Kimia Organik I Jilid 1
Kimia Organik I Jilid 1
JILID 1
KIMIA ORGANIK I
Jilid 1
PENERBIT
Kimia Organik I 3
for My Princes:
NOVENA
4 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
PRAKATA
Yogyakarta,
Penulis
Kimia Organik I 5
DAFTAR ISI
A. Strukur Atom.......................................................................................... 14
B. Orbital Atom........................................................................................... 15
E. Ikatan Kimia............................................................................................ 20
F. Ikatan kovalen......................................................................................... 23
1. Atom karbon...................................................................................... 27
2. Atom Nitrogen.................................................................................. 34
3. Atom Oksigen................................................................................... 37
B. Momen Dipol.......................................................................................... 43
C. Muatan Formal....................................................................................... 46
D. Asam-Basa: Bronsted-Lowry.............................................................. 48
E. Asam-Basa: Lewis.................................................................................. 51
F. Asam-Basa Organik............................................................................... 53
G. Resonansi................................................................................................ 56
6 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
A. Gugus Fungsi......................................................................................... 65
B. Alkana....................................................................................................... 68
1. Penamaan Alkana............................................................................ 68
2. Sifat-sifat Alkana............................................................................... 74
3. Gugus Alkil....................................................................................... 75
1. Penamaan Sikloalkana.................................................................... 79
A. Alkena....................................................................................................... 85
2. Penamaan Alkena............................................................................ 88
6. Stabilitas Alkena............................................................................... 97
e. Hidroborasi................................................................................. 125
B. Alkuna....................................................................................................... 135
J. Intermediet................................................................................................ 183
B. Kiralitas..................................................................................................... 190
E. Diastereomer........................................................................................... 198
P. Prokiralitas............................................................................................... 213
A. Strukur Atom
B. Orbital Atom
C. Konfigurasi Elektron dalam Atom
D. Perkembangan Teori Ikatan Kimia
E. Ikatan Kimia
F. Ikatan kovalen
G. Teori Orbital Molekul
Pendahuluan
NaOH
Lemak hewani Sabun + Gliserin
H 2O
H 3O
Sabun Asam Lemak
NH4 OCN C
H2N NH2
A. Struktur Atom
Sebelum mulai mempelajari kimia organik, mari kita mengulas
kembali beberapa pengertian umum tentang atom dan ikatan. Atom
terdiri dari nukleus dengan muatan positif yang dikelilingi muatan
negtif dari elektron pada jarak yang relatif jauh. Nukleus terdiri atas
partikel subatomik yang disebut neutron, bermuatan netral, dan
Kimia Organik I 15
B. Orbital Atom
Berdasarkan model mekanika kuantum atom, perilaku spesifik
dari suatu atom dapat dijelaskan menggunakan persamaan
gelombang. Persamaan tersebut pada awalnya digunkan untuk
menjelaskan pergerakan gelombang pada benda cair. Penyelesaian
persamaan gelombang disebut fungsi gelombang atau orbital,
dilambangkan dengan huruf Yunanai psi (ψ).
16 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
2. Hanya ada dua elektron yang dapat mengisi orbital yang sama,
dan keduanya harus memiliki spin yang berlawanan (larangan
Pauli)
18 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
3. Jika ada dua atau lebih orbital pada tingkat energi yang sama, satu
elektron mengisi masing masing orbital secara paralel hingga
semua orbital setengah penuh (aturan Hund)
1s 2s
Hidrogen 1 Litium 3 1s
2p 2p
2s 2s
1s
1s
Karbon 6 Neon 10
3s 3p
2p 3s
2s 2p
Natrium 11 Argon 18
2s
1s
1s
Kimia Organik I 19
secara acak tetapi menduduki posisi ruang yang spesifik. Van’t Hoff
kemudian menjelaskan bahwa empat atom yang berikatan dengan
karbon menempati sudut-sudut bangun ruang tetrahedron, dengan
atom karbon berada di pusat.
Gambar 1.2. Atom karbon tetrahedral yang diusulkan oleh Van’t Hoff
E. Ikatan kimia
Mengapa atom-atom berikatan satu sama lain, dan bagaimana
mekanika kuantum atom menjelaskan ikatan? Atom membentuk
ikatan karena senyawa yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan
atom tunggal. Energi selalu dilepaskan ketika dibentuk suatu ikatan
kimia. Jawaban pertanyaan “bagaimana” lebih sulit. Oleh karenanya,
kita membutuhkan pengetahuan lebih mengenai sifat-sifat atom.
Kimia Organik I 21
ionisasi (kcal/mol)
F. Ikatan Kovalen
Unsur-unsur yang dapat dengan mudah membentuk
konfigurasi gas mulia melalui penangkapan atau penarikan elektron
dapat membentuk ikatan ionik. Akan tetapi bagaimana dengan ikatan
unsur-unsur yang berada di bagian tengah dalam tabel periodik? Mari
kita lihat ikatan dalam metana (CH4), ikatan antara C dengan H bukan
ikatan ionik karena atom C sangat sulit melepas atau menerima empat
elektron untuk membentuk konfigurasi gas mulia. Faktanya, atom
karbon berikatan bukan melalui pemberian atau pelapasan elektron,
tetapi dengan sharing elektron satu sama lain yang disebut dengan
ikatan kovalen. Ikatan kovalen terbentuk dari overlap dua buah orbital
yang masing-masing berisi satu elektron (setengah penuh). Ikatan
kovalen diusulkan pertama kali oleh G. N. Lewis pada tahun 1916.
Gabungan atom-atom netral yang berikatan kovalen disebut dengan
molekul.
H
C 4 H H C H
H
Metana
2 H O HO H
Air
Gambar 1.3. Pembentukan ikatan kovalen
Air (H2O)
HO H H O H
Ammonia (NH3)
H N H H N H
H H
H H C H
H C H
Metana (CH4) H
H
H
H H C O H
H C O H
Metanol (CH3OH) H
H
1. Atom Karbon
a. Hibridisasi sp3
Atom larbon memiliki dua orbital (2s dan 2p) untuk membentuk
ikatan, artinya jika bereaksi dengan hidrogen maka akan terbentuk
dua ikatan C-H. Faktanya, atom karbon membentuk empat ikatan C-H
dan menghasilkan molekul metana dengan bentuk bangun ruang
tetrahedron. Linus Pauling (1931) menjelaskan secara matematis
bagaimana orbital s dan tiga orbital p berkombinasi atau terhibridisasi
membentuk empat orbital atom yang ekuivalen dengan bentuk
28 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
2p
2s
1s
2p
2s
1s
Struktur Etana
H H
H H
H C C H
H C C H
H H H H
2p 2p
2s
2s
Dua atom karbon sp2 dapat saling membentuk ikatan yang kuat,
mereka membentuk ikatan sigma melalui overlap orbital sp2-sp2.
Kombinasi ikatan sigma sp2-sp2 dan ikatan pi 2p-2p menghasilkan
bentuk ikatan rangkap karbon-karbon. Bentuk bangun ruang dari
ikatan atom karbon yang terhibridisasi sp2 adalah trigonal planar.
32 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
H
H
121.70
C C 116.60
1.076 A 1.33 A
H
H
c. Hibridisasi sp
Atom karbon memiliki kemampuan membentuk tiga macam
ikatan, yaitu ikatan tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Asetilena,
C2H2, contoh paling sederhana dari ikatan karbon-karbon rangkap
tiga. Di samping dapat berkombinasi dengan dua atau tiga orbital p,
hibrida orbital 2s juga dapat berkombinasi dengan satu orbital p.
2p 2p
2s
2s
(a) Ikatan σ C-C terbentuk karena overlap orbital sp-sp dan ikatan
C-H dibentuk karena overlap orbital sp-s. (b) dua ikatan π karbon-
karbon terbentuk melalui overlap orbital p yang berhadap-hadapan antara atom
karbon yang satu dengan atom karbon lainnya.
CH4
2. Atom Nitrogen
Ikatan kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon,
tetapi juga dapat dibentuk oleh atom-atrom lain. Semua ikatan
Kimia Organik I 35
N 3 H H N H atau H N H
H
H
orbital sp3 diisi oleh dua elektron dan tiga orbital sp3 diisi masing-
masing satu elektron.
hibridisasi sp3
N
C N
Isopropylidene-methyl-amine Acetonitrile
2
Atom nitrogen terhibridisasi sp Atom nitrogen terhibridisasi sp
3. Atom Oksigen
Elektron pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi:
1s2 2s2 2px2 2py1 2pz1, dan oksigen merupakan atom divalen.
H O H
O + 2 H
hibridisasi sp3
hibridisasi sp2
Dalam kondisi ini, oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi
juga memilki satu ikatan pi. Contoh molekul yang memiliki atom
oksigen terhibridisasi sp2 adalah pada senyawa-senyawa karbonil.
O O
H H
Aseton Formaldehid
Gambar 1.19. Contoh senyawa dengan atom oksigen terhibridisasi sp2
Satu contoh terakhir dari hibridisasi orbital yang sering
ditemukan adalah boron trifluorida, BF3. Boron hanya memiliki tiga
elektron di kulit terluarnya (1s2 2s2 2px1), hal ini berarti bahwa boron
hanya dapat membentuk paling banyak tiga ikatan. Kita dapat
mempromosikan elektron pada orbital 2s ke orbital 2py, akan tetapi
tidak mungkin melengkapi boron dengan elektron oktet.
F
F
F B F = B
B 3 F
F F
X X X Y X Y
Ikatan Kovalen Simetris Ikatan Kovalen Polar Ikatan Ionik
H C Cl
B. Momen Dipol
μ = e x d x 1018
Sebagi contoh, jika satu proton dan satu elektron (muatan e = 4.8
x 10-10 esu) sedangkan jarak keduanya adalah 1 A, sehingga momen
dipolnya sebesar:
μ = e x d x 1018
μ = 4.8 D
44 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
O N
H H H
H
Air (H2O) Amonia (NH3)
μ = 1.85 D μ = 1.47 D
Gambar 2. 8. Momen dipol air dan amonia
Besarnya momen dipol dari beberapa senyawa disajikan dalam
tabel 2.2. Metana dan etana memiliki momen dipol sama dengan 0
(nol) atau tidak memiliki momen dipol. Hal ini dikarenakan
strukturnya simetris, dan elektronegativitasan C dan H mirip.
Tetraklorometana juga memiliki momen dipol 0, selain dikarenakan
strukturnya yang simetris juga karena gaya tarik di dalam ikatannya
saling meniadakan, sehingga resultan gaya yang ditimbulkan sama
dengan 0 (nol).
Kimia Organik I 45
Cl
H
Cl C
H C Cl
H
H Cl
Metana Tetraklorometana
μ=0 μ=0
Gambar 2.4. Momen dipol dari metana dan tetraklorometan
H 3C N 3.46 CCl4 0
O
Nitrometana
1.87 CH3CH3 0
CH3Cl 1.85
H2O 1.70
CH3OH 0
1. 50
H2C N N Benzena
Diazometana
1.47 0
NH3 BF3
46 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
C. Muatan Formal
Dalam beberapa molekul, beberapa unsur memperlihatkan
ikatan kovalen dengan jumlah yang tidak lazim. Dan menggambarkan
struktur Lewis dengan benar dari senyawa-senyawa ini ternyata tidak
dimungkinkan, kecuali bila kita memberikan muatan elektrostatik
yang disebut muatan formal kepada beberapa unsur dalam molekul
tersebut. Perhatikan struktur Lewis dari asam nitrat:
H O N O
Contoh:
H C
Metana H
Elektron valensi C =4
Elektron ikatan C =8
Elektron bebas C =0
Jadi muatan formal atom C dalam metana = 4 – ½ (8) – 0 = 0
48 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
2. Asetonitriloksida
H3C C N O
H Cl + H O H H O H + Cl
H
asam basa asam konjugat basa konjugat
HA + H2O H3 O+ + A-
H3O+ A-
Keq =
HA H2O
H3O+ A-
Ka = Keq H2O =
HA
pKa = - log Ka
Kimia Organik I 51
H Cl + H O H H O H + Cl
H
asam kuat basa lemah asam lemah basa lemah
Gambar 2.8. Contoh asam-basa dan konjugatnya
H OH H O H
ion hidrogen ion hidroksida
F CH3
F
F B H3C O CH3 F B O
F
F
Boron trifluorida Dimetil eter CH3
Cl
Cl
N(CH3)3 Cl Al N(CH3)3
Cl Al
Cl
Cl
Asam-Basa Lewis
a. Asam Organik
metil alkohol dan asam asetat. Kedua, adanya atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon di mana atom karbon tersebut berikatan
langsung dengan gugus karbonil (C=O), seperti pada aseton.
O -H+ O
H3C
H3C H
O O
O
-H+
C C
C H
H3C O H3C O
H3C O
O O O
H H H
H OH
C C C C H C C H
H H H
H H H
H H H H
O O OH
O
OH
OH HO
OH CO2H
O O
b. Basa Organik
H O
O C H
N
H 3C H H 3C O
H
G. Resonansi
O O O
H3C N H 3C N H 3C N
O O O
O O
H3C N H3C N
O O
O O
O
H H
C H OH H C H
C
C C C C
C C
H H H H
H H H H
H H H
Gambar 2.19. Struktur resonansi dari aseton
O O O
H H H
C C C
C O C O C O
H H H
H H H
Bentuk resonan
TIDAK VALID
H H H H
C4H10 H C C C C H
butana H H H H
H H
C2H3Cl
kloroetena Cl
H Cl
H C H H
H
C5H8
C C C C
2-metil-1,3-butadiena
H H
H
H O O
C9H8O4 H C C H C
Aspirin C C O OH
C C
C O O
H
H
H C C
C O H3C O
H
H
7.
Kimia Organik I 65
SENYAWA ORGANIK
3 ALKANA DAN SIKLOALKANA
A. Gugus Fungsi
B. Alkana
1. Tata nama
2. Sifat-sifat alkana
3. Gugus alkil
C. Sikloalkana
1. Tata nama
2. Isomer Cis-Trans
A. Gugus Fungsi
Gugus fungsi ialah atom atau kelompok atom dalam molekul
yang memiliki sifat-sifat kimia yang khas. Gugus fungsi yang sama
dalam molekul yang berbeda dapat memperlihatkan perilaku kimia
yang sama. Misalnya etena dan sikloheksena akan sama-sama
menghasilkan produk reaksi adisi ketika direaksikan dengan Br2.
66 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
H H H
H Br
C C + C C
Br Br
H H H
Br H
Etena 1,2-dibromoetana
H
Br H
C H
H C
H 2C C
+ Br Br H 2C C
H 2C CH 2 Br
C H 2C CH 2
H2 C
H2
Sikloheksena 1,2-dibromosikloheksana
C
C C
C C C C
C C
C
C C C C C
Cl OH N
O
C C C
SH S
Tiol Sulfida
O O O O
R'
R R' R H R OH R O
B. Alkana
1. Penamaan Alkana
CH4 CH3CH3
terbuat dari bagian yang sama. Senyawa seperti butana dan isobutana
hanya berbeda pada urutan atom yang terikat satu sama lainnya,
disebut isomer konstitusional.
CH3
CH2
CH2CH3
H3C CHCH CH2CH3
CH3CH2CH2CH CH3
CH2CH2CH3
Dinamai sebagai heksana tersubstitusi Dinamai sebagai heptana tersubstitusi
b. Jika ada dua rantai yang sama panjang, pilih salah satu
yang memiliki substituen lebih banyak
CH3
dinamai sebagai heksana dengan
H 3C C CHCH2CH2CH3
dua substituen, bukan sebagai
H
heksana dengan satu substituen
CH2CH3
1 CH3 7 CH3
2 CH 6 CH2
2 BUKAN
3 4 5 4
H3C C CHCH2CH2CH3 H3C C CHCH2CH2CH3
H H
CH2CH2CH3 CH2CH2CH3
5 6 7 3 2 1
9 CH3
8 CH2 CH3
7 3 2 1
H 3C C CH2CH2CH CHCH2CH3
H 5 4
6
CH2CH3
3-Etil-4,7-dimetil-
H3C C CHCH2CH2CH3
CH3
3-etil-2,2-dimetil-
Gambar 3.11. Penamaan rantai samping
CH3
CH3
CH2CH3
CH2 CH3
H3C C CHCH2CH2CH3
H3C C CH2CH2CH CHCH2CH3
H
CH2CH3 CH3
3-Etil-4,7-dimetilnonana 3-Etil-2,2-dimetilheksana
Gambar 3.12. Penamaan alkana lengkap dengan substituennya
74 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
2. Sifat-sifat Alkana
Alkana kadang kala diacu untuk parafin (Latin; prum affinis)
yang berarti memiliki afinitas rendah. Hal ini sesuai dengan sifat
alkana, yaitu memiliki afinitas yang rendah terhadap senyawa lain,
dan relatif inert. Meskipun demikian, alkana dapat bereaksi dengan
senyawa lain dalam kondisi yang sesuai.
Cl2
CH2Cl + HCL
Cl2
CHCl3 + HCl
Cl2
CCl4 + HCl
3. Gugus Alkil
yang besar. Gugus alkil diberi nama sesuai dengan rantai alkananya
dengan mengganti akhiran –ana menjadi –il. Contohnya alkil dari
metana adalah metil, sedangkan etana yang kehilangan satu hidrogen
disebut etil. Kombinasi antara alkil dengan gugus fungsi yang lain
akan menghasilkan ribuan senyawa. Contohnya:
H OH NH2
H C H H C H H C H H C H
H H H H
H2 H2
C C CH
H3C CH3 H3C C H3C CH3
H2
Propana propil isopropil
H2 H2 H2
C C CH CH3
C CH3
H3C C H3C C
H3C C H2
H2 H2
CH3 CH3
CH3
CH C
CH
H3C C H3C CH3
H3C CH3 H2
Isobutana isobutil
tert-butil
Gambar 3.16. Beberapa contoh alkana dengan gugus alkil yang dapat
dibentuknya
O
O
H
OH
H
H
OH OH
HOH2C
O
CH3
O
OH
CH3 H
H H
1. Penamaan sikloalkana
CH3 CH2CH2CH2CH3
Metilsiklopentana 1-siklopropilbutana
CH3 Br
CH3
1 1
6 2 2 6
2 CH2CH3
3
1 5
3
5 H3C 3 CH3
4 CH3 4 5 C 4
H2
Cl
1 CH3
CH3 2
5
2
1
4 3
Br
CH2CH3
1-kloro-3-etil-2-metilsiklopentana 1-bromo-2-metilsiklobutana
H H
C C
H H H
H H H
H C C
H
H
H
H C
H H
C
C
H
H3C H
H3C CH3
H CH3
H H
A. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung
ikatan rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalm jumlah
berlebih di alam. Etilena, sebagai contohnya, adalah hormon
tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen adalah
senyawa terbanyak dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta
karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan
pigmen warna kuning yang mewarnai wortel. Beta karoten
merupakan pro vitamin A.
CH3
H3C
H H
H H
Beta karoten
H H H H
C C H C C H
H H H H
Etilena Etana
hidrogen lebih sedikit hidrogen lebih banyak
(tidak jenuh) (Jenuh)
C4H6Br2 C4H8
Derajat ketidakjenuhan = 1
terdapat satu ikatan rangkap
Gambar 4.4. Derajat ketidakjenuhan C4H6Br2
2. Penamaan Alkena
Alkena dinamai menggunakan aturan yang mirip dengan
aturan dalam penamaan alkana, perbedaannya adalah akhiran -
ana pada alkana diganti dengan -ena pada alkena.
Kimia Organik I 89
CH3CH2 H CH3CH2 H
C C C C
H3CH2CH2C H H3CH2CH2C H
2-heksena 2-metil-3-heksena
H3CH2C H CH3
3 4
2 C C 1 H2 C C C CH2
1 2 H
H3CH2CH2C H
5 4 3
2-etil-1-pentena 2-metil-1,3-butadiena
H H H CH3
cis-2-butena trans-2-butena
Gambar 4.12. isomer 2-butena
Isomer cis-trans tidak hanya terbatas untuk alkena saja,
tertapi dapat diterapkan untuk senyawa lain. Syaratnya adalah
kedua gugus yang terikat pada karbon ikatan rangkap adalah
identik.
Kimia Organik I 93
A D B D
kedua senyawa di samping
= adalah identik, dan
bukan isomer cis-trans
B D A D
A D B D
kedua senyawa di samping
= tidak identik, dan merupakan
isomer cis-tran
B E A E
Gambar 4.13. Rumus umum isomer cis-trans
rendah tinggi
E
gugus dengan prioritas sama
berada pada posisi berlawanan
tinggi rendah
tinggi tinggi
Z
gugus dengan prioritas sama
berada pada posisi sama
rendah rendah
Gambar 4.14. Cara penandaan E dan Z
Aturan yang digunakan untuk memberikan urutan prioritas
disebut aturan Cahn-Ingold-Prelog (diambil dari nama ilmuwan
yang menemukannya). Aturan-aturan tersebut adalah sebagai
berikut:
Aturan 1 : Lihat pada atom yang terikat langsung pada
karbon ikatan rangkap lalu urutkan substituen tersebut
berdasarkan nomor atomnya.
35 17 8 7 6 1
Br > Cl > O > N > C > H
H3 C CH3 H3 C Cl
tinggi rendah tinggi tinggi
(E)-2-kloro-2-butena (Z)-2-kloro-2-butena
C H C C H O H O C H
H
H H H lebih rendah lebih tinggi
lebih rendah lebih tinggi
CH3 H
CH3 H
C NH2 C Cl
C CH3 C CH3
H H
H H
lebih rendah lebih rendah lebih tinggi
lebih tinggi
H H H C
EKUIVALEN C
C C DENGAN: H
C
H C H
karbon ini mengikat:
karbon ini mengikat: karbon ini mengikat:
H, C, C karbon ini mengikat:
H, C, C H, C, C
H, C, C
EKUIVALEN C C
DENGAN:
C C H C H
C
karbon ini mengikat: karbon ini mengikat: karbon ini mengikat: C C
C, C, C H, C, C, C C, C, C
karbon ini mengikat:
H, C, C, C
6. Stabilitas Alkena
Telah diketahui bahwa alkena tidak dapat mengalami
interkonversi cis-trans secara spontan, akan tetapi hal ini dapat
terjadi dengan katalis asam kuat. Jika kita menginterkonversi cis-
2-butena dengan trans-2-butena dan mengikuti reaksi
kesetimbangannya akan terlihat bahwa isomer trans-2-butena
terdapat dalam jumlah berlebih (76%) dibandingkan isomer cis-2-
butena yang hanya 24%. Dengan menggunakan konstanta
kesetimbangan, dapat dihitung bahwa cis-2-butena kurang stabil
dibandingkan trans-2-butena dengan perbedaan nilai 2,8 kJ/mol
pada suhu ruang.
H CH3 H3C CH3
katalis
C C C C
asam
H3C H H H
Trans (76%) Cis (24%)
H CH3 H CH3
H2 H2
C C CH3CH2CH2CH3 C C
Pd Pd
Butana
H3C H H3C H
trans-2-butena cis-2-betena
CIS
TRANS G 0 Ciz
0
G Trans
Butana
LAJU REAK SI
Gambar 4.20. Diagram tingkat energi reaksi hidrogenasi isomer 2-
butena
Kimia Organik I 99
sp3 lebih kuat dari pada ikatan antara karbon-karbon sp3. dengan
demikian, jika kita membandingkan 1-butena dengan 2-butena,
kita menemukan bahwa isomer mono-substitusi memiliki sati
ikatan sp3-sp3 dan satu ikatan sp3-sp2, sedangkan untuk isomer di-
substitusi memiliki dua ikatan sp3-sp2. Semakin banyak ikatan sp3-
sp2 maka alkena akan semakin stabil.
sp 3-sp 2
sp 3 -sp 3 sp 2 -sp 2
H 3C C C CH 3 H 3C C C CH 2
H H H2 H
3 2
sp 2 -sp 2 sp -sp
2-butena 1-butena
(lebih stabil) (kurang stabil)
H Br
H
H 3C
C C
H
H 3C
elek tron pi m en y erang
H -B r seh in g g a terb e n tu k
ik atan C -H dan karbon Br
b erm u atan p o sitif
H
H 3C
C C H
H 3C H
in term ed iet k a rb ok atio n
B r - m en y u m b an g k a n p asan g a n
elek tron beb asnya pada karbon
berm uata n p o sitif, m em b entu k
ik atan C -B r dan m enetralkan Br H
m u a tan p o sitif d a ri a to m k a rb o n
C C
terseb u t H C CH3
3
H 3C CH3
transition state
intermediet
pertama
karbokation transition state
kedua
G2
ENERGI
G1 CH 3
H 3 CC CH 3 Br
CH 3
CH 3 C CH 2 + H Br
G0 CH 3
H 3 CC CH 3
Br
LAJU REAKSI
Gambar 4.23. Diagram energi reaksi adisi elektrofilik HBr pada 2-
metilpropena
CH3
H3C
eter
C CH2 + H Cl Cl C CH3
H3C CH3
2-metilpropena 2-kloro-2-metilpropana
I
KI/ HI
CH3CH2CH2CH CH2 CH3CH2CH2CH CH3
H3PO4
1-pentena 2-iodopentana
Gambar 4.24. Contoh adisi alkena oleh HCl dan HI.
CH3 H3C
H3C
eter CH C Cl
C CH2 + H Cl Cl C CH3
H2
H3C
H3C CH3
2-metilpropena 2-kloro-2-metilpropana 1-kloro-2-metilpropana
TIDAK
TERBENTUK
H3 C CH3
2-metilpropena 2-kloro-2-metilpropana
H H
H
mengikat satu gugus alkil
1-metilsikloheksena 1-bromo-1-metilsikloheksana
sama-sama mengikat
satu gugus alkil
Br Br
eter
CH3CH2CH CHCH3 + H Br CH3CH2CH2 CHCH3 + CH3CH2CH CH2CH
3
H3 C
2-metilpropena H3C H3 C
CH CH2 CH C Cl
H2
H3C H3 C
0
karbokation 1
1-kloro-2-metilpropana
TIDAK
TERBENTUK
Gambar 4.28. Pembentukan produk yang lebih stabil
Halida asam (HX) dapat juga mengadisi alkena dengan
mekanisme yang mirip seperti di atas. Umumnya reaksinya
menghasilkan produk adisi Markovnikov. Misalnya adisi HBr
106 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
RO + HBr ROH + Br
+ Br
Br +
Pembentukan produk:
Br Br
+ H Br + Br
1-Bromopropana
R
C R"
1200
R'
H H H R
Metil Primer (10) Sekunder (20) Tersier (30)
KURANG
STABILITAS LEBIH STABIL
STABIL
C C C C
R R R H H H H H
0
3 : terdapat tiga alkil 20 : terdapat dua alkil 10 : terdapat satu alkil metil : tidak ada alkil
yang menyumbang yang menyumbang yang menyumbang yang menyumbang
elektron elektron
elektron elektron
H
H
C C
H
H
H
ENERGI
ENERGI
intermediet
lebih stabil intermediet
reaksi lebih lebih stabil
reaksi lebih
cepat cepat
(a) (b)
Transition state
Transition state
ENERGI
ENERGI
produk
Reaktan
produk
Reaktan
H Br
R R R R
C C + HBr C C
R R R R
ALKENA
Transition
state
H
R R
C C
R R
Karbokation
Cl H
H H H H
H
H H3C
H3C H3C C C
C C + HCl C C
H3C C H
H3C C H H3C C H
H H
H Cl
H
3-metil-1-butena 2-kloro-3-metilbutana 2-kloro-2-metilbutana
50% 50%
H
3-metil-1-butena
CH3 H H3C H
H3C
C C C C
H H
H3C C H3C C
H H
H3C
H H
0 0
Karbokation 2 Karbokation 3
Cl Cl
CH3 H H3C H
Cl
H3C C C
C C H
H C
H3C C H3C
H H
Cl H3C
H H
2-kloro-2,3-dimetilbutana
2-kloro-3,3-dimetilbutana
X OH
C C
C C C O
Halohidrin ALKENA Senyawa Karbonil
X X C
C C
C C
X H
1,2-Dihalida
Epoksida
C C
Alkil Halida
H H
H
Gambar 4.41. Contoh reaksi dehidrohalogenasi
Dehidrasi biasanya terjadi dengan memperlakukan alkohol
dalam asam kuat. Contohnya, 1-metilsikloheksena dibentuk ketika
1-metilsikloheksanol dihangatkan dengan larutan asam sulfat
dalam pelarut tetrahidrofuran.
118 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
CH3 CH3
H2SO4, H2O
OH + H2O
THF, 500
H H Cl Cl
C C + Cl2 H C C H
H H H H
etena 1,2-dikloroetana
Br
H
H
Br Br H
Br
Br
Br
H H
H
sikloheksena
1,2-dibromosikloheksana
H Br H H
Br Br
H H Br H Br Br
c. Pembentukan Halohidrin
Beberapa macam reaksi adisi alkena dapat terjadi dengan
senyawa lain. Misalnya, alkena bereaksi dengan HO-Cl atau HO-
Br di bawah kondisi yang sesuai menghasilkan 1,2-dihaloalkohol,
yang kemudian disebut halohidrin. Pembentukan halohidrin tidak
terjadi secara langsung antara alkena dengan HO-Br atau HO-Cl.
Adisi terjadi secara tidak langsung melalui reaksi alkena dengan
Br2 atau Cl2 dengan adanya air.
X
X2
+ HX
H2O
HO
Alkena Halohidrin
Gambar 4.47. Reaksi umum pambentukan halohidrin
Kimia Organik I 121
H CH3
r e a k s i a n ta r a a lk e n a
d e n g a n B r 2 m e n g h a s ilk a n + Br Br
in t e r m e d ie t io n b r o m o n iu m
H 3C H
Br
A ir b e r t in d a k s e b a g a i n u k le o fil ,
d en g a n m e n g g u n a k a n p a sa n g a n C C
e le k t r o n b e b a s n y a m e m b u k a CH3
H
c in c in io n b r o m o n iu m . O le h k a r e n a H C H
3
o k s ig e n m e n y u m b a n g k a n e l e k t r o n ,
a k ib a t n y a o k s ig e n m e n ja d i H O H
b e r m u a t a n p o s it if
Br CH3
H
H
H
+ O
L e p a s n y a p ro to n H d ari H 3C
o k s ig e n m e n g h a s ilk a n H 3 O + H H O H
d a n b r o m o h id r in n e t r a l
Br CH3
H
+ H 3O +
H
OH
H 3C
O
Air bertindak sebagai nukleofil, H H
dengan menggunakan pasangan H3C H
elektron bebasnya untuk menetralkan + A
C C H
meatan positif pada karbokation.
Oleh karena oksigen menyumbangkan H3C H
elektron, akibatnya oksigen menjadi
bermuatan positif
H
H A
O H
H3C C C H
OH H
H3C C C H + H A
CH3 H
2-metil-2-propanol
Gambar 4.49. Mekanisme reaksi adisi air pada alkena dengan katalis
asam
124 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
OAc
CH3 Hg OAc
OAc
Hg
+ OAc + OH2
CH3
ion merkurinium
(Intermediet)
CH3 + OAc
O H
HgOAc
Lepasnya ptoton (H+) menghasilkan
produk adisi organomerkuri
CH3 + HOAc
OH
OH
e. Hidroborasi
Satu dari banyak metode pembuatan alkohol adalah
mereaksikan alkena dengan boran. Reaksinya dinamakan
hidroborasi, melibatkan adisi ikatan B-H dari boran (BH3) pada
alkena dan membentuk intermediet organoboran (RBH2).
H
H
H B + O H B O
H
H
Boran Tetrahidrofuran Kompleks BH3-THF
OH
THF H2O2 3 + B(OH)3
3 + BH3 B
OH H2O
Trisikloheksilboran Sikloheksanol
Sikloheksena
H BH2
Alkena Alkana
Sikloeksenon Sikloheksanon
(Gugus keton tidak tereduksi)
1. Hidroksilasi Alkena
Merupakan peristiwa adisi gugus –OH pada kedua karbon
ikatan rangkap. Dapat terjadi dengan mereaksikan alkena
dengan osmium tetroksida. Reaksi terjadi secara syn
stereokimia dan menghasilkan 1,2-dialkohol, atau disebut
diol.
HO OH
1. OsO4
C C C C
2. NaHSO3
Alkena 1,2-diol
Gambar 4.58. Reaksi umum hidroksilasi alkena
Hidroksilaksi alkena tidak melibatkan pembentukan
intermediet karbokation tetapi intermediet cyclic osmate
yang terbentuk dalam satu tahap adisi OSO4 pada alkena.
Cyclic osmat ini kemudian dipecah menggunakan sodium
bisulfat (NaHSO3).
H3C
CH3 H3C
O O OH
OsO4 NaHSO3
Os
H2O
Piridin O O OH
CH3
H3C H3C
1,2-Dimetilsiklopentena Cis-1,2-dimetil-1,2-
Intermediet; Osmat siklik siklopentadiol
Panas O
O O 2 = BzO
Propagasi
Polimerisasi terjadi ketika radikal karbon yang terbentuk
dari tahap inisiasi bergabung dengan etilen yang lain dan
membentuk radikal baru. Pengulangan proses ini terus
berlangsung hingga ratusan bahkan ribuan kali dan membentuk
rantai polimer.
Berulang terus
hingga beberapa kali
BzO (CH2CH2)nCH2CH2
Terminasi
Reaksi terhenti ketika dua radikal bergabung satu sama lain.
2 R CH2CH2 R CH2CH2CH2CH2 R
Gambar 4.63. Contoh reaksi terminasi
Polimerisasi Kationik
Polimerisasi alkena juga dapat terjadi dengan menggunakan
inisiator kation. Polimerisasi kationik terjadi dengan katalis asam
kuat. Alkena menangkap proton dan menghasilkan karbokation
yang dapat bereaksi dengan alkena yang lain dan membentuk
karbokation baru. Reaksi ini biasanya digunakan untuk membuat
polimer poliisobutilen dengan katalis BF3 pada suhu –800C.
Kimia Organik I 135
H CH3
CH3 CH3 CH3 CH3
H2C CCH3
CH2 C H3 C C H3C C C C
H2
CH3 CH3 CH3 CH3
Isobutilen
Berulang
CH3
C C
H2 n
CH3
Poliisobutilen
B. Alkuna
Alkuna adalah senyawa jidrokarbon yang mengandung
ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Asetilena, adalah alkuna
paling sederhana yang digunakan secara industrial sebagai bahan
awal pembuatan asetaldehida, asam asetat, dan vinil klorida.
Asetilena dibuat dari dekomposisi metana dalam suhu tinggi.
2 CH4 HC CH + 3 H2
12000C
Metana Asetilena
Gambar 4.65. Reaksi dekomposisi metana
136 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
2. Penamaan Alkuna
Penamaan alkuna mengikuti aturan umum penamaan
senyawa hidrokarbon. Digunakan akhiran –una, dan posisi ikatan
rangkap ditandai dengan pemberian nomor di depan nama induk.
Penomoran rantai utama dimulai dari ujung terdekat dengan
ikatan rangkap, sehingga ikatan rangkap memiliki nomor sekecil
mungkin.
Kimia Organik I 137
CH3
7 6
H2C CH Dimulai dari ujung
4 3 2 terdekat dengan ikatan
rangkap tiga
H3C 8 H2C C C CH2
5
1 CH3
6-Metil-3-oktuna
Gambar 4.66. Contoh penamaan alkuna
Ketika terdapat lebih dari satu ikatan rangkap tiga, senyawa
tersebut dinamakan diuna, triuna, dan seterusnya. Senyawa yang
memiliki ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga disebut
enuna. Penomoran rantai enuna dimulai dari ujung terdekat
dengan ikatan rangkap, entah itu ikatan rangkap dua atau ikatan
rangkap tiga.
1 9
H H2 CH 1 CH3 CH3
2
C 5 C 3 C HC 2 H2
H2C 6 C 4 C C 3 CH 5 C 7 CH
H2 H2 C 4 C 6 C 8
7
H2 H2 H
1-hepten-6-una 4-metil-7-nonen-1-una
Br
H
C
C Br 2 C
C CH 2 Cl 2
Br
H
1,2-dibromo-1,2-difeniletana
(vicinal dibromida)
1,2-difeniletena
(Stilbena)
2 KOH
Etanol
+ H 2 O + 2 KBr
C
C
Difenilasetilena (85% )
4. Reaksi-Reaksi Alkuna
Berdasarkan kemiripan sifat elektroniknya, alkuna dan
alkena memiliki sifat yang mirip pula, sehingga reaktivitas kedua
gugus fungsi tersebut juga mirip. Meskipun demikian, terdapat
juga perbedaan yang signifikan.
a. Adisi HX dan X2
Secara umum, elektrofil akan lebih banyak bereaksi dengan
alkuna dibandingkan dengan alkena. Contohnya reaksi adisi HX
pada alkuna. Pada kondisi di mana HX berlebih, reaksi alkuna
dengan HX akan memberikan hasil akhir berupa dihalida. Jadi,
satu mol alkuna membutuhkan dua mol HX. Contohnya, reaksi
antara 1-heksuna dengan HBr akan menghasilkan 2,2-
dibromoheksana. Regiokimia reaksi adisi ini mengikuti aturan
Markovnikov: Halogen akan berikatan dengan karbon yang lebih
tersubstitusi, sedangkan hidrogen pada karbon yang kurang
tersubstitusi. Stereokimia trans biasanya (meski tidak selalu)
ditemukan dalam produk reaksi ini.
140 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
Br
H2 CH H2
HBr H
H3C C C H3C C C
CH3CO2H
C C C C
H2 H2 H2 H2
1-heksuna 2-bromo-1-heksena H
HBr
Br
H2
H3C C C H
C C C
H2 H2 Br H
H
2,2-dibromoheksana
R H R H
R H
Br
H Br
C C
H Br H
H H H H
H H
Alkena Karbokation alkil Alkil bromida
H Br H
H Br Br
RC CH R C C C C
H H H
b. Hidrasi Alkuna
Seperti alkena, alkuna dapat juga mengalami reaksi hidrasi
dengan dua cara. Adisi air secara langsung dengan katalis ion
merkuri (II) menghasilkan produk Markovnikov, adisi air secara
tak langsung melalui reaksi hidroborasi/oksidasi menghasilkan
produk non-Markovnikov
142 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
1-Heksuna
Enol
O
H2
H3C C C H
C C CH
H2 H2
H
2-Heksanon
(78%)
H
O O
C Cepat C H
C C
Internal alkuna
Campuran
O
H 3O + C
R C CH R CH 3
HgSO 4
Terminal alkuna Metil keton
R C C H
Alkuna menggunakan pasangan
elektron untuk menyerang elektrofil 2
2
ion merkuri (II), menghasilkan Hg SO4
intermediet vinil mengandung merkuri
H2O R C C
2
Hg SO4
Abstraksi H+ dari
H O H
enol terprotonasi oleh air
C C + H3O
menghasilkan senyawa organomerkuri 2
R Hg SO4
H3O
+ +
Penggantian Hg oleh H
menghasilkan enol netral H O H
C C + H2O
R H
C H
R C
H
H
Gambar 4.76. Mekanisme reaksi hidrasi alkuna dengan katalis merkuri
(II) sulfat
Kimia Organik I 145
CH3 H BR2
H3 H 2O 2 H OH
BH3
HCC
2 C C CH2 C C
H O C C
THF H 3C CH2 H2C CH3 2 NaOH
H 3C CH2 H2C CH3
3-Heksuna Vinilik boran
Enol
H2 CH3
H 3C C CH2
C C
H2
O
3-Heksanon
Terminal Alkuna BR2
BH3
CH3CH2CH2CH2C CH CH3CH2CH2CH2CH2 CH
1-Heksuna
BR2
H2O2
pH 8
H2O
O
CH3CH2CH2CH2CH2CH
Heksanal
c. Reduksi Alkuna
Alkuna mudah direduksi menjadi alkana melalui reaksi adisi
H2 dengan katalis logam. Reaksinya melalui intermediet alkena,
dan hasil pengukuran mengindikasikan bahwa tahap pertama
dalam reaksi memiliki ∆H0hidrogenasi lebih besar dari pada tahap
kedua.
Reduksi alkuna dapat terjadi secara lengkap menggunakan
katalis palladium yang terikat dengan karbon (Pd/C). Akan tetapi,
reaksi dapat dihentikan hingga pada pembentukan alkena saja
ketika digunakan katalis Lindlar. Katalis Lindlar adalah logam
Palladium halus yang diendapkan pada kalsium karbonat dan
kemudian dideaktivasi menggunakan perlakuan dengan asetat
dan quinolon. Hidrogenasi terjadi dengan syn stereokimia
menghasilkan cis alkena
Kimia Organik I 147
2H 2
CH 3(CH 2)8CH 3
Pd/C
Dekana (96%)
H H
H2
Lindlar
H 3CH 2CH 2CH 2C (CH 2)3CH 3
Cis-5-Dekena
(96%)
Trans-5-Dekena
(78%)
R C C R'
Litium menyumbangkan elektronnya
pada alkuna menghasilkan radikal anion Li
R C C R' + Li
R'
R C C + NH2
H
Radikal vinilik menerima elektron
dari litium kedua dan menghasilkan
Li
anion vinilik
R'
C C + Li
R H
H R'
+ NH2
C C
R H
R C C H + NH2 Na R C C Na + NH3
Anion asetilida
Alkuna HC CH 10-25 25
Alkena H2C CH2 10-44 44
Alkana CH4 ~10-60 60 Asam lebih lemah
H
sp3
sp
C
H C sp2
H C C
C
H
Anion Asetilida
Anion Alkil Anion Vinilik
50% s
25% s 33% s
f. Alkilasi Asetilida
Adanya muatan negatif dan pasangan elektron bebas pada
karbon membuat ion asetilida dapat bertindak sebagai nukleofil
kuat. Anion asetilida dapat bereaksi dengan alkil halida seperti
bromometana menghasilkan alkuna baru.
H H
H C C Na + H C Br H C C C H + NaBr
H H
H C C C Br + Na
H H
Transition state
H C C C + NaBr
H
H
1. NaNH2, NH3
CH3CH2CH2CH2C CH CH3CH2CH2CH2C CCH2CH2CH2CH3
2. CH3CH2CH2CH2Br ,THF
1-Heksuna 5-Dekuna (76%)
NaNH2 R'CH2Br
R C CH R C C Na R C C CH2R'
Terminal alkuna Internal alkuna
+ CH3C CH + Br
H
Br H
Sikloheksena
+ CH3C C
CH3
H
C
H
C
Bromosikloheksana
(Alkil halida sekunder)
Tidak
Terbentuk
5 OVERVIEW REAKSI
ORGANIK
A. Macam-Macam Reaksi Organik
1. Reaksi Adisi
2. Reaksi Eliminasi
3. Reaksi Substitusi
J. Intermediet
Kimia Organik I 155
1. Reaksi adisi
H H H Br
C C H Br C C
H H
H H H H
2. Reaksi eliminasi
H Br
H H
C C
Basa
H C C H Br
H H
H H
Bromometana Etana Hidrogen bromida
3. Reaksi substitusi
H H
cahaya
H C H Cl Cl H C Cl H Cl
H H
H3C H
H3CH2C H
Katalis asam
H CH3
H H
Rad + A B Rad A + B
Rad
Rad + C C C C
1. Inisiasi
cahaya
Cl Cl 2 Cl
2. Propagasi
Cl : CH3 + Cl
(b) CH3 + Cl : Cl
3. Terminasi
Cl + Cl Cl : Cl
+ Cl : CH3
Cl CH3
R R R C C R'
Alkana H H
Alkena
R C C R'
R H
Alkuna Aldehid
O O
H
R R' R O
Asam karboksilat
Keton
O S
R OR' R R'
Ester Tiol
R'
O N
H
N R R"
Amida Imina
H
H
R C N R N
H
Nitril Amina
tetapi ikatan yang terbentuk pada suatu gugus fungsi bersifat polar.
Polaritas ikatan disebabkan oleh adanya distribusi elektron yang tidak
simetris dalam ikatan yang dikarenakan adanya perbedaan
elektronegativitas atom-atom yang berikatan.
H
H δ H
O O
H A
+ A
Cδ H
C
H H
H
H H
Polarizabilitas
Dasar dari semua reaksi organik adalah bahwa atom yang kaya
elektron dari suatu molekul memberikan elektronnya kepada atom
dalam molekul lain yang kekurangan elektron. Ikatan terbentuk ketika
atom yang kaya elektron memberikan elektronnya kepada atom yang
miskin elektron dan ikatan terpecah ketika salah satu atom
meninggalkan elektron dalam ikatan yang telah terbentuk.
+ B A B
A
Elektrofil Nukleofil
(miskin elektron) (kaya elektron) elektron yang disumbangkan oleh :B
membentuk ikatan kovalen
H H H Br
+ H Br H H
H H H H
Apa yang kita ketahui tentang etilena? Kita tahu bahwa etilena
mengandung ikatan rangkap dua yang dihasilkan dari overlap dua
orbital sp2 dari atom karbon. Bagian ikatan dalam ikatan rangkap
dihasilkan dari overlap orbital sp2-sp2, sedangkan ikatan π dari overlap
orbital p-p.
H H
H
C C H H
H H
C C
H
H H
Br
H Br H
H H H H
C C C C
H H H H
Elektron pi dalam ikatan rangkap menyerang
HBr dan membentuk ikatan sigma C-H.
Putusnya ikatan rangkap ini membuat Br menyumbangkan elektron bebas kepada
salah satu atom karbonnya bermatan positif karbon yang bermuatan positif, sehingga
terbentuk ikatan sigma C-Br
Br H
C C
H H
H H
Gambar 5.16. Mekanisme reaksi etilena dengan HBr
E E E
E
O N C C C
C X H O C O C
H3C O + H Br H3C O + Br
H H H H
C C + H Br H C C + Br
H H H H
Bermuatan positif
Netral
H H H H
C C + H Br H C C + Br
H H H H
H H
O O
C N
C H C
H H H C
N
Karbon ini memiliki delapan elektron. Ketika pasangan elektron dari CN-
mendekatinya maka ikatan rangkap C=O harus diputuskan salah satu, supaya
elektron karbon tetap delapan
Gambar 5.23. Contoh pemenuhan aturan oktet dalam reaksi etilena dengan
HBr
Kimia Organik I 175
Hal yang sama terjadi ketika elektron bergerak dari ion sianida
(CN-) ke atom karbon dalam asetaldehid terprotonasi(H2C=OH+), dua
elektron harus meninggalkan karbon tersebut. Hal ini berarti bahwa
ikatan rangkap C=O harus menjadi ikatan tunggal di mana sepasang
elektron π dari ikatan tersebut ditarik dan dimiliki oleh oksigen.
aA + bB cC + dD
dari 1, berarti hasil kali konsentrasi produk lebih besar dari hasil kali
reaktan, jadi reaksi berlangsung lebih banyak ke arah kanan
(pembentukan produk). Jika nilai Keq lebih kecil dari 1 berarti reaksi
berlangsung sebaliknya, yaitu dari kanan ke kiri.
Reaksi etilena dengan HBr memiliki nilai Keq sebesar 7.5 x 107.
hal ini berarti lebih dari 99.99999% etilena diubah menjadi bromoetana.
Untuk kesimpulan praktisnya jika Keq lebih besar dari 103 berarti
jumlah reaktan dalam reaksi hampir tidak terdeteksi (kurang dari
0.1%).
Kita telah tahu bahwa panas akan dilepaskan (ΔH negatif) pada
saat pembentukan ikatan, dan panas akan diserap (ΔH positif) ketika
ikatan diputuskan. Ukuran perubahan panas yang terjadi pada
pemutusan ikatan disebut energi disosiasi ikatan (D), yang
didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk memecah
Kimia Organik I 177
H H
H C H + Cl Cl H C Cl + H Cl
H H
ikatan yang menyebabkan penyimpangan besar nilai ΔH0 dari fase gas
untuk suatu reaksi. Di sisi lain nilai entropi ΔS0 juga perbeda dalam
larutan karena solvasi reaktan polar oleh pelarut polar menyebabkan
berkurangnya ketidakteraturan rekatan.
H H H H H Br
H C C Br
C C + H Br H C C H
H H H H H H
G
Gambar 5.25. Reaksi HBr dengan etilena
Untuk dapat bereaksi, etilen dan HBr harus saling mendekat, ikatan pi
dalam etilena dan ikatan H-Br harus diputus. Ikatan C-H yang baru,
dibentuk pada tahap pertama, sedangkan ikatan C-Br dibentuk pada
tahap kedua.
Karbokation
ENERGI
G
energi
aktivasi G0
Reaktan
H2C CH2 + HBr
LAJU REAKSI
Pada awal reaksi, etilena dan HBr memiliki energi total yang
diperlihatkan pada titik awal garis di sebelah kiri. Ketika kedua
molekul bertabrakan, reaksi dimulai, elektron-elektron mereka saling
menolak sehingga energi menjadi meningkat. Jika tumbukan terjadi
dengan energi yang cukup dan pada orientasi yang sesuai maka kedua
reaktan akan terus saling mendekat hingga ikatan C-H yang baru
mulai dibentuk. Pada titik yang sama, dicapai struktur dengan energi
tertinggi yang disebut dengan transition state.
Kimia Organik I 181
H Br
C C
H H
H H
Gambar 5.27. Struktur hipotetik transition state pada reaksi tahap pertama
HBr + etilena
Perbedaan energi antara reaktan dengan transition state disebut
dengan energi aktivasi, ΔG‡ , yang dapat menjelaskan seberapa cepat
reaksi dapat terjadi pada suhu yang diberikan. Energi aktivasi yang
besar menyebabkan reaksi berjalan lambat karena memerlukan energi
yang besar untuk mencapai transition state. Sebaliknya, energi aktivasi
yang kecil akan membuat reaksi berjalan cepat karena hanya butuh
energi kecil untuk mencapai transition state. Dalam suatu reaksi
dibutuhkan energi yang cukup untuk menembus rintangan aktivasi
guna mencapai transition state.
dengan HBr memiliki energi aktivasi sekitar 140 kJ/mol (34 kkal/mol).
Reaksi dengan energi aktivasi kurang dari 80 kJ/mol dapat
berlangsung dengan baik dalam suhu kamar, sedangkan reaksi
dengan energi aktivasi lebih besar dari 80 kJ/mol hanya dapat
berlangsung lancar pada suhu lebih tinggi. Panas memberikan energi
untuk mempermudah tercapainya transition state.
ΔG ΔG
Energi
Energi
Δ G0
Δ G0
ΔG
Δ G0 ΔG
Energi
Energi
Δ G0
J. Intermediet
D G2
DG
1 CH3CH2 Br
ENERGI
CH3CH2Br
LAJU REAKSI
Gambar 5.29. Diagram energi reaksi secara lengkap untuk reaksi etilena +
HBr
Tanpa katalis
Katalis enzim
Energi
Laju Reaksi
6 STEREOKIMIA
B. Kiralitas
C. Aktivitas optikal
E. Diastereomer
F. Senyawa Meso
I. Campuran Rasemat
J. Review Isomerisme
P. Prokiralitas
188 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
X X
C H3X C C
H H
H H
H H
X X
C C
CH2X Y Y Y
H H
H H
X X
CHX YZ C C
Y Y
H H
Z Z
tidak pas
H
CH
HO
CO2H
C OH H3C
C
HO HO
CO2H CH3
H3C HO2C tidak pas
C
H
CO2H tidak pas
tidak pas H3C
B. Kiralitas
CH 3 CH3
H C H H C OH
CO2H CO2 H
OH
Br
CH3CH2CH2CH2CH2 C CH2CH2CH2CH3
H
5-Bromodekana
(Kiral)
H 1 CH3 H CH3
2
2 1 O
6 3
5 3 4 6
4 5
Metilsikloheksana 2-Metilsikloheksanon
Akiral Kiral
C. Aktivitas Optikal
H H
C O sama dengan C O
O C
1
4
2 1 2
4 arah pandang sama dengan
C
3
konfigurasi R
2
1 4
2 1
4 arah pandang sama dengan
C
3
3
konfigurasi S
E. Diastereomer
cermin cermin
C C C C
H OH HO H HO H OH
CH3 CH3 CH3 CH3
Enantiomer Enantiomer
F. Senyawa Meso
CO2H CO2H
H OH HO H
C Rotate C
180O
C C
H OH HO H
CO2H CO2H
2R,3S 2S,3R
Identik
H
HO CO2H
C
bidang simetri
C
HO CO2H
H
Pusat Kiral
*
CH3
* H
*
CH3 H
*
*
* * kolesterol
H H (dengan 8 pusat kiral)
*
HO
H
I. Campuran Rasemat
J. Review Isomerisme
Isomer
Konstitusional Stereoisomer
isomer
Enantiomer Diastereomer
(bayangan cermin) (bukan bayangan cermin)
Konfigurasional cis-trans
diastereomer diastereomer
Dalam tabel di atas, ada 2 tipe dasar dari isomer yaitu: isomer
konstitusional dan stereoisomer.
CH3
dan CH3CH2CH2CH3
CH3CHCH3
Contoh isomer rangka:
isobutana dan butana Isobutana Butana
204 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
(Non-superimposable H3C
OH HO
CH3
H H
mirror image
(R)-Asam Laktat (S)-Asam Laktat
stereomer)
Kimia Organik I 205
superimposable, non- C C
H OH HO H
mirror-image CH3 CH3
H3C H H3 C CH3
C C dan C C
H CH3 H H
Br
CH3CH CHCH3 + H Br
δ
Br Br
δ C C
Br H H
CH3CH2 CH3 CH3CH2 CH3
(S)-2-Bromobutan
+ a
CH3CH3 CH2CH3 CERMIN
H Br
H3C
H
Br CH3
(2S,3S)-Dibromobutana
a Br b
H H
Br2
CERMIN
H H
H3C CH3 H3C CH3
Br H
cis-2-Butena CH3
(akiral)
Br
Ion Bromonium H
H3C Br
(2R,3R)-Dibromobutana
H Br
H3C
CH3
Br H
(2S,3R)-Dibromobutana
a Br b
H CH3
Br2
CERMIN
H CH3
H3 H H3C H
C Br CH3
cis-2-Butena
(akiral) H
Br
Ion Bromonium H
H3C Br
(2R,3S)-Dibromobutana
* + HBr * *
CH3 H CH3 Br
H H
(R)-4-Metilheksena 2-Bromo-4-metilheksana
H3 C H H H
H
H Br
H3 C H H H
Br
H
atas bawah
H3C H Br
H3C H Br H H
(2S,4R)-2-Bromo-4-metilheksana (2R,4R)-2-Bromo-4-metilheksana
N N
Cepat
cermin
H3 C P CH2CH2CH3
H H
(+)-Limonen (-)-Limonen
(pada jeruk) (pada lemon)
P. Prokiralitas
O OH
H
2-Butanon 2-Butanol
(Prokiral) (Kiral)
pusat prokiralitas
H X pusat kiral
H3C C OH H3C C OH
H H
SOAL-SOAL LATIHAN
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Konfigurasi atom karbon yang terhibridisasi sp2 adalah
2. Berikut ini pernyataan yang benar tentang atom Oksigen adalah ....
a. memiliki 2 pasang elektron bebas dan mampu membentuk dua ikatan pi
b. dapat mengalami hibridisasi sp3, sp2, dan sp
c. mengalami hibridisasi sp2 pada molekul aseton
d. memiliki 2 elektron bebas dan masih dapat berikatan dengan dua atom lain.
e. memiliki nomor masa 8 dan dapat membentuk dua ikatan sigma
3. Pada gugus fungsi apakah yang atom karbon terhibridisasi sp2?
a. Alkohol b. Aldehid
c. Alkana d. Tiol e. Alkuna
4. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali:
a. atom oksigen memiliki 6 elektron valensi
b. atom karbon memiliki nomor atom 12
Kimia Organik I 215
N
O
10. OH
Informasi yang benar mengenai senyawa di atas adalah:
a. Memiliki 2 atom karbon yang terhibridisasi sp2
b. Atom oksigen karbonil terhibridisasi sp3
c. Atom oksigen hidroksil terhibridisasi sp2
d. Memiliki momen dipole lebih besar dari 0 (nol)
e. sudut yang terbentuk pada atom karbon karbonil sebesar 109.50
11. Sesuai dengan sistem tata nama Cahn-Ingold-Prelog, maka gugus fungsi di bawah ini
yang mempunyai prioritas tertinggi adalah:
a. –OCH3 b. -CO2CH3
c. -CH2OH d. -OH e. -H
Kimia Organik I 217
12.
+ H Br
Produk yang paling stabil dari reaksi di atas adalah:
a. b.
Br
Br
c. d.
Br Br
e.
Br
COOH
H OH
H OH
13. COOH
14. Hasil akhir dari reaksi addisi 2-pentena oleh Cl2 adalah:
a. 3-kloropentana b. 1,2-dikloropentana
c. 1,3-dikloropentana d. 2,3-dikloropentana e. 2-kloropentana
HO COOH
Cl O
18.
Molekul di atas memiliki konformasi:
a. Cis b. Trans
c. Entgegen d. Zusammen e. semua BENAR
Kimia Organik I 219
19. Produk hasil reaksi tahap pertama antara etuna dengan Br2 adalah:
a. cis-1,2-dibromoetena
b. trans-1,2-dibromoetena
c. E-1,2-dibromoetena
d. Z-1,2-dibromoetena
e. b dan c benar
20. Dan ketika hasil reaksi tersebut di atas bereaksi kembali dengan Br2 (reaksi tahap
kedua), maka produk yang terbentuk adalah:
a. 1,1,2,2-tetrabromoetena
b. 1,2,3-tribromoetana
c. 1,1,2,2-tetrabromoetana
d. 1,2,3-tribromoetena
e. 1,2-dibromoetana
Soal uraian
21. Senyawa 3-metil butena jika direaksikan dengan hidrogen bromida (HBr) akan
menghasilkan produk penataan ulang supaya diperoleh produk yang stabil. Tulis
mekanisme reaksinya!
22. Gambarkan struktur molekul dari (E)-1-kloro-3,4-dimetil-3-heksena
23. Apa yang dimaksud dengan terminal alkuna dan internal alkuna, serta bagaimana
perbedaan keduanya dalam menjalani reaksi hidroborasi!
24.
220 St. Layli Prasojo, S.Farm., Apt.
PUSTAKA