TUGAS MANDIRI
1. Carilah artikel jurnal internasional dengan tentang “ TANAH GAMBUT” dengan tema
penelitian (silahkan dipilih salah satu) antara lain:
a. Karakteristik Tanah gambut
b. Permasalahan pada tanah gambut dari sisi teknik sipil
c. Perbaikan Tanah Gambut
2. Buatlah resume dari artikel tersebut terdiri dari:
a. Judul
b. Penulis
c. URL (alamat artikelnya)
d. Metode penelitian yang digunakan
e. Hasil dan Pembahasannya
3. Resume yang dilakukan menggunakan bahasa sendiri “TIDAK BOLEH COPY PASTE DARI
ARTIKEL LANGSUNG”.
4. Hasil resume dikumpulkan bersama artikel asli dalam 1 kali pengiriman.
5. Tugas di kumpulkan by Google Classroom tgl 10 Agustus 2020.
RESUME ARTIKEL
KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT
JUDUL : Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan Pertanian
NAMA PENULIS : ACHMAD FAIZAL – 1822201003
URL : https://core.ac.uk/download/pdf/295416255.pdf
PENDAHULUAN :
Lahan gambut merupakan lahan hasil akumulasi timbunan bahan organic yang berasal dari pelapukan vegetasi
yang tumbuh disekitarnya dan terbentuks ecara alami dalam jangka waktu yang lama.Menurut Wahyunto dan
Subiksa(2011)Indonesia merupakan negara yang memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yakni mencapai
70%. Luas gambut Indonesia mencapai 21 juta ha, yang tersebar di pulau Sumatera (35%), Kalimantan (32%),
Papua (30%) dan pulau lainnya (3%). Provinsi Riau memiliki lahan gambut terluas di Sumatera, yakni mencapai
56,1% (Wahyunto danHeryanto, 2005)
Lahan gambut memiliki beberapa fungsi strategis, seperti fungsi hidrologis, sebagai penambat (sequester) karbon
dan biodiversitas yang penting untuk kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa (Bellamy, 1995).Lahan
gambut tergolong lahan marginal dan ”fragile” dengan produktivitas biasanya rendah dan sangat mudah
mengalami kerusakan. Pengembangan pertanian pada lahan rawa gambut untuk menunjang pembangunan
berkelanjutan memerlukan perencanaan yang cermat dan teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan pengelolaan
yang tepat. Konservasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan rawa gambut sesuai dengan karakteristiknya
memerlukan informasi mengenai tipe, karakteristik, dan penyebarannya (Widjaja Adhi, 1992).
Alih fungsi hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian mencakup kegiatan:
(1) pembuatan drainase untuk mengurangi kejenuhan air danpengendalian muka air tanah (water table);
(2)pembukaan lahan (land clearing) berupa penebangan hutan dan penebasan semak, pembakaran
untukmenghilangkan vegetasi yang ditebang dan menghasilkan abu yang dapatmemperbaiki kesuburan tanahdan
penyiapan lahan untuk pertanaman.
Proses pembentukan gambut dimulai dari adanya pendangkalan danau yang secara perlahan ditumbuhi oleh
tanaman air dan vegetasi lahan basah. Tanaman yang mati dan melapuk, secara bertahap membentuk lapisan yang
kemudian menjadi lapisan transisi antara lapisan gambut dengan substratum (lapisan di bawahnya) berupa tanah
mineral. Tanaman berikutnya tumbuh pada bagian yang lebih tengah dari danau dangkal ini dan secara bertahap
membentuk lapisan-lapisan gambut, sehingga danau tersebut menjadi penuh.
Bagian gambut yang tumbuh mengisi danau dangkal tersebut dikenal sebagai gambut topogen, karena proses
pembentukannya disebabkan oleh topografi daerah cekungan.
Gambar 1.1 – Proses Pembentukan Gambut Di Indonesia Gambar 1.2 – Lahan Gambut Dengan Puncak Kubah
Bagian tengah
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik lahan gambut untuk
Pengembangan Lahan Pertanian di Provinsi Riau.
METODE PENELITIAN
Jurnal Lahan SuboptimalISSN:2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online)Vol. 1, No.2: 197-206, Oktober 2012
Dengan Judul Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan Pertanian “NP. Sri Ratmini”
HASIL DARI PEMBAHASAN
Dari Junal / Artikel diatas Lahan Gambut bisa
dijadikan lahan pertanian yang baik. Pengembangan
lahan gambut sebagai lahan pertanian terdapat
berbagai kendala baik fisik, kimia maupun biologis.
Karakteristik Lahan gambut ada 3 yaitu :
1. Sifat Fisik Gambut
Sifat fisik tanah gambut merupakan faktor yang
sangat menentukan tingkat produktivitas tanaman
yang diusahakan pada lahan gambut, karena
menentukan kondisi aerasi, drainase, daya menahan
beban, serta tingkat atau potensi degradasi lahan
gambut
Karakteristik Fisik Gambut yang penting dalam
pemamfaatannya untuk pertanian yang meliputi :
- Kadar Air
- Berat isi (bult density)
Gambar 1.3 – Peta Kesatuan Hidrologi Gambut Pulau Sumatera
- Daya Menahan Beban (bearing capacity)
- Mengering Tidak Balik (irreversible drying)
KESIMPULAN
Lahan gambut adalah ekosistem marginal dan fragile, sehingga dalam pemanfaatannya harus didasarkan atas
penelitian dan perencanaan yang matang, baik dari segi teknis, sosial ekonomis maupun analisis dampak
lingkungannya menurut (Sri Ratmini). Menurut penulis Dari sudut pandang ekonomis kita harus bisa menghitung
untuk bisa mengelola lahan gambut karena perlu biaya yang cukup besar untuk pembukaan lahan. Karena jika
lahan perkebunan yang luas otomatis kita menggunakan alat berat untuk pembukaan irigasinya. Kalau di tinjau
dari segi teknis pengelolaan tidak sulit karena hanya berdasarkan mekanisasi pertanian
LAMPIRAN
Jurnal Lahan Suboptimal
ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online)
Vol. 1, No.2: 197-206, Oktober 2012
ABSTRACT
The potential of peatland as agricultural land has area of about 6 M ha. The
utilization of peatland in agriculture need detail and thorough planning, adequate
technology application, and proper land management because its marginal and fragile
ecosystem. Peatland is vulnerable to land degradation, namely physical degradation
(subsiden and irreversible drying) and chemical degradation (nutrients deficiency and
nutrients toxicity). The peatland development has obstacles such as highly content of
organic acids. The effect of organic acid toxicity can be reduced by water (irrigation
technology) management and adding ameliorant which rich of polivalent cation such as Fe,
Al, Cu, and Zn. Soil amendment and fertilization in peatland farming can be done to
reduce nutrients deficiency.
ABSTRAK
Potensi lahan gambut sebagai lahan pertanian di Indonesia cukup luas sekitar 6 juta
ha. Pemanfaatannya sebagai lahan pertanian memerlukan perencanaan yang cermat dan
teliti, penerapan teknologi yang sesuai, dan pengelolaan yang tepat karena ekosistemnya
yang marginal dan fragile. Lahan gambut sangat rentan terhadap kerusakan lahan, yaitu
kerusakan fisik (subsiden dan irriversible drying) serta kerusakan kimia (defisiensi hara
dan unsur beracun). Pengembangan pertanian di lahan gambut menghadapi kendala antara
lain tingginya asam-asam organik. Pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun
dapat dikurangi dengan teknologi pengelolaan air dan menambahkan bahan-bahan yang
banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu dan Zn. Kahat unsur harauntuk
memberikan hasil yang optimal pada sistem usahatani dapat dilakukan dengan tindakan
ameliorasi dan pemupukan.
dan Rochimah, 1976) dan gambut aromatik yang memiliki gugus fungsional
hemik/saprik antara 0,1 - 0,3 g/cm3. yang aktif seperti karboksil, hidroksil dan
Reklamasi lahan gambut dengan amine. Karakteristik dari asam-asam
pembuatan saluran drainase, kadar air akan organik ini akan menentukan sifat kimia
segera menurun diikuti dengan dari gambut. Sebagai akibat dari tingginya
mengkerutnya volume tanah sehingga asam organik, maka reaksi tanah pada
permukaan tanah akan mengalami umumnya masam. Namun karena karena
penurunan (subsiden). Subsiden juga asam organik adalah asam lemah, maka pH
disebabkan karena terjadinya proses tanah biasanya berkisar antara 4 - 5. pH
dekomposisi bahan organik dan melepaskan tanah bisa lebih rendah bila ada lapisan
CO2. Menurut Nugroho et al. (1995) sulfidik yang teroksidasi atau gambut yang
kehilangan gambut akibat pengaruh terbentuk di atas lapisan tanah yang sangat
pengolahan tanah mencapai 2,24 miskin seperti pasir kuarsa.
ton/ha/tahun (dari percobaan Sebagian dari asam organik bersifat
laboratorium).Tindakan pengelolaan air racun bagi tanaman yaitu dari golongan
yang diperlukan untuk menghindari senyawa fenolat. Asam-asam fenolat serta
keringnya gambut adalah mempertahankan turunannya dan juga senyawa benzen
kedalaman air tanah agar gambut tetap karboksilat merupakan "building block"
lembab sampai ke permukaan, tapi tidak utama dari susunan asam humat dan fulvat.
terlalu basah untuk memberikan aerasi yang Building block tersebut bergabung melalui
baik pada tanaman. Bahaya selanjutnya berbagai ikatan seperti ikatan H, gaya
bagi kelestarian gambut adalah munculnya vander Wall, ikatan C-O dan ikatan C-C
tanah sulfat masam bila tanah mineral (Schnitzer, 1977 dalam Sabiham, 1999).
dibawah gambut mengandung pirit atau Beberapa turunan asam fenolat yang bayak
tanah pasir bila lapisan tanah dibawah dijumpai pada bahan organik adalah asam-
gambut adalah pasir kuarsa (Hardjowigeno, asam : p-kumarat, p-hidroksi benzoat,
1995). klorogenat, vanilat, ferulat, sinapat,
gentisat, galat, kafeat, protokatekuat dan
Sifat Kimia Gambut syringat (Hartley and Whitehead, 1984
Karakteristik kimia lahan gambut dalam Sabiham, 1999). Salah satu
sangat ditentukan oleh kandungan , karakteristik senyawa adalah
ketebalan,dan jenis mineral pada kemampuannya untuk melakukan ikatan
substratum (di dasar gambut), serta tingkat dengan kation-kation polivalen membentuk
dekomposisi gambut. Kandungan mineral senyawa komplek/khelat (Schnitzer, 1969;
gambut di Indonesia umumnya kurang dari Kerndorff and Schnitzer, 1980). Kation Fe,
5% dan sisanya adalah bahan organik. Al, Cu dan Zn adalah kation-kation hara
Fraksi organik terdiri dari senyawa- yang mampu untuk membentuk ikatan
senyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan koordinasi dengan ligan organik.
sebagian besar lainnya adalah senyawa Kadar asam fenolat pada gambut di
lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, Indonesia sangat tinggi. Sabiham (1995)
resin, suberin, protein, dan senyawa mengemukakan kadar asam p-hydroxy
lainnya.Komposisi kimia gambut sangat benzoat, asam kumarat dan asam ferulat
dipengaruhi oleh bahan induk tanamannya, masing-masing sebesar 32,4 ppm, 34,6 ppm
tingkat dekomposisi dan sifat kimia dan 35,2 ppm pada gambut Air Sugihan
lingkungan aslinya (Tabel 1). Berbeda Sumsel. Sedangkan di di Berengbengkel
dengan tanah mineral, bagian yang aktif Kalimantan Tengah masing-masing dari
dari tanah gambut adalah fase cairnya, ketiga asam fenolat tersebut adalah 467,5
bukan padatan yang terdiri dari sisa ppm, 140,73 ppm dan 15,18 ppm. Dengan
tanaman. Fase cair dari gambut terdiri dari demikian kadar asam-asam fenolat pada
asam-asam organik alifatik maupun gambut Indonesia jauh di atas ambang
200 Ratmini: Karakteristik dan Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian
Tabel 1. Perbedaan sifat kimia dari gambut eutropik, mesotropik dan oligotropik
Kadar (% bobot kering)
Tingkat Kesuburan
N K2O P2O5 CaO Abu
Eutropik 2,50 0,10 0,25 4,00 10,0
Mesotropik 2,00 0,10 0,20 1,00 5,00
Oligotropik 0,80 0,03 0,05 0,25 2,00
Sumber: Driessen and Supraptohardjo (1974)
Tabel 2. Pengaruh penambahan unsur terhadap kandungan asam-asam fenolat pada tanah gambut
Berengbengkel Kalimantan Tengah dan Air Sugihan Sumatera Selatan
Berengbengkel Air Sugihan
Jenis Asam
Kontrol + Na + Cu +Zn Kontrol + Cu + Abu
Fenolat
250 ppm 50 ppm 50 ppm 50 ppm 375 ppm
P-hydroxy 32,45 8,80 6,57 8,11 467,56 109,06 140,27
benzoat (ppm) (75) (80) (75) (76) (70)
P-kumarat 34,6 14,23 10,35 13,49 140,73 41,48 51,22
(ppm) (59) (70) (61) (70) (64)
Ferulat (ppm) 35,2 14,09 11,32 17,60 15,18 7,28 6,88
(60) (68) (50) (52) (54)
Vanilat (ppm) 37,14 15,21 11,88 18,57 - - -
(59) (68) (50)
Keterangan: angka dalam kurung adalah persentase penurunan.
Sumber: Sabiham et al.(1995)
Tabel 3. Klasifikasi kesesuaian untuk pertanian lahan gambut di Indonesia dalamhubungannya dengan
ketebalan dan bahan sulfidik (Hardjowigeno, 1995)
Sifat Tanah Sangat sesuai Sesuai Sesuai Tidak sesuai
marginal
Untuk Padi :
- Tebal gambut (cm) < 40 40 - 90a 40 - 90 b > 90
- Kedalaman lap. sulfidik > 100 50 - 100 < 50
(cm)
Untuk tanaman lahan kering :
- Tebal gambut (cm) <40 40 - 90 b 40 - 200 b > 200
c
- Kedalaman lap. sulfidik > 100 50 - 100 50 - 100 d < 50
(cm)
a : gambut 18 - 28% C-organik a : gambut > 38% C-organikc : kandungan pirit < 2%d : kandungan pirit
> 2%
Tabel 4. Tipe penggunaan lahan gambut menurut kedalaman dan tipe substratum gambut.
Tipologi Lahan Kelas Tipe Substratum
Kedalaman (m) Liat Marine Pasir Kuarsa
G0 : Bergambut > 0,5 Sawah Perumahan
G1 : Gambut dangkal 0,5 - 1,0 Sawah/tegalan Perumahan/tegalan
G2 : Gambut sedang 1,0 - 2,0 Tegalan/rumah/ Tegalan/hortikultura
hortikultura
G3 : Gambut dalam > 2,0 Perkebunan Perkebunan
Dome Tampung hujan Tampung hujan
Sumber: Widjaja Adhi (1995)
Jurnal Lahan Suboptimal, 1(2) Oktober 2012 203
Tabel 5. Pengaruh perlakuan kapur dan unsur mikro terhadap komponen produksi jagung
Perlakuan Jumlah Biji Berat kering Berta 1000
CaCO3 (t/ha) Unsur mikro per tanaman biji (g) butir (g)
0 - 0 0 -
+ 54 15 93
4 - 134 35,3 209
8 - 217 38,3 299
+ 417 132,4 343
12 - 233 52,3 310
+ 336 104,7 343
18 - 171 24,7 290
+ 408 142,4 361
40 - 36 5,4 312
+ 412 133,5 324
Sumber: Ambak, et al.(1991)
Tabel 6. Pengaruh unsur mikro terhadap komponen hasil tanaman padi pada tanah gambut kayuan dari
tenggara semenanjung Malaysia
Perlakuan Jml.malai/pot Jml. gabah Jml. gabah Sterilitas Berat 1000
bernas/pot hampa/pot (%) butir
Tanpa unsur mikro 5,5 103 78 42 13,3
Tanpa Cu 6,0 143 157 53 14,6
Tanpa B 5,0 219 39 16 19,6
Tanpa Mo 14,5 446 169 27 20,4
Tanpa Fe 8,5 433 66 12 20,3
Tanpa Mn 7,0 332 63 16 19,8
Tanpa Zn 12,0 396 87 18 20,3
Lengkap 11,5 448 122 21 21,0
Sumber: Ambak et al.(1991)
Tabel 7. Pengaruh jarak parit terhadap produksi beberapa jenis tanaman pangan
Jarak Parit Hasil Tanaman (t/ha)
(m) Padi Jagung Kedelai K.Tanah
5 3,6 4,5 1,3 1,2
10 2,3 4,5 0,8 0,9
15 2,1 3,3 0,6 1,1
Kontrol 2,0 1,6 0,5 0,6
Sumber : Ismunadji et al.(1991)
Rajaguguk B. 1995. Peat soil of Indonesia: Saragih EP. 1996. Pengendalian asam-
location, classification, and problems asam fenolat meracun dengan
for sustainability. Dalam: Biodiversity penamabahan Fe-II pada tanah gambut
and sustainability of Tropical dari Jambi, Sumatera. [Tesis], Bogor.
peatlands. Proc. of the Int. Symp. On Institut Pertanian Bogor.
Biodiversity, Environmental Schnitzer M. 1969. Reaction between
Inportance of Trop. Peat and fulvic acid, a soil humic compound,
Peatlands. and inorganik soil constituent. Soil
Sabiham S. 1993. Pemanfaatan lumpur Sci. Soc. Proc. 33: 75-81.
daerah rawa pasang surut sebagai salah Subiksa IGM, Nugroho K, Sholeh,
satu alternatif di dalam menurunkan Widjaja AdhiIPG, 1995. The effect of
gas metana dan asam fenol pada ameliorants on the chemical properties
gambut tebal. p. 267-277 dalam Tri and productipity of peat soil. in Rieley
Utomo et al (Eds) Prosiding Seminar and Page (Eds) Biodiversity and
Nasional Gambut II. Jakarta, 14-15 Sustainability of Tropical Peatland.
Januari 1993. p 267-277 Proceedings of the International
Sabiham S, Prasetyo TB, Dohong S, 1995. Symposium on Biodiversity,
Phenolic acids in Indonesian peat in Environmental Importance and
Rieley and Page (Eds) Biodiversity Sustainability of Tropical Peats and
and Sustainability of Tropical Peatland. Peatlands. Palangka Raya, 4 - 8
Proceedings of the International September 1995. p 321-325
Symposium on Biodiversity, Sulaeman, Suparto, Siti A, Widjaja
Environmental Importance and AdhiIPG. 1998. Sifat-sifat penyediaan
Sustainability of Tropical Peats and hara fosfat dan kalium tanah gambut.
Peatlands. Palangka Raya, 4 - 8 pp. 147-159 dalam Kurnia et al (Eds)
September 1995. p 289-292 Prosiding Pertemuan Pembahasan dan
Sabiham S. 1999. Peningkatan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan
produktivitas tanah gambut ,elalui Agroklimat, Bogor, 10-12 Februari
pengendalian reaktivitas asam-asam 1998.
organik meracun : persyaratan dasar Supriyo A, Lande M, Prayudi B. 1991.
pengembangan lahan gambut. Laporan Farming system research on peaty land
Penelitian Hibah Bersaing V/3 in Sakalagun South Kalimantan,
Perguruan Tinggi T.A. 1998/1999. Indonesiain Aminuddin et al (Eds)
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Proceeding of The International
Bogor. Symposium on Tropical Peatland,
Sajarwan A. 2007. Kajian Karakteristik Kuching Serawak Malaysia. p 385 -
Gambut Tropika Yang Dipengaruhi 392.
Oleh Jarak Dari Sungai, Ketebalan Tim Puslittanak.1994. Kesesuaian lahan
Gambut, Dan Tipe Hutan Di Daerah untuk tanaman pertanian dan tanaman
Aliran Sungai Sebangun. kehutanan. Laporan Teknis No. 7
Disertasi.Fakultas Pertanian, Versi 1.0. Kerjasama LREP-II dengan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
Salampak. 1999. Peningkatan produktivitas Bogor.
tanah gambut yang disawahkan dengan Widjaja Adi IPG. 1992. Development of a
pemberian bahan amelioran tanah deep tropical peatland for perennial
mineral berkadar besi tinggi. Disertasi crops. in Aminuddin et al (Eds)
Program Pasca Sarjana Institut Proceeding of The International
Pertanian Bogor. Symposium on Tropical Peatland,
Kuching Serawak Malaysia. p. 380-384
206 Ratmini: Karakteristik dan Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian