Anda di halaman 1dari 3

FAKTO-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISPA PADA BALITA

Disusun Oleh:
Rohani
18010012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MEDIKA SERAMOE


BARAT MEULABOH PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANTAHUN
AJARAN 2021-2022
A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan

organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host

apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Bayi di bawah lima tahun adalah

kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap

berbagai penyakit. ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular

(Probowo, 2012).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

menular dan penyebab kematian yang paling banyak terjadi pada anak di Negara

berkembang. Infeksi saluran pernapasan ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan

kematian pada anak berusia di bawah lima tahun pada stiap tahunnya sebanyak

dua pertiga kematian tersebut adalah bayi. Pneumonia merupakan penyebab

utama kematian balita di dunia. Menurut World Health Organization (WHO)

insiden ISPA di negara seperti Amerika, Afrika dan negara di benua Asia pada

tahun 2016 diperkirakan terjadi kematian di atas 40 per 1000 kelahiran hidup

adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita (WHO, 2016).

Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan adalah akibat ISPA, khususnya pneumonia. ISPA lebih banyak terjadi

di negara berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase masing-


masing sebesar 25%-30% dan 10%-15%. Kematian balita akibat ISPA di Asia

Tenggara sebanyak 2.1 juta balita pada tahun 2010 (Fitri, 2012). India,

Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian

balita akibat ISPA terbanyak (Usman, 2012).

Pada tahun 2017 terdapat dua provinsi yang cakupan penemuan pneumonia

balita sudah mencapai target yaitu DKI Jakarta 98,54% dan Kalimantan Utara

81,39%, sedang provinsi yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah

di provinsi Papua 0,60% (Kemenkes RI, 2017). Pada tahun 2018 data ISPA untuk

kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 12,8% dengan Provinsi terbanyak yaitu Nusa

Tenggara Timur sebesar 18,6%, Provinsi Banten sebesar 17,7% dan Jawa Timur

sebesar 17,2%. Untuk Provinsi Aceh juga memiliki kejadian ISPA balita yang

cukup tinggi yaitu sebesar 10.4% (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Menurut

profil kesehatan Provinsi Aceh tahun 2017 perkiraan kasus pneumonia pada balita

sebesar 10 % dari jumlah balita di wilayah Aceh yaitu sebanyak 45.280 kasus.

Cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2017 sebesar 6 % (2.779 kasus)

(Dinkes Aceh, 2017).

Anda mungkin juga menyukai