Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA ETIKA DAN PENDIDIKAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas

FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampuh:

Bapak Dr. H Syamsul Huda M. AG.

Disusun Oleh:

 Vivi Asa Magfiroh (20201192)

Kelas F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kami
dapat memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk membuat sebuah makalah dengan judul
“Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan ”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H Syamsul Huda M. Ag. sebagai dosen
Filsafat Pendidikan, ucapan terima kasih juga Kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait
yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini, khususnya rekan-rekan program studi Filsafat
Pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak luput dari
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari rekan-rekan pembaca sangat
dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu rekan-rekan pembaca untuk mengetahui dan
lebih memahami lagi mengenai Filsafat Pendidikan.

Kediri, 18 September 2021

Vivi Asa Magfiroh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Pendidikan .................................................................................... 2

B. Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan ......................................................................... 4

C. Konsep Etika Kaitannya dengan Pendidikan ................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 8

B. Saran ........................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa manusia harus melakukan sesuatu
dalam tindakan yang beretika, termasuk di dalamnya proses belajar mengajar dalam dunia
pendidikan. Ada kesenjangan yang terjadi sekarang bahwa antara penanaman nilai-nilai yang
baik dan benar di sekolah pada proses pendidikan, namun di masyarakat sebagai lapangan
pendidikan tempat mempraktikkan pendidikan tidak memberikan nilai-nilai etika yang benar
sebagai dasar yang mendidik. Kondisi ini akan terus terjadi dari generasi ke generasi dan
pengaruhnya terus berlangsung dan menghasilkan kerusakan moral bagi generasi selanjutnya,
termasuk juga di dalamnya pendidik. Karena itu, untuk mengatasi krisis moral dalam dunia
pendidikan, maka secara internal harus diterapkan model pendidikan berkarakter yang berbasis
pada firmanTuhan. Etika dan pendidikan dua pokok yang saling terkait, seorang yang memiliki
pendidikan akan dilihat dari cara dan gaya hidupnya yang menunjukkan sifat-sifat serta
perkataan yang sopan dan santun. Hal ini dibentuk untuk landasan etika, karena menurut Umar
Tirtaraharja bahwa, “Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia. Pendidikan itu berlangsung dengan baik dan berhasil, jika
seorang pendidik memahami dan menerapkan konsep keteladanan yang baik berdasarkan etika
dan moral yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Etika Dan Pendidikan?

2. Bagaimana Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan?

3. Bagaimana Konsep Etika Kaitannya dengan Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat Memahami Etika Dan Pendidikan.

2. Dapat Memahami Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan.

3. Dapat Mengetahui Konsep Etika Kaitannya dengan Pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Pendidikan

Etika dan pendidikan memiliki pengertian masing-masing, yang kemudian jika disatukan maka
akan memiliki sebuah arti yang sepadan. Karena itu, untuk memahami lebih jelas maka terlebih
dahulu akan dibahas tentang pengertian etika yang kemudian setelah itu akan dibahas
pendidikan. Etika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.” Jika
diteliti dengan baik, etika tidak hanya sekadar sebuah ilmu tentang yang baik dan buruk ataupun
bukan hanya sekadar sebuah nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang
baik dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang baik dan benar. Dari asal usul
kata, “Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik.
Perkembangan etika studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang
dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada
umumnya.” Kemudian secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal
tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku”

Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, dan dalam kajian secara
terminologi etika berarti sebuah cabang ilmu yang membicarakan perbuatan/tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan yang baik dan yang buruk. Surajiyo mengatakan, “Secara
terminologi, etika adalah cabang ilmu yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan yang baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap
manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-kata, dan sebagainya.”

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan
seseorang melalui pengajaran sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat
dikembangkan. Di bawah ini, beberapa pengertian tentang pendidikan yaitu:

1. “Education is the process by which the human mind is disciplined and developed.”
(Pendidikan adalah suatu proses dengan mana pemikiran, rasio, mental manusia didisiplin dan
dikembangkan). Hal ini didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa manusia itu adalah
“Homosapiens” artinya jenis makhluk yang dapat berpikir dengan menggunakan logika.

2
2. “Education is the process by which the individual is thought loyalty and conformity to the
group and to social institutions.” (Pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana
individual dibina agar loyal setia tanpa syarat dan penyesuaian membuat pada kelompok atau
lembaga sosial).

3. “Education is a process of growth in which the individual is helped to developed his powers,
his talent, his abilities, and his interest.” (Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dalam
mana individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan
minatnya).

Tiga pengertian pendidikan di atas mengacu kepada pendekatan antropologis, sosiologis dan
psikologis. Dalam konteksnya, pendekatan sosiologis meninjau proses pendidikan dalam
kaitannya dengan kehidupan dan lembaga sosial di luar individu, sedangkan pendekatan
psikologis meninjau proses pendidikan dari sudut proses internal dalam diri manusia, sehingga
lebih mengarah kepada peninjauan tentang konsep hakikat psikologis bukan filosofis. Dari
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
penyesuaian diri ke arah pendewasaan untuk mencapai suatu kesuksesan dalam hidup.

Pada dasarnya etika pendidikan masing-masing memiliki pokok pemahaman yang berbeda, yaitu
etika menyangkut kebiasaan atau sikap baik buruk seseorang sedangkan pendidikan menyangkut
sebuah proses yang secara terus-menerus berlangsung dalam kehidupan seseorang, yang
mengacu pada tujuan pendidikan itu sendiri, ingin menanamkan nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar dan indah untuk kehidupan manusia itu sendiri.

Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan
dalam praktiknya. Untuk dapat memahami kedua pokok ini sebagai modal awal dalam
pemahaman yang benar tentang etika pendidikan harus didasarkan pada suatu pengertian yang
benar tentang etika pendidikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa etika pendidikan merupakan
sebuah proses pendidikan yang berlangsung secara etis dan terus-menerus dalam kehidupan
seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan,
bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan seimbang dengan etika yang baik dan benar
dalam kehidupannya. “Hampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Pendidikan tidak terpisah dari etika dalam kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan
dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka juga akan
mendidik anak mereka dengan baik dan sopan sesuai dengan etika yang baik.

Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari ciptaan yang lainnya, salah satu
perbedaan yang sangat nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh dengan
nilai-nilai baik dan luhur dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua
fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang
ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

3
B. Hubungan Antara Etika Dan Pendidikan

Nilai, moral, dan etika, merupakan tiga istilah yang sering terkait yang biasanya dalam bahasa
sehari-hari dianggap sepadan, baik dalam makna maupun dalam fungsi, padahal ketiga kata itu
memiliki hakikat dan orientasi yang berbeda-beda kendatipun antara satu dengan yang lain
terkait erat.

Nilai adalah gambaran seseorang tentang sesuatu yang indah dan yang menarik, yang
mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan ingin memilikinya.
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Moral berkenaan dengan kegiatan-kegiatan manusia yang
dipandang sebagai baik/buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang
bertingkah laku dalam hubungan dengan orang lain.

Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan
kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir. Dengan demikian etika sifatnya
humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.

Kajian etika atau filsafat moral dalam bentuk pendekatan normatif ini biasanya
mencermati bentuk-bentuk sistem yang konsisten dari norma-norma yang ditunjukkan
validitasnya bagi semua manusia secara rasional oleh seorang filsuf moral, sedangkan
pendekatan analitik meliputi dua aspek; penelahaan tentang konsep-konsep yang dipakai dan
penelahaan mengenai logika dari alasan-alasan moral. Kedua bentuk pendekatan kajian etika
seperti ini menurut para ahli tidak dapat dipisahkan, keduanya berjalan beriringan dan saling
menyempurnakan.

Pendidikan secara luas dianggap sebagai usaha moral. Guru harus selalu memberikan
perhatian apa yang harus dikatakan dan dilakukan dan bagaimana subjek didik mesti berperilaku.
Subjek didik diupayakan dengan penanaman nilai-nilai moral dan peningkatan perilaku
individual maupun soisal. Plato sebagai tokoh idealisme berprinsip bahwa idea tentang kebaikan
memberikan konsekuensi logis pada pengembangan pengetahuan dan oleh karena itu, bangunan
pendidikan mestilah diarahkan pada pembentukan hidup yang baik yang tergambar pada prinsip
keadilan. Harmonisasi fungsi-fungsi jiwa rasio, emosi dan syahwat mestilah menjadi perhatian
utama di dalam mengembangkan kepribadian manusia.

Hubungan etika dan pendidikan dapat memberi tujuan yang diantaranya yaitu:

a. Melahirkan manusia yang memnjunjung tinggi nilai kemanusiaannya sehingga dapat


menciptakan keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat yang berada di sekitarnya.

4
b. Menyamakan persepsi manusia tentang baik buruknya perilaku manusia dalam situasi dan
kondisi tertentu.

c. Memberikan sarana orientasi hidup manusia

d. Melahirkan manusia yang mandiri dalam berpikir kritis dan rasional dalam pengambilan
keputusan dalam hidupnya.

e. Menjadikan peserta didik yang mampu bermasyarakat dengan baik.

Fungsi pendidikan etika bagi anak/siswa ialah sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi anak/siswa yang telah
tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

b. Penyaluran, yaitu untuk membantu anak/siswa yang memiliki bakat tertentu agar dapat
berkembang dan bermanfaat secara optimal sesuai dengan budaya bangsa.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan anak/siswa dalam
perilaku seharri-hari.

d. Pencegahan, mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan budaya
bangsa.

e. Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong, egois, iri,
dengki, dan riya’ agar anak/siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.

f. Penyaring (filter), yaitu untuk menarung budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai etika.

Pendidikan etika secara umum dapat bertujuan sebagai pondasi moral manusia dalam
lingkungannya. Sebab manusia diciptakan Tuhan dengan kecerdasan khusus sehingga dapat
membedakan dirinya dengan hewan.

C. Konsep Etika Kaitannya dengan Pendidikan

Filsafat merupakan ilmu kritis, sering disebut juga sebagai seni berpikir kritis. Sebagai ilmu
kritis filsafat selalu mencari jawaban atas masalah-masalah, dan jawaban-jawaban atas masalah-
masalah tersebut tidak pernah final. Filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan
sesuatu sebagai selesai, tidak pernah memotong perbincangan, selalu bersedia bahkan senang
untuk membuka kembali perdebatan, selalu dan secara hakiki bersifat dialektis, setiap kebenaran
akan menjadi lebih benar dengan setiap dialektika tesis-antitesis.

5
Etika adalah bagian ilmu filsafat atau cabang filsafat yang kajiannya menyangkut masalah-
masalah nilai-nilai dan norma-norma, dan ajaranajaran moral yang berlaku dalam masyarakat.

etika adalah sebuah aturan yang lahir dari kebiasaan dan dianggap sebagai ukuran nilai untuk
menyebutkan sesuatu yang pantas atau tidak pantas, bisa juga untuk menilai apakah sesuatu
tersebut baik atau tidak. Maka dari itu, kebaradaan etika sangat penting untuk dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Proses intemalisasi etika dalarn diri siswa tidak dapat dilakukan secara instant, namun melalui
proses sejalan dengan perkembangan jasarnani dan rohani siswa. Proses intemalisasi dimulai
dengan pengenalan nilai-nilai di dalam keluarga oleh orangtua maupun sanak famili yang
serumah.Jika anak sudah bergaul dengan lingkungan sosialmasyarakat sekitar ia akan berkenalan
dengan berbagai nilai disekitarnya. Dan jika ia sudah bersekolah pengenalan nilai akan sernakin
banyak dan beragam yang dibawa oleh ternan-ternan sekolah , guru dan juga orang lain
yanghadir di sekolah. Jika ia sudah mulai tertarik nonton televisi, rnaka ia juga akan berkenalan
dengan nilai yang ditawarkan dan disampaikan oleh para artis-selebritis melalui adegan-adegan
yang dibawakannya, selain lewat promosi atau iklan yangditayangkan. Nilai-nilai yang diterima
siswa ada yang berbeda bahkan bertolak belakang atau berlawanan dengan nilai-nilai yang
dikenalkan di rumah dandisekolah, ada nilai baru yang tidak belum dikenal di rurnah dan atau di
sekolah.Terhadap rnasuknya nilai tersebut mungkin diterima melalui saringan atau filter
orangtua dan atau lewat guru, tetapi juga ada nilai yang diterirna tanpa ilter. Pertentangan nilai
dalarn diri siswa dapat terjadi, yang dapat menyebabkan siswa memiliki standar ganda. Misal
jika di rumah dan di sekoklah siswa kelihatan alim, sopan, baik dan takwa. Tetapi di luar, jika
sudah bergabung dengan kelornpok gengnya mereka akan berperilaku yang sangat berbeda.
Misal minum minuman beralkohol tinggi sampai mabuk, pesta gandalnarkoba bahkan pesta seks.
Oalam surat kabar sering diberitakan penggerebekan yang dilakukan polisi terhadap rumah kos
di mana pesta mabuk-mabukan, narkoba dan seks terjadi, dan ternyatapelakunya mahasiswa dan
atau siswa.

rkesinambungan. Apa yang telah ditanamkan di dalam keluarga tidak dihancurkan di sekolah,
tetapi justru di sekolah anak diajari untuk memahami secara rasional alasannya (membangun
moral reasoning). Hukuman secara fisik maupun kata-kata verbal yang menyakitkan hati dan
perasaan yang diistilahkan "bullying" harns sudah ditinggalkan oleh guru dan siswa di dalam
lingkungan sekolah.Kebiasaan memper olok-olok, mengejek, mempermalukan, menyoraki jika
ada siswa yang dianggap aneh, dan juga kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang bersifat negatif
atau meremehkan (verbal discouragement) harus ditinggalkan. Sebagai contoh ada guru yang
mempunyai kebiasaan mengatakan siswanya sebagai wedus-wedus,berfikir lambat seperti keong
bekicot, otak kebo, otak udang, goblok dan lain sebagainya. Secara psikologis kata-kata yang
sifatnya menegatif dan meremehkan tersebut akan melukai , menggores hati siswa dan akan
erdampak dalam perkembangan anak khususnya pada anak yang perasa dan sensitif terhadap
kata-kata kasar (sarkasme). Sekolah sebenamya mempunyai kewajiban untuk memperluas,

6
memeperdalam pemahaman nilai-nilai yang diperlukan di dalam kehidupan bermsayarakat
seperti; pengenalan etika profesi, etika bisnis, etika berlalu lintas, etika pergaulan, etika berbicara
lewat telepon, etika moral dan lain sebagainya. Konflik nilai yang dialami dalam diri siswa
antara nilai yang ditanamkan di dalam keluarga, sekolah dan adanya pengaruh dari lingkungan
dapat menimbulkan kebingunan bahkan dapat membentuk kepribadian rangkap.

Kecenderungan esensial pengetahuan manusia. Kecenderungan pertama, bahwa kebenaran


mutlak pada tataran relativisme konseptual pengetahuan seseorang adalah sesuatu yang tak
mungkin. menyatakan dalam konsepnya kedua kebenaran pengetahuan personal dan komunal.
Artinya kebenaran esensial, kebenaran pengetahuan itu sesuatu yang tidak mutlak.
Kecenderungan kedua, pribadi manusia yang mengetahui itu sangat menentukan proses
pengetahuan. jika pada ranah kebenaran personal, meskipun subjektif, tetap punya kemungkinan
untuk mencapai kualitas kebenaran yang lebih tinggi. Kecenderungan ketiga, adalah potensi
subjektif pada subjek penahu yang memberikan konsekuensi bahwa pengetahuan seseorang itu
selalu relasional dan kontekstual.

kebenaran yang selalu berdialektika dengan konteks pembenaran-pembenarannya. Dialektika


inilah yang menjadi titik temu, menjadi ajang relasional serta menjadi tawaran perspektif
kebenaran pengetahuan yang luas.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, dan dalam kajian secara
terminologi etika berarti sebuah cabang ilmu yang membicarakan perbuatan/tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan yang baik dan yang buruk. Surajiyo mengatakan,
“Secara terminologi, etika adalah cabang ilmu yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan yang baik buruk. Yang dapat dinilai baik
buruk adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan, kata-
kata, dan sebagainya.”

Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat terjadi secara terus-menerus dalam
kehidupan seseorang melalui pengajaran sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan
minatnya dapat dikembangkan.

Etika sebenarnya memiliki cakupan yang sangat luas di dalam segenap sikap dan tingkah
laku dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siapapun yang menghendaki anaknya menjadi
seorang yang berakhlak/beretika, maka hendaklah ia memelihara, menghormati, rendah hati,
dalam setiap tindakan. Etika yang dimiliki seseorang akan dapat meningkatkan harga diri
seseorang. Begitupun sebaliknya ketika seorang anak lari dari etika, secara sosial anak ini
dalam lingkungannya akan bermasalah. Mungkin dia akan dikucilkan. Nah, beranjak dari
kondisi ini semua maka etika menjadi sesuatu yang penting ada dalam sistem pendidikan
kita.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun akan sangat kami
butuhkan demi pembuatan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
readcube.com/articles/10.25278/jj71.v12i2.13

massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etikamoral-dan-etiket/
Muhmidayeli. 2013. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Istighfarotur Rahmaniyah. 2009. Pendidikan Etika. Aditya Media. Malang

Anda mungkin juga menyukai