Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

GIBERELIN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi tumbuhan yang
diampu oleh:
Ir.Syahrudin, MP.

Oleh Kelompok VI:

Feby Triana 203020401042

Octavianus Leo Saputra 203030401124

Supianur 203010401028

Vetty Tryana 203020401038

Yusuf Ilham Arifin CAA 118 028

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya
dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari bapak Ir. Syahrudin, MP. pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Selain itu,
kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan
pemahaman bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Syahrudin, MP. selaku
dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai bidang studi yang
ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian ilmu pengetahuannya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan dimengerti bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kedepannya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hormon Giberelin...................................................... 3
2.2. Sejarah Penemuan Hormon Giberelin......................................... 3
2.3. Karakteristik Kimia Hormon Giberelin....................................... 4
2.4. Peranan Hormon Giberelin.......................................................... 5
2.5. Pengaruh Hormon Giberelin terhadap Pertumbuhan
Tanaman...................................................................................... 7
2.6. Biosintesis Hormon Giberelin..................................................... 10
2.7. Metabolisme Giberelin................................................................ 11
2.8. Pemacuan Pertumbuhan Tanaman Utuh Oleh
Giberelin...................................................................................... 13
2.9. Macam-macam Giberelin............................................................ 14
2.10. Efek Samping atau Buruk Giberelin.......................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 16
3.2. Saran............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan
beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi
hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan
dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan
istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen,
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan
pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan
istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan
diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas
produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan
waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman
pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.

1.2.  Rumusan masalah


a. Apa yang dimkasud dengan giberelin ?
b. bagaimana sejarah hormone giberelin?

1
2

c. Bagaimana efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman?


d. bagaimana biosintesis giberelin?
e. bagaimana karakteristik kimia giberelin?

1.3. Tujuan
Tujuan pemnulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian giberelin
b. Untuk mengetahui sejarah hormone giberelin
c. Untuk mengetahui efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman
d. Untuk mengetahui biosintesis giberelin
e. Untuk mengetahui karakteristik kimia giberelin

2
3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hormon Giberelin


Dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan hormone merupakan factor
internal yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup suatu tumbuhan giberelin
merupakan turunan ent- giberelin . Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat
ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini
mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga,
pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu,
hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui
regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada
tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA
Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA
bioaktif) mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
termasuk perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga
dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA
telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti
GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon. Giberelin
pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi
Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" [2]. Hormon ini
pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur
(Gibberella fujikuroi). oleh Kurosawa [1] Yabuta disebut isolat giberelin. [1]

2.2. Sejarah Penemuan Hormon Giberelin


Giberelin pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh seorang ahli penyakit
tanaman dari jepang bernama E. Kurosawa. Hormin ini diisolasi dari jamur
Gibberella fujikuroi yang merupakan parasit dari tanaman padi. Tanaman tersebut
sering tak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati karena kelemahan
ini dan kerusakan oleh parasit. Sejak Tanya penyakit tahun 1890-an orang jepang
menyebutnya penyakit bakanae (kecambah tolol) Pada tahun 1926 beberapa ahli
patologi tumbuhan mendapatkan bahwa ekstrak cendawan tersebut yang
disemprotkan ke tanaman padi menimbulkan gejala yang sama dengan endawan

3
4

itu sendiri hal itu menunjukkan bahwa bahan kimia tertentu menimbulkan
penyakit tersebut . Pada tahun 1930-an, T yabuta dan T hayasi memisahkan satu
senyawa aktif dari cendawan tersebut yang mereka namakan giberelin . hingga
tahun 1990 telah ditemukan 84 jenis giberelin pada berbagai jenis cendawan dan
tumbuhan .dari jumlah itu, 73 jenis berasal dari tumbuhan tingkat tinggi , 25 jenis
daricendawan giberella dan 14 dari keduannya . Hormon giberelin secara alami
terdapat pada bagian tertentu tumbuhan yaitu pada buah dan biji saat
berkecambah. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis jamur
Giberella fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang
berkebangsaan Jepang di tahun 1930-an. Ketika itu, ia sedang mengamati
penyakit Banane pada tumbuhan padi. Padi yang terserang oleh sejenis jamur
memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga batangnya mudah patah. Jamur ini
kemudian diberi nama Gibberella fujikuroi yang menyekresikan zat kimia
bernama giberelin.Giberelin ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui
banyak berperan dalam pembentukan bunga, buah, serta pemanjangan sel
tumbuhan. Kubis yang diberi hormon giberelin dengan konsentrasi tinggi, akan
mengalami pemanjangan batang yang mencolok.

2.3. Karakteristik Kimia Giberelin

Giberelin termasuk senyawa isoprenoid dan merupakan diterpen yang


disintesis dari unit-unit asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam
mevalonat (Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah, 1996: 334), senyawa
isoprene memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung
menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan
triterpene (C-30).  Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’.
Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom
C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan
posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang berada di
atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa
senyawa lain yang memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban

4
5

Skeleton’. Semua giberelin dengan 19 atom adalah asam monokarbosiklik yang


mengandung grup COOH pada posisi 7 dan mempunyai sebuah laktonering. 

Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan


hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase.
Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada
endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa.Glukosa merupakan
sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil,
tumbuhan akan tumbuh normal kembali (Anonymousa,2011)

2.4. Peranan Hormon Giberelin


Hormon gibberellins hampir bisa ditemukan di seluruh bagian tanaman, baik
akar, batang, daun, bunga maupun buah. Fungsi giberelin pada tanaman sangat
banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut.
Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti
di bawah ini:

a. Bersama dengan auksin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel


b. Merangsang pertumbuhan batang dan daun
c. Menghilangkan sifat kerdil tanaman
d. Pada konsentrasi tinggi, merangsang pertumbuhan akar
e. Merangsang pembentukan bunga pada tanaman hari panjang (long day
plant)
f. Merangsang perkecambahan serbuk sari dari peertumbuhan buluh serbuk
sari
g. Menghambat pertumbuhan akar adventif
h. Mematahkan dormansi sebagian besar jenis biji.
i. Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi
atau cahaya untuk menginduksi perkecambahan.
j. Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia
untuk mobilisasi cadangan benih.
k. Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).

5
6

l. Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.


m. Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
n. Peran Giberelin pada Perkecambahan

A. Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak
penelitian. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian
GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3
meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.

B. Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya
mutasi genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah
tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami
perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin mendukung
perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan
bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan
membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena
peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.

C. Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat
pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi
aplikasi giberelin.

D. Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm
terdapat pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’.
Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh.
Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan merubah
pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio. Giberelin juga

6
7

berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang


membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah
akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air
yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-
rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa
tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya
misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.

E. Stimulasi aktivitas kambium dan xylem


Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi
aktivitas kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya
differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin
menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian auksin saja
tidak memberikan pengaruh pad xylem.

F. Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses
dormansi merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor.
Penelitian yang dilakukan oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin
menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada endosperm biji.
Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase
perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

2.5. Pengaruh Giberelin Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon
auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin
adalah membantu pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio
menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu
aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang
dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein.

7
8

Menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi apabila


giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji
dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel. Hal itu dapat
dibuktikan pada tumbuhan kerdil, jika diberi giberelin akan tumbuh normal, jika
pada tumbuhan normal diberi giberelin akan tumbuh lebih cepat. Fungsi hormon
giberelin dapat dirangkum sebagai berikut:

 Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya


 Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi
  Memacu aktivitas cambium
   Menghasilkan buah yang tidak berbiji
 Membantu perkecambahan biji

Pengaruh Giberelin pada Pertumbuhan Batang. Giberelin seperti halnya auksin


memegang peranan penting dalam pertumbuhan batang, namun dapat
menyebabkan pertumbuhan batang menjadi terlalu panjang. Sebaris jagung kerdil
dapat dibuat supaya tumbuh seperti jagung biasa dengan memberinya giberelin
berkali-kali. Anehnya, pertumbuhan jagung biasa tidak dapat ditingkatkan dengan
giberelin. Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi,
mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya.
Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein (Zainal
Abidin, 1982: 44). Kebanyakan tanaman memberikan respon terhadap pemberian
GA3 dengan pertambahan panjang batang. Pengaruh GA3 terutama di dalam
perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel-sel pada ruas-ruas
tersebut bertambah besar (Wattimena, 1987: 23-24). Peran giberelin dalam
pemanjangan batang merupakan hasil dari 3 proses. Proses pertama adalah
pembelahan di daerah ujung batang. Dari hasil penelitian Lui dan Loy (1976)
menunjukkan pembelahan sel diakibatkan oleh stimulus giberelin terhadap sel
yang berada pada fase G1 agar segera memasuki fase S dan memperpendek fase
S. Proses kedua adalah giberelin memacu pertumbuhan sel dengan cara

8
9

meningkatkan hidrolilis amilum, fruktan dan sukrosa menjadi glukosa


dan fruktosa sehingga dapat digunakan untuk respirasi yang menghasilkan energi.
Energi tersebut kemudian akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dan
komponen-komponen sel lain sehingga proses pembentukan sel dapat berlangsung
dengan cepat. Giberelin juga menurunkan potensial air sehingga air dapat masuk
ke dalam sel dengan lebih cepat dan terjadi pembentangan sel. Proses ketiga
adalah giberelin meningkatkan plastisitas dinding sel (Salisbury & Ross, 1985:
61). Giberelin juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies akan masa dingin
untuk menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi).
Giberelin secara luas juga dikenal dapat mengubah ekspresi jenis kelamin.
Biasanya fertilisasi diperlukan sebelum pertumbuhan buah dimulai tetapi pada
beberapa kasus buah berkembang meskipun dengan tidak adanya fertilisasi.
Proses tersebut dikenal sebagai partenokarpi. (Rismunandar, 1988) menyatakan
partenokarpi terdiri atas dua kata yaitu parthenos yang berarti perawan (belum
dibuahi sel telurnya) dan karpos yang berarti buah. Partenokarpi meliputi
perkembangan buah tanpa penyerbukan, kemudian diperluas semua menjadi
perkembangan buah tanpa fertilisasi baik setelah terjadinya penyerbukan maupun
tanpa penyerbukan (Retno Wahyuningtyas, 1994: 23). Pertumbuhan partenokarpi
buah dipicu oleh hormon giberelin, tanaman-tanaman yang mengalami
perkembangan buah tanpa adanya fertilisasi tetapi perkembangan buahnya di picu
oleh hormon giberelin adalah tomat, apel dan buah persik (Mulyani dan
Kartasapoetra, 1989: 61). Bradley dan Crane (1962) memperlihatkan bahwa buah
persik partenokarpi yang dihasilkan oleh pemrosesan giberelin adalah serupa
dengan buah persik normal dalam ukuran dan rasio jumlah sel terhadap ukuran sel
(Mulyani dan Kartasapoetra, 1989: 83). 

Telah banyak diuraikan giberelin dalam hubungannya dengan partenokarpi.


Hasil penelitian Barker dan Collin (1965) menunjukkan bahwa GA3 lebih efektif
dalam terjadinya partenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada
blueberry. Hasil penelitian Clore menunjukkan bahwa pencelupan klaster anggur
jenis Delaware pada saat sebelum berbunga (prebloom) dan sesudah berbunga
(post bloom) dalam larutan GA3 dapat dihasilkan 88-96% beri yang tak berbiji.

9
10

Begitu pula Delvin dan Demoranville (1967) meneliti cranberry, dan Mdlibowska
(1966) meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. (Zainal Abidin, 1982: 47).
Rismunandar (1988) menyatakan bahwa penggunaan GA3 konsentrasi 10 ppm
disemprotkan pada seluruh malai bunga tomat, konsentrasi 25 ppm untuk tanaman
terong, konsentrasi 50 ppm untuk buah mentimun, disemprotkan langsung seluruh
tanaman pada saat malai berbunga, menghasilkan buah-buah tak berbiji (Retno
Wahyuningtyas, 1994: 25)

2.6. Biosintesis Hormon Giberelin


Giberelin adalah senyawa organik yang sangat penting dalam proses
perkecambahan suatu biji karena bersifat pengontrol perkecambahan.Giberelin
dibutuhkan untuk pembebasan α-amilase yang menghasilkan hidrolisis tepung dan
perkecambahan. Adapun respon positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran
konsentrasi yang luas, bahkan kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat
racun. Penggunaan giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman
melalui proses pembelahan dan pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin
pada tanaman tingkat tinggi adalah meristematik daun,akar dan
perkecambahan. Giberelin sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat
perbengaruh sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Selain itu
giberelin mempunyai peranan dalam mendukung pembentukan RNA baru serta
sintesa protein. Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat
meningkatkan hasil tanaman. Perendaman giberelin selain menambah tinggi
tanaman juga menambah luas daun yang berarti terdapat peninggatan aktivitas
fotosintesa. Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung dalam tunas, daun
dan akar. Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari
enzim-enzim hidrolotik pada proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-
mula datang dari observasi perubahan-perubahan kimia yang terjadi pada biji jelai
selama proses malting (perubahan pati ke gula). Pada proses ini biji jelai itu
menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses perkecambahab ini pati di
ubah menjadi gula. Biji jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai malt
yang dipakai untuk menumbuhkan ragi yang kemudian merubah gula menjadi
alkohol. Giberelin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel

10
11

auleron, lapisan sel-sel paling luar endosperm. Giberelin juga terlibat dalam


pengaktifan sintesa protase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa
gula dan asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase
dan protase ditranspor ke embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan
embrio dan munculnya kecambah. Aktifnya enzim α-amilase akan semakin
meningkatkan perombakan karbohidrat menjadi gula reduksi. Gula reduksi
tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan sebagian lagi translokasi
ke titik-titik tumbuh penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat
penting karena respirasi akan menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan
untuk proses-proses metabolisme benih.

2.7. Metabolisme Giberelin
Giberelin adalah senyawa isoprenoid,khususnya berupa di terpen yang di
sintesis dari unit asetad asetil Koenzim A melalui lintasan  asam mevalonat yaitu
senyawa 20-karbon,bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon  pada
giberelin.senyawa itu di ubah menjadi kapalilpiro fosfat   yang memiliki system 2
cincin.dan  senyawa terahir tersebut kemudian di ubah menjadi kauren yang
mempunyai system Empat cincin.perubahan kauren lebih lanjut di sepanjang
lintasan meliputi oksidasi yang terjadi di retikulum endosplasma,menghasilkan
senyawa antara kaurenol(jenis alkohol),kaurenal (jenis aldehid)dan asam
kaurenoad.setiap senyawa teroksidasi lebih lanjut. Senyawa pertama dengan
system cincin gibrelin yang sejati adalah aldehit GA12 suatu molekul 20-karbon.
Dari senyawa itu terbentuk giberelin 20-karbon dan giberelin 19-karbon,
barangkali terdapat di ER juga. Aldehid-GA12 terbentuk dengan cara menerobos
salah satu karbon cincin B pada asam kaurenoat dan mengerutkan cincin tersebut.
Semua tumbuhan mungkin menggunakan reaksi yang sama dalam membentuk
aldehit- GA12 tapi dari titik ini dalam lintasan,spesies yang berdeda
menggunakan paling sedikit 3 lintasan yang berbeda untuk membentuk giberelin
yang berbeda.Tapi pada umumnya gugus aldehid yang meruak ke bawah dari
cincin B aldehid GA12 teroksidasi menjadi gugus karboksil yang penting untuk
aktivitas biologis semua giberelin. Umumnya giberelin 19-karbon lebih aktif dari
pada giberelin 20 karbon dan gugus yang hilang dari molekul 20-karbon adalah

11
12

karbon yang menempel antara cincin A da n cincin baldehid GA12. Karbon


tersebut teroksidasi menjadi guugus karboksil yang kemudian terlepas
menjadi karbondioksida. Pada sebagian besar giberelin, system cincin kelima
(lakton) dibentuk dari karbon 19 gugus karboksil pada aldehid GA12 untuk
menghasilkan GA9. Perubahan lainnya pada system cincin dapat pula terjadi,
Misalnya, GA1 memiliki satu gugus hidroksil yang menempel pada cincin A dan
satu gugus lainnya menempel diantara cincin C dan D Seperti yang akan diuraikan
, GA1 nampakknya sangat penting bagi pemanjangan batang . Zat pelambat
pertumbuhan tertentu yang di perdagangkan , yang menghambat pemanjangan
batang dan menyebabkan pengkerdilan , bekerja antara lain dengan menghambat
sintesis giberelin .GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang paling lambat
terurai, namun selama pertumbuhan aktif , sebagian besar giberelin
dimetabolismekan dengan cepat melalui proses hidroksilasi , menghasilkan
produk yang tidak aktif . Giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang
sebagian besar tidak aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan
sebelum dilepaskan pada saat dan temugpat yang tepat . konjugat yang dikenal
meliputi glukosida , yang glukosanya dihubungkan dengan ikatan eter pada salah
satu gugus –OH atau dengan ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut .
proses metabolic penting lainnya ialah perubahan giberelin yang aktif sekali
menjadi kurang aktif . misalnya tajuk cemara douglas , yang dalam responnya
terhadap giberelin menunjukkan sedikit pertumbuhan vegetative , dapat secara
efektif menghidroksilasi GA4  menjadi GA34 yang jauh kurang aktif. Bagian
tumbuhan yang menghasilakan giberelin adalah organ tempat ditemukannya
giberelin Tapi bisa jadi giberelin tersebut dipindahkan dari organ lain. Organ
tumbuhan yang paling tinggi adalah biji ekstrak-eksrak bebas sel dari biji
beberapa spesies dapat mensintesis giberelin. Hasil giberelin biji yang paling
banyak didapatkan dari hasil biosintesis . Daun muda di duga menjadi tempat
utama sistetis giberelin seperti halnya auksin. Hipotesis ini sesuai dengan
kenyataan bahwa jika ujung tajuk dan daun muda di pangkas dan tumbul
batangnya di beri giberelin atau auksin, pemanjangan panjang terpacung jika di
bandingkan dengan batang terpotong yang tak di beri hormon. Daun muda

12
13

memacu pemanjangan batang karena daun muda mengirim kedua jenis hormone
tersebut ke batang. Pengangkutan giberelin selain melalui difusi, juga melalui
xylem dan floem dan tidak polar. Cara giberelin di angkut secara efektif dari daun
muda untuk menghasilkan pemanjangan batang.

2.8. Pemacuan Pertumbuhan Tumbuhan Utuh Oleh Giberelin 


Diantara hormon tumbuhan yang di kenal giberelin mempunyai kemampuan
kemammpuan khusus memecu pertumbuhan tumbuhan utuh pada banyak
spesies,terutama tumbuhan kerdil atau tumbuhan dwitahunan yang berada dalam
fase roseta.giberelin biasanya lebih banyak mendorong pemanjangan batang utuh
dari pada potongan batang sehingga efeknya berlawanan dengan  efek auksin.
Demontrasi pemanjangan yang di sebabkan pertubuhan oleh suatu bahan larut
dalam eter yang di ekstrak dari biji kacang kacangan,yang di lakukan petama kali
oleh Jhon W Mitchell, dan beberapa kawan nya(1957)  mereka tidak begitu yakin
tentang apa yang menyebabakan pemacuan pertumbuhan yang tidak lazim
tersebut,namun berhasil menunjukkan bahwa IAA buksnlah dengan
penyebabanya,sekarang kita mengetahui bahwa biji kacang kacangan terdapat
banyak Giberelin. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan beberapa monokotil
memberikan respons dengan cara tumbuh lebih cepat ketika di beri perlkuan
giberelin,namun beberapa spesies,dari suku pinaceae memperhatikan sedikit
respons pertumbuhan terhadap GA3,atau tidak tidakada respon sama
sekali,sebaliknya tumbuhan tersebut menunjukkan respons yang baik terhadap
camputan GA4 dan GA7. Kubis dan spesies lainnya yang berbentuk roseta artinya
yang sampai setinggi 2m dan kemudian berbunga setelah di beri GA3 Sedangkan
tumbuhan yang tidak di beri perlakuan tetap pendek dan vegetatif  tumbuhan
kacang semak pendek bisa menjadi tinngi menjalar ke atas,dan mutan genetik
kerdil pada padi,jagung,dan kapri menjadi berfenotip tinggi seperti ciri farietas
yang normal,bila di beri GA3. Semangka,mentimun air. Dan menytimun
memanjang paling cepat dalam responnya,terhadap giberelin tanpa gugus hidrosil
lkarbon 13(GA4GA7,GA9,) kapri meteor kerdil peka terhadap GA3 Pada
konsentrasi sekecil 10-9 gram,.(1 nano gram),sehingga pertumbuhannya sejak

13
14

lama di gunakan sebagai bahan uji,biologi giberelin. Padi kerdil (Kultivar


tanginbu) bahkan menunjukkan respon terhadap 3,5 pikogram (3.5x10-12g) GA3

2.9. Macam-Macam Giberelin
Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua
kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C).
Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10),
sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30). Asam diterpenoid
disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma
dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif. Semua molekul giberelin
mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua
kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20
atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi
gugu hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih
lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang memiliki fungsi seperti
giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’.

2.10. Efek Samping Buruk Giberelin


Giberelin adalah salah satu jenis ZPT yang banyak beredar kios-kios
pertanian. Telah kita ketahui manfaat giberelin sangat banyak dalam dunia
pertanian. Manfaat yang paling sering kita gunakan adalah untuk mengatasi
tanaman yang kerdil dan untuk menyerempakkan pembungaan pada tanaman.
Namun Giberelin juga bisa memberikan efek yang kurang baik pada tanaman
padi. Dari beberapa fungsi Giberelin ada fungsi lain. Yaitu fungsi giberelin untuk
memperpanjang masa perkawinan padi. Tehnik ini sebenarnya saya dapat dari
orang PT Tanindo subur prima ketika mereka membuat benih padi hibrida. Untuk
memperoleh benih padi hibrida kita harus mengawinkan antara padi jantan dan
padi betina. Namun sayangnya padi jantan mempunyai sifat lebih cepat keluar
malai dan lebih cepat menyelesaikan masa perkawinannya. Untuk mengatasi ini
kita harus mengaplikasikan giberelin pada padi jantan sekitar 7 - 10 ppm supaya
bisa memperlama masa perkawinan. Secara teori giberelin berfungsi untuk
merangsang perpanjangan dan pembelahan sel-sel tanaman. Dari kedua fungsi

14
15

tersebut giberelin akan mempunyai respon pada tanaman menunda pematangan


buah alias memperlama proses pematangan sehingga buah tidak cepat rontok. Nah
fungsi tidak cepat merontokkan ini yang akan kita gunakan untuk memperlama
bunga jantan pada tanaman padi bertahan pada malainya. Semakin lama tepung
sari dan putik bisa bertahan pada malai secara otomatis proses perkawinan
tanaman (pembungaan) akan semakin lama.

15
16

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut
fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman
sintetik. Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir
semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan
biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji
dan pertumbuhan pericarp. Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan
tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut

3.2. Saran
Menggunakan hormon giberelin dalam pertanian karena giberelin sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman,  mengatur
pemberian giberelin pada tanaman sesuai dengan kebutuhannya, selain
memperhatikan factor-faktor internal, seorang petani harus rmemperhatikan
factor-faktor eksternalnya juga. seperti air, suhu, kelembapan dll .

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Pujiyanto,Sri.2012.menjelajahi Dunia Biologi.Platinum;Solo


Anonymousa.2011.http://artikelterbaru.com/pendidikan/fungsi-hormon-dan-
vitamin-untuk-tumbuhan-20111107.html
Anonymousb.2011.http://mybioma.wordpress.com/category/fisiologi-produksi-
tumbuhan/
Anonymousc.2011.http://www.scribd.com/doc/44646508/sitokinin
Anonymousd.2011.http://budisma.web.id/kelas-xii-biologi/efek-hormon--
fisiologis-sitokinin
Dardjat Sasmitamihardja dan Siregar A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
Jurusan Biologi FMIPA IPB.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik
(Terjemahan : Kuswata Kartawinata, Sarkat Danimiharja dan Usep
Soetisna). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mul Mulyani Sutedjo dan Kartasapoetra, A. G.  1989. Fisiologi Tanaman 1.
Jakarta : Bumi Aksara.
Retno Wahyuningtyas. 1994. Pembentukan dan Perkembangan Buah Tanaman
Pare Pahit (Momordica charantia Linn.) dengan Perlakuan Auxin dan
Giberelin. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada.
Salisbury, F.B and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan :
Dian R Lukman dan Sumaryono). Bandung : Penerbit ITB.

17

Anda mungkin juga menyukai