Kerajaan Kerajaan Islam Di Indonesia (Kelompok 10)
Kerajaan Kerajaan Islam Di Indonesia (Kelompok 10)
PEMBAHASAN
2. Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan
Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura sekarang di
merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa.
Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasaan dan kebesarannya kemudian
diambil oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau Raja pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal
dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak ketiga, Sultan
Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang, setelah
sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa Pajang
itu, menurut Babad, dibangun dengan mencontoh kraton Demak.
Pada tahun 1546 Sultan demak meninggal dunia. Setelah itu muncul
kekacauan di ib u kota. Konon Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa Pajang
itu dengan segera mengambil alih kekuasaan karena anak Sulung Sultan
Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan, susuhunan Prawoto, dibunuh
oleh kemenakannya, Aria Penangsang yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang
(Bojonegoro).
Setelah itu ia memerintahkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan
ke Pajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau Jawa ia bergelar
Sultan Adiwijaya. Pada masanya sejarah Islam di Jawa mulai dalam bentuk baru,
titik politik pindah dari pesisir (Demak) ke pedalaman. Peralihan pusat politik itu
membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di
Jawa.
Sultan Adiwijaya memperluas kekuasaanya di tanah pedalaman ke arah
timur sampai daerah Madiun, di aliran anak sungai Bengawan Solo yang terbesar.
Setelah itu secara berturut-turut ia dapat menundukkan Blora (1554) dan Kediri
(1577). Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan Islam
dari raja-raja terpenting di Jawa Timur. Pada umumnya hubungan antara keraton
Pajang dan raja-raja Jawa Timur memang bersahabat.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusasteraan dan kesenian keraton
yang sudag maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa.
Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir menjalar dan tersebar ke daerah
pedalaman.
Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1587 dan dimakamkan di Butuh, suatu
daerah disebelah Barat Taman Kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunya,
Aria Pangiri, anak sesuhunan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu Aria Pangiri
menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di Kraton Pajang, Aria Pangiri
dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawahnya dari Demak. Sementara itu, anak
Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa, dijadikanpenguasa di Jipang.
Pangeran muda ini, karena tidak puas dengan nasibnya ditengah-tengah
lingkungan yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati,
penguasa Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588,
usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa menyerahkan
hak atas warisan ayahnya kepada Senopati. Akan tetapi Senopati menyatakan
keinginannya untuk tetap tinggal di Mataram, ia hanya meminta pusaka kerajaan
Pajang. Mataram ketika itu memang sedang dalam proses menjadi sebuah
kerajaan yang besar. Pangeran Benawa kemudian dikukuhkan sebagai raja Pajang,
akan tetapi berada dibawah perlindungan kerajaan Mataram. Sejak itu Pajang
sepenuhnya menjadi berada dibawah kekuasaan Mataram.
3. Kerajaan Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang
meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman
untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai
hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki
Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati istana barunya di
Mataram. Dia digantikan oleh puteranya Senapati, tahun 1584 dan dikukuhka oleh
Sultan Pajang. Senopatilah yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama,
setalah Pangeran Benawa, Anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas
pajang kepada Senapati. Meskipun Senapati meolak dan hanya meminta pusaka
kerajaaan, diantaranya Gong Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai Macan Guguh, dan
Pelana Kiai Jatayu. Namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka
itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.
Senapati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan
Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur
sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat,
peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian
daripadanya.
Senapati mninggal dunia tahun 1601 M, dan digantikan oleh puteranya Seda
Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Seda Ing Krapyak
digantikan puteranya Sultan Agug yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun
1619, seluruh Jawa Timur praktis sudahdibawah kekuasaannya. Di masa
Pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antara kerajaan
Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, sulan Agung
menetapkan Amngkurat I sebagai putera mahkota. Sultan Agung wafat tahun
1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantikan putera mahkota.
Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda konflik. Dalam
setiap konflik, yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung oelh para
ulama yang bertolak dari keprihatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya
adalah menumpas pendukug Pangeran Alit dengan membunuh bnayak ulama
yang dicurigai. Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar
5000-6000 ulama ,erasa tidak memerlukan titel Sultan. Pada tajun 1677 M dan
1678 pemberontkan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden
Kajoran. Pemberontkan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan
runtuhnya Kraton Mataram.
4. Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaanIslam pertama di Jawa Barat. Kerajaan
ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati.
Diawal abad ke-16 masih merupakan sebuah daerah kecil idbawah
kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru
labuhan disana, bernama Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang
meempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan
Cirebon, ia sudah menganut agama Islam. Disebutkan oleh Tome Pires, Islam
sudah ada di Cirebon sekitar 1470-1475 M. Akan tetapi, orang yang berhasi
meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayat yang
terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Pangeran
Walangsungsang. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga
Banten.
Sebagai keponakan dari Pangerang Walangsungsanng, Sunan Gunung jati
juga mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Raja dimaksud adalah
Prabu Siliwangi, raja Sunda yang berdudukan di Pakuan Pajajaran, yang menikah
dengan Nyai Subang Larang tahun 1422. Dari perkawinannya itu lahirlah tiga
orang putera, masing-masing Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santangm dan
Raja Sengara. Sunan Gunung Jati adalah putera Nyai Lara Santang dari
perkawinannya dengan Maulana Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari Bani
Hasyim, ketika Nyai itu naik haji.
Disebutkan Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat pada 1568 M
dalam usia 120 tahun. Karena kedudukannya sebagai Wali Osngo, ia mendapat
penghormatan dari raja-raja lain di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah
Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan
Pajajaran, Sunung Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaaan Pajajaran yang
belum meganut agama Islam.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah
lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (galuh), Sunda Kelapa
dan Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdangangan kaum Muslimin
di Banten diletakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun 1524 atau 1525 M. Ketika
kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanuddin.
Sultan inilah yang menurunkan raja-raja Banten. Ditangan raja-raja Banten
tersebut, akhirnya kerajaan pajajaran dikalahkan. Atas prakarsa Sunung Gunung
Jati melakukan penyerangan ke Sunda Kelapa dilakukan (1527 M) Penyerangan
ini dipimpin oleh Falatehan dengan bantuan tentara Demak.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oelh cicitnya yang terkenal
dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan ratu wafat tahun
1650, dan digantikan oleh puteranya yang bergelar Panembahan Girilaya.
Keutuhan Cirebon sebagai Stu kerajaan hanya sampai Girilaya.
Sepeninggalanya, sesuai dengan kehedaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua
puteranya, Martawijaya atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau
Panembahan Anom, Panembahan Sepuh mempimpin Kesultanan Kasepuhan
sebagai rajanya yang pertama dengan gelar Samsuddin, sementara Panembahan
Anom memmimpin kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin.
5. Kerajaan Banten