individu yang di Adapun solusi dari solusi yang dapat tahap ini sudah Dalam tahap ini
diagnosa anti sosial, anti sosial ini yaitu dilakukan individu ada perubahan individu harus
mereka akan mulai mengadakan untuk mengbubah yang besar mengetahui
berfikir bahwa apa penyuluhan sosial di perilakunya sebagai terhadap diri diantaranya
yang mereka sekolah, anti sosial Yaitu mereka yang bahaya-bahaya
lakukan selama ini perkantoran dan memilih pergaulan dilakukan sedikit fisik, tekhnik
tidak benar. Tetapi lain-lain. yang dapat demi sedikit. komunikasi,
mereka belum merubahnya Dimana mereka kemampuan
memahami betul menjadi tidak anti sudah mulai dalam prosedur
perilaku salah atau sosial lagi,dan untuk tindakan
malah benar melakukan kegiatan menerapkan hal- pemahaman
yang positif hal yang dapat tentang
membuat mereka perubahan
lebih tertarik perilaku anti
dengan dunia luar sosial,.
-
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
II. Pengantar
Sasaran : Remaja
Waktu : 30 menit
Tempat :
V. Materi Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
a. Microfon
b. Tape
VIII. Pengorganisasian
Keterangan :
( Pembawa Acara)
( Pemateri )
( Peserta )
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan penyuluhan Sikap Antisosial sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
yakni, pembukaan 5 menit, penyampaian materi 30 menit, dan penutup 5 menit.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Pemateri dapat menjelaskan materi penyuluhan dengan baik.
d. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama diskusi berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :
MATERI PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL
Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau
memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu
sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum.
Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum
disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat
luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan
oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang
kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat,
baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku
yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat.
Hal lain yang berpengaruh terhadap munculnya kepribadian antisosial adalah cara
seseorang melihat, memahami, dan berhubungan dengan dunia luar. Bagaimana seseorang
memahami dirinya sendiri, juga tidak kalah penting. Selain itu, faktor kepribadian selama masa
kanak-kanak yang terbentuk baik secara genetik maupun akibat pengaruh lingkungan, ikut
berpengaruh.
Dengan kata lain, penyebab pasti dari gangguan kepribadian antisosial belum diketahui
dengan pasti. Para ahli hanya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh genetik yang membuat
seseorang rentan untuk menderita gangguan kepribadian ini. Selain itu, adanya kelainan
pada fungsi otak di bagian tertentu juga diduga berperan dalam menyebabkan seseorang menjadi
antisosial.
Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, yaitu:
• Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering menjadi
korban tindakan kekerasan.
• Sering berbohong
• Tidak memiliki empati, bersikap sinis, dan tidak menghargai orang lain
Tahap pre-contemplation adalah tahap dimana orang tidak ingin berubah atau tidak sadar
akan perlunya adanya perubahan. atau dengan kata lain dapat dikatakan sebagai keadaan
individu yang tidak mempunyai keinginan untuk mengubah perilaku. Kebanyakan individu pada
tahap ini bahkan tidak sadar kalau mereka mempunyai masalah perilaku. Dengan demikian,
individu pada tahap ini sangat sulit dimotivasi untuk mengubah perilaku.
Aplikasi terhadap Kasus Anti Sosial
Pada perilaku anti sosial, individu pada tahap ini bisa saja sudah mendapatkan informasi
atau belum mendapatkan informasi tentang konsekuensi perilakunya. Atau individu tersebut
sudah mencoba mengubah perilakunya. Misalnya, mulai menghargai orang-orang
disekitarnya dan berhenti bersikap manipulative.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 6
1. AfnilaAngraini 2011312014
2. RifkaPutriKhairuna 2011312050
3. UlfaSalsabila 2011313014
4. Allvidayunengsih 2011311004
5. PatrisiaDindaRitesa 2011311001
6. FitriaRahmiMeilani 2011312035
8. KholikMikroJatortudaulay 2011312029
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
II. Pengantar
Sasaran : Remaja
Waktu : 30 menit
Tempat :
a. Peserta dapat mengetahui bahwa gangguan terhadap sikap anti sosial itu dapat
disembuhkan
b. Peserta dapat mengetahui intervensi dan pengobatan sikap anti sosial
c. Peserta dapat mengetahui cara mengatasi gejala anti sosial
d. Peserta dapat mengetahui pengertian Maintenance dan aplikasinya pada sikap antisosial
V. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Antisosial
b. Bentuk-bentuk Antisosial
c. cara mengatasi gejala anti sosial.
a. Ceramah
b. Tanya jawab
a. Microfon
b. Tape
VIII. Pengorganisasian
Keterangan :
( Pembawa Acara)
( Pemateri )
( Peserta )
X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan penyuluhan Sikap Antisosial sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
yakni, pembukaan 5 menit, penyampaian materi 30 menit, dan penutup 5 menit.
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Pemateri dapat menjelaskan materi penyuluhan dengan baik.
d. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama diskusi berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :
MATERI PENYULUHAN
ANTI SOSIAL
A. Pengertian Antisosial
Antisosial (antisocial personality disorder) adalah sebuah gangguan sikap dan perilaku yang
cenderung tidak mempertimbangkan keberadaan orang lain dan tidak mematuhi norma-norma
sosial yang berlaku secara umum di masyarakat. Seseorang yang antisosial ditandai dengan
perilaku tidak bertanggung-jawab, mengkritik tatanan sosial, tidak ada sikap menolong ke arah
perbaikan sosial, hingga melanggar tatanan sosial yang berlaku di masyarakat.
Antisosial merupakan perilaku gangguan kepribadian dramatik, emosional atau tidak menentu
yang melibatkan pola ketidakpedulian yang sangat kuat terhadap pelanggaran hak-hak orang
lain. Perilaku ini ditandai dengan kurangnya perhatian untuk standar moral atau hukum dalam
budaya lokal, bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain, sikap yang tidak bertanggung
jawab, tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.
Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena
penyimpangan ini dikategorikan sebagai penyimpangan ringan dari tatanan sosial yang umum
diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah.
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran terhadap
hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi
sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan.
• Menurut Durand (2006), antisosial adalah perilaku yang ditandai riwayat tidak mau
mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi
kebanyakan orang tidak diterima dan cenderung tidak bertanggung jawab serta
pembohong.
• Menurut Mappiare (2006), antisosial adalah suatu kondisi pribadi dimana individu
mementingkan kekuasaan diri sendiri dan cenderung merugikan lingkungan
masyarakatnya, hal tersebut terlihat dari perilaku secara agresif merusak, mengkritik
tatanan sosial, diam tidak menolong sama sekali ke arah perbaikan sosial masyarakat.
• Menurut Nevid dkk (2005), antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai
dengan perilaku tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan
mereka.
• Menurut Berger (2003), antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara
umum di sekitarnya.
B. Bentuk-bentuk Antisosial
Menurut Soekanto (2006), secara umum perilaku antisosial dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
Sedangkan menurut Millon dan Davis (2000), gangguan kepribadian antisosial dapat
diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
Untuk mengatasi gejala anti sosial pada pelajar, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan
baik untuk mencegah dan juga mengobati sikap anti sosial tersebut dan diantaranya adalah:
a. Memberikan kedisiplinan tanpa paksaan: Cara pertama untuk mengatasi gejala anti sosial
adalah dengan mengusahakan untuk memberikan fasilitas pengembangan sikap disiplin
tanpa adanya paksaan, strategi meningkatkan pembangunan sosial dan pendidikan,
meningkatkan keterlibatan orang tua di sekolah dan juga kegiatan ekstrakurikuler.
b. Mendukung keberhasilan akademis: Fokus untuk memberikan dukungan untuk
keberhasilan akademis, memodifikasi lingkungan sekolah agar bisa menghambat perilaku
menyimpang, lebih meningkatkan kemampuan organisasi dan juga akademik sekaligus
mengajarkan hubungan dengan teman sebaya dalam hal positif.
c. Terapi binaural beats: Terapi yang fokus pada terapi otak yang didesain dengan musik
dan juga kata kata. Terapi ini akan mengajak penderita masuk ke alam bawah sadar agar
bisa mengetahui sekaligus memvisualisasikan masalah yang sedang dialami.
Contemplation atau kontemplasi adalah memandang jauh ke depan demi mendapatkan arah
dan kemungkinan tindakan lain (antisipasi) yang lebih bermakna. Ketika akan melakukan
suatu aksi, misalnya saja menyusuri sungai, atau mendaki gunung, dalam benak, kita sudah
melakukan gladi resik perjalanan.
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I.Latar Belakang
II.Pengantar
Waktu : 45 menit
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Solusi penyembuhan Anti sosial pada siswa-siswi
kelas x sma kasih bunda dalam 45 menit,diharapkan sasaran mampu memahami solusi yang
dilakukan untuk mengurangi anti sosial dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
V.Materi Penyuluhan
a.Penyebab Antisosial
a.Ceramah
b.Tanya jawab
VII.Media
a.Microfon
b.Proyektor
c.Tape
VII.Pengorganisasian
(pembawa acara)
(pemateri)
(peserta)
IX.Kegiatan Penyuluhan
• Setting Acara
X.Evaluasi
1.Evaluasi Struktur
2.Evaluasi Proses
75% materi tentang Solusi penyembuhan Anti Sosial melalui metode konseling kelompok
Terkuasai oleh peserta .
LAMPIRAN
Materi Penyuluhan
a.Pengertian AntiSosial
b.Penyebab Antisosial
Ciri kepribadian seseorang umumnya ditentukan dari perpaduan antara emosi, pola pikir,
dan perilakunya. Untuk mengetahui mengapa seseorang menderita gangguan kepribadian
antisosial tidaklah mudah. Sebab, penyebab gangguan tersebut sering kali dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti faktor genetik dan interaksi dalam lingkungan, serta pola asuh yang salah
Hal lain yang berpengaruh terhadap munculnya kepribadian antisosial adalah cara seseorang
melihat, memahami, dan berhubungan dengan dunia luar. Bagaimana seseorang memahami
dirinya sendiri, juga tidak kalah penting. Selain itu, faktor kepribadian selama masa kanak-kanak
yang terbentuk baik secara genetik maupun akibat pengaruh lingkungan, ikut berpengaruh.
Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, yaitu:
OLEH :
KELOMPOK 6
1. Afnila Angraini 2011312014
2. Rifka Putri Khairuna 2011312050
3. Ulfa Salsabila 2011313014
4. Allvi dayu nengsih 2011311004
5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001
6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035
7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011
8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
II. Pengantar
Waktu : 30 menit
Tempat :
V. Materi Penyuluhan
a. Microfon
b. Tape
c. Alat alat mewarnai, dan gambar gambar.
VIII. Pengorganisasian :
1. Evaluasi struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
2. Evaluasi Proses.
a. Pelaksanaan waktu kegiatan ini ada sedikit terlambat dari sesuai perencanaan yaitu pada
kegiatan mewarnai karena banyaknya antusias yang datang dari peserta.
b. Peserta mengeluhkan sedikitnya waktu karena mereka masih ingin berbincang banyak dengan
pemateri tamu
c. Peserta terlihat berperan aktif dalam kegiatan karena itu merupakan hal yang baru bagi
mereka.
3. Evaluasi
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 85% materi tentang sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :
Materi Penyuluhan
SIKAP ANTISOSIAL
Pergaulan merupakan suatu proses interaksi antara individu atau individu dengan kelompok
dimana seseorang memainkan peranan penting dalam kehidupan tiap orang. Pergaulan positif
berupa kerjasama antara antar individu atau kelompok yang berguna, sedangkan pergaulan negatif
lebih mengarah pada pergaulan yang bebas yang belum dapat mengetahui baik atau tidaknya
perbuatan itu.
Untuk menciptakan pergaulan yang sehat, berikut enam hal yang bisa dijadikan prinsip dalam
menjalin hubungan pertemanan:
1. Memiliki kesadaran untuk beragama serta mengetahui batas berperilaku yang baik dan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Menanamkan serta mengembang sikap kesetiakawanan.
3. Memilih serta menjalin hubungan dengan teman yang baik.
4. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal positif. Misalnya mengembangkan
bakat atau membantu ibu memasak, dan lain sebagainya.
5. Dalam menjalin hubungan sosial, hendaknya perempuan dan pria memiliki batasan dalam
bersikap dan berperilaku.
6. Bisa mengendalikan diri ketika memiliki permasalahan serta tidak berusaha mencari jalan
pintas.
Berkebalikan dengan pergaulan sehat, pergaulan tidak sehat membawa dampak negatif untuk diri
sendiri serta lingkungan sekitar. Pergaulan tidak sehat lebih sering dikenal sebagai pergaulan
bebas. Bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Mengutip dari Buku Pergaulan Bebas (2017), karya Salman Al Farisi, pergaulan bebas merupakan
proses penjalinan hubungan sosial dengan individu atau suatu kelompok, yang melebihi norma
yang berlaku atau merupakan perilaku menyimpang. Salah satu faktor penyebab terjadinya
pergaulan bebas adalah salah menjalin pertemanan. Hal ini tentunya membawa pengaruh buruk
atau dampak negatif.
Terapi dengan seni memang memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Manfaat yang sama juga
bisa dipetik dari aktivitas mewarnai. Meski sekias terkesan seperti aktivitas anak-anak, namun
orang dewasa juga bisa merasakan manfaatnya.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kegiatan mewarnai dapat memberikan efek therapeutik
untuk menurunkan tingkat kecemasan, menajamkan fokus, dan membuat pikiran lebih tenang,
bahkan dapat membantu menurunkan tingkat stres.
Terkait itu, peneliti mengatakan bahwa efek mewarnai hampir serupa dengan meditasi. Ini karena
mewarnai membuat otak Anda mengesampingkan hal lain, agar bisa terus fokus pada aktivitas
mewarnai saja. Karena itu, jika orang dengan gangguan cemas melakukan kegiatan mewarnai
dengan serius, pikiran-pikiran yang membuatnya merasakan kecemasan dapat diusir jauh-jauh.
Dengan adanya manfaat tersebut, mewarnai dapat memberikan efek positif pada orang-orang
dengan keluhan kecemasan, obsessive-compulsive disorder, stres, depresi, gangguan makan
(anoreksia dan bulimia), orang yang emosional (mudah marah), bahkan pada orang yang
mengalami ketergantungan narkotika.
Studi lain yang dilakukan oleh the University of New South Wales di Australia menyebut bahwa
terfokus pada kegiatan mewarnai dapat menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang
menyenangkan. Karena, seseorang yang sedang mewarnai akan terfokus pada bentuk dan ukuran
gambar, serta memilih warna-warna yang diinginkan.
Saat melakukan aktivitas mewarnai, otak bagian frontal akan teraktivasi. Otak bagian frontal
berperan penting untuk ingatan, menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan
bersosial dan spontanitas.
Aktivitas mewarnai akan membuat Anda kembali pada waktu-waktu bahagia di masa kecil. Waktu
ketika Anda tidak dibebankan banyak tanggung jawab, bisa melakukan sesuatu hanya karena ingin
dan tidak memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Kembali sesaat pada masa-masa seperti ini
akan membuat Anda teralih dari pikiran-pikiran yang membuat stres dan cemas.
Kegiatan mewarnai dapat mengaktifkan kedua sisi otak: kiri dan kanan. Saat mewarnai, Anda akan
memikirkan mengenai keselarasan warna, pemilihan warna dan cara mengaplikasikan pensil
warna, sehingga kemampuan motorik halus maupun kemampuan menyelesaikan masalah menjadi
terasah dengan baik.
Pada prilaku antisosial, individu telah dapat menjalankan tindakan tindakan dimana dapat
menghilangkan prilaku antisosial tersebut. Dimana pada tahap ini ia sudah memilih dan
melaksanakan tindakan tersebut.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 6
1. Afnila Angraini 2011312014
2. Rifka Putri Khairuna 2011312050
3. Ulfa Salsabila 2011313014
4. Allvi dayu nengsih 2011311004
5. Patrisia Dinda Ritesa 2011311001
6. Fitria Rahmi Meilani 2011312035
7. Odelia Sabrina Visandri 2011312011
8. Kholik Mikro Jatortu daulay 2011312029
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
II. Pengantar
Waktu : 30 menit
Tempat :
V. Materi Penyuluhan
a. Microfon
b. Tape
c. Alat alat mewarnai, dan gambar gambar.
VIII. Pengorganisasian :
1. Evaluasi struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyeluhan
tentang Sikap Antisosial.
2. Evaluasi Proses.
a. Pelaksanaan waktu kegiatan ini ada sedikit terlambat dari sesuai perencanaan yaitu pada
kegiatan mewarnai karena banyaknya antusias yang datang dari peserta.
b. Peserta mengeluhkan sedikitnya waktu karena mereka masih ingin berbincang banyak dengan
pemateri tamu
c. Peserta terlihat berperan aktif dalam kegiatan karena itu merupakan hal yang baru bagi
mereka.
3. Evaluasi
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 85% materi tentang sikap Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :
Materi Penyuluhan
SIKAP ANTISOSIAL
Pergaulan merupakan suatu proses interaksi antara individu atau individu dengan kelompok
dimana seseorang memainkan peranan penting dalam kehidupan tiap orang. Pergaulan positif
berupa kerjasama antara antar individu atau kelompok yang berguna, sedangkan pergaulan negatif
lebih mengarah pada pergaulan yang bebas yang belum dapat mengetahui baik atau tidaknya
perbuatan itu.
Untuk menciptakan pergaulan yang sehat, berikut enam hal yang bisa dijadikan prinsip dalam
menjalin hubungan pertemanan:
1. Memiliki kesadaran untuk beragama serta mengetahui batas berperilaku yang baik dan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Menanamkan serta mengembang sikap kesetiakawanan.
3. Memilih serta menjalin hubungan dengan teman yang baik.
4. Memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal positif. Misalnya mengembangkan
bakat atau membantu ibu memasak, dan lain sebagainya.
5. Dalam menjalin hubungan sosial, hendaknya perempuan dan pria memiliki batasan dalam
bersikap dan berperilaku.
6. Bisa mengendalikan diri ketika memiliki permasalahan serta tidak berusaha mencari jalan
pintas.
Berkebalikan dengan pergaulan sehat, pergaulan tidak sehat membawa dampak negatif untuk diri
sendiri serta lingkungan sekitar. Pergaulan tidak sehat lebih sering dikenal sebagai pergaulan
bebas. Bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Mengutip dari Buku Pergaulan Bebas (2017), karya Salman Al Farisi, pergaulan bebas merupakan
proses penjalinan hubungan sosial dengan individu atau suatu kelompok, yang melebihi norma
yang berlaku atau merupakan perilaku menyimpang. Salah satu faktor penyebab terjadinya
pergaulan bebas adalah salah menjalin pertemanan. Hal ini tentunya membawa pengaruh buruk
atau dampak negatif.
Terapi dengan seni memang memiliki manfaat bagi kesehatan mental. Manfaat yang sama juga
bisa dipetik dari aktivitas mewarnai. Meski sekias terkesan seperti aktivitas anak-anak, namun
orang dewasa juga bisa merasakan manfaatnya.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kegiatan mewarnai dapat memberikan efek therapeutik
untuk menurunkan tingkat kecemasan, menajamkan fokus, dan membuat pikiran lebih tenang,
bahkan dapat membantu menurunkan tingkat stres.
Terkait itu, peneliti mengatakan bahwa efek mewarnai hampir serupa dengan meditasi. Ini karena
mewarnai membuat otak Anda mengesampingkan hal lain, agar bisa terus fokus pada aktivitas
mewarnai saja. Karena itu, jika orang dengan gangguan cemas melakukan kegiatan mewarnai
dengan serius, pikiran-pikiran yang membuatnya merasakan kecemasan dapat diusir jauh-jauh.
Dengan adanya manfaat tersebut, mewarnai dapat memberikan efek positif pada orang-orang
dengan keluhan kecemasan, obsessive-compulsive disorder, stres, depresi, gangguan makan
(anoreksia dan bulimia), orang yang emosional (mudah marah), bahkan pada orang yang
mengalami ketergantungan narkotika.
Studi lain yang dilakukan oleh the University of New South Wales di Australia menyebut bahwa
terfokus pada kegiatan mewarnai dapat menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang
menyenangkan. Karena, seseorang yang sedang mewarnai akan terfokus pada bentuk dan ukuran
gambar, serta memilih warna-warna yang diinginkan.
Saat melakukan aktivitas mewarnai, otak bagian frontal akan teraktivasi. Otak bagian frontal
berperan penting untuk ingatan, menyelesaikan masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan
bersosial dan spontanitas.
Aktivitas mewarnai akan membuat Anda kembali pada waktu-waktu bahagia di masa kecil. Waktu
ketika Anda tidak dibebankan banyak tanggung jawab, bisa melakukan sesuatu hanya karena ingin
dan tidak memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Kembali sesaat pada masa-masa seperti ini
akan membuat Anda teralih dari pikiran-pikiran yang membuat stres dan cemas.
Kegiatan mewarnai dapat mengaktifkan kedua sisi otak: kiri dan kanan. Saat mewarnai, Anda akan
memikirkan mengenai keselarasan warna, pemilihan warna dan cara mengaplikasikan pensil
warna, sehingga kemampuan motorik halus maupun kemampuan menyelesaikan masalah menjadi
terasah dengan baik.
Pada prilaku antisosial, individu telah dapat menjalankan tindakan tindakan dimana dapat
menghilangkan prilaku antisosial tersebut. Dimana pada tahap ini ia sudah memilih dan
melaksanakan tindakan tersebut.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIKAP ANTISOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
II. Pengantar
Waktu : 30 menit
Tempat :
V. Materi Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
a. Microfon
b. Tape
VIII. Pengorganisasian
Keterangan :
( Pembawa Acara)
( Pemateri )
( Peserta )
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta penyuluhan siap ketika pemateri datang ke tempat untuk memberikan penyuluhan
tentang Perilaku Antisosial.
b. Tempat dan media tersedia sesuai perencanaan
c. Peran atau tindakan pemateri sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, 70% materi tentang Perilaku Antisosial terkuasai
oleh peserta, yang ditandai dengan :
MATERI PENYULUHAN
Menurut Oxford psychology, anti sosial adalah perilaku yang merugikan orang lain dan merugikan
masyarakat. Perilaku anti sosial terdiri dari banyak bentuk. Salah satu contohnya bermusuhan (yang
berarti emosional, impulsif dan didorong oleh rasa sakit atau tertekan) dengan menanggapi situasi secara
langsung; atau dapat berperilaku anti sosial dengan perencanaan yang disengaja dari waktu ke waktu. Dua
jenis perilaku anti-sosial yang sangat berbahaya bagi individu dan masyarakat yaitu agresi dan prasangka.
T. Sutjihati Somantri (2006:43-45) menjelaskan bahwa bentuk tingkah laku sosial yang dijumpai
pada masa anak-anak dilandasi oleh pola tingkah laku yang terbentuk pada masa bayi, tetapi
beberapa diantaranya merupakan bentuk tingkah laku yang baru. Beberapa diantaranya
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak sosial bahkan anti sosial. Bentuk-bentuk tingkah laku
anti sosial yang sering dijumpai pada masa anak-anak adalah:
a. Negativisme
Negativisme adalah merupakan gabungan antara keyakinan diri, perlindungan diri, dan
penolakan yang berlebihan. Negativisme merupakan akibat situasi sosial, misalnya disiplin yang
terlalu keras atau sikap orang dewasa yang tidak toleransi.
b. Agresi
Agresi merupakan tindakan nyata yang mengancam sebagai ungkapan rasa benci. Anak akan
menunjukkan kecenderungan untuk mengulangi tindakan agresinya bila tindakan tersebut
memberikan hasil yang menyenangkan bagi dirinya, terutama mengenghadapi frustasi atau
kecemasan yang dirasannya. Beberapa penyebab munculnya agresi pada anak-anak antara lain
frustasi, keinginan untuk menarik perhatian, kebutuhan akan perlindungan karena rasa tidak
aman, dan identifikasi dengan orang tua yang agresif.
Tingkah laku menguasai diartikan sebagai tindakan untuk mencapai atau mempertahankan
penguasaan suatu situasi sosial. Bentuk tingkah laku anti sosial dapat membuat anak menarik diri
dari lingkungan sosial dan pada akhirnya anak tidak diterima dalam kelompok sebaya.
Fortin (2003: 682) mengatakan bahwa faktor risiko yang menyebabkan perilaku anti sosial pada
anak-anak dapat dikategorikan sebagai faktor pribadi (personal risk factors), keluarga (family
risk factors), berkaitan dengan sekolah (school-related risk factors) dan sosial (social risk
factors).
Kemudian Schaefer dan William (1981) juga menjelaskan penyebab yang mendasari perilaku
anti sosial yang ditimbulkan dari faktor resiko keluarga, diantaranya adalah:
1. Kurangnya disiplin, orang tua terlalu bersikap permisif dan sulit untuk mengatakan “tidak“
pada anak. Sehingga anak ‘belajar’ bahwa segala keinginannya pasti akan dituruti oleh orang tua.
Hal ini membuat anak berani menolak hal-hal yang diperintahkan yang tidak disukainya, sikap
anak keras, mau menang sendiri dan sulit diatur. Bila dibiarkan dan berlarut-larut sifat anak
seperti ini tidak hanya merugikan bagi dirinya sendiri tetapi sudah merugikan bagi orang orang
tua bahkan orang lain disekitarnya.
2. Pemberian disiplin yang sangat keras, orang tua menuntut anak untuk berlaku perfect
(sempurna), mereka cenderung memaksa dan menginginkan disiplin ’instant’ pada anak.
Pemaksaan dan tuntutan yang berlebihan terhadap anak ini embuat anak melawan dan ‘protes’
dengan berperilaku yang sebaliknya.
3. Pemberian disiplin yang tidak konsisten, kadang orang tua melarang kadang mereka
membiarkan anak berlaku hal yang sama. Ketidakkonsistenan yang ditunjukkan orang tua
membuat anak bingung dan kemudian ‘mencoba-coba’ untuk menolak perintah orang tua, siapa
tahu kali ini ia berhasil untuk tidak jadi melakukan hal yang diperintahkan.
4. Orang tua berada dalam setres atau konflik. Salah satu atau kedua orang tua menghindari
peran pengasuhan anak dikarenakan kesibukan, ketidaktertarikan pada anak, masalah pribadi,
atau adanya masalah dalam perkawinan. Hal ini juga mengakibatkan ketidak-konsistenan dan
ketidakseragaman pengasuhan atau aturan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Sehingga anak
kembali menjadi bingung dan malah melawan
D. Upaya Pemecahan Masalah Perilaku Anti Sosial Pada Anak Sekolah Dasar
Upaya pemecahan menangani perilaku anti sosial pada siswa sekolah dasarharus dilakukan oleh
keluarga (orang tua), sekolah (guru dan kepala sekolah) dan masyarakat adalah:
a. Orang tua atau keluarga menerapkan pola asuh authoritative. Tidak memberikan disiplin yang
sangat keras, tidak menuntut anak untuk berlaku perfect (sempurna), memberikan pola disiplin
yang konsisten, memberikan suasana hidup dalam kasih sayang, memberi teladan yang baik,
memenuhi, mencukupi serta menaga keadaan fisik dan mental anak dengan baik, mengajarkan
anak untuk bersosialisasi dengan berbagai latar belakang ststus sosial dan ekonomi, menanamkan
pemahaman bahwa dalam urutan anak dalam keluarga harus saling menyayangi dan memiliki
peranan sesuai dengan kemampuan anak serta harus mengontrol pergaulan anak.
b. Sekolah (guru) menerapkan metode pembelajaran Kooperatif. Selain itu guru harus
memperhatikan psikologi dan sesuai perkembangan multiple intelegensi anak. Jangan bertindak
sebagai ‘bos’ atau diktator, dimana jangan memberi perintah langsung bila ingin apapun
dilakukan anak dengan baik. Guru harus menerapkan mata pelajaran di sekolah harus terintegrasi
dengan penanaman nilai-nilai moral dan karakter yang baik. Guruharus menjadi model yang baik
dalam interaksi sosial anak.
1. Masyarakat harus berperan menumbuhkan norma sosial yang baik. 2. Media Massa harus
memberikan tontonan dan tuntunan yang baik bagi anak.
2. Rekomendasi Peranan berbagai pihak diperlukan dalam upaya memberikan bimbingan pada
anak anti sosial di sekolah dasar, yaitu keluarga (orang tua), Sekolah (guru) dan Lingkungan
Sosial (masyarakat dan media). Oleh karenanya Rekomendasi ditujukan pada:
a). Orang tua: Orang tua agar mengkaji dan mengevaluasi kembali bentuk pola asuh terhadap
anak,pola asuh authoritative disarankan sebagai bentuk pola asuh yang baik.
b) Guru: Guru agar mengkaji dan mengevaluasi pola mendidik dan mengajar, dalam mendidik
disarankan memberi permodelan tingkah laku serta mengintegrasikan mata pelajaran dengan
nilai-nilai karakter dan menerapkan metode belajar kooperatif
c) Lingkungan Sosial Masyarakat agar memberikan permodelan tingkah laku yang baik ditopang
oleh media penyiaran publik yang sehat (cocok) bagi anak.
Termination, merupakan tahap terakhir yang dapat diaplikasikan pada perilaku anti sosial. Pada
tahap ini, perilaku yang tidak sehat tidak akan pernah kembali dan individu tidak memiliki
ketakutan akan kambuh. Meskipun individu tersebut merasa depresi, cemas, bosan, kesepian,
marah, atau stres, mereka yakin bahwa mereka tidak akan kembali pada perilaku lama yang tidak
sehat sebagai jalan penyelesaian masalah. Perilaku kambuh lagi atau relapse lebih merupakan
aturan pada perilaku anti sosial, maka transtheoritical model menggambarkan tahapan perubahan
perilaku.
Pada kasus anti sosial, tahap ini merupaka tahap akhir dalam proses perubahan perilaku
anti sosial. Dalam tahap ini individu harus mengetahui diantaranya bahaya-bahaya fisik,
tekhnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan pemahaman tentang
perubahan perilaku anti sosial,. Secara teoritis terminasi dilihat terhadap keberhasilan
pelaksanaan tindakan perubahan individu.