Anda di halaman 1dari 10

1

BERBAGAI ISU KRISTOLOGIS:


TANTANGAN UNTUK GEREJA MASA KINI1

Petrus Maryono*
email: petruswongyogya@gmail.com
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia

Abstract

This article aims to discuss the various Christological issues related to the person
and nature of His work. Beginning with Christological doctrine as the center of
struggle that has been discussed from the early centuries and ends with the
development of contemporary teaching which still left a misconception of the
person and work of Jesus. The scholars discussed in this article have produced
errors which, when examined at the root of the Christological problem, are at the
refusal of the Scriptures as the supreme authority and the only basis for the
development of theological teaching, and the use of secular philosophy or
influential philosophical teachings when it is so easy contaminating the
development of Christology. In relation to the many contemporary teachings that
make many mistakes, it is suggested that we study and critically examine all the
claims made. Second, we must look at the techniques of argumentation and
interpretation they use. Three discover what philosophical approaches are used
in the understanding of Christology.

Key Words: Christology, interpretation, controversial, philosophical approaches

*PETRUS MARYONO, TH.M., PH.D (Dallas Theology Seminary, Dallas, Texas, USA) adalah dosen
dan pakar Perjanjian Baru di Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia.
1
Pernah disajikan dalam acara seminar Kristologi di STAKPN Tarutung, tanggal 14
Nopember 2016.
2

Pendahuluan terhadap kecukupan rasio manusia


sebagai ukuran kebenaran dan penolakan
Selaras dengan posisinya sebagai untuk menaklukkan diri terhadap tradisi
pusat iman Kristen, doktrin Kristologi atau tatanan baku, mewarnai diskusi, tak
telah menempati pusat pengajaran gereja terkecuali ketika masalah Kristologi
sejak awal. Berbagai wujud usaha awal menempati pusat percakapan. Keadaan
perumusan doktrin ini ditemukan di ini terus berlanjut, semakin lama
sepanjang Perjanjian Baru. Meski semakin seru dan canggih, dan belum
bentuknya sederhana, tidak selalu ada gejala untuk berhenti, dan
diungkapkan dengan cermat, tetapi inti napmpaknya akan terus bergulir, dan
terpenting keyakinan gereja purba mungkin saja hingga waktu yang
tentang doktrin ini cukup jelas.2 Namun melampaui masa hidup kita semua.Jika
harus diakui, usaha untuk memahami hal itu benar adanya, maka gereja (dan
doktrin Kristologi tidak pernah mudah, para pemimpin gereja) berkewajiban
bahkan ketika penelitian didasarkan pada untuk memahami pergolakan ini,
data dalam Perjanjian Baru.3 kemudian menyikapi semua itu dengan
Pribadi Kristus memang bijak.
enigmatik, tak terkecuali hakikat karya-
Nya. Karena itu, ketika ada ajaran palsu
muncul dan mulai berkembang, salah Pada Mulanya
satu target utama serangannya terarah
kepada Kristologi. Para pemimpin gereja Pengamatan terhadap keyakinan
biasanya cepat tanggap terhadap para tokoh gereja mula-mula
keributan tersebut, sehingga pertemuan menunjukkan bahwa ketepatan dan
resmi gereja segera diselenggarakan. kejelasan dalam menyajikan gagasan,
Pertemuan seperti itu biasanya bukan ciri yang menonjol. Para penulis
menghasilkan sebuah kesepakatan, masa itu hanya puas dengan mengutip
semacam manifesto keyakinan dan menampilkan ayat-ayat Firman
Kristologi, yang walaupun tidak Tuhan untuk melandasi ajarannya, tanpa
sempurna, tetapi mencerminkan kejelian menyertakan tafsiran memadai
mereka dalam memahami ajaran Alkitab terhadapnya. Mereka belum terlalu
yang paling mendasar tentang dokrin ini. peduli untuk berteori atau menyuguhkan
Terjadinya Reformasi Protestan uraian rinci terhadap teks yang
mengawali dan menggulirkan digunakannya. Barangkali salah satu
kebebasandan usaha berteologi dalam sebab dari gejala ini, saat itu mereka
cara yang tidak pernah terjadi belum menghadapi serangan ajaran sesat
sebelumnya. Dalam prosesnya, yang cukup berarti, sehingga kepedulian
perpaduan antara penghargaan tinggi sangat terarah kepada masalah yang
terkait dengan hidup Kristen praktis (hal
2
ini tercermin, misalnya dalam Didakhe,
Misalnya, Filipi 2:1-1; band., 1Tim.
Surat Gembala dari Hermas, dan
3:16, 2Tim. 3:11-13.
3
Diskusi bermanfaat untuk masalah lainnya). Tidaklah mengherankan bila
ini, cermati I. Howard Marshall, The Origins para tokoh itu belum mengembangkan
of New Testament Christology, edisi teknik tafsir (hermenutik) yang
disempurnakan (Downers Grove, IL: memadai, dan cukup puas mengutip
Intervarsity Press, 1990). Juga, Oscar Kitab Suci begitu saja untuk landasan
Culmann, The Christology of the New berbagai pengajaran yang disajikannya.4
Testament, ed. rev. (Filadelfia: Westminster
Press, 1963). Khusus untuk masalah doktrin
inkarnasi, selidiki James D. G. Dunn,
4
Christology in the Making: A New Testament Literatur yang relevan untuk ini,
Inquiry into the Origins of the Doctrine of the tersedia dalam karya J. B. Lightfoot, The
Incarnation, ed. Ke-2 (Grand Rapids: Wm. B. Apostolic Fathers, ed. J. R. Harner (Grand
Eerdmans, 1980). Rapids: Baker Book House, 1987).
3

Namun gejolak segera terjadi, landasan pembangunan doktrin. (2)


ketika sejumlah ajaran menyimpang Kesediaan untuk mengakui keberadaan
mulai bermunculan di kalangan orang mujizat dan intervensi ilahi dalam
percaya. Gereja purba sesungguhnya perumusan teologi. Karena itu, mereka
telah menghadapi benih-benih kesesatan bersedia menaklukkan rasio kepada
semacam itu. Namun Rasul Kristus wibawa penyataan ilahi. (3) Keterbukaan
masih hidup untuk mendampingi, untuk menerima ‘tradisi,’ yang
sehingga dampak negatif dari gejala diwariskan oleh para tokoh dan pemikir
tersebut relatif masih terkendali. Ketika gereja yang mendahului. Mereka tidak
pertumbuhan ajaran menyimpang makin menerimanya dengan membabi buta,
formal dan gencar, keadaannya mulai tetapi terlebih dahulu menyaring dan
berbeda. Tampilnya ajaran menyimpang mengujinya dengan Kitab Suci (sebagai
seperti Ebionitisme, Marcionisme, ukuran tertinggi). (4) Keberanian untuk
Arianisme, dan Apollinarianisme, dan hidup bersama paradoks dan menerima
sejenis, dengan hebat menggoncang kebenaran yang tidak selalu dapat
gereja, akhirnya memaksa gereja untuk dijelaskan untuk memuaskan rasionya.
merumuskan keyakinan Kristologinya, Sikap ini memungkinkan terpeliharanya
siapa Kristus itu sesungguhnya, keseimbangan antara iman dan rasio
demikian juga berbagai aspek yang dalam keyakinan doktrinalnya.
terkait dengan itu.5 Namun ada satu masalah penting
di sini. Gereja tidak selalu merumuskan
doktrinnya dengan tegas dan cermat.
Tanggapan Gereja Dalam rumusan yang dihasilkannya,
mudah dikenali adanya kemenduaan arti,
Oleh kontroversi ini lahirlah atau celah untuk memasukkan unsur
sejumlah pemikir luar biasa. Sumbangan baru ke dalamnya, sehingga rentan untuk
pikiran mereka bermuara pada deklarasi mengubah gagasan yang disajikan, yang
iman yang dihasilkan dalam pertemuan bisa saja jauh menyimpang dari yang
resmi gereja di kota Nikea (tahun 325). semula dimaksudkan. Kenyataan inilah
Intinya, pengakuan itu menegaskan yang kemudian melahirkan berbagai
bahwa Yesus sehakikat dengan Bapa, penyimpangan baru, dan menjadikan
Yesus itu Allah sejati-manusia sejati, masalahnya semakin kompleks.
kedua sifat menyatu dengan sempurna Kenyataan seperti itu terlihat jelas
dalam satu pribadi, tanpa berakibat pada dengan munculnya berbagai perdebatan
percampuran, pencemaran, atau Kristologis setelah pertemuan Nikea itu,
pengurangan kemurnian masing-masing yang fokusnya terarah kepada berbagai
sifat tadi. aspek yang belum disajikan dengan rinci
Dengan sesungguhnya, rumusan dan cermat dalam rumusan konsili tadi.6
yang disajikan dalam konsili tersebut
telah berhasil menampilkan ajaran
Alkitab tentang pokok Kristologi dengan Akar Keruwetan
cukup memadai.Keberhasilan mereka
bersumber pada beberapa faktor; yang Pemimpin gereja menabur benih
terpenting adalah berikut ini: (1) masalah, yang dengan cepat berubah
Penerimaan dan penempatan Kitab Suci menjadi badai, ketika mereka
sebagai otoritas tertinggi. Kristologi memutuskan untuk melenyapkan
mereka adalah buah penggalian dan Galileo-Galilei, sebab meyakini bahwa
pergumulan serius Kitab Suci., dan tidak ajaran tokoh ini berseberangan dengan
mengijinkan sumber di luar itu menjadi fatwa gereja. Klaim bahwa gereja
pemegang monopoli kebenaran, terlebih
5
Tentang hal ini, cermati Louis
6
Berkhof, History of Doctrine (Grand Rapids: Untuk mencermati diskusi tentang
Baker Book House, 1937). topik ini, perhatikan Ibid., 102-113.
4

ketika Kitab Suci disikapi sebagai diktat dengan yang dilakukan oleh manusia
ilmu dan teknologi, keruwetan besar pada umumnya.
mulai berkecamuk. Keruwetan yang
lebih besar lagi segera terjadi, ketika
pemikir gereja mulai menaklukkan Kitab Perkembangan Lanjut dan
Suci di bawah otoritas ilmu dan Situasi Pada Saat Ini
teknologi. Manakala Alkitab tidak lagi
dinilai berbeda dengan karya sastera Bila disederhanakan,
lainnya, dan dimensi keilahian Firman penyimpangan ajaran Kristologi
Tuhan secara radikal ditanggalkan, maka terbentuk oleh salah satu atau gabungan
revolusi teologi telah menjadi realita. dari sikap-sikap berikut: (1)
Teologi berubah menjadi menjadi penyangkalan keilahian-Nya; (2)
antropologi, sebuah kegiatan untuk penyangkalan keinsanian-Nya; atau (3)
merumuskan aturan hidup beragama salah paham terhadap keberadaan dan
(etika) agar selaras dengan lingkungan penyatuan kedua sifat tersebut di dalam
hidupnya. penjelmaan-Nya.
Dampaknya terhadap pemikiran Gereja masa ini telah digoyang
Kristologi juga nyata. Kristologi tinggi oleh munculnya sejumlah buku yang
bergeser ke Kristologi rendah. 7 Kristus iktikadnya menyuarakan doktrin
adalah manusia sejati, tetapi bukan Allah Kristologi. Beberapa yang paling
sejati. Yesus masih luar biasa, tetapi populer adalah The Davinci Code (karya
secara prinsip Ia sama sekali tidak beda Dan Brown), The Jesus Dinasty (karya
dengan manusia lainnya. Khususnya, James Tabor), dan Makam Keluarga
perbedaan Yesus dengan manusia Yesus (karya Simcha Jacobivici dan
lainnya hanyalah pada kadar, bukan pada Charles Pellegrino). 8 Aspek yang
hakikat. Karena itu, nilai Yesus bagi dibahas oleh masing-masing buku itu
manusia hanyalah sebatas model, berbeda, tetapi fokus utamanya sama;
contoh, atau atas pengaruh ajaran-Nya. yaitu, menegaskan bahwa Yesus
Sekali lagi, Yesus memang hebat, tetapi manusia biasa, tak ada bedanya dengan
Ia sama dengan manusia pada umumnya kita semua. Para penulis buku itu juga
dalam segala hal. Ia juga takluk kepada yakin bahwa Kristologi gereja saat ini
permasalahan apa pun, yaitu masalah keliru, dan dianggap sebagai upaya
yang dihadapi oleh manusia pada pelestarian pandangan hasil konspirasi
umumnya. Selanjutnya diyakini juga pemimpin gereja dan penguasa politik
bahwa dalam menanggapi masalah itu, masa lampau. Karena itu, gereja harus
Yesus akan bereaksi, mengambil sikap, merevisi Kristologinya. Bukan itu saja,
dan membuat keputusan, sama persis karena Kristologinya keliru, kekristenan
secara keseluruhan juga dalam kondisi
yang sama. Jadi, kekristenan juga
7
membutuhkan hal serupa (i.e., perlu
Berkhof telah mengamati bahwa
abad ke-19 penelitian Kristologi ditandai oleh
8
menguatnya tekanan pada sifat keinsanian Evaluasi terhadap pemikiran dalam
Yesus, dan semakin memudarnya penghargaan karya-karya tersebut dan yang sejenis, dapat
terhadap sifat keilahian-Nya: “The point of diperhatikan dalam tulisan Craig A. Evans
view was anthropological, and the result was (Merekayasa Yesus), sebagaimana akan
anthropocentric.” Pendekatan seperti itu, disinggung dalam bagian lanjut tulisan ini.
tegasnya lebih lanjut, bermuara pada Untuk ulasan terhadap karya James Tabor (The
perubahan sikap mendasar dalam penelitian: Jesus Dinasty) dan Simcha Jacobivici &
“the new method was employed in such a Charles Pellegrino (The Jesus Family
manner as to yield destructive rather than Tomb/Makam Keluarga Yesus), tersedia dalam
conctructive results, Its application went hand karya Adji A. Sutama, Yesus Tidak Bangkit?:
in hand with strong aversion to authority and Menyingkap Rekayasa Yesus Historis dan
supernatural, and with insistent appeal to Makam Talpiot (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
reason and experience.” Ibid., 117, 118. 2007).
5

direvisi dan dikembalikan ke jalur yang penyederhanaan, berikut inti pemikiran


semestinya). Protes dan perjuangan para Knitter. Ia memulai dengan penegasan
penganut “gnostisisme modern” bahwa Allah yang maha dalam segala
menggerakkan idea ini, terlihat misalnya perkara, mustahil membatasi penyataan-
dengan pernah populernya Injil Yudas.9 Nya. Mengurungnya di dalam Alkitab,
Diduga bahwa kebenaran yang diungkap dan gereja, mengerdilkan Allah dan
dalam naskah ini mengjungkirbalikkan kehendak-Nya. Penyataan Allah, dan
teologi Kristen tradisional, karena kebenaran sejati, muncul dan diawetkan
berbeda mendasar dengan yang dalam semua agama dunia. Karena itu,
diajarkan oleh keduabelas rasul Kristus. jalan keselamatan tidak tunggal, tetapi
Kenyataannya, Ireneus seawal tahun 180 plural. Pernyataan Petrus bahwa Yesus
M telah menyatakan ajaran ini sebagai adalah satu-satunya jalan keselamatan
bidat.10 (Kis. 4:12) hanyalah sebuah refleksi
Namun apa yang disuarakan oleh pengalaman pribadi yang lahir dari
buku-buku di atas sama sekali bukan pergumulan keagamaannya, sehingga
barang baru atau revolusioner. Pada tidak mewakili kebenaran normatif yang
masa lalu, sejumlah pemikir/teolog pada berlaku secara universal. Dampak
abad sembilan belas F. Schleiermacher, Kristologinya, Yesus bukan satu-satunya
R. Bultmann, David Strauss, dan masih Juru Selamat; Dia melainkan hanyalah
banyak lagi, telah melontarkan sebuah nama untuk itu. Di luar Dia
keyakinan yang sama. Hanya saja, terdapat banyak nama lain yang sama
pemikiran semacam itu pada awalnya sahnya dalam mengantarkan kepada
hanya berpengaruh Eropa, kemudian penemuan keselamatan sejati. Pemikiran
menyebar ke Inggris dan Amerika, tetapi dasar seperti itu tentu saja secara
akhirnya menjamah pula seluruh langsung mempengaruhi pemahaman
panggung teologi dunia. Yang perlu Knitter tentang misi dan penginjilan,
dicatat, suara-suara itu disajikan dalam demikian juga sikapnya terhadap agama-
bungkus ilmiah dan sangat serius, agama di luar kekristenan.12
sehingga dampak utamanya hanya Untuk meresponi berbagai
menyentuh kalangan teolog dan pandangan yang disebutkan itu, Craig A.
akademisi dan tidak secara langsung Evans menyuguhkan sebuah karya tulis
menjamah warga gereja biasa. yang telah mendapat pujian dari
Ada sejumlah perkembangan berbagai pihak. 13 Evans memokuskan
lebih baru, yang perlu disebut dan paparan dan evaluasinya terhadap ajaran
dicermati. Paul F. Knitter, melalui kelompok Seminar Yesus (Jesus
karyanya No Other Name? telah Seminar) dan ajaran tokoh-tokoh yang
meletakkan landasan bagi pemikiran lebih kemudian. Evans melihat, akar dari
pluralisme agama dan soteriologi berbagai ajaran Kristologi keliru berada
inklusivisme. 11 Sebagai sebuah pada penolakan Alkitab sebagai Firman
Allah. Penyimpangan semakin jauh,
9 ketika materi ekstra-biblika, terlebih
Diskusi serius tentang masalah ini
dapat disimak dalam Rodolphe Kasser, Marvin materi yang berasal dari masa jauh
Meyer, dan Gregor Wurst, peny., Injil Yudas setelah era gereja pertama, dijadikan
dari Kodeks Tsachos (Jakarta: Gramedia sebagai dasar perumusan. Praktek ini
Pustaka Utama, 2006).
10
Ibid., 146-47.
11 12
Karya ini ditulis tahun 1985. Sejak Ia menuangkan gagasan ini dalam
itu Knitter sudah menuangkan gagasannya Jesus and the Other Names: Christian Mission
dalam sejumlah karya lain, dan salah satu di and Global Responsibilty (Maryknoll, New
antaranya bahkan berjudul Without Budha I York: Orbis Books, 1996).
13
Could Not Be a Christian (Oxford: Oneworld Craig A. Evans, Merekayasa Yesus:
Publication, 2009, Tanpa Budha Aku Mustahil Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh
Menjadi Seorang Kristen), yang menunjukkan Ilmuwan Modern, pen. Johny The, peny. Eva
betapa ia memang seorang pluralis sejati. Yunita (Yogyakarta: Andi Offset, 2007).
6

terlihat, misalnya melalui pemanfaatan dunia dengan diri-Nya (2Kor. 5:19-


Injil ekstra-kanonik atau materi sejenis 20).”18
untuk tujuan tersebut.14 Perkembangan lain yang harus
Perkembangan lain yang layak dicermati juga, pemikiran khas yang
dicermati adalah pemikiran Eric H.H. disuarakan oleh Joseph Prince, Pendeta
Chang. 15 Permasalahan utama yang gereja New Creation di
menandai pemikiran tokoh ini adalah Singapura.19Penekanan dalam pemikiran
penekanan ekstrim terhadap ketunggalan Prince adalah pada pemutlakan anugerah
Allah (monoteisme) dan penolakan sebagai dasar keselamatan dan hidup
(ekstrim, juga) terhadap konsep trinitas. Kristen. Sedemikian ekstrim penekanan
Selaras dengan itu, Chang juga menolak itu, sehingga ajarannya dikenal dengan
atau menyangkali keilahian Yesus. acuan “gerakan hiper-anugerah”
Meski demikian, ia mengakui Yesus (Inggris: hyper-grace). Bagi Prince
manusia hebat, panutan dalam banyak anugerah identik dengan Kristus, dan
hal, tetapi bukan Allah, dan karena itu penerimaan Kristus dalam keselamatan
bukan objek penyembahan. 16 Apakah membuka segala berkat, keberuntungan,
Yesus Juru Selamat? Ya, tetapi bukan dan kesejahteraan, baik rohani maupun
karena Ia adalah Allah yang menjelma materi. Dengan itu, ia yakin menerima
menjadi manusia, 17 tetapi karena Ia Kristus menjadi kunci untuk
adalah manusia yang sempurna, bahwa “keberhasilan, keutuhan, dan kehidupan
kemuliaan Allah tampak pada wajah- berkemenangan dengan tanpa susah
Nya. Melalui kematian manusia seperti payah.”
ini, maka “Yahweh telah mendamaikan Prince membangun teologinya
dengan memutlakkan literatur Paulus,
utamanya Galatia. Dalam
14
Ibid., 47-79. Analisis Evans pemahamannya, nilai pelayanan Yesus
terhadap materi/literature ekstra-kanonik yang hanya sebatas sengsara dan kematian-
lain, dapat dicermati dalam Craig A. Evans,
Nya (i.e., sebagai dasar pengampunan
Noncanonical Writings and New Testament
Interpretation (Peabody, MA: Hendrickson dosa dan jaminan keselamatan). Hidup
Publishers, 1992). Yesus selama penjelmaan tidak dihargai
15
Pemikiran Chang ditampilkan oleh - karena tidak memiliki nilai salvifik –
Bentley C.F. Chan dalam Sebuah Kajian begitu juga, berbagai ajaran dan prinsip
Monoteisme Alkitabiah, pen. Joanna Cakra dan hidup yang dibagikan-Nya pada kurun
Lewis Tak-Cham Chan (Semarang: Borobudur waktu itu. Sama menonjolnya adalah
Publishing, 2011) dan Kemuliaan Allah pada
Wajah Yesus Kristus, pen. Suah Choo Chuang,
18
peny. Vera Wirawan dan Lew Ai Su (t.k.: Chan, Kajian Monoteisme, 507.
19
Cahaya Pengharapan Ministries, 2015). Karya terkenal Joseph Prince
16
Penekanan kepada keinsanian Yesus berjudul Destined to Reign (Singapura: Joseph
dan penolakan kepada keilahian-Nya menjadi Prince Teaching Resources, 2007). Telah
tema dominan karya ini – lihat, Kemuliaan tersedia dalam bahasa Indonesia Ditentukan
Allah, 385-88. Salah satu ciri menonjol dalam untuk Memerintah: Rahasia Keberhasilan,
karya ini adalah penelitian cermat terhadap Keutuhan dan Kehidupan Penuh Kemenangan
teks-teks Alkitab untuk melandasari Tanpa Susah Payah, pen. 22 Media Pte. Ltd.,
argumentasi. Keakraban pandangan penulis peny. Paula Allo (Jakarta: Immanuel
dengan ajaran Socinus (leluhur Unitarianisme) Publishing House, 2010. Prince mengawali
sangat terlihat, di mana pemutlakan pelayanannya sebagai penatua, dan
monoteisme telah menelan kesediaan untuk penunjukannya sebagai gembala telah
mengijinkan adanya Trinitarian dalam mengubah gereja yang beranggotakan sekitar
keallahan. 150 warga dalam waktu relative singkat
17
Bandingkan masalah ini dengan bertumbuh menjadi 30.000 (bahkan mungkin,
pemikiran Anselmus dari Canterbury mengenai 35.000) anggota jemaat. Bersama dengan itu,
penebusan bertitiktolak dari penjelmaan Prince telah berubah menjadi pengkotbah
Kristus, yang disarikan dalam ungkapan internasional yang sangat dicari dan telah
populer Cur Deus Homo – Berkhof, History of berkeliling ke berbagai negara di berbagai
Doctrine, 171-72. benua.
7

penolakan terhadap Perjanjian Lama Kalau begitu apa sumbangan


(khususnya, Taurat); penghargaan hanya penting Para penulis Kristologi
diberikan sejauh peran Taurat sebagai kontemporer ini? Mereka berhasil
penuntun kepada anugerah, tetapi tidak mengemasnya dalam bungkus populer,
berkenaan dengan princip moral dan yang mudah dicerna, sehingga
etikalnya. Sikap keras seperti inilah yang dampaknya langsung menyentuh
mendorong banyak pengamat masyarakat orang percaya secara luas.
menengarai gerakan ini mengembangkan Mereka memanfaatkan kejenuhan umat
sikap antinomianisme, sebagai terhadap gereja dan kekristenan
pandangan hidup, bahkan dalam ‘normatif’ untuk menyajikan
praktik.20 gagasannya; juga, eratnya cengkeram
Kekhasan ajaran Prince telah ilmu dan teknologi modern dalam
menggulirkan polemik dan keprihatinan. sanubari masyarakat masa kini. Tak
Salah satu kajian cukup mendalam terkecuali, memanfaatkan juga kehausan
terhadap teologi Prince disajikan oleh penduduk dunia modern terhadap berita
Michael L. Brown. 21 Brown menerima sensasional, dan kegilaannya terhadap
dan menghargai penekanan aliran ini segala sesuatu yang baru, khas, dan
terhadap masalah anugerah, tetapi ia berbeda dengan yang biasa. Kecakapan
menunjukkan sejumlah masalah serius retorika para penulis ini dalam
yang melekat di dalamnya. Analisis mengungkapan keyakinan hanya
Brown segera saja menggugah Paul semakin efisien saja dalam usaha
Ellis, salah satu dari sekian nama, yang menggiring pembacanya ke kubu yang
oleh Brown diacu sebagai penganut mereka kehendaki.
teologi Prince. 22 Kedua tokoh ini
menindaklanjuti perbedaan pendapatnya
melalui artikel internet. Sesudah saling- Pelajaran Untuk Kita
pertukaran pikiran di antara keduanya,
Brown tetap yakin, masalah-masalah Beberapa simpulan patut
yang ditandainya sebagai kekeliruan disuguhkan pada akhir percakapan ini.
aliran ini masih belum mendapat Yang akan disinggung di sini tentu saja
jawaban memuaskan.23 tidak komprehensif, karena masih
banyak aspek terkait dengan pokok
bahasan yang belum disinggung di sini.
20
“Antinomianism and the Hyper Namun berikut inilah hal paling
Grace Error,”
https://billmuehlenberg.com/2015/02/16/
mendasar yang baik disampaikan dalam
antinomianism-and-the-hyper-grace-error/, kesempatan ini.
diakses pada tanggal 3/10/2016. Pertama, akar terpenting pemicu
21
Kasih Karunia Overdosis: muncul kekeliruan Kristologi berada
Menyingkap Bahaya Kasih Karunia Modern, pada penolakan Kitab Suci (tulisan
pen. Yorry Anderson Nathan dan Yahya kanonik) sebagai otoritas tertinggi dan
Kristiyanto (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2015).
22 dasar satu-satunya sebagai pembangunan
Injil Hiper-Anugerah, pen. Debby
D’vora, peny. Debby D’vora (Jakarta: Light ajaran teologi. Pemilihan tulisan literatur
Publishing, 2015). non-kanonik (apokrip, pseudokrip, dan
23
“Dr. Ellis Underscores the Errors of dokumen lainnya), cenderung bermuara
Hyper-Grace,” pada perumusan konsep kristologis
https://askdrbrown.org/loibrary/dr-paul-ellis- menyimpang, terlebih ketika data dari
underscores-errors-hyper-grace, diakses pada tulisan-tulisan itu dipakai untukmenilai
tanggal 10/9/2016.
dan melawan data dari Kitab Suci.
Tinjauan sekilas terhadap isyu Injil
Hiper-Anugerah dapat dicermati juga dalam Kenyataan ini mengingatkan pentingnya
Petrus Maryono, “Hypergrace: Tinjauan untuk menempatkan Kitab Suci di pusat
Sekilas,” materi Simposium PASTI, 18-20 iman kita, sehingga sebagai ajakan untuk
Oktober 2016, bertempat di Midtown Hotel, Jl.
Basuki Rahmat no. 76, Surabaya.
8

memperbaharui komitmen kepada Apa yang harus dilakukan


prinsip sola scriptura. manakala peristiwa seperti itu terjadi?
Kedua, filsafat sekuler atau Beberapa kita sarankan: (1) Pelajari
ajaran filsafat yang sedang sangat dengan teliti, dan hadapi kenyataan itu
berpengaruh saat itu mudah sekali dengan kepala dingin. Dengarkan yang
mencemari pengembangan Kristologi. dikatakan, tetapi kritisi klaim-klaim
Harus diakui, filsafat dan teologi (dakuan-dakuan) yang mereka ajukan.
memiliki bidang garapan yang relative (2) Cermati teknik argumentasi yang
sama, sehingga hasil pemikirannya dapat mereka pakai. Teristimewa, amati,
saja agak tumpang tindih. Merembesnya adakah kebenaran Kitab Suci, dokumen
temuan filsafat ke dalam teologi, kanonik, ditempatkan sebagai landasan
potensinya besar sekali dan sudah dan sekaligus hakim akhir. Apakah
terjadi. Pada masa lampau, telah terjadi dalam menafsirkan teknya, mereka
penyusupan filsafat Helenisme klasik ke menggunakan teknik yang benar (baku)?
dalam usaha berteologi. Sejak era (3) Temukan filsafat dasar yang
Reformasi, humanism, rasionalisme, menggerakkan usahanya. Artinya,
dialektis, eksistensialis, dan masih cermati dengan teliti fondasi landasan
banyak lagi, masing-masing aliran pembangunan Kristologi yang mereka
filsafat ini telah meninggalkan jejaknya tawarkan. Akhirnya, (4) jangan abaikan
di kancah teologi. Pada masa kini, pentingnya untuk menjadikan temuan
teologi (dan Kristologi) harus para tokoh gereja masa lampau sebagai
berhadapan dengan garangnya pengaruh bandingan. Hasil karya mereka tidak
filsafat posmo dan sejenis. sempurna, atau bebas dari kesalahan,
Ketiga, dunia modern sangat tetapi pemikiran mereka telah teruji oleh
tidak sabar dengan yang pelik dan rumit. waktu.
Ilmu dan teknologi modern telah
memanjakan penduduk bumi ini dengan Kesimpulan
berbagai kemudahan, kenyamanan, dan
suguhan cepat saji (instant). Dalam Isu Kristologis tidak pernah
wujudnya yang khas, dunia modern usang untuk diperbincangkan. Mulai dari
cenderung anti-intelektual dan lebih abad-abad awal isu tersebut terus
menyukai yang berbau emosional dan digumuli bahkan hingga sekarang ini.
primordial. Ciri ini berpadu erat dengan Rumusan-rumusan teologis terus saja
subjektivisme, terobsesi dengan dihasilkan. Namun persoalannya
pragmatism, khususnya selalu resah menjadi rumit karena pandangan
dengan pergumulan “apa kontribusi beberapa tokoh kontemporer yang
semua ini” untuk dirinya, yaitu dalam disorot dalam paparan artikel ini telah
menyumbang tercapainya kenyamanan menyisakan masalah doktrinal yang
dan kepuasan pribadi. serius bagi gereja masa kini. Karena itu
Keempat, usaha untuk berdasarkan kajian terhadap ajaran-
pemahaman terhadap pribadi dan karya ajaran yang mengemuka di atas, ada
Kristus telah menjadi pergumulan orang beberapa kesimpulan yang penting
percaya sejak masa awal gereja. Kristus disampaikan. Pertama, pentingnya
dan karya-Nya menempati pusat iman, berpegang teguh pada rumusan doktrinal
bahkan menentukan mati dan hidupnya yang mengakui secara penuh
kekristenan. Karena itu, pergumulan kemanusiaan dan keilahian Yesus
kristologis tak akan pernah berakhir; berbasis pada data-data biblikal yang
tiap-tiap kali pemikiran baru akan solid. Kedua, cermati teknik tafsir dan
muncul dan gereja mustahil melarikan argumentasi yang dipakai para tokoh
diri dari menghadapi gejala seperti ini. tatkala mengemukakan klaim-klaminya
terhadap isu ini. Terakhir, telusuri
dengan teliti penggunaan filsafat sekuler
9

atau ajaran filsafat dibalik setiap


argumentasi-argumentasi teologis yang
dihasilkan
10

Bibliografi
Berkhof, Louis. History of Doctrine. Grand Rapids: Baker Book House, 1937.
Brown. Michael L. Kasih Karunia Overdosis: Menyingkap Bahaya Kasih Karunia
Modern, pen. Yorry Anderson Nathan dan Yahya Kristiyanto. Jakarta: Nafiri
Gabriel. 2015.
Chan, C.F. Bentley. Sebuah Kajian Monoteisme Alkitabiah. Diterjemahkan oleh Joanna
Cakra dan Lewis Tak-Cham Chan. Semarang: Borobudur Publishing. 2011.
Chang, Eric H. H. Kemuliaan Allah pada Wajah Yesus Kristus. Diterjemahkan oleh Suah
Choo Chuang. Disuntingkan oleh Vera Wirawan dan Lew Ai Su. Jakarta: Cahaya
Pengharapan Ministries. 2015.
Culmann, Oscar. The Christology of the New Testament, ed. rev. Filadelfia:
Westminster Press. 1963.
Dunn, D.G. James. Christology in the Making: A New Testament Inquiry into the
Origins of the Doctrine of the Incarnation, ed. Ke-2. Grand Rapids: Wm. B.
Eerdmans. 1980.
Ellis, Paul. Injil Hiper-Anugerah, pen. Debby D’vora, peny. Debby D’vora (Jakarta:
Light Publishing. 2015.
Evans, A. Craig. Merekayasa Yesus: Membongkar Pemutarbalikan Injil oleh Ilmuwan
Modern. Diterjemahkan oleh Johny The. Disuntingkan oleh Eva Yunita.
Yogyakarta: Andi Offset. 2007.
_________. Noncanonical Writings and New Testament Interpretation. Peabody,
MA: Hendrickson Publishers. 1992.
https://billmuehlenberg.com/2015/02/16/ antinomianism-and-the-hyper-grace-error/,
diakses pada tanggal 3/10/2016.
https://askdrbrown.org/loibrary/dr-paul-ellis-underscores-errors-hyper-grace, diakses
pada tanggal 10/9/2016.
Knitter, Paul F. Jesus and the Other Names: Christian Mission and Global Responsibilty.
Maryknoll, New York: Orbis Books, 1996.
Kasser, Rodolphe, Marvin Meyer, dan Gregor Wurst, peny. Injil Yudas dari Kodeks
Tsachos. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Lightfoot. B. The Apostolic Fathers. ed. J. R. Harner. Grand Rapids: Baker Book
House. 1987.
Marshall, I. Howard. The Origins of New Testament Christology. Downers Grove, IL:
Intervarsity Press. 1990.
Maryono, Petrus. “Hypergrace: Tinjauan Sekilas.” Materi disajikan dalam Simposium
PASTI, 18-20 Oktober 2016. Surabaya. 2016.
Prince, Joseph. Destined to Reign. Singapura: Joseph Prince Teaching Resources.
2007.
Sutama A. Adji. Yesus Tidak Bangkit?: Menyingkap Rekayasa Yesus Historis dan
Makam Talpiot. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2007.

Anda mungkin juga menyukai