Anda di halaman 1dari 14

MODUL NEUROBEHAVIOR

BAGIAN I:
PEMERIKSAAN KLINIK
NEUROBEHAVIOR

(BUKU PANDUAN PESERTA)

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA

2008

1
PENYUSUN

Dr. Diatri Nari Lastri, Sp.S

PENYUSUN PEMBANTU

Prof. Dr. Sidiarto Kusumoputro, Sp.S(K)


Dr. Yustiani Dikot, Sp.S(K)
Dr. Sylvia Francina Lumampouw,Sp.S(K)
Dr. Paulus Anam Ong,Sp.S(K)

Modul ini telah dipresentasikan kepada seluruh Ketua Program


Studi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Para Ketua
Program Studi tersebut adalah sebagai berikut:

Prof. DR.Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) – KPS FK UNUD


Dr. Abdul Muis, Sp.S(K) – KPS FK UNHAS
Dr. Ahmad Asmedi, Sp.S., M.Kes – KPS FK UGM
Dr. Alwi Shahab, Sp.S(K) – KPS FK UNSRI
Dr. Endang Kustiowati, Sp.S(K) – KPS FK UNDIP
Dr. Jofizal Jannis, Sp.S(K) – KPS FK UI
Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) – KPS FK USU
Dr. Saiful Islam,Sp.S(K) – KPS FK UNAIR
Dr. Thamrin Syamsudin,Sp.S(K), M.Kes – KPS FK UNPAD
Dr. Yuliarni Syafrita,Sp.S – KPS FK UNAND

2
1. ALOKASI WAKTU

PENGEMBANGAN KOMPETENSI WAKTU


Sesi di dalam kelas 1 X 2 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi pembimbing 1 minggu (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 3 minggu (facilitation, assessment,
psychomotor)

2. TUJUAN UMUM

Tujuan umum modul pemeriksaan klinik neurobihavior ini adalah sebagai berikut:
 Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami prinsip-prinsip neurobehavior
 Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami jenis-jenis gangguan neurobehavior, termasuk tanda dan gejala
kliniknya
 Menyiapkan peserta didik untuk memiliki professional behavior yang dicirikan
oleh kepakaran medik / pembuat keputusan klinik, komunikator, kolaborator,
manajer, advokasi kesehatan, kesarjanaan, profesional, dan performance
khususnya dalam bidang neurobehavior

3. TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus modul pemeriksaan klinik neurobehavior ini adalah menyiapkan


peserta didik melalui program pelatihan / pengalaman klinik agar memiliki ketrampilan
dalam hal pemeriksaan klinik gangguan neurobehavior secara komprehensif, dengan
rincian sebagai berikut:
 Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinik terhadap pasien dengan
gangguan neurobehavior secara sistematik
 Melakukan analisis kritis terhadap hasil pemeriksaan klinik neurobehavior
 Mampu membuat diagnosis banding, diagnosis klinis dan diagnosis topik ganguan
neurobehavior
 Mampu mengembangkan kemungkinan diagnosis etiologis dan diagnosis
patologis, serta membuat rencana pemeriksaan penunjang untuk mencari dan
menetapkan kedua jenis diagnosis tadi
 Mempunyai kompetensi menyeluruh dan utuh tentang gangguan neurobehavior

3
4. STRATEGI DAN METODA PEMBELAJARAN
 Pembelajaran diselenggarakan di Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit
Lahan / Jejaring Pendidikan
 Metoda pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis kasus (case-
based learning), bedside teaching, dengan memperhatikan aspek-aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif dengan penekanan pada professional behavior.
 Pelatih memberi kuliah dengan topik yang relevan, mutakhir, dengan
memperhatikan evidence-based medicine
 Kuliah pakar diberikan oleh pakar yang berasal dari Departemen Neurologi dan /
atau dari luar Departemen Neurologi
 Pelatih memberi peluang / kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
diskusi, baik antara pelatih dengan peserta didik maupun antarpeserta didik
 Pembelajaran ini difasilitasi oleh seorang atau lebih pelatih yang bertanggung
jawab terhadap penyelesaian modul secara lengkap, sampai dengan evaluasi
pencapaian kompetensi
 Pelatih menyiapkan kasus-kasus yang relevan dengan tujuan pembelajaran
 Peserta didik mengerjakan pre-test, evaluasi ditengah-tengah proses
pembelajaran, dan ujian akhir yang berkaitan dengan kompetensi peserta didik
 Rincian proses pembelajaran, dengan mengacu pada tujuan pembelajaran, adalah
sebagai berikut:
o Tujuan-1: Mengenali keadaan neurobehavior tidak normal, gejala dan tanda
klinik gangguan neurobehavior termasuk gejala dini
 Kuliah dan diskusi interaktif
 Pemutaran video
 Bedside teaching dan pemberian umpan balik
o Tujuan-2: Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis dan berkomunikasi
dengan pasien serta keluarganya berdasarkan nilai-nilai humanisme
 Peserta didik melakukan anamnesis terhadap pasien normal dan gangguan
neurobehavior dan atau keluarganya
 Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi gangguan
neurobehavior berdasarkan anamnesis
 Pelatih memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan-3: Menunjukkan kecakapan dan ketrampilan teknik pemeriksaan
neurobehavior secara efektif dan benar
 Pembimbing menjelaskan tatacara pemeriksaan neurobehavior secara
sistematik dan memperagakan kepada peserta didik
 Peserta didik melakukan pemeriksaan neurobehavior dengan pengamatan
pembimbing
 Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi gangguan
neurobehavior berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan neurobehavior
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan-4: Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik dan
pendekatan diagnostik

4
 Peserta didik menjelaskan gejala dan tanda klinik gangguan neurobehavior
yang dijumpai pada pasien gangguan neurobehavior
 Peserta didik membuat rangkuman hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
neurologis, dan pemeriksaan neurobehavior secara sistematik
 Peserta didik menjelaskan langkah-langkah pembuatan diagnosis banding
dan menjelaskan alasan diagnosis banding yang diusulkan atas hasil
rangkuman
 Peserta didik menjelaskan alasan usulan pemeriksaan penunjang untuk
penegakkan diagnostik etiologik
 Pembimbing memberi umpan balilk kepada peserta didik
o Tujuan 5: Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
 Peserta didik menjelaskan alasan keputusan diagnostik berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik neurologik, pemeriksaan neurobehavior ,dan
pemeriksaan penunjang lainnya
 Peserta didik menjelaskan alasan pemberian terapi farmakologik dan non
farmakologik yang berkaitan dengan diagnosis
 Peserta didik menjelaskan farmakologi obat-obat secara umum
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan 6: Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
 Peserta didik menjelaskan alasan untuk membuat rujukan kepada sejawat
lain di bidang neurologi maupun di luar bidang neurologi
 Peserta didik menginterpretasi hasil / jawaban rujukan dan
menjelaskannya apakah memberi nilai postif untuk penegakan diagnosis
dan / atau terapi
 Peserta didik mengambil keputusan diagnostik, terapetik dan prognosis
berdasarkan hasil konsultasi dengan sejawat lain
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan 7: Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya
yang ditanggung oleh pasien
 Peserta didik menjelaskan alasan untuk melakukan atau meminta
pemeriksaan penunjang
 Peserta didik menjelaskan pentingnya pemeriksaan penunjang dan
biayanya kepada pasien dan atau keluarganya
 Peserta didik menjelaskan pemberian terapi sesuai dengan guideline dan
evidence-based medicine
 Peserta didik menjelaskan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien dan
atau keluarganya sehubungan dengan obat yang akan dibeli dan diminum
dalam jangka panjang
 Peserta didik menjelaskan efek samping obat kepada pasien dan atau
keluarganya
 Peserta didik menjelaskan alasan tindakan operatif dan risiko medik serta
biayanya kepada pasien dan atau keluarganya
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik

5. REFERENSI (BUKU WAJIB)

5
Cumming JL, Meega MS. Neuropsychiatry and Behavioral Neuroscience. Washington
DC. Martin Dunitz, 2003.
D’Esposito. Neurobehavior Examination for Practice Neurologist. American Academic
Neurology, 1998.
Feinbeerg TE, Farah MJ. Behavioral Neurology and Neuropsychology. New York. Mc
Graw-Hill, 1997.
Konsesus Demensia Vaskular
Lezak MD. Neuropsychological Assessment. Third edition. New York. Oxford
University Press, 1995.
Pritchard TC, Alloway KD. Medical Neuroscience. Madison Conecticut. Fence Creek
Publishing LLC, 1999.
Spreen O, Strauss E. A Compendium of Neuropsychological Tests. Second edition. New
York. Oxford University Press, 1998.
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf 2006.
Strubb RL, Black FW. The Mental Status Examination in Neurology. Third edition.
PhilaDavis Company, 1993.

6. KOMPETENSI

Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan para peserta didik memiliki


kemampuan melakukan pendekatan klinik, mendiagnosis dan melakukan
penatalaksanaan gangguan neurobehavior termasuk gangguan memori dan kognitif
secara benar. Pencapaian kompetensi tersebut diselaraskan dengan prinsip kompetensi
(Bab II angka 1) dan ruang lingkup kompetensi (Bab II angka 9) yang tercantum di
dalam Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf tahun 2006. Indikator hasil
pembelajaran yang diharapkan setelah menyelesaikan modul ini tercantum di dalam
tujuan pembelajaran sebagaimana tersebut pada angka 10 (Tujuan Pembelajaran).

7. GAMBARAN UMUM

Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi seperti penemuan neuroimaging


fungsional seperti Positron Emission Tomography (PET) dan disusul oleh Single Photon
Emission Computed Tomography (SPECT), neurobehavior dan neuropsikologi
berkembang menjadi ilmu modern. Perpaduan antara ilmu-ilmu tersebut menciptakan
sebuah jendela untuk membedakan antara fungsi normal dan patologik kondisi-kondisi
neurologik dan psikiatrik
Gangguan pada otak dapat menyebabkan gangguan fisik-neurologik maupun gangguan
neurobehavior (kognitif dan emosi). Cukup banyak pasien menderita penurunan
kemampuan berkonsentrasi, setelah mengalami cedera otak atau pasien menjadi mudah
marah dan tersinggung setelah mengalami radang otak dipulangkan tanpa identifikasi
kelainan ini. Suatu infark kecil di otak, hematoma subdural kronis, atau tumor yang pada
pemeriksaan fisik neurologik tidak menunjukkan kelainan, sering kali pada pemeriksaan
neurobehavior menunjukkan adanya defisit kognitif dan emosi, sehingga dengan
pemeriksaan neurobehavior seorang klinisi dapat mempertajam pengenalan dini kelainan
di otak.

6
Pelatihan dengan modul ini dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan dan
praktik ketrampilan identifikasi gangguan neurobehavior melalui anamnesis dan
pemeriksaan neurobehavior serta menentukan terapi secara komprehensif dan benar
melalui pendekatan pembelajaran berbasis kasus.
.

8. CONTOH KASUS

Seorang laki-laki berusia 61 tahun, pekerjaan satpam, perokok, mengalami


kesemutan episodik pada tangan dan lengan kiri selama kurang lebih 1 jam. Pada suatu
hari pasien jatuh ketika sedang berada di toko. Pasien menyangkal terjadi sesuatu pada
dirinya, tapi mengatakan bahwa keluarga membawanya ke rumah sakit karena mereka
mengatakan kalau pasien mengalami stroke. Pada pemeriksaan pasien menyangkal kalau
ia mengalami kelumpuhan dan ingin pulang. Pasien mengalami gangguan visus (visual
neglected) yang berat; dia hanya menceritakan sisi sebelah kanan dari gambar yang
diperlihatkan, dan hanya membaca dua kata pada sisi kanan dari setiap baris artikel pada
majalah. Saat diminta untuk menulis atau menggambar jam pasien hanya menggambar
pada sisi kanan, tidak ada upaya untuk menyelesaikan gambar sisi kiri. Saat diberi
stimulasi simultan ganda terdapat ekstensi pada sisi kiri. Refleks ancam pada kiri tidak
ditemukan. Terdapat gaze ke kanan. Plika nasolabialis kiri lebih turun dibanding kanan.
Kekuatan motorik ekstremitas kiri 4 (lengan) dan 5 (tungkai), refleks tendon meningkat
pada sisi kiri.

Diskusi
 Buatlah resume tipe visual neglected pada pasien ini
 Pemeriksaan neurobehavior yang diperlukan untuk mendeteksi gangguan
neurobehavior
 Tentukan lokasi lesi pada pasien ini berdasarkan gejala dan tanda di atas
 Sebutkan diagnosis klinik pada kasus ini

Gejala dan tanda klinik pada kasus ini:


 Anosognosia
 Visual neglect kiri
 Ekstensi sisi kiri pada stimulasi taktil simultan ganda
 Menggerakkan tangan untuk menggambar hanya pada sisi kanan, dan
menurunkan pergerakan spontan pada sisi kiri
 Kurang sabar dan mudah tersinggung
 Gaze ke kanan
 Tidak ada refleks berkedip pada refleks ancam sisi kiri
 Plika nasolabialis tidak simetris (sisi kiri menurun)

7
 Hemiparesis kiri, dengan refleks meningkat
 Kesemutan episodik pada tangan kiri

Deskripsi kasus
1. Pasien memperlihatkan beberapa gambaran tipikal sindroma hemineglect,
termasuk sensorineglect untuk modalitas visual dan somatosensori. Motorneglect
bermanifestasi bias motorik direksional sewaktu diminta untuk menggambar,
penurunan gerakan volunter pada sisi kiri walaupun kekuatan cukup terpelihara,
dan conseptual neglect berupa anosognosia terhadap defisit neurologik yang
terjadi (pasien tidak merasa mengalami kelemahan pada ekstremitas sisi kiri).
Pasien juga mengalami perubahan kepribadian menjadi mudah tersinggung yang
sering terlihat pada lesi hemisfer kanan.
2. Pemeriksaan neurobehavior yang perlu dilakukan:
a. Observasi selama wawancara dan pemeriksaan
b. Pemeriksaan atensi (unilateral inattention)
c. Pemeriksaan Clock Drawing Test
d. Pemeriksaan line bisection
e. Pemeriksaan line cancellation
f. Pemeriksaan visuokonstruksi
3. Hemineglect kiri paling sering disebabkan lesi pada korteks parietal atau frontal
kanan tapi dapat juga disebabkan oleh lesi di girus singuli, talamus, ganglia
basalis, mesensefalon, formasio retikularis. Gaze ke kanan menyokong lokalisasi
lesi di parietal dan frontal hemisfer kanan. Penurunan refleks ancam biasanya
disebabkan kerusakan pada jaras penglihatan primer, bukan disebabkan oleh
neglek. Penurunan refleks ancam ini kemungkinan disebabkan lesi pada daerah
posterior yaitu pada radiasio optika yang berjalan diantara lobus temporal dan
parietal. Lesi parietal juga dapat menyebabkan ganggua kortikospinal dan
kortikobulbar ringan. Kesemutan pada tangan kiri konsisten dengan keterlibatan
korteks somatosensorik tangan di lobus parietal kanan. Kemungkinan lokalisasi
berdasarkan gejala klinik pada kasus ini ialah di lobus temporo-parietalis kanan,
termasuk radiasio optika.
4. Berdasarkan gejala defisit yang mendadak atau tiba-tiba, usia pasien 61 tahun,
dengan riwayat merokok, kemungkinan riwayat TIA (kesemutan pada tangan
kiri). Lesi kemungkinan pada lobus temporoparietal, yang diperdarahi oleh arteri
serebri media cabang inferior, maka diagnosis kerja adalah TIA yang diikuti
dengan stroke iskemik. Diagnosis diferensial stroke hemoragik, tumor, atau
infeksi.
Diagnosis klinis : Hemineglek sinistra
Anosognosia
Hemiparesis sinistra

8
Hemianopia sinistra
Diagnosis Topis : Lobus temporoparietal dekstra
Diagnosis Etiologis : Vaskular (Stroke iskemik)
Diagnosis Patologis : Infark

Rangkuman studi kasus


Kompetensi pendekatan klinik dicapai dengan cara:
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik / neurologik dan neurobehavior
 Diagnosis banding
 Diagnosis (klinik, topik, etiologik, patologi-anatomik)
 Pemeriksaan penunjang (Lab, CTScan)
Penilaian kompetensi
 Hasil observasi selama alih pengetahuan dan ketrampilan (dengan daftar
tilik)

Kasus untuk proses pembelajaran

Seorang wanita berusia 50 tahun, cekat tangan kanan, berbahasa Indonesia


sebelum sakit. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit tiba-tiba berbicara tidak dapat
dimengerti. Pada pemeriksaan pasien tampak sadar, keadaan umum baik, tidak ada
hemiparesis. Pasien berbicara lancar, cepat dengan kalimat panjang tetapi kata-kata yang
digunakan tidak dapat dimengerti. Pasien banyak menggunakan bahasa isyarat. Pada
pemeriksaan neurobehavior ternyata pasien tidak mengerti perintah dan tugas yang
sederhana. Nilai Tes Keping nol. Kemampuan pengulangan, penamaan, membaca, dan
menulis tidak dapat dilakukan karena pasien tidak mengerti perintah. Pasien tidak mampu
menulils. Pada pemeriksaan CT Scan terdapat gambaran infark temporo-parietal kiri.

Diskusi
 Buatlah resume gejala dan tanda (berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
neurobehavior) pada pasien ini
 Pemeriksaan neurobehavior yang diperlukan untuk mendeteksi gangguan
neurobehavior kasus di atas
 Lokasi lesi pada pasien ini berdasarkan gejala dan tanda di atas
 Sebutkan diagnosisnya

Gejala dan tanda klinik


 Tiba-tiba bicara tidak dapat dimengerti
 Bicara lancar (fluent), cepat dengan kalimat panjang
 Kata-kata tidak dapat dimengerti (neologisme)
 Tidak mengerti perintah dan tugas sederhana (pemahaman terganggu)
 Modalitas bahasa lainnya tidak dapat dinilai karena tidak mengerti

9
 Tidak ditemukan defisit fisik neurologis

Pemeriksaan neurobehavior yang diperlukan terutama pemeriksaan bahasa yang terdiri


dari:
 Fluency (kelancaran berbicara), dengan memperhatikan kemampuan dan
kelancaran berbicara. Pada pasien ini lancar karena pasien mampu berbicara
dengan kalimat panjang tanpa usaha keras walaupun kata-katanya tidak dapat
dimengerti
 Pemahaman bahasa: dimulai dengan perintah sederhana yaitu pemeriksa
menyebutkan nama objek, pasien diminta untuk menunjuk, atau pemeriksaan
pemahaman bahasa secara kwantitatif dengan Tes Keping. Pasien ini tidak
mampu mengerjakan perintah sederhana, dan nilai pemeriksaan Tes Keping
adalah 0, sehingga dapat disimpulkan pemahaman bahasa sangat terganggu.
 Penamaan tidak dapat dinilai karena pasien tidak mengerti perintah, atau
terganggu
 Pengulangan tidak dapat dinilai karena pasien tidak mengerti perintah,atau
terganggu
 Menulis dan membaca terganggu

Lokasi lesi
 Lokasi di bagian posterior hemisfer kiri (lesi pada temporo-parietal kiri).

Diagnosis
Pasien ini mengalami gangguan bahasa (afasia) yang disebut sebagai sindroma
afasia Wernicke, karena terdapat gangguan pada modalitas bahasa, terutama pemahaman
bahasa. Gambaran kemampuan bahasa berupa bicara lancar, cepat, bicara terus menerus
sehingga sulit dihentikan. Pemahaman abnormal, pengulangan abnormal serta penamaan
abnormal biasanya disertai parafasia dan pada kasus yang berat dengan lesi luas dijumpai
neologisme. Biasanya pada sindroma afasia Wernicke tidak menunjukkan hemiparesis.
Stroke merupakan penyebab yang palling sering. Umumnya pasien tiba-tiba
menunjukkan gejala berbicara banyak, kadang-kadang kacau dan tidak dimengerti oleh
orang lain. Keadaan ini menyebabkan kasus afasia Wernicke tidak segera dibawa ke
dokter spesialis saraf, akan tetapi tidak jarang dirujuk ke psikiater karena dianggap bicara
kacau ada hubungannya dengan masalah kejiwaan.
Diagnosis Kllinis : Afasia Wernicke
Diagnosis Topis : Lobus temporo-parietal kiri
Diagnosis Etiologis : Vaskular (Stroke Iskemik)
Diangosis Patologis : infark

Rangkuman
a. Kompetensi pendekatan klinik dicapai dengan cara:
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik / neurologik dan Pemeriksaan neurobehavior
 Diagnosis (klinik, topik, etiologik, patologi-anatomik)
 Pemeriksaan penunjang (laboratorium, CT Scan)

10
 Sistem rujukan
b. Penilaian kompetensi
 Hasil observasi selama alih pengetahuan dan ketrampilan

9. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan akhir dari pembelajaran, pencapaian kompetensi dan pengamalan ilmu


neurologi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan spesialis di bidang ini untuk
memiliki professional behavior yang ditunjukkan dengan karakteristika sebagai berikut:
 Kepakaran medik / pembuat keputusan klinik
 Komunikator
 Kolaborator
 Manajer
 Advokasi kesehatan
 Kesarjanaan
 Profesional
 Performance

Setelah mengikuti sesi ini maka peserta didik diharapkan memiliki ketrampilan dalam
hal:
a. Mengenali keadaan neurobehavior normal dan tidak normal meliputi gejala dan
tanda klinik gangguan neurobehavior termasuk tanda dan gejala dini
b. Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis dan berkomunikasi dengan pasien
serta keluarganya berdasarkan nilai-nilai humanisme
c. Menunjukkan kecakapan dan ketrampilan teknik pemeriksaan neurobehavior
secara efektif dan benar
d. Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik dan pendekatan diagnostik
e. Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
f. Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
g. Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya yang
ditanggung oleh pasien

10. EVALUASI
Kompetensi Kognitif:
 Pretest
 Essay
 MCQ
 Lisan

Kompetensi Psikomotor:
 Tutor review, Self assessment dan peer assissted (1,2,3) dengan daftar tilik
 Penilaian kompetensi (memuaskan, perlu perbaikan, tidak memuaskan)
 Kesempatan untuk perbaikan (task-based medical education)

11
Kompetensi Kognitif dan Psikomotor:
 Ujian akhir profesi dan uji kompetensi

11. PENUNTUN BELAJAR

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR INFORMED CHOICE

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
4. T/D : Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

NAMA PESERTA DIDIK: ...................................... TANGGAL: .................................

1. Sapa dengan hormat pasien anda 1 2 3 4


2. Kenalkan diri anda dan jelaskan tujuan anda dalam wawancara
3. Tanyakan apakah pasien telah tahu tentang kelainan yang ada dan apakah
sudah mendapat penjelasan tentang apa yang akan dilakukan
 Jika belum, jelaskan kelainan yang dialami dan upaya yang akan
dilakukan
 Jika sudah, nilai kembali apakah penjelasannya benar dan lengkap
4. Tunjukkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan dan
penatalaksanaan untuk kelainan yang ada
5. Jelaskan berbagai pengobatan dan tindakan yang dapat diterapkan terhadap
pasien, termasuk efek samping, komplikasi dan risiko (sampaikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan pastikan pasien telah mengerti)
6. Minta pasien untuk menentukan salah satu pengobatan yang menurut pasien
adalah paling sesuai, setelah mendapat penjelasan yang obyetif dan benar
dari dokter
7. Persilahkan pasien dan keluarganya untuk menyatakan dan menuliskan cara
pengobatan yang menjadi pilihannya pada status pasien atau formulir yang
telah disediakan

12
PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIK

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta
pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan
standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta
selama proses evaluasi oleh pelatih

DAFTAR TILIK

KINERJA YANG MEMUASKAN TIDAK TIDAK


DIPERAGAKAN MEMUASKAN DITAMPILKAN
Anamnesis kepada pasien
Anamnesis kepada keluarga
Anamnesis awitan
Anamnesis keluhan utama
Anamnesis durasi keluhan
Anamnesis riwayat penyakit
lainnya
Anamnesis riwayat
pengobatan
Anamnesis riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik secara
sistematik
Pemeriksaan neuroimaging
Interpretasi neuroimaging
Menjelaskan diagnosis
gangguan neurobehavior
Menjelaskan rencana terapi
Menjelaskan prognosis

13
12. BAHAN PRESENTASI (Terlampir: PPT)

14

Anda mungkin juga menyukai