Anda di halaman 1dari 17

INVESTASI DAN KEUANGAN

BERDASARKAN MUDHARABAH
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : NAZILA WAHYUNI
M. RAUZA FAUZAN
UNIT/SMESTER : IV / VI
PRODI : S-1 HES
PEMBIMBING : M. RIDHA, ME

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH


PERGURUAN TINGGI ISLAM
AL-HILAL SIGLI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia
yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan
baik, shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw.
pembawa risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat
manusia didunia dan diakhirat.

Makalah ini membahas tentang“Investasi dan Keuangan berdasarkan


Mudharabah ”. Kami sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan, maka dari ini saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah
SWT. Amiin

Sigli, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN............................................................................2
A. Pengertian Bank Syariah ..........................................................2
B. Karakteristik dan Fungsi Investasi Perbankan Syariah ...........4
C. Produk-produk Investasi Perbankan Syariah ...........................5
D. Investasi pada Perbankan Syariah ...........................................8
E. Peran Perbankan Syariah sebagai Nadzir ................................10

BAB III : PENUTUP.....................................................................................12


A. Kesimpulan...............................................................................12
B. Saran.........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini semakin banyak bermunculan bank-bank yang menggunakan
sistem syariah. Bahkan tidak sedikit bank-bank syariah saat ini merupakan hasil
konversi dari bank-bank konvensional yang mencoba sebuah alternatif lain untuk
mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya.
Terdapat sejumlah alasan mengapa perbankan konvensional yang ada
sekarang ini mulai melirik untuk menggunakan dan mengembangkan sistem
syariah, diantaranya adalah pasar potensial yang besar, karena mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam dan semakin tingginya kesadaran masyarakat
muslim untuk berperilaku secara Islami termasuk didalamnya yaitu aspek
muamalah atau berniaga.
Dalam hal ini masyarakat mendapatkan pilihan kepada sistem keuangan
berbasis syariah yang sesuai dengan kebutuhannya. Di samping itu, masyarakat
memiliki alternatif lain dalam melakukan aktivitas keuangannya. Hal tersebut
memberi dampak akan kebutuhan bank syariah yang semakin tinggi.
Bank syariah hanya membayar bagi hasil kepada nasabahnya sesuai dengan
marjin keuntungan yang diperoleh bank, dengan sistem ini bank syariah tidak
akan mengalami negative spread. Hal inilah yang menjadi pendorong
berkembangnya perbankan syariah di negara-negara yang penduduk muslimnya
minoritas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian bank syariah?
2. Bagaimana karakteristik serta fun gsi investasi dalam perbankan syariah?
3. Bagaimana penerapan investasi pada produk bank syariah?
4. Bagaimana penerapan investasi pada bank syariah?
5. Bagaimana peran nadzir dalam pelaksanaan investasi pada perbankan
syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Menurut UU Perbankan No.7 tahun 1998 dijelaskan yang dimaksud dengan
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. (Pasal 1 ayat 1). Sedangkan yang dimaksud dengan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.(ayat 2). 1 Berkaitan
dengan fungsi bank, paling tidak ada dua fungsi yang cukup mendasar, yaitu
fungsi perantara (intermediation role) dan fungsi transmisi (tranmision role).
Fungsi perantara adalah penyediaan kemudahan untuk aliran dana dari mereka
yang mempunyai dana nganggur atau kelebihan dana selaku penabung
(saver) atau pemberi pinjaman (lender) kepada mereka yang memerlukan atau
kekurangan dana untuk memenuhi berbagai kekurangan untuk berbagai
kepentingan peminjam (borrower). Sedangkan fungsi transmisi berkaitan dengan
peranan bank dalam hal lintas pembayaran dan peredaran uang dengan
menciptakan instrumen keuangan seperti penciptaan uang kartal, uang giral dan
lain-lain.
Secara filosofis, bank syariah adalahpendapatan  bank yang aktivitasnya
meninggalkan masalah riba.2 Dengan demikian, penghindaran bunga yang
dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa
ini. Belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar guna
menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan
dan keuangan yang sesuai dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya
membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap

1 Abdur Rohman, Etika Bisnis Islam, (Madura: 2015), 144.


2 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2010), 4.
pertumbuhan ekonomi, alokasi, dan distribusi. Oleh karena itu, mekanisme
perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah. Perbankan
syariah didirikan didasarkan pada alasan filosofis maupun praktik. Alasan
filosofisnya adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan maupun non
keuangan berdasarkan dalam surat QS .Al-Baqarah yang artinya “Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Dan alasan praktisnya adalah
sistem perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung beberapa
kelamahan yaitu sebagai berikut:
1. Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis.
Dalam bisnis, hasil yang diperoleh setiap perusahaan selalu tidak pasti.
Peminjam sudah berkewajiban untuk membayar tingkat bunga yang
disetujui.
2. Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan
kebangkrutan. Hal ini menyebabkan hilangnya potensi produktif
masyarakat secara keseluruhan, selain dengan pengangguran sebagian
besar orang. Lebih dari itu, beban utang makin menyulitkan upaya
pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.
3. Komitmen bank untuk keamanan uang deposan berikut bunganya
membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya. Oleh
sebab itu, demi keamanan bank hanya mau meminjamkan dana bagi bisnis
yang sudah benar-benar mapan atau kepada orang yang sanggup menjamin
keamanan pinjamannya.
4. Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh
usaha kecil. Usaha besar dapat mengambil risiko untuk mencoba teknik
dan produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai
sandaran bila ternyata ide barunya itu tidak berhasil. Sebaliknya, usaha
kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk itu mereka harus
membutukan pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada
jalan lain bagi mereka kecuali harus membayar kembali pinjaman berikut
bunganya sehingga bisa saja mereka menjadi bangkrut.
5. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecil
bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga
mereka. Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur
dengan kriteria ini. Jadi, bank yang bekerja dengan sistem ini tidak
mempunyai insentif untuk membantu usaha yang berguna bagi masyarakat
dan para pekeja. Sistem ini menyebabkan misallocation sumber daya
dalam masyarakat islam.
Dari beberapa kelemahan sistem perbankan konvensional tersebut, maka
perbankan syariah diharapkan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan
produk sesuai dengan teori perbankan syariah. Jika kebebasan ini dapat
diwujudkan, secara ideal akan memberikan manfaat yaitu :
a. Terpeliharanya aspek keadilan bagi para yang bertransaksi.
b. Lebih menguntungkan dibanding perbankan konvensional.
c. Dapat memelihara kestabilan nilai tukar mata uang karena selalu terkait
dengan transaksi riil.
d. Tranparansi menjadi sifat yang melekat (inheren).
e. Memperluas aplikasi syariah dalam kehidupan masyarakat Muslim.

B. Karakteristik dan Fungsi Investasi Perbankan Syariah


Perbankan  syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan pada
prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Berikut karakteristik investasi dari perbankan syariah:
1. Modal sebagai penentu keputusan
2. Waktu yang tepat mengambil keputusan
Sedangkan fungsi dari perbankan syariah adalah:
a. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
d. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada angka (2) dan
angka (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Produk-produk Investasi Perbankan Syariah


Penerapan prinsip syariah dalam sebuah investasi diharuskan. Hal tersebut
agar setiap prinsip serta fungsi perbankan syariah tetap terlaksana sebagai mana
mestinya. Dalam pelaksanaanya prinsip investasi perbankan syariah diterapkan
pada produk pendanaan yang berdasarkan pola bagi hasil serta pada produk
pembiayaan investasi. Produk pendanaan yang mengguanakan prinsip investasi
sendiri ada 4 yakni, tabungan mudharabah, deposito/investasi umum (tidak
terikat), deposito/investasi khusus (terikat), dan sukuk al-mudharabah. Sementara
itu dalam pelaksanaan pembiayaannya diterapkan menggunakan
prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna, ijarah, ijarah muntahiya
bi tamlik.
Berikut adalah penjelasan mengenai produk pendanaan yang berdasarkan
prinsip investasi pada perbankan syariah:
1. Tabungan mudharabah
Tabungan dalam bank sayariah menggunakan akad wadi’ah yang hampir
sama dengan giro namun kurang leluasa seperti giro karena dapat diambil dengan
cek. Dalam wadi’ah untuk rekening tabungan, bank dapat memberikan bonus
kepada nasabah dari keuntungan yang diperoleh bank karena bank lebih leluasa
untuk menggunakan dana ini untuk tujuan mendapatkan keuntungan.
Konsep qardh yang merupakan pinjaman tanpa tambahan dalam
pengembaliannya, bank mendapat pinjaman tanpa bunga dari deposan.[3] Pihak
bank dapat menggunakan dana ini untuk tujuan mencari keuntungan, dari
keuntungan tersebut pihak bank dapat memberikan bagian keuntungan kepada
deposan berupa uang atau non uang.bagi hasil inilah yang menggunakan prinsip
bagi hasil mudahrabah.
2. Deposito/investasi umum (tidak terikat)
Deposito ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dikarenakan
menggunakan akad ini maka pihak banka dapat mneggunakan dana yang
disimpan oleh nasabah tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang kemudian
akan dibagi dengan deposan tersebut. Bank syariah menerima simpanan deposito
berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi
umum (general investment account) dengan prinsip mudharabah al-
muthlaqah (URIA: Unrestricted Investment Account).3  Rekening investasi seperti
ini lebih bertujuan untuk mencari keuntungan dibandingkan dengan
mengamankan dananya.
3. Deposito/investasi khusus (terikat)
Apabila dalam investasi umum nasabah tidak menentukan dananya akan
digunakan untuk proyek apa, berbeda dengan depiosito khusus yang menetapkan
dananya akan digunakan pada sektor yang dikehendaki oleh deposan. Nasabah
menetapkan persyaratan tertentu yang harus dipatuhi oleh bank, misalnya dana
digunakan untuk bisnis tertentu, digunakan dengan akad-akad tertentu dan
digunakan untuk nasabah tertentu. Rekening semacam ini biasanya digunakan
oleh investor besar.
4. Sukuk al-mudaharabah
Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh nasabah untuk
melakukan transaksi investasi yakni dengan cara berinvestasi pada sukuk.
Berbeda dengan surat berharga konvensioal yang dapat beredar pada pasar kedua
dengan bebas, sukuk yang merpakan surat berharga syariah hanya dapat dipindah
tangankan sebanyak tiga kali sama. Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan
alternatif sumber dana berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat
digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.

3 Otoritas Jasa Keuangan, Industri Jasa Keuangan Syariah; Seri Litersi Keuangan


Perguruan Tinggi, (Jakarta, 2016), 19.
Berikut adalah penjelasan mengenai produk pembiayaan yang berdasarkan
prinsip investasi pada perbankan syariah:
1. Bagi hasil: mudharabah, musyarakah.
Kebutuhan investasi secara umum dapat dipenuhi dengan pembiayaan
berpola bagi hasil dengan akad mudharabah atau musyarakah. Sebagai contoh,
pembuatan pabrik baru, perluasan pabrik, usaha baru, perluasan usaha, dan
sebagainya. Dengan cara ini bank syariah dan pengusaha berbagi risiko usaha
yang saling menguntungkan dan adil. Agar bank syariah dapat berperan aktif
dalam kegiatan usaha dan mengurangi kemungkinan risiko, seperti moral
hazard (tanggung jawab moril), maka bank dapat memilih untuk menggunakan
akad musyarakah.
2. Jual beli: murabahah, istishna; dan
Kebutuhan investasi sebagiannya juga dapat dipenuhi dengan pembiayaan
berpola jual beli dengan akad murabahah. Sebagai contoh, pembelian mesin,
pembelian kendaraan untuk usaha, pembelian tempat usaha, dan sebagainya.
Dengan cara ini bank syariah mendapat keuntungan marjin jual beli dengan risiko
yang minimal. Sementara itu, pengusaha mendapatkan kebutuhan investasinya
dengan perkiraan biaya yang tetap dan mempermudah perencanaan.
Kebutuhan investasi yang memerlukan waktu untuk membangun juga dapat
dipenuhi dengan akad istishna, misalnya untuk industri berteknologi tinggi,
seperti industri pesawat terbang, industri pembuatan lokomotif, dan kapal, selain
berbagai tipe mesin yang dibuat oleh perusahaan atau bengkel besar. Selain itu,
akad istishna juga dapat diaplikasikan dalam industri konstruksi, misalnya,
gedung apartemen, rumah sakit, sekolah, universitas, dan sebagainya.
Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah sebagai berikut:
a. Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran,
mutu, dan jumlahnya.
b. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna’  dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
c. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
3. Sewa: ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik.
Kebutuhan aset investasi yang biayanya sangat tinggi dan memerlukan
waktu lama untuk memproduksinya pada umumnya tidak dilakukan dengan cara
bagi hasil atau kepemilikan karena risikonya terlalu tinggi atau kebutuhan
modalnya tidak terjangkau. Kebutuhan investasi seperti itu dapat dipenuhi dengan
pembiayaan berpola sewa dengan akad ijarah  atau ijarah muntahiyah bit tamlik.
Sebagai contoh, pembiayaan pesawat terbang, kapal, dan sejenisnya. Selain itu,
pembiayaan  ijarah dapat juga digunakan untuk pembiayaan peralatan industri,
mesin-mesin pertanian, dan alatalat transportasi. Dengan cara ini bank syariah
dapat mengambil manfaat dengan tetap menguasai kepemilikan aset dan pada
waktu yang sama menerima pendapatan dari sewa. Penyewa juga mengambil
manfaat dari skim ini dengan terpenuhinya kebutuhannya investasi yang
mendesak dan mencapai tujuan dalam waktu yang wajar tanpa harus
mengeluarkan biaya modal yang besar.

D. Investasi pada Perbankan Syariah


Dalam melaksanakan kegiatan investasi perlu diketahui terlebih dahulu
prinsup yang mendasari adanya investasi secara syariah yakni sebagai berikut:
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun
cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang
haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samarsamar).
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan  investasi haruslah tetap
[ada jalur ayriat yang mengajarkan untuk berinvestasi yang memeberikan manffat
yang lebih besar dibandingkan dengan mudharat yang ditimbulkan. Semua
transaksi yang terjadi harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur
pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Tanpa unsur riba,
tidak bersifat spekulatif serta harus transparan.
Istilah mudharabah merupakan akad yang paling banyak digunakan oleh bank
syariah dalam melaksanakan fungsinya dalam investasi. Mudharabah adalah
perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak perama (shahibul maal)
menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggungjawab atas
pengelolaan usaha.4
Dalam transaksi mudharabah harus memenuhi rukun mudharabah meliputi,
yaitu:
a. Shahibul maal (pemilik dana/nasabah).
b. Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank), amal (usaha/pekerjaan).
c. Ijab dan Qabul.
Dilihat dari kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Mudharabah Muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha
diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan
apapun urusan dalam proyek tersebut, dan tidak terikat dengan waktu,
tempat, jenis, perusahaan, pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada
usaha perbankan syariah diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2) Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana
(shahibul maal) membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam
pengelolaan dana seperti, hanya untuk melakukan mudharabah bidang
tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Bank dilarang
mencampurkan rekening investasi terikat dengan dana bank atau dana
rekening lainnya pada saat investasi. Dalam investasi terikat pihak bank
sebagai agen saja, dan atas kegiatannya akan menerima imbalan berupa
fee. Berikut adalah pola investasi terikat yakni:

4 Hamzah Hafied dan Muhammad Nasir, Lembaga Keuangan Syariah; Teori dan


Penelitian Empiris, (Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika, 2013), 66.
a) Channelling, apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana
dan bank sebagai agen tidak menanggung risiko apapun.
b) Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko
dan hal ini banyak yang menganggap bahwa investasi terikat
executing ini sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip
mudharabah, namun dalam akuntansi perbankan syariah
diakomodir karena dalam praktiknya pola ini dijalankan oleh
bank syariah.

E. Peran Perbankan Syariah sebagai Nadzir


Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Posisi Nazhir sebagai
pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
kedudukan yang penting dalam perwakafan.
Dalam menjalankan kewajibannya sebagai nadzir, terdapat beberapa pola
dalam pelaksanaannya sebagai berikut:
1. BS sebagai Nazhir Pertama , Penyalur dan Pengelola
Pola Bank Syariah sebagai Nazhir Pertama , Penyalur dan Pengelola Pihak
bank merpakan penyalur serta pengelolanya.pihak banki akan menerima wakaf
tunai dari seorang waqif yang kemidian akan diterbitkan akta waqif tunai lengkap
dengan data pemberi waqaf. Kemudian pihak bank akan mengelola dana yang
diterimnya dengan cacatan dana tersebut haruslah dipisahkan dari dana pihak
ketiga lainnya agar lebih mudah dalam mengetahui dana pokok yang ada.
2. Bank Syariah sebagai Nazhir Penerima dan Penyalur
Waqif akan meyerahkan sejumlah uang guna melakukan waqaf, setelah itu
pihak bank syariah akan mengeluarkan surat waqaf. Kemudian dana yang telah
terkumpul akan diserahkan kepada BWI yang akan bekerjasama dengan pihak
ketiga sebagai pengelola dana serta menggandeng Lambaga Pengawas guna
menjaga keamanan dana yang diwaqafkan.
3. Bank Syariah sebagai Pengelola (Fund Manager)
Mekanismenya yakni pihak pewaqaf (wakif) akan meyerahkan dana
waqafnya kepada BWI yang kemudian akan bekerjasama dengan pihak perbankan
syariah dalam pengelolaannya.sebelum itu pihak BWI akan menerbitkan surat
waqaf kepada waqif.
4. Bank Syariah sebagai Kustodi
Pihak waqif akan menyetorkan sejumlah dana kepada bank Syariah
menggunakan rekening BWI. Kemudian BWI akan menerbitkan surat waqaf yang
dititipkan kepada Bank Syariah. Pihak BWI akan juga akan bekerja sama dengan
lembaga penjamin syariah guna menjaga dana waqaf agar tidak sampai lost.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut UU Perbankan No.7 tahun 1998 dijelaskan yang dimaksud dengan
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. (Pasal 1 ayat 1).
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan pada
prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Perbankan syariah
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Dalam pelaksanaanya prinsip investasi perbankan syariah diterapkan pada
produk pendanaan yang berdasarkan pola bagi hasil serta pada produk
pembiayaan investasi. Produk pendanaan yang mengguanakan prinsip investasi
sendiri ada 4 yakni, tabungan mudharabah, deposito/investasi umum (tidak
terikat), deposito/investasi khusus (terikat), dan sukuk al-mudharabah. Sementara
itu dalam pelaksanaan pembiayaannya diterapkan menggunakan
prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna, ijarah, ijarah muntahiya
bi tamlik.
kegiatan  investasi haruslah tetap [ada jalur ayriat yang mengajarkan untuk
berinvestasi yang memeberikan manffat yang lebih besar dibandingkan dengan
mudharat yang ditimbulkan. Semua transaksi yang terjadi harus atas dasar suka
sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau
mendzalimi. Tanpa unsur riba, tidak bersifat spekulatif serta harus transparan.
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Posisi Nazhir sebagai
pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
kedudukan yang penting dalam perwakafan.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini.
kami juga butuh kritik dan saran agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, Abdur. 2015. Etika Bisnis Islam. Madura.

Machmud, Amir Dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori Kebijakan Dan Studi


Empiris Di Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Industri Jasa Keuangan Syariah; Seri Litersi


Keuangan Perguruan Tinggi. Jakarta.

Hafied, Hamzah Dan Nasir, Muhammad. 2013. Lembaga Keuangan Syariah;


Teori Dan Penelitian Empiris. Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika.

Hermanto. 2012. Bentuk Kerjasama Nazhir Dengan Lembaga Keuangan Syariah


Dalam Pengelolaan Wakaf Tunai. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai