Makalah Anak Autis
Makalah Anak Autis
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi dan komunikasi merupakan salah satu modal bagi seseorang untuk
memperoleh berbagai informasi melalui lingkungan. Melalui komunikasi manusia
dapat menyampaikan gagasan, keinginan, perasaannya dalam rangka mencapai
sesuatu yang dibutuhkannya baik secara verbal atau non verbal seperti menggunakan
simbol-simbol, isyarat, gerak tubuh, ataupun bunyi-bunyian. Sampai saat ini diyakini
sebagai sumber yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Jika
seseorang mengalami hambatan dalam interaksi dan komunikasi, diyakini orang
tersebut akan mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya.
Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan gagasan, keinginan,
perasaannya dalam rangka mencapai sesuatu yang dibutuhkannya baik secara verbal
atau non verbal seperti menggunakan simbol-simbol, isyarat, gerak tubuh, ataupun
bunyi-bunyian. Cara berkomunikasi yang paling efektif dan paling dominan
dipergunakan oleh masyarakat pemakainya adalah bentuk bahasa yang diucapkan atau
diartikulasikan. Dengan komunikasi verbal manusia akan dengan mudah dan sesegera
mungkin memenuhi keinginan atau kebutuhannya (Sardjono, 2005 dalam Somad,
2009).
Manusia telah diberi anugerah dari Tuhan untuk mampu berkomunikasi.
Sepintas komunikasi merupakan suatu hal yang alamiah yang dapat dilakukan oleh
siapa saja. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat melakukan
komunikasi dengan baik, salah satu anak yang memiliki gangguan komunikasi adalah
anak autis. Pada umumnya bagi anak autis komunikasi menjadi sesuatu yang sangat
sulit.
Anak autistik mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya (Williams dan Wright, 2004).
Sedangkan bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Jadi apabila
perkembangan bahasa mengalami hambatan, maka kemampuan komunikasipun akan
terhambat. Selain dipengaruhi oleh masalah perkembangan bahasa, kemampuan
komunikasi juga dipengaruhi oleh sistem biologis dan syaraf, pemahaman
(kemampuan kognitif), dan kemampuan sosial (Sunardi dan Sunaryo, 2006:184). Oleh
karena itu, terjadinya ketidakmatangan atau adanya gangguan dalam aspek-aspek
tersebut cenderung menghambat perkembangan kemampuan komunikasi.
Semua pihak harus menyadari bahwa yang harus ditekankan adalah kemampuan
berkomunikasi tidak hanya bicara, tapi semua aspek komunikasi. Dengan pemikiran
seperti itu, kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi anak autis. Kita bisa mengembangkan kemampuan komunikasi anak
autistik karena sesungguhnya mereka masih memiliki potensi untuk berkomunikasi,
misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya (Williams dan Wright, 2004).
Perlu dipikirkan pula berbagai pendekatan, metode atau media yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan komunikasi anak autistik agar potensi yang mereka
miliki akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Oleh sebab itu diperlukan penanganan sejak dini dimana komunikasi dilatih,
belajar untuk bersosialisasi, dan belajar ilmu-ilmu pengetahuan seperti anak pada
umumnya sangat dibutuhkan bagi anak-anak autis. SLB atau Sekolah Luar Biasa
merupakan salah satu solusinya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai kasus anak
autis yang berada di SLB Negeri 1 Bantul. Semua orang pasti mempunyai masalah,
tidak terkecuali anak autis. Cara berkomunikasi dan menyelesaikan masalah pada
anak autis juga akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kasus autis di SLB N 1 Bantul ?
2. Apa masalah yang diahadapi oleh anak autis ?
3. Bagaimana upaya menyelesaikan masalah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus autis di SLB N 1 Bantul
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh anak autis
3. Untuk mengetahui upaya menyelesaikan masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Komunikasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Istilah Komunikasi di artikan dengan
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Menurut pendapat Arifin Anwar, (1992:19-20) tentang pengertian secara
etimologis dari komunikasi adalah komunikasi itu sendiri mengandung makna
bersama-sama (common, commonnese dalam bahasa inggris), istilah komunikasi
dalam bahasa indonesia dan dalam bahasa inggris itu berasal dari bahasa latin, yakni:
communicatio, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu)
pertukaran, dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarannya, ikut bagian.
Menurut Onong,U.Effendi, (1986:60), Komunikasi berasal dari bahasa latin:
Communicatio yang artinya: pergaulan, peran serta, kerjasama yang bersumber dari
istilah: “communis” yang berarti sama, sama di sini maksudnya sama makna atau
sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan karena jika
tidak terjadi kesamaan makna antara dua aktor komunikasi yakni komunikator dan
komunikan itu atau komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya maka
komunikasi tidak terjadi. Jadi pengertian komunikasi secara etimologis seperti yang
dikemukakan ahli tersebut adalah; pergaulan, peran serta, kerjasama, yang juga
mempunyai pengertian; sama makna terhadap simbol yang digunakan.
Dari keseluruhan definisi tentang komunikasi yang dikemukakan dapatlah
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian/pertukaran gagasan,
pikiran dari seseorang kepada orang lain menggunakan simbol yang dapat dipahami
bersama maknanya sehingga terjadi dialog atau musyawarah dengan tujuan untuk
mempengaruhi atau merubah sikapnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan gagasan,
pendapat dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol yang
dipahami bersama.
B. Pengertian Autisme
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’
yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi
atau arah atau keadaan (state). Sehingga autism dapat didefinisikan sebagai kondisi
seseorang yang luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen
dkk, 1998). Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak
dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku
mereka. Ini tidak membantu orang lain untuk memahami seperti apa dunia mereka.
Menurut Sunu, (2012:7), autisme berasal dari kata ‘auto’ yang artinya sendiri.
Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala autisme seringkali memang
terlihat seperti seorang yang hidup sendiri. Mereka seolah-olah hidup di dunianya
sendiri dan terlepas dari kontak sosial yang ada di sekitarnya.
Sedangkan pandangan dari Priyatna (2010:2) menyatakan bahwa autisme
mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi dan bermain dengan
imajinatif yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah tiga tahun dan mereka
mempunyai keterbatasan pada level aktifitas dan interest dan hampir tujuh puluh lima
persen dari anak autispun mengalami beberapa derajat retardasi mental.
Autisme merupakan kelainan yang serius dan kompleks, apabila tidak ditangani
dengan tepat dan cepat kelainan ini akan menetap dan dapat berakibat pada
keterlambatan perkembangan. Keterlambatan perkembangan pada kasus autisme
biasanya ditemukan pada anak-anak dan mempunyai dampak yang berlanjut sampai
dewasa. Salah satu gangguan perkembangan yang dialami adalah kesulitan dalam
memahami apa yang mereka lihat, dengar, dan mereka rasakan.
Ditinjau dari segi medis bahwa anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi,
sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
F.
BAB III
KASUS
A. Identitas klien
Nama : Edmun
Tanggal lahir : 7 November 2000
Alamat : Nggowon, RT 3, nomor 354
Riwayat pendidikan :
1. TK Indriasana
2. SD Kanisius selama 1 tahun
3. SD Karang Anyar selama 1 tahun
4. SLB N 1 Bantul sampai sekarang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus autis di SLB N 1 Bantul yang dibahas pada makalah ini adalah kasus
dari seorang anak yang bernama Edmun. Masalah yang dihadapi oleh Edmun adalah
takut terhadap suara anak kecil yang ‘melengking’, suara anak kecil yang menangis,
dan suara gong. Upaya untuk menyelesaikannya dengan selalu mengingatkan,
meberikan punishment dan reward, meberikan movivasi, meberikan pengarahan, serta
pengenalan terhadap benda – benda yang ditakuti.
B. Saran
Bagi pembaca disarankan untuk menghargai dan menghormati anak – anak
yang berkebutuhan khusus, terutama anak autis. Karena apabila anak autis tidak
diperhatikan dan tidak dihargai akan bisa menyakiti dirinya sendiri, seperti memukul
dengan tangan sediri, memukul dengan menggunakan alat, menggigit – gigit
tangannya, dan berteriak – teriak.
DAFTAR PUSTAKA
Berutu, Ali Geno .2014. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis. Diambil pada
30 Mei 2015 dari
https://www.scribd.com/doc/67843666/Meningkatkan-Kemampuan-Komunikasi-Anak-Autis
Rudi Sutadi, dkk. 2003. Penatalaksanaan Holistik Autisme. Jakarta : FKUI Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam.