Anda di halaman 1dari 14

1.

LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan dengan
menggunakan konsep manajemen secara umum yang di dalamnya terdapat perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi. Peningkatan mutu
layanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan
standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan
kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan salah satu faktor penentu
kualitas pelayanan, perawat bertanggung jawab terhadap klien secara holistik. Dalam hal
ini, manajemen keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material,
Method, Machine). Yang mana dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dengan
perencanaan dan diakhiri dengan pengontrolan yang merupakan suatu siklus berulang
Tuntutan masyarakat akan kualitas mutu pelayanan kesehatan yang semakin
meningkat menyebabkan perawat harus berubah secara terkendali yang didukung dengan
adanya rencana strategis. Perubahan pelayanan keperawtatan mempunyai dua pilihan
utama, yaitu mekakukan inovasi dan berubah atau akan diubah oleh suatu keadaan dan
situasi [ CITATION Rob17 \l 1033 ]. Perubahan pelayanan keperawatan ini dibangun dari ide
kreatif seorang kepala bidang keperawatan. Oleh karena itu, kepala bidang keperawatan
rumah sakit harus memiliki ide-ide strategis, salah satunya ide yang menarik seperti
mengaktifkan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) agar
pendokumentasian asuhan keperawatan tidak bersifat konvensional di rumah sakit
[ CITATION Cic19 \l 1033 ].
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber
daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Manajemen keperawatan adalah
penggunaan waktu yang efektif, karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif,
keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari
prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di
dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan
dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau
tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer
mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untukpelayanan keperawatan (Swanburg,
2000).

2. TUJUAN

Tujuan dari literature review ini adalah untuk menganalisa hasil penelitian yang berfokus
pada Konsep Manajemen Keperawatan

3. METODOLOGI
3.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode telaah literature (Literature review)

3.2 STRATEGI PENCARIAN

Penelusuran didapat melalui media elektronik (internet). Dengan kata kunci yang
digunakan dalam penelusuran adalah Jurnal Konsep Manajemen Keperawatan dan
Concept Management menggunakan database Google Scholar

3.3 KRITERIA JURNAL

Kriteria Jurnal yaitu Jurnal yang berkaitan dengan Konsep Manajemen


Keperawatan dan terbitan 10 tahun terakhir terdiri dari jurnal Bahasa Indonesia dan
jurnal Bahasa Inggris

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 HASIL
Jurnal yang diperoleh berjumlah 4 jurnal (4 jurnal berasal dari Google Scholar) ke
empatnya memenuhi kriteria. Hasil terdapat pada tabel dibawah ini yaitu :
Tabel 1
Hasil Penelitian Artikl Untuk Di Review
N Nama Judul Tujuan Sampel Metode Hasil
o Peneliti Penelitian
1 Pengaruh Menganali pasien di pre Hasil
Diah Dwi
Manajeme sis Bangsal eksperimen penelitian
Lestari
n Model Pengaruh Pria tal dengan menunjukk
(2019-12- Asuhan Manajeme RSUD rancangan an jumlah
15) Keperawat n Model Datoe penelitian responden
an Asuhan Binangka pre and saat pre
Profesional Keperawat ng. post test test
Tim an Jumlah without menyataka
Terhadap Profesiona sampel control n kualitas
Kualitas l Tim sebanyak pelayanan
Pelayanan Terhadap 16 keperawata
Keperawat Kualitas responden n baik
an Di Pelayanan sebanyak
Bangsal Keperawat 10
Pria Rsud an Di responden
Datoe Bangsal (62,5%)
Binangkan Pria dan post
g RSUD test
Kabupaten Datoe sebanyak
Bolaang Binangkan 16
Mongondo g responden
w Kabupaten (100%)
Bolaang nilai (p)=
Mongondo 0,014.
w Kesimpula
n ini
menunjukk
an ada
pengaruh
manajeme
n terhadap
kualitas
pelayanan
keperawata
n.

2 ALIDON Pengaruh Penelitian sebanyak kuantitatif Hasil


(Desemb Persepsi ini 46 orang analisis
er, 2019) Perawat bertujuan perawat bivariat
Pelaksana u pelaksana diperoleh
Tentang ntuk yang hasil
Fungsi mengetahui bertugas (
Manajerial pengaruh di Ruang p value
Kepala persepsi Rawat = 0,0
Ruangan perawat Inap 15
Terhadap pelaksana Rumah <
Pelaksanaa tentang Sakit α
n fungsi Siloam 0,0
Manajeme manajerial Sriwijaya 5
n Asuhan kepala Palembang )
Keperawat ruangan tahun yang
an terhadap 2019 berarti
pelaksanaa ada
n p
manajemen engaruh
asuhan persepsi
keperawata perawat
n diRuang pelaksana
Rawat tentang
Inap RS fungsi
Siloam manajerial
Sriwijaya kepala
Palembang ruangan
2019 ter
hadap
pelaksanaa
n asuhan
keperawata
n

3 I’ien Hubungan Hubungan 123 Jenis Hasil


Noer’aini Fungsi Fungsi perawat Penelitian penelitian
, Ajeng Manajeme Manajemen pelaksana survey menunjukk
Yunita, n Kepala Kepala an bahwa
Ari Ruang Ruang ada
Fatmawa Dengan Dengan hubungan
ti, Arni Pelaksanaa Pelaksanaa yang
Ratna n Asuhan n Asuhan bermakna
Sari Keperawat Keperawat antara
(2016) an Pasien an Pasien fungsi
Penyakit Penyakit manajeme
Menular Di Menular Di n
Smc Rs Smc Rs keperawata
Telogorejo Telogorejo n
perencanaa
n dengan
pelaksanaa
n asuhan
keperawata
n pasien
penyakit
menular
4 Riyan Effect of The Populatio Type this the
Prawira Managem purpose of n of this research is managem
Sentana ent this study research quantitativ ent
(Desemb Approach is to know is all of e research approach
er 2017) In the effect nurse in with cross and job
Profession of patient sectional satisfactio
al Nursing manageme room, approach. n have a
Practice nt with the significant
Model and approach sample joint
Nurse Job and nurse are 101 effect on
Satisfactio job nurse in the nurse
n on satisfactio patient performan
Nurse n on nurse room x ce in x
Performan performan Hospital. Hospital.
ce ce in
Inpatient patient
Room x room of x
Hospital Hospital.
4.2 PEMBAHASAN

Sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) adalah suatu kerangka


kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, sistem MAKP. Perawat profesional dalam memberikan
pelayanan keperawatan di masa depan adalah harus dapat berkomunikasi secara
lengkap, adekuat dan cepat (Nursalam,2012). Pelayanan keperawatan akan lebih
memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau
MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan
keperawatan yang optimal (Fisbach, 1991 dalam jurnal Nur Hidayah, 2014). Untuk
menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan adanya standar praktik
keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian
sampai evaluasi (Nursalam, 2008). Lutfiani achmadi (2015) Penerapan standar proses
asuhan keperawatan masih belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara oleh Citra
Lestari (2010) pada bagian diklat diketahui bahwa standar asuhan keperawatan sangat
penting dilaksanakan dalam mengisi dokumen standar asuhan keperawatan karena
dengan dilaksanakannya pengisian tersebut akan dapat dilihat tingkat kepatuhan
perawat terhadap standar asuhan keperawatan di RSU PKU Muhammadiyah dan juga
dapat mempengaruhi pelayanan keperawatan yang baik. Berdasarkan studi yang
dilakukan oleh Suratmi (2012) RSUD Dr.Soegiri Lamongan merupakan salah satu
rumah sakit yang sudah menerapkan MAKP dengan menggunakan metode asuhan
keperawatan tim sejak tahun 2010 namun belum berjalan secara optimal. Penerapan
MAKP tim di RSUD Dr. Soegiri Lamongan belum ada pembagian yang jelas
mengenai ketua tim, staf perawat, dan job description yang harus dilakukan. Dari
pengambilan data yang dilakukan penulis pada hari senin, tanggal 17 oktober 2016 di
RSUD Datoe Binangkang didapatkan jumlah pasien yang dirawat berjumlah 82
orang. Data ini merupakan data yang didapatkan dari jumlah kunjungan pasien di
Bangsal Pria pada bulan September. Ruang rawat inap merupakan ruang untuk pasien
yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam (Direktorat bina pelayanan penunjang medik dan
sarana kesehatan, 2012). RSUD Datoe Binangkang sebagai rumah sakit tipe c yang
berada di kota kotamobagu. Di RSUD Datoe Binangkang kotamobagu menerapkan
MAKP tim namun dalam pelaksanaan asuhan keperawatan belum berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Fisella Kumajas
(2014) di RSUD Datoe Binangkang didapatkan hasil bahwa pasien kurang puas
dengan pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Pada penelitian Alidon hasil penelitian tentang karakteristik responden dari 46


responden didapatkan responden dengan pendidikan D III sebanyak 11 responden
(23,9%) dan responden dengan pendidikan ners sebanyak 35 responden (76,1%),
responden dengan rentang umur 20 – 30 tahun sebanyak 32 responden (69,6%) dan
responden dengan rentang umur 31 – 40 tahun sebanyak 14 responden (30,4%),
responden perempuan sebanyak 34 responden (73,9%) dan responden laki-laki
sebanyak 12 responden (26,1%). Hasil penelitian didapatkan bahwa responden
dengan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan baik sebanyak 37 responden
(80,4%) dan pelaksanaan asuhan keperawatan tidak baik sebanyak 9 responden
(19,6%). Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden persepsi perawat baik
tentang fungsi manajerial kepala ruangan sebanyak 32 responden (69,6%) dan
responden dengan persepsi perawat tidak baik tentang fungsi manajerial kepala
ruangan sebanyak 11 responden (30,1%). Hasil analisis bivariat diketahui bahwa dari
36 responden dengan persepsi perawat baik tentang fungsi manajerial kepala ruangan
terdapat 29 responden (90,6%) yang melaksanakan asuhan keperawatan baik
sedangkan dari 14 responden dengan persepsi perawat tidak baik tentang fungsi
manajerial kepala ruangan terdapat 8 responden (57,1%) yang melaksanakan asuhan
keperawatan baik. Berdasarkan uji Chi-Square didapat p value = 0,015 lebih kecil
dibandingkan dengan α = 0,05. Berdasarkan ketentuan yang berlaku jika p value ≤ 
= 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
yang berarti ada pengaruh persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajerial
kepala ruangan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Sehingga hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajerial
kepala ruangan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan terbukti secara statistic.
Pada penelitian I’ien Noer’aini, Ajeng Yunita, Ari Fatmawati, Arni Ratna Sari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi fungsi manajemen keperawatan baik
mempunyai penatalaksanaan pasien penyakit menular baik sebanyak 56,9% lebih
besar dari penatalaksanaan pasien penyakit menular kurang sebanyak 0,8%,
sebaliknya persepsi fungsi manajemen keperawatan kurang mempunyai
penatalaksanaan pasien penyakit menular kurang 27,6 lebih besar dari
penatalaksanaan pasien penyakit menular baik 14,6%. Hasil uji Chi – square
menunjukkan p value = 0,002 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara persepsi fungsi manajemen keperawatan dengan penatalaksanaan
pasien penyakit menular SMC RS Telogorejo. Hasil penelitian menunjukkan persepsi
fungsi manajemen keperawatan perencanaan baik mempunyai penatalaksanaan pasien
penyakit menular baik sebanyak 39,8% lebih besar dari penatalaksanaan pasien
penyakit menular kurang sebanyak 17,1%, sebaliknya persepsi fungsi manajemen
keperawatan perencanaan kurang mempunyai penatalaksanaan pasien penyakit
menular kurang 25,2 lebih besar dari penatalaksanaan pasien penyakit menular baik
17,9%. Hasil uji Chi – square menunjukkan p value = 0,002 ( p > 0,05) maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara persepsi fungsi manajemen keperawatan
perencanaan dengan penatalaksanaan pasien penyakit menular SMC RS Telogorejo.
Untuk fungsi manajemen keperawatan menunjuka bahwa persepsi fungsi manajemen
keperawatan pengarahan baik mempunyai penatalaksanaan pasien penyakit menular
baik sebanyak 75,6% lebih besar dari penatalaksanaan pasien penyakit menular
kurang sebanyak 17,9%, sebaliknya persepsi fungsi manajemen keperawatan
pengarahan kurang mempunyai penatalaksanaan pasien penyakit menular kurang
24,4% lebih besar dari penatalaksanaan pasien penyakit menular baik 0%. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya tingkat kesadaran masing-masing perawat yang berbeda,
perawat yang mudah menerima masukan dan koreksi akan cenderung menerima
dengan mudah perubahan yang ada, sehingga perawat yang akan lebih mudah untuk
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik. Hasil uji Chi – square
menunjukkan p value = 0,000 ( p > 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan
antara persepsi fungsi manajemene keperawatan pengarahan dengan penatalaksanaan
pasien penyakit menular SMC RS Telogorejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi fungsi manajemen keperawatan pengawasan baik mempunyai
penatalaksanaan pasien penyakit menular baik sebanyak 56,9% lebih besar dari
penatalaksanaan pasien penyakit menular kurang sebanyak 29,3%, sebaliknya
persepsi fungsi manajemen keperawatan pengawasan kurang mempunyai
penatalaksanaan pasien penyakit menular kurang 13% lebih besar dari
penatalaksanaan pasien penyakit menular baik 0,8%. Hasil uji Chi – square
menunjukkan p value = 0,000 ( p > 0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan
antara persepsi fungsi manajemen keperawatan pengawasan dengan penatalaksanaan
pasien penyakit menular SMC RS Telogorejo.

Pada penelitian Riyan Prawira Sentana Hasil karakteristik berdasarkan umur


sebagian besar pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 58 orang (57,5%),
yaitu umur dewasa awal dimana pada umur tersebut biasanya seseorang
menginginkan karir yang baik dimasa yang akan datang. memiliki motivasi untuk
meningkatkan kinerja yang dimiliki. 9 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
didominasi oleh perawat wanita yaitu 87 orang (86,1%). Menurut Sahyuni tingkat
kepuasan pada wanita biasanya lebih tinggi dari pada pria, hal ini disebabkan adanya
perbedaan konsep dan persepsi harapan terkait dengan tingkat ambisi yang lebih
tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan sehingga perempuan lebih cepat
merasakan kepuasan kerja dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir perawat di x rumah sakit sebagian besar berpendidikan Diploma
Keperawatan yaitu 81 orang (80,2%), sedangkan kelulusan perawat berjumlah 20
orang (19,8%). Parjiana mengatakan perawat yang memiliki pendidikan minimal D3
keperawatan merupakan perawat pemula yang profesional 8. Orang dengan
pendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima upaya
inovasi dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan tersebut serta perawat
pendidikan tinggi cenderung berperilaku lebih baik dibandingkan dengan mereka
yang berpendidikan rendah. Perawat ruang rawat inap x RS sebagian besar telah
bekerja 1-3 tahun yaitu sebanyak 43 orang (42,6). Kepuasan sangat dipengaruhi oleh
masa kerja, semakin lama masa kerja seseorang semakin tinggi tingkat kepuasan
seseorang terkait dengan tunjangan kelompok yang semakin tinggi. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pendekatan penilaian manajemen sebagian besar diterapkan
dalam kategori baik (49,5%), kepuasan kerja perawat merupakan kategori paling puas
(52,5%), sedangkan kinerja perawat sebagian besar dikategorikan baik (42,6%).
kinerja baik (42,6%) dan sangat baik (36,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
pendekatan manajemen yang baik yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana
berdampak pada peningkatan kinerja yang dimilikinya. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja
perawat terhadap kinerja perawat dengan hasil uji t diperoleh nilai t tabel lebih besar
dari nilai t tabel (2,916> 1,98) dengan nilai p 0,004 (0,004<0,05). Artinya semakin
puas perawat dalam bekerja maka kinerja perawat akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kepuasan kerja yang diperoleh
perawat pelaksana sebagian besar dalam kategori puas (52,5%), hal ini menunjukkan
bahwa perawat telah puas dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit, serta
adanya jaminan pengembangan karir. dan keamanan finansial yang diperoleh
perawat. Tingginya tingkat kepuasan kerja yang ditunjukkan dalam penelitian ini
merupakan bukti bahwa kebijakan rumah sakit telah merangkul dan melindungi
perawat, hal ini menunjukkan bahwa sistem remunerasi yang diterapkan dalam upaya
meningkatkan kepuasan perawat terhadap pemberian intensif telah memenuhi target,
disamping itu target promosi jabatan yang dilakukan di rumah sakit melalui penilaian
kinerja yang hasilnya akan menjadi pertimbangan untuk promosi jabatan kepada
perawat terkait. Hal ini didukung pula oleh hasil penilaian kinerja perawat yang
menunjukkan sebagian besar perawat memiliki kinerja yang baik (42,6%) dan sangat
baik (36,6%). Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja yang dirasakan perawat
pelaksana berdampak pada peningkatan kinerjanya. Hasil uji F antara pendekatan
manajemen dan kepuasan kerja perawat terhadap kinerja perawat didapatkan nilai F
hitung lebih besar dari nilai F tabel (21,135> 3,089) dengan nilai p 0,001
(0,001<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. pengaruh antara
pendekatan manajemen ruang kepala dan kepuasan kerja perawat terhadap kinerja
perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan manajemen yang baik
dan pemenuhan kepuasan kerja perawat secara bersama-sama akan meningkatkan
kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari 4 jurnal tadi yakni adanya pengaruh yang signifikan yang
terjadi saat perawat menerapkan manajemen asuhan keperawatan, seorang
perawat harus memiliki keterampilan dalam komunikasi serta mampu
memecahkan masalah dan mengambil keputusan serta dapat memberikan contoh
kepada perawat lainnya untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya dan standar yang telah ditetapkan, semakin baik
komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien atau keluarga maka
semakin baik penilaian terhadap kualitas pelayanan keperawatan, hal ini juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat Orang dengan pendidikan tinggi
akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima upaya inovasi dan
dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan tersebut serta perawat
pendidikan tinggi cenderung berperilaku lebih baik dibandingkan dengan mereka
yang berpendidikan rendah, serta masa kerja perawat pun ikut andil dalam
meningkatkan kinerja perawat, semakin lama masa kerja seseorang semakin
tinggi tingkat kepuasan seseorang terkait dengan tunjangan kelompok yang
semakin tinggi, Perawat yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung lebih
produktif dalam bekerja dan berkomitmen untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Magdalene dalam penelitiannya
di enam rumah sakit di Nimibia yang menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan
dan pendekatan manajemen merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja
perawat. Dan dari 4 jurnal tadi sebagian besar perawat yang bekerja di Rumah
Sakit sudah menerapkan Manajemen Keperawatan dengan baik
5.2 Saran
Dengan menerapkan manajer keperawatan ini perawat dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga dan masyarakat. Pada tahapan ini, seorang manajer dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien. Melainkan juga mengenai institusi
(Rumah Sakit / Puskesmas); tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang
akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Manajer perawat
yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan
melalui usaha orang lain. Bila ia memimpin staf, maka manajer harus bertindak secara
terencana dan efektif, mampu menjalankan perkaryaan bersama dengan para perawat dari
beberapa level hierarki serta bekerja berdasarkan informasi penuh dan akurat tentang apa
yang perlu dan harus diselesaikan, dengan cara dan alasan apa, untuk mencapai tujuan apa,
dan menggunakan sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan rencana itu.
DAFTAR PUSTAKA

Alidon. 2019. Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi Manajerial Kepala Ruangan
Terhadap Pelaksanaan Manajemen Asuhankeperawatan.
Https://Jmm.Ikestmp.Ac.Id/Index.Php/Maskermedika/Article/View/354/302 (Diakses Tanggal
10 Maret 2021)

Ghaniyah Afiqa Nasution. Perencanaan Dalam Manajemen Keperawatan. Https://Osf.Io/9zteg


(Diakses Tanggal 10 Maret 2021)

I’ien Noer’aini, Ajeng Yunita, Ari Fatmawati, Arni Ratna Sari. Hubungan Fungsi Manajemen
Kepala Ruang Dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Menular Di Smc Rs
Telogorejo. Http://Ejournal.Stikestelogorejo.Ac.Id/Index.Php/Jikk/Article/View/386 (Diakses
Tanggal 10 Maret 2021)

Riyan Prawira Sentana. Effect Of Management Approach In Professional Nursing Practice


Model And Nurse Job Satisfaction On Nurse Performance Inpatient Room X Hospital.
Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/270000-Management-Approach-Analysis-In-
Professi-650f16dc.Pdf (Diakses Tanggal 10 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai