Anda di halaman 1dari 51

ANTI SOSIAL

Tahap pre Preparation Action Maitenence Termination


contemplation

individu yang di Adapun solusi dari solusi yang dapat tahap ini sudah Dalam tahap ini
diagnosa anti sosial, anti sosial ini yaitu dilakukan individu ada perubahan individu harus
mereka akan mulai mengadakan untuk mengbubah yang besar mengetahui
berfikir bahwa apa penyuluhan sosial di perilakunya sebagai terhadap diri diantaranya
yang mereka sekolah, anti sosial Yaitu mereka yang bahaya-bahaya
lakukan selama ini perkantoran dan memilih pergaulan dilakukan sedikit fisik, tekhnik
tidak benar. Tetapi lain-lain. yang dapat demi sedikit. komunikasi,
mereka belum merubahnya Dimana mereka kemampuan
memahami betul menjadi tidak anti sudah mulai dalam prosedur
perilaku salah atau sosial lagi,dan untuk tindakan
malah benar melakukan kegiatan menerapkan hal- pemahaman
yang positif hal yang dapat tentang
membuat mereka perubahan
lebih tertarik perilaku anti
dengan dunia luar sosial,.

SAP 1 SAP 2 SAP 3 SAP 4 SAP 5

-
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SIKAP ANTISOSIAL

OLEH :

KELOMPOK 6

1. Afnila Angraini 2011312014

2. Rifka Putri Khairuna 2011312050

3. Ulfa Salsabila 2011313014

4. Allvi dayu nengsih 2011311004

5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001

6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035

7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011

8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029

Dosen Pengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. Latar Belakang

Perilaku antisosial merupakan perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang


berlaku dalam sistem sosial di masyarakat. Perilaku antisosial muncul sebagai akibat ketidak
mampuan individu atau kelompok dalam menyesuaikan diri dan menganut norma yang ada di
masyarakat. Perilaku pelanggaran, penentangan, dan berlawanan yang dimiliki individu atau
kelompok terhadap perilaku yang berlaku di masyarakat maka menyebabkan individu atau
kelompok dianggap memiliki perilaku antisosial. Perilaku antisosial mencakup problem yang
disebabkan adanya penyimpangan perilaku yang terkait dengan mencakup perkembangan sosial,
emosi, dan moral. Hal ini akan menjadi permasalahan yang komplek pada anak dan akan
berdampak pada perilaku agresif (Burt, et al, 2011).

Perilaku antisosial merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan ketidak


perdulian, bertindak kasar, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam masyarakat atau sekolah,
mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah, melanggar peraturan, berbohong,
sering memerintah, sering mementingkan diri sendiri. Supratiknya (2012), berpendapat bahwa
penyebab perilaku anti sosial adalah frustasi karena keluarga tidak rukun, penolakan sosial,
orang tua kurang memberi bimbingan, dan pengaruh teman. Faktor penyebab terjadinya
antisosial remaja, faktor penyebabnya adalah faktor genetic. keluarga, lingkungan, teman sebaya
dan kondisi sosial ekonomi.

II. Pengantar

Topik : Sikap Antisosial

Sasaran : Remaja

Hari/tanggal : Minggu/2 Mei 2021

Jam : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat :

III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Antisosial pada remaja selama 30 menit,


diharapkan para remaja yang hadir mampu memahami dan mengerti tentang anti sosial.
IV. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan mampu menyebutkan


tentang :

a. Peserta dapat mengetahui pengertian sikap antisosial


b. Peserta dapat mengetahui penyebab sikap antisosial
c. Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala sikap antisosial.
d. Peserta dapat mengetahui pengertian tahap pre contamplation dan aplikasinya pada sikap
antisosial

V. Materi Penyuluhan

a. Pengertian Sikap Antisosial


b. Penyebab Sikap Antisosial
c. Tanda dan Gejala Sikap Antisosial
d. Pengertian Tahap Pre Contamplation dan aplikasinya pada sikap antisosial

VI. Metode yang Digunakan

a. Ceramah
b. Tanya jawab

VII. Media dan Alat

a. Microfon
b. Tape

VIII. Pengorganisasian

a. Pembawa acara : Rifka Putri Khairuna


b. Pemateri : Patrisia Dinda Ritesa
c. Dokumentasi : Fitria Rahmi Meilani

Keterangan :

( Pembawa Acara)
( Pemateri )

( Peserta )

XI. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Pemateri mengucapkan a. Menjawab salam 5 menit
salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri pemateri
c. Menyampaikan tujuan c. Memperhatikan
pemateri
2. Penyampaian a. Menjelaskan pengertian a. Memperhatikan 30 menit
Materi sikap antisosial pemateri
b. Menjelaskan penyebab b. Memperhatikan
sikap anti sosial pemateri
c. Menjelaskan tanda dan c. Memperhatikan
gejala sikap anti sosial pemateri
d. Menjelaskan pengertian d. Memperhatikan
tahap pre contamplation pemateri
dan aplikasinya pada e. Memberikan
sikap antisosial pertanyaan dan
e. Memberi kesempatan menjawab pertanyaan
bertanya dan menjawab dari pemateri
pertanyaan peserta
3. Penutup a. Memyampaikan a. Memperhatikan 5 menit
kesimpulan pemateri.
b. Berdoa bersama-sama b. Mengikuti doa
sesuai dengan agama dan bersama sesuai
kepercayaan masing- dengan agama dan
masing. kepercayaan masing-
c. Mengucapkan salam masing.
penutup c. Menjawab salam
X. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan

2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan penyuluhan Sikap Antisosial sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
yakni, pembukaan 5 menit, penyampaian materi 30 menit, dan penutup 5 menit.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Pemateri dapat menjelaskan materi penyuluhan dengan baik.
d. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama diskusi berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :

• Peserta dapat mengetahui pengertian sikap antisosial


• Peserta dapat mengetahui pengertian tahap pre contamplation dan aplikasinya pada sikap
antisosial
• Peserta dapat mengetahui penyebab sikap anti sosial.
• Peserta dapat mengetahui tanda dan gejala sikap antisosial
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

SIKAP ANTISOSIAL

A. Pengertian Sikap Antisosial

Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau
memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu
sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum.

Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum
disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat
luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan
oleh sebagian besar anggota masyarakat.

Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang
kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat,
baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku
yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat.

B. Penyebab Sikap Antisosial

Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita gangguan kepribadian antisosial


tidaklah mudah. Sebab, penyebab gangguan tersebut sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti faktor genetik dan interaksi dalam lingkungan, serta pola asuh yang salah.

Hal lain yang berpengaruh terhadap munculnya kepribadian antisosial adalah cara
seseorang melihat, memahami, dan berhubungan dengan dunia luar. Bagaimana seseorang
memahami dirinya sendiri, juga tidak kalah penting. Selain itu, faktor kepribadian selama masa
kanak-kanak yang terbentuk baik secara genetik maupun akibat pengaruh lingkungan, ikut
berpengaruh.

Dengan kata lain, penyebab pasti dari gangguan kepribadian antisosial belum diketahui
dengan pasti. Para ahli hanya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh genetik yang membuat
seseorang rentan untuk menderita gangguan kepribadian ini. Selain itu, adanya kelainan
pada fungsi otak di bagian tertentu juga diduga berperan dalam menyebabkan seseorang menjadi
antisosial.

Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, yaitu:

• Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi.


• Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial, gangguan
kepribadian lainnya, atau gangguan mental.

• Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya.

• Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering menjadi
korban tindakan kekerasan.

C. Tanda dan Gejala Sikap Antisosial

Gangguan kepribadian antisosial biasanya menimbulkan gejala sebagai berikut:

• Tidak bisa membedakan hal yang salah dan benar

• Sering berbohong

• Tidak memiliki empati, bersikap sinis, dan tidak menghargai orang lain

• Bersikap manipulatif demi keuntungan pribadi

• Sombong, merasa superior, dan terlalu percaya diri

• Kerap terlibat dalam tindakan kriminalitas dan terjerat hukum

• Sering melukai orang lain melalui intimidasi

• Melakukan kegiatan berbahaya tanpa perhitungan

• Tidak belajar dari kesalahan

• Tidak memahami konsekuensi dari suatu tindakan

Gangguan kepribadian antisosial termasuk kondisi yang berlangsung seumur hidup,


dalam beberapa kasus (khususnya perilaku kriminal dan destruktif), dapat berkurang seiring
berjalannya waktu.

D. Pengertian Tahap Pre Contamplation dan Aplikasi Pada Sikap Antisosial

Tahap pre-contemplation adalah tahap dimana orang tidak ingin berubah atau tidak sadar
akan perlunya adanya perubahan. atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan
individu yang tidak mempunyai keinginan untuk mengubah perilaku. Kebanyakan individu pada
tahap ini bahkan tidak sadar kalau mereka mempunyai masalah perilaku. Dengan demikian,
individu pada tahap ini sangat sulit dimotivasi untuk mengubah perilaku.
Aplikasi terhadap Kasus Anti Sosial

Pada perilaku anti sosial, individu pada tahap ini bisa saja sudah mendapatkan informasi
atau belum mendapatkan informasi tentang konsekuensi perilakunya. Atau individu tersebut
sudah mencoba mengubah perilakunya. Misalnya, mulai menghargai orang-orang
disekitarnya dan berhenti bersikap manipulative.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SIKAP ANTISOSIAL

OLEH :

KELOMPOK 6

1. AfnilaAngraini 2011312014

2. RifkaPutriKhairuna 2011312050

3. UlfaSalsabila 2011313014

4. Allvidayunengsih 2011311004

5. PatrisiaDindaRitesa 2011311001

6. FitriaRahmiMeilani 2011312035

7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011

8. KholikMikroJatortudaulay 2011312029

DosenPengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. Latar Belakang

Perilaku antisosial adalah tindakan yang merugikan atau kurang mempertimbangkan


kesejahteraan orang lain. Ini juga didefinisikan sebagai semua jenis perilaku yang melanggar
hak-hak dasar orang lain dan perilaku apa pun yang dianggap mengganggu orang lain di
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk, namun tidak terbatas pada,
agresi yang disengaja, serta permusuhan yang terselubung dan terang-terangan. Perilaku
antisosial juga berkembang melalui interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Ini terus
menerus mempengaruhi temperamen anak , kemampuan kognitif dan keterlibatan mereka
dengan teman-teman yang negatif, secara dramatis mempengaruhi keterampilan pemecahan
masalah kooperatif anak-anak. Banyak juga orang yang menyebut perilaku yang dianggap
bertentangan dengan norma perilaku sosial yang berlakusebagai perilaku antisosial. Namun, para
peneliti telah menyatakan bahwa ini adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan, terutama di
Inggris Raya di mana banyak tindakan termasuk dalam kategorinya. Istilah ini terutama
digunakan dalam bahasa Inggris British .

II. Pengantar

Topik : Sikap Antisosial

Sasaran : Remaja

Hari/tanggal : Minggu/2 Mei 2021

Jam : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat :

III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Antisosial pada remaja selama 30 menit,


diharapkan para remaja yang hadir mampu memahami dan mengerti tentang gangguan
kepribadian terhdap sikap anti sosial dapat disembuhkan dengan berbagai cara.

IV. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan mampu menyebutkan


tentang :

a. Peserta dapat mengetahui bahwa gangguan terhadap sikap anti sosial itu dapat
disembuhkan
b. Peserta dapat mengetahui intervensi dan pengobatan sikap anti sosial
c. Peserta dapat mengetahui cara mengatasi gejala anti sosial
d. Peserta dapat mengetahui pengertian Maintenance dan aplikasinya pada sikap antisosial

V. Materi Penyuluhan

a. Pengertian Antisosial
b. Bentuk-bentuk Antisosial
c. cara mengatasi gejala anti sosial.

VI. Metode yang Digunakan

a. Ceramah
b. Tanya jawab

VII. Media dan Alat

a. Microfon
b. Tape

VIII. Pengorganisasian

a. Pembawa acara : Rifka Putri Khairuna


b. Pemateri : Fitria Rahmi Meilani
c. Dokumentasi : Patrisia Dinda Ritesa

Keterangan :

( Pembawa Acara)

( Pemateri )
( Peserta )

XI. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Pemateri mengucapkan a. Menjawab salam 5 menit
salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri pemateri
c. Menyampaikan tujuan c. Memperhatikan
pemateri
2. Penyampaian a. Menjelaskan gangguan a. Memperhatikan 30 menit
Materi pada sikap anti sosial pemateri
dapat disembuhkan b. Memperhatikan
b. Menjelaskan intervensi pemateri
dan pengobatan sikap c. Memperhatikan
anti sosial dan pemateri
Menjelaskan cara d. Memperhatikan
mengatasi gejala anti pemateri
sosial. e. Memberikan
c. Menjelaskan pengertian pertanyaan dan
tahap Maintenancedan menjawab pertanyaan
aplikasinya pada sikap dari pemateri
antisosial
d. Memberi kesempatan
bertanya dan menjawab
pertanyaan peserta
3. Penutup a. Memyampaikan a. Memperhatikan 5 menit
kesimpulan pemateri.
b. Berdoa bersama-sama b. Mengikuti doa
sesuai dengan agama dan bersama sesuai
kepercayaan masing- dengan agama dan
masing. kepercayaan masing-
c. Mengucapkan salam masing.
penutup c. Menjawab salam

X. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan

2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan penyuluhan Sikap Antisosial sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
yakni, pembukaan 5 menit, penyampaian materi 30 menit, dan penutup 5 menit.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Pemateri dapat menjelaskan materi penyuluhan dengan baik.
d. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama diskusi berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :

• Peserta dapat mengetahui Gangguan Kepribadian Antisosial dapat Disembuhkan


• Peserta dapat mengetahui pengertian tahap maintenance dan aplikasinya pada sikap
antisosial
• Peserta dapat mengetahui intervensi dan pengobatan sikap Anti Sosial

Peserta dapat mengetahui cara mengatasi gejala sikap anti sosial


Lampiran

MATERI PENYULUHAN

ANTI SOSIAL

A. Pengertian Antisosial

Antisosial (antisocial personality disorder) adalah sebuah gangguan sikap dan perilaku yang
cenderung tidak mempertimbangkan keberadaan orang lain dan tidak mematuhi norma-norma
sosial yang berlaku secara umum di masyarakat. Seseorang yang antisosial ditandai dengan
perilaku tidak bertanggung-jawab, mengkritik tatanan sosial, tidak ada sikap menolong ke arah
perbaikan sosial, hingga melanggar tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.

Antisosial merupakan perilaku gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu
yang melibatkan pola ketidakpedulian yang sangat kuat terhadap pelanggaran hak-hak orang
lain. Perilaku ini ditandai dengan kurangnya perhatian untuk standar moral atau hukum dalam
budaya lokal, bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain, sikap yang tidak bertanggung
jawab, tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.

Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena
penyimpangan ini dikategorikan sebagai penyimpangan ringan dari tatanan sosial yang umum
diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah.
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran terhadap
hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi
sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan.

Berikut definisi dan pengertian antisosial dari beberapa sumber buku:

• Menurut Durand (2006), antisosial adalah perilaku yang ditandai riwayat tidak mau
mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi
kebanyakan orang tidak diterima dan cenderung tidak bertanggung jawab serta
pembohong.
• Menurut Mappiare (2006), antisosial adalah suatu kondisi pribadi dimana individu
mementingkan kekuasaan diri sendiri dan cenderung merugikan lingkungan
masyarakatnya, hal tersebut terlihat dari perilaku secara agresif merusak, mengkritik
tatanan sosial, diam tidak menolong sama sekali ke arah perbaikan sosial masyarakat.
• Menurut Nevid dkk (2005), antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai
dengan perilaku tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan
mereka.
• Menurut Berger (2003), antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara
umum di sekitarnya.
B. Bentuk-bentuk Antisosial

Menurut Soekanto (2006), secara umum perilaku antisosial dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:

1. Antikonformitas. Antikonformitas suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-


norma sosial yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau sekelompok individu.
Sebagai contohnya adalah mencuri, membunuh, membuat keributan, dan mengasingkan
diri dari pergaulan masyarakat.
2. Aksi antisosial. Aksi antisosial sebuah aksi yang menempatkan kepentingan pribadi
ataupun kepentingan kelompok tertentu diatas kepentingan umum. Contohnya adalah,
tidak mau mengikuti kegiatan gotong royong di masyarakat, memanipulasi data keuangan
sebuah organisasi demi kepentingan diri sendiri, dan lain-lain.
3. Dendam antisosial (Antisocial grudge). Antisosial grudge atau juga dendam antisosial,
yaitu rasa dendam atau sakit hati terhadap masyarakat maupun terhadap aturan sosial
tertentu sehingga menimbulkan perilaku menimpang.

Sedangkan menurut Millon dan Davis (2000), gangguan kepribadian antisosial dapat
diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Antisosial pencemburu/iri (varian murni), ditandai selalu menyangkal, merasa


kekurangan, tamak, loba, serakah, iri, dengki, cemburu, mencari ganti rugi dan selalu
ingin mendapat daripada member.
2. Antisosial penjaga reputasi (ciri narsisitik), ditandai tidak mau dianggap cacat, rapuh,
tak terkalahkan, tidak dapat diganggu gugat, bersikeras ketika statusnya dipertanyakan,
dan tidak mau diremehkan.
3. Antisosial pengambil risiko (ciri historik), ditandai tidak takut, berani, suka
berpetualang, sembrono, membabi-buta, implusif, dan tidak peduli bahaya/risiko.
4. Antisosial nomadis (ciri skizoid, avoidant), ditandai bernasib sial/buruk, dianggap tidak
penting, tidak diinginkan, gelandangan/tunawisma, dan impulsif namun tidak berdaya.
5. Antisosial pendengki (ciri sadistik, paranoid), ditandai suka berkelahi, penuh dendam,
kejam, sangat jahat, brutal, mengantisipasi pengkhianatan dan hukuman, temperamen
kasar dan tidak berperasaan, dan tidak merasa takut dan bersalah.

C. Cara Mengatasi Gejala Anti Sosial

Untuk mengatasi gejala anti sosial pada pelajar, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan
baik untuk mencegah dan juga mengobati sikap anti sosial tersebut dan diantaranya adalah:

a. Memberikan kedisiplinan tanpa paksaan: Cara pertama untuk mengatasi gejala anti sosial
adalah dengan mengusahakan untuk memberikan fasilitas pengembangan sikap disiplin
tanpa adanya paksaan, strategi meningkatkan pembangunan sosial dan pendidikan,
meningkatkan keterlibatan orang tua di sekolah dan juga kegiatan ekstrakurikuler.
b. Mendukung keberhasilan akademis: Fokus untuk memberikan dukungan untuk
keberhasilan akademis, memodifikasi lingkungan sekolah agar bisa menghambat perilaku
menyimpang, lebih meningkatkan kemampuan organisasi dan juga akademik sekaligus
mengajarkan hubungan dengan teman sebaya dalam hal positif.
c. Terapi binaural beats: Terapi yang fokus pada terapi otak yang didesain dengan musik
dan juga kata kata. Terapi ini akan mengajak penderita masuk ke alam bawah sadar agar
bisa mengetahui sekaligus memvisualisasikan masalah yang sedang dialami.

D. Pengertian Tahap Contemplation dan Aplikasi Pada Sikap Antisosial

Contemplation atau kontemplasi adalah memandang jauh ke depan demi mendapatkan arah
dan kemungkinan tindakan lain (antisipasi) yang lebih bermakna. Ketika akan melakukan
suatu aksi, misalnya saja menyusuri sungai, atau mendaki gunung, dalam benak, kita sudah
melakukan gladi resik perjalanan.

• Aplikasi tahap contemplation terhadap sikap antisocial

Pada perilaku antisocial, individu sudah mulai memikirkan akibat dari


sikapnya untuk masa depan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SIKAP ANTI SOSIAL

OLEH :

KELOMPOK 6

1. Afnila Angraini 2011312014

2. Rifka Putri Khairuna 2011312050

3. Ulfa Salsabila 2011313014

4. Allvidayu nengsih 2011311004

5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001

6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035

7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011

8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029

DosenPengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I.Latar Belakang

Perilaku antisosial adalah tindakan yang merugikan atau kurang mempertimbangkan


kesejahteraan orang lain. Ini juga didefinisikan sebagai semua jenis perilaku yang melanggar
hak-hak dasar orang lain dan perilaku apa pun yang dianggap mengganggu orang lain di
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk, namun tidak terbatas pada,
agresi yang disengaja, serta permusuhan yang terselubung dan terang-terangan. Perilaku
antisosial juga berkembang melalui interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Ini terus
menerus mempengaruhi temperamen anak , kemampuan kognitif dan keterlibatan mereka
dengan teman-teman yang negatif, secara dramatis mempengaruhi keterampilan pemecahan
masalah kooperatif anak-anak.Banyaknya penyebab terjadinya antisocial pada diri seseorang
membuat kita berfikir bagaimana cara penyembuhan antisosial ini,pada penyuluhan kali akan
membahas tentang salah satu metode yang digunakan untuk penyembuhan antisocial
tersebut.metode yang digunakan yaitu melalui konseling kelompok untuk menurunkan perilaku
Antisosial.

II.Pengantar

Topik : Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode konseling kelompok

Sasaran : Siswa-Siswi kelas X SMA Kasih Bunda

Hari/Tanggal : 27 Mei 2021

Jam : 10.00 wib

Waktu : 45 menit

Tempat : Aula SMA Kasih Bunda

III.Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Solusi penyembuhan Anti sosial pada siswa-siswi
kelas x sma kasih bunda dalam 45 menit,diharapkan sasaran mampu memahami solusi yang
dilakukan untuk mengurangi anti sosial dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

IV.Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan,diharapkan peserta penyuluhan mampu memahami:

a.Siswa-siswi mengetahui penyebab antisosial dengan benar

b.Siswa-siswi mengetahui metode penyembuhan dengan benar


c.siswa-siswi mengerti dengan metode melalui konseling kelompok untuk menurunkan perilaku
Antisosial.

V.Materi Penyuluhan

a.Penyebab Antisosial

b.Solusi Penyembuhan antisosian

c.metode penyembuhan antisosia melalui konseling kelompok

VI.Metode yang digunakan

a.Ceramah

b.Tanya jawab

VII.Media

a.Microfon

b.Proyektor

c.Tape

VII.Pengorganisasian

a.Pembawa Acara :Patrisia Dinda Ritesa

b.Pemateri :Allvidayu Nengsih

c.Dokumentasi :Ulfa Salsabila

(pembawa acara)

(pemateri)
(peserta)

IX.Kegiatan Penyuluhan

• Setting Acara

No Acara Metode Waktu


1 Pembukaan
a.Salam dan pembukaan
b.Menjelaskan tujuan pertemuan Ceramah 10 menit
c.kata sambutan dari dosen
pembimbing
2. Pelaksanaan
a.kegiatan penyeluhan tentang Solusi 25 menit
penyembuhan Anti Sosial melalui Ceramah
metode konseling kelompok
b.Tanya Jawab
3 Penutup
a.Menanyakan perasaan peserta setelah Ceramah 10 menit
mendengarkan penyuluhan
salam penutup
• Strategi pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan peserta


1 10 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan mahasiswa Memperhatikan
keperawatan universitas andalas
c. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
d. Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2 25 menit Kegiatan inti:
a. Menjelaskan penyuluhan Solusi Memperhatikan
penyembuhan Anti Sosial
melalui metode konseling
kelompok
b. Membuka pertanyaan atau Bertanya
diskusi dengan peseerta
c. Menjawab pertanyaan peserta Mendengarkan
3 10 menit Penutup
a. Menanyakan perasaan peserta
setelah mendengarkan Mendengarkan
penyuluhan
b. Salam penutup

X.Evaluasi

1.Evaluasi Struktur

a. Siswa-Siswi kelas X SMA Kasih Bunda siap ketika penyuluhan


b. Aula SMA Kasih Bunda tersedia sesuai perencanaan
c. Ran atau tindakan penyuluh sesuai dengan perencanaan

2.Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan penyuluhan tentang Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode


konseling kelompok sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Siswa-Siswi kelas X SMA Kasih Bunda mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal
sampai selesai
c. Penyuluh dapat menjelaskan materi dengan baik dan jelas
3.Evaluasi Hasil

75% materi tentang Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode konseling kelompok
Terkuasai oleh peserta .

LAMPIRAN

Materi Penyuluhan

Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode konseling kelompok

a.Pengertian AntiSosial

Antisosial merupakan istilah untuk menggambarkan sebuah gangguan kepribadian


dimana terjadi penyimpanan perilaku dari norma-norma,yang terus dilakukan dari waktu ke
waktu dan mengarah pada perbuatan yang berpotensi membahayakan dirinya sendiri atau orang
lain.Dalam istilah yang lebih populer, antisosial dikenal dengan nama lain psikopat atau sosiopat.
Orang dengan kepribadian antisosial memiliki beberapa ciri khas dalam perilaku dan
kepribadiannya, seperti sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain, tidak memiliki
empati atau rasa kasihan pada orang lain, tidak mawas diri, merasa lebih hebat dari orang lain,
dan manipulatif.

b.Penyebab Antisosial

Ciri kepribadian seseorang umumnya ditentukan dari perpaduan antara emosi, pola pikir,
dan perilakunya. Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita gangguan kepribadian
antisosial tidaklah mudah. Sebab, penyebab gangguan tersebut sering kali dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti faktor genetik dan interaksi dalam lingkungan, serta pola asuh yang salah
Hal lain yang berpengaruh terhadap munculnya kepribadian antisosial adalah cara seseorang
melihat, memahami, dan berhubungan dengan dunia luar. Bagaimana seseorang memahami
dirinya sendiri, juga tidak kalah penting. Selain itu, faktor kepribadian selama masa kanak-kanak
yang terbentuk baik secara genetik maupun akibat pengaruh lingkungan, ikut berpengaruh.
Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, yaitu:

• Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi.


• Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial, gangguan
kepribadian lainnya, atau gangguan mental.
• Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya.
c. Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode konseling kelompok
konseling kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui
kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi, mampu menyusun rencana, mampu membuat keputusan yang tepat, serta untuk
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan
dalam membentuk perilaku yang lebih efektif di sekolah.Konseling kelompok adalah proses
interpersonal yang dipimpin oleh konselor yang terlatih secara profesional dan dilaksanakan
dengan individu-individu yang sedang menghadapi problema perkembangan khusus. Hal itu
berfokus pada pikiran, perasaan, sikap, nilai, tujuan tingkah laku dan tujuan individu dan grup
secara keseluruhan.
Permasalahan tersebut disebabkan karena banyak sumber yang tidak hanya di dalam
sekolah, tetapi bisa juga dalam keluarga dimana siswa kurang mempunyai empati pada orang
lain yang menyebabkan perilaku prososialnya kurang tercipta dengan baik dan hal ini bisa
terlihat dalam kehidupan sehari-hari siswa selama di lingkungan sekolah. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka diperlukan teknik dalam menjawab persoalan yang ada saat ini karena metode
konvensional yang selama ini dipakai sudah tidak relevan lagi. Untuk itu perlu diupayakan
metode yang relevan yang mampu menjawab persoalan yang ada. Salah satu upaya yang bisa
ditempuh adalah dengan konseling kelompok menggunakan pendekatan berpusat pada klien
(client centered therapy) yang memungkinkan adanya pendekatan tersebut untuk menurunkan
perilaku antisosial yang ada pada diri siswa.
Pendekatan client centered merupakan pendekatan yang mengatakan bahwa siswa yang
mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya
sendiri. Menurut Park (2018) bahwa pendekatan client centered memberi klien kesempatan untuk
memilih kegiatan yang berarti bagi mereka sendiri dan memungkinkan klien dan terapis untuk
menetapkan tujuan terapeutik bersama untuk mendorong partisipasi klien yang aktif. Pendekatan
berpusat pada klien merupakan pendekatan yang bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif,
siswa yang kurang aktif menjadi aktif dalam bersosial.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa perilaku antisocial siswa
masing-masing dimensi mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan layanan konseling
kelompok menggunakan pendekatan berpusat pada klien yang berorientasi religious.Hal ini
sesuai dengan teori bahwa remaja sering dideskripsikan agresif karena mengambil apa saja yang
mereka inginkan, tanpa peduli perasaan orang lain. Remaja sering tidak melihat perbedaan antara
kebenaran dan kebohongan ucapannya demi mencapai tujuannya. Mereka tidak menunjukkan
penyesalan atau peduli pada efek-efek tindakannya yang kadang-kadang sangat merusak.
Sebaliknya, karena nilai-nilai konservasi menekankan pentingnya kepatuhan dan penghormatan
terhadap aturan, diharapkan pentingnya nilai-nilai sosial ini untuk mencegah adopsi perilaku
antisocial.Individu dengan perilaku antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/kepribadian-antisosial-tidak-sesederhana-yang-dikira diakses pada


tanggal 1 mei 2021 pukul 20.00 wib

Srimurniasih, Mungin Eddy Wibowo,Ali Murtadho.2020.” MENURUNKAN PERILAKU


ANTISOSIAL SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK BERPUSAT PADA KLIEN
YANG BERORIENTASI RELIGIUS”.Jurnal Bimbingan dan konseling.vol 4(2):270-273.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL

OLEH :
KELOMPOK 6
1. Afnila Angraini 2011312014
2. Rifka Putri Khairuna 2011312050
3. Ulfa Salsabila 2011313014
4. Allvi dayu nengsih 2011311004
5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001
6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035
7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011
8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029

Dosen Pengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang

Perilaku antisosial adalah tindakan yang merugikan atau kurang mempertimbangkan


kesejahteraan orang lain. Ini juga didefinisikan sebagai semua jenis perilaku yang melanggar hak-
hak dasar orang lain dan perilaku apa pun yang dianggap mengganggu orang lain di masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk, namun tidak terbatas pada, agresi yang
disengaja, serta permusuhan yang terselubung dan terang-terangan. Perilaku antisosial juga
berkembang melalui interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Ini terus menerus
mempengaruhi temperamen anak , kemampuan kognitif dan keterlibatan mereka dengan teman-
teman yang negatif, secara dramatis mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah kooperatif
anak-anak. Banyak juga orang yang menyebut perilaku yang dianggap bertentangan dengan norma
perilaku sosial yang berlakusebagai perilaku antisosial. Namun, para peneliti telah menyatakan
bahwa ini adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan, terutama di Inggris Raya di mana banyak
tindakan termasuk dalam kategorinya. Istilah ini terutama digunakan dalam bahasa Inggris British
.

II. Pengantar

Topik : Sikap Antisosial

Sasaran : Anak-anak dan orang tua

Hari/tanggal : Minggu/2 Mei 2021

Jam : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat :

III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang solusi penyembuhan antisosial selama 30 menit


diharapkan para remaja yang hadir dan mengikuti penyuluhan tersebut dapat mengubah prilaku
antisosial yang ia terapkan selama ini dengan cara melakukan kegiuatan kegiatan positif dan
berada di pergaulan yang dapat mendorongnya untuk tidak berperilaku antisosial.
IV. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta dapat menyebutkan serta


mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari hari tentang :

a. Peserta penyuluhan dapat membedakan mana pergaulan yang dapat menguntungkan


dirinya ke hal yang baik dan mana pergaulan yang dapat menjerumuskannya.
b. Peserta penyuluhan dapat mengetahui kegiatan kegiatan positif serta produktif yang
dapat mengisi waktu luang sebagai upaya untuk terhindar dari prilaku antisosial.

V. Materi Penyuluhan

a. Membedakan pergaulan yang dapat menguntungkan dan pergaulan yang dapat


menjerumuskan

b. Macam- macam Kegiatan Kegiatan Positif dan Produktif.

VI. Metode yang digunakan

a. Ceramah dengan mendatangkan remaja seusia peserta yang berhasil menghilangkan


prilaku antisosial di dirinya
b. Tanya jawab
c. Melakukan kegiatan positif seperti mewarnai sebuah gambar yang lebih kompleks yang
dipercaya dapat mengurangi stress dan dapat memicu kreativitas.
d. Berdiskusi dengan pemateri tamu

VII. Media dan Alat

a. Microfon
b. Tape
c. Alat alat mewarnai, dan gambar gambar.

VIII. Pengorganisasian :

a. Pembawa Acara : Odelia Sabrina Visandri


b. Pemateri : Patrisia Dinda Ritesa
c. Dokumentasi : Fitria Rahmi Meilani
Keterangan :

Pembawa Acara Berdiskusi Pemateri Peserta

XI. Kegiatan Penyuluhan

NO Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Pemateri a. Menjawab salam 5
mengucapkan salam b. Memperhatikan Menit
b. Memperkenalkan pemateri
diri c. Memperhatikan
Menyampaikan tujuan pemateri
2. Penyampaian a. Mengenalkan a. Mendengarkan 60
Materi dan pergaulan Pemateri Menit
Melakukan pergaulan yang b. Menanyakan hal
Kegiatan Mewarnai dapat hal yang tidak
Kompleks menguntungkan dipahami kepada
b. Mengenalkan pemateri
pergaulan c. Berdiskusi
pergaulan yang bersama pemateri
sifatnya dapat tamu
menjerumuskan d. Mewarnai gambar
c. Menyampaikan kompleks yang
pengalaman oleh telah diberikan
pemateri tamu pihak acara.
tentang halhal apa
saja yang ia alami
d. Tanya jawab
peserta dan
pemateri tamu
e. Mengenalkan
kegiatan positif
yang dapat
dilakukan pada
waktu luang
f. Pemateri mengajak
peserta untuk
mewarnai gambar
yang kompleks
sebagai bentuk
pengenalan kepada
kegiatan positif
3. Penutup a. Menyampaikan a. Memperhatikan 5
Kesimpulan pemateri. Menit
b. Mengapresiasi b. Mengikuti doa
gambar yang bersama sesuai dengan
telah diwarnai agama dan kepercayaan
peserta masing-masing.
c. b. Berdoa c. Menjawab salam
bersama-sama
sesuai dengan
agama dan
kepercayaan
masing-masing.
d. c.
Mengucapk
an salam
penutup
X. Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.

b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan

c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaanda sedikit molor pada

2. Evaluasi Proses.

a. Pelaksanaan waktu kegiatan ini ada sedikit terlambat dari sesuai perencanaan yaitu pada
kegiatan mewarnai karena banyaknya antusias yang datang dari peserta.

b. Peserta mengeluhkan sedikitnya waktu karena mereka masih ingin berbincang banyak dengan
pemateri tamu

c. Peserta terlihat berperan aktif dalam kegiatan karena itu merupakan hal yang baru bagi
mereka.

3. Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 85% materi tentang sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :

a. Peserta dapat mengetahui pergaulan pergaulan yang dapat menguntungkannya


b. Peserta mengetahui bahwa banyak kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan ketika waktu
luang yang positif dan produktif
c. Peserta terlihat antusias.
Lampiran

Materi Penyuluhan

SIKAP ANTISOSIAL

A. Perbedaan Pergaulan Menguntungkan dan Menjerumuskan

Pergaulan merupakan suatu proses interaksi antara individu atau individu dengan kelompok
dimana seseorang memainkan peranan penting dalam kehidupan tiap orang. Pergaulan positif
berupa kerjasama antara antar individu atau kelompok yang berguna, sedangkan pergaulan negatif
lebih mengarah pada pergaulan yang bebas yang belum dapat mengetahui baik atau tidaknya
perbuatan itu.

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pergaulan sehat


merupakan proses menjalin hubungan sosial yang dilakukan antar individu atau individu dengan
kelompok, yang dilakukan secara sadar.

Untuk menciptakan pergaulan yang sehat, berikut enam hal yang bisa dijadikan prinsip dalam
menjalin hubungan pertemanan:

1. Memiliki kesadaran untuk beragama serta mengetahui batas berperilaku yang baik dan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Menanamkan serta mengembang sikap kesetiakawanan.
3. Memilih serta menjalin hubungan dengan teman yang baik.
4. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal positif. Misalnya mengembangkan
bakat atau membantu ibu memasak, dan lain sebagainya.
5. Dalam menjalin hubungan sosial, hendaknya perempuan dan pria memiliki batasan dalam
bersikap dan berperilaku.
6. Bisa mengendalikan diri ketika memiliki permasalahan serta tidak berusaha mencari jalan
pintas.

Berkebalikan dengan pergaulan sehat, pergaulan tidak sehat membawa dampak negatif untuk diri
sendiri serta lingkungan sekitar. Pergaulan tidak sehat lebih sering dikenal sebagai pergaulan
bebas. Bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Mengutip dari Buku Pergaulan Bebas (2017), karya Salman Al Farisi, pergaulan bebas merupakan
proses penjalinan hubungan sosial dengan individu atau suatu kelompok, yang melebihi norma
yang berlaku atau merupakan perilaku menyimpang. Salah satu faktor penyebab terjadinya
pergaulan bebas adalah salah menjalin pertemanan. Hal ini tentunya membawa pengaruh buruk
atau dampak negatif.

B. Kegiatan Positif ; Mewarnai kompleks

Manfaat sehat mewarnai

Terapi dengan seni memang memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Manfaat yang sama juga
bisa dipetik dari aktivitas mewarnai. Meski sekias terkesan seperti aktivitas anak-anak, namun
orang dewasa juga bisa merasakan manfaatnya.

Apa saja manfaat sehat mewarnai untuk orang dewasa?

● Menurunkan tingkat kecemasan

Beberapa penelitian mengatakan bahwa kegiatan mewarnai dapat memberikan efek therapeutik
untuk menurunkan tingkat kecemasan, menajamkan fokus, dan membuat pikiran lebih tenang,
bahkan dapat membantu menurunkan tingkat stres.

Terkait itu, peneliti mengatakan bahwa efek mewarnai hampir serupa dengan meditasi. Ini karena
mewarnai membuat otak Anda mengesampingkan hal lain, agar bisa terus fokus pada aktivitas
mewarnai saja. Karena itu, jika orang dengan gangguan cemas melakukan kegiatan mewarnai
dengan serius, pikiran-pikiran yang membuatnya merasakan kecemasan dapat diusir jauh-jauh.

Dengan adanya manfaat tersebut, mewarnai dapat memberikan efek positif pada orang-orang
dengan keluhan kecemasan, obsessive-compulsive disorder, stres, depresi, gangguan makan
(anoreksia dan bulimia), orang yang emosional (mudah marah), bahkan pada orang yang
mengalami ketergantungan narkotika.

● Menciptakan perasaan senang

Studi lain yang dilakukan oleh the University of New South Wales di Australia menyebut bahwa
terfokus pada kegiatan mewarnai dapat menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang
menyenangkan. Karena, seseorang yang sedang mewarnai akan terfokus pada bentuk dan ukuran
gambar, serta memilih warna-warna yang diinginkan.

● Mengaktifkan kemampuan otak bagian frontal

Saat melakukan aktivitas mewarnai, otak bagian frontal akan teraktivasi. Otak bagian frontal
berperan penting untuk ingatan, menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan
bersosial dan spontanitas.

● Nostalgia masa kecil

Aktivitas mewarnai akan membuat Anda kembali pada waktu-waktu bahagia di masa kecil. Waktu
ketika Anda tidak dibebankan banyak tanggung jawab, bisa melakukan sesuatu hanya karena ingin
dan tidak memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Kembali sesaat pada masa-masa seperti ini
akan membuat Anda teralih dari pikiran-pikiran yang membuat stres dan cemas.

● Mengasah otak kiri dan kanan

Kegiatan mewarnai dapat mengaktifkan kedua sisi otak: kiri dan kanan. Saat mewarnai, Anda akan
memikirkan mengenai keselarasan warna, pemilihan warna dan cara mengaplikasikan pensil
warna, sehingga kemampuan motorik halus maupun kemampuan menyelesaikan masalah menjadi
terasah dengan baik.

C. Aplikasi Tahap Action dalam kasus Anti Sosial

Pada prilaku antisosial, individu telah dapat menjalankan tindakan tindakan dimana dapat
menghilangkan prilaku antisosial tersebut. Dimana pada tahap ini ia sudah memilih dan
melaksanakan tindakan tersebut.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL

OLEH :
KELOMPOK 6
1. Afnila Angraini 2011312014
2. Rifka Putri Khairuna 2011312050
3. Ulfa Salsabila 2011313014
4. Allvi dayu nengsih 2011311004
5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001
6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035
7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011
8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029

Dosen Pengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang

Perilaku antisosial adalah tindakan yang merugikan atau kurang mempertimbangkan


kesejahteraan orang lain. Ini juga didefinisikan sebagai semua jenis perilaku yang melanggar hak-
hak dasar orang lain dan perilaku apa pun yang dianggap mengganggu orang lain di masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk, namun tidak terbatas pada, agresi yang
disengaja, serta permusuhan yang terselubung dan terang-terangan. Perilaku antisosial juga
berkembang melalui interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Ini terus menerus
mempengaruhi temperamen anak , kemampuan kognitif dan keterlibatan mereka dengan teman-
teman yang negatif, secara dramatis mempengaruhi keterampilan pemecahan masalah kooperatif
anak-anak. Banyak juga orang yang menyebut perilaku yang dianggap bertentangan dengan norma
perilaku sosial yang berlakusebagai perilaku antisosial. Namun, para peneliti telah menyatakan
bahwa ini adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan, terutama di Inggris Raya di mana banyak
tindakan termasuk dalam kategorinya. Istilah ini terutama digunakan dalam bahasa Inggris British
.

II. Pengantar

Topik : Sikap Antisosial

Sasaran : Anak-anak dan orang tua

Hari/tanggal : Minggu/2 Mei 2021

Jam : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat :

III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang solusi penyembuhan antisosial selama 30 menit


diharapkan para remaja yang hadir dan mengikuti penyuluhan tersebut dapat mengubah prilaku
antisosial yang ia terapkan selama ini dengan cara melakukan kegiuatan kegiatan positif dan
berada di pergaulan yang dapat mendorongnya untuk tidak berperilaku antisosial.
IV. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta dapat menyebutkan serta


mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari hari tentang :

a. Peserta penyuluhan dapat membedakan mana pergaulan yang dapat menguntungkan


dirinya ke hal yang baik dan mana pergaulan yang dapat menjerumuskannya.
b. Peserta penyuluhan dapat mengetahui kegiatan kegiatan positif serta produktif yang
dapat mengisi waktu luang sebagai upaya untuk terhindar dari prilaku antisosial.

V. Materi Penyuluhan

a. Membedakan pergaulan yang dapat menguntungkan dan pergaulan yang dapat


menjerumuskan

b. Macam- macam Kegiatan Kegiatan Positif dan Produktif.

VI. Metode yang digunakan

a. Ceramah dengan mendatangkan remaja seusia peserta yang berhasil menghilangkan


prilaku antisosial di dirinya
b. Tanya jawab
c. Melakukan kegiatan positif seperti mewarnai sebuah gambar yang lebih kompleks yang
dipercaya dapat mengurangi stress dan dapat memicu kreativitas.
d. Berdiskusi dengan pemateri tamu

VII. Media dan Alat

a. Microfon
b. Tape
c. Alat alat mewarnai, dan gambar gambar.

VIII. Pengorganisasian :

a. Pembawa Acara : Odelia Sabrina Visandri


b. Pemateri : Patrisia Dinda Ritesa
c. Dokumentasi : Fitria Rahmi Meilani
Keterangan :

Pembawa Acara Berdiskusi Pemateri Peserta

XI. Kegiatan Penyuluhan

NO Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Pemateri a. Menjawab salam 5
mengucapkan salam b. Memperhatikan Menit
b. Memperkenalkan pemateri
diri c. Memperhatikan
Menyampaikan tujuan pemateri
2. Penyampaian a. Mengenalkan a. Mendengarkan 60
Materi dan pergaulan Pemateri Menit
Melakukan pergaulan yang b. Menanyakan hal
Kegiatan Mewarnai dapat hal yang tidak
Kompleks menguntungkan dipahami kepada
b. Mengenalkan pemateri
pergaulan c. Berdiskusi
pergaulan yang bersama pemateri
sifatnya dapat tamu
menjerumuskan d. Mewarnai gambar
c. Menyampaikan kompleks yang
pengalaman oleh telah diberikan
pemateri tamu pihak acara.
tentang halhal apa
saja yang ia alami
d. Tanya jawab
peserta dan
pemateri tamu
e. Mengenalkan
kegiatan positif
yang dapat
dilakukan pada
waktu luang
f. Pemateri mengajak
peserta untuk
mewarnai gambar
yang kompleks
sebagai bentuk
pengenalan kepada
kegiatan positif
3. Penutup a. Menyampaikan a. Memperhatikan 5
Kesimpulan pemateri. Menit
b. Mengapresiasi b. Mengikuti doa
gambar yang bersama sesuai dengan
telah diwarnai agama dan kepercayaan
peserta masing-masing.
c. b. Berdoa c. Menjawab salam
bersama-sama
sesuai dengan
agama dan
kepercayaan
masing-masing.
d. c.
Mengucapk
an salam
penutup
X. Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.

b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan

c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaanda sedikit molor pada

2. Evaluasi Proses.

a. Pelaksanaan waktu kegiatan ini ada sedikit terlambat dari sesuai perencanaan yaitu pada
kegiatan mewarnai karena banyaknya antusias yang datang dari peserta.

b. Peserta mengeluhkan sedikitnya waktu karena mereka masih ingin berbincang banyak dengan
pemateri tamu

c. Peserta terlihat berperan aktif dalam kegiatan karena itu merupakan hal yang baru bagi
mereka.

3. Evaluasi

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 85% materi tentang sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :

a. Peserta dapat mengetahui pergaulan pergaulan yang dapat menguntungkannya


b. Peserta mengetahui bahwa banyak kegiatan kegiatan yang dapat dilakukan ketika waktu
luang yang positif dan produktif
c. Peserta terlihat antusias.
Lampiran

Materi Penyuluhan

SIKAP ANTISOSIAL

A. Perbedaan Pergaulan Menguntungkan dan Menjerumuskan

Pergaulan merupakan suatu proses interaksi antara individu atau individu dengan kelompok
dimana seseorang memainkan peranan penting dalam kehidupan tiap orang. Pergaulan positif
berupa kerjasama antara antar individu atau kelompok yang berguna, sedangkan pergaulan negatif
lebih mengarah pada pergaulan yang bebas yang belum dapat mengetahui baik atau tidaknya
perbuatan itu.

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pergaulan sehat


merupakan proses menjalin hubungan sosial yang dilakukan antar individu atau individu dengan
kelompok, yang dilakukan secara sadar.

Untuk menciptakan pergaulan yang sehat, berikut enam hal yang bisa dijadikan prinsip dalam
menjalin hubungan pertemanan:

1. Memiliki kesadaran untuk beragama serta mengetahui batas berperilaku yang baik dan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Menanamkan serta mengembang sikap kesetiakawanan.
3. Memilih serta menjalin hubungan dengan teman yang baik.
4. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal positif. Misalnya mengembangkan
bakat atau membantu ibu memasak, dan lain sebagainya.
5. Dalam menjalin hubungan sosial, hendaknya perempuan dan pria memiliki batasan dalam
bersikap dan berperilaku.
6. Bisa mengendalikan diri ketika memiliki permasalahan serta tidak berusaha mencari jalan
pintas.

Berkebalikan dengan pergaulan sehat, pergaulan tidak sehat membawa dampak negatif untuk diri
sendiri serta lingkungan sekitar. Pergaulan tidak sehat lebih sering dikenal sebagai pergaulan
bebas. Bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Mengutip dari Buku Pergaulan Bebas (2017), karya Salman Al Farisi, pergaulan bebas merupakan
proses penjalinan hubungan sosial dengan individu atau suatu kelompok, yang melebihi norma
yang berlaku atau merupakan perilaku menyimpang. Salah satu faktor penyebab terjadinya
pergaulan bebas adalah salah menjalin pertemanan. Hal ini tentunya membawa pengaruh buruk
atau dampak negatif.

B. Kegiatan Positif ; Mewarnai kompleks

Manfaat sehat mewarnai

Terapi dengan seni memang memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Manfaat yang sama juga
bisa dipetik dari aktivitas mewarnai. Meski sekias terkesan seperti aktivitas anak-anak, namun
orang dewasa juga bisa merasakan manfaatnya.

Apa saja manfaat sehat mewarnai untuk orang dewasa?

● Menurunkan tingkat kecemasan

Beberapa penelitian mengatakan bahwa kegiatan mewarnai dapat memberikan efek therapeutik
untuk menurunkan tingkat kecemasan, menajamkan fokus, dan membuat pikiran lebih tenang,
bahkan dapat membantu menurunkan tingkat stres.

Terkait itu, peneliti mengatakan bahwa efek mewarnai hampir serupa dengan meditasi. Ini karena
mewarnai membuat otak Anda mengesampingkan hal lain, agar bisa terus fokus pada aktivitas
mewarnai saja. Karena itu, jika orang dengan gangguan cemas melakukan kegiatan mewarnai
dengan serius, pikiran-pikiran yang membuatnya merasakan kecemasan dapat diusir jauh-jauh.

Dengan adanya manfaat tersebut, mewarnai dapat memberikan efek positif pada orang-orang
dengan keluhan kecemasan, obsessive-compulsive disorder, stres, depresi, gangguan makan
(anoreksia dan bulimia), orang yang emosional (mudah marah), bahkan pada orang yang
mengalami ketergantungan narkotika.

● Menciptakan perasaan senang

Studi lain yang dilakukan oleh the University of New South Wales di Australia menyebut bahwa
terfokus pada kegiatan mewarnai dapat menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang
menyenangkan. Karena, seseorang yang sedang mewarnai akan terfokus pada bentuk dan ukuran
gambar, serta memilih warna-warna yang diinginkan.

● Mengaktifkan kemampuan otak bagian frontal

Saat melakukan aktivitas mewarnai, otak bagian frontal akan teraktivasi. Otak bagian frontal
berperan penting untuk ingatan, menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan
bersosial dan spontanitas.

● Nostalgia masa kecil

Aktivitas mewarnai akan membuat Anda kembali pada waktu-waktu bahagia di masa kecil. Waktu
ketika Anda tidak dibebankan banyak tanggung jawab, bisa melakukan sesuatu hanya karena ingin
dan tidak memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Kembali sesaat pada masa-masa seperti ini
akan membuat Anda teralih dari pikiran-pikiran yang membuat stres dan cemas.

● Mengasah otak kiri dan kanan

Kegiatan mewarnai dapat mengaktifkan kedua sisi otak: kiri dan kanan. Saat mewarnai, Anda akan
memikirkan mengenai keselarasan warna, pemilihan warna dan cara mengaplikasikan pensil
warna, sehingga kemampuan motorik halus maupun kemampuan menyelesaikan masalah menjadi
terasah dengan baik.

C. Aplikasi Tahap Action dalam kasus Anti Sosial

Pada prilaku antisosial, individu telah dapat menjalankan tindakan tindakan dimana dapat
menghilangkan prilaku antisosial tersebut. Dimana pada tahap ini ia sudah memilih dan
melaksanakan tindakan tersebut.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SIKAP ANTISOSIAL

OLEH :

KELOMPOK 6

1. Afnila Angraini 2011312014

2. Rifka Putri Khairuna 2011312050

3. Ulfa Salsabila 2011313014

4. Allvi dayu nengsih 2011311004

5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001

6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035

7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011

8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029

Dosen Pengampu : Fitra Yeni, S.Kp, MA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. Latar Belakang

Perilaku antisosial adalah tindakan yang merugikan atau kurang mempertimbangkan


kesejahteraan orang lain. Ini juga didefinisikan sebagai semua jenis perilaku yang melanggar
hak-hak dasar orang lain dan perilaku apa pun yang dianggap mengganggu orang lain di
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk, namun tidak terbatas pada,
agresi yang disengaja, serta permusuhan yang terselubung dan terang-terangan. Perilaku
antisosial juga berkembang melalui interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Ini terus
menerus mempengaruhi temperamen anak , kemampuan kognitif dan keterlibatan mereka
dengan teman-teman yang negatif, secara dramatis mempengaruhi keterampilan pemecahan
masalah kooperatif anak-anak. Banyak juga orang yang menyebut perilaku yang dianggap
bertentangan dengan norma perilaku sosial yang berlakusebagai perilaku antisosial. Namun, para
peneliti telah menyatakan bahwa ini adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan, terutama di
Inggris Raya di mana banyak tindakan termasuk dalam kategorinya. Istilah ini terutama
digunakan dalam bahasa Inggris British .

II. Pengantar

Topik : Sikap Antisosial

Sasaran : Anak-anak dan orang tua

Hari/tanggal : Minggu/2 Mei 2021

Jam : 09.00 WIB

Waktu : 30 menit

Tempat :

III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Antisosial pada remaja selama 30 menit,


diharapkan para anak anak dan orang tua yang hadir mampu memahami dan mengerti tentang
gangguan kepribadian terhdap sikap anti sosial dapat disembuhkan dengan berbagai cara.

IV. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta penyuluhan mampu menyebutkan


tentang :

a. Peserta dapat mengetahui pengertian perilaku antisosial


b. Peserta dapat mengetahui jenis perilaku antisosial pada anak sekolah dasar
c. Peserta dapat mengetahui faktor penyebab perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar
d. Peserta dapat mengetahui upaya pemecahan masalah perilaku anti sosial pada anak sekolah
dasar
e. Peserta dapat mengetahui pengertian termination dan aplikasinya pada perilaku antisosial

V. Materi Penyuluhan

a. Pengertian perilaku antisosial


b. Jenis perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar
c. Faktor penyebab perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar
d. Upaya pemecahan masalah perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar
e. Pengertian tahap termination dan aplikasi pada perilaku anti sosial

VI. Metode yang Digunakan

a. Ceramah
b. Tanya jawab

VII. Media dan Alat

a. Microfon
b. Tape

VIII. Pengorganisasian

a. Pembawa acara : Rifka Putri Khairuna


b. Pemateri : Patrisia Dinda Ritesa
c. Dokumentasi : Fitria Rahmi Meilani

Keterangan :

( Pembawa Acara)

( Pemateri )
( Peserta )

XI. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Pemateri mengucapkan a. Menjawab salam 5 menit
salam b. Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri pemateri
c. Menyampaikan tujuan c. Memperhatikan
pemateri
2. Penyampaian a. Menjelaskan pengertian a. Memperhatikan 30 menit
Materi perilaku antisosial pemateri
b. Menjelaskan jenis b. Memperhatikan
perilaku anti sosial pada pemateri
anak sekolah dasar
c. Menjelaskan faktor c. Memperhatikan
penyebab perilaku anti pemateri
sosial pada anak sekolah
dasar
d. Menjelaskan upaya d. Memperhatikan
pemecahan masalah pemateri
perilaku anti sosial pada
anak sekolah dasar
e. Menjelaskan pengertian e. Memperhatikan
tahap termination dan pemateri
aplikasi pada perilaku
anti sosial
f. Memberi kesempatan f. Memberikan
bertanya dan menjawab pertanyaan dan
pertanyaan peserta menjawab pertanyaan
dari pemateri
3. Penutup a. Memyampaikan a. Memperhatikan 5 menit
kesimpulan pemateri.
b. Berdoa bersama-sama b. Mengikuti doa
sesuai dengan agama dan bersama sesuai
kepercayaan masing- dengan agama dan
masing. kepercayaan masing-
c. Mengucapkan salam masing.
penutup c. Menjawab salam
X. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyuluhan
tentang Perilaku Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan

2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan penyuluhan Perilaku Antisosial sesuai dengan waktu yang telah


direncanakan yakni, pembukaan 5 menit, penyampaian materi 30 menit, dan penutup 5
menit.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Pemateri dapat menjelaskan materi penyuluhan dengan baik.
d. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama diskusi berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Perilaku Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :

• Peserta dapat mengetahui pengertian dari perilaku antisosial


• Peserta dapat mengetahui pengertian tahap termination dan aplikasinya pada perilaku
antisosial
• Peserta dapat mengetahui jenis perilaku anti sosial pada anak sekolah dasar
• Peserta dapat mengetahui upaya pemecahan masalah perilaku anti sosial pada anak
sekoah dasar
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

PERILAKU ANTISOSIAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Perilaku Anti Sosial

Menurut Oxford psychology, anti sosial adalah perilaku yang merugikan orang lain dan merugikan
masyarakat. Perilaku anti sosial terdiri dari banyak bentuk. Salah satu contohnya bermusuhan (yang
berarti emosional, impulsif dan didorong oleh rasa sakit atau tertekan) dengan menanggapi situasi secara
langsung; atau dapat berperilaku anti sosial dengan perencanaan yang disengaja dari waktu ke waktu. Dua
jenis perilaku anti-sosial yang sangat berbahaya bagi individu dan masyarakat yaitu agresi dan prasangka.

B. Jenis Perilaku Anti Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

T. Sutjihati Somantri (2006:43-45) menjelaskan bahwa bentuk tingkah laku sosial yang dijumpai
pada masa anak-anak dilandasi oleh pola tingkah laku yang terbentuk pada masa bayi, tetapi
beberapa diantaranya merupakan bentuk tingkah laku yang baru. Beberapa diantaranya
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak sosial bahkan anti sosial. Bentuk-bentuk tingkah laku
anti sosial yang sering dijumpai pada masa anak-anak adalah:

a. Negativisme

Negativisme adalah merupakan gabungan antara keyakinan diri, perlindungan diri, dan
penolakan yang berlebihan. Negativisme merupakan akibat situasi sosial, misalnya disiplin yang
terlalu keras atau sikap orang dewasa yang tidak toleransi.

b. Agresi

Agresi merupakan tindakan nyata yang mengancam sebagai ungkapan rasa benci. Anak akan
menunjukkan kecenderungan untuk mengulangi tindakan agresinya bila tindakan tersebut
memberikan hasil yang menyenangkan bagi dirinya, terutama mengenghadapi frustasi atau
kecemasan yang dirasannya. Beberapa penyebab munculnya agresi pada anak-anak antara lain
frustasi, keinginan untuk menarik perhatian, kebutuhan akan perlindungan karena rasa tidak
aman, dan identifikasi dengan orang tua yang agresif.

c. Tingkah laku menguasai

Tingkah laku menguasai diartikan sebagai tindakan untuk mencapai atau mempertahankan
penguasaan suatu situasi sosial. Bentuk tingkah laku anti sosial dapat membuat anak menarik diri
dari lingkungan sosial dan pada akhirnya anak tidak diterima dalam kelompok sebaya.

C. Faktor Penyebab Perilaku Anti Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

Fortin (2003: 682) mengatakan bahwa faktor risiko yang menyebabkan perilaku anti sosial pada
anak-anak dapat dikategorikan sebagai faktor pribadi (personal risk factors), keluarga (family
risk factors), berkaitan dengan sekolah (school-related risk factors) dan sosial (social risk
factors).

Kemudian Schaefer dan William (1981) juga menjelaskan penyebab yang mendasari perilaku
anti sosial yang ditimbulkan dari faktor resiko keluarga, diantaranya adalah:

1. Kurangnya disiplin, orang tua terlalu bersikap permisif dan sulit untuk mengatakan “tidak“
pada anak. Sehingga anak ‘belajar’ bahwa segala keinginannya pasti akan dituruti oleh orang tua.
Hal ini membuat anak berani menolak hal-hal yang diperintahkan yang tidak disukainya, sikap
anak keras, mau menang sendiri dan sulit diatur. Bila dibiarkan dan berlarut-larut sifat anak
seperti ini tidak hanya merugikan bagi dirinya sendiri tetapi sudah merugikan bagi orang orang
tua bahkan orang lain disekitarnya.

2. Pemberian disiplin yang sangat keras, orang tua menuntut anak untuk berlaku perfect
(sempurna), mereka cenderung memaksa dan menginginkan disiplin ’instant’ pada anak.
Pemaksaan dan tuntutan yang berlebihan terhadap anak ini embuat anak melawan dan ‘protes’
dengan berperilaku yang sebaliknya.

3. Pemberian disiplin yang tidak konsisten, kadang orang tua melarang kadang mereka
membiarkan anak berlaku hal yang sama. Ketidakkonsistenan yang ditunjukkan orang tua
membuat anak bingung dan kemudian ‘mencoba-coba’ untuk menolak perintah orang tua, siapa
tahu kali ini ia berhasil untuk tidak jadi melakukan hal yang diperintahkan.

4. Orang tua berada dalam setres atau konflik. Salah satu atau kedua orang tua menghindari
peran pengasuhan anak dikarenakan kesibukan, ketidaktertarikan pada anak, masalah pribadi,
atau adanya masalah dalam perkawinan. Hal ini juga mengakibatkan ketidak-konsistenan dan
ketidakseragaman pengasuhan atau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Sehingga anak
kembali menjadi bingung dan malah melawan

D. Upaya Pemecahan Masalah Perilaku Anti Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

Upaya pemecahan menangani perilaku anti sosial pada siswa sekolah dasarharus dilakukan oleh
keluarga (orang tua), sekolah (guru dan kepala sekolah) dan masyarakat adalah:

a. Orang tua atau keluarga menerapkan pola asuh authoritative. Tidak memberikan disiplin yang
sangat keras, tidak menuntut anak untuk berlaku perfect (sempurna), memberikan pola disiplin
yang konsisten, memberikan suasana hidup dalam kasih sayang, memberi teladan yang baik,
memenuhi, mencukupi serta menaga keadaan fisik dan mental anak dengan baik, mengajarkan
anak untuk bersosialisasi dengan berbagai latar belakang ststus sosial dan ekonomi, menanamkan
pemahaman bahwa dalam urutan anak dalam keluarga harus saling menyayangi dan memiliki
peranan sesuai dengan kemampuan anak serta harus mengontrol pergaulan anak.

b. Sekolah (guru) menerapkan metode pembelajaran Kooperatif. Selain itu guru harus
memperhatikan psikologi dan sesuai perkembangan multiple intelegensi anak. Jangan bertindak
sebagai ‘bos’ atau diktator, dimana jangan memberi perintah langsung bila ingin apapun
dilakukan anak dengan baik. Guru harus menerapkan mata pelajaran di sekolah harus terintegrasi
dengan penanaman nilai-nilai moral dan karakter yang baik. Guruharus menjadi model yang baik
dalam interaksi sosial anak.

c. Lingkungan Sosial (masyarakat dan media):

1. Masyarakat harus berperan menumbuhkan norma sosial yang baik. 2. Media Massa harus
memberikan tontonan dan tuntunan yang baik bagi anak.

2. Rekomendasi Peranan berbagai pihak diperlukan dalam upaya memberikan bimbingan pada
anak anti sosial di sekolah dasar, yaitu keluarga (orang tua), Sekolah (guru) dan Lingkungan
Sosial (masyarakat dan media). Oleh karenanya Rekomendasi ditujukan pada:

a). Orang tua: Orang tua agar mengkaji dan mengevaluasi kembali bentuk pola asuh terhadap
anak,pola asuh authoritative disarankan sebagai bentuk pola asuh yang baik.

b) Guru: Guru agar mengkaji dan mengevaluasi pola mendidik dan mengajar, dalam mendidik
disarankan memberi permodelan tingkah laku serta mengintegrasikan mata pelajaran dengan
nilai-nilai karakter dan menerapkan metode belajar kooperatif

c) Lingkungan Sosial Masyarakat agar memberikan permodelan tingkah laku yang baik ditopang
oleh media penyiaran publik yang sehat (cocok) bagi anak.

E. Pengertian Tahap Termination dan Aplikasi Pada Perilaku Anti Sosial

Termination, merupakan tahap terakhir yang dapat diaplikasikan pada perilaku anti sosial. Pada
tahap ini, perilaku yang tidak sehat tidak akan pernah kembali dan individu tidak memiliki
ketakutan akan kambuh. Meskipun individu tersebut merasa depresi, cemas, bosan, kesepian,
marah, atau stres, mereka yakin bahwa mereka tidak akan kembali pada perilaku lama yang tidak
sehat sebagai jalan penyelesaian masalah. Perilaku kambuh lagi atau relapse lebih merupakan
aturan pada perilaku anti sosial, maka transtheoritical model menggambarkan tahapan perubahan
perilaku.

• Aplikasi Tahap Termination Terhadap Perilaku Anti Sosial

Pada kasus anti sosial, tahap ini merupaka tahap akhir dalam proses perubahan perilaku
anti sosial. Dalam tahap ini individu harus mengetahui diantaranya bahaya-bahaya fisik,
tekhnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan pemahaman tentang
perubahan perilaku anti sosial,. Secara teoritis terminasi dilihat terhadap keberhasilan
pelaksanaan tindakan perubahan individu.

Anda mungkin juga menyukai