Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MASA CHINA KUNO (DINASTI CHOU DAN DINASTI CH’IN)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur

Dosen Pengampu : Umi Hartati, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Gita Pratiwi (19220006)


Alifa Oktaviani (19220010)
Didin Prasetio (19220015)
Salsa Amelia Putri (19220031)
Arbizar Ilham (17220026)

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaika makalah “Masa China Kuno (Dinasti Chou dan
Dinasti Ch’in)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Metro, Maret 2021

Disusun Oleh,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 DINASTI CHOU (1222-221)........................................................................3
A.Chou Barat (1222/1223-771 SM).............................................................3
B.Chou Timur (771-221 SM).......................................................................4
2.2 DINASTI CH’IN (221-207 SM).....................................................................9
BAB III.............................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...............................................................................................14
3.2 Saran........................................................................................................ 14
DAFTAR LITERATUR..................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nama Cina tidak berasal dari orang-orang Cina, tetapi dari luar atau
Barat. Cina berasal dari kata “Ch’in” atu “Tsjin” yaitu nama suatu dinasti yang
pernah memerintah di Cina pada abad III SM (221-207). Sedangkan orang
Cina sendiri menyebut Cina dengan nama Tiongkok, nama Tiongkok
diturunkan dari kata “Chung Kuo/Chung Kuok” atau “The Middle Kingdom”
yang berarti “Negara tengah”, negara yang menjadi pusatnya dunia.

Berdasarkan mayoritas penduduknya, secara garis besar daratan


Cina yang luas dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni Cina Dalam
(China Proper) dan Cina Luar (The Outlying Section). . Dataran Cina sangat
Luas dan beraneka ragam, merupakan salah satu faktor untuk tumbuh dan
berkembangnya kebudayaan suatu Negara. Daerah yang bergunung-
gunung dan terpencil, merupakan salah satu faktor terbentuknya suatu
Negara yang permanen. Oleh karena itu pada zaman kuno berkali-kali
Kaisar (Kekaisaran) Cina mengalami kegagalan dan kehancuran, kemudian
bangkit lagi, hancur lagi dan seterusnya.

Ditilik dari rasnya, bangsa Cina tergolong ras Sinid, cabang dari induk
ras Mongol/Mongoloid. Ciri-ciri ragawinya antara lain lipatan pelupuk mata
(plica marginalis), rambut hitam bahkan kadang-kadang sembu biru, tubuh
tidak banyak berbulu, muka datar dengan tulang pipi yang menonjol, hidung
pipih dan tinggi badan yang sedang. Bangsa Cina asli yakni orang Han,
berasal dari pegunungan yang bertanah los di Provinsi Shensi dan Shansi.
Seiring berjalannya waktu, mereka kemudian bercampur dengan para
pendatan dari Cina Barat Laut dan Timur Laut, kemudian menyebar ke
lembah Cina Utara dan Cina Selatan.

Secara garis besar, sejarah Cina pra republik sering dibagi menjadi
dua periodisasi besar, yaitu jaman legenda dan feodalisme, yang diikuti
dengan jaman kekaisaran. Masing-masing jaman tersebut dibagi-bagi lagi
secara kronologis berdasarkan periode berkuasanya para penguasa serta
dinasti-dinasti yang memerintah Cina. Cina di masa kuno diperintah oleh

1
berbagai dinasti secara bergiliran, dimulai dari Dinasti Chou sampai dengan
Dinasti Manchu (Ch’ing).

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pemerintahan pada masa Dinasti Chou?
2) Bagaimana pemerintahan pada masa Dinasti Ch’in?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pemerintahan pada masa Dinasti Chou.
2) Untuk mengetahui pemerintahan pada masa Dinasti Ch’in.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DINASTI CHOU (1222-221 SM)


Dinasti Chou yang lama pemerintahannya, dalam sejarah Cina dapat
dibagi menjadi dua bagian, yakni : Chou Barat dan Chou Timur.
A. Chou Barat (1222/1223-771 SM)
1. Asal-Usul Orang Chou
Orang-orang Chou semula bertempat tinggal di lembah sungai
Wei yang terletak di daerah antara Shansi dan Kansu. Pada masa
mereka dipimpin oleh Pangeran Ka’an Fu, mereka mengadakan
migrasi dan menetap di lembah sungai sungai Chou Yuan. Di daerah
ini mereka bercampur dengan suku-suku lain yang secara
keseluruhan kemudian disebut orang-orang Yin. Dalam
perkembangan selanjutnya mereka menjadi kuat ketika dipimpin oleh
Wen Wang. Karena kuatnya mereka sering disebut sebagai penguasa
daerah barat. Dialah yang berusaha untuk memperluas kekuasaan
orang-orang Chou. Orang-orang Chou baru berhasil merebut
kekuasaan Dinasti Shang pada tahun 1222/3 ketika Chou dibawah
pimpinan Wu Wang (anak Wen Wang), dan selanjutnya mendirikan
Dinasti Chou.
2. Chou Masa Pemerintahan Wu Wang

Wu Wang menjadikan kota Chang An sebagai ibukota. Ia


memerintah dengan adil dan bijaksana. Untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran kerajaan, Wu Wang membuat
kebijaksanaan dalam pemerintahan antara lain :

a. Kekuasaan raja sebagai penguasa tertinggi.


b. Raja dalam menjalankan pemerintahan didampingi oleh Perdana
Menteri sebagai penasehat raja. Di samping itu juga dibantu oleh 5
orang menteri, yakni :

3
1) Menteri upacara, tugasnya tiap tahun menyusun dan membuat
penanggalan dan mengadakan pengawasan upacara di
lingkungan kerajaan.
2) Menteri pertahanan, yng bertanggung jawab atas pertahanan
dan keamanan Negara.
3) Menteri pertanian, yang bertugas member penerangan
terhadap kaum tani bagaimana cara menanam dengan baik
dan dapat menghasilkan sebanyak-banyaknya.
4) Menteri kehakiman, yang bertugas mengadili dan menghukum
orang-orang jahat.
5) Menteri perkerjaan umum, berkewajiban mengurus pekerjaan
umum seperti jalan, jembatan, benteng, saluran dan
sebagainya.
c. Kerajaan dibagi dalam daerah-daerah provinsi

Wu Wang hanya memerintah sampai tahun 1116 SM,


kemudian digantikan oleh putranya yang masih kecil yakni Cheng
Wan. Karena masih kecil maka dalam menjalankan pemerintahan
didampingi seorang wali yang bernama Chou Kung. Pada masa
pemerintahan Chou Kung ini berkali-kali Cina mendapat serangan
yang dilakukan oleh orang-orang barbar (bangsa Hsiung Nu).

Pada abad ke-8 dan ke-9 SM kekuasaan Chou Barat makin


merosot, kerajaan Chou terpecah-pecah menjadi kerajaan-
kerajaan kecil. Raja terakhir Chou Barat ialah Yu Wang yang
lemah tapi kejam. Pada masa Yu Wang inilah Chou Barat
mengalami keruntuhan. Setalah Yu Wang, tampilan P’ing, yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahanya ke timur, maka
mulailah masa Chou Timur.

B. Chou Timur (771-221 SM)

Setelah Ping memeritah maka ibukota dipindahkan dari Chang An


ke Loi atau Loyang. Perpindahan ibukota ini dimaksudkan untuk
menghindari serangan dari bangsa barbar. Bagaimanapun setelah Chou
Barat mengalami keruntuhan, Chou Timur tidak mengalami kebesaran

4
bahkan sebaliknya semakin merosot. Masa ini kekuasaan daerah makin
besar, walaupun kekuasaan pusat masih diakui. Dengan demikian pada
masa Chou Timur ini terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan
masyarakat, yakni :

a. Meningkatnya kedudukan para pedagang


b. Naiknya kedudukan para penguasa daerah, sedang di lain pihak
merosotnya kekuasaan pemerintahan pusat.

Di masa itu kemudian terjadi perubahan antar vassal, sebab pada


masa itu di Cina terdapat banyak vassal seperti Ch’I, Ch’u, Ch’in, Po,
Sang, Yen dan Chou sendiri sebagai pemerintah pusat. Perubahan sosial
di Cina terus berlangsung, eperti feodalisme mengalami kehancuran, dan
muncul ide-ide baru di dalam bidang filsafat. Negara vassal yang kuat
menyerang yang lemah, masing-masing saling memperkuat diri, maka
teknik organisasi dan kemiliteran semakin maju. Dalam kondisi yang
demikian dapat dinamakan masa permulaan dari zaman : “The
Independent and Contending States” dan sesudah itu (403 SM)
merupakan masa : “The Warring States”.

1. Perubahan - perubahan masa Kung Sun Yang

Di antar vassal yang terkuat pada masa itu ialah Ch’in dengan
tokohnya Kung Sun Yang (sering disebut Shang Yang), yakni perdana
mentri dari Ch’in. ia banyak mengadakan pembaharuan dalam
pemerintahan dalam pemerintahan, ia mengusulkan kepada Pangeran
Hsiao (raja Ch’in) agar dilakukan perubahan-perubahan seperti :

a. Dihapuskanya sistem peminjaman tanah, tanah tersebut kemudian


dikerjakan oleh para petani setengah budak.
b. Sistem feodal dihapus, rakyat diberi hak memiliki tanah dan rakyat
diizinkan membuka tanah-tanah baru untuk pertanian.
c. Pemberian kedudukan tidak lagi atas dasar keturunan, tetapi atas
dasar kecakapan.
d. Di wilayah Ch’in yang luasa di bagi dalam distrik-distrik dan kepala
distrik ditunjuk oleh raja (Hsiao)

5
e. Orang-orang yang telah berkeluarga supaya membentuk rumah
tangga sendiri dan tiap-tiap rumah tangga dianjurkan membayar
pajak.

Ketentuan-ketentuan tersebut semula ditentang oleh para


bangsawan, namun akhirnya Pangeran Hsiao berhasil menetapkanya.
Kerajaan Ch’in menjadi kuat dalam bidang kemiliteran, karena
menggunakan tentara berkuda (geraknya kuat dan lincah). Hal ini
dikenal dari para pengembara yang tiap kali masuk ke wilayah Ch’in.

Pada masa ini penguasa-penguasa daerah sudah berani


menggunakan gelar Wang (Raja Kecil) sehingga kekuasaan mereka
semakin besar, sebaliknya kekuasaan pusat semakin merosot.
Sesudah Nan Wang penguasa terakhir dari Dinasti Chou meninggal
untuk sementara Chou masih tetap bertahan dan baru pada tahun 249
SM Chou ditaklukan oleh Ch’in. sementara itu Ch’in berusaha untuk
menaklukan lawan-lawanya, lawan kuat yang terakhir adalah Ch’i dan
Ch’i baru dapat dikalahkan oleh Ch’in di bawah pimpinan Cheng pada
tahun 221 SM, selanjutnya Ch’in berhasil menguasai seluruh Cina.

2. Keadaan Masyarakat pada Masa Chou Timur

Dengan adanya penemuan besi di Cina, maka terjadilah


perubahan secara besar-besaran dalam pembuatan alat-alat
khususnya dalam bidang pertanian. Alat-alat makin maju, maka
pertanian juga makin berkembang, produksi bertambah banyak dan
perdagangan makin meluas.munculah golongan baru dalam
masyarakat yakni golongan menengah yang terdiri dari kaum
pedagang. Dengan munculnya golongan pedagang, maka terjadilah
kemunduran feodalisme. Karena ekonominya yang kuat mereka tidak
mau terikat lagi oleh adat lama. Dengan demikian kedudukan kaum
bangsawan menjadi pudar. Di samping kekayaan, kepudaran
kebangsawanan ini dikarenakan adanya sistem warisan yakni hanya
anak laki-laki yang pertama yang berhak penuh menjadi bangsawan.
Hal ini mengakibatkan banyak anak bangsawan yang kemudian
menjadi orag biasa.

6
Di samping adanya perubahan-perubahan seperti tersebut di
atas, di masa Chou Timur ini juga terjadi perkembangan di bidang
filsafat. Munculah ajaran-ajaran baru sebagai akibat adanya kericuhan
yang sudah tidak tertahankan lagi. Munculah pemikir-pemikir ulung di
bidang filsafat, seperti Kung Fu Tzu, Mo Ti dan Lau Tzu. Ketika pemikir
ulung ini disebut : “Three Father of Chinese Philosophy”.

3. Munculnya Tokoh-Tokoh Filsafat


a. Khung Fu Tzu (551-479 SM)

Khung Fu Tzu dalam bahasa Tionghoa, sedangkan orang-


orang Barat menyebutnya Konfusius. Ia dilahirkan pada tahun 551
SM di daerah Lu, provinsi Shatung. Lu adalah negeri kecil yang
berpemerintahan baik dan teratur, dengan Chu-fu sebagai
pusatnya.

Sejak kecil Kung Fu Tzu senang bermain upacara-


upacaraan, seakan-akan ia turut berkorban. Ketika ia berumur 17
tahun, ia telah menjadi pegawai penilik pekerja kebun umum dan
lumbung. Pada umur 22 tahun, pekerjaan ditinggalkan dan mulai
pekerjaan baru yakni mengajar. Sebelum Konfusius yang berhak
menerima pelajaran hanyalah anak pendeta dan anak-anak
bangsawan, maka pada masa itu siapa saja diperbolehkanya.
Selain mengajarkan pelajaran-pelajaran yang bersifat tradisioal
seperti menulis, berhitung, music, upacara keagamaan, juga
mengajarkan ilmu politik.

Ajaranya biasa disebut Ju Chia (Kung Chia), orag banyak


menyebutnya Konfusianisme. Pokok-pokok ajaranya terletak pada
Li, Rend an I, maka dunia akan damai. Apa itu Li, Rend an I?

Li adalah adat istiadat, menurut Khung Fu Tzu, ini harus


dipegang teguh lebih dulu supaya masyarakat tenang. Sesuai
dengan ajaran Li, maka orang itu harus mengetahui dirinya dan
menempatkan dirinya pada tempatnya. Ada 5 hubungan yang dapat
dipertimbangkan paling utama, yakni :

7
1) Bagaimana hubungan antara penguasa dengan yang dikuasai?
2) Bagaimana hubungan antara orang tua dengan anak?
3) Bagaimana hubungan antara suami dengan istri?
4) Bagaimana hubungan antara saudara tua dengan saudara
muda?
5) Bagaimana hubungan antara teman dengan teman?

Sebagai contoh orang tua harus member teladan tindakan


yang baik bagi anak-anaknya dan bertindak bijaksana. Sebaliknya
anak-anak harus patuh dan meluhurkan orang tuanya.

Kung Fu Tzu berpendapat bahwa manusia pada dasarnya


baik, hanya karena nafsu-nafsu maka muncul perbuatan-perbuatan
yang tidak baik. Oleh karena itu penting untuk mengendalikan hawa
nafsu agar jangan timbul perbuatan jahat. Maka kalau masyarakat
memegang teguh Li, dengan sendirinya kejahatan dan keburukan
tidak akan terjadi.

Ren, yakni peri kemanusiaan, dan I adalah perikeadilan.


Menurut Kung Fu Tzu kalau masyarakat memegang teguh Ren dan
I maka masyarakat akan hidup tentram dan sejahtera. Ini semua
merupakan usaha Kung Fu Tzu untuk menghentikan peperangan.

Pengajaranya banyak ditentang oleh kaum bangsawan dan


pendeta, sebab memberikan pelajaran kepada setiap orang.
Sebelumnya pengajaran menjadi monopoli kaum brahmana/
pendeta. Ada yang mengatakan bahwa Kung Fu Tzu orang kolot,
karena menyiapkan para pemuda untuk kehidupan feudal, namun
umum mengatakan bahwa Kung Fu Tzu adalah orang revolusioner
karena mau memperhatikan dan demi rakyat ia mau mengajar ke
daerah-daerah. Setelah Kung Fu Tzu meninggal, ajaranya
dilanjutkan oleh murid-muridnya seperti Hsien Tzu dan Meng Tzu.

Pada zaman ini telah diletakkan dasar kesusastaraan Cina.


Dasar ini ialah apa yang dinamakan “Lima Klasik” dan “Empat
Buku”. Yang dimaksud “Lima Klasik” ialah :

8
1) Shu Ching (Kitab Sejarah), disusun oleh Konfusius bahanya
diambil dari upacara-upacara tertulis dari raja-raja terdahulu.
2) Shing Ching (Kitab Syair), memuat nyanyian-nyanyian dan sajak-
sajak yang dikumpulkan oleh Confusius.
3) I Ching (Kitab Perubahan) yang berisi tentang ilmu filsafat. Kitab
ini ditulis oleh Wen Wang.
4) Li Chi (Kitab Adat), yang berisi tentang adat istiadat masayarakat
Cina.
5) Ch,un Ch,in (Catatan musim semi dan musim rontok), berisi
sejarah kerajaan daerah Lu. Buku ini dianggap sebagai buah
tangan Confusius.

Kelima kitab tersebut dipandang suci oleh Confusius.


Sedangkan yang dimaksud dengan “Empat Buku” ialah :

1) Lun Yu, yang berisi tentang pemikiran-pemikiran Confusius.


2) Meng Tze, yang membentangkan tentang masalah-masalah
kebijaksanaan.
3) Ta Hsueh (Ajaran Besar), yang membentangkan tentang
etika/kesusilaan.
4) Chung Yung, yang berisi tentang penuturan hal-hal yang sama
dengan ajaran besar.
b. Mo Ti

Mo Ti disebut Miccius, ialah seorang ahli ilmu filsafat yang


menganjurkan kecintaan umum dan memberantas peperangan.
Ajaranya disebut Mo Chiao, kitab sucinya disebut Mo Chia. Pokok
ajaranya berdasarkan pada Chien Ai, yang dimaksud ialah cinta
universal.

Mo Ti berpendapat bahwa kebijakan yang palingg besar


adalah melaksanakan Chien Ai. Dalam ajaran Chien Ai orang
hendaknya mencintai semua orang tanpa perbedaan. Dengan
sendirinya pasti akan dicintai, maka masyarakat akan damai dan
tentram.

c. Lao Tze

9
Lao Tze hidup sezaman dengan Kung Fu Tzu. Nama yang
sebenarnya adalah Li Erl, sedangkan Lao Tze berarti pujangga Lao.
Ajaranya disebut Tao China, sedangkan kitab sucinya disebut Tao
Te Ching. Tao dapat diartika jalan, tetapi juga diartikan kosmik yang
menjadi sumber penghidupan, dimana manusia menyelesaikan
hidupnya. Ajaran Lao Tze berpokok pada Tao Wang, yang
dimaksud sedapat mungkin manusia jangan mengekang jalanya
alam. Lalu bagaimana? Caranya ia harus melaksanakan U Wei
atau Wu Wei, yakni tidak berbuat atau bertindak. Filsafat Taoisme
mengajarkan kepada setiap orang agar mau “menerima nasib”.

Menurut ajaran Lao Tze ini orang harus dijauhkan dari


keinginan untuk berpengetahuan dan berpendidikan. Hal ini
bertentangan dengan ajaran Konfusius dan Mo Ti. Oleh karena itu
Lao Tze termasuk paham yang pesimis, sedangkan Konfusius dan
Mo Ti termasuk paham yang optimis.

2.2 DINASTI CH’IN (221-207 SM)

Dalam waktu 30 tahun setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal


Ch’in telah berhasil menaklukan 6 negara vassal yang lain di bawah
pimpinan Ch’eng, selanjutnya berhasil mendirikan Dinasti Ch’in. setelah
menjadi penguasa Ch’eng menggunakan gelar Shih Huang Ti (Ch’in Shih
Huang Ti).

Memang raja Ch’eng menganggap dirinya lebih kuat dari Tiga Raja
dan Lima Kaisar (San Huang Ti = Tiga Huang dan Lima Ti), untuk
menunjukkan kebijaksanaanya dan kepandaianya ie menggunakan gelar
Huang Ti, di mana dalam gelar ini terhimpun gelar Tiga Raja dan Lima
Kaisar tersebut. Sebutan Huang Ti pada umumnya sama dengan kaisar.
Oleh karena itu dinasti ini penting dalam sejarah Cina, karena dinasti ini
berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang dapat
berlangsung sampai dengan awal abad ke-20. Di bawah pemerintahan Shih
Huang Ti, seluruh Cina berhasil dipersatukan.

Seumur hidupnya Shih Huang Ti memperlihatkan tenaga kerja yang


jarang terdapat dalam keluarga raja-raja. Ia dilukiskan sebagai berikut : “Raja

10
Negara Ch’in adalah seorang yang berhidung besar, bermata besar dan
mempunyau dada seekor buung elang, suaranya seperti seekor anjing
hutan, iia sedikit sekali menaru rasa kasihan dan ia berani seperti seekor
harimau atau seekor serigala”.

Shih Huang Ti memegang kendali pemerintahan sejak berumur 13


tahun. Keberhasilan Shih Huang Ti mempersatukan seluruh Cina. Pertama,
karena Negara Ch’in terletak diantara Shensi dan Kansu, letak yang sangat
strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit untuk diserang.
Kedua, karena ia mempunyai banyak ahli tata Negara yang pandai, seperti
Hertog Mu, Hertog Hsiao, Shang Yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze, dan Li Ssu.

Memang pada masa ini, di Ch’in banyak orang-orang pandai dibidang


pemerintahan. Berdiriny Dinasti Ch’in membuka lembaran baru dalam
sejarah Cina. Dinasti Ch’in di bangun di atas konsepsi ajaran golongan
legalitas dibawah pimpinan perdana Menteri Shang Yang, hingga kerajaan
Ch’in lebih kuat. Pada tahun 214 SM Ch’in telah berhasil mengadakan
ekspansi ke Chekiang, Fukien dan Kwangtung sampai di sungai merah di
Indocina. Tahun 215 SM ekspansi dilanjutkan ke daerah-daerah Hunan,
Szechuan, Kweichow bahkan sampai ke Korea.

Penasehat utama Ch’in Shih Haung Ti ialah Li Ssu, murid Shun Tze.
Yang diingat oleh Li Ssu dari ajaran-ajaran gurunya hanya bagian yang
menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan ia berharap
memperbaiki itu bukan dengan memberikan pelajaran melainkan dengan
menggunakan hukuman-hukuman yang berat.

Tindakan-Tindakan Ch’in Shih Huang Ti :

1. Untuk menahan serangan dari luar atau serangan dari bangsa barbar
(bangsa Hsiung Nu), maka Ch’in Shih Huang Ti membuat tembok besar
yang terkenal dengan nama “Great Wall” (Tembok Raksasa : Wan Li
Chang Cheng). Panjang tembok kurang lebih 10.000 li (kurang lebih
6.450 km). tembok ini memanjang dari barat daya yakni dari wilayah
Kansu, melintasi sungai Hoang Ho dan masuk wilayah Mongolia Dalam,
terus menembus kea rah selatan ke Shensi dan Hopi dan membelok kea
rah timur sampai ke Teluk Liaotung di Lautan Pasifik.

11
2. Menghapuskan feodalisme dan membetuk pemerintahan yang bersifat
sentralisasi. Seluruh Cina dibagi menjadi daerah-daerah propinsi, yang
masing-masing dikuasai oleh seorang gubernur.
3. Mengadakan pembakaran terhadap buku-buku kuno karya Confusius
kecuali buku-buku tentang pertanian, pengobata dan ramalahn.
4. Mengadakan penyeragaman tulisan-tulisan di seluruh Cina.
5. Mengadakan penyeragaman ukuran-ukuran, timbangan-timbangan,
perkakas pertanian, ukuran roda dan sebagainya.
6. Membuat jalan raya yang men ghubungkan Pusat dan daerah-daerah,
membuat jembatan-jembatan dan saluran-saluran. Yang terkenal sekali
ialah yag dinamakan “Jalan Kerajaan”, yang melewati daerah Sungai
Kuning dan lembah Sungai Yangtze Kiang. Jalan ini disebut “Jalan Lurus”
7. Untuk menjaga supaya tidak terjadi pemberontakan dari bawah atau
daerah, maka benteng-benteng di daerah yang tidak digunakan untuk
pertahanan dimusnahkan.

Pada tahun 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia, hal ini terjadi
sedang dalam perjalanan (inspeksi). Hal meninggalnya kaisar dirahasiakan
selama rombongan belum sampai ke istana (dikhawatirkan akan timbul
pemberontakan) sebab pada masa pemerintahanya penuh dengan
kekejaman dan kebengisan. Untuk mengelabuhi orang banyak, maka
seorang hamba istana didudukkan dalam suatu kereta tertutup yang memuat
peti jenazah kaisar berlaku sebagai Shih Huang Ti dalam perjalanan menuju
ke istana dengan memberikan jawaban-jawaban atas laporan-laporan para
opsir.

Segera setelah Shih Huang Ti meninggal, mulailah timbul suatu


komplotan. Memang sebelum ia meninggal sebenarnya telah menulis
sepucuk surat kepada putra sulungnya, yakni Fu Ssu yang ketika itu berada
di perbatasan utara sebagai orang buangan (sebagai mandor dalam
pembuatan Tembok Raksasa karena menentang ayahnya menghukum para
sastrawanyang tidak mau menyerahkan bukunya untuk dimusnahkan).
Dengan surat itu sebenarnya Shih Huang Ti mengangkat putra sulungnya
sebagai pengganti. Akan tetapi karena pada masa itu timbul komplotan yang
terdiri dari Li Ssu (penasehat utama Shih Haung Ti) dan Chao Kao membuat
surat palsu yang ditujukan kepada Fu Ssu agar supaya bunuh diri.

12
Selanjutnya komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang
mengangkat putra kedua, yakni Hu Hai sebagai penggantinya. Putra
keduanya inilah yang menaiki singgasana dengan gelar “Erl Shih Huang Ti”,
yakni kaisar kedua, suatu gelar yang digunakan menurut Shih Huang Ti,
yang ingin melihat sejarah Tiongkok dimulai dengan kejayaanya dan ia
sendiri sebagai kaisar pertama, putranya sebagai kaisar kedua dan cucunya
sebagai kaisar ketiga dan seterusnya.

Erl Shih Huang Ti, ternyata dalam hal kesombongan dan pembawaan
sama dengan ayahnya, akan tetapi tidak cakap dan bahkan dibawah
pengaruh Chao Kao. Dengan demikian orang yang berpengaruh saat itu
ialah Chao Kao dan Li Ssu. Namun di istana akhirnya timbul kekacauan
akibat pemalsuan surat wasiat. Selanjutnya Chao Kao membunuh
pembantu-pembantu Shih Haung Ti seperti Meng Tien, dan Li Ssu.
Bersamaan dengan itu di daerah muncul suatu pemberontakan dibawah
pimpinan Chen She. Adapun latar belakangnya, rombongan mereka datang
terlambat untuk membuat tembok di daerah utara. Padahal ada sanksi, siapa
yang datang terlambat akan dihukum, maka rombongan ini memutuskan
sebelum hukuman dijatuhkan lebih baik mereka memberontak lebih dulu.
Pemberontakan akhirnya dapat dipadamkan, namum kemudian pada tahun
207 SM Erl Shih Huang Ti di bunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya
diangkatlah cucu Shih Haung Ti yakni Tze Ying.

Setelah Tze Ying menaiki singgasana, ia mengetahui perbuatana-


perbuatan Chao Kao yang begitu keji, maka akhirnya ia memerintahkan
untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Dengan ini berarti situasi
kerajaan menjadi semakin kacau. Kekacauan ini kemudian digunakan untuk
kaum pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan dibawah
pimpinan Hiag Yu berhasil membunuh Tze Ch’in. biarpun Sih Huang Ti
berusaha sekuat tenaga agar Tiongkok (Cina) tetap diperintah oleh
keturunanya, namun dinastinya hanya bertahan 15 tahun.

Sementara itu terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu


dengan Liu Pang dan berakhir dengan kesemenangan Liu Pang dan berhasil
mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Han.

13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cina merupakan sumber peradaban bagi wilayah-wilayah
disekitarnya. Korea, Jepang, Taiwan, Indo-Cina, Semenanjung Malaya,
Mongolia, Tibet, dan Asia Tengah. Cina merupakan suatu bangsa yang
memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di dunia. Bahkan kekaisaran Cina
sebagai sebuah bentuk pemerintahan politik yang diwariskan secara estafet
dalam sistem kedinastian nyaris tanpa putus, Cina di masa kuno diperintah
oleh berbagai dinasti secara bergiliran, dimulai dari Dinasti Chou dan Dinasti
Ch’in. Dinasti Chou dibagi menjadi 2 bagian yaitu Chou Barat dan Chou
Timur dimana pada masa itu Chou Barat berkuasa dari tahun 1046-771 SM,
Chou Timur berkuasa pada tahun 771-221 SM. Masa pemerintahan Dinasti
Chi’in yang berkuasa pada tahun 221-207 SM.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini penulis mengharapkan pembaca


dapat lebih memahami tentang China masa kuno serta diansti-dinasti yang
memerintah. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan,

15
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR LITERATUR

Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur I. Jakarta: Penerbit Ombak.

http://ayudindapandansari.web.unej.ac.id/2015/10/11/the-history-of-china/

https://kumparan.com/potongan-nostalgia/kekuasaan-baru-dataran-tiongkok
oleh-dinasti-chou/full

https://pendidikanmu.com/2020/09/peradaban-cina-kuno.html

16

Anda mungkin juga menyukai