
Nursing: a guide to advanced practice. Philadelphia: WB
Saunders.
http://eprints.umpo.ac.id/4470/1/Lampiran.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2863/3/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/document/368307359/SOP-Masase-
Abdomen
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J. & Snyder (2004). Fundamental
nursing: Concepts, process, and practice. Seventh edition. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
107
Maryam, R. Siti, dkk. 2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya,
Jakarta : Salemba Medika
Mahoney Fl, Barthel DW. 1965.Functional evaluation: the Barthel
Index. Md State Med J 14:2
Matteson, MA. And Mc Connel, E.S (1988). Gerontological Nursing:
concept and practice. Philadelphia: WB Saunders.
Miller, C. A. (2005). Nursing care of older adults : theory and practice.
Philadelphia: JB. Lippincot.
Orem, D. E. 2001. Nursing : Concept of practice. (6th Ed.). St. Louis :
Mosby Inc.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vot set).
Edisi Bahasa Indonesia7. Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
Roach, S. (2006). Introductory Gerontological Nursing. Philadelphia
:Lippincot.
Nanda International. (2009). Nursing diagnoses: definition &
classification 2009-2011. United Kingdom: Blackwell
Publishing.
Bulechek G.M., Butcher H.K., Dochterman J.M., Wagner C. (2013).
Nursing Interventions Classifications (NIC). 6th edition. Mosby:
Elsevier Inc.
Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E. (2013). Nursing
Outcomes Classifications (NOC): Measurement of Health
Outcomes. 5th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Stanley, M., & Beare, P.G. (2007). Buku ajar keperawatan gerntik. Edisi
2. Jakarta : EGC
108