Anda di halaman 1dari 8

Dosen : drh. Huda Salahudin M.

Si
Hari, tanggal : Kamis, 4 Desember 2014
Jam : 08.30-11.00
Kelompok : 5 pagi

Laporan Praktikum Toksikologi


FRAGILITAS SEL DARAH MERAH

Fitria Novita A B04090146 1.


Abel Jama’un B04108013 2.
A. Adi Gunawan B04110143 3.
Lusi Parwati B04110151 4.
Nia Sari B04110173 5.
Clarisse F B04118014 6.

Bagian Farmakologi & Toksikologi


Departemen Anatomi, Fisiologi & Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
2014
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam
cairan yang disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur
sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, sedikit kental dan lengket.
Warna merah pada darah disebabkan karena adanya hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung
besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul
oksigen. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan
bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai
urin. Darah mengalir diseluruh tubuh dan berhubungan langsung dengan sel-sel di
dalam tubuh. Darah terbentuk dari beberpa unsur, yaitu plasma darah, sel darah
merah, sel darah putih dan keping darah. Plasma darah merupakan komponen
terbesar di dalam komposisi darah. Hampir 90% dari plasma darah adalah air yang
berfungsi dalam pengangkutan sari makanan ke sel-sel tubuh serta membawa sisa
metabolisme. Sedangkan sel darah merah berisi hemoglobin berwarna merah tua.
Sel darah merah ini dihasilkan di dalam limpa, hati dan sumsum tulang merah. Sel
darah merah yang telah tua akan dihancurkan di dalam hati. Sel darah putih dan
keping darah juga dibuat di dalam sumsum tulang merah (Adamssein 2013).
Diantara komponen penyusun darah, kelainan yang berkaitan dengan sel
darah merah banyak dikaji. Hal ini dapat dipahami karena sel darah merah terlibat
langsung dalam proses pembentukan energi melalui transportasi nutrisi dan
oksigen. Anemia sebagai salah satu bentuk gangguan sel darah merah
menyababkan pertumbuhan menjadi terhambat (Rahminiwati et al. 2013).
Anemia merupakan penyakit akibat kurangnya sel darah merah. Sel darah
merah tersusun atas hemoglobin, yang merupakan pekerja utama dalam
mendukung fungsi darah sebagai pelaku transportasi oksigen dan karbondioksida
ke atau dari jaringan. Dengan demikian anemia juga dapat didefinisikan sebagai
status keadaan kadar hemoglobin darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang yang bersangkutan (Rizkiawati 2012). Selain itu, anemia juga
terjadi karena jumlah sel darah merah yang diproduksi tidak seimbang dengan
jumlah sel darah merah yang terdestruksi. Hal ini terjadi karena adanya lisis sel
darah merah yang terlalu cepat, terjadinya gangguan pada pematangan sel darah
merah dan gangguan pada tempat sintesa sel darah merah. Faktor penyebab
hemolisis yang biasa ditemui diantaranya adalah obat-obatan, saponin yang
menyebabkan keracunan. Setelah terjadi keracunan maka sel darah merah menjadi
lebih fragil dan mudah lisis (Rahminiwati et al. 2013)

Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah mengevaluasi efek toksikan saponin,
sodium nitrit dan sodium klorida dalam konsentrasi hipo dan hipertonis terhadap
fragilitas sel darah merah.

TINJAUAN PUSTAKA
Darah
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam
cairan yang disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur
sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Menurut Dellman dan
Brown (1989), volume total darah mamalia berkisar antara 7 -8 % dari bobot
badan dengan komposisi plasma sebesar 75-85% dan sisanya merupakan benda-
benda darah sebanyak 25-35 % yang terdiri atas eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan platelet (keping darah), sedangkan plasma darah itu
sendiri tersusun atas 91-92% cairan dan 8-9% padatan (Swenson 1984).
Pada keadaan normal, bentuk sel darah merah adalah dwi cekung dengan
diameter putaran 8µm, ketebalan 2µm dan volumenya sekitar 90fL. Ia tidak
mempunyai nukleus atau mitokondria, dan 33% daripada kandungannya terdiri
dari protein tunggal yaitu hemoglobin. Hampir semua kebutuhan tenaga
intrasellular didapat lewat metabolisme glukosa, yang bertujuan untuk
menetapkan hemoglobin dalam kondisi larut dan reduksi, menyediakan sejumlah
2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) yang mencukupi dan untuk menghasilkan
adenosine triphosphate (ATP) untuk mempertahankan fungsi membran (Hillman
et al. 2005).

Hemoglobin
Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton,
terdiri dari 4 rantai polipeptida. Setiap rantai polipeptida mengandung satu
pigmen non-protein berbentuk seperti cincin yang disebut sebagai kelompok heme
aktif (Hillman et al. 2005). Pada bagian tengah dari cincin heme ini terdapat satu
ion ferous, Fe2+ yang dapat mengikat satu molekul oksigen dan salah satu molekul
hemoglobin berikatan dengan empat molekul oksigen dan terdapat sekitar 280 juta
molekul hemoglobin di dalam setiap sel darah merah (Tortora dan Drerickson,
2006).
Hemolisis
Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari
stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun,
enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma (Portal
Pendidikan Biologi 2002).
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah heparin, saponin,
sodium nitrit dan NaCl aquabidest.

Prosedur
1. Heparin dimasukkan ke dalam tabung.
2. Darah yang diambil dari jantung disentirifugasi dengan kecepatan 3000
rpm selama 5-10 menit.
3. Cairan plasma dan bagian lainnya diambil.
4. Kemudian darah dicuci dengan menggunakan NaCl fisiologis.
5. Pellet disusprensikan dengan NaCl fisologis menjadi 3% atau (1:20).
6. Kemudian masukkan 0,2 ml NaCl ke dalam tabung dengan konsentrasi
0,1 0,2 0,3 sampai 1%, masukkan 0,2 ml saponin ke dalam tabung dengan
konsentrasi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 sampai 10-10 , masukkan juga Nitri 1% ke 2
tabung reaksi dan aquades ke dalam 1 tabung yang masing-masing
didiamkan selama 20 menit.
7. Kemudian ditambahkan 0,1 ml sodium nitrite dan disentrifuse selama 5
menit dengan kecepatan 3000 rpm.
8. Supernatan diambil dan kemudian diukur hemolisa darahnya dengan
menggunakan spektrofotometer pada absorbansi 450 nm.
9. Untuk memperoleh lisis 100% ,kedalam RBC ditambahkan akuabidest
dengan perbandingan 1:1
Persen hemolisis : x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
Perlakuan:
No Absorbansi
NaCl (%)
1 1 0,08
2 0,9 > 1,5
3 0,8 0,34
4 0,7 0,15
5 0,6 > 1,5
6 0,5 > 1,5
7 0,4 0,31
8 0,3 0,95
9 0,2 0,52
10 0,1 0,9

Perlakuan:
No Absorbansi
Saponin
1 10-1 0,34
-2
2 10 0,05
-3
3 10 0,08
4 10-4 0,26
5 10-5 0,16
6 10-6 0,25
7 10-7 0,47
8 10-8 0,20
9 10-9 0,66
10 10-10 0,35
11 Nitrit 1% > 1,5
12 Nitrit 1% 0,15
13 Aquades 0,04

Pembahasan
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas
dalam plasma. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain
penambahan larutan hipotonis atau hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran eritrosit, zat atau unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis apabila dilakukan penambahan NaCl hipotonis. Plasma
dan larutan NaCl akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat
semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak
kuat menahan tekanan dari dalam sel eritrosit, maka sel akan pecah, dan
hemoglobin bebas pada daerah sekelilingnya. Bila eritrosit berada pada medium
yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar ke plasma, eritrosit akan
mengkerut dan dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis
pada plasma.
Percobaan ini menggunakan NaCl fisiologis dengan konsentrasi 0,1 - 1%
serta saponin dengan konsentrasi 10-1 - 10-10 .Saat dalam keaadaan normal larutan
isotonis tidak akan bisa menembus membran sel darah merah yang berbentuk
fosfolipid.
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Adamssein, M.A.H. 2013. Fungsi Darah. [terhubung berkala].


http://www.wattpad.com/125962-fungsi-darah. ( 9 Desember 2014)
Dellman HD, Brown EM. 1989. Histologi Veteriner. Edisi ketiga. Jakarta (ID): UI
Press.
Hillman RS, Ault KA, Rinder, Henry M. 2005. Hematology in Clinical Practice.
4th ed. New York (US): McGraw-Hill Companies.
Portal Pendidikan Biologi. 2002. Sel sebagai unit fungsi asas hidup. Jakarta (ID)
Rahminiwati M, Darusman H, Mustika A.A, Andriyanto, Sa’diah S. 2013.
Penuntun Praktikum Toksikologi Veteriner. Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan IPB.
Rizkiawati A. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb) dalam Darah pada Tukang Becak di Pasar Miranggen Demak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 663-669.
Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animals. Edisi ke-10. Ithaca
and London (UK): Publishing Assciattes a Division of Conall University.
Tortora, G.J., & Derrickson, B., 2006. An Introduction to The Human Body,
Principles of anatomy and physiology. 11th ed. US : John Wiley & Sons
Inc.

Anda mungkin juga menyukai