LPD - Haryani Chandra - Akuntansi Dalam Era-P
LPD - Haryani Chandra - Akuntansi Dalam Era-P
Disusun Oleh:
Haryani Chandra, S.E., M.Ak.
Chandra Ferdinand Wijaya, S.E., M.Ak.
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
ABSTRAK
Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang sedang ramai dibicarakan
dalam berbagai bidang ilmu, tidak terkecuali bidang ilmu akuntansi. Kemunculan
Revolusi Industri 4.0 dirasa dapat memberikan dampak yang signifikan pada
bidang industri, ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat, termasuk proses bisnis
yang semakin berbasis pada teknologi. Revolusi Industri 4.0 juga diperkirakan
mengakibatkan perubahan atas karakteristik informasi akuntansi yang dibutuhkan.
Laporan keuangan sebagai produk dari akuntansi merupakan alat yang berguna
dalam penilaian kinerja dan pengambilan keputusan ekonomi bagi para pelaku
ekonomi. Eratnya kaitan antara akuntansi dengan Revolusi Industri 4.0
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Revolusi Industri 4.0
dan akuntansi dengan tujuan untuk menjelaskan karakteristik Revolusi Industri
4.0 serta peran laporan keuangan dalam era Revolusi Industri 4.0.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis yang dilakukan dengan melakukan kajian dari berbagai literatur. Hasil
kajian literatur kemudian akan dianalisis dan dituangkan ke dalam laporan
penelitian sehingga diperoleh hasil, pembahasan, serta kesimpulan penelitian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemunculan Revolusi Industri 4.0
menimbulkan disrupsi digital. Semakin banyak perusahaan-perusahaan berbasis
digital yang muncul tanpa memiliki underlying asset. Perusahaan-perusahaan
tersebut mampu berkembang pesat dengan nilai perusahaan yang tinggi. Di sisi
lain, penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
menunjukkan bahwa aset sebagai elemen dari laporan keuangan merupakan hal
yang diperlukan dalam menentukan nilai perusahaan agar pelaku ekonomi dapat
melakukan alokasi sumber daya ekonominya secara efektif. Beberapa penelitian
menjelaskan bahwa perusahaan dengan aset yang tinggi memiliki nilai perusahaan
yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya gap sehingga relevansi laporan
keuangan dalam menentukan nilai perusahaan di era Revolusi Industri 4.0 ini
menjadi dipertanyakan.
Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, Teknologi, Akuntansi, Disrupsi Digital,
Laporan Keuangan
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
keseluruhan sehingga seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas usaha harus
dapat mempersiapkan diri agar tetap dapat bersaing dalam era Revolusi Industri
4.0. Revolusi Industri 4.0 juga berpotensi menciptakan suatu perubahan pada
proses bisnis sehingga dapat menciptakan model bisnis baru berbasis teknologi.
Sebagai bagian dari proses bisnis, akuntansi telah mengalami berbagai
perubahan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Pada awal
kemunculannya, akuntansi bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai
kekayaan pemilik bisnis. Catatan akuntansi bersifat rahasia dan hanya diketahui
oleh pemilik bisnis sehingga akuntansi tidak bersifat seragam dan tidak
terpengaruh dengan keadaan di luar lingkungan bisnis. Segala sesuatu mengenai
akuntansi pada saat itu disesuaikan dengan keinginan pemilik bisnis. Akuntansi
kemudian semakin berkembang dengan adanya double-entry bookkeeping yang
dikemukakan oleh Luca Pacioli. Revolusi industri memunculkan adanya pabrik-
pabrik besar yang membutuhkan modal besar sehingga pemilik hanya
menyetorkan modal dalam bentuk saham dan manajer menjadi pengelola bisnis.
Perubahan ini mengakibatkan diperlukan suatu laporan keuangan yang
memberikan informasi kepada para pemegang saham. Akuntansi bertujuan
menyajikan informasi akurat agar investor dapat terhindar dari keputusan
investasi yang keliru. Revolusi industri memperluas fokus akuntansi tidak hanya
sebatas proses pencatatan dan pelaporan saja namun juga mengalisis informasi
untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh manajemen.
Seperti pada revolusi industri terdahulu, kemunculan model bisnis baru
berbasis teknologi sebagai akibat dari Revolusi Industri 4.0 menyebabkan
perlunya penerapan akuntansi yang lebih mengarah pada karakteristik Revolusi
Industri 4.0. Sebagai akibatnya para akuntan, pelaku bisnis serta pembuat
kebijakan dan peraturan akuntansi dituntut untuk memiliki kemampuan akuntansi
yang dirasa dapat memenuhi kebutuhan para pengguna di era Revolusi Industri
4.0. Pengetahuan mengenai Revolusi Industri 4.0 dapat membantu para akuntan
pelaku bisnis serta pembuat kebijakan dan peraturan akuntansi untuk dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, terutama perkembangan
teknologi yang terjadi dalam proses bisnis perusahaan. Dengan memahami
2
Revolusi Industri 4.0, diharapkan para akuntan, pelaku bisnis serta pembuat
kebijakan dan peraturan akuntansi dapat menyediakan informasi akuntansi yang
dapat mendukung pengambilan keputusan ekonomis. Tanpa adanya pemahaman
mengenai Revolusi Industri 4.0, informasi akuntansi yang disediakan dalam
laporan keuangan maupun laporan akuntansi lainnya dapat menjadi tidak relevan
sehingga tidak dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan. Lebih
buruknya lagi, informasi akuntansi yang tidak disesuaikan dengan perkembangan
terkini dari proses bisnis perusahaan dapat menyesatkan para pengambil
keputusan. Para pengambil keputusan dapat mengambil keputusan yang
merugikan bagi pribadi mereka sendiri, bagi perusahaan, dan dapat pula
berdampak pada masyarakat umum.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dijelaskan, maka peneliti bermaksud
untuk melakukan penelitian dengan judul “Akuntansi Dalam Era Revolusi
Industri 4.0”. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat topik mengenai Revolusi
Industri 4.0 merupakan topik yang masih baru dan relevan dengan kondisi saat ini.
Karena bersifat baru, maka Revolusi Industri 4.0 kadang belum terdeskripsikan
dengan jelas di benak seluruh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
penelitian ini dirasa perlu dilakukan agar dapat memberikan gambaran kembali
mengenai Revolusi Industri 4.0 dengan lebih jelas. Revolusi Industri 4.0 tentunya
memiliki dampak terhadap berbagai bidang ilmu yang salah satunya adalah ilmu
akuntansi. Keberadaan penelitian yang masih sedikit mengenai keterkaitan
Revolusi Industri 4.0 dengan bidang ilmu akuntansi mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai Revolusi Industri 4.0 dan akuntansi sehingga ke
depannya diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang jelas mengenai pengaruh
Revolusi Industri 4.0 terhadap akuntansi. Penelitian ini mendukung road map
penelitian Program Studi Akuntansi UNPAR pada bidang teknologi informasi dan
komunikasi.
3
1.2 Perumusan Masalah dan Urgensi Penelitian
Kehadiran Revolusi Industri 4.0 membawa suatu perubahan terhadap
berbagai bidang ilmu, salah satunya adalah bidang ilmu akuntansi. Keberadaan
Revolusi Industri 4.0 ini memberikan dampak yang signifikan bagi proses bisnis
yaitu penerapannya semakin berfokus pada teknologi. Adanya perubahan proses
bisnis yang semakin berbasis pada teknologi mengakibatkan adanya perubahan
karakteristik atas kebutuhan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan karakteristik dalam
penerapan akuntansi sebagai alat dalam menyajikan informasi bagi pengambilan
keputusan tersebut. Eratnya kaitan antara Revolusi Industri 4.0 dengan akuntansi
dirasa penting untuk diteliti mengingat masih sedikitnya penelitian mengenai
keterkaitan Revolusi Industri 4.0 dengan akuntansi. pihak yang berkepentingan
dalam bidang akuntansi
Peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berfokus pada
akuntansi dan Revolusi Industri 4.0. Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah karakteristik perusahaan dalam era Revolusi Industri
4.0?
2) Bagaimana peran laporan keuangan dalam era Revolusi Industri 4.0?
4
BAB 2
PETA PENELITIAN
Gambar 2.1
Peta Penelitian Dosen
Nilai Perusahaan
Analisis Fundamental
Kualitas
Financial
ACCOUNTING Pelaporan Kualitas Laba
Reporting
Keuangan
Intellectual Capital
Industry 4.0 Pengungkapan
Model Revaluasi
Aset Tetap
Peran Laporan
Keuangan
5
Program Studi Akuntansi Universitas Katolik Parahyangan memiliki road
map penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2
Road Map Penelitian Program Studi Akuntansi UNPAR
6
membahas perkembangan teknologi informasi dan dampaknya terhadap akuntansi
yang relevan dengan program studi tempat peneliti bernaung.
7
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
8
Industri kedua berhubungan dengan penggunaan energi listrik secara insentif, dan
Revolusi Industri ketiga berhubungan dengan digitalisasi.
3.2 Akuntansi
Menurut Horngren, et.al. (2014: 3-4), akuntansi adalah proses identifikasi,
mencatat, dan merangkum informasi ekonomi kemudian melaporkannya kepada
para pengambil keputusan. Agar dapat memahami laporan akuntansi, para
pengguna laporan tidak hanya harus memahami serangkaian aturan dan prosedur
akuntansi namun juga harus dapat memahami transaksi bisnis dasar yang
mendasari munculnya informasi ekonomi. Weygandt, et.al. (2015:4) menjelaskan
bahwa akuntansi terdiri dari tiga aktivitas dasar yaitu identifikasi, pencatatan, dan
mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Akuntansi dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan untuk memahami suatu organisasi. Akuntansi diawali dengan
melakukan identifikasi mengenai kejadian ekonomi yang relevan dengan bisnis
yang dijalankan organisasi. Setelah proses identifikasi selesai akan dilakukan
proses pencatatan secara sistematis dan kronologis. Aktivitas selanjutnya adalah
komunikasi. Termasuk pula dalam aktivitas komunikasi adalah aktivitas analisis
dan interpretasi informasi yang sudah dilaporkan.
Mclaney&Atrill (2016:2) menyatakan bahwa akuntansi berfokus pada
mengumpulkan, menganalisis, dan mengomunikasikan informasi keuangan.
Tujuan utama dari akuntansi adalah untuk membantu para pengguna informasi
keuangan agar dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang telah
diterima. Akuntansi harus dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil
oleh para pengguna informasi keuangan. Tujuan dari akuntansi tidak hanya
berakhir pada penyusunan laporan keuangan saja namun harus dapat menyediakan
informasi yang lebih baik bagi para penggunanya. Informasi akuntansi dapat
digunakan oleh berbagai pihak termasuk pihak internal perusahaan, misalnya
departemen pemasaran untuk menentukan harga jual produk baru maupun pihak
eksternal perusahaan, misalnya investor dan kreditur (Weygandt, et.al.,2015:5-6).
9
Lian (2005) merangkum proses akuntansi yaitu dimulai dari bukti dasar
dilanjutkan dengan pencatatan kemudian sampai dengan menghasilkan laporan
keuangan. Waymire dan Basu (2007) merangkum pendapat beberapa peneliti
terdahulu mengenai akuntansi yaitu akuntansi merupakan institusi ekonomi
sehubungan dengan bookkeeping yang sudah berumur setidaknya 10.000 tahun.
Luca Pacioli sekitar abad ke-13 memperkenalkan sistem double-entry
bookkeeping dan kemudian penggunaannya mulai meningkat dan semakin
kompleks seiring dengan munculnya bentuk perusahaan sekittar abad ke-16 di
Inggris. Akuntansi yang pada awalnya hanya mencakup kegiatan klasifikasi,
agregasi, dan merangkum kinerja bisnis berdasarkan transaksi perusahaan di masa
lalu telah jauh berkembang seiring dengan perkembangan bisnis. Weygandt, et.al.
(2015:4-5) juga menjelaskan bahwa akuntansi tidak sama dengan bookkeeping.
Bookkeeping hanya merupakan bagian dari akuntansi yaitu aktivitas pencatatan
sedangkan akuntansi mencakup seluruh proses identifikasi, pencatatan, dan
mengomunikasikan kejadian ekonomi. Menurut Horngren, et.al. (2014: 2)
akuntansi adalah bahasa bisnis. Akuntansi merupakan metode yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada para
pegawai dan publik. Sama seperti bahasa pada umumnya, akuntansi sebagai
bahasa bisnis dapat berbeda dari perusahaan ke perusahaan, negara ke negara, dan
dapat terus berkembang.
10
BAB 4
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1
Bagan Alir Penelitian
11
BAB 5
JADWAL PENELITIAN
Tabel 5.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan ke- (tahun 2019)
Tahap Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan artikel
12
BAB 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
hanya membutuhkan sedikit modal untuk memulai usaha. Era Revolusi Industri
4.0 yang mengutamakan koneksi telah mendorong munculnya perusahaan dengan
konsep bisnis Electronic Commerce (E-Commerce). Nurlansa (2016) menjelaskan
bahwa e-commerce adalah proses jual beli barang atau jasa di internet atau proses
jual beli atau pertukaran barang, jasa, dan informasi melalui jaringan informasi
tertentu termasuk internet.
Secara umum terdapat empat model bisnis suatu perusahaan yaitu perusahaan
yang mengembangkan dan menjual benda fisik (asset builder), perusahaan yang
mempekerjakan karyawan untuk memberikan jasa kepada pelanggan (service
provider), perusahaan yang menjual intellectual property (technology creators),
dan perusahaan yang menciptakan jaringan sebagai tempat berbagai partisipan
berinteraksi dan membagikan penciptaan nilai (network orchestrators).
Perusahaan dengan model bisnis network orchestrators mungkin saja menjual
barang atau jasa, membangun relasi, membagikan nasihat, memberikan review,
dan lain-lain. Contoh perusahaan dengan model bisnis network orchestrator
adalah eBay, Uber, AliBaba, TripAdvisor (Nurlansa, 2016).
Revolusi Industri 4.0 mendorong semakin maraknya perusahaan network
orchestrators. Pernyataan ini diperkuat oleh Scwhab (2016:58) yang menjelaskan
bahwa fokus dari banyak industri saat ini sudah bergeser dari menjual produk
menjadi menyampaikan jasa karena sudah meningkatnya jumlah pelanggan yang
tidak lagi membeli dan memiliki objek fisik tetapi membayar jasa yang diakses
melalui digital platform.
Nurlansa (2016) mengutip beberapa penelitian dan menyatakan bahwa
berdasarkan hasil analisis, perusahaan dengan model bisnis network orchestrator
memiliki nilai perusahaan tiga sampai empat kali perusahaan dengan model bisnis
lain. Bahkan selama satu dekade belakangan ini, gap nilai perusahaan network
orchestrator dengan perusahaan lainnya semakin melebar.
Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan
adalah price-to-revenue ratio. Price-to-revenue ratio merupakan indikator yang
baik dalam mengukur popularitas saham perusahaan. Price-to-revenue ratio
menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar atau menilai
14
perusahaan untuk setiap penjualan yang dilakukan perusahaan (Vruwink, et.al,
2007). Dalam penelitiannya, Nurlansa (2016) menggambarkan perbandingan
price-to-revenue ratio perusahaan untuk setiap model bisnis dan menemukan
bahwa perusahaan dengan model bisnis network orchestrators memiliki price-to-
revenue ratio paling besar dibandingkan perusahaan dengan model bisnis lainnya.
Perusahaan dengan model bisnis asset builder memiliki price-to-revenue ratio
2,0, perusahaan dengan model bisnis service provider memiliki price-to-revenue
ratio 2,6, perusahaan dengan model bisnis technology creator memiliki price-to-
revenue ratio 4,8 sedangkan perusahaan dengan model bisnis network
orchestrator memiliki price-to-revenue ratio hingga 8,2.
Selain memberikan gambaran mengenai price-to-revenue ratio, Nurlansa
(2016) juga memberikan gambaran mengenai pertumbuhan pendapatan dan profit
untuk masing-masing model bisnis. Berdasarkan gambaran yang dikemukakan
Nurlansa (2016), perusahaan network orchestrator memiliki pertumbuhan
pendapatan dan profit yang paling tinggi dibandingkan perusahaan dengan model
bisnis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa selain memiliki nilai perusahaan yang
paling tinggi, perusahaan dengan model bisnis network orchestrator juga
memiliki kinerja perusahaan yang baik.
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 perusahaan harus menyesuaikan
diri dengan mengubah model operasi dan strategi. Schwab (2016:58)
menyebutkan bahwa model operasi dan strategi yang dapat diterapkan adalah
platform strategy. Ciri khas dari Revolusi Industri 4.0 adalah munculnya global
platforms yang terkoneksi secara lekat dengan dunia fisik. Platform strategy
dikombinasikan dengan kebutuhan untuk lebih berfokus pada pelanggan dan
untuk meningkatkan produk dengan data. Hal ini telah mengubah fokus
perusahaan dari menjual produk menjadi menyampaikan jasa. Semakin banyak
pelanggan tidak lagi membeli dan memiliki barang secara fisik namun lebih
memilih membayar untuk jasa yang dapat diakses melalui digital platform
misalnya mendengarkan lagu melalui Spotify.
Schwab (2016:60-61) memberikan contoh mengenai kesuksesan Uber
yang dimulai dengan meningkatkan pengalaman pelanggan yaitu dapat melacak
15
lokasi mobil melalui telepon genggam, deksripsi standar mobil, dan proses
pembayaran yang tidak rentan kecurangan sehingga dapat menghindari
keterlambatan sampai di tujuan. Hal ini mengilustrasikan disrupsi yang terjadi
ketika aset digital dan kombinasi digital platforms digunakan untuk mengubah
relasi dengan aset fisik yaitu perubahan dari memiliki aset secara fisik
(ownership) menjadi hanya memiliki akses ke aset tersebut. Sebagai contoh,
perusahaan tidak memiliki mobil melainkan mitra (driver) memiliki mobil dan
menjadikan mobil tersebut dapat digunakan atau perusahaan tidak memiliki
rumah tetapi pemilik rumah yang menjadikan rumah dapat tersedia untuk
disewakan.
16
Investor dan kreditor membutuhkan informasi keuangan perusahaan agar
dapat mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke perusahaan dengan
efektif. Proses pengalokasian sumber daya dari investor dan kreditor kepada
perusahaan secara efektif sangat penting bagi kesehatan ekonomi karena dapat
meningkatkan produktivitas, mendorong inovasi, dan menyajikan pasar yang
efisien dan likuid untuk proses jual beli sekuritas dan untuk mendapatkan serta
memberikan pinjaman (Kieso, et.al., 2018:1-5).
Terdapat lima elemen dasar dari laporan keuangan yaitu asset, liability,
equity, income, dan expenses (International Accounting Standards Board, 2018).
Kelima elemen dasar dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk
menghitung rasio keuangan. Rasio keuangan dapat digunakan untuk menganalisis
kinerja serta nilai dari perusahaan (Marsha dan Murtaqi, 2017). Dengan demikian,
laporan keuangan memiliki peran yang penting bagi penggunanya dalam
menentukan kinerja dan nilai perusahaan sehingga dapat membantu pengguna
dalam menentukan keputusan yang akan diambil mengenai alokasi sumber daya
ekonomi.
Peran penting laporan keuangan dibuktikan oleh berbagai penelitian yang
melibatkan informasi dalam laporan keuangan sebagai variabel penelitian. Hasil
dari penelitian-penelitian tersebut menganjurkan para investor untuk
menggunakan informasi dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengambil
keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi yang dimiliki. Berikut ini
beberapa contoh hasil penelitian tersebut:
Tabel 6.1
Referensi Berbagai Penelitian Yang Menggunakan Informasi Laporan
Keuangan Sebagai Variabel
Peneliti Tahun Variabel Cara Menghitung Variabel
Doğan 2013 Firm Size Logaritma Natural Total Aset
Logaritma Natural Total Sales
John dan 2013 Firm Size Log Total Aset
Adebayo
17
Siahaan 2013 Firm Size Total Aset
Leverage
Intellectual Capital
VAIC = VACA + VAHU + STVA
(VAIC atau Value
Added Intelectual
VACA = VA / nilai buku aset
Coefficient)
bersih
VAHU = VA / total biaya
karyawan
STVA = (VA-HC)/VA
VA = Laba operasi + biaya
karyawan + depresiasi +
amortisasi
Isik, et.al. 2017 Firm Size Logaritma Natural Total Aset
18
Logaritma Natural Total Sales
Karakus dan 2017 Return on Assets
Bozkurt
Net Working
Capital Turnover
Debt to Total
Assets
Marsha dan 2017 Return on Assets
Murtaqi
Current Ratio
Likuiditas
Expected Future
Book to Market
Ratio (FBM)
Expected Future
Return on Equity
19
(FROE)
Dividend Payout
Ratio
Dang, et.al. 2019 Firm Size Total Aset
Takamatsu 2019 Company size Ln(Total Aset)
dan Fávero
Price to Book
Ratio
Gross Profitability
Sumber: beberapa artikel penelitian
Pada tabel 6.1 dijelaskan mengenai informasi-informasi akuntansi dalam
laporan keuangan yang digunakan sebagai variabel penelitian. Berbagai penelitian
tersebut membuktikan bahwa variabel-variabel yang dimaksud harus diperhatikan
dalam proses pengambilan keputusan alokasi sumber daya ekonomi. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dilihat bahwa informasi akuntansi yang disajikan pada laporan
keuangan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya
ekonomi. Informasi akuntansi dapat digunakan pengguna laporan keuangan dalam
menganalisis kondisi dan kinerja perusahaan yang kemudian dapat digunakan
untuk menentukan nilai perusahaan hingga imbal hasil yang diperoleh dari
mengalokasikan sumber daya ekonomi pada sebuah perusahaan. Nilai perusahaan
dan imbal hasil yang diperoleh dapat digunakan para pelaku ekonomi dalam
mengambil keputusan terkait alokasi sumber dayanya.
Hasil dari berbagai penelitian yang keseluruhannya menyatakan bahwa
sebaiknya investor dan kreditor memertimbangkan informasi-informasi akuntansi
dalam laporan keuangan ketika akan mengambil keputusan alokasi sumber daya
20
ekonomi menunjukkan bahwa laporan keuangan memiliki peran yang penting
dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Laporan keuangan dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan alokasi sumber daya. Para
investor dan kreditor memanfaatkan laporan keuangan untuk menganalisis suatu
perusahaan sehingga dapat memutuskan perusahaan yang akan menjadi target
alokasi sumber daya.
Penelitian yang dilakukan oleh Doğan (2013), John dan Adebayo (2013),
Siahaan (2013), Mule, et.al. (2015), Ilaboya dan Ohiokha (2016), Isik, et.al.
(2017), serta Dang, et.al. (2019) menjelaskan bahwa firm size merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan alokasi sumber daya yang akan
dilakukan oleh perusahaan. Siahaan (2013) dan Dang, et.al. (2019) mengukur firm
size menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan yaitu Total Aset.
Doğan (2013), Mule, et.al. (2015), Isik, et.al. (2017) menggunakan Logaritma
Natural Total Aset dalam mengukur firm size, sedangkan John dan Adebayo
(2013), Ilaboya dan Ohiokha (2016), serta Takamatsu dan Fávero (2019)
menggunakan Log Total Aset sebagai ukuran dari firm size. Hasil penelitian-
penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin besar aset perusahaan yang
merupakan ukuran dari firm size, maka semakin besar profitabilitas perusahaan
dan nilai perusahaan. Penelitian-penelitian ini membuktikan bahwa aset
merupakan informasi laporan keuangan yang digunakan dalam menentukan nilai
suatu perusahaan. Semakin besar aset, maka semakin besar pula nilai perusahaan.
Oleh karena itu, investor lebih menyukai perusahaan dengan aset yang besar
karena memiliki nilai perusahaan yang tinggi.
Berbagai perubahan sebagai akibat Revolusi Industri 4.0 turut berdampak
pada elemen-elemen dalam laporan keuangan. Perubahan yang terjadi pada proses
bisnis membawa dampak bagi keberadaan elemen-elemen dalam laporan
keuangan pada perusahaan. Hal ini menyebabkan reliabilitas dan relevansi laporan
keuangan dipertanyakan karena dapat terjadi laporan keuangan tidak memberikan
gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan. Perusahaan yang sebenarnya
dapat memberikan keuntungan bagi investor dan kreditor dapat terlihat buruk
akibat rasio keuangan yang buruk sehingga sumber daya ekonomi tidak
21
teralokasikan secara efektif. Schwab (2016:23) mempertanyakan apakah dengan
adanya perubahan ekonomi di era Revolusi Industri 4.0 masih penting bagi
perusahaan untuk memiliki underlying assets.
Keraguan ini diperkuat oleh Schwab (2016:23) dengan mengutip tulisan Tom
Goodwin di artikel TechCrunch yaitu Uber sebagai perusahaan penyedia taksi
terbesar di dunia tidak memiliki kendaraan, Facebook sebagai pemilik media
paling populer di dunia tidak membuat konten apapun, Alibaba sebagai retailer
paling valuable di dunia tidak memiliki persediaan, dan Airbnb sebagai
perusahaan penyedia jasa akomodasi terbesar di dunia tidak memiliki real estate
Hal ini merupakan tanda bahwa disrupsi digital telah dimulai (Demirkan, et. al,
2016). Dalam kasus ini, perusahaan yang memiliki sedikit aset dianggap memiliki
kinerja yang buruk.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan digital platform, telah dikenal
dan memiliki skala bisnis yang besar. Facebook dan Alibaba merupakan
perusahaan digital yang masuk dalam urutan 100 terbaik versi Majalah Forbes
tahun 2018. Uber merupakan perusahaan teknologi raksasa yang telah dilaporkan
bernilai lebih dari $60 biliun dan Airbnb dilaporkan bernilai sekitar $25 biliun
(Dawson, et.al.). Rahardjo dan Sugiarto (2019) menyatakan bahwa perusahaan
digital di Asia Tenggara berkembang dengan sangat cepat hingga memiliki nilai
investasi lebih dari sepuluh biliun dolar, didominasi oleh Singapura dan
Indonesia. Beberapa contoh perusahaan digital sukses lainnya adalah Sea, Razer,
Tokopedia, GoJek, dan Traveloka (Rahardjo&Sugiarto, 2019). Gojek yang
merupakan salah satu unicorn di Indonesia telah mencapai nilai perusahaan
hingga 3 biliun dolar (Azzuhri, et.al, 2018).
Kemunculan Revolusi Industri 4.0 mendorong semakin banyaknya
perusahaan berjenis network orchestrators yang beroperasi menggunakan digital
platform. Dengan demikian, Revolusi Industri 4.0 memunculkan banyak
perusahaan digital yang tidak memiliki underlying assets namun dapat mencapai
nilai perusahaan yang tinggi. Beberapa penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya menyebutkan tingginya nilai perusahaan-perusahaan digital meskipun
22
perusahaan tersebut tidak memiliki underlying assets. Dengan kata lain, aset
sebagai elemen yang disajikan dalam laporan keuangan tidak menjadi penentu
tinggi rendahnya nilai perusahaan. Namun, penelitian-penelitian terkini lainnya
seperti yang dijelaskan dalam tabel 6.1 masih menjelaskan bahwa informasi
akuntansi yang disajikan di laporan keuangan, seperti aset, utang, ekuitas,
pendapatan, dan beban merupakan informasi penting yang digunakan dalam
menentukan nilai perusahaan untuk proses pengambilan keputusan alokasi sumber
daya ekonomi.
23
zaman di era Revolusi Indusstri 4.0 menimbulkan keraguan pula akan relevansi
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan.
24
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang digunakan para
pelaku ekonomi untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya
ekonomi. Pengambilan keputusan para pelaku ekonomi didasarkan atas analisis
dari elemen-elemen laporan keuangan, yaitu aset, utang, ekuitas, pendapatan, dan
beban. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya membuktikan
bahwa elemen laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam menilai suatu
perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan
alokasi sumber daya ekonomi secara lebih efektif. Perkembangan zaman dan
keberadaan Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya disrupsi digital. Hal ini
tampak dari bermunculannya perusahaan-perusahaan berbasis digital. Faktanya,
perusahaan-perusahaan berbasis digital tersebut dapat berkembang menjadi
perusahaan yang sukses dan bernilai tinggi tanpa memiliki underlying asset. Hal
ini menjadi pertanyaan bagi relevansi peran laporan keuangan dalam menentukan
nilai perusahaan di era Revolusi Industri 4.0 ini.
7.2. Saran
Untuk lebih mendalami peran laporan keuangan dalam era Revolusi
Industri 4.0, maka peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih mendalam
terkait pandangan para pengguna laporan keuangan secara lebih spesifik terhadap
relevansi peran laporan keuangan dalam pengambilan keputusan alokasi sumber
daya ekonomi di era Revolusi Industri 4.0. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu penelitian.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adetunji, A.A., Akinyemi, I.A., & Rasheed, K.O. 2016.Financial Leverage and
Firms’ Value: A Study of Selected Firms in Nigeria. European Journal of
Research and Reflection in Management Science 4 (1): 14 – 32.
Dang, H. N., et.al. 2019. Study the Impact of Growth, Firm Size, Capital
Structure, and Profitability on Enterprise Value: Evidence of Enterprises in
Vietnam. Journal of Corporate Accounting & Finance, 30(1), 144–160.
Davies, R. 2015. Industry 4.0 Digitalisation for Productivity and Growth. [Online]
Available:
26
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/BRIE/2015/568337/EPRS_B
RI(2015)568337_EN.pdf. Diakses 15 November 2018.
Dawson, A., Hirt, M., & Scanlan, J. (2016). The Economic Essentials of Digital
Strategy. McKinsey Quarterly, (March), 1–13.
Doğan, M. 2013. Does Firm Size Affect The Firm Profitability ? Evidence from
Turkey. Research Journal of Finance and Accounting, 4(4), 53–60.
Ilaboya, O. J., & Ohiokha, I. F. 2016. Firm Age, Size and Profitability Dynamics:
A Test of Learning by Doing and Structural Inertia Hypotheses. Business and
Management Research, 5(1), 29–39.
John, A. O., & Adebayo, O. 2013. the Effect of Firm Size on Profitability:
Evidence From Turkish Manufacturing Sector. Prime Journal of Business
Administration and Management (BAM), 3(9), 1171–1175.
Horngren, C.T., Sundem, G.L., Elliot, J.A., Philbrick, D.R. 2014. Introduction to
Financial Accounting. Eleventh Edition. Pearson Education.
27
Isik, O., Aydın Unal, E., & Unal, Y. 2017. The Effect of Firm Size on
Profitability: Evidence From Turkish Manufacturing Sector. Journal of
Business, Economics and Finance, 6(4), 301–308.
Kieso, D.E., Weygandt, J.J, & Warfield, T.D. 2018. Intermediate Accounting:
IFRS Edition.Third Edition. Hoboken, NJ: Wiley. (buku kl dimasukkin ke
Mendeley jd aneh, ga ada penerbit dan kota terbitnya)
Lasi, H & Kemper, H.G. 2014. Industry 4.0. Business & Information Systems
Engineering 4: 239-242
Lian, H.O.T. 2005. Akuntansi dan Pengendalian Intern untuk Usaha Kecil
Menengah (Studi Kasus Pada Usaha Penagihan Cicilan Piutang Harian).
Jurnal Akuntansi 9(03):293-306. (jurnalnya ga nemu buat masuk ke
Mendeley)
Marsha, N. & Murtaqi I. 2017. The Effect of Financial Ratios on Firm Value in
The Food and Beverage Sector of the IDX. Journal of Business and
Management 6 (2): 214 – 226.
Mule, R. K., Mukras, M. S., & Nzioka, O. M. 2015. Corporate size, Profitability
and Market Value: An Econometric Panel Analysis of Listed Firms in
28
Kenya. European Scientific Journal, 11(13), 376–396.
Pozdnyakova, U.A., Golikov, V.V., Peters, I.A., & Morozova, I.A. 2019. Genesis
of The Revolutionary Transition to Industry 4.0 in the 21st Century and
Overview of Previous Industrial Revolutions. Studies in Systems, Decision,
and Control: Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century. Springer
169: 11-20.
Roblek, V, et.al. 2016. A Complex View of Industry 4.0. SAGE Open. Vol. April
– June: 1-11.
Rüßmann, M., Lorenz, M., Gebert, P., Waldner, M., Justsu, J., Engel, P., &
Harnisch, M. 2015. Industry 4.0: The Future of Productivity and Growth in
Manufacturing Industries. BCG Perspectives.
Rahardjo, D & Sugiarto. 2019. Valuation Model Using A Mixed Real Option
Method: A Review on Siongapore and Indonesia Digital Startups. Advanced
in Social Science, Education, and Humanities Research Volume 308: 9-12.
Sadi’ah, K. 2018. The Effect of Corporate Financial Ratio Upon the Company
Value. The Accounting Journal of BINANIAGA 3 (2): 75 – 88.
29
Schwab, K. 2016. The Fourth Industrial Revolution. Geneva: World Economic
Forum.
Vruwink, D. R., et.al. 2007. A Modified Price-Sales Ratio: A Useful Tool For
Investors? Journal of Business & Economic Research. 5(12): 31-40.
30