Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

   


Puji sukur penulis aturkan kepada Allah SWT atas segala hidayah dan
rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kemampuan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan judul : “Isra’ Mi’raj”.
Penulis menemukan banyak kesulitan dalam penulisan dan penyelesaian
Makalah ini. Dengan adanya bantuan, arahan dari berbagai pihak akhirnya penulis
dapat mengatasi segala kesulitan yang ditemukan dalam penyusunan Makalah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Dalam penulisan Makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan krtik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini

Ujung Gading, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Isra’ dan Mi’raj terhadap Keimanan Manusia............. 2
B. Pendekatan Rasional Terhadap Isra’ Mi’raj............................ 3
C. Hikmah Beriman kepada Isra’ Mi’raj...................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................... 7
B. Saran.......................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj benar-benar suatu peristiwa yang luar biasa,
dahsyat dan aneh sekali. Disamping kita wajib menggunakan otak kita untuk
dapat mempercayainya, wajib pula lebih dulu kita menanamkan keimanan kita
sedalam-dalamnya pada kekuasaan Allah Swt. yang telah menjalankan
Nabinya yang tercinta untuk berisra’ dan bermi’raj itu. Kiranya tanpa
keimanan pada kekuasaan dan kehendak Allah Swt, tidak mungkin seseorang
manusia itu akan dapat mempercayai dengan sepenuh-penuhnya.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu mukjizat terbesar bagi
Rasul Allah dan sekaligus berfungsi sebagai batu ujian bagi keimanan kaum
muslimin, terutama mereka yang hidup ketika peristiwa itu terjadi, sehingga
ada yang kembali menjadi kafir akibat peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Sebaliknya
mereka yang kuat imannya semakin meyakini sepenuhnya akan kebenaran
Nabi Muhammad saw seperti Abu Bakar, dan lain-lain. Isra’ dan mi’raj adalah
dua peristiwa penting dan menonjol dalam riwayat hidup Nabi Munhammad
Saw. dan dalam sejarah perkembangan Islam

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah makna Isra’ dan Mi’raj terhadap Keimanan Manusia?
2. Bagaimanakah pendekatan rasional terhadap Isra’ Mi’raj?
3. Apakah yang menjadi hikmah beriman kepada Isra’ Mi’raj?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Isra’ dan Mi’raj terhadap Keimanan Manusia


Pendekatan yang paling tepat untuk memahami peristiwa Isra'
Mi'raj ini adalah pendekatan iman manusia. Inilah yang dialami oleh Abu
Bakar Ash-Shiddiq, seperti yang pernah diucapankannya: "Apabila
Muhammad yang memberitakannya, maka pasti benarlah adanya." Oleh
karena itu, uraian tentang Makna Isra' Mi'raj ini seolah-olah menguji
keimanan kita, namun hal tersebut sudah terkumpul bukti-bukti ilmiah yang
dikemukakan oleh Al-Quran Al-Karim.
Sebelum al-Qur’an mengakhiri pengantarnya tentang peristiwa ini, dan
sebelum diungkapnya peristiwa ini, digambarkannya bagaimana kelak orang-
orang yang tidak mempercayainya dan bagaimana pula sikap yang harus
diambilnya. Allah Swt berfirman:
            
          

Artinya : 127. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu
itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu
bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. 128.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. An-Nahl:127-128)

Ditemukan petunjuk untuk melaksanakan shalat lima waktu QS. al-


Isra’ 78.
         
     
Artinya : dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra’:78)

Shalat ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj
ini, karena shalat pada hakikatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk
mewujudkan manusia seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa manusia,
sebagaimana ia merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat yang
diharapkan oleh manusia seutuhnya.
Kesederhanaan dalam ibadah shalat tidak hanya tergambar dari
adanya pengurangan jumlah shalat yang awalnya lima puluh (50) kali
menjadi lima (5) kali dalam satu hari satu malam, tetapi juga tergambar dalam
petunjuk yang sudah terpapang jelas dalam Surat Al-Isra' ini juga, yakni yang
berkenaan dengan suara ketika melaksanakan ibadah shalat:
          
         
   
Artinya : Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan
nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul
husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
(QS. Al-Isra’:110)

B. Pendekatan Rasional Terhadap Isra’ Mi’raj


Kaum empirisis dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan
wahyu, dapat saja menggugat: Bagaimana mungkin kecepatan, yang bahkan
melebihi kecepatan cahaya, kecepatan yang merupakan batas kecepatan
tertinggi dalam continuum empat dimensi ini dapat terjadi? Bagaimana
mungkin lingkungan material yang dilalui oleh Muhammad Saw. tidak
mengakibatkan gesekangesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri?
Bagaimana mungkin beliau dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? Ini
tidak mungkin terjadi, karena ia tidak sesuai dengan hukum-hukum alam,
tidak dapat dijangkau oleh pancaindera, bahkan tidak dapat dibuktikan oleh
patokan-patokan logika. Demikian kira-kira kilah mereka yang menolak
peristiwa ini.
Dalam kumpulan ayat-ayat yang mengantarkan uraian al-Qur’an
tentang peristiwa Isra’ Mi’raj ini, dalam QS. al-Isra’sendiri, berulang kali
ditegaskan tentang keterbatasan pengetahuan manusia serta sikap yang harus
diambilnya menyangkut keterbatasan tersebut.
Simaklah ayat-ayat berikut:
     ....
Artinya : ...... “Dia (Allah) menciptakan apa-apa (makhluk) yang kamu
tidak mengetahuinya.” (QS. An-Nahl : 8)

       ....


Artinya : ...... Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. An-Nahl : 74)

       .....

Artinya : ...... dan Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit.”
(QS. Al-Isra':85)

dan banyak lagi lainnya. Itulah sebabnya, ditegaskan oleh Allah dengan
firman-Nya:
            
    

Artinya : Dan janganlah kamu mengambil satu sikap (baik berupa ucapan
maupun tindakan) yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentang hal tersebut; karena sesungguhnya pendengaran, mata,
dan hati, kesemuanya itu kelak akan dimintai
pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra':36).

Apa yang ditegaskan oleh al-Qur’an tentang keterbatasan pengetahuan


manusia ini diakui oleh para ilmuwan pada abad ke-20. Schwart, seorang
pakar matematika kenamaan Prancis, menyatakan: “Fisika abad ke-19
berbangga diri dengan kemampuannya menghakimi segenap problem
kehidupan, bahkan sampai kepada sajak pun." Sedangkan fisika abad ke-20
ini yakin benar bahwa ia tidak sepenuhnya tahu segalanya, walaupun yang
disebut materi sekalipun.”Sementara itu, teori Black Holes menyatakan
bahwa “pengetahuan manusia tentang alam hanyalah mencapai 3% saja,
sedang 97% selebihnya di luar kemampuan manusia.
Kalau demikian, seandainya, sekali lagi seandainya, pengetahuan
seseorang belum atau tidak sampai pada pemahaman secara ilmiah atas
peristiwa Isra’ Mi’raj ini; kalau betul demikian adanya dan sampai saat ini
masih juga demikian, maka tentunya usaha atau tuntutan untuk
membuktikannya secara “ilmiah” menjadi tidak ilmiah lagi.Ini tampak
semakin jelas jika diingat bahwa asas filosofis dari ilmu pengetahuan adalah
trial and error, yakni observasi dan eksperimentasi terhadap fenomena-
fenomena alam yang berlaku di setiap tempat dan waktu, oleh siapa saja.
Padahal, peristiwa Isra’ Mi’raj hanya terjadi sekali saja. Artinya, terhadapnya
tidak dapat dicoba, diamati dan dilakukan eksperimentasi.

C. Hikmah Beriman kepada Isra’ Mi’raj


Isra' Mi'raj adalah dua bagian dari perjalanan Nabiyullah Muhammad
SAW dalam waktu yang sangat singkat, yakni satu malam saja. Peristiwa ini
merupakan satu-satunya peristiwa yang paling menakjubkan bagi umat Islam,
sebab disinilah Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapat perintah untuk
menunaikan shalat lima waktu.
Dalam kejadian bersejarah ini, tentu saja terdapat hikmah yang bisa
dijadikan pelajaran bagi kita semua, terkhusus bagi seorang muslim yang
merupakan umat dari baginda Rasulullah SAW. Adapun hikmah dari peristiwa
Isra' Mi'raj ini antara lain:
1. Peristiwa Isra' Mi'raj membuktikan bahwa kekuasaan Allah tidak bisa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Akan muncul akan sederet keberatan ilmiah
jika kita mencoba mendekatinya dengan ilmu pengetahuan. Sebagai umat
Muhammad SAW kita wajib menyisakan ruang dalam hati untuk selalu
percaya dan mengimaninya secara tulus.
2. Peristiwa Is'ra Mi'raj hanya dapat diterima dengan keyakinan yang
mendalam bahwa hal tersebut memang benar-benar ada dan pernah terjadi
atas dasar kekuasaan Allah yang diinformasikan-Nya dalam Al-Quran,
sedang apa yang termaktub dalam Al-Quran adalah haq keberadaannya.
3. Peristiwa Is'ra Mi'raj yang bernuansa ruhaniah itu mendorong manusia
untuk melakukan hubungan dengan Allah secara langsung dengan
Tuhannya melalui ritual shalat serta membangun persaudaraan antara
manusia dengan seluruh makhluk-Nya, sebab shalat diantaranya memiliki
fungsi menahan yakni menjadikan manusia untuk tidak melakukan
berbagai keburukan yang justru dapat menjatuhkan nilai harkat dan
martabat dirinya sebagai makhluk paling sempurna.
4. Peristiwa Is'ra Mi'raj bisa dikatakan sebagai penguji keimanan kita.
Sejatinya manusia tidak hanya ditantang dengan tanda-tanda kekuasaan
Allah yang tampak, namun Allah juga menyodorkan tantangan-Nya
berupa tanda-tanda kekuasaan yang jauh di luar jangkauan akal manusia
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Shalat ini pulalah yang merupakan inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini,
karena shalat pada hakikatnya merupakan kebutuhan mutlak untuk
mewujudkan manusia seutuhnya, kebutuhan akal pikiran dan jiwa
manusia, sebagaimana ia merupakan kebutuhan untuk mewujudkan
masyarakat yang diharapkan oleh manusia seutuhnya.
2. Pengetahuan seseorang belum atau tidak sampai pada pemahaman secara
ilmiah atas peristiwa Isra’ Mi’raj ini
3. Isra' Mi'raj adalah dua bagian dari perjalanan Nabiyullah Muhammad
SAW dalam waktu yang sangat singkat, yakni satu malam saja. Peristiwa
ini merupakan satu-satunya peristiwa yang paling menakjubkan bagi umat
Islam, sebab disinilah Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapat
perintah untuk menunaikan shalat lima waktu.

B. Saran
Kami dari Kelompok menyadari bahwa masih kurang sempurnya
makalah yang kami sajikan ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun untuk memperbaiki dan kesempurnaan dari makalah
kami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shallabi, Ali Muhammad, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar, 2012

Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Ilmu Kalam Kelas XI,
Madrasah Aliyah Peminatan Ilmu Keagamaan, Jakarta: Kementerian
Agama Republik Indonesia, 2015.

Ratomi, Moh. Abdai, Muhammad Beraudiensi dengan Tuhan, Surabaya:. Bina


Ilmu:2014.

Shihab, M. Quraish, Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw, Tangerang:


Lentera Hati, 2011.

Anda mungkin juga menyukai