Anda di halaman 1dari 215

MENGAJAR Dl PERGURUAN TINGGI

13u/<,u;1.15

PENILAIAN BASIL BELAJAR

Prasetya lrawan

PUS.ATANTAR UNIVERSITAS UNTUK PENINGKATAN DAN


PENGEMBANGAN .AKTIVITAS INSTRUKSIONAl
DIREKTORA T JENDERAl PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAl
2001
@ Hak cipta ~da ~ada Pusat A~ta~ ~~iversitas. . ·.. ·· .
•. ·.. ycyttJ~ ~emntf~iitt~.fl.®t"l.PeJ"Igem}:>ang~nA~l!v~t~s lilstru~sJonal
. Universitas fetbuk:a (PAU-PPAI-UT) .
Jl. Cabe Raya, Pondo.k Cabe, Jakarta ·

Dilarang mengutip sebagian atai.J selu{llh buku inl atau diperbanyak dengan
tujuan komersiaJ dala,m be~tuk ~papuot-.npa:seijin PAU~PPAI
Universitas Terbuk:a;kecuali untUk kepertuan'penulisan artikel atau karangan
ilmiah dengan menyebutkan buku ini sebagai sumber

Edisi Revisi
Cetakan I : Mei 2001

371.26
ZAI ZAINUL, Asmawi
p· Penilaian hasi! belajar I Asmawi Zainul, Noehi Nasution;
penyunting Ida Malati Sadjati. --Jakarta: PAU-PPAI, Universitas
Terbuka, 2001.
205 p.; 21 em.

I. Judul II. Nasution, Noehi

ISBN 979.:&89-199-9

TimTeknis ZaiFUISyall
Desain Cover Tim PAU-PPAI
Sambutan
' ' / . .i .. . • .·• .:.~' ._·' ~"' ; .• :·· ·.,. . ' . - - : '. • ;

Upaya peningkatan kompetensi pr:ofesionat doseh perguruan


tinggi setaltl menjadi p~kokperhatian Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (OitjenDIKTI); . Hal ihi didasarkan pada konsepsi bahwa dosen
merupakan satah satt~ckol1lponen yang sangat berperan dali:tm: proses
pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas
belajarmi:lhasiswa. Menurt1tKPPTJPDIKTI 1996-2005; ag(lrdapat
berfungsi secara profesional, seor(lng dosen hendaknya m~milikifiga
kompeterisi, yaitu peng\.lasaan bi~<img ilmu, ·keterampilan ~unkulum, .
dan keterampilari pedagogis (pembelajaran dim pengembangan cara ·
mensikijpi peinahaman materi ajarL . .. . . .
Prograrri Peningkatan' Keterampilan Oasar Tekriik Jnstruksional
(PEKERTI)unfuk dosen muqa dan ·program Applied Approach (AA)
unfuk dosen senior merupakan: dua buah. program. pelatihan yang dapat
dimimfaatkan dalam. rangka peQingkatan kompetensi profesiorlal dosen
dalam"memangku jabatan furlgsional, terutama dalam peningkatan
keterarnpilan pedagogiS. Program PEKERTI yang dikembangkan sejak
tahun 1993 dan program Msejaktahun 1987 telah menjadiprogram
yang memperoleh banyak tanggapan positif dari berbagai kalangan
pendidikan tinggi. . . . .
Dalam. perjalanannya, banyak perubahan.dan adaptasi yang
dilakukan terhadap program PEKERTI dan M, dengan maksud agar
program tersebuflebih efektif, dan lebih dapat mengakomodasikan
kebutuhan masing-masing perguruan tinggi. Hasil penelitian terhadap
program PEKERTl dan M (1996-1999), serta masukan yang
disampaikan oleh peserta Temu Wicara Evaluasi PEKERTI & M pada
tahun 1997 menunjukkan kebutUhan penyempumaan program
PEKERTI & M, baik dari segi substansi maupun penyelenggaraannya~
Tindak lanjut penyempumaan.kedua program tersebut telah .
dilaksamikan dengan melibatkan Tim Inti PEKER'fl & M di berbagai
l. Penggabungan program PEKERTI & M menjadi satu program
utuh yang menerapkan sistem moduler (materi lama dan
materi baru dikemas menjadi 28 buku)
Penyelenggaraan program PEKERTI & M yang bersifatluwes
· terstandar- luwes karena penyelenggara dapat memilih sendiri
materi pelatihan ·sesuai dengan kebutuhi:m masing-masing
pergunmn tinggi,. terstandar karena ada standar minimum yang .
perlu dipenuhi untukproses sertifikasi.

Diharapkan, dengan penyempurnaan tersebut, program PEKERTI


& M ·menjadi lebih bermanfaat dan mampu memberikan altematif ·
jalan keluar dalam ·pemecahan ·masalah yang dial ami dosen perguruan
tinggi berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Pada
akhimya, dari semua upaya tersebut diharapkan, secara bertahap, akan
dapat diperoleh peningkatan kualitas mutu lulusan perguruan tinggi
yang berdampak langsm1g terhadap pembangunan masyarakat
Indonesia.
Semoga segala upaya yang telah dilakukan PAU-PPAI-UT dan
Tim Inti PEKERTI-M di·berbagai perguruan tinggi dapat bermanfaat
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jakarta, Februari 2001


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Akademik
Kemahasiswaan

Direktur,

Suprodjo Pusposutardjo
NIP. 130257144
KATA PENGANTAR-

.Dalam rangk~ meningkatkan kemampuan dosen perguruan tinggi


daiam hal pembelajaran, Direktorat J'endetal Pendidikat1 Tinggi (DIKTI)
melalui PusatAntar Universitas.tintuk Peningkatan danPengembangan
Aktivitas I.nstruksional (PAU-PPAI} UniVersitas Terbuka
menyelcmggarakan Program Pelatihan Keterampilan l)asar Teknik
Instruksional (PEKERi'I)danprOgram ·Applied •Approach (AA.:) .. ·.
Program PEKERTI, yang diselenggarakan sejak tahun 1993. · · ·
ditujukanuntuk dosenpemula agar mengua5ai konsep-konsep dasar
dalam pembelajaran dan memiliki kemrun'puan mengajar yang
· memadaCSementara itu, prbgram AA.: yang diselenggarakan sejal< tahun
1987, ditujukan untuk dosen senior agar memiliki wa\Nasan dim· ·
keteraJl1pilan untuk mengembangkan profesinya sebagai. dosen, yang
pada akhimya mampu meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil ·
belajar mahasiswa. Program M ini merupakan ·kelanjutan dari program
PEKERTt
Berdasarkan hasil_ evaluasi program PEKERTI-AA.: dan. beberapa
kali Teinu Wicara PEKERTI-M disepakati bahwa kurikulum program
PEKERTJ-M perlu direvisi dan disempumakcin sehingga menjadi lebih
. luwes dan mampu mengalmmodasikanberbagai kebutuhan perguruan
tinggi. Penyempumaan tersebut mEmjadikan program PEKERTI-AA.:
berbentuk moduler.
Perubahan dan penyempumaan Yat"lg dilakukan dituangkan
secara jelas dalam buku Pedoman Penyelenggaraan PEKERTI-AA.: yang
baru dan 28 judul btiku yang digunakan untuk program PEKERTI-M,
yang meliputi;
1. Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi I.
2. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. ·
3. Desain Instruksional.
4. Metode Pembelajaran.
Media Pembelajaran.
6. Evaluasi Hasil dan Proses Belajar.
KonsepDasar Pengembangan Kurikulum.
8. Praktik Mengajar.

UniversitasTerbuka berterima kasih kepada Tim Inti PEKERTI-M


Nasional yang telah bekerja keras untuk menyempumakan program
semoga program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. ·
Kami sangat berterima kasih bila ada kritikdan saran untuk
penyempumaan porgram PEKERTI-M selanjutnya;

Rektor Universitas Terbuka

Prof. Dr. Ir. Bambang Sutjiatmo


NIP. 130 364 289
Daftar lsi

Hal aman

Sambutan .... , , ....................................................... ..


Kata Pengantar ... :. . . . . . .. . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . ... iii
Daftar lsi . . . .. ..... ...... .. ... ... . . . . ... . .. . .. .......... .. . . . ... . . . . . . . ... v
Deskdpsi Mata Ajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 1
I. Pengertian, Kegunaan, dan Etika Tes, Pengukuran,
dan Penilaian .. . . . . .. . .. .. . . . . .. . . .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. . . . . ... . 3
1. Tes. ................................. ................. ....... .... .. 3
2. Pengukuran ...............··.......................... ..... . . .. . . . 5
3. Penilaian . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. .. .. . . . 8
4. Kegunacm Tes, Pengukuran, dan Penilaian dalam
Pendidikan .. . .. . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . . . .. . . 9
5. Etika Tes , ................. :.................................... 12
Rangkuman ..................................... :. . . .. . . . . . . . . .. . . . 16
Latihan ...................................................... ·......... 17

H. Perencanaan Tes .. ................ ......... ................... 19


1. Pengambilan Sampel dan PemiHhan Butir 19
2. Tipe Tes yang Digunakan .. .. . . . . . .. . .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . . 20
3. Aspek Kemampuan yang Diuji . . . .. .. . . .. . . .. .. . .. .. . .. .. 21
4. Format Butir Soal . .. . . . . .. . . .. . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. .. .. . . . 21
5. Jumlah Butir Soal ................................. ........... 22
6. Distribusi Tingkat Kesukaran .............. , .. . . .. . .. . .. . . .. 23
7. Beberapa Pertimbangan Lain .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. . . . .. . . 23
8. Kisi-kisi Te5 .. . . . . . . .... . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......... 24
Rangkuman .. .. . . ... . . . .. .. . . . . . .. . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. .. . .. . . 29
Latihan .......... : ........... ·......................................... 29

v
Ill. Konstruk.si Butir Soal ............................ .......... 31
Latar Belakang ........... _............. .. . . .... . . . . .. . .. . . . . . 31
B. Penulisan Butir Soal Uraian/Esei ........................ 37
1. Pengertian Tes Uraian/Esei ........................ ..
2. Kekuatan Tes Uraian/Esei ............................ 38
3. Kelemahan Tes Uraian/Esei ....................... .
4. Penggunaan Tes Uraian/Esei ....................... · 42
5. Klasifikasi Tes Uraian/Esei .. . .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. . 43
1) Butir Soal Tipe Jawaban Melengkapi ..... .... 49
2) Butir Soal Tipe Jawaban Singkat . . . . . .. . . . . . . . 51
6. Beberapa Prinsip Konstruksi Butir Soal Tes
Uraian/Esei ........................-. . . . . .. . . . .. . .. . . .. . . . 55
7. Pedoman Penskoran (Marking Scheme).......... 57
C. Penulisan Butir Soal Objektif ................ , . .. . .. .. . . . . 61
1 .. Pengertian ............................................... 61
a. Butir Soal Tipe Benar-Salah ........... , .. . .. .. . 62
b. BUtir Soal Tipe Menjodohkan .... ...... ........ 70
c. · Butir Soal Tipe Pilihan Ganda . . . . . . . . . . . . . .. . . . 72
2. Perbedaan dan Persamaan Tes Uraian dan Tes
Objektif ............................... : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
D. Beberapa Contoh ButirSoal DalamUngkup Ranah
Kognitif ....................................................... .
E. Konstruksi Instrumen Non-Tes ........................... 101
1. Participation Charts (Bagan Partisipasi) ........... 103
Check Lists .............................................. 106
3. Rating Scale (Skala lajuan) ......................... .
4. Skala Sikap ............................................ :.
Rangkuman ........................................................ 131
Latihan ............................................................... 132

IV. Pengadministrasian Tes .. . . .. .. . .. . .. . . .. . .. . .. .. . .. .. .. . 133


A Penyusunan Perangkat Tes .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 133
1. Penyuntingan Naskah Tes ........ , ................... 133
2. Penggandaan Naskah Tes ........................... .

vi
B. Peiaksanaan Tes ............................................ "136
1. Open vs Close Books (Catatan Terbuka vs
Catatan Tertutup) ...................................... 136
2. Tes Diumumkah vs Dirahasiakan .................. 138
3. Tes Usan atau Tes Tertulis .......................... 140
4. Tes Tindakan atau Praktek . . . . . . . . .. . . .. . . . . . .. . .. . . 141
Rangkuman .................................... "................... 142
Latihan .................. ~.. . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . 142

V. Pengolahan dan Pendekatan Penilaian .... , . . . . . .. . . 143


1. Pengolahan HasilTes ...................................... 143
a. Mengolah hasil tes yang memerlukan
kemampuan berpikir .................. :.. . . . . . .. . .. .. . 143
b. Mengolah hasil tes yang mengukur kemampuan
keterampilan fisik .. . . . .. .. . . ... .. . .. .. .. . .. . .. . .. . . . .. . . 151
2. Pendekatan Penilaian dan l'enilaian (Grading) . . . . . . 154
a. Pendekatan Penilaian AcuanNorma (PAN) ..... 154
b. Pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP) .... 162
1) Konstruksi butir soal untuk PAP ............... 164
2) Pemanfaatan Pendekatan Acuan Patokan
(PAP) ................................................ 165
3) Penilaian Berdasarkan Acuan Patokan (PAP) 167
Rangkuman .. .. .. . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . .... . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . 168
Latihan ............................................................... 168

VI. Analisls Seal .................................................. 169


1. Alasan Perlunya Analisis Butir Soal . .. .. . .. .. .. .. .. . . . . 170
2. Karakteristik dan Spesifikasi Butir Soal . . . . . . . . . . . . . . . . 173
a. Karakteristik bu.tir soal . . . . . . . . . .. . .. . . .. . . .. . .. .. .. . .. 173
(1) Tingkat kesukaran/Indeks faslHtas ............ 174
(2) Daya hecla .... .. ...... .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. ... 177
(3) Berfungsi TidaknyaPilihan ..................... 182
b. Spesifikasi Butir Soal .................................. 184
(1) Validitas isi ............................. , ........... 184
(2) Keterukuran tujuan .. .. .. ... .. .. .. . .. .. . .. . .. . . . . . 185

vii
c. Jl.arakteristik Perangkat Tes ;.. : ..... , .•.... ~ ... ~., .. , . 185
(1) Reliabilitas ............ ~ ................ : ........... 185
(2) V~Hditas ........... , ........ ~ ........ ; .........: ...... 189
Rangkuman ...... , ;... ;......... :... ..": ~ .·.. 1, .• , ........ , • ; ..... : .... 190
Latihan ......................................." ............................. 190

Penutup~ ....... ,....................................... , .................·.:. ·. 191


·.Daftar ~staka .......... ~ .............. :: ......................... :... : 192
Senarai Kata..kata Penting .. . . ... . . .. ... . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . .. . . . 194
btdeks Materi P~mbelajaran . ~ ., ....... , . ~ .·:: ........ ,: .......... 201.

viii
Deskripsi Mata Ajaran

Penllaian Hasil Belajar: Tes dan pengukman basil belajar

Mata ajaran .ini bermaksud untuk meningkatkan kemampuan peserta


penataran da!am bidang tes dan pengukuran hasil belajar, juga peserta
diharapkan memperoleh pemahaman konsep pokok mengenai penilaian, tes
dan pengukuran, terutama yang berkenaan dengan pengertian, peranan,
fungsi, dan etika tes, ·serta mempelajari ten tang perencanaan tes, dan
konstruksi tes. Secara lebih khusus mata ajaran. ini. dirnaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta, dalam hal mengkonstruksi butir .soal,
pengadministrasian tes, serta pensekoran dan penilaian (scoring & grading).
Mata ajaran ini mencakup konstruksi te$ uraian (terbatas dan bebas);
konstruksi tes objektif dalam beberapa tipe; pengadministrasian tes yang
mencakup perakitan naskah tes, penulisan petunjuk tes, produksi naskah tes,
beberapa pertimbangan pelaksanaan tes; pensekoran · tes baik tes
(global dan analitik) maupun tes objektif; dan penilaian (grading) hasil
belajar.

A. Tujuan lnstrubional Umum

Dosen muda mampu melakukan penilaian terhadap hasil belajar


mahasiswanya.

1
B. Tujuan lnstruksional Khwm.s

Dosen muda mampu:

1. menjelaskan pengerlian tes, pengukuran dan penilaian hasil belajar serla


keterkaitan antar ketiganya.
2. menjelaskan kegunaan tes, pengukuran dan penilaian dalampf!ndidikan.
3. menjelaskan etika melakukan tes, pengukuran dan penilaian dalam
pendidikan.
4. membuat perencanaan tes hasH belajar.
5. mengkonstruksi butir soal objektif dan esai.
6. mengadministiasikari tes.
7. mengolah hasil tes,
8. menggunakan berbagai pendekatan dalam penilaian.
9. menganalisis soal.

2
· I. PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN ETIKA TES,_PENGUKURAN, .
DAN'=PENILAIAN . .

palam ·bagian. ini akan diuraikan tentang pengerlian, pengukuran, tes,


. dim pe11:Uaian serta peranannya·dalam pendidikan; Datam pengertian akan
dikemukakan am umum dari ma§ing..masing konsep -. serta · . beberapa
· pendapat para penulis. Membicarakan peranan pengukuran, tes dan
·· penilaian: ,dalam pendidikan ~kan dicoha juga dikemukakan beberapa isu
penting dalam bidang ini, yqng acapkaU· menjadi bahan perbedaan ·pendapat
& kalangan ahli pendidikan dan masyarakat urrium.

1.. Tes

Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan .atau tugas atau


seperangkat tugas·yang direncanakan untukinemperoleh inforrnasi tentang
trait a tau. atribut pendidikan. atau psikologik yang setiap butir pertany?an
a tau tugas .tersebut ~empunyai jawaban atau ketentuan ·yang ·dianggap
· benar. Dengan demiki.an maka setiap .tes tnenuntut keharusan ada~ya
respon dari subyek.(orang yang di tes) yang dapatdisimpulkan sebagai suatu
trait yang dimiliki oleh subyek yang sedang dicari informasinya. Jadi hila ada
tugas atau pertanyaan yang harus dikeJjakan oleh seseorang tet~pi tidak ada
jawaban atau cara mengeJjakan yang' benar atau salah, atau suatu usaha
pengul<uran y~mg tidal< mengharuskan ··subyek untuk .menjawab ·atau
mengerjakan suatu tugas, maka itu bukanlah tes ..
B~rikut ini dikutip beberapa definisi tes menurut beberapa penulis:
a. Test is a measure countaining a set of questions, each df which can be
said have a correct answer. (Ebel & Frisbie, 1986).
b. ·Test: Any planned, intrusive procedure or series .of tasks used t6 obtain
observations. (Sax, 1980); · .

3
c. Test often coonotes the presentation ofa standard set of~uestions to be
answered. (Mehrens & Lehmann, 1973). .

. . Tes 'dapat d!pllah'..pllah k.e .· datam . berbagai keloml>ok. aila ·dilihat


konsttuksinya maka tes dapat diklasifikasikan.sebagai berikut:
a. fi}.enurut .bentuknya: Secal'a umum ada dua bentuk tes, yaitu butir tes
bentuk \lraian {essay test) dan butir tes bentuk objektif (objective test) ..
Duabentukbutir tes irii dapat dipilah lagi ke dalam berbagai tipe: ·
b. rilenurut tipeoya: Bl:ltir·te5 uraian·dap:at diklasifikasi ke dalarn. c;lua tipe,
yaitu tes, utaian t~rbatas (restricted ·essay), dan tes uraian . bebas
· . (.extended essay). Butir tes objektif menurot }ipenya dapa~ dibagi menjadi
tiga,. yaitu tes benar-salah (true~false), butir tes. menjodohkan (matching) i
dan butirtes pilihan ganda (multiple choice). .
c. menurut ragamnya: Tiap tipe tes tersebut dalam butir b di atas dapat
dipilahJagi ke dalam ragam butir tes, yaitu:
1) tipe tes uraian terbatas:
. a) ragam tesjc:1waban singkat ·
· b) ragam tes melengkapi
c) · ragamtes uraian terbatas sederhana
2) tipe tes uraian beba5:
a) ragam tes uraian bebas sederhana
b) . ragam tes uraian ekspresif
3) tlpe tes.objektifbenar salah:
a) ragam benar salah sederhana
·b) ragarn benar salab dengan koreksi
. 4) tipe tes objektif menjodohkan:
a) ragam menjodohkan sederhana
b) ragam menjodohkan hubungan sebab akibat
5) tipe tes objektif pilihan ganda: ·
a) ragam pilihan ganda biasa
b} ragam pilihan ganda hubungan antar hal
c) ragam pilihan ganda ahalisis kasus

4
d) ragam pilihan ganda kompleks
e) ragam pilihan ganda membaca diagram

2. Pengukuran

Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut


atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu
menurut aturan atau fonnulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi
atau berat seseorang dengan mudah kita ·memahami karena aturannya telah
diketahui secara umum. Tetapi untuk mengukur pendengaran, penglihatan
atau kepekaan seseorang jauh lebih kompleks dari itu, dan tidak semua
orang dapat memahaminya. Dalam kegiatan seperti ini mungkin saja aturan
dan formulasi yang ·diikuti tidak lagi sederhana. Dalam melakukannya harus
diikuti seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh
para ahli. Kegiatan pengukuran itu menjadi lebih kompleks lagi hila akan
mengukur karakteristik psikologik seseorang, seperti kecerdasan,
kematangan, atau kepribadian. Dalam hal yang terakhir ini tidak semua
orang dapat memahaminya, dan tentu saja tidak semua orang dapat
melakukannya. Karena memang pengukuran itu menuntut keahlian dan
latihan tertentu. ·
Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan.
Kita hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu, bukan
peserta didik itu sendiri. Dosen dapat mengukur penguasaan peserta
pendidikan dalam suatu mata kuHah tertentu atau kemampuan dalam
melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah
mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan adalah salah satu
peketjaan profesional guru, instruktur atau dosen. Tanpa kemampuah
melakukan pengukuran pendidikan, seorang guru atau dosen tidak akan
dapat mengetahui dengan persis di mana ia berada pada suatu saat atau
pada suatu kegiatan.

5
belbet~an;a
definisi pengukuran yang dirumuskan
pendidikan dan psikologi yang acapkali

persons or

pengukuran
sebagai . "Measurement is quantitative descriptions pupil
behavior".
c. Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai "Nothing
more than careful observations of actual performance under standard
conditions".
d. Victor H. Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama
pengukuran, "quantitativeness" dan "constancy of units". Atas
dasar dua ini ia menyatakan "Since measurement is a
quantitative process, results. of measurement are always expressed in
numbers.
e. William A
pengukuran seiJa<~al
other device that allows us to obtain information in a is
measurement".
f.

characteristic being measured.


g. Gilbert (1980) menyatakan "Measurement: assignment of
numbers to attributes of characteristics of p~rsons, events, or objects
according to explicit formulations or rules".

6
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas terdapat dua karakteristik
pengukurari yang utama, yaitu (1) penggunaan angka atau skala tertentu,
dan (2) menurut suatu aturan atauformulatertentu. . · ·
. J{arena pengukuran menggunakan angka atau skala terteniu, maka untuk
lebih memaha.llli penggunaan angka :atau skala terseout kepad(i ·para dosen
ditunttit untuk mengetahui dan memahaini karakteristik angka atau skala.
. Skala atau angka itu dapat diklaSifikasi kedalam 4 (empat). kategop, .yaitu :
(}) skala nominal; yaitu skala yang bersifat katagorikal. Misalnya, hila sebutir
soal dapat dijawab• benar oleh mahasiswa,, maka. ia meridapat skor 1 {Sa.tu),
. jika ia menjawab salah maka ia memperoleh skor 0 (nol). {2) Skala ordinal,
yaitlf angka yang menunjukkim adanya urutan, tanpa memp~rsoalkan jarak
antar urutan tersebut. Misalnya, angka. yang menunjuk urutan ranking
mahasiswa dalam suatu ·mata. kuliah tertentu. •Mahasiswa yang memperoleh
ranking l (satuHidak berarti dua kaH lebih pandai dari mahasiswa ranking 2
(dua). Jarak kepandaian mahasiswa ranking 1 dengan ranking 2 tidak sama
dengan jarak .kepandaian mahasiSwa ranking 2 dengan ranking ·3, dan·
seterusnya~ (3) Skala atau angka interval, yaitu angka yang menunjukkan
adanya jarak yang sama dari angka. yang berurutan. Misalnya, angka Km
untuk mengukur jarak. Jarak antara. Km 1 dengan Km 2 sarna dengan jarak
antara Km 3 denganKm 4, dan seterusnya. (4) Skala atau angka rasio, yaitu
angka yang memiliki semua karakteristik angka atau. skala· yang terdahulu
dan ditambah dengan satu karakteristik ·lagi, yaitu skala tersebut berlanjut
terus ke atas dan ke bawah. Jadi memiliki nol mutlak. Misalnya, tinggi badan:
seorang .. Bila ada tinggi badan manusia 75 em dan yang lainnya 150 em,
maka tinggi yang pertama setengah dari yang k~ua, atau manusia kedua 2
kali lebih tinggi dari yang pertarna. Sebaliknya seseorang yang memiliki IQ:
· 70 dan yang lain IQ: 140, tidak dapat dikatakan orang kedua dua kali lebih
eerdas dari yang pertama, kar.ena skala IQ adalah skala interval.

7
3. Permaian

Penilaian adalah untuk keputusan


menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud
penilaian adalah memberi · nilai tentang sesuatu. Tidak hanya
sekedar menc-ari )awaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih
diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa-jauh
sesuatu .proses atau suatu hasH yang diperoleh seseorang a tau suatu
program. Penilaian di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi.
Untuk memperjelas pengertian penilaian (evaluasi) tersebut ada baiknya
bila dikutip beberapa perumusan sebagai berikut:
a. Adams (1964) da!arn bukunya "Measurement and evaluation . in
education, psychology, and guidance" . menjelaskan bahwa kita
mengukur berbagai kemampuan anak didik. Bila kita melangkah lebih
jauh lagi dalam menginterpretasi skor sebagai hasil pengukuran itu
dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai dalam
suatu kerangka maksud pendidikan dan pelatihan atau atas dasar
beberapa pertimbangan lain untuk membuat maka kita tidak
lagi membatasi diri kita dalam pengukuran, kita sekarang telah
mengevaluasi kemampuan atau kemajuan anak didik. ·
Daniel L Stufflebeam dan Shinkfield (1985) secara singkat
merumuskan evaluasi sebagai
assessment of or merit some nn·oor1r<::
maka evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan
dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan
penampilan dengan suatu nilai tertentu.
c. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961) menjelaskan evaluasi
tersebut dengan mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan dengan
pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam
evaluasi juga termasuk penilaian formal penilaian mengenai
kemajuan peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa

8
yang baik dim apa yang diharapkan. D~ngan detl1ikian basil penguku,ran
. yang ben~r merupakan dasar yang kokoh untuk mel<:\kukan penilaian.
' . . . . ..

-_-~ecara garis -_besar Penilaian dapat dil5agj menjadi -dua, yaitu penUaian -
{ormatif dan penilaiEm ~limatif (istilah ini _pertama kali dfgunakan oleh
Scnven (1967) dalam arljkelnya berjudui "The Methodology ·of evaluation".
·Penilaian: fotrn~fif ··-di1akukan' derigan ·maksud -·merirantau sejauh·· inanakah
sl!atu proses 'perididikah telah berjalan sebagaimana 9ang diren~nakan.
Sedangkan penilaian sumatif- dilakukan untuk mengetahui -.- sejauhrrtarla
.peserta didik telah d_g.pat ·berpindah ·- dari -. suatu unit · perigkuliah ke unit
:berikutnya. - . . · --- ·
Dari uraian singkat mengenai pengertian tes, pengukuran, dan ·evaluasi
·di atas dapat dishnpulkah bahwa ketigahaltersebut
·' . '
saling
.
berbubungim satu ·
'

dengan yang lain. Penilaian ·basil· belajar haru dapat dilakukan dengan baik
dan b,enar .pila menggunakan informasi yang diperoleb melalui pengukuran
hasil belajar, yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Tentu saja tes
banya merupakan salah satu alat yang dapat digunakan. Dapat saja
inforinasi tentang _basil belajar tersebut diperoleh taripa mEmggunakan tes
sebagai instrumen ukurnya. Misalnya dapat digunakan alat ukur nontes,
seperti observasi, skala ratirrg; dan lain-lain. .

4. Kegunaan Tes, Pengukuran dan Penilaian dalam -Pendjdikan.

Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan


penilaian dalarn pendidikan, antara lain:

a. Seleksi

Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil


keputusantentang orang yang akan diterlma atau ditolak dalam suatu proses
seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini rrtaka
tes yang tepat, yaitu tes yang dapat ·meramalkan
seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada
yang jenis ini banyak
~ ~~
pekerjaan atau pendidikan jauh lebih banyak dari
maka acapkali tes seleksi yang dilakukan sekedar untuk
memisahkan orang yang akan dari yang ditolak. Bukan
untuk memperoleh calon yang ·paling besar kemungkinan berhasil dalam
pekerjaan a tau program yang akan dilakukan,

b. Penempatan

Dalam pelaksanaan kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan


tes penempatan, menentukan tempat yang paling cocok
seseorang untuk dapat berprestasi berproduksi secara efisien dalam
atau pekerjaan. Tes seperti ini terutama "'''"'''-'"':.""'"''
apa yang telah dan apa
seseorang.

c. Diagnosis remedial

seperti ini kekuatan

suatu program oenalmiKar


seharusnya.didahului no,..,,.,,,,.,

suatu pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai


umpan batik, baik individu yang menempuh tes maupun bagi dosen
yang berusaha mentransfer kemampuan kepada mahasiswa.
tes dapat digunakan . sebagai umpan balik,

10
. diinterpretasL Setidak-tidaknya ada dua cara men~interpretasi skor tes, ~aifu
dengan membandihgkan skor seseorang dengah kelompoknya yang· kedua
dengan . melihat kedudukan skor yang. diperoleh seseorang der'l.gan kriteria
yang ditentukan sebetum tes dl mulat: Ontl.ik~ yang pertama diriamakan.
"norm reference test"·dan yahg kedua dimimaka:n "crif~rion reference test".

· . e. Memoti.vasi dan membitnbing belajar

/ Hasil·. tes sehar\lsnya ·dapat memotivasi befajar · rllahasiswa, dan·· juga


dapat menjadipembimbingan bagi inereka untukbelcijar. Bagi mereka yang
memperoleh skor yang rendah seharusnya ·menjadi cambuk untuk lebih
berhasil dalam tes yang akan datang ·dan secara tepat dapa:t meng~tahui di
wilayah mana t~rletak kelemahannya. Dan bagi mereka yang rriendapat skot
yang tinggi tentu~saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan
meningkafkan hasilnya; serta dapafmenjad(pedoman dalam mempe,lajari
bahan pengayaan.

f. - Perbaikan kurikulum dan program pendidikan


, Salah satu peran yang penting dari penilaian pendidikan ialah mencari
dasar yang kokoh bagi perbaikan kurikulum dan program pendidika:n.
Perbaikan kurikulum atau program pendidikan yang dilakukan tanpa hasil
penilaian yang sistematik acapkali menjadi usaha sia~sia yang mubazir.

g. Pengembangi:m ilmu ·

Hasil perigukuran, tes, dan penilaian tentu saja akan dapat memberi
sutnbangan_ yang berarti bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan. '
Ilmu seperti pengukuran pendidikan dan psikometrik sangat tergantung pada
hasil-hasil pengukuran, tes dan penilaian yang dilakukan sebagai kegiatan
sehari-hari dosen dan pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh pengetahuan
empirik yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu dim teori.

11
5. Etika tes

Kegiatan pengujian berperan sangat besar dalam sistem pendidikan dan


sistem persekolahan. Karena pentingnya itu maka setiap tindakan pengujian
selalu menimbulkan kritik yang tajam dari masyarakat. Kritik tersebut tidak
jarang datang dari para ahli, di samping datang dari orang tua yang secara
langsung atau tidak langsung berkepentingan terhadap pengujian. Diantara
beberapa kritik tersebut ada beberapa yang harus menjadi perhatian
sungguh~sungguh dari para praktisi dan ahli tes, pengukuran dan penilaian.
Kritik tersebut antara lain: ·
a. Tes senantiasa akan mencampuri rahasia pribadi peserta tes. Setiap tes
berusaha mengetahui pengetahl,lan dan kemampuan peserta tes, yang
dapat berarti membuka kelemahan dan kekuatan pribadi seseorang. Di
dalam masyarakat yang sangat meHndungi akan hak dan rahasia pribadi,
masalah ini selalu akan menjadi gugatan atau keluhan.
b. Tes selalu menimbulkan rasa cemas peserta tes. Memang sampai batas
tertentu rasa cemas itu dibutuhkan untuk dapat mencapai prestasi
terbaik. Tetapi tes acapkali menimbulkan rasa cern as yang tidak perlu,
yang justru dapat menghambat seseorang mampu mendemonstrasikan
kemampuan terbaiknya.
c. Tes acapkali justru menghukum mahasiswa yang kreatif. Karena tes itu
selalu menuntut jawaban yang sudah ditentukan pola dan isinya, maka
tentu saja hal itu tidak memberi ruang gerak yang cukup bagi mahasiswa
yang kreatif.
d. Tes selalu terikat pada kebudayaan tertentu. Tidak ada tes hasil belajar
yang bebas budaya. Karena itu kemampuan peserta tes untuk memberi
jawaban terbaik turut ditentukan oleh kebudayaan penyusun tes.
e. Tes hanya mengukur hasH belajar yang sederhana dan yang remeh.
Hampir tidak pemah ada tes hasil belajar yang mampu mengungkapkan
tingkah laku mahasiswa secara menyeluruh, yang justru menjadi tujuan
utama pendidikan formal apapun.

12
' '

Karena 1Janyak. kritik · yang tajam c;lari masyarakat terhadap piaktEtk tes
hasil pendidikan, maka para pendidik harus dapat. melakukan tes dengan
periuh. ti}nggung Jawab .. Ontuk itU perlu ditegakkan· beberapa ~tika tes, yang
membedakc:m tindakan yang efis dim tindaka'n yang tidak etis dalam
pela~anaan .tes sedna profesional:
· Pr~ktektes hasil
. ' -
belajaryang etis•terutatna mencakup empathal utama::
. ·. . ' . .,. . ·
.

a. Kerahasiaan hasil tes

Setiap do~en atau pengajar wajib. melindungi kerahasiaan hasil tes, baik
secara individual maupun secara kelompok Hasil · tes· hanya dapat "'
disampaikan kepac;Ia orang lain hila: _
1) Ada izin dari. mahasiswa. yang bersangkutan atau orang yang
bertanggungjawab terhadap peserta didik (bagi peserta didikyanghelum
.dewasa). Jadi dengan derniki~ maka praktek menempelkan hasil tes di
papan .pengumuman dengan .identitas ·jelas peserta tes, merupakan
-pelanggaran terhadap etika inL
2) Ada tanda-tanda yang jelas bahwa hasil tes tersebtit menunjukkan gejala
yang membahayakan dirinya atau membahayakan kepentingan orang
~~- '

3) Penyampaian hasil tes tersebut kepada orang lain jelas-jelas


· meng11ntungkan peserta tes.

·b. ·. Keamanan tes

Tes merupakan alat pengukur .yang hanya dapat. digunakan secara


profesional. Dengan ,demikian maka tes tidak dapat digunakan di luar batas-
batas yang ditentukar.1 oleh profesionalisme pekerjaan guru. Denganr
demikian maka setiap pendidik ·harus dapat menjamin keamanan tes, baik
sebelum maupuh sesudah digunakan.

13
c. -Jnterpretasi hasil tes

Hal yang paling mengandung kemungkinan penyalahgunaan tes adalah


penginterpretasian hasil tes secara salah. Karena itu maka interpretasi hasil
tes harus diikuti tanggung jawab profesionaL Bila hasil tes diinterpretasi
secara tidak patut, dalam jangka panjang akan dapat membahayakan
kehidupan peserta tes.

d. Penggunaan tes

Tes hasil belajar haruslah digunakan secara patut Bila tes hasil belajar
tertentu merupakan tes baku, maka tes tersebut harus digunakan di bawah
ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan tes baku tersebut. Tak ada tes baku
yang boleh digunakan di luar prosedur yang ditetapkan oleh tes itu sendiri.
Di samping beberapa butir seperti yang diuraikan di atas, ada beberapa
petunjuk praktis yang hendaknya ditaati oleh dosen dalam tes:
a. Pelaksanaan tes hendaknya diberi tahu terlebih dahulu kepada peserta
tes. Hanya karena pertimbangan tertentu, yang sangat penting, yang
dapat membenarkan dosen tidak memberi tahu terlebih dahulu kepada
peserta tes tentang tes yang akan dilaksanakan. Bahkan kisi-kisi tes
sebaiknya diberi tahu kepada peserta tes sebelum melaksanakan tes.
b. Sebaiknya dosen menjelaskan cara menjawab yang dituntut dalam suatu
tes. Petunjuk menjawab tes bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan.
Petunjuk yang bersifat menjebak harus dihindari.
c. Sebaiknya dosen justru memotivasi peserta tes mengerjakan tesnya
secara baik. Jangan sampai seorang dosen justru menakut-nakuti
mahasiswa dengan tes.
d. Bila dosen menggunakan tes baku, maka hendaknya dosen tersebut
bertanggung jawab penuh terhadap keamanan tes tersebut. Tidak ada tes
baku yang boleh digunakan dalam latihan. ·

14
e. Seorang dosen dapat menggunakan hasil tes untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta tes, asaikan hal tersebut tetap menjadi
rahasia peserta tes dan pendidik.yang bersangkutan.
f. Dosen hendaknya menghindari diri dari keterlibatan dalam bimbingan
tes yang dapat diperkirakan akan mengganggu proses belajar mahasiswa.
Hal ini menjadi penting bila dosen .yang bersangkutan justru terlibat
dalam penyusunan butir tes yang digunakan.
g. Adalah tidak etis. biia seorang dosen mengembangkan butir soal atau .
perangkat soal yang paralel dengan suatu tes baku dengan maksud untuk
digunakan dalam bimbingan tes.
h. Adalah tidak etis untuk mendiskriminasikan mahasiswa tertentu atau
kelompok terlentu yang boleh mengikuti suatu tes atau melarang
mengikuti tes.
i. Adalah tidak etis untuk memperpanjang waktu atau menyingkat waktu
dari yang ditentukan oleh petunjuk tes.
·j. · Dosen tidak boleh meningkatkan rasa cemas peserta tes dengan
penjelasan yang tidak perlu.

Secara lebih mendasar etika tes ini diatur dalam standar tes yang
dikembangkan oleh organisasi profesional seperli American Psychological
Association (APA), American Educational Research Association (AERA), dan
National Council on Measurement in Education (NCME). Terakhir ketiga
organisasi profesional ini membentuk Panitia bersama untuk menyusun
standar dalam tes. Mereka menghasilkan buku yang dinamakan "Standard
for .Educational and Psychological Testing (1985).
Dalam Standard ini dicantumkan berbagai toiok ukur, seperti:
1. Technical Standards for Test Construction and Evaluation;
2. Professional Standards for Test Use;
3. Standards for Particular Applications; dan
4. Standards for Administrative Procedures:

15
Semua standar ini mencakUp dua aspek utama, yaitu tes hasil belajar
dan tes psikologi. Pelanggaran terhadap standar ini merupakan pelanggaran
kepada ·etika profesi, yang dalam hal tertentu dapat merupakan pelanggaran
atau kejahatan.

Rangkuman

Tes adalah suatu pemyataan arou tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/atribut
pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap ·benar. T es
dapat.diklasifikasikan menurut.bentuk, tipe dan.ragamnya.
Pengukuran adalah pemb.erian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas. Karakteristik dari pengukuran
adalah penggunaan angka atau skala tertentu dan menggunakan suatu
aturan atau formula tertentu.
Penilaian adcilah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakcm informasi·yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non~tes.~ Dengan kata
lain, penilaian adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu.
Keterkaitan an.tara.tes, pengukuran, penilaian: Penilaian hasil belajar
baru · dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang
menggunakan tes sebagai alat ukumya.
Kegunaan tes, pengukurcm, dan penilaian dalam pendidikan antara
lain adalah untuk seleksi, penempatan, diagnosa dan remedial, umpan
1• balik, memotioosi dan membimbing, perbaikan kurikulum dan program
pendidikan serta pengembangan ilmu.

16
Di dalam melakukan. tes·harus di ingatmengenai etikanya. Etika tes
meliputi kerahasiaan hasil tes, keamanan tes, interpretasi .hasil. tes dan'
penggunaan tes.

. Latiha:m

1. Berikan contoh-.contoh, pengukuran_ dan penilaian dalam kehidupan


sehari-hari? ;
.2 .. Bagaimana keterkaitan antata tes, pengukuran dan penilaian?
3. · •· Apa k~gunaan fes, pengukuran dan penilaian ·dalam pendidikan?
4.· ·Menurut Anda, apa' saja etika tes yang harus dilakukan pada saat
melakukim tes, pengU:kuran dan penilaian?

17
II. PERENCANAAN TES

Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan
yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuarr dan
keterampilan secara representatif. lJntuk itu maka peranan perencanaan
dalam pengujian menjadi. sangat penting. Tes tanpa rencana· yang dapat
dipertanggungjawabkan dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan
mengganggu proses pencapaian tujuan. Enam hal yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan tes:

1. pengambHan sampel dan pemilihan butir soal,


2. tipe tes yang akan digunakan,
3. aspek yang akan diuji,
4. format butir soal,
5. jumlah butir soal, dan
6. distribusi tingkat kesukaran butir soal.

1. Pengambilan Sampel dan Pemilihan Butir Soal

Tes hasH belajar (achievement test) haruslah disusun atas butir-butir soal
yang terpilih, yang. secara akademik dapat dipertanggungjawabkan sebagai
sampel yang representatif dari ilmu atau bidang studi yang diuji dengan
perangkat tes tersebut. Proses pemilihan atau sampling butir soal itu tidak
mungkin dapat dilakukan secara acak (random). Hanya seorang ahli ·dalam
bidang studi yang tahu secara lebih baik apakah butir-butir soal itu cukup
representatif atau tidak. Pemilihan itu dilakukan atas dasar pertimbangan
pentingnya konsep, generalisasi, · daHl, atau teori yang diuji da!am
hubungannya dengan peranannya terhadap bidang studi tersebut secara
keseluruhan. Karena itu tidak mungkin pemilihan itu dilakukan oleh orang
awam dalam bidang studi tersebut.
Untuk memperoleh butir-butir yang mewakili keseluruhan konsep yang
penting dalam suatu bidang studi, biasanya bidang studi itu dipilah-pilah
menjadi beberapa pokok bahasan (major content areas) dan sub pokok
bahasan (specific content areas). T entu saja tidak pedu. ada jumlah butir soal
yang sama untuk setiap pokok bahasan, Jumlah soal dalam setiap pokok
bahasan atau subpokok bahasan hendaknya sebanding dengan luas dan
pentingnya pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut. Sebagai
pedoman . tentang tingkat · kepentingan c.lari suatu pokok bahasan a tau
subpokok bahasan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap keseluruhan
bidang studi itu atau, untuk mudahnya, keluasan pembahasan pokok
bahasan dan atau subpokok bahasan itu. Tidak ada batasan jumlah Qutir
soal untuk satu pokok bahasanatau suatu subpokok bahasan.

2. Tipe Tes yang Digunakan

Ebel dan Frisbie membagi tiga tipe soal: (1) esei, (2) objektif, dan (3)
problem matematik. Di samping itu masih juga dikenal soal-soal. penampilan
dan soal Hsan. Ada kesalahfahaman yang umum terjadi dikalangan
pengguna tes, yaitu anggapanyang menyatakan suatu tipe tes lebih baik dari
tipe tes lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian
telah m€munjukkan perbedaan yang berarti dalam mengukur level ranah
kognitif yang sama. Soal esei yang baik sama dapat mengukur ranah kognitif
yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal objektif yang baik, atau
sebaliknya. Dan menghasil.kan ranking subyek yang tidak berbeda.
Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan .dan waktu yang tersedia pada penyusun tes dari pada
kemampuan peserta tes a tau aspek yang ingin diukur.

20
3. Aspek.Kemampuan yangDiuji

Setiap bidang stucli mempunyai penekanan ·kemampuan yang berbeda-


beda~. Karena itu aspek yang diujipun · haruslah yang berbeda pula, Aspek .
ranar kognitif yang m~na yang akan" diuji harus sinkron ·dengan k~marnpuan
yang ditentUkcm oleh tujuan pendidikan yq.ng telah dirumuskan terlebih
- d~hulu.. · Dalam · _hubungan: inilah itita rnengenal adanya 6 tingkatan ·
kemampuc:m yang diuji, yaitu pengetahuan; pemahar11an, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi, yanglazim diberi sfrnbol Ct., C2, C3, C4, C5 dan C6.
Di samping itu tenju juga hatus diperhatikan kemampuan dari ranah lain
:Seperti·afektjf dan psikomotor. Jumlah· soal untuk setiap ranah atau J.mtl.lk
. setiap level dalam ranah kognitif jug~ tidak periu sama. Pada saatini tes hasil
belajar· lebih berorientasi .kepada pengetahuan, pemaharnan dan aplikast,
sedangkan kemampuanpada leveLyang lehih tinggi seperti analisis, sintesis
dan evaluasi merupakan pengembangan lebih lanjut dari ketiga level
'kernampuan yang disebutkan terdahulu. Hal -Ini .tehtu. saja berarfi bahwa
jumlah soal.yang mewakili tiga_levelyang.pertama diharapkan lebih banyak
darijumlah soal untuk tiga level berikutnya. .

4. Format Butir Soal ·

Balk tes objektif niaupun tes esei mengenal berbagai format. _Misalnya,
dalam tes ,objektif, acapkaU dipilih- format A (Pilihcm ·Ganda), format B
(Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal}, format C (Pilihan Ganda
Analisis Kasus); atau ·format b (Pilihan :Ga:nda Kompleksr Berbagai
penelitian juga telah menunjukkan bahwa berbagai format butir soal ini tidak
menunjukkan perbedaan efektivitas yang berarti· untuk mengukur·berbagai
level ranah kognitif, asalkan dikonstruksi sama baiknya. Bahkan format butir
soal B-S pun dapat mengukur level ranah koghitif yang tinggi, asalkan
dikonstruksi secara: cermat oleh ahli bidang studi ·dan ahli konstruksi tes.
Perbedaan antar format butir soal tersebut tidak terletak pada efektivitasnya

21
mengulmr level kemampuan, tetapi lebih banyak pada penerkaannya (dalam
hal pe5ertates kurang menguasai bahan yang di tes). .

5. Jumlah Butjr Soal

Jumlah butir ~Qal tentu saja tidak ada ketentuim yang pasti. Tetapi yang
harus diingat. ialah jumlah .. butir soal berhubungan .. langsung dengan
reliabilitas tes dan representasi isi bi<lang studi yang di tes. Makin ·be5ar
jumlah hutir s~al yang digunakail dalam suatu tes maka kemungkinan akan
makin tinggi reliabilitasnya, l?aik dalam arti stabilitas maupun internal
konsistensinya: Dilihat dari segi jumlah inilah maka tes objektif mempunyai
kekuatan yang lel:>ih dari tes esei. Karena tugas yang harus diselesaikan
dafam tes objektif · itu sangat singkat, maka · kemungkinan untuk
menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi lebih besar pula.
Sedangkan tes esei tidak memungkinkan mEmggunakan jumlah item yimg
bc;uiyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan reliabilitas tes
objektif akan lebih baik dari ·tes eseL
Jumlah butir soal itu haruslah direncanakan:
a. jumlah keseluruhim.
·b.·· jumlah untuk setiap pokok bahasan/topik/content area. ·
c. jumlah untuk setiap format.· -
d. jumlah untuktiap kategori tingkat kesukaran. ·
e. jumlah.untuk setiapaspek pada ranah kognitif.
>

Tentu saja dalam menentukan · jumlah ini harus mempertimbangkan


waktu yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang ditUntut oleh
tes, dan waktu ujian diadakan. / · .

22
6. Distrib~si Tiogkat Kesukaran
. . . -

Pada· umumnya·semua ahii. konstruksi tes sependapat·bahwa tes yang


terbaik adcilah tes yang merl!punyai tingkat kestikaran di sekitar 0.50. Makin .
.dekat ke titik il4 makin m~mputes ftu membedak~n aritara~ kelornpok yang.
' b_aikdah keioropok yang:·kurang belajar. tetapi tentu saja .itu bukanlah satu~
siitunya •pertimban:gan unt\,lk .rnene.ntukan · distribusi tlngkat · kesukaran. ·
Penento.an~cdistribusi ini juga ditentukan oleh ;tujuan tes. Misalnya; bila. tes
dimaksudkan untuk seleksi, rnaka tes harus lebih mengarah kepada yang
meinpunyai tingkat kesukaran yang •lebih .tinggL Tempi. yang· hams diingat
. ialahtes yangterla.lu sukar atautetl'Citu rnudilhtidak akan memberi informasi
yang banyak. . . . . .
Dalam hubungan dengan distribusi tingkat kesukaran ini .juga harus
diperhatikan bahwa tes. yang mempunyai .tingkat kesuk~ran yang rendah
sebaiknya diletakkan di ·awal tes dan yang tinggi pada akhir perangkat tes.
Ketentuan .ini tidaklah menunjukkan perbedaan yang berarti pada ~'pqwer
test". Perbedaan itu lebih bersifat memberi. motif untuk lebih terdorong
mengerj~kan seluruh butir soat

7. Beberapa Pertimbangan Lain.·

Beberapa pertimbangan lain da.lam merencanakan. tes adalah:


a. apakah akan menggunakan "open book" atau "closed book"
b. apakah frekuensi pelaksana,an tes sering atau jarang
c. apakah pelaksanaan tes diumumkan sebelumnya atau ·mendadak
d. bagaimana mode penyajian tes.
8. Kisi ..kisi tes ·

.. .KisHti$i atau. ·biasa juga sebagai .tabE!l spesifikasi tes urriumnya


ditampil}{an dcdam .bet'ltuk. matri~ yang mem.mjukkan proporsi dan jumlah
angka ffi,utlak dari setiap .aspek. butir soal. yarig membenfuk. suatu perangkat
tes. Dalam .suatu kisi~kisi setidak-tidalmya harus dengan mudah terbaca: (1)
Pol<oWSub-pokok bahan y~g diuji, (2) Kemampuan yang diuji (level ranah
kognitif), (3) Tingkat kesukaran butifsoal, dEmgan asumsi pertimbangan ada
pada penuHs soat . · .· • ·· . · · · ·.· · · .
·· Kisl-kisi yang sticfa,h terbi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal
_uqtuk SE!tiaP pokok/sub pokok. bahasan dan. setiap tingkat kemampuan pada
ranah kognitif.

24
KISI-KISI TES OBJEKTIF
PROGRAM STUDt
MATAKULIAH .
SEMESTERITAHUN :
t.AMA klJIAN'
· TIPETES :
JU~t,AH BUTIR TES :
.
JENJANG KEMAMPUAN DAN TINGI<AT KESUKAAAN
. . C1 C2 C3 C4;5 6 ..
POKOK BAHASAf:J M s. s M s s M. s M s s s JUMLAH
NO DAN u E u u E u ~u E U; tJ E; (J ·suTIR·· %
• . SOB POKOK.;. ' D D ··I<>' D .o K D D K 1).. D· .K SOAL !
BAHASAN A A• A A A .A :A A . . A A A 4 .
H N R H N R H N ~ H ·,. N .· ~
G G .G G :··;-··-·:

1 2 3 4 5 ··.· 6 ., . 1' :· ' 8


• I.

· ..

.JUMLAH
.BUTIR SOAL ·
PROSENTASE 100
KETERANGAN:
• C1 ProSes berpikir ingatan
• C2 : Pro8es berpikir pemahaman
• C3 :: Proses berpikir penerapan
• C4, 5, 6 : Proses berpikir anatisis, sintesis, dan evaluasi
• Mudati, Sedang, Sukar ad~ah tingkat kesukaran butir soal yang diinginkan. Menentukan tingkat kesukaran
ini didasarkan pada pertimbangan pembuatan soal.
• Pokok!Sub Pokok Bahasan di kolom 2 diambil dari--GBPP·(Garis-garis Besar Program Pengajaran}, yang
ditarik dari Tujuan t.nstruksional Khusus (TIK).
Format kisi-kisi yang .diperlukan untuk mengembangkan perangkat tes
yang hanya terdiri dari tes pilihan ganda adalah seperti tercantum pada Kisi-
kisi Tes Objektif (di halaman 25). Adapun langkah yang ditempuh untuk
mengisi format tersebut adalah sebagai berlkut: ·
1. Tentukan lamanya waktu pelaksanaan ujian · yang direncanakan.
Misalnya 90 menit.
~. Hitung banyaknya butir soal pilihan ganda. yang dapat diselesaikan
dalam waktu 90 menit. ·
3. Tentukan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang harus diliput
dalam tes Jersebut.
4. Tentukan proporsi banyaknya butir soal setiap pokok bahasan., Proporsi
ini · tergantung pada tingkat kepentingan pokok bahasan satu ·terhadap
yang lain. Proporsi dinyatakan dalam persen(%) dan dicantumkan pada
kolom paling kanan.
5. Tentukan prosentase/proporsi jenjang kemampuan berpikir dalam
perangkat ·tes tersebut. Prosentase ini dicantumkan pada baris paling
bawah.
6. Dengan menggunakan data pada butir 2, 4, dan 5 penyebaran butir soal
pada setiap kolom.dapat dilaksanakan.

tes
Kisi-kisi. untuk tes bentuk uraian lebih sederhana dari objektif, karena
pada tes uraian proporsj masing-masing tingkat kemampuan berpikir
(pemilahan jenjang berpikir) yang diukur tidak periu dilaksanakan. Format
kisi-kisi tes esei dicantumkan di bawah ini.

26
FORMAT KISI-KISI TES URAIAN

PROGRAM STUDI/JURUSAN :
MATAKULlAH
SEMESTERITAHUN
LAMAUJIAN
BENTUKTES
JUMLAH BUTIR TES

JUMLAH SOAL PROSES BERPIKIR MAKSIMAL JUMLAH


NO POKOK BAHASAN &
BUTIR %
SUB POKOK BAHASAN C2 C3 C4 C5 C6 SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9

j
r
I

JUMLAH
I BUTIRSOAL
I PROSENTASE 100
\ " ·.

Langkah yang ditempuh unt\.lk mengisi FORMAT KISI-KISI .TES ESEI


lebih sederhana yaitu: · · ·
.1. T~ntukan -lamanya waktu pelaksanaan ujian yang direncanakan.
~ . Misalnya 90 menit. · · · . . · · .
2; t entukan banyaknya butir soal U:raian yang dapat dmelesaikari dalam
waktu:90menit. Misalkan jumlah soalad(l8 butir.
3: •. Tentt.tka11 pokok bahasan dan. suQpokok bah~n yang harus diliputi
. da}am perangkat tes tersebut.
.4. Tentukahpropor5i banyaknya butlr soal setiap pokok bahasan. Propori;i
ini tergantu:hg pada tirigkat~kepentingan ··pokok bahasari satu terhadap
yang lain. Proporsi/prosentase tersebut dtcqntumkan pada kolom. paling
kanan (9}.
5. Hitung jumlah butir soal· yang haru~ dicantumkandalam kolom 8.
6. Distribusikan jurnlah butir soal pada kolom 7 sampai dengan kolom .3
menurut proporsi yang didasarkan · pada perf:imbangan
keterlaksanaannya. Kolom C2 sampai dengan C6 diisi dengan angka
yaitu jumlahnya butir soal yang mengukur proses berpikir maksimal C2
atau C3. clan .seterusnya. Contohnya: kolom C4. pada pokok bahasan
tertentu diisi dengan angka 2; ini berarti ada 2 butir soal yang masing-
~asing akan mengukur proses berpikir tertinggi menganalisis. Dalam hal
ini proses berpikir yang lebih rendah seperti C3 atau C2 dan Cl sudah
termasuk dalam pertanyaan itu.

Sekiranya dalam satu perangkat tes terdapat dua bentuk tes yaitu pilihan
ganda dan uraian, maka kisi-kisinya dapat dibuat dua yang terpisah atau
gabungan. Baik dipisah maupun digabungkan pengisian kisi-kisi selalu
dimulai dengan aloka13i waktu untuk masing-masing bentuk soal. Kalau
alokasi waktu sudah ditentukan langkah selanjutnya mengikuti langkah di
· atas. Contoh kisi-kisi gabungan tes bentuk objektif dan uraian tertutup
terdapat pada halaman 30. ·

28
Rangkuman

· ·Perencanaan dalam pengu}ian sangat penting karena tes baru akan


berarti bila terdiri dari bittir~butfr soal yang menguji tujuan yang penting
da'J mewaki/i ranah pengetahuan, kemar:npaan 'dan keterampi{an secara
representatif. Ada enam hal yang p~du dipertimbangkan · dalam
pere~canaan tes, yaitu: pengambilan sarryjjel dan pemifihan butir soal,
tipi{ tes yang akan digunak(m, <lspek yang akan diuji, format butir sQal,
jrirrilah butir soai dan distribusi tingkatkesukaran butfr soal. .

Latitlan
' '

L ·.Sebagai seorang dosen tentunya Anda diharuskan membuat tes;:;Apa


· saja yang tercakup dalam perencanaan stiatu tes?
2 .. Apa yang dimaksud dengan distribusi tingkat kesukaran i:lalam
pembuatan tes.
3. M~ngapa penentuan sampel dan pemilihan ragam butir soal dianggap
penting dalam perencanaan tes?
4. · Disk&sikan peran kisi:..kiri soal dalam kait;;mnya dengan perencanaan tes!
gs
KISI-KISI TES OBJEKTIF DAN T.ES URAIAN TERBATAS

PROGRAM STUD!
MATAKULIAH
LAMAUJIAN
JUMLAH SOAL OBJEKTIF . URAIAN: ........... .
SEMESTER

,
BENTUK OBJEKTIF BENTUK URAIAN TERBATAS
POKOK BAHASAN DAN ASPEK BERPIKIR
NO C1 C2 C3 C4,5,6 JUMLAH % JUMLAH %
SUBPOKOK BAHASAN TERTINGGI
A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E SOAL C2 C3 C4 C5 C6 SOAL
~-

1!!1

j
~
~
1--- ;:I
JUMLAHSOAL ~
PROSENTASE 100
.. mo
Ill -. -- - .I
- ... gam soal yc:utu melengkapi pilihan (pilihan ganda ,biasa, anaUsis hubung
pilihan kompleks, dan membaca diagram, grafik, tabel, atau gambar.
~~ -·. -

I
Q
~
~
IIJ. KONSTRUKSIBUTIR SOAL

A. latar Beiakang

Kelemahan pokok pengukuran hasil belajar di lembaga pendidikan pada


umumnya tidak terletak pada bentuk dan tipe butir soal yang digunakan,
tetapi · terutama terletak pada bentuk dan kemampuan dosen ·untuk
mengkonstruksi butir soal dengan baik. Butir soal tipe apapun dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar hila. butir soal tersebut dikonstruksi
dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapaL Dengan kata lain,
butir soal objektif yang baik akan sama baiknya dengan butir soal uraian
yang baik, atau sebaliknya butir soal uraian yang dikonstruksi secara tidak
baik akan tidak mengukur keberhasilan belajar, lebih baik butir soal objektif
yang dikonstruksi dengan balk. Jadi bila ada anggapan bahwa suatu bentuk
atau tipe butir soal akan lebih baik dari butir soal yang lain, maka anggapan
itu belum pemah teruji dalam penelitian.
Kesalahan umum lainnya yang menyebabkan orang awam banyak
melemparkan kritik tidak proporsional terhadap tes ialah anggapan yang
melihat tes bukan sebagai alat ukur, tetapi terutama sebagai alat pendidikan
yang terpenting dalam proses pendidikan. Anggapan yang dikemukakan
terakhir ini tentu saja tidak pada tempatnya atau setidak-tidaknya kurang
proporsional, karena fungsi utama tes hasil belajar (achievement test) ialah
mengukur keberhasilan belajar seseorang atau sekelompok mahasiswa.
Seorang · mahasiswa yang tidak pemah dilatih mengarang, tidak akan
menjadi orang yang tahu menyusun karangan ·dengan baik, walaupun
diberikan beberapa kali tes bentuk uraian. Sebaliknya, seorang mahasiswa
I
yang teiah terlatih untuk mengeluarkan pikh:annya: secara tertulis ·. dengan
baik, sekalipun dites dengan butir soal objektif akan tetap tidak akan
kehilangan kemampuan ekspresinya.

31
Jadi dengan demikian maka bab ini pada _dasamya_ akan menguraikan
dan tnelatih bagaimana cara-cara pengkonstruksian butir soal yang baik,
dengan anggapan bahwa butir soal yang baik akan tetap dapat mengukur
secara akurat, apapun bentuk dan tipe soalnya. Dengan demikian Anda
diharapkan tidak hanya"membaca teks yang terdapat dalam bab ini, tetapi
mengerjakan semua latihan yang ditugaskan. Yang perlu dihayati ialah
kemampuan menyusun butir soal dengan baik tidak hanya bersifat
pengetahuan atau pemahaman, tetapi lebih berupa keterampilan. Bahkan
untuk mencapai tahapan mahir: dalam · kemampuan mengkonstruksi butir
soal, maka aspek kiat akan mempunyai peranan yang penting. Guna
mencapai kemampuan konstruksi butir soal yang mahir dengan kiatnya itu
dibutuhkan pelatihan yang ter:us menerus.

Dasu-dasm:- Penyuswum Tes ·Hasil Belajar

TesHasil Belajar.(THB) adalah salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses
belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
pendidikan. Alat ukur lainnya yang penggunaannya sangat terbatas antara
lain pedoman wawancara, pedoman observasi, angket, skala sikap dan
daftar isian. Kesemua alat ukur mempunyai peranan tersendiri namun alat
ukur yang satu dengan lainnya dapat saHng mendukung dalam pengukuran
hasil belajar.
Adapun penyusunan tes hasH beiajar adalah sebagai

1. dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses nouurir


mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum di dalam
kurikulum yang berlaku.

THB dibuat sedemikian sehingga mampu mengukur hasil belajar seperti


pengetahuan mengenai fakta atau istilah, pengertian mengenai sesuatu

32
konsep atau prinsip, kemampuan untuk menggunakan suatu konsep atau
prinsip dan bermacam-macam kemampuan berpikir lainnya yang lebih tinggi
tingkatannya dari mengingat atau memahami. Demikian juga ranah
keterampilan dan ranah sikap dari taxonomi tujuan pendidikan Bloom harus
diperhitungkan dalam penyusunan THB. Jadi langkah pertama ialah
menentukan hasil belajar yang manakah yang akan diukur pada setiap
kegiatan belajar, pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Larigkah ini
tentunya mengacu pada tujuan instruksional yang ada pada setiap kegiatan
belajar antara lain:
a. telah ditentukan tujuan instruksional untuk setiap kegiatan helajar;
b. tujuan itu dinyatakan dalam bentuk belajar yang masih umum;
c. seterusnya setiap tujucm; instruksional dijabarkan menjadi tujuanyang
lebih khusus lagi sehingga merupakan tingkah laku yang dapat diukur.

Pada hakekatnya tes untuk ketiga ranah kognitif, afektif dan psikornotor
dapat dikembangkan, namun dalam pelaksanaan terdapat penyimpangan
yaitu yang lebih diutamakan adalah pengukuran pencapaian ranah kognitif
yang meliputi keenam tingkat kemampuan berpikif. Dalam pengembangan
butir soal, karena belum terbinanya keterampilan yang mantap baik pada
fase pengembangan (proses pembelajaran) maupun fase pengukuran, maka
tiga aspek berpikir yang terakhir yaitu analisis, sintesis dan evaluasi dijadikan
satu kategori dalam pengu,kuran. Pada waktu yang akan datang
penyimpangan ini semua harus dibetulkan.

2. THB disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang


telah ·dipelajari.

Untuk keperluan ini diharapkan penyusun tes dapat mengambil sampel


dengan tepat tujuan instruksional manakah yang sepatutnya ditanyakan
untuk mewakili setiap kegiatan belajar. Pengambilan sampel ini tidaklah
begitu sukar terutama bagi merek;:i yang sudah mempunyai pengalaman
mengajar, namun demikian perlu dibuat suatu rencana yang

33
menggambarkan pokok-pokok yang akcm ditanyakan dan aspek-aspek yang
akan diukur.

3. Per:tanyaan THB hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat


be/ajar yang diharapkan.
'
Bentuk pertanyaan yang mungkin digunakan adalah:
a. Bentuk pertanyaan · yang memerlukan jawaban yang terurai, yang
dikategorikan menjadi :
1) Bentuk pertanyaan uraian terbuka (bebas = extended) dan uraian
tertutup (terbatas = restricted}
2) Bentuk jawaban singkat (short answer), dan
3) Bentuk isian (completion/fill in).

b. Bentuk pertanyaan objektlf yang terdiri dari :


1) Bentuk salah benar
2) Bentuk perjodohan, dan
3) Bentuk pilihan ganda

Jika THB ingin mengukur sejauh manakah mahasiswa dapat mengingat


kembali apa yang telah diajarkan pada pelajaran yang lalu ·maka bentuk b,
seperti tipe pertanyaan jawaban singkat ataupun bentuk isian atau salah
benar. Seterusnya jika yang diukur ·adalah kemampuan mahasiswa
memberikan komentar mengenai suatu pendapat maka tes yang
diperkirakan terbaik ialah bentuk uraian (esei).
Tipe pilihan ganda mempunyai kemampuan untuk mengukur berbagai
hasil belajar mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Misalnya pilihan ganda. dapat digunakan untuk menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan fakta, prinsip, hukum dan aplikasi dari hukum/prinsip,
dan akhimya mengenai tanggapan terhadap suatu pertanyaan. Setiap tipe
pertanyaan ada kebaikan dan kekurangannya. Untuk mengurangi
kelemahan butir soal tipe pilihan ganda, maka digunakan 5 (lima) variasi

34
dalam tipe pilihan ganda: · A: PiJihan · Ganda Btasa, B. Arialisis
Hubungan Antar Hal, C. Analisis Kasus, D. Melengkapi Berganda, dan
E; M~mbaca Diagram, Gambar, Grafik atau Tabel.

4. THB hendaknya disusun sesl.iai dengan tujuan penggun,acm tes itu


sendiri, karena tes dapat disusun tintukkeperluan:

a. Pre t~st dan post test


Pre t,est adalah. tes yang .diberikan .sebelum kuliah,· d1mlilai yang
bertujuan untuk mengetahui .sejauh manakah mahas1swa telah
menguasai bafJan vczng. akari diberikan (entry:.bebavior}. . .
Post test adalah 'tes yang diberikan sesudah proses .pembelajaran
diselesaikan, .tujuapnya ialah untuk mengetaJ?ui sejauh manakah
mahasis~a telah. · . rnengua~ai bah an vang te(ah. r diajarkan,
(achievement). Perbedaan hasil kedua jenis tes ini aka.n ditenttikan
oleh proses belajar dan meogajar, 'karena jika. proses ;belajar· dan
m:engajar "baik" maka akan terdapat p~bedaan yang besar antara
basil post test deng(pl pre test. Supaya kedua · hasil ini ffapat' ·
dibandingkan sudah barang' teritU pertanyaan.,pertanyaan pada pre
test dibuat sama atau paralel ctengan. pertanyaanpada post test. ..
b. Mastery test yaitu tesyang dirancahg uotuk mengukur kemampuah
akan penguasaan minimal yang harus dikuasai olen peserta tes. Tes
seperti ini biasanya digunakan unttik mehentukah tingkat
ketuntasan penguasaan bidang studi atau bagian bahan pelaja;an
terteritu. · .
c; Tes diagnostik yaitu tes.yang diberikan 5esudah satu pelajaran disajikan,
tujuannya ialah· untuk ····mengetahui· ·apakah mahasiswa mendapat
kesukiiran pada bagian tertentu dari pelajaran · yang diberikan.'
Penyusunan tes untukkeperluan ini biasanya.dititikberatkan padamateri.
yang !tlahasiswa sering melaku~n ~anyak kesalahan, jadi tiqak
didasarkan atas sampel yang harus mewakilrbagian yang telah dipelajari.

35
d. Tes prestasi belajar umum (general achievement, survey test) yaitu tes
yang diberikan sesudah para mahasiswa mendapat pelajaran yang
maksudnya untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa secara
menyeluruh dan menempatkan mereka sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
e. Tes formatif yaitu tes yang diberikan sesudah satu kegiatan belajar
diselesaikan yang oertujuan untuk mengumpulkan data/informasi tentang
kualitas proses pembelajaran tersebut.
f. T es sumatif yaitu tes yang diberikan sesudah menyelesaikan kegiatan
belajar dalam satu periode tertentu. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan data/informasi dalam mengenai taraf serap mahasiswa
terhadap pelajaran yang telah diberikan.

5. THB disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut apakah


mengacu pada kelompok (norm reference, standar relatif) ataukah
mengacupada patokan tertentu (criterion reference, standar multak).

Dalam penyusunan tes untuk pendekatan standar mutlak maupun


standar relatif, ketetapan (reliability) THB diusahakan sebaik mungkin.
Maksudnya THB yang sama atau yang setara jika diberikan untuk beberapa
kali kepada satu kelompok mahasiswa, hasilnya tidak berbeaa (tetap). Untuk
mendapatkan hasil semacam ini biasanya dilakukan dengan membuat
jumlah butir pertanyaan yang banyak dalam satu perangkat (set) tes.
Dalam yang mengacu pada .· patokan masalah
tingkat kesukaran tidak dipertimbangkan dalam penyusunan soal. Ini berarti
ada soal yang sangat mudah yang harus ditanyakan karena butir soal
tersebut menyangkut bahan yang harus dikuasai mahasiswa. Demikian juga
butir soal yang sangat sukar harus pula ditanyakan karena butir tersebut
mengukur penguasaan bahan yang harus diketahui oleh semua mahasiswa
(tanpa kecuali). Pengukuran acuan norma tingkat kesukaran soal menjadi
pertimbangan, sehingga dalam satu perangkat tes komposisi tes yang sukar,
sedang, dan mudah harus disesuaikan dengan kelompok yang akan diuji. lni

36
berarti bahwa kelompok · yang terdiri dari peserta didik yang seiuruhnya
pandai harus diberi pertanyaan yang sukar. Sebaliknya satu kelompok
peserta didik yang semuanya kurang harus diberi pertanyaan yang relatif
mudah.
Pendekatan pengukuran yang digunakan di berbagai universitas
umumnya mengacu pada criterion reference.

6. THB hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar


mengajar

Memperbaiki proses pembelajaran merupakan tujuan utama dalam


bagian ini dan tujuan ini akan berhasi! baik jika kelima prinsip dasar di atas
telah dapat dipenuhi ditambah dengan adanya tindak lanjut setelah hasil tes
diketahui. Tindak lanjut ini dapat ditinjau dari segi mahasiswa, dari segi
bahan ataupun dari segi alat-alat pelajaran. Dengan kata lain seandainya
hasil THB rendah maka harus diadakan analisis mengenai sebab-sebab
mengapa hasH itu rendah.
Hasil tes formatif oleh mahasiswa 'digunakan untuk menentukan tingkat
penguasaan setiap kegiatan belajar. Sekiranya tingkat penguasaan kurang
dari 80% maka mahasiswa tersebut diharu*an membaca kembali kegiatan
belajar yang bersangkutan atau keWajiban dosen untuk memperbaiki proses
pembelajarannya.

B. Penulisan Butir Soal UraianiEsei

1. Pengertian Tes Uraian/Esei

Yang dimaksud dengan tes uraian dalam tulisan ini adaiah butir soal
yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan
soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta
tes. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak

37
disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal, tetapi harus dipasok
oleh pesertates. Jadi yang terutama membedakan tipe.soal objektif dan tipe
soal uraian adalah siapa yang menyediakan jawaban atau altematif jawaban
terhadap soal atau tugas yang diberikan. Butir soal tipe uraian atau dalam
bahasa Inggrisnya dinamakan "essay test" hanya terdiri dari pertanyaan atau
tugas (kadang-kadang juga harus disertai dengan beberapa ketentuan dalam
menjawab atau mengerjakan soal tersebut), dan jawaban sepenuhnya harus
dipikirkan oleh. peserta tes. Peserta tes bebas untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Setiap peserta' tes dapat memilih, menghubungkan, dan
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Dengan pengertian di atas maka. segera akan kelihatan bahwa pemberian
skor terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara objektif.

2. Kekua.tan Tes Ura.ian/Esei

Soal uraian mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dapat atau sukar
diperoleh melalui penggunaan tipe butir soallain. Kelebihan itu an tara lain:
a. Tes uraian dapat digunakan dengan baik untuk mengukur hasil belajar
yang kompleks. ·Pada umumnya hasil belajar bersifat kompleks. Tetapi
sebagian besar dari hasil belajar yang kompleks dapaf dirinci menjadi
beberapa hasil belajar yang lebih sederhana. Rincian hasH belajar yang
sederhana itu secara terbatas dapat berdiri sendiri, dan secara bersama-
sama beberapa hasH belajar sederhana itu akan membentuk hasil belajar
yang kompleks. Pengukuran hasil belajar yang seperti ini tidak menuntut
penggunaan tes tipe uraian. Misalnya, bila hasil belajar yang akan diukur
berupa pemahaman dari suatu prinsip yang kompleks. Pemahaman
seperti itu selalu dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang sederhana.
Tetapi ada pula· beberapa hasH belajar lain yang sifatnya kompleks dan
bila dirinci menjadi hasil belajar yang lebih sederhana dapat kehilangan
arti globalnya, sebab hubungan antara komponen hasil belajar yang satu
dengan yang lain sangat erat, misalnya hasil yang bersifat ekspresif ata4

38
kreatif. Hasil belajar yang seperti ini sebaiknya atau seharusnya cliukur
dengan menggunakan tes uraian. Norman E. Gronlund (1971, hal.
1969) mengidentifikasi hasH belajar seperti yang tersebut di bawah ini:
1} kemampuan mengaplikasikan prinsip.
2) kemarnpuan menginterpretasi hubungan.
3) kemampuan mengenal dan menyatakan inferensi.
4} · kemampuan mengenal relevansi dari suatu ·informasi.
5) kemampuan merumuskan dan mengenal hipotesis.
6) kemampuan merumuskan dan mengenal kesimpulan yang sahih.
7) kemampuan mengidentifikasi asumsi yang mendasarkan suatu
kesimpulan.
8) kemampuan mengenal keterbatasan data.
9) kemampuan mengenal dan menyatakan masalah.
10) kemampuan mendesain prosedur eksperimen.

Ketereapaian. kemampuan seperti ini dapat.diukur dengan ·menggunakan


tes uraian. Tidaklah dengan sendirinya tes uraian ·menghasilkan
pengukuran hasil belajar · yang kompleks. Masih ·sangat tergantung
kepada kemampuan .dosen untuk mengkonstruksi butir ·.·soal uraian.
Bahkan kita tidak jarang menemui adanya butir soal uraian yang
menanyakan hal yang sederhana, yang sebenamya jauh Iebih efektif bHa
di tes dengan menggunakan butirsoal objektif.

b. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran


kemampuan dan keterampilan mengintegrasikan berbagai buah pikiran
dan sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai
dengan keterampilan pemecahan masalah. lntegrasi buah pikiran itu
membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya.'
Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara
teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak dapat terlihat dengan baik.
Bahkan sebaHknya kemampuan itu akan kelihatan ··dengan jelas dari
susunan kalimat, dan kemampuan menyusun paragraf yang baik. ·
c. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar
~ dibandingkan bentuk tes dan, yang lain. Sesuai dengan sifatnya yang
menuntut kemampuan mengekspresikan dalam kata-kata sendiri, maka
bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah
melalui jawaban yang ditulisnya. Karena itu untuk menjawab tes uraian
dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan y~mg
diperkirakannya akan diujikan dalam tes secara tuntas. Karena
,keseluruhan bahan sangatluas dan tidak mungkin dapat dikuasai dengan
baik seluruhnya, maka biasanya peserta tes teJPaksa menebak bagian
bahan yang diperkirakan akan keluar dalam soal ujian.
d. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan dosen untuk menyusun
butir soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama
jumlah butir soal tidak perlu banyak, dan. kedua dosen tidak selalu harus
memasok jawaban a tau kemungkinan jawaban yang benar. Kelebihan ini
.terutama yang acapkali mendorong dosen untuk menggunakan bentuk
butir soal ini. Jadi motifriya tidak terlalu sehat. Apa lagi bila kemudahan
menyusun butir soal bentuk uraian itu diperlakukan secara kurang
bertanggung jawab, atau karena desakan pekerjaan yang cukup banyak.
e. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakan
kebaikan, sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian
akan sangat mendorong mahasiswa dan dosen untuk belajar dan
mengajar menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian
diharapkan kemampuan peserta didik dalam menyatakan pikiran secara
tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang
berlebihan terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan
kepada kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan ini dapat
menjadikan tes .sebagai alat ukur yang tidak adil dan tidak reliabeL
Karena tekanan yang berlebihan .pada aspek kemampuan menulis itu,
akan menjadi penghalang bagi peserta didik yang memang tidak
mempunyai kemampuan dalam b.idang itu, walaupun peserta didik
tersebut menguasai bahan yang diujikan. Selain itu, tidak semua ilmu

40
dan pengetahuan . . yc;mg ·.·. diajarkan . di sekolah menuntut ad~nya
kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tertulis ..

3~ Kelenuiban TeS: Ur8:ian!.ESel .

Tes m:aian juga mengandung ,· · kelemal:iari .yang serius, ~eherapa


.kelemahan pokok ter5ebut adalah:. · · ·
a. Re!ia:bilitas tes rendah; Artinya skor.yang dicapai ol~h peserta testidak ·
konsisten biia t~ yang sa:ma •a tau tes. yang pa:ralel ;diuji ulang beberapa
.kali. Robert L Ebel clan David A• Frisbie fl986~ haL 129)
· m~ngiden.tiflkasi adanya· tiga penyehab rendahnya . relia:bilitqs fes ·uraian:
· Pf3rtama, keterbatasan ~mpel bahan yang terc;:akup dalam perangkat tes.
Kar~ma sifat jawahan tes .uraian<menuntut• waktu yang relatif banyak~
maka tidak, mungkin pe.rangkat tes uraian terdiri dari butir soal yang
·.. banyak jumlahnya sehtngga' mewakili seh.iruh bahan yang 'telah
diberikan. Hal ini berarti bahwa pokok bahasan yang dapat diambil
sebagai bahan tes sangat terbatas: Jadi tidak.tnungkin n'leWakili seluruh
bahan secara baik. .Kedua:, batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta tes sangaf longgar, walaul?un telah diusahakan untuk
menentukan. batasan-batasan yang e~·kup · ketal Keragaman· jawaban
antarpeserta tes tetap.saja akan.besar. Keragaman itu tidak hanya terjadi
anfcira· peserta· tes,· tetapi juga sangat ·dipengaruhi ··oleh · lingkimgan,
waktu, bahkan suasana tes ~yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi
hari, di mana. pada umumnya saat tersebut peserta tes masih segar.
. Maka dihasilkan skor yang berbeda hila tes itu diujikan siang harinya.
Dan ketiga, penyebab rendahnya reliabilitas tes itu adalah subyektivitas
penskoran yang dilakukan· oleh pemeriksa jawaban peserta. Berbeda
orang yang memeriksa, maka berbeda pula skor yang diperoleh peserta
tes. Bahkan orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu
~ ·yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.

·41
b. Untuk menyelesaikan tes uraian dengan baik dosen dan mahasiswa
harus menyediakan waktu cukup banyak. Waktu mahasiswa haruslah
cukup banyak ketika mengetjakan tes. Sedangkan dosen harus
menyediakan waktu yang banyak untuk memeriksa; Bila kedu.a waktu ini
tidak dapat dilaksanakan, maka sebaiknya tes uraian tidak digunakan,
kar~ma tes uraian yang tidak diperiksa dengan teliti tidak dapat menjadi
alat ukur pendidikan yang efektif.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes
yang kurang menguasai bahan yang diujikan acapkali juga mencoba
menjawab dengan. menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan
hal yang ditanyakan a.tau dengan kata lain peserta tes membual.
Jawaban yang tidak berharga inipun harus dibaca oleh dosen dengan
teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling
utama membedakan prestasi belajar antar mahasiswa. Padahal hanya
hasil belajar yang {Err!entu sajalah yang harus dikomunikasikan dalam
bentuk tertulis. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam
bentuk tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pemyataan tertulis.

4. Penggunaan Tes Uraian/Esei

a. Bila jum!ah mal}asiswa atau peserta ujian terbatas maka soal uraian
dapat digunakan karena masih mungkin bagi dosen untuk dapat
memeriksa/menskor hasil ujian tersebut secara baik. Bila peserta ujian
terlalu banyak, misalnya iebih dari seratus (100) orang, maka akan
menyita waktu dosen terlalu banyak, sehingga penggunaan soal uraian
menjadi tidak efisien lagi.
b. Bila waktu yang dipunyai dosen untuk mempersiapki:\n soal sangat
terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup .untuk memeriksa
hasil ujian, maka soal uraian dapat digunakan. Secara relatif, waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonstruksi butir soal uraian tidak terlalu banyak.

42
c. Bila · tujuan instruksional yang ingir1 dicapai adalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan
menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara
tertib,.maka haruslah menggunakan tes uraian ..
d. Bila dosen ingin memperoleh informasi yang tldak tertulis. secara
langsung di dalam soal ujian tetapidapat disimpulkan dari tulisan peserta
tes, seperti sikap, nilai, afau pendapat Soal uraian dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tidak langsung · tersebut, tetapi harus
digunakan dengan sangat hati-hati oleh dosen.
e. Bila · dosen ingin memperoleh hasil pengalaman belajar mahasiswanya,
maka tes ·uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok untuk
mengukur pengalaman belajar tersebut.

5. Klasifikctsi Tes Uraian/Esei

Tes uraian secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian
bebas, te5 uraian terbuka, (extended response) dan tes uraian terbatas, tes
uraian objektif, (restricted response). Pembedaan kedua jenis tes uraian ini
adalah besamya kebebasan yang diberikan kepada peserta tes untuk
mengorganisasikan, menuHs dan menyatakan·pikiran dan gagasannya.

a. T es uraian bebas (Extended response).

Dalam soal tes bebas hampir-hampir tidak ada pembatasan terhadap


peserta tes dalam memberikan jawabannya. Peserta tes memiliki kebebasan
yang luas sekali untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan
gagasannya dalam menjawab soal tersebut Jadi dengan demikian jawaban,
mahasiswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak terstruktur. Contoh butir soal
uraian bebas:
. Uraikanlah peranan pemuda dalam perjuangan mencapai kemerdekaan
Indonesia sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1928. Dalam uraian
_.:~d~ benc::lillknya terdapat contoh-contoh organisasi pemuda_yang ada ·
•••.,,ji'},,'-::-{____ ... ,· ••. . .. ·-. ,_: '. ' • • - • •

pad~ Ill~ itu beserta para pemimpinnya· tJraian Anda hendaknya tidak
rnelebihi 2 halarnan. -

.- .. tll.'ltuk de1pat menjawab bu,tir soal ini dengan baik, ma~ peserta tes haru,s
wemilikL , kemampuan ._ rnenginQ~t fakta historis sekitar perjuarigan
•. k~m,~rg~kaC!tt kemuciiC1n ro~milih{C1kta- yang t~rp~J.'ltlrlg di antara ~mua fakta ·
yc;ulg · ~kan -. mendU~urig argumentasi jawabannya. Setelah _itu ia: harus
- tnengorganisasikan dalam pikirannya fa~ dan menyusunnya .dalam suatu
-.• _p_r(Ii~nyang .loois da11' denga1l rnEmggunakan _- bahasa yapg dapat _dipahami
·ole})oranglain;-Dengan·kta laindalam.menjawab tes uraian -bebas; seorang
p~erta · ujian harus- mulai·dengan pengetaf!u~n yang hersifat faktual,
k~mudian mengevaluasi fakta yang. dimilikinya, mengorganisasikan fakta
- pilihannya • itu ke dalam · suah,t susunan . yang logis,- dan akhirnya
menyajikannya dalain suatU uraian naratif ya:r1g dapat dimengerti orang lairi.
Kalapp\ln _ada batasan. himyalah panjangnya uraian yang clitentukan 6ieh
pembuat butix: soal. Pemba~n · seperti .- itu -sangat diperlukan · sehingga ia
dapat- memperkirakan· \-\(aktU yang harus disediakannya untuk memeriksa
jawaban peserta uj1an. Peserta ujian sepentihnya diberi kebebasan untuk
tnenjawab menurut gaya bahasa dan gaya kognitifnya masing-masing.
Dengan demikian maka jelaslah keterainpilan mEmgekspresikan pikiran
dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam menjawab soal
ujian tipe ini. Butir soal seperti ini baik digunakan untuk rnengukur hasil
belajar pada tingkat aplikasi; analisis, sintesis, dan evalpasi. _ ·

b. T es uraian terbatas (Restricted response)

Dalam menjawab .tes uraian terbatas, peserta tes. lebih dibatasi oleh
berbagai rambu~rambu yang ditentukan dalam butir soal. Keterbatasan itu
mencakup format, isi, dan ruang lingkup ja~aban. _Jadi soal tes u_raian
terbatas ini harus menentukan batas jawaban yang dikehendakL B~tas itu
mehputi konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban yang

44
diharapkan, keluasan uraian jawaban, arah dan luas jawaban yang diminta.
Misalnya:

GBHN menentukan bahwa ada del~pan jalur pemerataan


pembangunan. Sebutkanlah kedelapan jalur pemerataan · pembangunan
tersebut secara berurutan. Pilihlah salah satu jalur pemerataan yang
Anda kuasai, definisikan artinya dan berilah tiga contoh pelaksanaannya
dalam bidang ekonomi. Uraian Anda diharapkan tidak lebih. dari satu
halaman.

Untuk menjawab butir soal ini peserta tes jauh lebih terikat bila
dibandingkan dengan contoh terdahulu. Dalam soal tes uraian jenis ini
peserta tes tidak dapat memilih dengan bebas penyajiannya. Ja harus
mengikuti instruksi butir soal untuk menjawab. Tetapi peserta tes tetap
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya tnenurut pola
kognitifnya sendiri, dan juga Ia mempunyai kebebasan mengekspresikan
dalam gayanya sendiri. Karena bentuk jawaban yang dituntut butir soal jenis
uraian terbatas sebaiknya digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat
pemahaman, aplikasi, dan analisis.
Tes uraian dapat pula diklasifikasi dalam ~tegori yang lain seperti yang
dilakukan oleh W. S. Monroe dan R. E. Carter (1923) yang membedakan 20
jenis butir soal tes uraian, yaitu butir soal yang:

1) Bersifat ingatan yang terpilih.


Misalnya: Sebutkanlah tiga cara mencegah erosi di lahan kritis.

2) Bersifat ingatan evaluatif.


Misalnya: Sebutkanlah nama dua tokoh yang paling besar peranannya
dalam pembaharuan Islam di Indonesia dalam abad
keduapuluh.
3) Membandingkan dua hal terbatas:
Misalnya: Bandingkanlah taktik dan strategi petjuangan mencapai
kernerdekaan antara Ir. Soekamo dan Drs. Moh. Hatta.

4) . Membandingkan dua hal secara umum:


Misalnya: Bandingkanlah binatang pemakan tumbuh-tumbuhan
dengan binatang buas.

5) Mengambil keputusan, baik dalam arti menentang atau mendukung


sesuatu.
Misalnya: Apakah'sebaiknya hukuman mati diterapkan dalam negara
yang berdasarkan Pancasila? Berikan alasan pendapat Anda.

6) Menguraikan sebab akibat.


Misalnya: · Apakah sebabnya tumbuh-tumbuhan yang selalu terlindung
dari sinar matahari kelihatan kurus dan kemudian mati?

7) Menjelaskan penggun~an atau pengertian suatu frasa atau pemyataan


dalam suatu kat:ahgan.
· Misalnya: Definisikan arti frasa "makan hati" dalam kalimat berikut ini.
"Ibu tua itu selalu makan hati melihat kelakuan anaknya".

8) Meringkas suatu karangan yang telah dibaca.


Misalnya: Uraikanlah secara singkat air (tidak kata).

9) Menganalisis.
Misalnya: Dalam setiap perundingan antara Republik Indonesia dengan
Belanda pada masa perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, Belanda selalu mengusulkan agar
Indonesia berbentuk negara serikat. Alasan-alasan politis
apakah yang mendasari usul Belanda tersebut?

46
10) Menyatakan hcibungan.
Misalnya: Apakah sebabnya rumah harus mempunyai ventilasi yang
c_ukup?

·11) Memberi ilcistrasi atau coritoh.


Misalnya: ·· Berilah dua contoh tindaka11 manusia yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan alarn~

12):Mengklasifikasi (biasanya kebalikan.dari nomor,ll).


Misalnya: Masuk golongar1 apctkah binatang betjkut ini? Sapi; kerbau, ,.
\ . ~ambing, kijang, rusa,jerap~h. Beri alas~m/ .

13) Menerapkar(prinsip atau atUran kedalam suatu situasibaru ..


Misalnya: Andaikari ada sebuah halon diisi dengan gas ringan,
kemudian dilepaskan dalam sebuah kamar. {3alon tersebut
mengarnbang diantara lantai danlangit:langit. Bila kemudian ·
gas dalam halon tersebut dipanaskan apakah yang akan ·
terjadi?

14) Membahas sesuatu.


Misalnya: Bahaslah · hubungan antara p~njang ·tangkai suatu pendulum
· dengan jangka waktu berayunnya.

15) Menyatakan maksud atau tujuan.


Misalnya: Tulislah interpretasi Anda secara singkat apa maksud
• pengarang sajak "Aku,. menyatakan bahwa "Aku ingin hidup
seribu tahun lagi"?

16) Mengeritik secara.tepat, terpercaya, dan relevan.


Misalnya: Coba tulis kritik atau pertahankan pendapat yang
menyatakan bahwa semua ~akteri berbahaya bagi kesehatan
manusia.

47
17) Membuat garis besat.
Misalnya: Tulislah secara garis besamya cara untuk menghitung harga
satuan suhu dari skala Celsius ke skala Fahrenheit.

18) Mengorganisasi ulang (reorganisasi) fakta.


Misalnya: Telusurilah kembali perkembangan bahasa Indonesia dari
bahasa Melayu sehingga menjadi bahasa negara dan bahasa
pengantar di ·Nusantara ..

19) Merumuskan permasalahan atau pertanyaan dari heberapa kenyataan ·


atau asumsi yang ditegakkan terlebih dahulu.
Misalnya: Kenyataan menunjukkan bahwa laju peningkatan penduduk
di Indonesia masih berkisar antara 1,5% sampai dengan
2,0% untuk masa 25 tahun mendatang, dan laju
pertumbuhan ekonomi kita akan berkisar antara 2% sampai
dengan 5%. Rumuskanlah tiga masalah pokok yang akan
timbul pada awalabad ke 21 yang akan datang di Indonesia.

20) Menyatakan metode atau prosedur baru.


Misalnya: Dalam keadaan yang biasa (normal) tumbuh-tumbuhan yang
baruditanam akan tumbuh dengan pucuk mengarah ke atas
dan akar mengarah ke bawah. O(lpatkah Anda jelaskan bila
keadaan tersebut tidak berlaku? Tuliskan yang
harus dipenuhi.

Ada beberapa ragam tes uraian terbatas, antara lain ragam tes
melengkapi dan ragam tes jawaban singkat.

48
1) Butir Soai.Tipe Jawaban M•lengkapi

Yang. dimaksud dengan butir soal melengkapi adalah butir soal yang
meminta atau rnemerintah peserta .• untuk metengkapi suatu. kalirnat dengan·
satu.frasa, satu angka atau satu formula;

a) Kekuatan da.n·Keter:batasan

Butir soal tipe jawaban melengkapi banyak digunakan dalam tes


matemab'k \lhtuk,pendidikat:t dasar, terutama pada ·butir soal yang .h~mya
membutuh,kan operasi . sederhana, seperti menjutnlah, mengurangi,
membagi, clan mengali angk'a satu·atau dua digit ta~pa angkapecahan.Tir)e
butir soal ini juga baik digunakan untuk menguji kemampuan mengingat
fakta dan prinsip yang sederhana.' Selain itu tipe butir soaf ini juga 'dapat
digunakan untuk. menguji kemampuan pada tingkatan yang ·lebih tiriggi,
.seperti pemahaman, aplikasi, bahkan evaluasi, asalkan dikonstruksi ~cara
hati-hati.
Kekuatan · utama butir soal tipe melengkapi ini adalah mudah
dikonstruksi. Dalam waktu yang .relatif singkat. dapat dikonstruksi.sej~Jmlah
· butir soal. Dengan demikian butir soal tipe ini dapat membantu dosen yang
harus mempersiapkan butir soal dalam · waktu yang . singkat, tanpa
mengorbankan mutu butir soal. Penggunaan tipe butir soal. melengkapi ini
akan mampu menguji sebagian besar pokok bahasan ·dalam waktu yang
relatif singkat.
Butir soal tipe jawaban melengkapi ini tentu merrtpunyai keterbatasan-
keterbatasan.· Keterbatasan utamanya adalah tidak dapat menguji semua
tingkat kemampuan hasil belajar. Karena sifatnya yang membatasi jawaban
pada satu kata, frasa, angka atau formu~a maka tidak mungkin tes seperti itu '
mampu mengukur kema:mpuan mengekspresikan pikiran atau memformulasi
pendapat secara tepat. Butir soal tipe ini terlalu menekankan pada
kerhampuan mengingat, sehingga hasil tes tidak akan menggambarkan
keseluri.than kemampuan hasil belajar. ·

49
b) Beberapa petunjuk penulisan.butir soal tipejawaban melengkapi

Untuk memperoleh butir soal tipe jawaban melengkapi yang baik, maka
beberapa petunjuk berikut ini diharapkan akan membantu:
(1) .Konstruksilah butir soal.yang mengukur hasil belajar yang penting saja.
HasH belajar yang remeh (trivial) tidak perlu diujikan. Misalnya:
Lemah Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia enam
tahun di kecamatan ini tahun lalu adalah ...
Lebih baik: Di Kecamatan ini jumlah bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia lima tahun dalam dua tahun terakhir adalah
... untuk setiap seribu penduduk.

(2) Konstruksilah butir soal yang mengandung permasalahan yang bersifat


spesifik. Butir soal itu haruslah menjamin bahwa hanya peserta tes yang
menguasai isi pelajaran yang dapat menjawab soal itu dengan. baik.
Misalnya:
Lemah Daun tembakau mengandung ...
Lebih baik: Bahan yang berbahaya bagi kesehatan yang terdapatdalam
daun tembakau adalah ...

(3) Konstruksilah butir soal yang mengharuskan peserta memberi jawaban


yang secara faktual benar. Misalnya:
Lemah Orang merokokakan ...
Lebih merokok akan

(4) Konstruksilah butir soal dengan menggunakan bahasa yang jelas, dan
tidak mengandung arti yang mendua. Misalnya:
Lemah Ibukota Kuwait yang diduduki Irak adalah ...
Lebih baik : Ibukota Kuwait adalah ...
'
(5) Bila yang ditanyakan menyangkut angka atau jumlah dari satu
tertentu, maka sebaiknya nyatakan satuan tersebut dalam soal. Misalnya:

50
,Lemah : Seorang anak umur 12 tahun sebaiknya setiap hari minum
susu ...
Lebih baik : Seorang anak umur 12 tahun sebaiknya setiap hari
minum susu mumi ... gelas.

(6} Setiap butir soal sebaiknya hanya berisi satu jawaban yang harus
dikeljakan oleh peseri:a tes. Misalnya:
Lemah Suatu propinsi dibagi menjadi beberapa ... , yang
·selanjutn.ya dibagi lagi ·menjadi ·beberapa ... , dan kemudian
dibagi lagi menjadi beberapa .,., dan akhimya unit terkecil
disebut ....
Lebih baik: Propinsi Jawa Barat dibagi menjadi ... kabupaten dan kota
madya.

2) Butir Soal Tipe Jawaban Singbt

Yang dimaksud dengan tipe butir soal jawaban singkat iaiah butir soal
berbentuk pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu
angka atau satu formula.

a) Kekuatan dan Keterbatasan

Butir soal tipe jawaban singkat ini termasuk salah satu tipe yang paling
mudah dikonstruksi. Hal ini terutama disebabkan oleh butir soal ini hanya
akan mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu yang bersifat ingatan.
Hanya baik digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
untuk bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kekuatah
lainnya butir soal tipe ini ialah mengharuskan peseri:a tes menulis
jawabannya, bukan memilih jawaban yang telah tersedia. Dengan demikian
maka akan dapat meminimaikan kemungkinan menebak.
e-· Ada:~ua·ket~rbatasan utama-_butir soal tipe jawaban singkat. ~rii, yaitu

idak dapat mengukur_ basil beh1jar yang kompleks dan sulit dinilai. Karen_a
;ifatnya yang sed~rbana,_.· maka butir. sqal.·tipe ini bal1ya mengh;asilkan
:espons singkat yang sederbana.. Respons singkat ·yang seperti itu tidak ~ .
nerhungkinkan untok mengukur basil helajar .yang lebib kompleks.
!S~panyakan hanya terpatas pada haslL helajar yarig bersifat ,ingatan, •dan
paling tinggi banya bersifat pemahamari. Untuk rtiatematika atau IPA ·masib
r:nungkin untuk . rn.engukuJ;-_,kemampuan pen~rapim . (aplikasi). Di atas
ke.m~puan-·.itu suda,b -JiclalqnUl)g@n la,gi diukur _dengan butir soal tipe ini.
1;3er~enaan dengan kesederhanaannya itu inakil acapkali menimbulkan
keterbatasan kedua, yaitu sulit-dinilai. Hanya butit'. ~oal yang dikonstruksi
se.;~ra.hati:qati yang tidakc~~nim~l!llmn masalah ini..Misalnya:
.. ' - .
Berapakab jumlab propinsi di Indonesia?

.Jawa ban terbadap pertanyaan, Jpi -m~ih mungkip s~U•; b.eragarrt.


Jawabannya mungkin saja berkisar antara 8 (delapan) sarhpai dengan 27
(qua p,\o!Jub ·tlJjubL- ~~rganwng,pac1~twakh.mya •. ·~aqa tabun 1~~5,-, Indonesia
tercliriAiari 8 prqpins~. s~at:lskan.~rapg -;negara kita _terdiri dari· .27
propinsi. Mungkin dalam .b~berapa tahun yang ·akan dcltan9 .men jeldi .29
propinsi, hila Irian Jaya telah diperlua5 menjadi tiga propinsi.; Jadi soal yang
seperti itu sebaiknya lebih disempumakan menjadi:

B.(>.ra,pa~b jumlab propinsi di Indonesia pada tabu{l 199()?

So~ terakhir ini tidak menimbulkan kesulitan cia\am penskorannya. ·


Penulisan ~al s~erti ini memang menuntut kehati-batian dari ;dosen, karena
t)i~nya do~ suka meng~umsikan saja. bahwa ~rt;ltes mengetabui apa
yanR dimaksudkan oleb dosen, sebingga m~ tidal< J)e;rlu dituliskan dalam
soal.lnUah letak kelemahannya.

52
b) Klasifikasi butir soal jawaban singkat

Secara umum ada dua variasi butir soal tipejawaban singkat, yaitu:
yang menggunakan bentuk pertc:myaan, dan (2} yang menggunakan bentuk
asosiasi.. Contoh yang menggunakan bentuk pertanyaan adalah:

Siapakah pendiri. kerajaan Majapahit?


Apakah kota sud umat Islam yang terpenting?
x +2 = 4. Berapa x?
Bagaimanakah formula asam sulfat?

Contoh yang menggunakan bentuk asosiasi ad~ah: Apakah nama ibu


kota propinsi berikut?

Irian Jaya
Aceh
TimorTimur
Bengkuiu

c) Beberapa petunjuk konstniksi butir soal tipejawaban singkat

Berikut ini beberapa petunjuk untuk menulis butit soal jawaban singkat,
yang disertai contoh sederhana.
(1) Pergunakanlah kata-kata yang menuntut jawaban yang singkat dan
tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu. frasa, sebuah angka, atau
sebuah simbol. Misalnya:
Lemah Disebut apakah binatang pemakan binatang lain dan
tumbuh-tumbuhan?
Lebih baik : Termasuk klasifikasi apakah binatang pemakan binatang
lain dan tumbuh-tumbuhan?
(2) Jangan menggunakan kalimat yang langsung diambil dari buku atau dari
catatan. Penggunaan kalimat yang langsung diambil dari buku atau
catatan cenderung mendorong peserta didik akan menghafal mati, tanpa
berusaha memahami apa yang dipelajarinya. Untuk menghindari
kelemahan itu maka sebaiknya bahan ajaran yang diambil. dari buku
tersebut disusun kembali dalam kalimat yang mudah dipahami oleh
mahasiswa.

(3) Jangan sampai pertanyaan yang diajukan menjadi tes bahasa,


sedangkan maksudnya untuk menguji materi pelajaran lain. Misal:
Lemah Apakah istilah yang digunakan untuk menyatakan
kedatangan Columbus·ke Benua Amerika tahun 1492?
Lebih baik : Siapakah yang menemukan benua Amerika tahun 1492?

(4) Untuk menanyakan istilah atau definisi ~ebaiknya digunakan kalimat


tanya secara langsung. Kalimat lain yang mendahului kalimat tanya,
yang dimaksudkan untuk menjelaskan pertanyaan, acapkali
mengakibatkan pertanyaan menjadi kabur. Misalnya:
Lemah Setiap mahasiswa harus mentaati peraturan sekolah.
Ketaatlm kepada aturan sekolah itu dalam P4 apa
namanya?
Lebih baik : Sikap yana menganjurkan memelihara kebersihan kelas
sesuai dengan Sila keberapa dari Pancasila?

(5) Dalam menanyakan masalah perhitungan dosen harus menentukan


tingkat ketepatan, terutama untuk angka desimal. Apakah cukup angka
bulat saja, atau berapa angka di belakang koma. Misalnya:
Lemah Berapakah 10 : 6?
Lebih baik : Berapakah 10 : 6 (bulatkan sampai 2 angka di belakang
koma)?

54
(6) ·sebaiknya hanyasatu jawaban.untuk satu pertanyaan. Misalnya:
Lemah . Siapakah pro)damator kemerdekaan
· Indonesia?
Lebih baik : Siapakah . · yang .· membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tanggaLl7 Agustus 1945? ·

6. Beberapa pl'insip konstruksi butir soal tes uralan/esei

.Ada beberapa pri)lSip penulisan. butir l;Oal· tes. uraian~ ·Prinsip ini bersifat
umum dan. masih harus diuraikan menjadi prinsip yarig operasional oleh
setiap. mahasiswa yang sedarig belajar tes dan· evaluasi· pendidikan. Prinsip
itv antara lain adalah: .. . ··. . . ·
a. prinsip 1: Gunakanlah ·. tipe tes uraian tintUk mengukur basil belajar
. yang cocok. Hubungkanlah prinsip ini dengan kekuatan tes
uraian yang· telah dikemuRakan di atas. ··
b. prinsip2: Beritahulah sebelumnya bahwadalamtes·yang akan datang
akan digunakan tipe tes uraian. Hal ini perlu dilakukan agar
peserta tes lebih. siap dan .agar tes yang dilaksanakan itu .
cukup adil.
c.. prinsip 3: Batasilah ruang lingkup tes secara· pasti, dengan demikian
peserta testahu dengaripasti bahan yang harus dipelajarinya.
Hendaknya peserta tes juga diberi tahu terlebih dahulu
apakah bahan akan diambil dari buku ajar, atau juga meliputi
catatan pelajaran, hasil diskusi kelas; bacaan tambahan, atau
pengetahuan umutn dari sumber yang tidak terbatas.
d. prinsip 4: ·Pertanyaan hendaknya terutama untuk mengukur tujuan
hasil belajar yang .penting saja. Hal ini sangat perlu'
diperhatikan, karena jUmlah butir soal dalam tes ura~an
sangat terbatas. Jadi pergunakanlah setiap butir soal secara
optimal untuk rhengukur hasil belajar yang penting. dan tidak
mungkin diukur dengan tipe soallain.
e. prinsip 5: .Jangan terlalu hanyak m.enggunakan butir soal tipe uraian
untuk m.engukur kemampuan mengingat. Tipe soal objektif
jauh k~bih. efektif dan efisien hila digunakan untuk mengukur
kemampuan mengingat fakta~ ' .
f. prinsip 6: kem.ampuan dan ket~mpilan menulis peserta tes haruslah·
menjadi pertimbangan utama dalam konstruksi butir soal
uraian.
g. prinsip 7: . Jangari memberikan butir soal yang dapat dipilih a tau. dapat
tidak diketjakan. Misalnya, janganlah membuat pehmjuk
soal sebagili berikut: Pilihlah dua cfari tiga soal di bawah ini.
Hal ini ~kan sangat menyukarkcm pemeriksa dan memberi
skor yarig adiL · ·
.h. prinsip 8: Setiap soal harus jelas apakah jenis ·terbatas ·. atau jenis
bebas. Dengan demikian _peserfa tes dapat membatasi diri
dalam memberikan responsnya.
i. prinsip 9: Makin banyak jumlah butir soal untuk setiap perangkat soal
makin baik..Jadi.·usahakan agar setiap tes menyajikan butir
soal uraian sebanyak~banyaknya sesuai dengan waktu yang
tersedia.. · · '/
j. prinsip 10: Ti.tlislah petunjuk awal yang jelas, dan juga petunjuk untuk
., setiap butir. soal haru.s rinci dan dapat dipanami oleh peserta
tes dengan jelps. Dalam menulis petunjuk ini harus
menggunakan struktur. kalimat yang sederhana. Tidak boleh
ada dua .. tafsiran untuk setiap kalimat petunjuk yang
digunakan.
k. prinsip 11: Waktu yi:mg tersediA haruslah diperkirakan cukup (tidak
kurang dan tidak lebih) untuk rata-rata kematnpuan peserta
tes. ·Jadi dapat diperkirakan waktu yang tersedia akan
berlebihan bagl mahasiswa yang pandai dan akan
kekurangan bagi mahasiswa yang kurang pandat
l. .prinsip 12: Hendaknya pertanyaan menuntut respon atau jawaban yang
bersifat baru atau pemikiran peserta tes. Jadi jangan hanya

56
.. .

memin~ jawab.an yang· meiupakan .pengulangan dart hat


yang telah diajarkan atau sesuatu yang $Udah ada df: d~am
· buku. Tetapi lebih baik hila peserta mengeluarkan pikiran
· orisinilnya. · . - .
m.. prinsip 13: Dalam~ap.perahgkattes henclaknya !?elalu ada kombinasi
jenis tes tmrianterbatasdan:j(miste$ uraian bebas;
n~ prinsiP 14: Pergunakanlah kata•kata <feSknptif sep¢ttl definisikanlah;
tulislah garis besar, pilihlah, berilah ilustr:asi :atau contoh,
.· kelompokkanlah, · bedakanlah~ ~ndingkanlah,· · pertentarig-
dan
klinlah, beberapa ~ata perintah yang deskriptiflainnya.
o. prinsip lS: dalam seti(ip. butir soal hatus dijelaskan ·skor,maksitnal. ·yang
dapat dipetoleh · hila jawabannya: 'sesqai dengan yang
diminta, dan .jelaskan pula .batasan-batasan · jawaban yang _
diinintck Misalnya ' · panjang uraian,; arah : pemaparan;
banyaknya.aspek atau butirjawaban yangdiminta.
p. prinsip 16: Janganlah rnulai kalimat butir soal dengan kata.;kata seperti
apa dan siapa: Pertanyaan seperti itu hanya akan.
menghasilkanjawaban .singkat yang -bersifat ingatan. yang
sebaiknya tidakdiuji dengan.tes tipe uraian. ·

1. Pedornan Penskoran (Marking Scheme)

Butir soal bentuk objektif cara memeriksanya mudah, cepat dan basil
penilaiannya objektif. Butir soal bentuk uraian memeriksanya sulit dan lama
karena jawabannya bervariasi, hasil penilaiannya ·cenderung subjektif. Pada
bagian ini akan diuraikan cara-cara penilaian yaQg bertujuan untuk
mengurangi subjektivitas dan menlngkatkan objektivitas. Untuk'
mendapatkan penilaian yang lebih objektif perlu diperhatikan:
a. Apakah jawaban yang paling baik l,lntuk satu butir pertanyaan uraiari?
b, Butir..butir apa saja yang.. hams terdapat dalam · jawaban pertanyaan
uraian?

57
c. Apakah ada butir yang lebih penting di antara butir-butir jawaban yang
. diharapkan?

Ketiga buah pertanyaan di atas sudah harusdisediakan jawabannya oleh


penyusun tes uraian pada waktu dikembangkan butir pertanyaan. Dengan
kata lain penyusun tes pada saat mengembangkan butir soal uraian serta
merta menyusun jawaban yang diharapkan berpedoman pada tiga buah
pertanyaan di atas.
Untuk mehjawab pertanyaan pertama penuiis soal menuliskan . semua ~~-""-"''"'""~....--'""""-~d;s~

ja~~Rl~11.,.... ~~I?g ......9.!b~~r!f£~(;1.':... .JE:!I?~~~.P....~.~Dili!.':l.. P~b.~!CiPi:l.·.......· altematif


penyel~s(l}Ci.!ll}Ya.
Jawaban yang dituliskan .oleh penulis soal bukanlah seperti jawaban
. yang dibuat oleh mahasiswa. yaitu berbentuk uraian. Penulis tidak perlu
membuat narasi tetapi cukup dengan mencantumkan butir-butir penting
yang harus tercantum dalam lembaran jawaban · mahasiswa. Butir-butir
penting ini (key wor<J§Ladalah konsep-konsep yang. ditanyakan . dalam soal
tersebut. PenliliS-harus menuliskan semua konsep dalam satu butir
pertanyaan, kemudian k?nsep tersebut disusun sesuai dengan tata ·Ur}.ltan
yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut (hierarchical). Ada
kalanya pertanyaan tersebut menyangkut tata urutan konsep adakalanya
menghendaki tata urutan dan pengembangan konsep secara horizontal.
Di antara sejumlah konsep yang terdapat dalam jawaban ada yang lebih
penting dari yang lainnya. Oleh karena itu dalam pedoman penilaian konsep
yang iebih penting diberi bobot yang lebih besar. · Perlu dicatat di sini bahwa
yang diberi nilai adal~pk.or;'sep yang muncul dalam jawaban tersebut,
kaic:m. hc:mya ada 7 kon~~P d(ln . dianggap s~tiap konsep mempunyai bobot
ya~gsama maka skor mak~iml:Im"un1ll1founrso~te!'§~but adalah 7. Dalam
hal ini tidak perlu skor maksimum ini dikonversikan pada skor 10, biarkan
sebagai mana adanya. Skor maksimum untuk setiap butir soal uraian banyak
positifnya kalau dicantumkan pada naskah. ujian. Pencantuman ini
membantu mahasiswa untuk merencanakan waktu penyelesaian setiap butir
soal.

58
.· Oi bawah ini dicantumkan· salah. · satu · contoh butir soar, teritang
menuliskan .TIK, ·dUengkapi. dengan pedoman skqrtng semi satu lembar .
jawaban salah 'seorang peserta tijian. ·

Butirsoal:
Di baw~h ini dicaritumkan satu TIK yang berbunyi>:
"Anak didik dapat menunjti~Monumen Lubangbuaya".
Bagaitnana pendapat Anda 'tentang TIK tersebut dllihat dari persyaratan
rumusan TIK seperti, sasaran1 perubahcm ting}{ah)akU; ,tirtgkatan ·
perubahan tingkah lak:u,. relevansi dan kondist Tuliskari·l'llmus~ TIK ·
sesuai dengan.komentarAnda. . · ·
; _...,...___ ··~ - -·-
-- ·~

·Skor
· · Sasaran: -belum dituliskan dEmgan teoat c 1
Perubahan tingl<ah; laku: sl1datt operasioflal atau ttapat diukur dan hanva .s8tu 1
· · perub@han pngkah laku. . 1
. Tingl<atan perub'ahan til'lgkali laku: belumada .· · 1
·Relevansi : tidak ditulis 1
Kondisi : tidak ditulis 1
'\-. '1·
""\t:.,... -
Seharusnya TIK berbunyi:
~nak didik kelas W SO, di JSkarta. jika dihadapkan pada satu gambar foetal,
.,,, (1) ' ' (2) ' (3)
ia dapat menunjukkan dengan tepat ietak Monumen lubangbuaya.
(4) (5) ' (6)
masing-masing (1 ); {2), (3), (4); (5), dan (6) diberi skor Y:z.
Dengan demikian skor maksimurn TIK 3

Maksimum skor 9
Catatan: Tidak selalu penulis soal mengharapkan semua kata kunc~ di atas
harus dicanfumkan· peserta ujian: :Adcf pehulis yang menganggap. jawaban
sudah betul sekiranya peserta dapatniencantumkan 8 dari 9 atau 7 dari 9
bahkan ada Y,Rng hanya_ 6 dari 9 kata kunci.
f'-'!J~I'\It: ..

~ -("',,~.\~ ~ \~ttil"~~
\h\ ( ..\t
D~ngan menggunakan Pedoman Skoring di atas, cobalah periksa
jawaban peserta ujian di-bawah int

Salah satu Lembar Jawaban Mahasiswa

"Jawaban"

.Rumusan TIK di bawah ini:


"Anak didik dapat menunjukkan letak lubang Buaya"
TIK tersebut adalah:
·~ Dari segi sasaran kurang jelas, seharusnya dijelaskan anak didik
tersebut apakah SD/SMP.
·~ Dari segi tingkatan perubahan tingkah laku ada kekurangan yaitu
seharusnya ada kata-kata "dengan tepat".
·~ Dari segi relevansi dan kondisi, rumusan TIK tersebut kurang
memenuhi syarat, yaitu anak didik daerah mana, artinya anak didik
kota Jakarta atau di luar Jakarta.

Jadi sebaiknya rumusan tersebut adalah sebagai berikut: "Murid SD


Kelas V di Jakarta dapclt menunjukkan letak lubang Buaya dengan
tepat".

Apakah skomya 5,5? Jika ya, berarti pedoman sudah digunakan dengan
tepat, jika tidak, perlu diteliti kembali di mana kelirunya.

60
c. Penu1isan ·Butir Soal Objektif

1. Pengerihm

Yang dimaksud dengan butir soal objektif dalam tulisan ini adalah butir
soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih a tau
dikerjakan oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban telah dipasok oieh
pengkonstruksi butir soal. Peserta hanya harus memilih jawaban dari
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian
pemeriksaan atau penskoran jawaban peserta tes sepenuhnya dapat
dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya yang objektif itu
maka tidak selalu penskoran harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan
tersebut dapat dilakukan oleh mes!n, misalnya mesin scanner. Jadi yang
dimaksud dengan tes objektif ialah tes yang dapat diskor secara objektif.
Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu:
a. benar salah (true false)
b. menjodohkan (matching)
c. pilihan ganda (multiple choice)

Dari tipe-tipe tersebut dapat dikemban~kan beberapa modifikasi lagi.


Misalnya tes objektif pilihan ganda dapat dimodifikasi ke dalam 5 (lima)
ragam berikut:
a. pilihan ganda biasa
b. pilihan ganda analisis hubungan antar hal
c. pilihan ganda analisis kasus
d. pilihan ganda kompleks
e. pilihan ganda yang menggunakan diagram, grafik, tabel atau gambar.

Kelima ragam tes objektif pilihan ganda ini sama struktur (formatnya)
yaitu ada pokok soal (stem) yang diikuti oleh sejumlah pilihan (options). Di
antara pilihan ini ada satu jawaban yang benar atau paling tepat (key).
Pilihan di luar yang benar atau yang paling tepatberfungsi sebagai pengecoh
(distractors).

a. Butir Soal Tipe Benar-Salah

Butir s.oal tipe benar-salah (True-false item) adalah butir soal yang terdiri
dari pemyataan, yang disertai dengan altematif jawaban yaitu menyatakan
pemyataan tersebut benar.atau salah, ataukeharusan memilih satu dari dua
alternatifjawe).ban lainnya. Altematif jawaban itu dapat saja berbentuk benar-
salah atau setuju tidak setuju, baik tidak baik, a tau cara lain. asalkan altematif
itu mutual eksklusif;'

1) Kekuatan butir soaltipe benar-salah

Butir soal tipe benar-salah mempunyai beberapa kekuatan, an tara lain:


a) Mudah dikonstruksi. Untuk mengkoristrUksi atau menulis sebutir soal tipe
beriar-salah hanya diperlukan satu pemyataan. Pemyataan itu tentu saja
harus berhubungan dengan bidang studi yang diuji dengan butir soal
tersebut. Karena mudahnya, maka. acapkali dosen memilih bentuk ini.
Bahkan alasan· pemilihan. tipe ini· oleh para dosen karena. kekurangan
waktu untuk menulis,butir soal. Tentu saja alasah sepeiti itu tidak. dapat
diterima, sebab akan mengh~Ukan butir soa.l yang tidak sepenuhnya
dapat dipertanggung jawabkan. Justru karena mudahnya dikonstruksi
tersebut hendaknya pemilihan tipe ini karena pertimbangan yang positif,
yaitu !ebih memudahkan dosen mendapatkan informasi tentang tingkat
ketercapaian mahasiswa dalam bidang studi tersebut.
b) Perangkat soai dapat mewakiH seluruh pokok bahasan. Keunggulan ini
merupakan kekuatan utama tes tipe benar-salah. Hal itu dapat dicapai
karena setiap ~utir soal benar-salah hanya membutuhkan IA(aktu yang
singkat untuk menjawabnya. Karena itu dalam waktu yang. relatif singkat
dapat dicakup banyak butir soal. Butlr-butir soal tersebut dapa;t disusun
dari segenap pokok bahasan yang tercakup dalam bidang studi tersebut.

62
c) Mudah *'qiskor; Karena ·. hanya ·ada dua altematif jawaban, in aka: setiap
butir ,soal hanya mempunyai dua altematif skor, yaifu 1 (safufuntuk
yang mengerjakannya. SE!cara benar, ,dan 0 (not) bagi ·yang menjawab
· salah. Dengim demikian. penskorc:m sangat mudah, dim dapat dilakukan
oleh siapa saja, bahkan'dapat dikerjakanoleh me~in. ..· . .
d) Alat yang baik untuk mengukur fakla dan hasil belajar langsung terutama
.yang berkenai:m .dengan ihgatan. Butii soal npe Eeriar~satah' ·mengukur
kemampuan · dasar · hasil belajar, . ya1tu dapat membedakari antara
. kenyataan darl yang bukari kenyataan atau darl suatU yang ·benar darl
'yang salah. Tentu saja kebaikan itll tidak ferlalu· tepat hila yang ingi:n .
. diukur.ketnampuan membedakan secara·tebih teliti. · .

. 2) · Keterbatasan butir soal tipe bendr-salah

Butir soal tipe benar~salah juga mempunyai · keterbatasan-keterbatasan


yang sukar diatasi, seperti:
a) Mendororig peserta tes untuk menebalfjawabaQ. Karena probabilitas
merijawab beriar adalah 50% maka tipe tes ini seakan mendorong .Para
. peserta tes untuk menebak jawaban walaupun mereka tidak mengetahui ·
jawaban y~ng · benar. .Kemungkinan . untuk ·. benar sama dengan ..
kemuQgkinan untuk salah memang memberl kemungkinan menebak
lebih besar. Resiko yang akan dihadapi mencapai 50%. Kelemahan ini
sebagian dapat diatasi dengan menerapkari formula tebakcm atau justru
menganjurkan para. peserta tes untuk tidak- menebak hila tid'ak tahu -
jawaban yang pasti. Yang dimaksud dengan formula tebakan. ialah
dalam ·penskoran digunakan rum us skor total adalah jumlah yang
dijawab beriar dikurangi dengan jumlah yang salah.
b) Terlalu menekankan k~pada ingatan. Bentuk butir soal tipe ini memaksa
penulis butir soal menguji hasil belajar langsung yang berbentuk ingatan.
Bahkan kelemahan ini lebih diperburuk lagi karena kesa1ahan para
·dosen mengkonstruksi.butir soal yang ·mengambil pemyataan langsung
darl buku ajar yang digunakan. Memang ada juga kebaikan butir so~l

63
yang bersifatingatan itu, yaitu dapat membedak.ari peserta tes y~ng tahu
danpeserta tes yang tidak tah.u: TetapLkarena kelemahan yang pertama
tadi, yaitu .m~ndorong kepada penebakan, maka kelemahan kedua: ini
m~n menohjol. . . . . .
c)· MeiTlinta respon peserta tes yang .berbentuk · penilaian . absolut: ·
Sedangkan .· dalam kenyataan~ya hasilbelajar· itu kebanyakan bukan lah
-sesuatu:kebenaran absolut tanpa:· kondisi, misalnya: · .
·1. · B- S 113 == 0,3 ...
2.. B- S . .Matahari terbit kemarin
3: B - S IJ1dcmesi~ terdirl dari 27 propinsi.

Butir soal nomor 1 sulit sekali untuk dinyatakan sebagai kebenaran


absolut. Butir soal noinor 2 · seakan,:akan meiupakan kebenaran absolut. ·
Tetapi c.oba kita lihat apakah benar di seluruh perrriukaan bumi matahari
terbit kemarin. Apakah benar di kutub utara atau kutub selata:n rnatahari
terbit kemiuin? Butir soal nomor 3 juga seakan-akan keb.enaran mutlak,
tetapi ht1kankahpada tahun 19451nd()nesia tidal<terdiri dan 27 propinsi? .

3) Beberapa petunjuk konstruks(butir ~oal benar-sa/ah

Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap butir soal tipe
benar..,salah untuk dapatdikatakan seb(;lgai butir soal,yang baik, yaitu:
a) Setiap butir soal harus menguji ·atau m~ngukur hasil belajar peserta tes
yang penting dan bermakna; tidak menanyakan hal yang remeh (trivial}.
Misa1nya: .
Lemah B - S Bung Hatta dilahirkan di Bukittinggi
Lebih baik : B - S Pemikiran Bung Hatta tentang hak asasi .man usia
te1ah diabadikan dal(;lm pasal-pasal UUD 1945.

Mempersoalkan tempat kelahiran Bung Hatta tidak ada sanskuf pautnya


dengan peranan Bung Hatta dalam petjuangan< mencapai dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan .. pikiran dan

64
pendapat Bung. Haifa tent?lng hak asasi manusia mempunyai arti sejarah
y~ng amat pehting bagi BangsaJndonesia. '

b), Setiapbutir soal haruslah mengujfpemaharhan, tidak hanya pengukuran


- terhadap .daya' ingat. Sutir soal tidaklah dianjtirkan u.ntuk m~nguji
kernampuan mehgi~gat kata atau frasa y&ng tetdapat d_alarrr buku q.jar
atau bacaan lainnya. Misalnya! .
·Le.mah : B - S Hukum Newton I menyatakan bahwa ~etiapbenda
akan bergerak·lurus beraturan atau· diam, jika tidak
ada r~ultan gaya yang bekerja paq~: benda itU.
Lebih baik: B- S Pem.iif).pang,bis yang duduk tenang · dalam his.·
yang berjalan dengan kecepatan 8() Km pe1; jam
akan ,terdorong ke depart hila bfs diberhentikan
secara tiba~tiba.. ·

Dalam butir soal yang pertama di ·atas jelas banya· menguji kemampuan
menghafal bunyi ·hukum Newton 1 (Hukum Kelernbaman), yang bila
·clapat dijawab oleh peserta tes dengan benar, penguji belurn mendapat ·..
kepastian bahwa mahasiswa. mengerti akan hukum kelembaman
tersebut. Tetapi dengan soal b~rikutnya penguji akan dapat memastikan
bahwa .mahasiswa tahu tentarig hukum · kelembaman dan dapat
memaham,inya dengan •baik.

c) Kunci jawaban- yang ditentukan haruslah · benar. Patokan m1


kedengaranoya remeh, tetapi acapka}i kita jumpai bahwa · kunci yang
ditentukan oleh pembuat ~oal·berbeda. dari yang_ diartikan oleh peserta
tes atau pereview tes. Hal itu acapkali disebabkan adanya subyektifitas
atau bias penyusun tes masuk kedalam soal dan dalam 'penentuan kunci •
jawaban .. Misalnya:
Lemah : B ~ S Sebelum dilakukan pemi~han calon pengantin
laki-laki diharuskan melamar calon pengantin
wanita.

65
Lebih baik : B - S Dalam masyarakat patriliriial pihak calon
pengantin pria diharapkan · lebih mengambil
inisiatifdari pada pihak eaton pengant_in wanita.

Dalam soal yang pertama kurtci yang diharapkan adalah B. Tetapi kunii .
tersebut ·tidak berlaku hagi ·. masyarakar matrilinial. Karena itu haruslah
secara eksplisit dinyatakan dalam butir soal tentang . kondisi . yang
menentukan kunci })utir soal tersebut.

d) Butif ·so.al yang baik harusl~h jelas jawabannya bagi seorang .peserta tes
· yang belajar, dan jawaba11 yang $alah kelihatan lebih seakan-akan benar
bagi peserta tes yang tidak belajar dengan haik. Jadi butir soal tersebut
·. dapat secara jelas membedakan orang yang belajar dari orang:yang tidak
belajar. Misalnya: · .· . .· _ ...
B -S Makanan kaleng. lebih mahal harganya dari pada makanan
segar .. (S)
B- S. Bahasa ilmiah yang digunakan di pesantren dLJawa .Sarat
pada· awal abad .ke 20 adalah bahasa Arab .dan bahasa Jawa .
.(B) ..

Bagi peserta tes yang. tidak pemah belajar tentang prinsip ekonomi tentu
akan menyangka bahwa makanan kaleng akan lebih mahal dari
makanan segar, karena harga kemasan itu sendiri telah menyebabkan
harga bahan makanan ·tersebut menjadi lebih tinggi. Sedangkan. karena
jumlah permintaan akan rriakanan segar jauh lebih .. banyak daii
permintaan makanan kaleng, . menyebabkan . harga makanan segar
menjadi lebih mahal. Demikian pula halnya dengan bahasa ilmiah di
.pesantren di Jawa Barat. Bagi orang yang tidak tabu sejarah pendidikan
dengan baik akan menyangka bahwa bahasa Sunda lah yang digunakan
dalam buku-buku pelajaran utama di pesantren di daerah Sunda. Jadi
jawaban itu akan menarik bagi orang yang tidak belajar.

66
e) Pemyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan
mEmggunakan bahasa yang baik dan benar. Soal yang jelas itu hila
dalam soal tersebut hanya mempersoal~n satu gagasan saja. Selain itu
. pemyataan satu gagasan itu haruslah disusun dalam tata kalimat yang
.baik dan beriar dan tida:k mengandung p~hg~rtian mendua; K.arena· tidak
boleh mehgandung pengertian mendua itu maka butir soal itu harus
dinyatakan .dalam: kalimat .yang .$E$ingkal · mungkin. Jangan
mengguhakan kalimat berana:k yang tidak jelas. · Untuk dapat
menyatakcm · butir · soal ihi · secara·· jelas maka sebaiknya · ·tida:k
.. menggunakan kata"'kata ·negatif yang. mengaburkarianti..•Misalnya~
Leman : B ~ S Kekalahati Jermah terhadap Sekutu dalam Perang
. . Dunia II•· bukan disebabkart oleh ·ketidak Jt}ampuan
Jerrhan . dalam . strategi .r~emenangkan
pertempuran tetapi lebih disebabkan ,, oleh
kelemahan sei'J'la~gat perang rakyat Jerman.
·. Lebih baik : B- S Hilangnya semangat perang rakyat Jerman adalah
penyebab utama kekalahart Jennan .terhadap
sekutu dalam Perang Dunia II .

. Untuk lebih · meningkatkan mutu butir ~oal ·tipe benar-salah beberapa


pertimbangan beriku.t sebaiknya diguna:kan: '
a) Jumlah butir soal· yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih; banyak dari
butir soal yang kunci jawabami.ya·B (benar). ,

b) Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana -a:kan


cenderung mengarah ke jawaban yang salah. Misalnya:
B - S : Bila sebuah behda yang beratnya l kg terapung setengahnya di
atas permukaan air akan tenggelam bila seandainya benda iru
beratnya 1;5 kg .

. Dengan logika yang sederhana, maka hila suatu benda terapung


setengahnya, untuk tenggelam akan membutuhkan tambahan berat
setengah kaH herat yang seka:rang. Jadi dihutuhkan herat 1,5 kg,
Sedangkan yang benar adalah dibutuhkan tambahan berat 1 kg lagi.

c) Susunlah jawaban salah sesuai dengan anggapan umum yang salah


tentang suatu kenyataan. Misainya:
B . ,. S, : Semua benda yang sama beratnya akan jatuh dengan
kecepatan yang sama dari ketinggian yang sama.

d) Dalam butir soal tipe benar-salah pemyataan yang menggunakan kata


semua, selalu, tidak pemah, cenderung untuk mempunyai kunci jawahan
S (salah). Sedangkan kata kadang-kadang, acapkali, pada umumnya
cenderung untukmempunyaikunci B(henar). Untuk meningkatkan daya
l;)eda soal, maka pergunakaniah kata-kata itu dalam kecenderungan yang
terbalik.

e) Pergunakaniah rujukan untuk heherapa huah soal, misalnya dengan


menggunakan teks atau gamhar sehagai rujukan untuk senarai butir soal.

4) Modifikasi butir soal tipe benar-salah

Tes tipe henar-salah ini dapat ditingkatkan daya hedanya dengan


mengadakan beberapa modifikasi, sehingga mengurangi kelemahan
utamanya, yaitu mendorong pe!)erkaan. Bentuk-bentuk modifikasi itu antara
lain:
a) Menyertakan jawahan yang benar hila peserta tes memilih jawahan S
(saiah). Dengan memasok Jawahan yang seharusnya hila jawahan yang
dipilih S (salah) maka peserta tes harus dapat mendemonstrasikan
penguasaan hahan yang diujikan. Tanpa penguasaan hahan maka tidak
mungkin peserta tes akan mampu menuHskan jawaban yang benar.

68
Misalnya:
B -S Bila ·dib.ulatkan ke dua angka di belakang koma, Pi berriilai
sama dEmgan 3;41.
B- S ~·· . Bila air dipanaskan dari 15° C menjadi 50° C maka volumenya
·. · . akan tetap.

Kedua contoh di atas jawabannya S (salah), karena itu rnaka ditempat


yang telah disediakan angka 3.14 .untuk soal yang perta:ma dan
membesar untuk . butir soal kedua, ModifikaSi seperti . ini akan
menimbulkan permasalahan dalam penskoran. Bila · seandainya
seseorang peserta tes niemilih jawaban yang· benar {pilihannya S) tetapi
ia tidak mertgisi .pada tempat jawaban yang disediakan atau ia menjawab.
salah (tidak sesuai dengan kunci) pada tempat yang dis~diakan maka
skomya tentu harus dihirung 0 (sama dengan salah). Tetapi cara
·penskoran seperti itu oleh banyak pendidik dianggap kurang mendidik

·b) Modifikasi kedua adalah dalam ·.bentuk penulisan sederetan pemyataan


sebagai kelanjutan dari suatu pemyataan sebelumnya.
Setiap pemyataan kelanjutan itu han.is ·dinyatakan benar atau salah.
Misalnya: '
Volume massagas .. ; ...
B-S cenderung memuai hila suhunya dinaikkan
B .: S cenderung memuai ~ila tekanannya ditingkatkan
B-S .cenderung konstan hila suhu dan tekanan dinaikkan .
B-S cenderung mengecil hila suhu naik dan tekanan turun

Dalam tipe modifikasi seperti ini setiap soal bagian haruslah dihitung
sebagai satu butir soal.

69
b. Butir soal tipe ·menjodohkan

Butir soal/ tipe menjodohkan di tulis dalam dua kolom. Kolom pertama
adalah pokok soal a tau stem atau biasa juga disebut premis. Kolom kedua
adalah kolom jawaban. Tugas peserta ujian ialah menjodohkan pemyataan-
pemyataan di bawah kolom premis dengan pemyataan-pemyataan yang
ada di bawah kolom jawaban.
Bila tes harus dikerjakan di lembaran jawaban yang terpisah, maka
pemyataan .di bawah koloJTI pertama ditulis 1.1rutan nom or, dimulai dengan
nomor urut setelah nomor urut soal sebelumnya. Dengan demikian setiap
nomor pemyataan dibawah kolom. pertama adalah sebuah stem butir soal
yang alternatif jawabannya secara bersama terdapat di bawah kolom kedua,
Misalnya:

Kolom pertama "Koiom kedua


1. Sultan Iskandar Syah A. Bercita-cita untuk tetap menentang
2. Sultan Agung penindasan walaupun sampai a.khir
3. Sultan Hasanuddin Hangkubur.
4. Sultan Hamid B. Berusaha membawa Aceh ke puncak ./
kejayaannya.
C. Mengucapkan sumpah Palapa.
/ D. Berusaha membentuk Indonesia
menjadi negara serikat.
Melakukan penyerangan
Belanda di Batavia.

1) Kekuatan dan keterbatasan butir soal tipe menjodohkan

Kekuatan butir soal tipe menjodohkan ini antara lain:


Baik untuk menguji hasil be!ajar yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.

70
b) Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua baik yang
berhubungan langsung maupun tidak secara langsung.
c) Mudah dikonstruksi sehingga dosen dalam waktu yang
dapat mengkonstruksi sejumlah butir soal yang cukup unh1k menguji satu
pokok bahasan tertentu.
d) Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan demikian
perangkat soal yang menggunakan tipe butir soal ini lebih merata dan
keseluruhan pokok bahasan dan subpokok bahasan dapat terwakili
secara memadai.
e) Mudah diskor. Seperti semua butir soal objektif, butir soal tipe
menjodo~kan inipun dapat diskor tanpa terikut serta nilai dan pendapat
pemeriksa.

Keterbatasan butir soal tipe ini ialah terlalu mengandalkan pada


pengujian aspek ingatan. ·Untuk dapat menghindari kelemahan ini maka
konstruksi butir soal tipe ini harus dipersiapkan secara hati-hati.

2) Beberapa prinsip konstruksi butir soal menjodohkan

a) Pemyataan di bawah kolom pertama dan di bawah kolom kedua


masing-masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen. Misalnya:

Lemah
Kolom pertama Kolomkedua
1. Ir. Soekamo A. Pemerataan hasil pembangunan.
2. Pertanian B. Makhluk laut yang melahirkan.
3. Persainganbebas C. Proklamator kemerdekaan.
4~ Ikan paus D. Demokrasi liberal.
E. Prioritas pembangunan.
Lebih baik:
Kolom pertama Kolom kedua
1. Soekamo A. Bapak Koperasi Indonesia
2. Suharto B. Bapak Paiang Merah
3. Moh. Hatta C. Bapak Pramuka Indonesia
4. Sultan Hamengku- D. Bapak Pembangunan
buwono E. Bapak Revolusi Indonesia

b) Pemyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari pemyataan


di bawah kelompok pertama. Untuk memudahkan penyediaan lembaran
jawaban yang seragam, maka dianjurkan supaya jumlah pemyataan di
bawah kolom pertama berkisar antara 3 atau 4 buah. Sedangkan
pemyataan di bawah kolom kedua adalah 5. Dengan demikian lembaran
jawaban akan seragam dengan bentuk butir soal pilihan ganda lainnya.

c. Butir soal tipe pilihan ganda

Tipe butir soal ini adalah yang paling populer dalam kelompok butir soal
objektif. Tipe butir soal ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama
multiple choice item (butir soal pilihan majemuk atau ganda). Yang
dimaksud dengan tipe butir soal pilihan ganda ialah suatu butir
jawabannya dari umumnya
jawaban berkisar antara 4 (empat) atau 5 Tentu jumlah altematif
tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila aitematif itu lebih dari lima maka
akan sangat membingungkan peserta tes, juga akan sangat
menyukarkan pengkonstruksi butir
Sebutir soal tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1)
pemyataan a tau disebut juga stem, dan· (2) altematif jawaban a tau disebut
juga option. Stem mungkin dalam bentuk pemyataan atau dapat juga

. 72
berupa pertanyaan. Bila dalam bentuk pertanyaan, merupakan pertanyaan
yang lengkap atau pemyataan yang tidak lengkap. Misalnya:

Di pulau Sumatera terdapat beberapa ·buah danau. Salah satu .


danau tersebut mempunyai ciri fisik yang berbeda dari danau lain,
karena ditengahnya terdapat pula daratan luas berupa pulau.
Danau manakah yang dimaksud?

a. Danau Ranau -
b. Danau Maninjau
2 c. Danau Singkarak
*d. Danau Toba
e. Danau Laut tawar

Bagian pertama dari soal di atas disebut stem (pokok soal) dan bagian
kedua dinamakan option (pilihan). Dari contoh ini jelaslah bahwa stem
dapat terdiri dari pemyataan dan pertanyaan. Sedangkan option terdiri dari
beberapa pilihan, dan salah satu. dari altematif pilihan itu adalah. jawaban
yang benar terhadap pertanyaan (dalam hal ini yang ditandai dengan asterik
(*). Jawaban tersebut dinamakan kunci ja"Yaban. Jadi dalam option ada
pilihan yang bukan kunci. Altematif jawaban yang bukan dinamakan
pengecoh atau distractors atau foils.

1) Kekuatan butir soal pilihan ganda

a) Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk
mengukur segala level tujuan instruksional, mulai dari yang paling
sederhana sampai dengan yang paling kompleks, kecuali tujuan yang'
berupa kemampuan mendemonstrasikan keterampilan menyatakan
sesuatu yang ekspresif. Misal tujuan yang ingin diukur adalah
memperlihatkan keindahan tulisan, kemampuan membuat gambar, atau
kemampuan mendemonstrasikan keseimbangan.tubuh. Hal-hal tersebut

73
' / .
tidak ·akan. dapf:it ·diukur. dengan butir soal objektif. manapun, termasuk
butir soal tipe .pilihan. g~nda:
b) Karena karakteristik dari butir 5oal pilihan ganda hanya menuntut waktu ·
.kerja · peserta tes sangaf minimal, maka setiap · petangkat tes yang
mengguhakan, butir · soal pllihan . ganda sebagai ·. alat ukur dapat
menggunakan jumlah butir soal yang refatif banyak -dan karena litu maka
pen~rikan sampel pokok baha$ln yang akan diujiki:m dapat lebih luas.
Jadi. setiap perangkat .tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan
biaang studL · ·
c) Penskoran ha5il kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif. Dengan
demikian maka tidak. ada unsur subyektivitas pemeriksa.·masuk kedalam
skor' hasil Ujian. · Bahkari karena sifatnya maka penskoran dapat
dilakukan oleh mesin. Karena itu pula maka dapaf dikerjakan dalam
· waktu yang sangat singkat. Bagi dos~n yang harus mengajarkan·.banyak
,.mata . pelajaran· dan memegang ·banyak· kelas ·dan mahasiswa dalam
waktu yang bersamaan akan dapat dibantu oleh penggunaan- tipe butir
soal ini dalam tes, tampa mengorbankan mutu ·alat ukur dan obyektivitas
hasil ujian. )
d} Tipe ,butir soal dapat. aikonstruksi sehingga menuntut kemampuan
peserta tes untuk _mernbedakan berbagai tingkatan ·kebenaran •sekaligus.
Misalnya dapaL dikonstruksi suatu butir soal dengan· option yang
seluruhnya benar, tetapi da)am tingkatan kebenaran yang berbeda.
Peserta tes diminta untuk menyatakan butir jawaban yang paling benar
diantara semua jawaban yang benar tersebut. Hal ini merupakan
keunggulan yang sukar diperoleh dari butir soal tipe lain.
e) Jumlah option yang dapat disediakan melebihi dua. Karena itu akan
dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak.
Biasanya keinginan menebak menjadi lebih besar bila probabilitas untuk
benar makin besar, Jadi bi~a option lebih dari dua, maka ·probabilitas
untuk benar tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu hal ini tidak
berlaku bagi p~serta tes yang memang ingin menebak.

74
f) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal
secara baik. Butir soal dapat dikonstruksi dengan dilakukan uji coba
terlebih dahulu. Bila dalam uji coba soa! tersebut temyata
mengandung kelemahan (setelah dianaHsis). maka dapat dilakukan
perbaikan, karena dari hasH analisis dapat dideteksi kelemahan butir soal
tersebut. Hal ini tidak mungkin dHakukan secara empirik pada tipe butir
soal yang lain.
g) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendali, dengan hanya mengubah
tingkat homogenitas altematif jawabcm. Makin · homogen altematif
jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan sebaliknyamakin
kurang homogenitas altematif jawaban, maka ~makin rendah tingkat
kesukaran butir soal.
h) lnformasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan
informasi tentang peserta tes Jebih banyak kepada dosen, terutama hila
butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi. Setiap pilihan peserta tes
terhadap alterriatif jawaban merupakan suatu informsi tersendiri ten tang
pengy.asaan kognitif peserta tes dalam bidang yang dites. Dengan
demikian maka bentuk soal ini baik digunakan untuk mengukur daya
serap mahasiswa, dan mendiagnqsa kelemahan mahasiswa.

2) Keterbatasan butir soa! pilihan ganda

Selain kekuatan tipe butir soal pilihan ganda yang telah dikemukakan
atas, tentu saja tipe butir soal-ini tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan.
Kelemahan itu banyak juga yang merupakan kelemahan semua bentuk butir
soal objektif. Misalnya, dengan butir soal seperti ini tidak terhindari dari
besamya dorongan untuk mempersoalkan hal-hal yang bersifat remeh '
(trivial). Pertanyaan atau pemyataan yang dibuat acapkali mengandung
pengertian mendua, sehingga akan sangat menyukarkan bagi mahasiswa
yang belajar dengan baik. Karena itu banyak sekali kritik orang terhadap
butir soal objektif. Krltik itu terutama datang dari orang yang telah kawakan

75
dengan masalah pengukuran hasil belajar: Karena itu pula banyak kritik itu
yang tidak didasarkan pada kenyataan empirik dan sikap yang terlalu
memuja butir soal esei tanpa mengetahuikelemahan utama bentuk·butir soal
yang demikian itu.
Keterbatasan pokok butir soal tipe pilihan ganda antara lain:
a) Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini
terutama untuk rnenemukan altematifjawaban yang homogen. Acapkali
dosen ·mengkonstruksi butir soal dengan hanya satu alterriatif jawaban
yang tersedia, yaitu kund · jawaban. Altematif lainnya dicari dan
ditemukan secara tergesa-gesa, sehingga jawaban tidak hornogen. Butir
soal yc:mg seperti fni tidak terlalu bemilai untuk mengukur kemampuan
peserta tes.

b) Ada kecenderungan bahwa dosen mengkonstruksi butir soal tipe ini


dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang
paling rendah dalam ranah kognitif. Tidak berarti bahwa .aspek ini tidak
penting dalam hasH belajar. Tetapi hila sebagian besar butir soal itu
hanya menguji satu aspek kognitif, maka perangkat tes tidak terlalu
berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.

c) "Testwise" mempunyai pengaruh yang berarti terhadap hasil tes peserta,


Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes tipe pilihan ganda,
makin besar kemungkinan ia a~an memperoleh yang
penelitian Alker et al, 1967). karena testwise ini
sungguhpun · tidak . sampai mengganggu
interpretasi hasil individual, asalkan dosen menyadari adanya pengaruh
itu.

Setiap jawaban butir soal tipe objektif mengandung kemungkinan


sebagai hasH terkaan atau tebakan. Tingkat penerkaan indeks yang
menunjukkan probabilitas jawaban merupakan atau
Tingkat penerkaan itu adalah satu dibagi jumlah option dalam butir soal itu.

76
Bilabutir soal itu mempt,tnyai dua option {B~S), maka tingkat penerkaannya
0.50. Bila butir soal itu mempunyai tiga option, maka tingkat penerkanhya
adalah 0.33, untuk butir soal dengan empat option tingkat penerkaannya
~adalah 0.25. Dan butir soal yang mempunyai 5 optiontingkat penerkaannya
adalah 0.20. Prinsipnya ialah makin kecil tingkat penebakan, makin baik
butir soal tersebut. Tetapi butir soal yang~ terlalu banyak optionnya juga
bukan merupakan butir soal yang baik konstruksinya. Karena itu ada
semacam kesepakatan diantara para penulis buku tes dan pengukuran
bahwa jumlah option yang baik adalah berkisar antara empat atau lima saja.
· Tentu saja tidak hanya jumlah option yang menentukan baik buruknya
butir soal. Yang lebih penting ialah option tersebut disusun menurut kaidah-
kaidah yang benar.

3) Beberapa prinsip konstruksi butir soal pilihan ganda

Mutu butir so.al tlpe pilihan ganda sangat tergantung kepada kemampuan
orang yang mengkonstruksi butir soal tipe ini. Butir soal yang dibuat secara
serampangan a tau dibuat oleh orang yang tidak ferlatih akan berbahaya bagi
proses pendidikan secara keseluruhan karena akan mengarah kepada
interpretasi yang salah kepada kemampuan atau hasil beiajar peserta tes.
Jadi pelatihan dan· pengetahuan tentang prinsip penyusunan butir soal tipe
ini akan sangat menentukan hasil pengukuran hasil belajar. Dalam tes bentuk
pilihan ganda, selain pokok soal yang harus jelas rurnusnya dan tidak
rnerupakan pernyataan yang dapat ditafsirkan berrnacam-macarn sehingga
meragukan artinya, a tau tidak jelas maksudnya, rumusan pilihan yang benar
dan pengecohnya harus dibuat hampir sama. PenuHs soal selalu bertanya
pada dirinya. Apakah yang ingin ditanyakan telah dituliskan
(dikomunikasikan) dengan baik. Apakah terdapat "petunjuk" pada altematif
jawaban yang benar.
Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip pokok dalam konstruksi butir
soal tipe pilihan ganda.
Saripgti perrnasalahan .· haru.s ditempatkan pada pokok so9l. (stem). Inti
permasalaha~ .. d~la~ butlr soal tersebut harus · dicanfumkan · dalam
rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal, mahasiswa
sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan
jawaban. Persyaratan ini tldak bedaku bagi pengembangan butir · soal
kesl:ls~steraan. ·

Contoh:
Yang kurang baik.
PulauJawa adalah pulau yang ....
A. menghasilkan banyak minyak
B. penduduknya. terpadat
C. dijadikan objek wisata
D. mendapat julukan pulau Perea

Contoh:
Yang lebih ·baik.
Pulau yang· terpadat penduduknya di Indonesia adalah pulau ....
A Sumatera
B. Jawa
C. Kalimantan
D. Sulawesi

Contoh yang kedua lebih baik dari contoh yang pertama karena
membaca pokok soal mahasiswa sudah dapat membuat jawaban
sebelum membaca pilihan A, B, C dan D.

2. Hindaripengular1gan kata~kata yang sama daiam pilihan.


Peniadaan pengulangan kata berarti menyangkut waktu menulis dan
membaca serta menghemat tempat.

78
Contoh:
Yang kurang baik
Penulisan contoh 2 diubah menjadi:
Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia .adalah ....
A. Pl.,l.l~u Sumatera
· B. pulau Jawa
C. pulau Kalimantan
D. pulau Sulawesi .

3. Hindari rumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci


mempermudah pengertian, justru dapat membingungkan dan
mengabtfrkan pengertian; Yang penting rumusan yang baik yang. berisi,
padat, dan jelas :t<mp.a !sata:ckata. :·:~mg~~S!,:

Contoh:
Yang kurang baik.
Kalau butir soal 2 ditambah rumusarmya menjadi:
Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia
rr1eningkatkai1 p~()ciUksi pan~Cir1 adalah pulau ....
·K·su-mafeia· ·· · · ·· ·· · ··· · ·
B. Jawa
C. Kalimantan
D. Sulawesi.

Tambahan kata-kata "sehingga sukar untuk meningkatkan produksi


pangan" membuat psngertian pemyataan menjadi kabur, dan kalimat
yang harus dibaca menjadi lebih panjang.

4 .. Kalau· pokok soal merupakanpernyataan yang be!um lengkap, maka kata


atau kata-kata yang melengkapi horus diletakkan pada ujung pernyataan,
bukan ditengah-tengah kalimat.

79
Contoh:
yang kurang bails
Menurut De Bakey, .... adalah penyebab penyakit R_enyempitan
pembo.luh darah: ---~"·-.
·A cholesterol
B. kelebiha}:l berat
C. merokok
D. tekanari batin

.Contoh: ·.
·xang lebihh!=),ik
~-- Menurut De Bakey, penyakit penyempitan pembuluh. darah. disebabkan
oleh ....
A:' ,cholesterol
S. kelebihan berat .
·c. merokok
D. tekanan batill ·

5. Susunan -. altematif jawaban dibuat .teratur dan sederhana. Cara


menyusun altematif jawaban dibuat berderetdari -atas kebawah. Kalau
· yang dideretkan itu terdiri 'dari satu ·kata, urutan · .ke . bawah ··dibuat
berdasarkan alfabet,
~ _......,_
kalau yang. di~retkan· bll~g;~:~1rl~n
_... ~~h . ~""'

berdasarkan -b~angan, yang ~kit:t_:J:~~ba.ll...Ju~~ atau ~~~n


menurun, atau diurutkan berdasarkan panjang kalimat. -
'":-........-·"'-"'.-'""'-"-' .... "' -~-- ··--""••""""''""'lt·'CJ'<<"'' ~~··""~.,_...._..,._ ...__ - . . . , . . .

6. Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang an~h
atau mentereng. Perlu diingat ~ahwa tes yang dikembangkan bertujuan
untuk mengukur materi pelajaran, kalau materi tersebut tidak
menyangkut perbendaharaan, janganlah mengguna~f! istilah teknik
atau aneh. -~-- ----~-- · .
Contoh:
Yang kurang balk
Apakah kritik utama ahli psikolog~ terhadap
A Tes menimbulkan ~~~.
R Tes selalu disertai cultural bias.
C. Tes hanya mengukur hal-hal yang trivial.
D. Tes tergantung pada kemampuan kognitif guru.

Contoh:
Yang lebih baik
Apakah kritik utama ahll psikologi terhadap tes?
A Tes menimbulkan rasa cemas.
B. Tes sangat tergantung p;;danil~i budayatertentu.
C. Tes mengukur hasilbelajar yang tidak penting.
D. Tes sangat ditentukan oleh pengetahuanguru.

7. Semua pi/ihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai


jawaban yang benar. Ciri khas piHhan ganda dari tes objektif yang lain
adalah pada pilihan ganda semua altematif jawaban ada kemungkinan
sebagai jawaban yang benar, sehingga .mahasiswa terpaksa membaca
dan memikirkan semua pilihan dan menentukan yang mana ya,ng paling
tepat untuk · menjawab pertanyaan ·tersebut. Hindari pengecoh yang
dengan melihat sepintas mahasiswa sudah dapat menentukan pengecoh
tersebut tidak ada sangkutannya dengan pokok soal atau pengecoh
tersebut adalah jawaban yang tidakmasuk akaL

Contoh:
Yang kurang baik
Siapakah di antara nama-nama di bawah ini yang menemukan telepon?
A. Bell
B. Marconi
·c. Morse
D. Pasteur
Yang lebih baik · . · · ·· · ·. · , · .
Siapakah di antara nama-nama di bawah ini yimg menemukan telepon?
.A. -Bell
B. Marconi
C. Morse
D. Edison
8. Hindari keadaandimana Jpwaban V<:Jng benar selal..,·difulis•lebih.panjang
dari jawaban yang salah; Ada kecenderungan mahasiswa · memilih
jawaban yang lebihpanjang dan yang lebjhterincl sebagai jawaban yang
benck ·Oleh karen.a. dtu penulis soal bel\$aha .agar pengecoh · dan
]awaban yang benar qitulis sama panjang dengan rincian yang sama
pula. -

9. Hincjati adanya·petunjuklindikator padajawabanyang benar.

Contoh:.•
.• Yang kurang .baik
Agar air .panas- ·dalam teko tidak ·cepat dingin. -maka teko tersebut
dibungkus deng!'n ··· ·
.A,. kain · v~
B. seng v
C. tembaga ,/
D. timah ,./
Pilihan B, C, dan D termasuk logam, A bukan logam.

Oalam contoh ini A jawaban yang benar, ada petunjuk bahwa A lain dari
3 pilihan berikutnya.

82
Contoh: .
Yang lebih baik
Air panas ~kan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat
dari ....
A. alumunil.lm
B. keramik
c. plastik
D. seng

10. Hindari menggunalsan.pilihan yang ·berbunyi"s~!!2J;L~I!!l!li. at~J~~!lar"


. atau ."tidak. satupun yang di atas benar''. Aaanya pilihan semaeam. ini
sebenamya mengufangi . · jumlah altematif pilihan, karf:ma kalau
mahasiswa . sudah tnertgehal·. satu . ~tau dua di antara erripat plllhan
. . sebagai jawaban pilihan ketiga rriahaSiswa tersebut akan memilih "~mua
yang di atas benar". Hal yang·sama berlaku un4tk
.
"tidak satUptil1·y~mg di4
ata.S benar". ·

11. Gunakqn tiga atau lebih alterncttifpilihan. Kalau hal1ya ada dua· pilihan,
bentuk ini sama dengan bentuk salah:.benar. Dua pilihari berarti
tebakannya tinggi sedangkan kalau lima pilihan faktor tebakan menurun
· yaitu 20 persen. Banyaknya··pilihan yang ·disediakah sangat ditentukan
oleh usia peserta tes dan juga tergantung pada sifat bahp.n yang
disajikan. . ·

12. Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan ·atau kata- kata
yang bermakna tidak tentu, misalnya': kebanyakan, seringkali, kadang-
kadang dan sejenisnya.

Contoh:
Yang kurarig baik
Kebanyakan hewan hidupnya di dalam air, bemafas dengan ....
A. insang ·

83
B. kulit
C. paru-paru
D. insang dan paru-paru

Contoh:
Yang lebih baik
Berudu bemafas dengan ....
A. insang
B. kulit
C. paru-paru
D. insang dan paru-paru;

13. Pokok soal sedapat mungkin dalam pemyataan atau pertanyaan positif.
Jika terpaksa menggunakan pemyataan negatif maka kata negatif
tersebut digarisbawahi atau ditulis tebal.

Contoh:
Yang kurang baik.
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis tidak akan terjadi
tanpa ....
A. udara, tanah, dan air
B. cahaya, ·udara, dan tanah
C. air, cahaya, dan udara
D. tanah, cahaya

Yang lebih baik


Pada semua tumbuhan fotosintesis akan terjadi bila
terdapat ....
A. udara, tanah, dan air
B. cahaya, udara; dan air
C. tanah, cahaya, dan udara
D. tanah, dan cahaya.

84
Semua contoh di atas berlaku pada tipe soal pil.ihan ganda.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan butir soal tipe ini dalam
mengukur hasil belajar, maka digunakan beberapa ragam dari tipe pilihan
ganda.
Ragam tersebut adalah:
a. pilihan ganda biasa
b. pilihan ganda analisis.hubungan antar hal
c. pilihan ganda analisis kasus
d. pilihan ganda kompleks
e. pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik a tau tab~L

Berikut ini adalah uraian singkat tentang masing-masing butir tes di atas.

a. Pilihan Gonda Biasa

Contoh-contoh di atas semuanya mengacu pada variasi pilihan ganda ·


biasa.

b. Pilihan Ganda Analisis Hubungan ~ntar Hal

Butir soal Hubungan Antar Hal terdiri "dari dua pemyataan. Kedua
pemyataan ini dihubungkan oleh kata "SEBAB". Jadi ada dua kemungkinan
hubungan kedua pemyataan tersebut yaitu ada hubungan sebab akibat atau
tidak ada hubungan sebab akibat. Supaya kedua pemyataan ini termasuk
pilihan _ganda maka harus dicari variabel lain yang dapat mengukur
kemampuan mahasiswa. Variabel tersebut adalah kualitas pemyataan yaitu
apakah pemyataan pertama benar atau salah dan apakah pemyataan kedua
benar atau salah. Dengan adanya berbagai hal yang harus dinilai dari dua '
pemyataan tersebut maka dapatlah dikembangkan tes bentuk Hubungan
Antar Hal dengan petunjuk penyelesaian sebagai berikut:

85
Untuk srial~soal berikut ini, pilihlah:
A·. Jika kedua pemyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B.· Jika .· pemyataan .pertama dan kedua benar tetapi tidak menunjukkan
hubungan sebab akibat. . . ·
C. Jika salah satu dari pemyataan tersebut salah.
D. J~ kedua perilya:taansalah.

contoh: · · . . . .. .. .
Frekuensi detak:nadi seOJang·yang baru berlari cepat akan naik.
. - . . . SE8AB
·.Pada waktu Ian cepat denyut Jantung bertambah c~at.

c. · Butir Soot Pilihan Ganda Analisis Kasus

MahasisWa ·dihadapkan pad~ ·su~tu •. kasus.: KaSus •ini disajikan·. dalam


· bentuk ceritera, peristiwa dan sejenisnya. Kepada mahasiswa tersebut
diajukan. beberapa pertanyaan. Setiap pertanyacin dibuat dalam bentuk
Melengkapi Pilihan. .•
Bentuk Tes Analisis Kasus menggunakan petunjuk berikut: Untuk
menjawab butir soal berikut ini ·diSediakan 'satu , kasus. Ahda diminta .
· memahaminya secara cermat, kemudian jawablah soal-soal berikutnya~

Contoh:
"Kadit Lantas Polda ·. Jatim Letkol Pol. Dra. Watie Soemarsono
menjel~kan jumlah kecelakaan lalu lintas · di jatim bulan Januari -
November 1986 sebanyak 7090 kasus atau meningkat 4,87 persen,
dibanding tahun 1985 periode yang sama. Meningkatnya kecelakaan lalu
· lintas itu antara lain karena terhentinya Operasi Zebra menjadi operasi
rutin lalu lintas. Di samping itu pengguna jalan hanya berdisiplin jika ada
petugas".
Kompas, 31 Desember 1986, Halaman XVI

86
Pertanyaan:

1} Meningkatnya kecelakaan lalu lintas di Jatim bukan hanya · disebabkan


oleh terhentinya Operasi Zebra tetapi juga disebabkan ....
A. pengawas lalu Hntas yang tidakpemahkendor
B. volume kendaraan dijalan makin bertambah
C. angkutan yang terlibat dalam pengaturan laiu lintas dikurangi
jumlahnya
D. potensi polisi lalu lintas belum dikerahkan secara maksimal

2) Dalam periode yang sama di tahun 1986 kasus kecelakaan lalu Hntas di
Jatim meningkat 4,87 persen dibandingkan dengan tahun 1985. Dari
data ini
A dapat dibuat kesimpulan bahwa kecelakaan lebih banyak tetjadi
pada tahun 1985 dibandingkan dengan tahun 1986
B. belum dapat dibuat kesimpulan tentang jumlah kecelakaan karena
kasus kecelakaan bulan Desember belum dilaporkan
C. sudah dapat dipastikan bahwa kasus kecelakaan selama tahun 1986
lebih banyakletjadi dari pada tahun 1985
D. tidak dapat dibuat generalisasi karena banyak kasus kecelakaan yang
tidak dilaporkan yang bersangkutan kepada polisi lalu lintas

Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa dari satu kasus dapat dibuat
beberapa pertanyaan dan aspek berpikir yang diukur pada proses
berpikir yang lebih tinggi dari pemahaman.

d. Pilihan Ganda

Bentuk soal Melengkapi Berganda ini biasa disebut Asosiasi Pilihan


Ganda. · Struktur pertanyaan ini sama dengan Melengkapi Pilihan (1).
Perbedaannya adalah, kalau pada Melengkapi Pilihan hanya ada satu
jawaban yang benar a tau paling benar, tetapi pada. Melengkapi Berganda

87
justru..jawabannya yang benar dapat leblh dari satu, mungkin 2 ,3 atau <~.
Jadi p~a ragam ·Melengkapi Berganda diperbolehkan menuliskan keempat
aifernatif .pilihan sebagai jawaban yang benar, tidak ada perigecoh. Dengan
.kata lain j_ikci semua altematif pilihan benar, janganlah dimasukkan pada
ragam Mel~ngkapi · Pilihan · tei:api, harus dimas\,lkkan ke dalam rag am
Melengkapi Berganda. Adapun petunjuk·untuk melengkapi berganda adalah:

UntUk soal berikut pilihlah:


A. Jika (l)dan.{2)benar .
B. Jika (1) dan (3) benar .
C, JiM (2) dan (3) benar
D•. Jika semuanya benar~

Cont9h:: .
Salah .safu vitamin· yang larut dalam lemak .adalah vitamin. A yang
t~patdalam .....
(1) minyak,ikan dan tel\,lr
(2} .bayam ikan dan telur
(3) air susu dan wortel
. . .
e. Pilihan Ganda menggunakan Diagram, G(lmbar, Grafi~ atau Tabel, ·
-·~.~___..,.,.,"';~~----,.~-_,...,......,.........._.,...._...,_.,.,.,--;~-~,,.-,..~.-'.~"-· """'
Bentuk soal ini mirip dengah Ahalisis Kasus balk struktur maupun pola
J>ertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam
bentuk cerib~ra atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram·,. gambar,
grafik atau tabel. ·

88
Contoh: . .
. Tabel 3 di bawah ini menggambcrrkan rata-rata suhu dan curah hujari· di
kotaX. . · ·

...
Udara(°C). Jan Feb -Mar AJ>L Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Suhu udara (OC) 28,9. 29,9 313
o, 29,9 29,1 28,6 27,9 28,1 28,9 28,7 28,4 28,6

Curah hujan 1,p.


.
~.o 23,0 86,0 27,0 0,0 0,0 1,0 2,0 42,0 34,0 8,0
l(inm} .
.

. - ' ' . ~· '

Pertanyaan: Manakah yang benar untuk kota X?


A. Bulan ~ang ferpanas suhu tiC:laranya<adalah bUlan yang sedikit cdtah
· hujaonya ·•· · ·· · ·
B. Setiap bulan selafu turtmhu}an di kota X .
.C. Tetjadi dua kali musim hujan dalarn setahun di kota X
D. Waktu yang paling baik untuk menanam padi .._di kota· X adalah pada
· bulan Juni.

· Tes pilihan berganda dengan semua vanasmya selalu · dapat


menggunakan diagram, gambar,' grafik atau tabel baik sebagai pokok soal
(stem) maupun sebagai altematif' pilihan: Bia5anya butir soal yang
menggunakan diagram, gambar, grafik dan tabel dapat mengukur aspek
proses berpikir yang lebih tinggi dari aspek ingatan.

2. Perbedaan dan per~amaan tes uraian dan tes objektif.

Bila dibandingkan antara tes uraian dan tes objektif, terdapat berbagai '·
perbedaan dan persamaan. Perbandingan kedua bentuk tes tersebut dapat
terlihat pada tabel berikut ini:

89
PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF.
DENGAN TES URAIAN

TES OBJEKTIF TES URAlAN


Taksonomi yang Baik · untuk mengukur . Kurang . balk untuk meng-
.diukur pengetah\la:n ing~tan, ukur ingatan, baik . un~k
pemahamari, aplikasi, & mengukur perriahaman,
analisa, .Kurang tepatuntuk aplikasi, analisa, paling
· rrieng\.,lkur sintesa dan baik · untuk ·. mengUkur
evaluasi: . . slntesa dan evaluasi. .

JUOllah sampel
' .,··?.. . .
. Qapat rnenguk\lr . lebih H~Y~. clapat · menanyakan
banyak sampel pertanyaan beberapa . petf.anyaan se-
sehingga benar~benar hingga kurang . m~akili
mewakili ,materi . y~. materi yang diajarl<an.
c.liajarkan.

Menyusun Perta- Menyusun pertanyaan Menyusun · pertanyaan


~yaan yang baik . sulit dilakukan yang baik sulit tetapi lebih ·
dan m~makan waktu yang mudah dibandingkan. per-
banyak. · tanyaan ·ol;>jektif, - waktu
yang digunakan · cukup
singkat.

Pengolahan Pengolahan objektif, seder- Pengolahan ·sangat subjek-


hana dan ketetapannya tif, sukar, dan ketepatannya
(Reliabilitas) tinggi. (Reliabilitas) rendah.
._

Faktor-faktor yang Hasil kemampuan maha- Hasil kemampuan maha-


·mengganggu hasil siswa dapat terganggu oleh siswa dapat terganggu oleh
pengolahan kemampuan membaca dan kemampuan menulis dan
menerka. mendon en.

90
..TES OBJEKTIF TES lJilAIAN ·

. Menc;lorong mahasiswa un- Mendorong. mahasjswa


~k lebih banyak · meng- untuk _rnengorganisasikan,
ingat, membuat inte.rpretasi ·me.nghubungkan, ·.dan me~
dan menganalisa ide orang nyatakan ·ide sendiri secara
· ·b1iri; -~ · tettulis.
Penyelesaian · tes oleh .. Peny,elesaian t~ oleh
maha5is<A/a dan ·pengolah:- · mahasiswa · dan pengolah- ·
an tes oleh dosan me.mer- an tes oleh dosen inemer-
lukari waktu
singkat lukan waktu yang . cukup
bariyak. ···

91
Beberapa Contoh Butir Soal dalam lingkup Ranah Kognitif

· Berikut ini disajikan senarai contoh butlr soal dalam ranah kognitif,
memuat klasifikasi taksonomi tujuan pendidikan yang dikembangkan oleh
Benyamin S. Bloom, dkk {1956).

1.00 Pengetahuan (KNOWLEDGE)

1.10 Pengetahuan Spesifik.

1.11 Pengetahuan Tentang Tenninologi.


Pemyataan manakah yang paling tepat mendeskripsikan tes ?
A. Alat ukur hasil belajar dalam suatu unit belajar tertentu.
B. Pemyataan atau tugas yang jawabannya dapat dibedakan yang
benar dari yang salah.
C. Pengukuran hasil belajar yang dikuantlvikasikan.
D. Proses pengambilan keputusan yang menggunakan hasil
pengukuran dan tujuan sebagai acuari.
E. Penilaian terhadap proses dan hasil suatu kegiatan belajar tertentu.

1.12. Pengetahuan tentang fakta spesifik.


Pada periode manakah UUD 1945 sepenuhnya tidak berlaku di dalam
wilayah negara Indonesia ?
A. Agustus 1945 - October 1945
B. Oktober 1945- Desember 1949
C. Desember 1949- Agustus 1950
D. Agustus 1950- Juli 1959
Juli 1959- September 1965

1.20 Pengetahuan tentang cara dan alat yang berhubungan dengan hal
yang spesifik.

92
1.21. Pengetahuan tentang konvensi.
Proses pengambilan keputusan dalam sistem demokrasi Pancasila
selalu harus diusahakan melalui ....
A.· merujuk kepada aturanyang berlaku
B. musyawarah untuk mufakat
C. kesepakatan antar fraksi
D. pemungutan suara atau voting
E. kebijaksanaan yang sesuai dengan nilai agama

1.22. Pengetahuan tentang kecenderungan dan urutan;


Bila keb:utuhan akan suatu benda tetap, sedangkan produksi benda
tersebut senantiasa ditingkatkan, maka ada kecenderungan harga ....
A. tetap stabil
B. cenderung turun
C. cenderung naik
D. tergantung penawaran
E. tergantung permintaan

1.23. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori.


Manakah artefak berikut ini yang her~ dari zaman Neolotikum?
A. kapak persegi
B. kapak genggam
C. flake
D. batu Pasemah
E. caodi Dieng

1.24. Pengetahuan tentang kriteria.


Bila ditemukan suatu candi baru yang tidak ada ukuran hiasan pada '
dindingnya, maka dapat ditentukan bahwa candi tersebut berasal dari
masa ....
A. Sriwijaya
B. Mataram pertama
C. Majapahit
D. Singosari
E. Mataram kedua

1.25. Pengetahuan tentangmetodologi.


Cara manakah yang dapat dilakukan untuk mencegah hilangnya
tanah humus dilahaJ1 pertanian< yang miring?
A. Pengairan . ..
B. Penterasan
C. Penghijauan
. D. Penanam~n
·. E, Pemupu~p :

· 1.30. Pengetahuan tentang UniverSal danAbstrak.

1.31. PEmgetahuan tentang prinsip dan generalis~L


·Bila· volume·· gas· konstan, bagaimanakah ·cara untuk menurunkan
tekanan gas tersebut? '
A. Menurunkan temperatumya
· R Me~ikanterriperat\lrnya
C; Meriaikan tempatnya
D. Menurunkan tempatnya
E. Memindahkan tempatnya

1.32. Pengetahuan tentang teori dan struktur.


Jantung manusia pada awalnya terdiri dari dua bilik.
Pengetahuan manakah yang mempelajari hal tersebut?
A. Anatomi komparatif
B. Fisiologi komparatif ·
c. Kla5ifikasi
D. Embriologi
E. Paleontologi

.94
,.

2.00. Pemahaman

2.10. Translasi.
Dalam REPELITA _V program peme,.intah· terutama ditujukan untUk
membangun da{l!rah Indon~ia Bagian Timur. Dengan .demikian
daerah manakah yang. akan rnendapat prioritas dalaiTl pembangunan
sarana perhuburigan dalam tahun 1992?
A Aceh
B. Bali
C.· Kaliman~n Barat
D. Irian Jaya ·
E. Jawa Timur . ·

· 2.20. lnterpretasi.
. Bila- di bagian luar sebuah peti keUhatan jelas ada gambar .payung
·y(lng terkembang maka tindakan _apakah yang harus dilakukan oleh
kuli yang rriengangkat p~ti tersebut? .·
A. Membongkamya hila ada hujan
B. Menyimpannyadi tempat yang teduh
C. Tidak meinbalik peti tersebtit
E.. Memayungi peti tersebut bila dibawa pergi

2.30. Ekstrapolasi.
Dalam bulan Juli_1969 seorang pegawai .golongan Il/a tidak mampu
. membeli sebuah sepeda motor, sedang dalam tahun 1989 rata~rata
pegawai negeri golongan yang sama sudah _dapat membeli sebuah
motor. Dari keriyataan ini dapat diartikan bahwa pegawai negeri ....
A sudah lebih makmur
B. sudah lebih rajin menabung
C. lebih suka berhutahg
D. lebih banyak bepergian
E. perlu diteliti penghasilannya
3"-00 Aplikasi
. . .

Suatu persegi panjang yang luasnya 100 cm2 ,


denganpanjang sisinya ·
. 20 em. Bila kita ingin luasnya tetap sedangkan Jebamya dijadikan 8
em, maka berapa be&arkah panjangnya haros dikalikan? ·
A. 1;250
B: 0;750"
.C. Q,675
D. 0,500
E. 0,375

4.00 Analisis

4.10. AnalisiS elemen.


HADIAHlANGSUNG
urrtuk i>embeli minibus
Suzuki Carry Futura
Velg Racing
+
·Ac
+
Hadiah pilihan
(Adv. Kompas, hal. 9, tanggal 6 Juni 1992)

Manakah pemyataan berikut ini yang paling tepat, yang menggam-


barkan target pembeli yang ingin dicapai oleh advertensi tersebut?
Calon pembeliyang ....
A. mengharapkan mendapat hadiah .
B. menyukai Futura dengan Velg racing
C. menyukai kendaraan ber-AC
D. menyukai dapat memilih hadiah
E. menyenangi kendaraan Suzuki dengan Velg racing dan ber.,.AC

96·.
4.20. Analisis hubungan.

1. "Untuk membangun, Indonesia harus menentukanurutan prioritas


lebih dahulu. Ada.berbagai fa.ktor yang dipakai untuk menentukan
skala prioritas tersebut, kata Soedrajad di hadapan sekitar 1000
mahasiswa Kupang. "Tentu saja kondisi objektif masyarakat yang
dipakai sebagai acuan. Bahkan dalam hal-hal tertentu, kondisi
objektif itu mungkin harus diciptakan", tambahnya. (Kompas,
halaman 2, tanggal6 Juni 1992).
Pemyataan manakah yang' palin~r tepat menggambarkan
kesimpulan wacana di atas?
A. Skala prioritas menentukan keterlaksanaan suatu
pembangunan
8, Kondisi objektif · masyarakat berperan penting dalam
menentukan prioritas pembangunan
C. Kondisi objektif masyarakat dapat diciptakan
D. Penciptaan kondisi objektif masyarakat merupakan keharusan
da[am pembangunan
E.. Pembangunan, skala prioritas, dan kondisi objektifmasyarakat
merupakan satu kesatuan.

Perhatikan tabel berikut:

Income keluarga/th Persentase tidak


mendapat perawatan
dokter
< juta 47%
1.2- 3juta 40%
3- Sjuta 33%
5- 10 juta 24%
> juta 14%

97
Nyafakan benar atau saiahnya pemyataan ini.
1. Keluarga yang berpenghasilan besar merniliki uang cukup
untuk rnernbayar dokter.
2. Sernua keluarga yang membutuhkan perawatan dokter dapat
mernperolehnya
3. Keluarga yang· berpenghasilan kecil tidak mernbayar biaya
pengobatan
4. Keluarga yang berpenghasilan kecil tidak rnemperoleh
perawatan dokter yang dibutuhkannya
5. Keluarga ya.ng berpenghasilan besar lebih banyak sakit
daripada keluarga yang.berpenghasilan kecil
6. Kelua.rga yang berpenghasilan besar rnernperoleh perawatan ·
dokter lebih banyakdari yang dibutuhkannya.

4.30, Analisis prinsip pengorganisasian.


Makan merupakan kebutuhan primer manusia. Tanpa makan rnanusia
tidak akan. marnpu mempertahankan hidupnya. Tetapi dibandingkan
dengan bemapas, rnakan rnasih lebih rendah · kedudukan esensialnya
untuk rnempertahankan kehidupan manusia. Orang dapat bertahan
hidup tanpa makan dalarn beberapa hari. T etapi tanpa bemapas
seseorang hanya dapat bertahan hidup beberapa rnEmit. Jadi makan
rnemang rnerupakan · kebutuhan primer manusia, tetapi urutan
prioritasnya rnasih lebih rendah dari bernapas.
(Wacana ini merupakan rekaan penulis).

Dilihat dari pengorganisasiannya, wacana di atas merupakan paragraf


yang .....
A. lengkap dan tersusun baik
B. kurang kalimat kesirnpulan
C. kekurangan kalimat pokok
D. tidaklengkap
E. tidak rnemenuhi persyaratan

98
s.oo Sintesif':
5.10. Memproduksl komunikasikhas. .
· Tulislah sebuah karangan pendek (tidak lebih dari setengah halam~m)
yang mengemukakan .salahsatu pengalaman nyata Anda yang sangat
. menakutkan~

5.20. Memproduksi suatu rencana atau pengajuan suatu perangkat operasi.


Penduduk }<otaXdalarn.tahun 1989 sebanyak100;000··orang; dalam
tahun _1992 . men)adi. 110.000· orang. Laju perb.unbuhan •penduduk
dalam 20 tahun yang akan. datang diperkirakan. akan stabil, karena
ada program· transmigrasi pengusaha kecil. Sekarang kota tersebut
mempunydi jalan raya sepanjang so km. dan kendaraan roda empat
sebanyak lOOO·buah. Susunlah ~buah rencana pemb~ngurian jalan
raya di .kota X; sehingga dalam dua puluh ta}\un yang al<:an datang
m~sih terasa nyaman bepergian w,alaupuh dalarn waktu $tbuk~ ·Uraian
Anda. hEmdaknya mengemukakan alcisan yang. rriencukupi untuk
mendukung rencana Anda:
I

5.30, Menarik atau inemproduksiseperangkat hubungan abstrak..


Dua orang anak (A dan B) diberikan uang masing-masing Rp 500,00.
Bila kedua .anak tersebut tetaJi· tinggal• di desanya, maka A akan habts
uangnya dal.am waktu 2 hari. Tetapi, hila kedua anak tersebut diajak
ke kota, maka keduanya akan menghabiskan uangnya dalam waktu
satu hari. ,·
Hipotesi~ • rria~kah · yang paling l6gis dapat •menjelaskan gejala
tersebutdi atas?
A A lebih hernat dari B
B. B lebih hemat dari A
C. Di desa lebih sedikit yang dapat dibeli dari di kota
D. Di desa kurangbanyak barang yang"dtsukai A
E. Kota menawarkan barang yang beragam

99
6;00 Evaluasi

6.10. Penil(iian· (Penimbangan) berdasarkan kriteria internaL


.Beril~an satu permasala~an(problem), tentukan satu konkl~i logis dan
, Isemudian. berikan penilruan (pertiJ;nbangan) sejauh mana terdapat
ketepatan logis setiap pemyataan bila ·dihubungkan dengan konklusi
·1adi.
9o.ntoh.:
P~hatil<anlah 5Qal berikut inL
Penyakifyang.paling serius di Indonesia sekarang adalah .,~ .
A kanker ·
]3" sakitjiwa "
.. C, sakttjantung
;.[). ·influenza

Berilah penilai(itf Anda terhadap butir soal dt atas apakah tergolong


sebagai butir soal yang baik, .sedang (itau kurang. Berilah alasan atas
penilaian Anda tersebut dcin;gan cara .rnemberikan kriteria .yang Anda
gunakan untuk menilai butir soal tersebut.

6.20. Penilaian berdasarka~ kriteria ekstemal


1

Saatu PeJUsahan ..akan.: mendirikan suatu padang golf guna


· mendukung :. program peningkatan turisme di Indonesia. Bila
.. dihll,bungkan dengan •· .pembangunan nasional· harus diusahakan
sebesar-besamya meningkatkan keSejahteraan · rakyat, maka
perusahqan tersebut da~tdikatakan akan berhasil bila ....
A. berhasil membuat padang golf yang mememihi ktiteria ·Ihtema-
sional
B. dapat meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara mengunjungi
Indonesia .
C. memberikan ganti rugi yang layak bagi pemilik tanah yang
digunakan untUk padang golf t~but

100
- -

D.- mampu memberi keuntungan yang layakbagi perigusaha


- E. pengusaha dapat lebih mengembangkan petusahaannya -

E. Konstruksi lnstrumen Non.;.te_s


. : .- '··. ·, . . . - - ...

Di atastelah{dibic~ia:kan duabentuk butir soal- (tes)' yaitu butir soal


U.raian dan behtuk butirsoal objektif. Kedua bentuk butir soal t~rsebut _
·- dima~~~~~-!ll'l!Uk:£i'?.f_i~f.1~ ~ci~~ Jl'!ah~!SW;a g~11a _Jl!elllp~~<?Ieh_Jn~9tmasi
1 tentang hasil belajar mereka, Informasi tentang hasil belajar mahasiswa tidak
_ hanya dc;ipat diperoleh melalui tes, tetapi dapat juga. cliperoleh melalui alat
pEmgukuran bukan tes seperti pedom~n observasi, skala sikap, daftar cek,
catatan · anekdotal, dan jaringan -sosiometrik. Berikut -ini_ akan -dibicarakan
penggunaan alat.,alat pengukuran seperti itu, tetutama yang b~r sekali
kemungkinannya: -untuk diterapkan_ dalam- _pengukuran- hasil belajar
mahasiswa.
Pedoman ob~ervasi baik·untuk kerja lapangan- maupun untuk kerja di
laboratorium --. sangclt >- banyak - kegunaannya -bagi p~ngukuran kebemasilan
belajar-mahasiswa, terutama l:lasil belajar- :yang mengutamakan penampilan _ -
kemampuan- atau· keterampilan dalam perididikan- profesional. Karena pada
umumnya- kebanyaka,rr hasil belajar yang-bersifat keterampilan sukar diukur
dEmgan tes, -maka _digunakan teknik pengukuran lain yang dapat memberi
-informasi yang lebih aku;at. - -- - ·
Aiat ukur urituk memperoleh informasi hasil belajar non-'tes terutama
digunakan untuk mengukur perubahan tingkc~h laku yang -berkenaan dengan
ranah- kognitif, afek1jf, maupun psikomotor terutama _yang berhubungan
dengan apa yang dapat dibuat a tau- dikerjakan oleh peserta- didik Eiaripada
apa yang diketahui atau dipaharl1inya. Dengan kata lain alat pengukurah
seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati
daripada pengetahuan -dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati
dengan indera. Di samping_ itu; alat ukur seperti ini memang merupakan satu -
kesatuan dengan alat ukur tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur

101
apa yang diketahui, dipahami, ·diapiikasikan .atau yang dapat dikuasai oleh
peserta didik dalam tingkatan proses mentaL yang lebih tinggi. Tetapi belum
ada jaminan bahwa yang mereka miliki dalam kemampuan mental itu dapat
didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa
alat ukur lain yang dapat memeriksa kemampuan atau penampilan tentang
apa yang telah diketahui dan dimiliki dalam tindakan sehari-hari. Jadi alat
f

ukur non-tes merupakan bagian ·keseiuruhan dari alat ukur hasH belajar
peserta didik.
Alatukur keberhasilan belajar non~tes yang umumdigunakan, yaitu:
1. Participation. Charts atau bagan. partisipasi
2. Check Ustsatau daftarcek
3. "Rating Scale" atau skala lajuan.
4. Attitude Scales atau skala sikap

Keempat alat ukur ini mempunyai karakteristik yang sama, yaitu yang
memberi respons a tau yang mengisi alat ukur itu adalah penilaL Karena itu
periu diusahakan untllk mencari teknik yang memungkinkan bias pribadi
pengamat a tau pencatat dapat ditiadakan atau· dikurangi sampai pada. tahap
minimal dalam ·melakukan tugasnya. Untuk. mengurangi kemungkinan bias
tersebut maka beberapa saran ber1kut ini akan dapat membantu agar
informasi ·yang diperoleh lebih sahih:

1. Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati. Perencanaan ini


amat penting kar~ma pengalaman menunjukkan bahwa ketika terjadi
pengamatan, si pengamaf sangat mudah tertarik pada hal-hal yang
remeh bila hal tersebut menarik perhatiannya. Dalam perencanaan
itupun acapkali terjadi kesukaran untuk menentukan tingkah laku yang
akan diamati, yaitu tingkah laku yang paling besar kontribusinya untuk
menjelaskan hasil belajar mahasiswa. Untuk mengatasi kesukaran ini
maka pada waktu merencanakan alat observasi harus senantiasa diingat
tujuan observasi dan keberartian tingkah laku yang akan diamati itu
· dalam kerangka pengukuran hasil belajar.

102
Harus disadari kemungkinan teijadinya kesalahan sampel. Katakanlah
bila kita mengamati seseorang di pagi hari kemungkinan besar akan
menghasilkan informasi yang .lain sama sekaH bila kita mengamatinya di
sore hari.
3. Setiap hasil observasi harus segera ditulis laporannya segera setelah
observasi dilakukan. Penulisan laporan dengan segera akan mengurangi
penyimpangan ·dari kenyataanf\ya, .kar~ma ingatan pengamat akan
mudah sekali terkontaminasi oleh hal-hal lain yang kita amati setelah
observasi.
4. lnterpretasi harus dilakukan setelah pengamat mengendapkan ifl.formasi
yang telah diperoleh melalui observasi, interpretasi ha",;ls dilandasi
kriteria yang sudah disepakati, sehingga il1terpretasi tidak menjadi terlalu
subjektif.
5. Suatu latihan diperlukan pada saat petugas lapangan menggunakan
perangkat instrumen non-tes. Latihan ini bertujuan untuk menyamakan
persepsi tentang perangkat instrumen tersebut.

1. Participation Charts (Bagan Partisipasi)

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam · suatu proses belajar
mengajar. ialah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan
belajar mengajar tersebut. Jadi keikutsertaan tersebut selain merupakan salah
sq.tu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang
sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan mengenai suatu
isi pelajaran tertentu, juga dimaksudkan untuk menjadikan proses beiajar
mengajar sebagai ahat merlingkatkan percaya diri, harga diri, dan lain-lain.
Untuk itulah maka keikutsertaan secara suka rela (participation) sudah
merupakan tujuan proses belajar mengajar.
Dengan demikian keikutsertaan peserta didik daiam suatu proses belajar
mengajar harus diukur, karena ia memiliki informasi yang kaya sekali tentang
hasil belajar yang bersifat non-kognitif. Kemauan untuk berpartisipasi dan
keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar, baik yang terstruktur maupun

103
.yang kurang terstruktur, merupalsan ~alah satu indikasi teritang keterHbatan
peserta dfdik dalam kegiatan belajar a tau kemampuan: peserta didik untuk
meny~uaikan -diri dengan • kelompoknya a tau p£nerimaan · peserta didik
tertentu datam kelompok tertentu. _
. Sung~hpun participation chart l?elum·dapat memberi informasi tentang
alasan seseorahg 'untuk ikut serta .- dafam suatu kegiatan, tetapi pola
keikutse$a~ dalam akti:v:itas -sudah dapat menjelaskan suatu. hasil · belajar
~~cang penting yang bersifat non-kognitif, yang lebih . bersifat · afektif yaitu
- kehendak 1,.mtuk. ikut serta. .

P<~rticipation Charts inL t~rutama· berguna untuk:mengamati kegiatan '


disk1.,1si -kelas. Salah satu bentuk participation charts tersebut aqalah sebagai
t·-- -
t.......;;;.:t.
Ut:IU\U_,_.... '·
__ _,

.
104
PARTICIPATiON CHARTS

Fakultas
Jurusan
Mata Kuliah:
Topik
Tanggal
Waktu
Tujuan:

Kualitas Kontribusi *)
No Nama*~) Sangat
Penting Meragukan
Tidak
Berarti · Relevan
1 AanAbdullah 1m III - -
2 Budi Santosa II n I I
3 Cucu Juariah m III - -
4 Dedeh Sutriah I II - II
5 Endang Kastono m - I u
6 Faisal Harahap I - m II
7 Gugun Gumila - II - -
8 Hani Fadilah I n - -
9 Ibrahim nn I - I
10 Joko Daryanto II m - -
J

*) Sangat berarti = mengemukakan gagasan baru yang penting dalam diskusi


Penting m{mgemukakan alasan-alasan penting da!am pendapatnya
Meragukan pendapat yang tak didukung oleh data atau informasi lebih lanjut
Tidak relevan = gagasan yang diajukan tidak relevan .dengan masalah yang
didiskusikan
**) Nama dan hasil tally adalah hasil rekaan

105
Frekuensi parlisipasi dalam kegiatan telah. memberikan berbagai
informasi yang berguna untuk penilaian hasil belajar. Tentu saja
"participation charts" saja belumlah cukup untuk dapat menarik kesimpulan
yang memadai. Karena itu maka instrumen ini haruslah dipakai bersama-
sama dengan instrumen lain, seperti tes, atau "rating scale", atau "attitude
scales".

2. Check Lists

Check List pada dasamya mempunyai kemiripan bentuk dengan rating


scale. Perbedaannya ·ialah dalam esensi dan penggunaannya. Dalam rating
f$Cale esensinya ialah untuk menentukan derajat atau peringkat dari sua!}l
unsur, komponen, trait,. karakteristik, atau orang, baikdalam bandingannya
dengan. suatu kriteria . tertentu. maupun dibandingkan dengan .. anggota
kelompok ·.yang lain.· Sedangkan check list, esensinya ialah untuk
menyatakan ada atau tidak adanya suatu · unsu!i komponen, trait,
karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atao satu kesatuan
yang kompleks.
Jadi dalam check list pengamat hanya dapat menyatakan ada atau tidak
adanya suatu hal .yang sedang diamati, bukan memberi' peringkat atau
derajat kualitas ·hal tersebut.
Check list sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik yang
berupa produk maupun prosedur atau proses yang dapat dirind ke dalam
komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan
atau sangat spesifik. Check list yang digunakan untuk mengamati suatu hasil
belajar yang tidak terinci secara jelas dan tidak terdefinisi secara baik tidak
terlalu bermanfaat untuk dijadikan sebagai alatukur.
Suatu ·check list makin besar manfaatnya hila tersusun dari komponen
yang lengkap. Jadi berbeda dengan watak dari alat ukur lainnya, check list
justru menghendaki . dicantumkannya $eiDU?\ komponen yang mungkin
diamati, baik komponen penting. atau komponen yang remeh (trivial).

106
Bagaimanapun remehnya suatu komponen, tetap .akan
sumbangan yang berarti bagi keutuhan keseluruhan yang sedang diamati.
Tentu saja jumlah komponen yang .dimasukkan ke dalam check masih
tetap dibatasi cleh waktu yang tersedia untuk mengamati dan kemampuan
pengamat untuk memperhatikan komponen yang dicantumkan dalam ·. daftar
tersebut.
Check list terdiri dari dua, yaitu komponen yang akan diamati tanda
yang menyatakan. ada atau tidak adanya komponen tersebut dalam
observasi. Untuk jelasnya, satu contoh berikut ini merupakan check list untuk
mengukur kemampuan hubungan interpersonal murid di sekolah dasar kelas
1 (satu) dan 2 (dua). · ·

Petunjuk: Berilah tanda cek (V) di tempat yang telah disediakan dalam tabel
berikut, untuk setiap pemyataan yang disajikan.

No Aspek yang diamati Cek


1 Memperlihatkan keinginan untuk menyenangkan guru atau
orang dewasa ..... .
2 Menyatakan rasa gembira secara lisan ..... .
3 Menyatakan rasa sedih secara Hsan ..... .
·4 Memperlihatkan sikap sedih ..... .
5 Memperlihatkan sikap gembira ..... .
6 Meniru tingkah laku orang dewasa ..... .
7 Meniru tindakan orang dewasa yang lebih kompleks ..... .
8 Meniru kata-kata atau frasa orang dewasa I ..... .
9 Menyapa orang lain dengan panggilan tepat (misalnya Pak, ~
Bu, Ternan) ...... .
10 Mengenal orang lain dengan menyebut ciri khasnya (bukan
nama)
11 Tertawa atau senyum pada situasi yang tepat I ..... .
12 Mengucapkan selamat kepada orang lain yang berbahagia i ..... .

107
No Aspek yang diamati Cek
13 Mengucapkan rasa simpati kepada orang lain yang mendapat
kemalangan
14 Memulai pembicaraan kepada orang lain dengan topik yang
disenangi orang lain itu /
15 Memberi ucapan selamat kepada anggota keluarga yang ulang
tahun
16 Menunjukkan sikap ·Iebih menyenangi beberapa temap dari
pada ternan lain
17 Lebih senang bergaul dengan ternan yang berlainan kelamin
18 Mempunyai seorang atau beberapa orang ternan yang
dianggap paling akrab
19 Nemiliki kelompok ternan yang tetap

Contoh di atas merupakan ·suatu check list yang keseluruhannya


berindikasi positif. Artinya makin banyak komponen itu ada, makin baik
hubungan interpersonal yang dimiliki oleh peserta didik yang diamati.
Kekuatan check list. ialah ia sangat fleksibel untuk mencek kemampuan
untuk semua jenis dan tingkathasil belajar. Ia dapat digunakan untuk semua
mata pelajaran. Namun mutu ·check list yang digunakaiT akan sangat
tergantung dari kejelasan kompon~n yang dinyatakan dalam daftar,
keutuhan komponen itu sebagai bagian menyeluruh dari kemampuan yang
diukur, dan kemampuan pengamat ·untuk menandai ada atau tidak
komponen tersebut. Bahkan hanya dengan suatu daftar cek yang singkat
saja, sudah diambil kesimpulan untuk suatu karakteristik atau trait tertentu.
Misalnya, suatu daftar cek (check list) yang dikembangkan oleh Mehren dan
Lehmann (1969) untuk mengukur penyesuaian diri dan penyesuaian sosial
untuk peserta didik SD hanya terdiri dari 9 komponen. Tetapi acapkali juga
daftar cek terdiri dari suatu daftar yang panjang. Misalnya daftar cek (Check
List) yang disusun oleh Ralph W. Tyler untuk menguji keterampiian
menggunakan mikroskop. Check List tersebut terdiri dari 83 butir komponen.

108
.·. ·. b(bawah tnt~altar. cek untuk ·mefte~kan kualitas kegiatan kelompok
'(iatam!satu perco\>aan kimia. .. 7
r. •w' .

. Unttlk m~n~liti . pengaruh arus·listrik terhadap.suatu larutan· garam, satu


.· ~et alat praktikum disusun seperti tercantum dalam diagram di bawah-ini:
Kepada 10 !11Hatutan garam yang akan diteliti: ditambahkan-0,5 ·mllatutan
kanj{ dan tig~ jetes Jarutan .Fenolftalein. Campuran larutan ini dimasukkan
dalarn. telepa Petrie· sehingga; kertits saring yang terdapat didatamnya basah
seluruhnya. Alirkan anisJiStrik dan amati apayang t~adi. ·
Uraikarl dengan telitt dan .tepat _ pengamatannya dan berikan
penjelasannya mengapa demikian. Kemung)illlan larutan garam apakah itu
dan bagaimal)a rumusnya. Tes apa sajakah ·yang mungkin Anda lakukan
untuk men~tukan ion~ion dalam larutan itu? .
S.8rai
,.-----..,.----,! f-ft----~----,

Kertas sarnla.,_-,
. EJektroda

,___ Jepit bergerigi


' - - - - Telepa Petrie

Alat:-alat: ~
1. Baterai dengari tempatnya 6. Telepa Petrie (1) ·
2. Tombol 7. Gelas Piala (1)
3. Kabel 8. Pengaduk (1)
4. Jepit bergerigi 9. Kertas saring (1) .
5. KaYJatNi-Cr

109
FORMAT OBSERVASI

1. . Apakah mereka membaca petunjuk dengan baik sebelum


melakukan praktikum?

Apakah mereka melakukan:


a. pemeriksaan terhadap semua alat yang tersedia? · D
b. pemeriksaan terhadap larutan_yang·disediakan? D
c. pemeriksaan terhadap samhungan baterai (sumber arus). D
3. Apakah semua anggota kelompokikut serta dalam diskusi? D
4. Apakahhal-hal berikut menjadi bahan di$kusi:
.a. Di dalam larutan garam terdapat ion positif (Kation) dan ion D .
negatif (Anion).
b. Ion positif dapat dipisahkan dari ion negatif lewat peristiwa
elektrolisa.
c. Ion positif akan dinetralisir menjadi logam (direduksikan) o·
pada kutub negatif (katoda)
d. Ion negatif akan dinetralisir.menjadi sisa asam (dioksidakan) · D
padclkutub positif (anoda).
e. Bahan baru akan terbentuk dari larutan garam. D
f. Fenolftalein adalah indikator yang
larutan yang bersifat asam atau basa.

5. Apakah kelompok melakukan kegiatan berikut:


a. Menyusun alat percobaan sesuai dengan petunjuk. D
b. Mengukur volume larutan garam yang diperlukan dengan D
menggunakan geias ukur.
c. Mengukur volume larutan menggunakan cara-cara yang D
tepat

110
d. Mengukur volume larutan kanji menggunakan gelas ukur. 0
e. Mencampur, larutan garam Fenolftalein dan larutan kanji
dicampur dalam gelas piala.
f. Mengaduk larutan menggunakan gelas .pengaduk.
g. Pada saat melakukan elektroUsa, mula-mula menggunakan
tegangan rendah kemudian tegangannya ditinggikan.
Menggunakan gela5 pengaduk pada waktu menuangkan D
Iarutan dari gelas piala ke telepa Petrie.

5. Apakah kelompok dapat menjelaskan:


a. Pada katoda:
(i) perubahan larutan tak berwama menjadi berwama 0
merah.
(ii) timbulnya gas (tidak berwama dan tidak berbau). 0
b. Pada anoda:
Perubahan larutan tak , berwama menjadi berwama 0
biru/ungu.
c. Timbulnya gas yang tidak berwama pada katoda. D
d; Perubahan larutan tak berwama pada anoda menjadi D
biru/ungu.
e. Perubahan kecepatan reaksi jika tegangan dinaikkan.
f. Larutan garam yang terbentuk.
g. Reaksi nyala pada ion natrium dan pada ion
natrium berwama kuning, ion kalium berwama ungu).
h. Reaksi garam dengan ion perak atau ion
endapa11 berwama kuning.

3. Rating scale (Skala Lajuan)

Yang dimaksud dengan "rating scale" ialah alat pengukuran non-tes


yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi

111
tentang sesuatu yang diobservasi, yang meny~takan posisi sesuatu dillam
hubungannya dengan yang lain. Biasanya rating scale berisikan seperangkat
pemyataan tentang karakteristik atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur
beserta pasangannya yang berbentuk semacam cara menilai yang
menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki oleh sesuatu
yang diukur tersebut. Jadi suatu rating scale terdiri dari:- dua bagian utama,
yaitu: (1) adanya pemyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaan
dari suatu unsur atau karakteristik tertentu, dan (2) adanya semacam
petunjuk penilaian tentang pemyataan tersebut. Komponen ini mirip dengan
tes· objektif, yaitu adanya stem· dan option. ·Misalnya,. Alex lnkeles. dalam
kegiatan penelitiannya mengenai ·manusia modem (Becoming Modem)
menggunakan format tes melengkapi pilihan di. mana pokok soal diiringi
dengan 3. pilihan.
Setiap pasang pemyataan dan. penilaian itu dapat dianggap sebagai
sebutir soal dalam rating scale tersebut.
Ada beberapa tipe rating scale, yaitu:
a. Numerical rating scale.
b. . Descriptive graphic rating scale.
c. Ranking methods rating scale.
d. Paired comparisons rating scale

a. Numerical Rating Scale

Tipe rating scale ini dianggap yang paling sederhana dan


pengadministrasiannya. Komponen numerical rating scale adalah pemyataan
tentang suatu karakteristik atau kualitas tertentu dari sesuatu yang akan
diukur keberadaannya, yang diikutl oleh angka yang menunjukkan kuaHtas
keberadaan itu. Untuk setiap numerical rating scale seperti itu, petunjuk
pengerjaannya harus jelas, terutama bila pengadministrasian rating scale itu
dilakukan oleh peserta didik yang akan·diukur hasil belajamya. Misalnya:

112
Petunjuk: Nyatakanlah tingkatan setiap pemyataan atau jawaban pertanyaan
berikut ini dengan cara meUngkari salah satu angka yang ada di
depan pemyataan atau pertanyaan tersebut. Angka-angka itu
mengandung makna:
1 = tidak memuaskan
2 = di bawah rata-rata
3 = rata-rata
4 · = di atas rata-rata
5 sempuma

1. Berapa aktifkah peserta didikberpartisipasi dalam kegiatan


kelas? 12345
2. Bagaimanakahjalinan hubunganbaik antara peserta didik
dengan kelompoknya? 12345
3. Sejauh manakah partisipasi peserta didik.dalam diskusi
kelas? 12345

Pengembangan numerical rating scale hendaknya mempe~:hatikan


prinsip-'prinsip berikut:
1) Jumlah butir pemyataan atau pertanyaan haruslah terbatas, dalam arti
tidak boleh. terlalu banyak, tetapi ·tetap clapat memberi gambaran
utuh dari keseluruhan hal yang ingin diukur. Dengan demikian harus
dilakukan pemilihan sampel yang cukup representatif. Dalam setiap
pengembangan rating scale, selalu harus dimulai dengan merinci suatu
tugas atau prosedur atau hasH yang akan diukur kedalam komponen-
komponen. kecil_, Secara jelas keseluruhan komponen itu harus ditata
kembali s~hingga membentuk keseluruhan yang akan diukur. Barulah
setelah itu dilakukan pemiHhan komponen yang akan digunakan dalam '
rating scale.
2) Angka untuk seperangkat rating scale tertentu haruslah mempunyai arti
yang sama. Misalnya dalam satu perangkat rating scale bila sekali
digunakan angka 1 (satu) bermakna kurang atau tidak ada, maka untuk

113
. keseluruhan tating ·scale, itu digunakan ·arti yang sama. Jarigan ·samp~i
terjadi dalain satti butir pemyataan 1 (satu) berarti·tideik ada, dan dalam
pemyataan lain 1 (satu) berarti sangat baik.
3) ·. Jumlah kategori angka yang digunakan supaya dit1sahakan cukup.
beirilakna; tetapi tidak terlalu renik set)ihgga tidak jEdas lagi 'perbedaan
alii satu angka. ·deng~m. angka lainnya. Sebagai, pato~n hendaknya
kategoriSasi angka yang digunakan itutidak m~ebihF7 (tujuh) kategori,
Peinbagian sampai dengan tujuh itu maSih,dapat dibedakcm sec;arajelas
arti satu 'angka dari angka lainnya; ·Misalnya: l = hatnpir'tidak ada; 2 =
=
kurang; 3 ~ ·di bawah rata-rata; 4 rata-rata; 5 = di atas rata-rata; 6 ~
cukup ; 7 = sem'puma. Bila leblh dari h!juh kategbri dapat menimbulkan
··keh_ingungim bagi orang yang.akan memberi penilaian. Tetapijuga harus
diingat angka itu· tidak jtiga· terlalu kasar; mi$alnya hariya terdiri dari 2
·(dll:a) kategorL Bila akan inenyatakari dua kategorl, maka sebaiknya
tidak menggunakan rating scale, ·tetapi gun~ ..check list". . ·
· 4) Setiap perriyataan atau pertanyaan hendaknya hanya men~kur satu ·
karakteristik atau satu komponen. Karakteristik yang .dipilih hendaknya
·yang pen1ing dalam keseluruhan bagian yang akan diukur itu. Jadi tak
usah memasukkan karakteristik a tau komponen' yang' remeh dalam. suatu
rating scale~
5) Bila rating scale itu akan mengukur suatu prosedur, inaka sebaiknya
pertanyaa:n atau pemyataan disusun secara urut berdasarkan urutan
pelaksanaan prosedur. ·.
6) ~ila rating scale·akan mengukur suatu hasil, maka komponen rating scale
disusun menurut
. ,
urutan dari mudah diamati ke, yangJebih sukar diamati.
-

Berikut ·ini salah satu contoh rating scale untuk mengukur kemampuan
menuliS peserta didik kelas satu SO. Rating scale ini digunakan untuk ·
mengukur prosedur dan hasil tuliSan tangan.

114
No Aspek yang diukur 1 2 3 4 5
1 Cara memegang pensil
2 Posisi duduk waktu menulis '
I
'
3 Posisi tangan terhadap kertas I

4 Letak kertas yang akan ditulis


5 Jarak mata dari kertas/meja
6 Bentuk huruf
7 Cara merangkai huruf *)
8 Kejelasan tulisan
9 Keindahan tulisan
10 Kebenaran tulisan
Keterangan: *) tidak berlaku bila tulisan gaya manuskrip.
1 = tidak memuaskan
2 = di bawah rata-rata
3 = rata-rata
4 = di atas rata-rata
5 = sempuma
Tandailah dengan cara memberi tanda cek (V).

Rating scale seperti dicontohkan di atas tentu dapat disusun dengan iebih
merind lagi aspek yang diukur bila dikehendaki pengukuran yang lebih teliti.
Tetapi juga harus diperhatikan bahwa rating scale yang terlalu rind akan
membutuhkan waktu untuk menyusun alat ukumya. Untuk pengukuran yang
akan digunakan oleh guru dalam mengobservasi kegiatan yang mencakup
prosedur dan hasH kegiatan hendaknya guru menyusun alat ukur yang cukup
sederhana, tetapi roompunyai validitas dan reliabilitas yang dapat
diandalkan.
Di bawah ini dicantumkan 2 contoh penggunaan "numerical rating scale 1'
dalam format observasi pelaksanaan:
1. Praktek Mengajar (PPUPKM)
2. Praktikum Kimia (titrasi)

115
... : .. . .
Kedua contoh initidak mencantumkan ~mua kegiatan mulai dari tahap
persia})a,n sampai dengan tahap .akhir kegiatan (penilaian/umpan ·balik)
_tetapi :hanya mengambil tahap tertentu.

l. PraktekMengajiir - 7
:

a. Dalam _persiapan ·mengajar calon c9\lru tercanh!m _upaya menyusun· .


langkah·langkah mengajar. lnsfruktur/do5en yang akan memberi nilar
pada persiai>an yang dibuat oleh calon-,guru ~but menggunakan
format obseivQSi berikut. · ··
.. .
. __
- Menyusun 1angkah4angkah
.
menaaJar

Penjelasan: ~g~h-:langkah mengiijar (pend~huluan, kegiatan inti,


· dim penutup} hendaknya memEn1uhi lmtena berikut:
· a. Sesuai dengan tujuan
.b. Sesuai der:tgan materi-ya.Jlg.akan diajar}<an.
c. Sesuai dengan perkembangan anak
d; Se5uai q~ngc;1n wa~tu YanS tersedia
e.Sesu~i derigan sarana yangtersedia
f. Sesu.ai deng~n lingkungan
!3· Sistematis
h. Mernungkinkan keterlibatan siswa.

Skala Penilaian '; Penjelasan


Dalam rencana pembelajaran:
1 Tidak satu deskriptor pun tampak,
2 Satu sampai dua deskriptor tampak, ·
3 Tlga sampai empat deskriptor tampak,
4 Lima sampai e~atn deskriptor tampak,
Atau
5 Tujuh sampai delapan deskriptor tampak.

116
b. Pada waktu prakt~k mengajar, calon guru harus mengakhiri
pembelajaran. Instruktur/dosen yang menilai pelaksanaan
pembelajaran tersebut dapat menggunakan format observasi berikut:

Mengakhiri pembelajaran dalam satu periemuan

Penjelasan: Kep1ampuan guru mengakhiri pembelajaran dapat


dilakukan•·dengan cara merangkum, meringkas, mereviu
(meninjau ulang), dan seba~ainya. Kegiatan
menutup/mengakhiri pembelajaran dapat terjadi
beberapa kali pada akhir pembahasan setiap topik.

· Skala Penilaian Penjelasan


1 Tid~ ada· kegiatan merangkum, meringkas
atau meninjau ulang.
2 Ada kegiatan merangkum, meringkas atau
meninjau ulang tetapi tidak lengkap.
3 Ada kegiatan merangkum, meringkas atau
meninjau ulang secara lengkap yang
dilakukan oleh guru saja.
4 Kegiatan merangkum, meringkas atau
meninjau ulang dilakukan oleh guru
melibatkan
5 I
~----~----~~==~====~~~~~~~!
Dengan dicantumkannya penjelasan (kriteria) untuk setiap skala,
penilaian para pengamat memiliki pedoinan dalam memilih skala sehingga
hasil akhimya lebih objektif, persepsi pengamat dapat dibuat hampir sama
terhadap apa yang dinilainya. Dengan kata lain reliabilitas pengukuran
menjadi lebih ba:ik.

117
2. Praktikum Kimia (Titrasi asam-basa)
Untuk melakukan titrasi, sebagaimana terjadi pada praktek mengajar,
juga melalui sejumlah tahapan kegiatan, antara Jain tahap persiapan,
tahap membuat larutan baku (standard), melaksanaka.n titrasi,
menghitung konsentrasi. larutan, membuat laporan tertulis. Contoh
berikut hanya mencantumkan format observasi untuk.Jahap pelaksanaan
titrasi. Format tersebut menggunakan "numerical rating scale". Kegiatan
yang akan dilakukan selama titrasi adalah:
a. memasukkan iarutan baku (sebut larutan A) ke dalam buret.
b. mengukur volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
(sebut larutan X} dengan pipet.
c. menuangkan larutan X ke dalam labu Erlenmeyer.
d. meneteskan indik~tor ke dalam larutan X.
e. meneteskan larutan A dari buret ke dalam larutan X dalam labu.
f. membuatkedua larutan (Adan X) bercampur dengan baik.
g. menemukan titik ekivalensi yang tepat.

Masing-masing kegiatan a sampai dengan g harus dikexjakan dengan


cara yang baik dan tepat. Untuk mendapatkan cara yang baik dan tepat
inilah disusun kriteria. ·
Misalnya untuk kegiatan: memasukkan larutan A ke dalarn buret
digunakan deskriptor berikut:
1) menuangkan larutan A ke dalam buret melalui corong.
2) Gelembung udara tidak terdapat dalam buret yang larutan
3) Larutan A dalam buret tidak ada yang menempel pada dinding
buret.
4) Permukaan larutan A sudah tepat pada garis nol.

Skala Penilaian Penjelasan


1 Tidak satupun deskriptor dapat diamati
2 Satu deskriptor yang dapat diamati

·us
3 Duadeskriptor yang dapat diamati ·
4 Tiga deskriptor yang dapat diamati
5 Semua deskriptor.dapat diamati

Selanjutnya urituk setiap.keSiatan dari a sampai dengan g diketnbangkan


· deskriptomya, sebingga .· kalau kegiatanny~ •bei:jumlan 7. dan skala
penilaian maksimum .5, maka l'llaksbrium skof untuk pelaksanaan titrasi
adalab 7 x 5. = 3p~ ~ualitas .basil observasf untuk setiap .peserta
praktikum dapat dihitung dalarn pmsentase {%}. ·

b. Descriptive Graphic Rating Scale

· Tipe rating sc~e inipun bersamaan.dengan numerical rating ·~e}·' hEmya.


dalam gr~phic rating' scale yang di~nakan· ·bukan· angka. ;sebagai• .:tanda'
periggambaran tingka,h laku atau hasil.tugas, tE!Ulpi dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinurrt baris. Tipe rating scale ini amat baikdigunakcln
untuk ·mendeskripsikan suatu ·profil dari .• suatu kegiatan, prosedur atau .hasil
kegiatan fertentu. Contoh beriJi.ut ini akan.memberL:gambaran yang lebih
jelas, untuk mendeskripsikan_partisipasi·peserta·didik dalam . kegiatan diskusi
kelas.

1. Bagaimanakah aktifitas siswa Sangat Tidak


dalam
. .
diskusi?.
· ·. aktif aktit
·2. Bagaimanakah kemampu~n Sangat ........,,_.~...~..._, Tidak
siswa met\gemuljakan pendapat? .. lancar · lancar
3. Bagaim~makah ~rutan pikiran Renton Kacau
siswa?
4. Bagaimanakah kemampuan siswa Tepat ..,.L.._~...~..._, Klise
membantah pem:l~pat orang lain?
I I
5. Bagairnana kemampuan mendu- logis Tak
kung pendapat orang lain? jelas

ll9
6. Bagaimana kemampuan Akurat Kabur
menarik kesimpulan?
7. Bagaimana sikap terhadap Meng- Menganggap
pendapat orang lain? hargai enteng

·Setiap komponen dari graphic rating scale dapat dideskripsi lebih akurat,
sebab dapat ditentukan di ·mana saja sepanjang gads kbntinum yang ada di
depan pertanyaan atau pemyataan. Dengan secara keseluruhan akan mudah
dilihat profil dari kemampuan siswa yang bersangkutan dalam diskusi.

c. Ranking Methods Rating Scate

Ada dua kegunaan · metode menyusun ranking, yaitu: {1) untuk


menyusun ranking kedudukan peserta didik dalam suatu kelas dalam aspek
tertentu atau keseluruhan aspek hasil belajar, dan (2) untuk memeriksa
kemampuan peserta didik menentukan kedudukan relatif dari suatu
komponen dalam suatu prosedur tertentu. Tujuan perlama mungkin juga
dapat·digunakan untuk menentukan ranking relatif dari'produk hasil belajar
yang didemonstrasikan oleh peserta didik.
Metode meranking ini sebaiknya dilaksanakan secara si.multan, dimulai
dari kedua titik ekstrim. Ditentukan terlebih dahulu ranking tertinggi dan
ranking terendah. Seterusnya bergerakketitiktengah. Dengan demikian akan
lebih membedakan ranking seseorang atau suatu komponen
lainnya. Kesukaran membedakan hanya akan dialami pada orang atau
komponen yang terletak paling dekat ketitik tengah saja. Cara ini
menyederhanakan pelaksanaan perankingan.

Contoh metode ranking rating scale:


Petunjuk: Tentukanlah kedudukan relatif setiap murid dalam kelas yang
daftar namanya tercantum di bawah ini dengan cara memberi
angka di tempat yang disediakan. Angka 1 (satu) menunjukkan

120
siswa. yang . inenduduki peringkat pertama dalam kemar;npuan
membacanya, . dalam .arti ·ranking 1 (pertama) .adalah. yang
kemampuannya terbaik. '·

Nama.siswa Rankin
Ahmad
Badu
Cicyl
Dedi.
Elly .......
Fatimab
Gurjita·
Hanifah
·. ldham
Johan
Kamal

Metpde meranking dalam rating scale akan ·sangat berguna untuk


menentukan.kedudukan.relatif seseorang dalam suatu kEdompok hasil belajar ·
tertentu. Untuk mEmentukan ranking hari.ls pula ditegakkan kriteria yang
objektif. Penentuan krit~ria itu dapat dilakukan dengan mudah bagi seorang
dosen yang telah ,berpengalaman dalam bidangnya. Kelemahannya ialah
bahwa penentuan 'ranking itu mudah sekali dipengaruhi oleh rasa senang
atau tidak senang: .DEmgan kata lain subyektivitas pemberi ranking akan
mudah seka1i mempengaruhi penentuan ranking. Untuk menghindari itu
dapat dilakukari der1gan lebih merinci aspek yang diranking. Jadi diouat
tabel dua jalur, .yang menghubungkan daftar sejumlah orang dengan daftar
sejumlah komponen·. Misalnya: ·

121
Petunjuk: .Tentukanlah kedudukan relatif setiap anggota kelompok di bawah
ini, dalam setiap aspek yang ditetapkan, dengan cara memberi
angka untuk setiap kolom. Angka 1 (satu) berarli ranking pertama,
dalam arli bahwa 1 (satu) =yang terbaik. »

Nama Kecepatan Ketepatan Ucapan Pengerlian Jumlah


Aminah
Basalamah
Cicih
Dadang
Zainab .

d. Paired Comparisons Rating Scale

Tipe rating scale ini dilakukan dengan cara membandingkan hasH kerja
atau tugas seorang murid dengan murid lainnya, jadi setiap kali dilakukan
pembandingan hasil· karya ·.atau tugas seorang murid secara berpasangan.
Dalam pembandingan itu dibandingkan hasil kerja yang lebih baik. Jadi
setiap kali dilakukan pembandingan antara dua peserla diputuskan satu
peserta · lebih baik dari peserta lainnya. Dengan demiki2m pada akhir
pembandingan akan diperoleh informasi tentang kedudukan anak tersebut
diantara ternan sejawatnya. Hasil pembandingan itu dimasukkan ke
matriks sebagai berikut.

122
Contoh: Paired Comparison Rating Scale tulisan tangan murid kelas dua
SD
Nama Maman Nana Osman Poppi· Qosim Ratih Susi Jumlah
Maman 1 0 1 1 0 1 4
Nana 0
1... 0sman 1
..
Poppi 0 ..·
Qosim 0
Ratih 1
Susi 0

Pelaksanaan. pembandingan hasil ka:rya secara berpasangah misalnya


dilakukan dengan membandingkan hasH tuHsan tangan Maman dengan hasil
tulisan tangan Nana. ·Bila tulisan tangan Maman lebih baik dari·pada tulisan
tangan Nana, maka dalam kolom Maman-Nana diberi angka 1 (Satu), dan
pada kolom Nana-Maman diberi angka 0 (nol). Kemudian dibandingkan
hasil tuHsan tangan Maman dengan hasil tulisan tangan Osman .. Bilatemyata
tulisan tangan Osman lebih. baik dari tulisan tangan Maman maka pada
koiom Maman-Osman diberi angka 0 (no!) dan dalam kolom Osman-Maman
diberi angka 1 (satu). Demikian seterusnya. ·
· Pengukuran dengan menggunakan Paired Comparisan Rating Scale ini
mengandung kebaikan-kebaikan tertentu~
a. rating akan lebih objektif karena. pembandingan secara
berpasangan maka lebih mudah diperoleh keputusan tentang mana yang
lebih baik diantara dua hasil.
b. Sangat baik dilakukan untuk membandingkan kegiatan atau
tetapi kurang tepat digunakan untukmembandingkan prosedur kelja.
c. Dapat dilakukan. tanpa menegakkan kriteria secara rinci. Darl kesan
umum sudah dapat dilakukan pembandingan.
d. Akan memudahkan guru untuk melakukan pembimdingan, karena tidak
diperlukan adanya kriteria yang ketat.

123
Kelemahan utamanya ialah tidak jelas hal yang dibandingkan. Artinya
aspek yang dibandingkan tidak dinyatakan secara rind. Akibatnya bagi
pengguna hasil pengukuran akan sukar menginterpretasikan hasilnya.
Secara·umum setiap·perigguna rating scale sebagai alat pengu)mran hasil
belajar haruslah menyadari kemungkinan "error" yang akan dihadapL
Sumber error tersebut antara lain: .·
a. Rating scale itu sendiri sebagai sumber error. Hal ini ciisebabkan oleh trait
atau hal yang diukur tidak ·didefinisikan secara jelas a tau tidak
menggunakan pengertian umum yang berlaku untuk istilah tertentu.
Sehingga orang yang melakukan observasi tidak. tahu dengan pasti apa
yang harus diperhatikan. Selain itu kesalahan itu mungkin juga
disebabkan oleh. tidakjelasnya arti skala yang digunakan. Misalnya bila
seorang pengamat harus membedakan antara sangat baik, baik, sedang,
kurang dan sangat kurang akan · sangat menyulitkan pengamat bila
semua. istilah itu tidak dirumuskan a tau dicantumkan kriterianya dengan
jelas.

b. Sumber error yang kedua ialah si pengamat atau orang yang memberi
rating. Kesalahan yang bersumber pada rater atau observer ini biasanya
terjadi dalam bentuk yang dinamakan "halo effect", "severity effect",
"central tendency error", dan "logical .error" .
Yang dimaksudkan dengan "halo effect" ialah kesalahan atau error yang
bersumber dari menggeneralisasi satu hasil pengamatan .kepada aspek
lain. Misalnya bi!a kita tahu bahwa seseorang mempunyai kemampuan
matematika yang tinggi, kita akan cenderung untuk memberi skor tinggi
pula pada kemampuan bahasa, IPS; IPA, dan kemampuan PMP orang
tersebut. Karena itu kita cenderung memberi skor tinggi terhadap
kemampuan seseorang. Demikian pula terhadap orang yang berprestasi
rendah dalam satu aspek yang kita amati, kita cenderung untuk memberi
skor yang rendah pula kepada semua aspek yang lain.
Severity effect adalah kecenderungan untuk memberi skor rendah
kepada orang yang diamatL Hal itu acapkali terjadi pada dosen yang

124
kurang berpengalaman, karena menganggap peserta didik ·sebagai orang
yang tidak .tahu apa-apa. Kesalahan ini juga disebabkan oleh tidak
digunakannya kriteria yang bakuuntuk memberi skor.
Central tendency error, juga di~babkan tidak diterapkannya kriteria
secara baik. Karena adanya rasa kurang percaya diri dipihak rater atau
orang yang mengamati, maka ia cenderung untuk memberi skor yang
"aman" yaituyang mendekati skorrata-rata.
Logical error ialah kesalahan yang .disebabkan oleh penggunaa:n logika .
atau pengetahuan yang telah dimiliki. Misalnya hila seseorang memiliki
kemampuan bahasa yang baik, maka secara logis dapat diterima bila
kemampuan berpikir runtunnya. pun akan baik. Karena itu maka
pemberian ·skor dilakukan bukan atas dasar hasil pengamatan yang teliti,
tetapi lebih .didasarkan pada kesimpulan logis a tau berdasarkan hasil
studi yang pemah dilakukan rates terdahulu.

c. Sumber error yang ketiga ialah hakekat trait atau karakter yang dirating
tidaklah mudah untuk diobse:rvasi. Misalnya bila kita ingin merating sikap
seseorang atau pemahaman seseorang. Trait yang akan diobse:rvasi itu
bukanlah sesuatu yang mudah diamati. Untuk dapat memperoleh
informasi yang akurat dibutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan
rating acapkali harus dikerjakan dalam waktu yang singkat. Karena itu
informasi yang diperoleh .untuk sampai pada rating yang tepat
didapat. Sehingga terjadi error dalam rating.

Untuk mengatasi kelemahan error itu.


direkomendasikan agar dosen menyusun instrumen rating scale lebih
hati denganmemperhatikan hal-hal berikut:
a. Rumuskanlah secara operasional trait yang akan sehingga dapat
dilakukan pengamatan yang lebih rinci dan tepat.
b. Rating scale hendaknya hanya mengukur prosedur atau produk yang
bermakna bagi pendiclikan dan sebagai hasH belajar. Trait atau

125
karakt~ristik lain yang bukat1 m~rupakim ha'silbelajaryang:penting untuk
diukUr sebailmya tidak dirating. _· ·
c. Dalam komponen rating scale sebaiknya · tidak digunakan -istilah..:istilah
yang kabur artin,ya. - · ,
d. Skala hendaknya disusun dalam perbedaan ~yang jelas. Misalnya antara
sangat ·baik. dengan __baik. sekali sukar dibedakan, ,.ka:rena .terlalu renik
perbedaannya. Karena- itu lebih baik bila diguncikan sangat baik dengan
· baik $aj'a, , .
e.; Guru>yang akan mengadministrasikan rating scale terlebih dahulu harus
mengenal•5ecara l?aik !J'ait. atau orang yang a_kan dirating. .
f.. Setiap komponeil rating. scale hendaknya hanya berdimensi tunggal.
· Jangan sampai satu kompcinen mengandung dua hal sekaligus·.
g. Petunjuk melakukan .atau m~ngadministrasikan rating scale tersebut
harus j~las, dan 'tidak perlu diinterpretasi lagi oleh pelaksana. ·
h. Setiap akari mengadministrasikan rating •scale harus dfdahului dengan
· latihan: Melalui latihan persepsi para pelaksana dapat diseragamkan.

4. Skala
'
Sikap
"~

Untuk dapat memahami pengukutan sikap, pertama~tam'a harus dikuasai


pengerlic:tn sikap .s~ba_gai suatu konsep psikologi harus secara ·jelas# dapat
dibedakan dari konstrak. psikologi lainnya, seperti: kepercayaan, ·opini, -minat,
nilai, atau _ tingkahlaku. Seperti konstrak psikologi·lainnya, sikap haruslah
memenuhi ·dua. kriteria yaitu dapat amati dan dapat diukur. Bila salah satu
kriteria ini tidak dapat CUpenuhi; ma:ka_ .konstrak tersebut tidak dapat
digunakal1 dalam penelitian ilmiah. ,
Berbagai definisi telah •dikembangkan oleh para ahli psikologi tentang
sikap~ Pada tahun 1928 Louis Thursfone mendefinisikan sikap, . yang
disempumakannya pada tahun 19~1, dan akhimya ·diperbaiki lagi pada
tahun 1946 sehingga menjadi: Sikap adatah identitas kecenderungan positif
atau negatif terhadap suatu objek psikologis tertentu.

126
Secara lebih · umum d~nisi Thurstone ini ··dapat di.rumuskah sebagai:
Attitude is (1) affect for or against, (2) evaluation of, (3}.like or dislike. o£1 or
( 4) p6sitiveness or negativeness toward a psychologicat object.
Untuk mengukur sikap· m~ haruslah dikonstruksi skala sikap.
Konstruksi skala sikap .ini harus dim~;~lai de1;1gan menentukan · dan
. melldefiniSikan objek sikap. yang akap diukur itu. Jadi yang pertama yang
.hams .dllaku.kan :adalab~meng!dentifikasi .objek sikap atau dengari kata lain ·
. mengidentifikasi ''sikap terhadap··'apa?" .. Oengal'l. den:Hkian·. 11)aka harus
ditentukan batas~batas objek sikap yang akan diukur itu. Pengukuran itu
sendiri akan sangat tergantung kepada ke.:Oampuan·untuk ·membatasi objek
sikapnya.. Misalpya, bjla ingin rnenguk:ur sikap orang terhad~p hukuman .
mati, atau terhadap bunuh ·diri, .atau. terhadap.kaumJundamen~•·· maka
terlebjh dahulu haf\isla:ll.diidentifikasikan secara •persis apa . yang dimaksud
dengan hukumanmati, bunuhdiri, atau .kfl.urn fundamenta~is tersebut.
Setelahpembatasah objeksikap itu, maka mulai dikumpul~n.butir~butir
pernyataan tentang objek sil~ap tersebut, sehingga terdapat~· kumpulan
sejumlah besar pemyataan te_ntang objek sikap tersebut. Barulah kemudian
. ditentukan formatjawaban yang.akan digunakan,··dan cara penskoran.
Untuk memperoleh ·suatu skala sikap yang secara baik dapaf mengukur
sikap. terhadap suatu .objek sikap tertentu maka butir~butir pemyataan ·sikap
yang. teJah. dikonstruksi itu ·hal'US diujicoba, dan hasH· uji coba 'itu dianalisis,
unfuk menentukan butirpemyataan mana yang ·al«m diguriakan dalarn skala
sikap, Btasanyabutir yang mempl,t:nyai kpefisien ko.relasi yang tioggi dengan
skor keseluruhanlah yang digunakan dalam skala. Butir p~rta,nyaan yang
·koefisieii korelasinya rendah terhadap skor kes~luruhan dibuang darl skala
sikap. Dengan de111ikian maka diperoleh seperangkat ·skala sikap yang
rnengukur $Uatu sikap terhadap suatu objek sikap terten:tu. Dengan .Ireta lain
korelasi at)tar butir soal cukup tinggi. . ·
. Ada beberapa .teknik konstruksi skala sikap. Yang terkenal antara lain:
a. · Skali} Likert. ' ·
b.. Skala Thurstone
c. Skala Guttmann
I

127
a~ Skala Likert

· · Prinsip .pokok skala sikap Ukert ialah menentukan lokasi kedudukan


seseorang''dalam suatu kontinum sikap terhadap suatu objek sikap,· mulai
dari sangat negatif sampai dengan sangat . pOSitif. Penentuan , lokasi itu
dilakUkan. 'dengan mengkuantifikasi pemyataan $eseorang terdapat .· butir
pemyataan •.·yang disediakan, Untuk skala sikap ·._Ukert digunakan skala
dengan lima arigka: Skala 1 (satu} betarti sangat negatif dan skala 5 flima)
berartisangat:positif.
Teritu · saja _baglan terpenting dalam. lnengkbnstroksi Skala Likert ialah _
menyusun perriyataan atau butir soalnya. Secara utrium ada beberapa jenis .
butir soal yang. dapat dJkonstniksi: · ·
i) pemyataan k()griitif(kepercayaan atau opini terhadap suatu objek si}<ap).
Misalnya: Kendaraan:berrrtesin :Gisel ekonomis'tlntuk dipakaL '
2) pemyataan- afektif (pemyafaan yang ·sec:ata langsung. menyatakan ·
perasaarf . terhadap .suatu objek sikap). ·Misalnya: Saya ·menyukai
k~ndaraan bermesin disel.
~) pemyataan kognitif (pemyataan,: pilihan tingkah _laku. atau maksud
tingkah laku yang berkenaan dengan suatu objek smap tertentu). Ada
dua macam pemyataan ko9nitif, yaitu pemyataan yang menyatakan apa
yang akan dilakukan terhadap suatu objek sikap terten~ ~tu. Misalnya:
Bila saya boleh memilih .· maka saya akan membeli kendaraan berrnesin
di~l. Kedua, pernyataan yang rnenyatakan kecenderungan tihdakan
sosial. Misalnya: Pemerlntah seharusnya meringankan pajak bagi
kendaraan bermesin disel.

Setiap pemyataan dalam Skala Likert haru5 menunjukkan sikap positif


atau negatif. Pemyataan yang menunjukkan sikap netral tidak -bermakna.
Karena ··itu dalam Skala Ukert · pemyataan .netral terutama- yang berupa
pemyataan faktual harus 'pula dihindari. Misalnya: Sepatu dibuat di
Cibaduyut. lni adalah -pemyataan faktual.

128
'
Pemyataan itu dapat dalam bentuk negatif atau dapat pula daiam bentuk
positif. Bila pemyataan itu positif, misainya: Saya menyukai mobil bermotor
disel, maka skor besar adalah bila dinyatakan secara positif. Tetapi bila
pemyataan dibuat secara negatif, misainya: Motor disei sukar distater, maka
skor besar adalah bila sikap negatif.

Contoh Skala Likert:

Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah.

Petunjuk: Jawablah semua butir soal di bawah ini, dengan kategori jawaban
sebagai berik\Jt:
A = sangat setuju
B = setuju
C = tidak punya pendapat
D = tidak setuju
E = sangat tidak setuju

1. Guru yang baik tidak pemah memukulmurid:


2. Murid yang dipukul guru di sekolah akan bersikap negatif terhadap
sekolah.
3. Murid akan menghormati guru bila guru boleh memukul murid
bersalah.
4. Hukuman badan dibutuhkan untuk menertibkan dalam
5. ... dst.

b. Skala Thurstone

Thurstone mengembangkan tiga teknik skala sikap:


1) metode Paired Camparisons
2) metode Equal-appearing intetvals, dan
3) metode SU:ccessive intetvals.

129
Untuk tidak terlalu bertele-tele daiam uraian tentang skaia sikap ini, maka
daiam kesempatan ini hanya akan diuraikan secara singkat metode "Equal-
appearing Intervals" saja.
Untuk mengembangkan skala sikap dengan metode ini, maka langkah
yang harus ditempuh adalah:
a) pemilihan dan mengidentifikasi objek sikap secara seksama.
b) menyusun pemyataan opini mengenai objek sikap' yang akan diukur
sebanyak mungkin. Tentu saja konstruksi pemyataan opini tersebut
haruslah sesuai dengan kriteria penyusunan pemyataan skala sikap yang
· baku, seperti halnya juga pada skala Likert. Perbedaannya hanyalah
pada skala Thurstone harus ada kemungkinan untuk sikap netral. Dalam
penyusunan atau konstruksi butir-butir pemyataan itu diharapkan akan
mencakup keseluruhan aspek evaluatif dari objek sikap yang
bersangkutan mulai yang paling positif sampai yang paling negatif.
c) Tidak ada ketentuan jumlah pemyataan yang harus ada dalam skala
sikap, tetapi biasanya skala sikap Thurstone menuntut jumlah butir
pemyataan yang lebih banyak.
d) Langkah berikutnya ialah mencari "favorability values" atau disebut juga
"scale values" untuk setiap pemyataan.
e) Setelah itu maka ditentukan jarak-jarak skala yang akan digunakan untuk
skala sikap final yang akan digunakan, dengan cara membagi nilai skala
dengan jumlah pemyataan yang digunakan.
f) semua pemyataan yang menempati kedudukan pada interval yang sama
itu diambil sebagai bagian dari skala final yang akan digunakan.
Biasanya skala yang akan digunakan dalam skala sikap Thurstone
berkisar antara 7 sarnpai dengan 11. Tetapi jarak "scale values" yang
digunakan tidak perlu dengan angka bulat. Dengan cara ini diperoleh
seperangkat pemyataan tentang objek sikap yang akan diukur. Dan
pemyataan itulah yang akan digunakan dalam skaia sikap.

130
c. Skala Guttmann

Hal yang khas dari skala Guttmann ini ialah penyusunan sedtere!tan
pemyataan tentang opini tentang suatu objek. sikap secara berurutan.
Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pemyataan itu.
Bila ia setuju dengan pemyataan pada nomor urut tertentu, maka semua
pemyataan dibawahnya dianggap disetujuL

Misalnya:
1. Pengguguran kanc;lungan dapat diterima apapun alasannya.
2. ·Pengguguran kandungan dapat diterima hila untuk alasan KB.
3.. Pengguguran kandungan dapat diterima hila sebagai akibat perkosaan.
4. Pengguguran kandungan dapat diterima hila temyata bayi dalam
kandungan mengalami cacat serius.
5. Pengguguran kandungan dapat diterima hila ibu dalam keadaan bahaya.

Bila responden setuju dengan pemyataan nomor 3 misalnya, maka


keseluruhan pemyataan nomor 4 dan 5 juga dianggap sebagai disetujui. Dan
dianggappasti tidak setuju dengan pemyataan diatasnya yaitu nomor 2 dan
L Dari contoh ini tergambarkan kesukaran dalam mengkonstruksi butir
pemyataan. Salah satu kriteria yang dituntut ialah setiap pemyataan
bersifat "unidimensional". Artinya tidak tergantung dari butir lain. Sifat
skala yang mesti setuju dengan semua pemyataan dibawahnya dan mesti
setuju dengan semua pemyataan diatasnya itu
"reproducibility".

Rangkuman

Kelemahcm pokok pengukuran hasil be/ajar di lembaga pendidikan


pada umumnya tidak terletak pada bentuk dan tipe butir soal yang
digunakan, tetapi terutama terletak pada bentuk dan kemampuan dosen

131
untuk menskonstr~ksi butir soal dengan baik. Di samping .itu,· tes
dianggap bukan s~bagai alat ttkur, tetapi sebagai alat pendidikan yang
terp~nting dalam proses pendidikan. PO.daha/1 fungsi utama tes hasil
belajar(achi'euement.test) ialah· menguktJr. keberhasilan beld)ar se_seorang
c;zta!.~osek~lpmpok mahasiswa,. bukannyaproses pendidikan.
Tes J-/asil Belajar (THB). ·adalah salah 5atu alat ;ukur yang paling
banyak digunakan. ,untuk menentukan keberhasilan .- seseorang dalam
Suatu· proses be/ajar .mengajar atau untuk menentukan· keberhasiJan Sl,ldtu
program pendidikan. Terdapat dua jenis tes yang paling sering
digunakan, ' yaitu tes .uraian dan tes.. ob}ekti]. Caraccarq.. penulisan butir
so.al uraianberbeda dengan petrulisan butir soal objektif, demikian pun
-k~r,i(ltan dan. ke/emahan antat keduanya berbeda pula:· Untuk rnenilai
butir-butir ~oaJ · w:aian bi~nya dibua.t pedoman skoring (Marking
Scheme). . . ·

L~tiban

1. Coba Anda jela,skan apa yang mendasari penyusunan tes hasil belajar?
2. ·.Apa kekuatan dan kelemahan tes uraian?.. · ··
;3. Kapan tes uraian sebaiknya digu.nakan?
4, Secqra umum, .coba Anda jelaskan kekuatan dan kelemahan tes objektif?
5.. Kapan sebaiknyc;tJes objektif pigunakan?
6. Apa saja yang Anda ketahy,i tentang instrumen non-tes, dari segi
.pengertian, contoh-contoh dan kegunaannya?

132
IV. PENGADMINISTRASIAN TES

Pada bab IV ini akan dibahas beberapa aspek pengadministrasian. Yang


dimaksud dengan pengadministrasian tes dalam kaitan pembahasan
sekarang ini adalah pelaksanaan tes mulai dari proses penyuntingan naskah
tes, sampai dengan mengerjakan tes. Langkah-langkah itu meliputi
penyuntingan tes, ·penggandaan naskah tes, pelaksanaan tes. Selain itu
daiam bab IV ini juga dibicarakan kekuatan dan keterbatasan beberapa cara
pelaksanaan tes dan· beberapa media tes.

A. Penyusunan perangkat tes

Penyusunan suatu perangkat tes yang akan digunakan harus


mempertimbangkan 2 (dua) hal utama:

1. Penyuntingan naskah tes

Suatu naskah tes terdiri dari beberapa butir soal. Penyusunan


tersebut sehingga menjadi suatu perangkat tes haruslah rnc•rn•...ort•rn
beberapa hal yang memungkinkan peserta tes dapat mengerahkan
kemafnpuan terbaiknya dalam mengerjakan tes
pertimbangan utama dalam penyuntingan tes adalah peserta tes. Untuk itu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. objektif sebaiknya tidak dilaksanakan secara lisan.
tes disusun mulai dari pokok bahasan yang dibahas
pokok bahasan yang dibahas terakhir.
c. Tingkat kesukaran disusun mulai · dari yang termudah meningkat terus
sampai kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang mudah
diletakkan pada awal naskah sedangkan butir soal yang sukar diletakkan
pada akhir naskah.

133
• zmnut, fi... aan :JVasoefwn, :JV.

d. Butir: tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok.


Jadi jangan sampai ada satu. tipe tes.tersebar dibeberapa kelompok.
Misalnya. Jes pilihan ganda sederhana dicampurkan dengan pilihan
. ganda. sehab akibat, dan sebagainya~ Setiap bagian tes ha~slah berisi
satu tipe tes, dan dikumpul~ dalam sattfkelompok.
e. Tulislah petunjuk pengerjaan. tes secara jelas, sehin~gii tidakseora(lgpun
·perh.l·l:lertanya·lagf tentang cara mengeljakan tesbirsebuf atau bertahya
. tentang apa yan~:r harils dilakukan. l'etunjuk tes . inl sangat besar
perannya. bagL.keberhasilan pes~rta tes .. Selain itu petUnjuk tes juga akan
tun.tt menentukan apakah pc!mgukuran h,asil belajar peserta tes dapat ·
dilakukan secara akurat atau tidak. ·Suatu petunjuk · tes minimal harus
m~ncantumkcm: (1) apa yang harus dilakukan oleh peserta tes, (2)
/bag(iimana peserta tes harus mengetjakan testersebut, dan (3~ di maria
jawaban tes. harus d,itulis. Kareria itU maka setiap perangkat .tes harus
mempunyai: (l) petunjuk umum yang menjadi pedoma:n lllengerjakan
keseluruhan perangkat tes, dan (2) ·petUnjuk · khusus yang merupakan .·
pedoman me~geljakan satu kelompok tes tertentu: Dalam petunjuk itu
sebaiknya ·juga disertakan contoh mengeljakan tes tetsebut (terutama
. untuk tes yang p{mting, yaitu tes yang akan menEmtukan ·keputusan bagi
individu). Di samping. itu, .dalam ·petunjuk .tes itu juga .harus dijelaskan.
apakah ."guessing formula'' atau "correction formula'' akan diterapkan
. atau tidak. Dalam petunjuk tesjuga harus tercantum tentang cara peserta
tes untuk mengubah jawabannya. Misalnya hila ia pada mulanya
·· memilih jawaban tertentu, tetapi kernuciian ia ingin mengubah jawaban
• tersebut, haruslah dijE!laskan cara yang harus ditempuhnya.
f. Penyusunan butir tes tersebut hendaknya diatur sederriikian rupa
sehingga · tidak menimbuikan kesan berdesak-desak. Setiap butir tes
hendaklah diatur sehingga'memudahkan peserta. tes untuk membacanya.
g. Susunlah setiap butir tes sehingga 'stem. dari seluruh optionnya terletak
dalarri satu halaman yang sama.
h. Letakkanlah wacana (passage} yang digunakan sebagai rujukan bagi
suatu atau beberapa butir tes di atas butir tes yang bersangkutan.

134
i. Hindarilah meletakkan kund jawaban dalam suatu pola tertentu.

2. Penggandaan naskah tes

Setelah naskah .tes selesai disunting, langkah ·. berikutnya adalah


penggandaan naskah tes. Tentu\ saja prosedur penggandaan ini harus dapat
menjamin kerahasiaan naskah tes, di samping adanya jaminan hasil
penggandaan tersebut tidak akan mengganggu konsentrasi peserta tes dalam
melaksanakan tes.
Penggandaan tes sebaiknya terpisah antara lembaran tes dari lembaran
jawaban. Pemilahan ini akan lebih memudahkan bagi peserta tes dalam
menentukan tempat menjawab tes yang diberikan. S~a11gkan bagi dosen
haf itu sangat memudahkan dalam. penskoran, karena ·tidak perlu digalaukan
ofeh lembaran tes yang dapatmengganggudalampenskoran.
Beberapa petunjuk praktis dalampenggandaan ini (termasuk pengetikan)
disampaikan berikutini:
a. antar. butir tes harus cukup tersedia ruangan, sehingga tidak terkesan
berdesak-desak.
b. angka atau huruf yang · disediakan di depan altematif jawaban
hendaknya, sepenuhnya sama dengan angka atau huruf yang digunakan ·
dalam lembaran jawaban. ·
c. untuk tipe tes menjodohkan, maka kedua kolom yang berisi tes atau
altematif jawaban itu harus terletak dalam satu halaman yang sama.
d. butir tes yang menggunakan wacana, maka butir tes yang berhubungan
dengan wacana tersebut harus terletak dalam halaman yang sama.
e, semua wacana, 1grafik, diagram atau gambar yang digunakan sebagai
landasan bagi butir tes harus teijamin kejelasannya, keakuratannya, dan
keterbacaannya.
f. kalau naskah digandakan dalam jumlah yang banyak, maka harus
teijamin setiap naskah sama jelasnya. Jangan sampai teijadi sebagian
peserta tes mendapat naskah yang kurang baik dibandingkan dengan
peserta tes lainnya.

135
B. Pelaksan.aan Tes

Pengadministrasian .tes juga. ha:rus mempertim~gkan berbagai cara


pelaksanaan tes. Cara pelaksanaan tersebut antara lain meliputi: (1) tes
.~tatan . tertutup · atau· tes •catatan t~uka; ·· (2).·. tes · · diumumkan' atau· tes
dirahasiakan (mendadak), (3) tes lisan atau testertulis,"dan (4) tes tindakan
(praktek}. ···Dalam·•. bagi~m ini · hanya akan dibahaS- kekuatan ··dan
keterbatasannya. . ·' • •

1 •.. .•Open vs·cloS(! books (ca:tatanterbukavs catatan te~tUp)

. .~Dalam m~lal~nia.·kan t~ hasil.belaj(i.r se_orang pengajaf mempunyai .hak '


penuh-- untuk ~enwka.n· apakah· para.· peserta· tes bol.eh melihat
bukU/catatan Qa;n. mehggunakan ·berbagai alat belajar. seperti. tabel, kamus,
kalkul~tpr dan sebagainya· atau tidak. Boleh ataupuFr tidak boleh, keduanya
mempunyai keuntungan/kekuatan dan kelemahan/keterqatasannya, •
~kuatan-kekuatannya jika peserta tes di.izinkan mempergunaJ<an buku ·
a.tau catatan atau atat-alat belajar yang lain adat~: . . .··
.a.para mahasiswa .tidak tedalu tegang pikirannya pclda soal,. menghadapi
atau pada saat melal<sanakan ujian.
b. para rnahasiswa· akan '"bertanya'; kepada bukU atau catatan atau. alat
.belajarlain yang dimilikinya ketimbang menyol)tek peketjaan. temannya. /
· c. para mahasiswa akan terbiasa membuat catatan yang sebaik.,baiknya
cian atau memiliki buku-buku dan alat belajar lainnya karena mengetthui
bettd manfaatnya.
d. para mahasiswa akan terbiasa membaca buku. atau catatan atau .wertatih
. menggunakan tabel; kalkulator dan sejenisnya karena terasa benar
manfaatnya, yakni kelak kalau tes tidak a~n mengalami. k~ulital1 dalam
menggunakannya.

136
Sebaliknya, keterbatasan-keterbatasannya dapat berupa:
a. para mahasiswa mungkin saja malas . membaca buku atau catatan
dengan alasan dalam ujian akan bebas meiihat buku atau catatan.
b. mereka yang jarang ll'lembuka bukU/catatan akan habis waktu ujiannya
untuk mencari/membolak balik lembaran buku untuk mendapatkan
jawaban.
c. ada kecenderungan para siswa malas berpikir, hal yang sangat mudah
pundicarijawabannya di dalambuku atau catatan..
d. bagi. mahasiswa yang .alat kelengkapan .belajamya minimal akan
dirugikan.

Tes yang tidak mengijinkan para peserta tes membuka buku atau catatan
mempunyai keuntungan/kekuatan:
a. membiasakan para mahasiswa untuk memahami isi buku atau catatan
yang dimilikinya sebab jika tidak, akan tidak berhasil dalam ujian.
b. membiasakan para mahasiswa untuk berpikir sendiri, bukan
menggantungkan diri kepada buku atau catatan yang ada.
c. membiasaKan para mahasiswa membuat rangkuman mengenai isi buku
atau catatan yangdipelajarinya.

Keterbatasan dari tes yang tidak mengijinkan membuka buku atau


catatan antara lain:
a. mendorong mahasiswa untuk melihat peketjaan temannya (nyontek)
apabila sudah betul-betul tak berhasil menemukan jawabannya.
b. mahasiswa belurn tentu ·terlatih menggunakan buku a tau· catatan sebagai
sumber b¢lajar. ·:
c. kabumya prinsip bahwa buku itu untuk digunakan, bukan untuk dihafal.
Bahkan dalam kehidupan nyata kelak buku itu memang untuk'
digunakan. Seorangjaksa akan mempelajari dan membuka-buka KUHP
menjelang mengajukan tuntutannya; seorang insinyur sipU akan melihat
tabel-tabel perhitungan konstruksi baja pada saat harus menghitung
konstruksi sebuah jembatan; seorang dokter akan melihat buku patologi

137
pada saat akan menentukan .·diagnosis pasien yang ditanganinya; dan
masih banyak contoh-contoh lain.

2. Tes diumumkan us dirahasiakan

Pelaksanaan/pengadministrasian tes dapat dilakukan dengan memberi


penglimuman lehih dahulu atau tanpa pemberitahuan:- sebelumnya. Pada ·
umumnya para ahH psikologi belajar atau psikologi pendidikan tidak dapat
meJ?.yetujuj adanya tes yang pelaksanaannya tidak diumumkan, sebelumnya
(dirahasiakan). Tetapi pelaksanaan tes .Yang dirahasiakan. itu masih dapat
memenuhi tujuan tes tertentu, 'karena ia mempunyai be~erapa kelebihan,
s,eperti:
a. dapat mengukur pengetahuan siap yang dimiliki oleh mahasiswa,
b.; :dapat memotivasi/meningkatkan usaha belajamya secara terus menerus,
karena pengadministrasian tes yang tidak diketahvJ dengan pasti waktu
pelaksanaannya,
c. dapat digunakan sebagai alat peningkatan disiplin belajar.

Sifat rahasia atau terbuka itu tiqak hanya diterapkan pada


pengadministrasian tes tetapi juga pada hasil tes. Kekuatan dan keterbatasan
hasH tes yang diumumkan itu an tara lain:
Kekuatan-kekuatannya adalah:
a. Peserta tes yang lulus, apalagi kalau nilainya bagus, akan menjadi
bangga karena diketahui oieh teman-temannya. Dan ini akan memacu
untuk belajar lebih baik lagi atau sekurang-kurangnya untuk
mempertahankannya.
b. Terjadi semacam perasaan dilayani secara layak dan perasaan dihargai.
c. Tumbuh kepercayaan para mahasiswa kepada lembaga pendidi~an di
mana mereka belajar, khususnya kepada dosen yang bersangkutan
bahwa tes beserta penilaiannya dilakukan secara objektif. Kepercayaan
ini makin kuat lagi apabila hasil pekerjaan tes dikembalikan kepada
mereka, dan dosen yang bersangkutan memberi kesempatan kepada

138
para mahasiswa untuk m~mbahas kunci · jawabannya dan
mempersoalkan nilai m~reka.
d. Pihak dosen tentu akari mengoreksi dan memberi nilai kepada setiap
pekerJaan peserta ·. tes dengan cemiaf karena. tidak · ingin · kepercayaan
mahasiswa kepada dirinya hUang
'- ' . .. '
karena kecerobohannya. ·

- K~terbatasannya aclalah: .-
a. Membuat malu mahasiswa yang tidak lulus atau nilainya rendah yang
pada gilirannya akan menghapuskan motivasi belajamya. ·
b. Kesempatan untuk demokratisseperti yang diutarakan pada keuntungan
butir c di atas dapat saja cenderung menjadi prot~-protes yang
meng~rah kepada keadaan "chaos".. . . _ _
c. Dosen yang ·karena ~tu dan lain hal tidak dapat mengumumkan tepat
Waktu, akan merasa me11lplln9a1 beban mental yang berat dan merriang
dapat menjurus kepada cemoohan oleh para mahasiSwa. .
d. Memerlukan kemampuan administrasi yang prima yang memerlukan
fasilitas dan dana tambahan.
',, . -· . ' b , ,.

Jika hasil tes tidak. diumum~n. f!laka kekuatan-kekuatannya antara lain


adalah:
a. Tidak menuntut kemampuan administratif yang prima dan mahal,
b. Tidak akan- terjadi protes-protes dari pihak peserta tes yang akan
merepotkan para dosen- maupun · lembaga pendidikan yang
bersangkutan. ·
c. Jika dipandang perlu, nilai seorang peserta tes dapat diputuskan dengan _
mengikutsertaka~ faktor-faktor non. tes, kerajinan misalnya.

Dan keterbatasan-keterbatasannya adalah:


a. Tes itu tidak ada atau kurang bergUna karena tidak komunikatif dengan
para mahasi_swa. atau orang tua mahasiswa yang bersangkutan. Padahal
tes hasil belajar · itu berfungsi dan bermanfaat jika dikomunikasikan
- kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

139•
-b. DapaLsaja terjadi seseorang dosen ltu "main hakim sendiri" tanpa
diketahui oleh siapa pun. . ..
c. Para mahasiswa tldak merasakan ha5il jerih payahnya padahal hasil yang
. diperoleh ini memberi motivasi .yang sangat. penting dalam pr0 ses ·
belajar,

3. ,:'fes.4jsan atau T'e5 Tertulis

.· Kekuatan tes tertulis antara lain adalah:


a. K~m~puan ~-me~ilih- kata-kata, · kekayaan informasi, kemampuan
berbahasa, kemampuan memilih ataupun rnemadukan ide-ide, dan
· ·.- -.pr9~.b~rpikir pes~rt~ tes dapatdilihat dengan nyata: .
b. ~mamp!,lan--k~matl\puan .seperti yang· disebutkan. pada butir a di atas
dapat dibandingkan antara yang satu dengan yang lain.
c. Qalam waij.tu yang r:eli;iti£ terbatas. dapatdilaksanakan tes yang terdiri_atas
sejumlah besar peserta tes sehingga ekonomis.
d. Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang korektor Oika bentuk
te$nya eselj ~h!~gg~ lebih objektif.

Sedangkan keterbatasan-keterbatasannya antara lain adalah:


a; Khusus untuk tes·bentuk esai;· t-es tertulis itu menuntut tugas peserta tes
yang terlalu berat.
b .. Dalam hal tes 'bentuk esai khususnya, maka ketunabahasaan akan
merugikan peserta. tes yang bersangkutan apabila masalah bahasa
diperhitungkan di dalam memberi nilai.
c. ·· Yang bersifat massal itu bias~ya kurang baik dibandingkan dengan
yang individual. · .
d. MahasiSWa . cenderung menuliskan jawabanpya berpanjang--panjangs
sehingga jawaban tetsebut malah menyimpang dari persoalannya, hal inf ·
'tak dapat dikontrol oleh dc>sen. Di samping itu karena asyiknya tel'J)aku
pada salah satu butir, akhimya mahasiswa lupa waktu sehingga pada

o.140 ....
saat waktu tes habis peserta tes yang bersangkutan belum beranjak ke
butir tes yang lain.

Bagi tes lisan kekuatan-kekuatannyaantara lain:


a. Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih cennat dan dapat
dilakukan "probing" sehingga penguji mengetahui persis di mana posisi
hasil belajar peserta didik yang bersangkutan.
b. ·Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes tertulis yang telah
diuraikan di atas dapat dipantau secara langsung oleh dosen yang
mengujinya.
c. Dengan tes lisan memungkinkan teijadinya komunikasi dua arah dan
dialog aktif. Ini mendorong mahasiswa menyiapkan diri sebaik-baiknya.
d. Mahasiswa dapat mengemukakan argumentasi-atgumentasinya secara
lebih bebas sehingga dosen yang menguji mengetahui persis jalan pikiran
mahasiswa.

Sementara itu keterbatasan-keterbatasannya antara lain adalah:


a. Tidak ekonomis.
b. Jika yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu lawan satu maka
dapat teijadi subyektivitas yang sukar dikontrol.
c. Memungkinkan dosen "main hakim seridiri"; bahkan dendam pribadi
dapat dilampiaskan di situ.
d. Bagi peserta tes yang "gagap" atau "grogi" dirugikan oleh sistem ujian
Hsan ini.

4. Tes Tindakan atau Praktek

Bagi tes tindakan atau praktek, kekuatan-kekuatannya antara lain


adalah:
a. Teijadinya pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya keterampilan
yang dirumuskan di dalam TIK.

141
b. Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi atau
dihilangkan.

Sementara itu keterbatasan-keterbatasannya an tara Jain adalah:


a. Tidak semua bahan dapatdiujipraktekkan.
b. Mahal dan dosen .ditunfut lebih mampu dari mahasiswanya yang· hal ini
mungkin tidak dapat dipenuhi, terutama dalarn bidang Oiah raga.
c. Jika prakteknya tidak dalam keadaan yang sesungguhnya maka
mahasiswa cenderung main~main, /a tau kalau mereka juga sungguh-
sungguh maka kurang manfaatnya karena dalam praktek di dalam
kehidupan sehari-hari tidak sama dengan situasi praktek "tiruan". Dalam
praktek tiruan* ini mahasiswa umumnya justru kikuk; jadi tidak
bedangsung wajar.

t-
·1+ Rangkuman
.
Pengadministrasian tes adalah pelaksanaan tes, mulai dari proses
penyuntingan naskah tes sampai dengan mengerjakan tes. Langkah-
langkah pengadministrasian tes meliputi penyuntingan tes, penggandaan
naskah tes dan pelaksanaan tes.

J\ latihan

1. Apa yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan perangkat tes?


2. Apa saja yang harus Anda perhatikan pada saat menyunting naskah tes?
3. Apa kekuatan pengq.dministrasian tes dengan cara 'open book' (catatan
terbuka)? Apa pula kelemahannya?
4. Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan tes lisan dan tes tertulis!
Apa kekuatan dan kelemahan keduanya?

142
V. PENGOLAHAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN

1. Pengolahantla..ITes.

Pepgolahan. hasU tes merupCJ.k.an kegiatan Janjutan pengadministrasian


ujian~ yaitu memeril<sa hasil ujian dengan mencocokkan jawaban pes~rta
dengankun~i jawaban untuk te5 kogni~fdan tesketerampdan. .
Dalatn uraian berikut ak.an dibicarakan bagaimaria mengolah hasil t~
·kognitif dan ·tes keterampilarrsehingga diperoleh. skor setiap peserta tes. Dari
skor iriilah dit\.lru!lkal1 nilai mereka~ · '·
. . .

a. Mengolah h~il tes yang mengi.Jkur kema"?puan ·berpikit


. ..

Pntu~ mengukur kemampuan berpikir dapat dikembangk.an tes · bentuk


objektif atau' tes ,. b~,mtuk uraian baik terbukci maupun . uraian terbatas:
Mengolah tes bentuk objektif lebih cepat, sederhana dan . mudah
dibandingkarl .dengim tes bentuk uraja'h. Sirri8klah kedua uraian; berikut
untuk membanding~n prosedur yangditempuh dalarn merneriksa ·h~U tes.

1) Tata cata rnemeriksa basil tes objektif

Dalatn merakit tes, salah satu komponen yang harus diperhatik.an yaitu
mempersiapkan lembar jawaban. Salah satu contoh lembar jawaban
terdapat pada foiTha't 5.1. · F~rmat semacam ini digunak.an bilamana
pemeriksaan dilakuk.an secara ·manual '(diperiksa sendiri ·oleh dosen atau
panitia). Bilamana lembaijawaban diperiksa dengan alat pembaca khusus•
(scanning machine), lembar jawaban tidak dapat menggunakan kertas biasa
tetapi rrienggunakan··kertas khusus yang·dapat dibaca oleh mesin pembaca.
Kertas serriacam ini dapat djpesan melalui agen komputer. ·

143
FORMAT 5.1: FORMAT J-EMBAR JAWABAN

Nama: ........................-..... ·

A 8 C D A B C .D A B C. . D
/
1. . 21 . 41 .
2.
. ; " '.

22. / 42.
3. 23. 43.
4.- 24. ""
44.
5. 25. 45.
6. 26. ' '46.

7. 27. .7.
,._: 28. ~
8.' 48.
9. 29. 49.
10. 30. 50.
11. . 31_, 51 .
12. 32. 52.
13. 33. 53.
14. 34.
"
54.
15. 35. 55.
16. 36. 56.
17. 37. 51.
18. 38. 58.
19. 39. 59.
20. 40. '60.
Memeriksa hasil tes objektlf dengan cara manual
langkah berikut:
a) Salinkan format lembar jawaban (format di atas kertas
Cara menyalin dapat dengan memfotocopi atau meletakkan satu lembar
kertas transparan di atas lembar jawaban kemudian tnembuat kotak-
kotak sesuai dengan Format 5.1.

b) Pindahkan ·kund jawaban ke dalam kertas transparan pada butlr a) di


atas dengan memberi tanda lingkar pada jawaban yang sesuai (format
5.2.)

c) Pada waktu metneriksa letakkan kunci jawaban yang disalin pada


transparan tersebut di atas lembar jawaban peserta ujian. Usahakan agar
kedua kertas tersebut tumpang tlndih benar-benar. Kalau sudah tumpang
tlndih kedua kertas itu akan terlihat seperti Format 5.3.

Hitunglah berapa jumlah butir yang benar dengan memperhatikan


lingkaran. yang tum pang tindih dengan tanda pada Iembar jawaban peserta.
Jumlah ini adalah' skor yang dicapai oleh peserta. Untuk menghindari
kekeliruan, sebaiknya Anda menghitung pula jawaban yang salah dengan
melihat jawaban peserta yang berada di luar lingkaran. Seharusnya jumlah
jawaban yang benar dan jumlah jawaban yang salah serta jaw.aban yang
kosong (kalau ada) harus sama dengan skor maksimum Oumlah semua butir
pertanyaan).
Perlu juga dicatat bahwa adakalanya daiam menjawab butir soai, peserta
ujian tldak diperbolehkan menerka jawaban. Mereka yang menerka akan
didenda artinya skor yang benar dikurangi oleh skor yang salah sehingga
skor yang benar menjadi iebih kecif. Inilah sebabnya pada petunjuk umum ~
naskah ujian ada yang mencantumkan butlr berikut:

145
"Pikirkanlah sebaik-baiknya sebelum tnenjawab setiap soal, karena
SETIAP JAWABAN YANG SALAH AKAN .MENGAKIBATKAN
PENGURANGAN NILAI".

Pengurangan nilai atau Correction for' Guessing dihituug menurut


formula:

·. - ·. . .. . Jawaban yang salah


Skor = Jawaban yang benar- · ·. ·. ·· (n.: l} .. · . ·

n adalahjumlah altematif pilihanya.rtg disediakan. · .·


FORMAT 5.2: LEMBAR KUNCI JAWABAN
(di atas transparansi)

Nama: ............................ .

A B C D A 8 C D A B C D

1. IC) 21. IC) 41.

2. IC) 22. 0 42.

3. () 23. 0 43.

4. 0 24. () 44.

5. 0 25. IC) 45.


6. u 26. 1U
()
46.

7. () 27. . 47.

8. () 28. () 48.
9. 0 29. 0 49.
10. 0 30. () 50.
11. 0 31. 0 51.
12. 0 32. 0 52. I

13. () 33. 0 53.


14. () 34. 0 54. I
15. 0 35. 0 55.
~
16. 0 36. () 56.
17. 0 37. () 57.

18. 0 38. 0 58.


'

19. () 39. ()I 59.


20. () 40. () 60. I
I

147
FORMAT 5.3: LEMBAR JAWABAN DAN KUNCI JAWABAN

Nama: .. AR?. .A-.1?.~ ........... .. Matakuliah: .. -~~?,q~4~.~-~- ?~?.~~~¥~......

A B C D A B c D A B c D
1. IC) X 21. 41.
2. () X 22. 42.
3. 10 23. 43.
4. X IC) 24.
.
44 •
5. 0 45.
6. IC) X 26. 46.
7. () X 27. 47.
8. X () 28. 48.
9. X0 29. 49.
10. I® 30. 50.
11. X () 31. 51.
12. 0 32. 52.
13. () X 33. 53.
14. X () 34. 54.
15. 0 35. 55.
16. X I() 36. 56.
17. X () 37. 57.
18. Q9 38. 58.
19. X () 39. 59.
20. 10 X 40. 60.
18 SKOR: 22

148
Contoh: Peserta ujian · pilihan berganda dengan 4 altematif ·. pilihan
rnenj~wab betul 65 butir•. dijawab salah 15 butir dari 80 butir soal.
· Jadi ·skor peserta adalah:

. .. 15 ·. 15. ·.
Skor=65--.-·-· =65--·- ·
· · n-1·.·. 4....,1
. ~65...,-5=60

Cara lain Untuk me:meriksa bentuk objektif dapat d~ngan_ memodjfikasi


prosedur· di atas, terserah pada Anda untuk memilih yang paling>praktis,
c~at clan tepat. . .. .
Memeriksa ·lE!mbar jawaban dengan menggunakan mesin pembaca tidak .
akan diuraikan di. sini karena pengguriaannya masih sangaHerbatc;1s .. Hal ini
disebab~n selain kertas y~mg. dipakai untuk lembar jawaban harganya
mahal juga· mesin pembacanya sangat. mahal dan basil bacaannya harus
disambungkan dengan perangkat korriputer.

2) Tata cara memeriksa


/. . basil.. tes uraian
. . .
terbatas.
. . .
Pada w~ktu membicarakan pengembangan butir tes ur~ian dianjurkan
agar pertanyaan dibatasi atau dibuat tertutup sehingga jawaban untuk soal
, tersebut tidak memberi kemungkioan jawaban. yang betmacam~macam.
Dengan tes uraian terbatas atQ.u 1:ertUtup kemungkinan jawabc;innya sudah
dibatasi sehingga pedoman penilaianriya lebih mengarah pada penilaian
objektif. Pedoman p~milaian ·yang dibuat penyusun butir soal inilah yang
akan digunakan sebagai .acuan dalam memeriksa lembar jawaban ujian
uraian. Namun sel5el\l~nmenggunakan pedornan penilaian tersebut perlu
diperiksa [ebih qahulu (ipakah jawaban yang diminta oleh penulis soal sudah ,
sesuai dengan tirigkat penguasaan peserta .tes. Pengalaman mem.lnjukkan
bahwa tidak jarapg jawaban yang diharapkan oleh penulis soal terlalu
banyak, atau terlalu sulit atau kedua-duanya. Bila terlalu banyak atau rinci
konsep yang diharapkan. penulis dalam jawaban dan pedoman 'penilaian

149
tidak ditinjau kembali dapat mengakibatkan banyak peserta tidak Iulus. Di
/ samping itu, jika terlalu sulit arti. konsep yang diharapkan (sebagai
konsekwensi dari proses_ berpikir yang terlalu berat) maka .pedoman
penilaian perlu di ujicobakan. Itu1ah sebabnya dalam tata cara pemeriksaan
butir~ soal uraian langkah-langkah yang haru$ ditempuh ad~ah sebagai
berikut: ·
a) Ambil lembar jawaban ujian (LJU) peserta sekitaf 10%. Pengambilan
dilakukan secara acak; Bilamana Anda telah mengetahui kemampuan .
peserta misalnya· _mahasiswa yang Anda ajar seridiri, sehingga _Anda.
mengetahui be~ar siapa yang p~ndai di kelas itu; siapa yang sedang saja
tingkat 'kemampuannya · -dan siapa · peserta · tes . yang . kurang
kemampuannya; maka ·pemilihan secara acak tidak · diperlukari, ·tetapi
pilih peRetjaan darrsalah seoiang peserta tes yang pandai, dua peketjaan
- dan pesert.a yang kemampuannya sedang dan peketjaan dari seorang
yang kemampuannya ktirang. .

b) Lembaran jawaban mereka yang diperoleh di_ atas diperiksa dengan


menggunakan pedornan periilaian ya_ng dikembangkan penulis soal .
. Pemeriksaan dilakukan untuk setiap butir _soal. Mulai dengan butir soal
pertarha. · - ·

c) Setelah empat lembarjawaban selesai diperiksa untuk butirtes pertama,


catatlah skor masing-masing peserta tes. Seharusnya peserta yang pandai
di kelas . akan mendapat skor yang tertinggi dan mendekati skor
maksimum, sedangkan peserta yang kemampuarmya kurang,
mendapatkan skor paling -rendah dibandingkan dengan tiga peserta
fainri.ya. Distribusi skor semacam ini --menunjukkan bahwa -pedoman
penilai~m untuk butir soal ini sudah sesuai. Sebaliknya bila distribusi .
skomya tidak· demikian, misalnya semua mahasiswa inendapat nilai
rendah, betarti pedornan penilaian tersebut terlal.u ber~t. Dengan kata
lain pedoman harus ditinjau kembali, biasanya kriteria yang dicantumkan
dalarn pedoman dilonggarkan; Bilamana semuanya mendapat nilai baik,
petneriksa ·harus kernbali meninjau ped<;>man, kem.ungkinan ada konsep ·
atau kriteria ta:mbahan yang perlu ditam~ahkan ke dalam pedoman,

d) Setelah pedoman skoring diujicobakan dan bila perlu · diadakan


penyesuaiah,' .butir tes pertama diperiksa jawabannya untuk semua
peserta, kemudian .butir soal kedua untuk seinua peserta dan begitulah
sampaLdengan butir soal te:takhir.

e) Setelah semua lembar jawaban. diperiksa, da!l skor selunih pertanyaan


· sudah dijumlahkan · untuk. setiap peserla, maKa penyebatan skor untuk
. seluruh peserta tes akan cenderung mendekati kurva normaL
. . ' ' ,

·Sampai·sekarang belum.dimungktnkan untuk memeriksa_lembar jawaban


tes l1raian · dengan menggunakan m.~In pemeri~, jadi harus ·dilakuki:m
secara manuaL Inilah yang menye_babkan pemeriksaan tes uraian .selain
me~akan waktu yang lama;juga unsur s\.ibyektiVi~ masih m.ungkin masuk
· di dalamnya. Opaya . pemeriksaan tes uraian dengan menggunakan mesin
. .

masih terus dalam penelitian. ·

b.. Mengolah hasil tes yangJnehgukur kemampuan keterampilan fisik.


. .

Mengolah hasil observasi yang. menguklir k~mampuan keterampilan fisil<


tidaklah sukar. ·Pengolah menjumlahkan semua sk()r sesuai dengan skor yang
dipilih oleh penguji. Perhatikanlah contoh penilaian keterampilan dalam
permainan bulu tangkis di bawah ini.

Ada 4 aspek yang menjadi pusat perhatian dalam permainan bulu


·tangkis yaitu:
1) kemampuan servis.
2) kemampuan pukulan
3) memilih strategi
4) mengatur kaki dan kedudukan (posisi).

151
·. Setiap aspek diberi,skor dari 3 ,gampai dengan 1 sesuaLdengan p~domah
berikut:
af diberi skor 3 kalau kemampuan yang diamati di atas kemampuan rata-
rata
b) diberi skor 2. ~au kemampuan yang diamati berada pada .k~mampuan
rata~rata
c) diberi skor 1 kalau kemampuan yang diamati di .- bawah kemampuan
rata-rata. · ·

·l)~e111pataspek yang diamati. pada permainan bulu tangkis diuraikan atas


sasaran pengamatan beril~ut:
1. Kemampuan ~ervis:
a) k~dudukan buh.t·iiYam (shuttlecoc:k) pi;lda waktu 3 . ·2 1
pada waktl.t akan Illemberi serviS .

b} kedudukan raket pada saat selesai ·mc:!mberi servis .3 2 1


- • •• < • -

c) kedudukan pemain pada waktu memberi ~rvis ... 3 2 1

d) tinggi servismenurutteknikservis yang digunakan 3 2 1

2. Kemampuiin Pukulan:

a) pukulan tinggi-tinggi dan dalarn 3 2 l

b) pukulan smash pukulan di atas kepala dan persis di 3 2 1


depan lawan

c) pukulan drive tajam dan pendek di atas net 3 2 1

d) pukulan drop 3 2 1

. 1!52
3. Memilih Strategi:

a) menempatkan pukulan pada seluruh lapangan 3 2 1

b) menampilkan berbagai.pukulan pada berbagai ·. ~ 3 2 1


kesempatan · .·

c) mengguriakan kesempatan atas kelemahah lawan· 3 2 1

d) rnenggunakan pukuian terbaikyang


..
dimiliki sendiri ·· 3 2 1

e) kedudukan yang lentur di tengah~tengah lapangan 3 2 1


sehingga qapat meniainkan_setiap jenis pukulan

f) dapat rriengatur tubuh dalam permainan 3 2· 1

g) tubuh berada dalam posisi yang tepat pada setiap 3 2 1


puk~ah

h} raket berada pada ketinggian antara bahu dan · 3 2 1


kepala dcut siap untuk digunakari, mata selalu
diarahkah padakok. ·

Dalam contoh tersebut terdapat 4 aspek yang menjadi objek penilaian.


Setiap aspek memiliki empat sasaran pengamatan. Jika setiap sasaran
mendapat skor maksimum 3, maka skor ma~imum untuk 4 aspektersebut
adalah ·
4 X 4 X 3 =48
(aspek) (sasaran pEmgamatan) (skor maksimum)

se<;langkan skor minimumnya adalah


4x4x 1 = 16

153
Jadi skor setiap peserta tes bergerak antara .16 sampai den!fcm 48 kecuali
diantara sasaran observasi ada yang tidak diisi. Selanjutnya rentangan .skor
setiap asp,ek dapat dihitung. yaitu berada antara 4 - 12. Dengan
inemperhatikan skor yang dicapai oleh setiap pemain dapatlah diketahui
k~kuatan ·dan kelemahan seseorang ·pada setiap aspek. ·
Bilarnana pertanyaan yang diberika:n dalatn ujian~ tertulis, maka cara
mengolahnya sama dengan cara r:nengolah tes yang mengukur ranah kognitif
baik bentuk objektif maupun bentuk .uraian.
. ' . .

2~ Pend~kaban Penilaian dan ~enilaian (Grading)

Sebelum membicara~an pemb~rian pEmila~an ,kepaqa mahasiswa, akan


dibicarakan dua pendekatan yang .· berlaku ·· dalam penilaian hasil
?embelajar~n. Kedua jenis pendekatan tersebut adalal1 Penilaian Acuan
Norma (Penilaian_ Acuan Relatif) disingkat PAN dan· Peniiaian Acuan
Patokan (P~nilaianAcuan Kriteria, PeQilaian AcuanAbsolut) atau PAP.
_Bab .ini terdiri dari dua bagian. yaitu bagian yang berkenaan dengan
Penilaian Ac\lan Norma dan bagiart tentang Penilaian Acuan Patokan.
KonseJ,-konsep yang 'dikembangkan berikut ini merupakan acuan dalam
pemberian nilaf. Dalam kondisi lembaga pendidikan sebagaimana sekarang
ini, masing-masing pendekatan ini tentu tidak dapat dilaksanakan secara
mumi, di sana;.sini perlu diadakan penyesuaian yang kadang~kadang
merupakim kombinasi dari kedua pendekatan ini. ·
. '

a. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)

Nilai sekelompok m~hasiswa dalam satu proses pembelajaran didasarkan


pada tingkat penguasaan·di kelompok itu. Artinya pembedan nilai mengacu
pada perolehan nilai di kelompok. itu. ·

154
Contoh:
1. Satu kelompok anak didik terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai
mentah)

50,45,45,40,40,40,40,35,35,30

Dari skor ini dapat dibaca bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 50 dan
perolehan terendah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan kepada
skor tertinggi, misalnya nilai 10, 'secara proporsional skor di atas dapat
diberi nilai 10, 9, 9, 8.

Cara lain ialah dengan menghitung persentase .jawaban benar yang


dijawab oleh setiap orang. 1\emudian kepada persentase tertinggi
diberikan nilai tertinggi. Jika nilai mentah di ·atas didapat dari .60 .butir
pertanyaan a tau skor maksimumnya 60 maka:

a e .. engola han N'l1 a1· Menta h MenJa


Tbl51P . d'1 (1 -10)
a. Nilai Mentah 50 45 45 40 40 40 .35 35 30
b. Persentase 83,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,3 58,3 50,0
yang betul
c. Nilai (1-10) 10 9 9 8 8 8 7 7 6

Sekelompok mahasiswa terdiri dari 40 orang


memperoleh nilai mentah sebagai berikut:

55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 34 28
48 42 40 37 35 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21

Penyebaran nilai tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

155
Tabel5.2: Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10)

Jika Skor PersEmtase


Jumlah Jika 55 diberi
No. Nifai Mentah . maks. 75 maka diubah menjadi
Mahasiswa 10maka
%yang benar nilai (1-10)
1 2 3 4 5 6
I
.1 55 1 10,0 7;3,3 10,0

:
. ·.. 52 .•
1
. .
9,5 69,3 9,5
3 49 1 8,9 65,3 8,9
4 48 1 8) 64,0 8,7
5
6
46
43
1
3
8,4
7,8
. 61,3
57,3 /
8,4
1,8
.i 7 42 1 7,6 56,0 i 7,6
di:-' 40· 3·,; 7,3 53,3. 7;3
·.9.• 39 2 .7,1 .. . 52,0 7,1
10 38 2 '. 6,9 50,7 6,9
11 37 5' 6,7 49,3 6,7
12 36 A 6,5 48,0. 6,5
I•
13 35 3 6,4 46,7 6,4
14 34 4 6,2 45,3
1 6,2
15 33 2 6,0 44,9 6,0
16 32 2 5,8 42,7 5;8
17 30 1 - 5,5; 40,0 5,5
18 28 1 5,1 37~3 5,1
19 22 ' 1 4,0 29,3 4,0
20 21 1 3,8 2a.o 3,8
Jumlah mahasiswa :;:: 40

Jika nilai mentah yang paling tinggi 55 dib~ri nilai 10, maka nilai untuk:

52 .
52 adalah -. x 10
55 ...
= 9,5
49
49 adalah - x 10
55
= 9,0
.
dan seterusnya.

156
PEKERTI-AAI([Jenifaian :Jfasi{<&fajar e

Sekiranya soal · tersebut nilai maksimumnya adalah 75 Anda ingin


menghitung nilainya dengan persentase maka cara menghitungnya adalah:
skor mentah tertinggi 55 diubah menjadi persen:
55
- X 100% = 73.3%
75

skor mentah 52 diu bah menjadi


52 .·
75 X 100% = 69,3%

dan seterusnya seperti tercantum pada tabel5.2. kolom 5.

Bilamana persentase pada kolom5 dijadikan nilai (1-10) di mana 73,3%


diberi nilai 10 maka perubahan nilai persen menjadi (1-10) untuk setiap
nilai mentah tercantum pada kolom 6.

Nilai akhir yang .dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi


nilai (1-10) atau nilai mentah menjadi persentase kemudlan menjadi nilai (1 -
10) hasilnya sama. Yang tercantum pada kolom 4 sama dengan kolom 6.
Kalau pada contoh I) nilai hasil ujian bergerak antara 6 dan 10; pada
contoh 2) nilai hasil ujian bergerak antara 3;8 dan 10,0. Dengan kata lain
pada kedua kelompok ini tidak ada nilai 3, nilai 2 atau · nilai 1 padahal
rentang nilai yang diharapkan adalah 1 sampai 10.
Bilamana jumlah anggota. kelompok tidak hanya satu kelas tetapi
beberapa kelas sehingga banyaknya mahasiswa ratusan jumlahnya maka
untuk memberi nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik
sederhana yang menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan
simpangan baku kelompok (mean, dan standard deviation).
Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran)
kemampuannya mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan
sangat kurang.

157
Di bawah ini digambarkan penyebaran kemampuan anggota kelompok
menurut kuroa normal
Percentage of Cases Under Potions
of the Normal Curve

Standard
Deviations -4cr -10" 0 +1cr

. Gambar 5.1. Penyebaran Berd~sarkan Kurva Normal

Gambar di · atas tidak hanya penyebaran kemampuan tetapi juga


f~nomena lainnya seperti tinggi badan sekelompok orang dewasa, berat
badan anak usia 10 ·tahun, ukuran sepatu orang dewasa,. berat masing-
masing biji kacang goreng dan sebagainya.
Menurut distril:msi kuroa normal, sekelompok mahasiswa yang memiliki
skor rata-rata 60 dalam kelompok itu, jumlah peserta adalah

60 sampai dengan (60 + 1 S,B.) adalah 34,13%


(60 + 1 S.B.) sampai dengan (60 + 2 S,B.) adalah 13,59%
(60 + 2 S.B.) sampai dengan (60 + 3 S.B.) adaiah 2,149to

Begitu juga jumlah anak didik yang mendapat skor 60 ke bawah, adalah:
60 sampai dengan (60-1 S.B.) adalah 34,13%
(60-1 S.B.) sampai dengan (60-2 S.B.) adalah 13,59%
(60-2 S.B.) sampai dengan (60-3 S.B.) adalah 2,14%

158
Dengan perkataan lain jumlah anak didik. yang. memperoleh ·skor antara
(+1 S.B. s.d ~ l S.B.) adalah 68,26%, yang mendapat·skor( +2 S.B. s.d- .2
S.B.) adalah 95,44%. . . ·~ .. . . . .
Selimjutnya akan diuraikan .bagaimana inencarL skor rata-rata dan
besamya sirhpangan baku menurut cara yang J)al~ng sederhana.

1) ,Mencari harga rata':'rata (mean) . . •.. . .


Untukperhitungan skor rata-rata kelas~ig\.makan data pada Tab.el 5.2.
Jumlah skor mentah keempat puluh mahasiswa adal~~ }556~ J~mlah
mahasiswa adalah 40. Jadi skorrata-rata ad~~h:

Jumlah sekor selunih anak didik X


=-
Jumlah anak didik N
= 1556 = 389
. 40 .'

2) Mencari Simpangan Baku (S.B.)

Humus simpangan baku:

Juniahskorl/6pesertaKelatplkTuiggi -juniahskoc l/6~Kelatp)kRm:lah <*>

1/2 jumlah cpeserta

a. Jumlah skor 1/6 dari mahasiswa yang memperoleh skor tinggi yaitu
jumlah =55+ 52+ 49+ 48 + 46+ 43 = 336

b. Jumlah ·skor 116.


dari mahasiswa yang memperoleh skor rendah yaitu
jumlah == 33 + 32 + 30 + 28 + 22 + 21 = 198

.
C*l W.L. Jenkins dalam EdwardS, C.H., et. al (1977) dalam Planning, Teaching and
Evaluating, Nelson Hall, Chicago.

159
c. Simpangan Baku =
Jtnriah skor 1/6 peserta kelorqrlc tinggi- Jumlah skor 1/6 peserta keloll'p)k rerrlili ·
1/2 peserta

336 -198 = 138 = 6 9


1/2K40 20 '

Dengan mempergunakan skor rata-rata dan simpangan baku dapat


dihitung bahwa, 34,13% mahasiswa mendapat skor antara 38,9·dan (38,9
+ 6,9) atau
3413 . .
- ' - x 40 mahastswa mendapat skor 38,9 dan 45,8
100

14 orang mahasiswa mendapatskor antara 38,9 dan 45,8.


Dengan cara yang sarna dapatdikatakan bahwa
14 orang rnahasiswa rnendapat skor antara 38,9 dan (38,9 + 6,9)
atau
14'orang rnahasiswa rnendapat skor antara 38,9 dan 32,9

Kuriku!um 1975 menggunakan nilai rata-rata dan sirnpangan baku untuk


rnenentukan nilai 0 sarnpai 10 dari skor mentah. Penentuan nilai ini
rnenggunakan Tabel5.3 di bawah ini.

160
Tabel5.3.: Konversi Skor Mentah Ke dalam Nilai 1 -

SKORMENTAH NllAI CONTOH


(1-10)
Skor rata-rata + 2,25 S.B. 10 Dari Tabel5.2.
Skor rata-rata + 1, 75 S.B. 9 Mahasiswa dengan skor mentah 49
· Skor rata-rata+ 1,25 S.B. 8 mendapat nilai
Skor rata-rata +0, 75 S.B. 7 38,9+ 6,9x = 49
Skor rata-rata +0,25 S.B. 6 49-38,9
x=
Skor rata-rata -0,25 S.B. 5 6,9
Skor rata-rata -0,75 S.B. 4
X= 10•1 = 146
Skor rata-rata -1,25 S.B. 3 6,9 ,
Skor rata-raja -1,75 S.B. 2
Skor rata-rata -2,25 S.B. 1 Jadi ·nilai ·8,5

Contoh 2.
Juga dari Tabel 5.2.
Mahasiswa yang mendapat skor mentah 32 dengan menggunakan Tabel 5.3.
nilainya adalah:
Skor mentah = skor rata-rata + ... S.B.
· (misalkan .... = a)
32 = 38,9 +ax 6,9
32-38,9 =a+ 6,9
a .= - = -1
6,9

Jadi koefisien (a) S.B = 1 atau 1 Simpangan Baku di bawah skor rata-rata
atau
-1 S.B terletak antara 0, 75 S.B dengan
-1,25 S.B tepat di tengah 0,75 S.B dengan -1,25 S.B atau
pada nilai tengah antara 4 dan 3 yaitu 3,5.

161
Pemberian nilai dengan huruf didasarkan pada besamya skor rata-rata
dan simpangan baku. Blood dan Budd (1972, h: 201) menggunakan
rentangan berikut untuk masing-masing nilai:

Nilai Rentangan Simpangan Baku


A di atas 1,5 S.B.
B 0,5 S.B. - 1,5 S.B.
C -0,5 S.B.- 0,5 S.B..
D -1,5 S.R - -0,5 S.B.
E di bawah - 1,5 S.B.

b. Pendekatan Penilaian Acuan Patokan(PAP)

Dalam salah satu harian ibu kota terdapat .satu advertensi mengenai
kesempatan bagi pemuda Indonesia untuk menjadi penerbang dengan syarat
antara lain:
1) Pria
2) Warga Negara Indonesia
3) Tinggi badan minimal165 em
4) Panjang kaki minimal 100 em

Syarat di atas merupakan· patokan pada waktu mengajukan lamaran.


Bilamana salah satu dari patokan itu tidak terpenuhi lebih baik tidak usah
melamar, Khusus mengenai tinggi badan dan panjang kaki persyaratan
minimalnya adalah 165 em dan 100 em. Mereka yang melebihi ukuran
tersebut dapat diterima lamarannya atau luius, sebaliknya mereka yang
kurang dari ukuran tersebut tidak berhasil atau tidak lulus.
Dalam proses penilaian terdapat juga pendekatan yang menggunakan
pola di atas yaitu untuk menentukan kelulusan seseorang ditentukan
sejumlah patokan. Bilamana seseorang telah memenuhi patokan tersebut ia
dinyatakan berhasil atau lulus atau telah menguasai bahan tersebut.
Sebaliknya bila seseorang belum memenuhi patokan, ia dikatakan gagal atau

162
belum menguasai bahan tersebut. Patokan dalam proses pembeiajaran selalu
mengacu pada tujuan inshuksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Keberhasihm seseorang dalam proses pembelajaran ditentukan oleh tingkat
penguasaan tujuan instruksional. Qengan kata ·lain nilai atau kelulusan
seseorang ditentukan oleh penguasaan tujuan instruksional. Jadi berbeda
dengan penilaian acuan norma di mana nilai ·atau kelulusan seseorang
ditentukan oleh kelompoknya.
Penilaian dengan pendekatan patokan (Penilaian Acuan Patokan, PAP)
selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas. Sesuai dengan namanya yaitu
belajartuntas, semua tujuan instruksional yang mudah atau yang sukar, yarig
penting dan yang kurang penting harus benar-benar dikuasai. Misalnya
dalam belajar tuntas berhitung di SD kelas 1 dinyatakan setiap anak didik
harus menguasai penjumlahan dan pengurangan bilangan 1 sampai 10.
Untuk penguasaan yang tuntas, kriteria yang dikembangkan antara lain,
Anak didik dapat:

1) menentukan angka 1 s/d 10 dengan tepat


2) menentukan angka yang mendahului atau yang mengikuti satu angka
3) , menentukan angka yang mana yang lebih besar dari yang mana atau
angka yang mana yang lebih kecil dari yang mana
4) membedakan tanda penjumlahan (+) dari tanda pengurangan (-)
5) menjumlahkan dua angka dari kiri ke kanan antara 1 sarnpai dengan 9
6) menjumlahkan dua angka dari atas ke bawah antara dengan 9
menjumlahkan tiga angka dari kiri ke kanan antara 1 9
8) menjumlahkan tiga angka dari atas ke bawah antara 1 sampai noJnn;;o•n

Untuk mengukur apakah ke delapan tujuan. di atas telah


dikuasai oleh anak didik, maka untuk setiap tujuan harus ada butir tesnya ..
Kalau digambarkan secara grafis akan diperoleh:

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Tl T2 T3 T4 T5 T6 T7

163
Contoh: 1) berbunyi: .anak didik kelas 1 SO dapat menunjukkan
.. angka l s/d 9·
T1 mungkin: a. linSJ<ari angka tiga pada 1, 2, 3, 4, 5
b. Hngkari angka empatpada 3, 4, 5, 6, 7,
8 dan seterusnya .

.Jaat untl.lk mer}getahui Penguasaari.l) dapatgitulis \)eberapa butir soal.


p~~.sejumlahbutirsoalini dap~t ~ike~ui kelemahan anak untuk tUjuan 1).
Kemun~kiniffi .· kelemahan. itu membedakan .angka 3 •. deng~n 8, angk~. 4
defigan .· 7, angka· 6 def1gcm 9, ··clan -~'£l6crg~irlya. Kalau kelemahar:t sudah
diketahuimaka guru· dapat rrief.nberikan perlakuan khusus untuk rhengatasi
·keie.m~han 1~rsebut bagi mereka yarig sudah menguasai dapat diperl-uas
petigu~nJiy~ pada tujucm tersebut sebelum pindah pada· ·. tuju~r:t
bEn;kiithyif2)~ ..•.. . . ·. . . . . ' .. . .. . . . .
· ''oirif&mtoh'inidapat diketahu1' bahwapenguasaan tujuan l) benar-
benar·tuntas.· Setiap tujuan eli atas mulai 1) sampai dengan 8) dilakuk~n
seperti pada contoh.
~n~trul~i ..
1) . ~butir
~ .
soal untukPAP
. . .

Ada persamaar;t pengembangari butit .soaf untuk penilaian acuan norma


dengan penilaian acupn Jgiteria antara lain kecluaf1ya menentukan lebih
. . .. ' . . ·. . •·. - . ""'·t :; ..- ~. .: , . ~ .,. .:. ,

dahulu'. hasil keiJlampuan apa yari.g -akan diukur'dan cara. pengukuran yang
bagairnana yang paling tepaf untuk meiihat kemampuan tersebut (dengan tes
tertulis; lisan, pengarnatan dan sebagainya}. .
Padapengembangan butir soal untuk keperluan acuan norma, tingkat
kesukaran soal hams diperhatikan. Butit soal yang dikembangkari tidak
seluruhnya mudah dan tidak seluruhnya harus yang sukar, tetapi kombinasi
dari butir. soal yang mudah, sedarig dan sukar. sehingga keseluruhan butir
soal ters~but tingkat kesukarannya disekitar 50%. Pada pengembangan butir
soal l;lntuk acuan kriteria tingkat. kesukarannya- tidak diperhatikan· karena
maksud soal ini bukan membedakan mahasiswa yang pintar dari mahasiswa

164
yang bodoh, tetapi melihat tingkat penguasaan seseorang terhadap bahan
atau tujuan instruksionaL Juga daya pembeda tidak diperhatikan dalam
penilaian acuan kriteria, justru yang menjadi perhatian adalah daya serap
mahasiswa. Sebaiknya semua bahan atau tujuan instruksional dapat dikuasai
oleh mahasiswa (tingkat penguasaan tOO%). Penguasaan 100% bahan sukar
dicapai sehingga ada lembaga yang merasa cukup dengan tingkat
penguasaan 75% to atau 80%.

2) Pemanfaatan Pendekatan Acuan Patokan (PAP)

Sebag~imana diuraikan di atas, penerapan penilaian acuan patokan


banyak dilakukan dalam sistem belajar tuntas dan juga dalam belajar
mandiri. Menurut Payne· (1974) paling tidak masih. ditemukan adanya
penerapan acuan patokan.ini.dalam hal-hal berikut:

a) Penempatan seseorang dalam rentetan kegiatan belajar. Misalnya


seseorang ingin mengikuti kursus Bahasa Inggris atau pelajaran
matematika. · Untuk menentukan di tingkat mana ia harus memulai,
apakah harus di tingkat dasar, tingkat menengah, ataukah di tingkat
lanjutan, kepadanya diberi seperangkat tes yang pengembangannya
berdasarkan acuan patol<an. ·Sebagaimi:ma namanya "Penempatan",
maka pelaksanaan tes sema<;:am ini selalu pada saat permulaan di mana
ses~orang menggabungkan dengan program.
acuan patokan paling digunakan
mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses
Informasi yang diperoleh melalui .diagnosa ini harus langsung dapat
lakukan, atau dosen dapat langsung. menentukan keperluan mahasiswa
agar proses pembelajaran membawa manfaat yang lebih bermakna bagi '
mahasiswa.
c) Pemberian tes yang didasarkan pada acuan patokan secara periodik
akan dapa.t memonitor kemajuan setiap mahasiswa dalam proses
pembelajaran Secara berkelanjutan dapat diketahui status

165
dalam satu rentetan kegiatan belajar. Pemberian tes semacam ini secara
periodik juga dapat memacu atau memotivasi mahasiswa untuk lebih
giat dalam belajar.
d) Mendiagnosa tingkat penguasaan kelas dapat dilaksanakan dengan
menggunakan hasil diagnosa individual. Tujuan instruksional yang
merupakan masalah bagi kebanyakan mahasiswa merupakan sasaran
.yang paling tepat untuk merancang kegiatan perbaikan (remediation).
e) Juga hasH monitoring individual dapat dijadikan sebagai monitoring
.kelompok atau hasH monitoring kelas; Dari waktu ke waktu kemajuan
kelompok atau kelas dapat dipetakan. Hasil pemetaan ini dapat
memperkirakan kemajuan yang diperoleh pada waktu yang akan datang.
f) Dengan tes acuan patokan penilaian pelaksanaan kurikulum dapat
diketjakan. Kemampuan masing-masing mahasiswa untuk
menyelesaikan kurikulum secara kumulatif akan dapat menentukan
keterlaksanaan kurikulum. Pelayanan kumulatif dosen terhadap masing-
m~sing mahasiswa juga menggambi:u metode yang paling tepat guna
dan tepat waktu.
g) Proyek atau program baru terlebih-lebih yang berlatarbelakang kegiatan
inovasi banyak menggunakan pendekatan acuan patokan. Dengan
pendekatan ini kelemahan proyek atau program dapat segera diketahui
dan diadakan penyesuaian agar dicapai hasil yang paling optimal.
h) Beberapa lembaga pendidikan yang ingin melacak kemampuan khusus
para mahasiswa dalam satu bidang sttidi, pendekatan acuan kriteria
adalah yang paling tepat untuk mendeteksinya. Sesuai dengan
pengalaman, ada sejumlah mahasiswa yang sangat menguasai
eiektronika tetapi kurang dalam arus kuat, sejumlah mahasiswa memiliki
ketelitian yang cukup tinggi tetapi kurang dalam berpikir rasional. Potensi
ini semua kalau dibina akan memotivasi individu dan kelompok dalam
belajar.
3) Penilaian Berdasarkan Acuan Patokan (PAP)

Seperti diuraikan tingkat kemampuan atau seseorang


ditentukan oleh · tercapai tidaknya kriterla. Misalnya seseorang dikatakan
telah menguasai satu pokok bahasan bilamana ia telah dapat menjawab
dengan betul 80% dari butir soal yang berasal dari pokok bahasan tersebut.
Jawaban yang benar 80% atau · iebih menyatakan bahwa _ia telah lulus,
sedangkan jawaban yang kurang dari 80% menyatakan yang bersangkutan
belum berhasil, ia harus mengulang kembali.
Apakah semua yang mendapat skor 80 % ke atas akan mendapat nilai
yang sama? Jawabannya tergantung pada sistem penilaian. yang digunakan,
karena ada penilaian yang menggunakan kategorl berhasil dan tidak berhasil
atau lulus atau tidak lulus, tetapi ada_ pula yang menggunakan kategbri A, B,
C, D, danE, di mana E; tidak lulus atau kurang.dari 80%. Bilamana sistem
penilaiannya hanya lulus dan tidak lulus maka semua yang mendapat nilai
80% ke atas (80%, 85%, 90%, 95%, dan 100%) mendapat kategori yang
sama yaitu lulus. Tetapi sistem penilaiannya yang membedakan skor 80%
atas akan memberi penilaian sebagai berikut:

Rentang skor Nilai


< 80% E
(80- 85)% D
5- 90)% c
5- B
A

Rentang mendapatkan nilai E dengan A


dicontohkan atas bukanlah rumusan yang baku. Batas kelulusan dapat
lebih rendah atau lebih tinggi dari 80% dan rentangan persentase skor dapat
lain dari apa yang digambarkan di atas.

167
Rangkuman

Pengdlahan ·hasil tes ·merupakan kegiatan lanjutan pengadministrasi~


em. ujian, ·yaitu memeriksa hasil ujicm dan mencocokkan j_awa.ban peserta
de11gan ktmci jawaban untuktes kogn~if dcm tes keterampilan.
Terdapat dua pendekatan . yang berlaku dcilq.m · penilaian hasil
pembelQjaran,: yaittti?eni/aianAc;uan Norma.(PAN) dan.Penilaian Acuan
l'ato~qn (J?AP);:. · . _ · · _._ . · · . _·_ .
. .. PAN m~rupakan penentuf.ln. nilcd maha8iswa dalcim sat.u proses ·
, peml>elaj~rcm yang didasarkan ~aa ting~at.pengu05aan di kelbmpok itu .
.· Artihya pemberian nUat mengacl.l pada per~lehan ~kor di kelompok itu.
. ' •. ·'pAf> suatu ciira mehe.;tukan T1ua; seseorang. yang didasarkan pada
·· pencapalan __ twuan pembelajar~n: ·_ -Kelulusan ·. telah. ditentukan/dipatok
·minimal horus mengtiasai sekian -%dan tujuan pembelajaran. Bilarilana ·
-seseordilg telah memenuhi patokari tersebllt ·;a dinyatakan berhasil.
· · Tetapi, bila belum memenuhi patokan dikatakan gaga! atau belum
menguasai bdhari tersebut.

Latihan

1. Bagaimana tata cara pemeriksaan hasil tes objektif?


2. Bagaimana tata cara pemeriksaan hasil tes uraian?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Penilaian Acuan Norm:a {PAN).
Jelaskan dengan singkat dan berikan .contoh yang konkrit.
4. Apa pula yang dimaksud dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan
(PAP). Jelaskan dan berikan contohnya.
5. Coba Anda bandingkan PAN dan PAP. Di mana letak perbedaannya?
Lalu bagaimana, dampaknyapada penilaian hasil belajar secara umum .

. 1~
VI. ANAL!SIS SOAL

Dalam bab VI ini akan dibahas anali.Sis soal yang mencakup analisis bUtit;
soal dan analiSis perclngkat soal~. Dalam . analisis .butir soal,· perhatian
· terutama ditujukan kepada menilai mutu. butir soal, yang berdasarkan pada. v
yga karakteristik butir soal yaitu: (l) tingkat kesukaran, (2) daya beda butir
soal, . dan (3) berfungsi tidaknya pilihan. Mutu. butir . soal tersebut akan
djpertimbangkan atas' dasar tiga · karakteristik ·. ini;. ·dan· dilakukan dengan
menggunakan pendekatan klasik. V · ·
. Perangkat. s6al· •akan .dianalisis . mutunya · dengan menggunakan· .dua
spesifikasi. pula, yaitu: · (l) validitas, dan (2) reliabilitas. Kedua spesifikasi ini v
merupakan hal yang paling esensial dalam menilai mutu perangkat soal.
Analisis ini diusahakan dergim menggunakan cara yang paling sederhana,
sehingga· da:pa~ dilakukan. oleh setiap dosen, walaupun tanpa paket
komputer tertentu. Tentu-saja di paspr banyak dijual paket analisis.·butir soal
. yang juga dapat,digunakan· oleh. dosen, seperti ·misalnya programJteman;
Tetapi penggunaan paket program seperti itu masih menuntuf .adanya
kemahi,ran untuk dapat menj~ankannya. ~rena itu maka hal tersebut itu
· tidak dibahas dalam bab ini.
' ' '

Kelemahan pokok butir soal buatan dosen ialah konstruksinya kurang


tersusun secara · baik. Kelernahan ini terutama disebabkan oleh sempitnya
.waktu yang tersedia'pada dosen untuk meny.usun butir dan perangkat soal
yang mutunya dapat dipertanggung jawabkan. Di satnping itu masih banyak
juga dosen yang memang kurang terlatih untuk menyusun butir dan
perangkat soal. Sebagai akibat kelemahan ini ialah banyak butir soal yang
digunakan tidak dapat mengukuraspek hasil belajaryang diharapkan untuk
dapat diukur. Untuk mengurangi kelemahan ini, maka setiap dosen harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menilai butir dan perangkat
soal· yang digunakannya.

169
Kemampuan ini menjadi ·lebih. penting bagi .para' doseri. karena kita
belum t~rbiasa untuk menggunakan butir ._tes baku.· Bahkan di .Indonesia
belum ada tes baku yang dapat diperoleh dengan mudah oleh para pekerja
profesional,·karena metnangbelum ada badan.;badan pengembang tesbaku
· yang menyediakan tes. hasil belajar secara komersial. Di beberapa negara
maju hat·. ini tidak terlalu m.enjadi masalah,. karen~. telah tumbuh berbagai
,b~n danlen.'lbaga yang·~engem~angkantes baku secara komersiaL Yang
· dibutuhkari ialah 5etiap dosen. haruslah memenuhi .persyaratan untuk dapat
.~~mbelf dan Il'l~~gg~nakrin ._ tes briku te~~but.
. ·.- . . . ·,. _.' ' .
'
Per5yaratan
..,,.....
. .
fersebut
.
.
adalah
-
· latar bE:dakc:mg pendidik~n yang dipunyai oleh dosen, dan pengakucm
t:>rganisasi profesi akan kemampuan dosen itu untu)t dapat menggunakan tes
baku pada levelterlentu, . ·
· Kenya"an ini memperkuat alasan akan.· keharusan pagi setiap .dosen
untuki:lapaJmengembangkan butlr dan perangkattesnya sendiri yang secara
. akademi~ dapat dipertanggung jawabkan sebagai alat ukur keberhasilan
belajar. Kemampuan itu harus pula disertai .dengan kemampuan
menganalisis butir dan perangkat soal, sehingga ~tiap butir dan perangkat
soal yang digunakan benar-benar merupakan alat ukur yang baik dan
'ie~rcay~; ·; ··· · ·

1. Alasar. pertunya anall$is .butir soal

Butir soal buatan dosen pada umumnya dikonstruksi secara tergesa.,gesa


dan tidak dapat diujicoba sebelum diadministrasikan. Akibatnya banyak butir
soal yang digunakan dalam ujian tidak dapat menghasilkan informasi yang
tidak benar atau tidak akurat tentang tingkat kemamp\,lan mahasiswa. Hal ini
tentu saja dapat berakibat jauh, karena hasil· ujian itu .acapkali d~gunakan
untuk mengambil keputusan t.entang .masa depan mahasiswa. '
Bila keputusan .
yang diambil didasarkan kepada informasi yang tidak benar. atau tidak
akurat, .yang disebabkan oleh alat yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi yaitu butir tes yang tidak terkonstruksi secara.baik, maka tentu.saja

170
keputusar1 demikian~ itu adalah ·keputusan .yang tidak dapat .dipertangglmg
. jawabkan; Jadi jelaslah bahwa. dibutuhkan adanya alat yang dapat diperdlya
yang dapatmengukl,lr apakah alatqkur (l:>utirsoal) yangdJgun~ memang
dapat dijadikan .da.Sar untuk menentukan keputusan yang bijaksana. lnilah
J)eran yang harus dimainkan oleh analisis butir soal, yaitu: mengukur butir
soal yang akan a~' yMg te~; ttigunakan; Hasil pengttkuran itu akan
memberi. keyakinan· pada •dosen<akan ·tepatnya ·keputusan· yang diambilnya
terhadap / mahasiswa.. ~utir soal•. yapg · ternyata .· tertalu lemah, akan sukiir
diPertanggung ·jawabkim ··. untuk · dijadikan sebagai da.Sar·. ·penentuan.
keputusan, terutama kepu~ yang sifatnya mengenai mahasiswa secara
h1dividua[ . ..
Kelemahan itu tidaklah terletak pada bentuk ~tau tipe' butir soal yang
digtitnikari; tetapi lebih banyak ditentuka.n oleh apakah butir soal itu
dikonstruksi secara baik atau tidak. Butir soal objektifakan sama baiknya
untuk mengukur keberh~ilan belajar maha5iswa dengan butir soal uraian
yang dik6nstruksi secara baik.. Bahkan.dalam. beberapa hal butir soal uraian
(essei) jauh lebih besar resikonya dari pa.da butir soal objektif,'karena mutu
butir. soal uraian. ti9ak hanya terletak pada Jremampuan mahasiswa untuk
menjawab soal· te~but, .teiclpi lebih .. bariyak dite.~tUkan ·oleh ·kemampuan
dan objektivitas dosen. dalam menskor hasil tes tetsebut. .
. . Selain itu butir soalobje~tif dapat dla~allsis secara lebih akurat dan
bertanggung jawab, sehingga dapat diketahui kelemahannya secara lebih
tepat. Hampir tidak mungkin atau belum ditemukan teknik analisis kuantitatif
yang. dapat mendeteksi kelemahannya secara akurat. Yang dapat dilakukan
hanyalah anal isis ku-alitatif, yang banyak .tergantung pada ·kerriampuan
penguasaan orang ypng melakukan analisis tersebut pada bidang studi yang
bersangkutan; Karena' itu maka uraian selanjutnya ini terutama akan
dipus~tkan pada butir soal objektif. . ·
Butir soal tiraiari ·dikonstrUksi untuk digunakan hanya satu kali (tak dapat
dipakai ulang dalam ·tes berikutnya). Karena itu butir tes uraian sebenamya
tidak membutuhkan analisis butir Soal setelah butir . soal tersebut
diadministrasikan. Karena itu pula maka butir tes uraian .tidak dapat

171
. .

diujiccma ·sebelum tes itu diadministrasikan datam tes yang sesu~gguhnya.


Jadi berbec!a den:gan tes objektif~ Butir soal. tes, objektif ·dapat digunakan ·
berulang::..ulang; asatkan tidak dalam perangkat .tes yang sama .. Karena- itu
terasa benar adanya kegunaan · analiSis butir soal, dim ~kemudian direvisi,
sehingga: •butir. soal· yang- .kurang baik.-konstruksinya -··dapat · diperbaiki, dan
akhirnya .akan diperoleh butir-butir soat• yang telah·t~maji, dan dapat secara
akurat mengukur hasiUrelajar yang ingin ditt~ur.. · ··
' -Ada beberapa alasan' ·mengapa diperlukan analisis butir. soal .. Alasan
t~but (lntara lain: .. ·· _ · - . .· . · · · ·. . , . . ·· _.- .
a~ :·Untuk dapat-·- mengetahui .kekuatan .. c;lan kelernahan. ·butir tes, · sehingga
dapatditentukan butiryang baik atau yang harus direvi$i:. ·
·q:,.,_Unt\ilk menyediakan informasi tentang. spesifikasi butir .soal .secara
Ieng~p,.sehingga-~Jebih.mernudq.hkan bagi dosen da_lam m~myusu!l
• A PE.¥:an9kat~ yang akan rne!Denuhi kebutUb,an' ujian di:lla(ll bidang cran
.tingki}Hertentu: . . _ ...__ . . _.. _ . .•. _ · . ·• . . . . . . .
c: pntuk segera dapat qiketahui rn~lah yang terkarc:l~ng dalarri b\jtlr soal,
_seperp:,.~emepduaan butir soal, kesalal;l~n meleta~n. kunci jawapan,
soal ~y~ng. tE!rl~usu~r a~U terlalu rnudah, atau soal yang tidak aapat
membeaakan antara mahasiswa yatlg inempeisiapkan diri secara baik
.atau ·tidak 'dalam . mengl)adapi tes: Masalah .ini, hila dapat dik~tahui
dengari segera, akan mell}ungkinkiln c:losen untuk mengambil keputusan
ap~h butir soal yat}g bem1~ah_ itu akan digugurkan atau tidak dalam
menerifukan nilai peserta didik.
d. Untult dijadikan alat' g(lna qtenilai butlr soal yang cikan ·disimpan dalam
kumpulan sOal· atau bank soal. Kegiatan mengumpulkan butir soal yang
ba1k menjadi kumpulan soal atau bank soal merupakan hal ·yang
dianjurkan. Bila seorang·dosen·telah·memiliki sejumlah .besar butir soat
yang baik, maka ia dengan mudah.dapat menyusun suatu perangkat soal
yang baik untuk digunakan sesuai dengan tujuan. Dengan · demikian
dose.n tersebut tidak perlu khawatir .akan mutu butir soal · yang
digunakannya, karena semua butir soal yang dipakai .dalam ujian
. tersebut t~lah dapat diketahui_ karakteristik dan spesifikasinya sebelum
ujian dilaku~n. Untuk memperoleh informasi tentang butir soal sehingga
memungkinkan untuk menyusun beberapa perangkat soal yang paralei.
Penyusunan perangkat seperti ini sangat bermanfaat bila akan
melakukan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa kelompok
peserta tes dalam waktu yang berbeda.

2. Rarakteristik dan Spesifikasi Butir Soal

Pertama haius dibedakan dua istilah yang berkenai:m dengan analisis


butir soal, yaitu karakteristik butir soal dan spesifikasi butir soal. Yang
dimaksud dengan karakteristik .butir soal ialah parameter. kuantitatif butir
soaL Sedangkahyang dimaksud dengan spesifikasi butir soal ialah pC:mimeter
kualitatif butir soal yang ditentukan atas dasar penilaian ahH (expert
·judgement}.

a. Kuakteristik buti:r soal

Dalam bidang tes dan pengukuran, dikenal beberapa karakteristik butir


soal. Untuk tes hasil belajar umumnya dipertimbangkan 3 (tiga) karakteristik
butir soal, yaitu:
(1) tingkat kesukaran
(2) daya beda
(3) berfungsi tidaknya pilihan.

Ketiga karakteristik butir seal ini secara bersama-sama akan menentukan


mutu butir soaL Bila salah satu dari ketiga karakteristik ini tidak memenuhi
persyaratan maka .· mutu butir seal akan turun. Dan masing-masing
karakteristik itu dapat dikalkulasi dengan mudah, tanpa membutuhkan
kemampuan statistik yang kompleks atau kemampuan matematik yang
tinggi. Dengan demikian maka ketiga karakteristik itu akan dapat dikalkulasi
eleh setiap dosen.
(1) Tingkat Kesukaran/Indeks Fasilitas

Yang dimaksud tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes
menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal
biasanya dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p (yang berarti makin
besar proporsi yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut), makin
rendah tingkat kesukaran butir soal· itu. Yang berarti butir ·soal itu makin
mudah. Tingkat kesukaran butir soal be;kisar antara 0.0 sampai dengan 1.0.
Bila butir soal mempunyai tingkat kesukaran 0.0 berarti tidak seorangpun
peserta tes dapat menjawab hutir soal· tersebut secara benar. Tingkat
.k.esukaran 1. 0. beradi. bah.wa semua.peserlaJes dapatmenjawab butir soal itu
secara·benar.

Ru;;~s untuk menghitung tingkatkesukaran ialah:

Jumlah yang inenjawab benar


p = ---='---=----"-----
Jumlah seluruh peserta tes

Dari rumus itu kita tahti hahwa tlngkat kesukaran butir soal sartgat
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan anggota kelompok peserta tes. Hila
satu butir soal diadministrasikan kepada dua kelompok peserta tes yang
berbeda tingkat kemampuannya maka hasilnya dapat diperkirakan akan
berbeda pula. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa tingkat
kesukaran butir soal tidak sepenuhnya merupakan ukuran karakteristik butir
soal saja, tetapi lebih merupakan kemampuan rata-rata kelompok peserta
tes ..·Karena itu bila kita jumpai suatu butir tes yang mempunyai tingkat
kesukaran 0.45, maka interpretasinya ialah bahwa butir soal itu mempunyai
. tingkat kesukaran 0.45 untuk kelompok peserta testersebut.
Thigkat kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal
tertentu itu baik atau tidak baik. Tingkat kesukaran butir soal hanya
menunjukkan bahwa butir soal itu sukar atau mudah untuk kelompok
peserta tes tertentu. Butir soal hasil belajar yang terlalu sukar atau terlalu

174
mudah tidak banyak memberi informasi tentang butir soaLata~ peserta tes.
• Untuk tes hasU belajar, tingkat ke$ukaran yang di~nggap baik adaiah bUa ,./
,berkisar sekitar 0:50. Atau dengan kata lain, makin_ dekat tingkat.kesukaran
suatu·butir soal tes hasil belajar ke 0.50, makin baik butir·soal tersebut bagi
kelompok tertentu; 5eballknya,makin jauh tingkat .kesukarannya dari 0.50
. maka makin kurang informasi yang kita ·peroleh- tentang butir wal dan
kelompok peserta tes~ ·.. · · ·
Untuk dapat mengkalkulasi .tingkat kesukaran butir soal maka perlu
· dibuat tabel skor hasil tes sebagai berikut: .,.. .: . ·
,..

. ' '

.
Tabel 6.1: Skor Hasil Tes Mata Kuliah So5iologi
(mahasiswa program 51, N = 10)
. ·.
Nama Nomor butir soal
Murid 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Adam 1 . 1 1 0 0 1 1 l 0 0 6
Buhari 1 1 0 0 1 l 0 l 1 1 7
'
Carik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
Duliman 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8
Elia 1 1 0 0 1 0· 0 0 1 0 4
Fatonah
..
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 7
Gani 1 1 l 1 1 1 1 1 1 1 1.0
Hamid 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7
lnem 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4
Joni 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 5

Jumlah 10 8 7 4 7 6 7 8 7 3
p
.
1.0 0.8 0.7 0.4 0.7 0.6 0.7 0.8 0.7 0.3
.
Keterangan: a. 1 = jawaban benar
b. 0 = jawaban salah
c. Dalam contoh ini butir soal hanya 10 buah

175
Contoh di atas memp~rlihatkan bahwa tingkat kesukaran soal nomor J
adalah 10: 10 ::: 1:0, sedangkan butir soal nomor 10 tingkat kesukarannya
ad.alah 3 :·to = 0.3. Jadf soal nornor 1 sangat mudah bagi kelompok peserta
tes ini, sedangkan butir soal nomor-10 dapat dikategorikan sebagai soalyang
sukar untU.k. kelompok peserta tes tersebut Jika jumlah mahasiswa besar (50
ora~ atau lebih} maka perlu dibuatpembagian 3 kelompok, yaitu kelompok
atas, _tengah. dan bawah untuk mefn1,1dahkan analisis. Kelompok tengah tidak
diikutsertakan dalarri analisis butir soal.
Tingkat. kesukara~ . perangkat soal (naskah ujian) dapat ditentukan
dengan menjumlah tingkat kesukaran semua butir soal.l. kemudian dibagi
den:gan jurnlah ·butir soal. Secara singkat tingkat kesukaran perangkat soal
dapat dirurnuskan sebagai berikut: ., . ·

I:b· /.
P(naskah ujiim) = N V

Oi mana: p = tingkat kesukaran naskah soal


b = ·tingkat kesukaran butir soal
I: = sigma Oumlah)
N =jumlah butir soal

Palam contoh d1 atas tingkat kesukaran perangkat ujian adalah

- 1.0+0.8 +0.7 +0.4+0.7 +0.6+0.7 +0.8+0.7 +0.3 -0 67•


P(naskah ujian) - · · . lO ·· · · - ·
vi
Untuk ·sederhananya, tingkat kesukaran. butir dan perangkat soal.dapat
dibagi _menjadi tiga kelompok, · yaitu mudah, sedang, dan .sukar. Sebagai
; patokan dapat digunaka!"l tabel sebagai berikut:

176.
Tabel6.2: Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran nilai P I


Sukar 0.00 ~ 0.25
Sedang 0.26-0.75
Mudah 0.76-1.00

Untuk menyusun suatu naskah ujran sebaiknya digunakan butir soal


yang tingkat kesukarannya berimbang sebagai berikut:

Sukar. = 25%
Sedang= 50%
Mudah = 25%

Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti itu maka dapat
diterapkan penilaian berdasar acuan norma atau acua11 patokan. Bila
komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian tidak berimbang, maka
penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat, karena informasi
kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan terdistribusi dalam suatu kurva
normaL

(2) Daya Beda

Daya beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat


kemampuan. ·butir soal membedakan kelompok yang berprestasi tinggi
(kelompok atas). dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah)
di antara para peserta tes. Karena daya beda dihitung dari hasil tes kelompok,
peserta ujian tertentu, maka dalam penafsiran daya bedapun haruslah selalu
dikaitkan dengan kelompok peserta tes (kelompok sampel) tertentu itu. Daya
beda suatu butir soal yang didasarkan. pada. hasil tes suatu kelompok belurn
tentu akan berlaku pada kelompok yang lain, apatagi hila tingkat
kemampuan masing-masing kelompok peserta tes itu berbeda. Misalnya,

177
suatu butir · soal yang diujikan kepada mahasiswa jurusan sosiologi akan
sangat berbeda hasil dan interpretasinya bila butir soal t~rsebut diujikan
kepada mahasiswa jurusan matematika. Daya beda butir soal biasa
disimbolkan dengan D (huruf kapital). Langkah-langkah untuk mengkalkulasi
daya beda adalah sebagai berikut:
a. susunlah urutan peserta tes berdasarkan skor yang diperolehnya, ·mulai
dari skor tertinggi sampai ke skor terendah.
h. bagilah peserta tes tersebut menjadi dua kelompok yang sama
jumlahnya. Bila jumlah ·peserta tes ganjil, maka peserta yang di tengah-
tengah tak usah dimasukkan kedalam salah satu kelompok. Kelompok
pertama dinamakan kelompok prestasi tinggi (kelompok atas) dan
kelompok kedua dinamakan kelompok prestasi rendah kelompok
bawah). Bila jumlah peserta cukup besar (lebih dari 50) maka diambil
27% dari kelompok atas dan 27% dan kelompok bawah,.
c. hitunglah jumlah kelompok atas yang menjawab benar terhadap butir
soal yang akan dikalkulasi daya bedanya. Demikian pula untuk
kelompok bawah.
d. kalkulasilah proporsi peserta yang menjawab benar terhadap butir soal
tersebut untuk masing-masing kelompok.
e. kurangilah proporsi keiompok atas dari kelompok. bawah, dan
diperolehlah indeks daya beda butir soal tersebut.
Bila data pada Tabel nomor 6.1 di atas diterapkan untuk menghitung
day a beda butir soal nom or 5, maka akan .diperoleh daftar sebagai
berikut:

Gani 10
Carik 9
Duliman 8 Kelompok atas
Buhari 7
Fatonah 7

178
Hamid 7
Adam 6
JOni 5 ·Ketompokbawah.
Elia 4
lnem · 4
- - . . ·. . .

, · Apaoila jumian fllahasiSWaJ>~ ~oel»h .dan 50 orang)~ m,aka perlu .


dib,uat petnbagian a kelompok: atas, terigah, dan bawah untuk rnemudahkan
ancilisis~ . . . · .• ·
Kelompok atas yang rnenjawab benar. soal nomor & adalah 5 orang,
sedangkan kelompok bawah hanya 2 orang. Dengan . demikian proporsi
keloinpok ataS yang menjawab beriar adalah 1.0, dan_kelompok bawah
adalah0:4. Jadi:dayabedabutirsoalnomorSadalah.l.O- 0.4 == 0;6.
Dari katkula5i ~i atas·kita dapaf rnenytisun rurn'\15 daya beda: ·

. . . Ba -Bb'
D= . . .
. Q.ST.

· Keterangah: D .· = · daya betla · _


B~ = jililllah kelompok atas yang trienjciwab·benar;
··~· = jumlah kelompok~awahyang rnenjawab beriar
' . T. >:::: Jumlah peserta tes (Bila jumlah peserta_· tes ganjil,
maka T = jumlah·peSerta_tes
...._.
',_,.,
ktirarigsafu).
~ -.
. .

. .: . ·. .· .. . . ,
' '
Indeks atau koefis1en d~yabeda b,erki~ antara + l.OJsarnpai dengan
;.1.0. Daya beda + 1.0 _berarti bahwa semua anggota kelompok atas
menjawab_. benar··. terhadap butir soal itu, sedangkari· kelompok bawah
selurubnya menjawab_ salah · terhadap butir soal ifu .. Sebalik11ya · daya beda
-1.0 berarti bahwa semua anggota kele>mpok atas menjawab bUtir soal satan
itu, sedangkan kelompok bawah seluruhnya· menjawab benar terhadap butir
soal ifu.

179
,Daya beda- yang diangg~p masih . memadai untuk sebuijt. ,SOilll
-~~"'' ~ i ·
ialah
~;-''••'><"""-c...-,"';('w-«:•"-""C:,".,'••,'""'""'~:''"'-~·c-:,~' '!'""'""-'-~-"'~~·?r'"'"''·,.,....·-;~-""':";"""""' ,_.,._,._~ ~ ~'"'f">~;p:$f.~~·'i~ s~ l)liJdii(~ .. .. 4. j _ . 3)!!1

apabila sama atau lebih besar dari +0:25. Bila lepih kecil dari itu,.maka butir
soat· tersebut ~i.~ns~ap.k~r~~~"6~~a~§~:E~~ yang "
mempersiapkan am
aaiam menghadapi te5 tersebut dari peserta tes. yang.
tidak mernpersiapkan diri. Bahkan ·. bila daya beda itu menjadi negatif, maka
butir soal ifu sama sekali tidak dapat dipakai sebagai alat ukui: prestasi
b,elqjc:u,,,J1la~asi~a. -~\&rena •· itu-.butir s()al·· ter$,~b\it · h;trus dikeluarkan, ·dari
p~rdngk,at·wal, .atau tidakdihJ~ng dalam·.pe.nentuaJ1· skoi lll.ahasiswg.• ~aldi1
tinggi ·daya bed.a suatu butlr soal, maka makin baik butir soal tersebut, .clan
sebiiliknya rn.akiri rendah ·gaya bedanya, maka. butir soal itu. dianggap rnakin
tidak baik. , ..
,Cara kalkulasi daya beda yang Jelah · didemonstrasikan di atas
merupakan car,a;yangpaling.sederhanp, g.~. dapat dilakukanAengan mudah
oleh setiap do&en:.YaJ"lg terlatiK [)isa:tnping.~a. \tu ~sjh ·acia be}?erapa cara
lagi yang dapat digUnakan untUk mengkalkulasi daya. b,eda butir soal. Cara-
cara te~ebut antara lain dengan korelasi. Kalkulasi korela:Si ' tintuk .
menentukan daya beda butir soc:U terlalum.emakan tenaga dan waktu; bila
harus dtlakukan secara manual ..Karena itu tidak dianjurkan untuk dilakukan
oleh dosen .. Tetapl bila dosen mengguna~p. ,komputer sebagai' alat. bantu,
atau .menggunak(ln pereipgkat.lunakkomputer ·b~rupa program analisis butir
soal.yang dijual ~ebas di pasar, rnakal~~ih baik digunakan koefisien korelasi
t~~b.ut. . ~~-,,~i~£lJ§~!<g~l§L~!L~~•l• ...Y~Da,~.lii-~s!~~~Q,,"~~IJ~~k
r:!}~J.:lghitu~ day~'pedaJ~.'t!!r~.v~: r ' •

(a) Koefisien korefasi. oiseriai, yaifu huboogan korelasi antara dua skor, yaitu
, skor butir soai dan skor keselqruhan dan peserta tes yang sama. ,
{b) 'Koe~i~I1,kprelasi point biSerial, yang pacia prinsipnya sama saja dengan
· korelaSi bi~rial, te~pi dengan cara menghitUng yang berbeda dan dasar
teoritik' yang betbeda pula. . ..· .· . . . . . . . ·
Berbeda d&f tingkat kesukaran, daya ·beda butir soal s~cara .··langsung
menentukan kualitas butii soal, dalam arti kualitas konstruksi butir soaL
. ana suafu butil' soal rendah daya '~dimya; maka konstruksi butir soal
tersebut dapat dinilai sebagai tidak baik. Karena itu pulalah maka bila.

180 .
akan merevisi butiuoal, patokan utama yang arum digunakan ialah daya
beda butir .soal.
Dengan menggunakan cara. kalkulasi yang sama setiap option dalam
suatu butlr soal dapat dihitung daya bedanya. Hanya untuk ·option yang
bukan .pilihan (yaitu option pengecoh) daya bedanya haruslah negatif.
Artinya anggota kelompok bawah haruslah lebih banyak memilih
pengecoh dari pada anggota kelompok atas. Bila semua daya beda
pengecoh itu dikalkulasi,·· maka ·akan sangat memudahkan· perevisi soal
memperbaiki soal tersebut, karena secara langsung dapat dilihat di mana
letak masalah konstruksi butir soal tersebut

Dengan menggunakan program komputer dalam analisis butir soal


sepem misalnya yang paling sederhana ialah Program ITEMAN, maka
biserial yang diperoleh amat kaya. Koefisien korelasi option kund dan option
pengecoh seluruhnya diperoleh, sehingga akan diperoleh informasi tentang
semua option yang ada. Dengan demiki~m maka mutu dari setiap optlpn
tersebut akan ·diketahui. Misalnya, hila suatu butir soal dengan 5 (lima)
option, seperti terlihat dalam data berikut:

p = 0.458
r bis = 0.096
rp bis = 0.123

Informasi pertama yang ditunjukkan oleh hasil analisis pertama yang


ditunjukkan oleh hasil analisis butir soal Iteman ialah tingkat kesukaran (p)
butir soal tersebut. Kemudian daya bedanya (r bis dan r pbis), baik yang
diukur dengan korelasi. biserial maupun yang dihitung dengan point biserial.
Setelah itu ditunjukkan pula koefisien korelasi dari masing-masing pengecoh.
Informasi r yang ditunjukkan oleh h~il analisis ini sangat berguna karena
akan ·dapat .memperlihatkan mutu setiap option, sehingga hila akan
meiakukan revisi soal secara tepat dapat ditunjukkan option mana yang tidak
beriungsi.

181
{3) Berfungsi Tidaknya Pilihan

Unruk rrienenrukan berfungsi tidaknya pengecoh, diadakan analisis butir


soat Ontuk keperluan analisis ini lembar jawaban peserta ujian yang
termasuk kelompok atas dan kelompok bawah yang dijadikan sumber
informasi. Disrribusi ]awaban kedua kelompok. ·ini· untuk setiap butir
aimasukkan dalam satu.tabetseperti contohdi bawahini ..

(a) ButirSoal No. l

Tabel 6.3: Contoh Distribusi Jawaban

Ke::;;--~an
. A B* c D

Atas 0 4 1 0
Bawah 1 2 1 1
Jumlah 1 6 2 1

Jawaban yang benar adalah B (diberi tanda bintang), kebanyakan


peserta (pada kedua kelompok ini) memilih B. Pengecoh A, C, dan D
ada yang memilih terutama mereka yang masuk kelompok bawah.
· Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengecoh berfungsi sebagai
jawaban yang sa:lah. Jadi butir soalNo. I semua pilihan sudah berfungsi.

182
· (b) ButirSoal No.2

Tabel6.4: Contoh Distribusi Jawaban

Ke ~ A B
-
c D*

Atas 0 1 1 3
-,,
'
Bawah ",
0 1 2 2
Jumlah 0 2 3 5
'

Jawaban yang benar adal,ah D, dan -kebanyakan peserta memilih' D.


Pengecoh B dan C ada yang memilih, tetapi pengecoh A tidak ada yang
memilih; kelompok bawah 5endiri tidak seorang pun yang tertarik untuk
memilih A Jadi butir soal No. 2 harus diperbaiki terutama pilihan A

(b) Butir Soal No. 3

Tabel 6.5: ContohDistribusi Jawaban ·


' .
K
~n A* B c D
'

Atas >
1 2 2 0
Bawah 3 0 1 1
Jumlah 4 2 3 1

Jawaban yang benar adalah A, peserta paling banyak · memilih A


terutama Kelompok Bawah. Pilihan B, C, dan D .berfungsi. Tetapi
. Kelompok Atas justru. pilihannya pada B dan C. Jadi butir soal No.· 3
harus diperbaiki atau diganti. Sebaran jawaban seperti ini k~mungkinim
disebabkan oleh rumusan pokok soal (stem) yang kurcmg baik atatr

183
pilihan B dan C cukup menarik sebagaijawaban yang·berian~:tali ii)ilihan
A yang p,edu diperbaiki.

. tJntuk .·· melatih. keterampilan dan pemahaman, · tentukanlah tingkat


.ke$ukaran dan daya beda untuk ketiga butir so~l di atas.

b. .Spesifi~ast
.. Butir. Soal
. ,;r·:.~ ')

:Ad~4uii.s1fikasibutir s()al yang harus dipertimbangkan dalam imalisis


butir soal, ~aitu (1) validitas. isi butir soal, pan· (2) keakuratan pengukuran
tpjuan yang ingin dicapaL .
.i::;c'

Setiap butir soal secara spesifik mengukur satu bagian tertentu dari isi
pelaj.ara.·.n. Y
..ang telah diajarkan. }3agian' itu dapat berupa satu .konsep.. satu
preposisi; satu dalil, satu sikap, atau satu keterampilan tertentu. Masalah
yang mungkin timbul ialah b4tir soai yang dikonstruksi untuk mengukur
suatu bagian pelajaran tertentu, karena konstruksinya yang lemah temyata
~ se_£ara~~1!@1.J:neoQ't.LkJJ.I.Y~IJJLf!l~~-~k~:1Jal'am 'hal 'itu butir
soal tersebuttidaklah rnerupakan butit soal yang cukup baik. . . .
Untuk menenfukan apaka:h suatu hutir soal merupakal) alat ukui·yang
baik untuk suatu hasil belajar terteritu maka diperlukan adanya analisis isi
' ' / . . . ~ttl:¢> .• ~~

pe~ajaran. Analisis seperti ini hanya dapat dilakukan oleh seoranfi yang
menguasai·· bidang sfudi tersebut dengan baik. Jadi analisis· valichtas .isi
haruslah dilakukan oleh seorang ahli bidang studi. Analisis harus dimulai
dengan mengadakan ~i~,n,; terhac!ap ~· k~si·ki~i · ..~P~ .Dalam ~.. ~!;!:~tu
ditentukan bahwa butir soal tertentu itu dimaksudkan untuk mengukur,pokok
bahasan atau sub pokok bahasan tertentu. Jadi kisi-kisi harus dijadikan
.sebagai tolok ukur analisis. . ·

184
.(2} Keterukurantujuan

Aspek · kedua yang harus dianalisis secara kualitatif -oleh se<>rang ahli
bidang.' studi ialah · apakah butir soal: yang diaunakan mengukur. tujuan
.penQidikan tertentu. ·. yang · ditetapkan dalcun. kisi~kisi. Untuk ·. melakukat1
amuisis ·. ini dibutuhkan penguasaan:. akan .tujuan pendidikan:. Karena ~,i.
JndoJ:lesia,pengarult peruniusan tujuan pendidikan. masih .sangat. dipengar\lfil'. ·
.oleh tcU<sonomi tujuan wndidikart oleh B. Bloom; dan kawan~kaw~{1956),
.penilaian haruslah.Qilakukan. ol~b ~orang yang mernahami_ dan ffiengtiasai
\)iqang ini. Yang ;penting~untuk dipex;hatikan bahwa butir soal. yang tidak
secar:a akurat rnengukur h1Juan yang. telah ditetapkan akan m~rupakaJ1 buti~ :
soal.· Y:cil:)g mubazir. ~hkan bUa · .butir soat: .• te~ebut . ciukutserta~n. clal~ .
pertirnb~ngan .\J:ntuk• menentul«tn . keputU~an· bagi. ·seseorangl. .. · .maim
. ;keputusatt, tersebut. dapat ·. berakipat i~t,lh .~li m!llsa yang akan ·d~~.ng bagi
.ma~a.sis~a·.•~~~;~iie;~!Lct~fla~~~·J?:stl\l~.~~.~·
m~njf!di~a9 eer~ll~~}s~~~~~~~~~!U~?l,k. Mas~,h~~~.d~~J~~~~~
haf\.ls diperhatikan dalam menilai goal ujian, yaitu rellabilitas a~;Jl~vat~ditas
·~'serihit~ "ini. ·ak~ .rlib;h;·~k~<ii~a:··hiu. 'tersebut "'~'Cara ";;'ci~~h~n~··aan
. !iw~at. . . .

' · .c. K~a~teristiJr. P~rilngkat Te• .·


.· .
(l) Reliabilitas

·Setiap. kali kita mengadminist,rasikan. tes k'ijlada mahasiswa, .maka .kita


·akan' memt:i~oleh skorhasil. ke9a. mahasiswa tersebut_.. Setiap kali pula akan
timbul dalam pikiran kita, seberapa jauh skor itu benar menggambarkan
tingk(lt kemampl1an mahil$iswa kita. Keraguan ini tidak pel't)ah akan d~at
dijaw(lb d~rigan. keyakinan sepenuhnya, kar,ena dalam ·setiap tes selalu akan
terdapat un~ur kekeliruan (error). Kekeliruan itu dapat bersumber dari alat
ukumya,. ilfau murigkirijuga faktor lainnya~ Sumber kekeliruan dari dalam tes
dapat berupa butir tes yang mendua, ·butir tes yang terlatu sukar sehingga

185
memaksa mahasiswa menebak, atau mungkin juga karena butir soal yang
membentuk perangkat ujian terlalu sedikit sehingga tidak dapat mewakili
keseluruhan bahan yang diujikan.
Untuk mengetahui sejauh mana suatu tes memang dapat dipercaya
sebagai alat ukur yang akan dapat menggambarkan kemampuan peserta tes,
kita ·perlu inembahas satu aspek penting dalam tes, yaitu reliabilitas tes.
Konsep reliabilitas ini secara umum dapat diartikan sebagai sejauh mana
suatu alat ukur dapat diyakini memberikan informasi yang konsisten dan
tidak mendua tentang karakteristik peserta tes yang diujikan.
Tentu saja suatu tes ·dapat dikatakan reliabiHtas bila skor yang diperoleh
melalui tes itu merupakan skor yang sesungguhnya menggambarkan
kemampuan 1'eserta tes, bukan karena berspekulasi yang akan melahirkan
skor yang kebetulan. Untuk itulah maka dalam membahas reliabilitas tes
pertama-tama kita harus memahami hakekat skor hasil tes. Skor yang
diperoleh peserta tes pada dasamya merupakan skor yang secara langsung
berhubungan dengan alat ukurdan kondisi ekstemal sewaktu pengujian itu
berlangsung. Kondisi ekstemal itu tidak dapat didefinisikan sepenuhnya.
Demikian pula dengan alat ukur yang digunakan tidak diketahui sepenuhnya
kekuatan dan kelemahannya. J.adi skor yang diperoleh seorang peserta tes
adalah skor yang kemungkinan besar mengandung kekeliruan. Kekeliruan itu
sendiri tidak dapat diketahui. Seandainya skor itu tidak mengandung unsur
kekeliruan, maka skor yang diperoleh peserta tes itu adalah skor yang
sesungguhnya. Tetapi skor yang sesungguhnya itupun tidak kita ketahui.
Untuk itu maka kita kenal adanya tiga bentuk skor dalam setiap hasil tes: (1)
skor yang diperoleh (obtained score), (2) skor yang sesungguhnya (true
score), dan (3) kekeliruan (error) skor. Secara teoritik ketiga unsur ter!ebut
berhubungan: skor yang diperoleh = skor sesungguhnya - kekeliruan.
Secara operasional reliabilitas dapat didefinisikan sebagai koefisien korelasi
antara dua perangkat skor yang dihasilkan oleh perangkat tes yang sama
atau paralel yang diadministrasikan kepada sekelompok peserta tes yang
sama. Dengan demikian maka secara operasional reliabilitas tes merupakan:

186
a.

C;

Reliabilitas merupakan salah


menggambarkan keajekan alat ukur (tes).
kon~lasi yang_ menggi,imbar:kan reliabilitas .tes
ditempuh:

a. Reliabilitas .cialam .arti ~tabiUtas dapat diperoleh dengan mengkalkulasi


korelasi antar dua skor dari satu tes yang diadministrasikan dua kali
kepada kelompok peserta tes yang sama .. Tentu saja koefisien korelasi
yang menggambarkan stabilitas perangkat tes ini dipengaruhi jarak
antara waktu pengadministrasian tes pertama tes Bila
waktu itu satu sama maka
akan memberi jawaban yang sama dengan tes yang ,..,,.,,,.,.,.,'""'
mereka masih ingat secara persis apa yang mereka jawab ·pad a waktu tes
bila .jarak waktunya dalam wa.ktu yang
kemungkinannya ialah peserta memperoleh pengetahuan
tambahan diantara kali pengadministrasian tes tersebut.

juga berarti ekuivalensi dari dua tes yang paralel.


koefisien korelasi dari dua tes tersebut maka P.erlu dikonstruksi dua
perangkat tes yang paraleL Kemudian dua tes diadministrasikar:
kepada satu kelompok peserta tes yang sama secara. berurutan.
Kemudian skor dari kedua tes dikorelasikan. Koefisien korelasi
tersebut menggambarkan reliabilitas tes dalam arti ekuivalensi dari dua
tes yang paraleL Masalah yang dihadapi oleh reliabilitas dalam
pengertian ekuivalensi ini ialah tidak pemah ada dua tes yang berbeda

187
· b~nar-benar ekuivalen, walaupun tes tersebut dikonstruksi untuk
.J11engu)<ur tujuan dan isi yang~r;a.-· ·'··· ···~~····''·,.,.,.·~..c •.

c. Reliabilitas dalam arti . konsistensi atau homogenitas t~s, merupakan


. koefesien korelasi yang menunjukkan seberapa jauh suatu perangkat tes
homogen, <;ialam arti qien~ukur suatu mata kuliah atau bidang stugi yang
.sama.·Koefisien.ini sartgat bermakna.bagi.dosen, ·karena· dengan ukuran
reliabilitas ·ini dosen tahu berapa• hoinogennya butir~butir soal yang ada
· dalam ·perangkat fes yang· digtinal<a!;l untuk ITlengukur kemampuan
mahasiswanya dalam suatu mata kuliah atati bidarig studi tertentu. Untuk
merriperoleh .koefisien korelasi ini dapat dilakukan. dengan dua cara,
'Yiilfu: . . . . .
(!J Teknik 11spllf-half' yaitu mengl{orelasikan ·skor setengah.pertama dari
suatu tes dengan seter@ihl<eaua. Onfukmemperoleh -skor setengah
itu dapat diperoleh d~ngan mer)gkalkulasi skor nomor ganjil dengan
norrior genap. Korelasi dari kedua skor tersebut akan menunjukkan
homogenitas antar butir soal yang digunakan dalam perangkat tes itu
.secara keseluruhan.
(2) Teknik Ruder-Richardson (KR), ·dengan menggunakan rumus yang .
di~embangkan oleh Kuder dan Richardson, yaitu·rumus mereka yang
keduaptiluh ·(I<R~20). Rum us tersebut adalah: ·

KR-20·= ~[SD2
ri -1
-L;pq]
. 50 2

Keterangan: -A = jumlah butir soal dalam perangkat tes


SO = Deviasi standar skor-skortes
p =tingkat kesukarah ·
q = 1-p

188
Beliabilitas perangkat soal sgca@ umum dapat dipengaruhi oleh:
a. Objektivitas dalam penskoran tes. Tes yang tidak dapat diskor secara
objektif tentu saja reliabilitasnya akan
,Variabilitas peserta tes. Makin bervariasi peserta tes, kemungkinan
reliabilitas akan meningkat. Seluruh peserta tes sama
kernampuannya akan menghasilkan reliabilitas.tes yang
c. Jumlah butir soal dalam perangk~t tes. Makin banyak butir soal maka
makin tinggi re!iabiHtas perangkat tes tersebut.

(2) Validitas

Aspek lain yang sangat penting dalam menilai perangkat soal ialah aspek
validitas tes. Validitas tes dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh
perangkat tes itu berguna dalam mengambil keputusan yang rei evan dengan
tujuan yang telah ditentukan. Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa
validitas tes berarti seberapa jauh tes .itu memang mengukur kemampuan
dalam bidang studi yang ingin diukur dengan tes tersebut, atau yang sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Untuk tes hasil belajar, aspek validitas yang penting
dikenal dengan nama validitas isi (content v~lidity). Yang dimaksud ,""'""~'"'
validitas isi ialah ukuran yang menunjukkan sejauh mana skor
oe1rasostas1 dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi
Untuk
yang bidang studi terset1u
nu<<.UHULU daripada analisis kuantitatif. Orang yang
menguasa1 IS! studi yang dites tentu dapat melakukan
penilaian tentang isi tes.
Selain itu masih dikenal beberapa jenis validitas tes lainnya, seperti:'
validitas prediktif, validitas serempak (concurrent validity) dan validitas
konstrak. Tiga jenis validitas yang disebut belakangan ini tidak bahas
lebih lanjut, karena tidak terlalu kuat hubungannya dengan kebutuhan
penilaian perangkat soal hasil belajar.

189
. . .
Hal-hal ya~g mempengaruhi validitas tes adalah:
a. ti11gkat ·reliabitas te$, M~n tinggi· reliabit;· t~: ~~ makin tinggi pula
validitas tes. . . . "" .. . ·-
b~ khusqs untuk validitas prediktif, jarak antara petnberian tes dengan
. tingkah laku yang dirainallmntenhi akBn beipel1ganih. Jarak waktu ·yang
terlalu jauh akan mengmangi validitcis predi}<tif' tes .. ter5ebui, karena
besamya pengaruh fakt()r lain terhadap tingkah laku yang diramalkan .
.. " -. . , 0 ·~ • - ••• • .... ~ '.. ••• '··"'

Rangkuman

Ana/isis sda./ mencakup ana/isis butir soal dan perangkat soal. Ana/isis
butir soal,dilihatdari tingkatkesukatannya, daya bedimya dan ber.fungsi
tidakriya piiihan. Serpentara ana/isiS perangkat soallebih ditujukan pada
.tingkat validitas dan te/iabilitas. ·· .
..

Latihan··
.r

1. Apa yang dinilai dari itmtu butir soal?


2. Untuk apa analiSis butirsoal ini dilakukan?
3. Apa ~ang dimaksud derigari tingkat kesukaran butir soal?
4. Bagaiman.a cara menentukan daya beda suatu butir s6al?
5. Apa saja yang mempengaruhi validitas tes? ·

190
Penutup

yang berkenaan dengan pengukuran hasH belajar


pengertian mengenai istilah-istilah da!am
sampai dengan masalah yang berkenaan dengan
perangkat soalserta penilaian hasil belajar. Tentu
hanya merupakan pengenalan, tidaklah cukup seorang
hanya berpegang kepada. buku singkat inL Untuk itu maka
dosen membaca buku acuan yang disebutkan pada ini.
Bagi para dosen muda yang telah mengikuti program pelatihan PEKERTI
perlu melatih diri untuk mengkonstruksi butir soal. Tanpa latihan tersebut,
kemahiran ·mengkons:truksi butir soal tidak akan diperoleh. Kemahiran
konstruksi butir soal tersebu.t tidak hanya sekadar pengetahuan
pemahaman. lebih merupakan keterampilan yang dapat
latihan yang terus menerus. Latihan tersebut harus senantiasa dihubungkan
dengan yang telah dirumuskan dalam proses
dirancang. Latihan secara setapak setapak dilakukan,
konstruksi soal u.ntuk ranah kogniti.f yang
pengetahuan, dan berlanjut terus ke yang paling
Untuk itu dianju.rkan agar mengkonstruksi
mengajar.
telah mempunyai sejumlah yang
dipilih untuk digunakan dalam ujian akhir semester, sesuai dengan '"""'-"'''"'
yang telah disusun.
Hal lain yang juga harus mendapat 'pengertian setiap dosen
kemampuan konstruksi butir soal harus disertakan pula dengan kemampuan'
penskoran secara objektif, penilaian hasil belajar dengan menggunakan skor
sebagai dasar yang objektif. Dan akhimya setiap dosen diharapkan dapat
menggunakan hasil penilaian hasil belajar mahasiswa untuk membantu
dosen sendiri dan mahasiswa dalam mencapai tujuan proses pembelajaran.

191
Dattar Pustak~

Adam~. G. S. & Torgerson, T. L 1964. Measurement and Evaluation ifl ,


. E(l.ucation, Psychology, and Guidance. N.Y.: Holt Renehart and Winston.

Anastasi~ A 1961.Psychological Testing. N.Y.: The Macmillan


' - ·, ~ ' ·, . \..
I
Blood, D. F. &. Budd, w:
C., 1972. Educational Measurement and
Evaluation. N.Y.: Harper&Row.

Bloom, B. S., ed. 1956. Taxon'amy of Ed1.1cationcll Objectives: The ·


Classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. New
' York: Lonmnans, Green and Co. · .

Depdikbud 1977. A/at Penilaian Kemampuan Gu,u. Jakarta.

Ebel, R. L., & Frisbie, D. A. 1986. Essentials of Educational Measurement.


Englewood Cliffs, N.J.: Prentice~Hall. ·

Gronlund, N. E. 1971. Measurement and Evaluation in Teaching. N.Y.: The


_ Macmillan.

Hambleton, R. K., & Swaminathan, H. 1985. Item Response Theory:


Principles and Applications. Boston: Kluwer. Nijhoff Pub.

Undeman, R. rL
1967. Educational Measurement., N. J.: Scott Foresman
and Company.

Mehrens, W. A., & Lehmann, I. J. 1973.. Measurement and Evaluation in


Education and Psychology. N. V.: Holt, Rinehart and Winston.

192
PEKERTI·AAIPenilaian 1fasil 0ela}4r-•

Monroe, W. S., & Robert E. 'Carter. '1923. The Use of


Diff~enfiypes, of
Thought Questions in Secondary Schools arid Their. Relative DifficultY for
Students. Urbana: Ill.: University of Illinois Bulletin20, No. 34.

Noll, V. l::f. 1957. Introductiqn to Educational Measurement. Boston:


Houghton Mifflin.

Sax, G. 1980, Priricip1e5 of Educational and Psychological Mea5urement and


- ' ' Belmont, CA:
Evaluation.. ' ..... ..
'~
Wadswprth,
' - ·-[ - - _ '

Scriven,·M. I96'7.. Jhe.M~thocloloW,'C!>tEvaluation. Dalam . R. Tyler . (Ed.),


Perspective of Curriculum· Evaluation. AEPA Monograph Series on
Curriculum Evaluation (No.1). Skokie, IL.: Hand McNally.

~tVftleb~am,~D. L, & A J. Shi~kfield, 1985. Systematic Evaluptlpn: ,A Self·


. Instructional Guide to Theory. and Practice,·· Boston: Ki~w~;-Nijhoff
Publishing. . . .

Thorndike, R. L. & Hagen, E. 196.1. Measurement and Evaluation in


·Psychology and Educ~tion. N.Y.:. John WUey & Sons.. _ .

.
193
Senarai Kata-:-Kata Penting

Analisis Butir Soal


suatu prosedur untuk menentukan karakteristik, .. mutu a tau spesifikasi
satu butir soal.

Checklist(s) (Daftar Cek)


salah satu ragam 'rating scale' yang menghaiuskan pengpmat mencek
a tau menandai ada atau ·tidak adanya sesuatu yang diamati dalam suatu
daftar yang disiapkan terlebih dahulu sebelum observasi.

DayaBeda
angka atau skala yang menunjukkan kemampuan butir soal untuk
membedakan kelompok peserta tes yang berprestasi tinggi dari kelompok
peserta tes yang berprestasi renda:h.

Distractor (Pengecoh)
adalah option yang bukan •kunci, sebagai altematif yang mirip dengan
kunci; berguna bagi pengujian tingkat penguasaan peserta tes ten tang hal
yang dipertanyakan dalam butir soal bersangkutan.

Formatif
penggunaan tes untuk memperoleh umpan balik selama proses
pembelajaran sedang berlangsung. Hasil penilaian formatif dapat
digunakan untuk memperbaiki proses pembe!ajaran yang sedang
berlangsung tersebut.

Evaluasi Sumatif .
peniiaian yang dilakukan pada akhir dari suatu unit kegiatan belajar-
mengajar tertentu untuk mengambil keputusan tentang berhasil atau

194
gagalnya suatu proses pembelajaran secara keseluruhan suatu mata
kuliah.

Guessing Formula (Correction for Guessing)


suatu cara untuk penskoran tes objektif yang menerapkan hukuman bagi
jawaban yang salah; Formula penskoran ini biasanya adalah

Skor = J·urnla h .b·u.tir soru


_1 b . jumlah jawaban so. al.· salah.·
enar - .:..._----=-------~
jumlah option ~ 1

Homogenitas
biasanya dikatakan terhadap option dalam tipe tes objektif yang
menunjukkan tingkat kemiripan dari semua altematif ·jawaban yang
disediakan.

Kemenduaan (Ambiguity)
salah satu kelemahan butir soal yang disebabkan kunci yang· meragukan,
terutama bila kundtersebut dinilai oleh ahli.

Kunci Jawaban
salah satu option atau altematif jawaba~ yang benar dalam suatu
soal objektif.

Mastery Test
tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan akan penguasaan
minimal yang harus dikuasai oleh peserta tes. Tes seperti ini biasanya
digunakan i.mtuk menentukan tingkat ketuntasan penguasaan bidang
studi atau bagian bahan pelajaran tertentu.

Menjodohkan (ButirSocll Menjodohkan)


suatu tipe buti{ soai objektif yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok soal (kolom premis) dan kelompok jawaban (kolom jawaban),

195
yang mengharuskan peserta tes menjodohkan masing-masing butir pada
·kelompok soal dengan salah satu altematif keiompokjawaban.

Nilai (Grade)
angka atau skala tertentu yang· menggambarkan tingkat kemampuan
peserta tes, yang menggambarkan kedudukan peserta tes tersebut
diantara peserta tes lain atau penguasaannya terhadap suatu bidang
studi atau mata kuliah tertentu. Nilai diperoleh melalui pengolahan dad
hasii atau skor tes.

Option
altematif pilihan, keseluruhan kemungkinan jawaban yang disediakan
dalam satu butir soal objektif.

Pengukuran (Measurement)
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik seseorang,
peristiwa atau objek menurut suatu aturan atau ketentuan atau formula
tertentu .

. Pilihan Ganda (Butir Soal Pilihan Ganda)


suatu tipe butir soal objektif yang terdiri dari stem dan sejumlah altematif
jawaban (option) yang mengandung satu kund jawaban.

Penilaian (Eualuasi}
suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan, dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasH belajar,
baik yang menggunakan instrumen tes ataupun non tes.

Power Test
tes yang terdiri dari butir-butir soal dengan tingkat kesukaran yang tinggi,
dan secara relatif mempunyai batas waktu yang longgar untuk
meresponnya.

196
. Rating Scale (Skala Sikap)
salah •satu tipe lnstrumen pengukuran hasil· belajar . non-tes · yang
digunakan untuk r:nencatathasil0bservasi s~car.a sistematis.

ReliabilitaS
· suatu ;koefisiel'l ·.Yang meninijukkari ~jauh mana. $uatt( tes sec~ra
konsisten trterriberif<ari informasl
yang sama: Koeft81e~ retiaoilimi> dapat
· menufijukkan tingJ<at stabilitas, ekuavalen~i, dan konsistensi dari $uatU
· tes·

· ·sample Test ·
. tes atau suatU ujian yahg butir-butir soalnya dipilil~ darisuatu populasi
butfr soaftertentu. . .

. Sign Test .·. . ....


tes yang dirancang untuk membedakan dua .kelompok peserta t.es a tau
lebih tanpa terlalu peduli dengan isi butir soal. · .

Skala lhterual
·skala atauangka yang mertdliki perbedaan yang sama antcir ahgka yang
· beniJ:Utah. Misalriya ~mgka penanggaliu1 (kalender} ·
'-·-<:"', . . ·. .:,> .. ' .

Skala Nominal
skala a tau angka. yang ·. bersifat · ku~itati{, yang i:neinbedakan .suatU
.· kategoti d.an ,kat~ori laip.pya .tanpa mellunjukkan UJ'Utan. ' S~ala. ini
hanya membedakan obJek dalam kat~ori, •djskret. Misalnya nom or
pun~ng pemain sepakbola. · ··

Skala Ordinal.
· skala ~ang r:nembedal<an objek atas rangking atau urutan, ....tanpa
memperhatikan mutu dari perbedaan itu. Misalnya perbedaan nilai yang
diperoleh mahasiswa dalam suatu mata kuliah. ,

,197
kala rasio
. skala atau angka yang mempunyai nol absolut dan interval yang sama
antar angka yang berurutan. Misalnya: skala jarak.

kor
angka yang diberikan kepada ~rta tes, yang mendeskripsikan secara
kuantitatifkemampuapnyamenjawab satu butir soal tertentu.

peed Test
tes yang terdiri dari butir-butir soal yang mudah dan sederhana sehingga
dapat diperkirakan seluruh ·peserta tes dan dapat dijawab a tau direspon
secara benar kecuali mereka yang tidak hati-hati. Tes seperti ihl biasanya
wakturiya sangat ketat.

tem (Pokok Soal)


pemyataan yang terbuka.atau pertanyaan.dalam butir soal pilihan ganda
.·yang berisi tugas atau masalah untuk mengantarkan peserta tes pada
pemilihan jawaban. ·

es·(Test)
suatu tugas atau seperangkat tugas/pertanyaan yang direnc?nakan untuk
memperoleh informas1 tentang trait atau atribut pendidikan atau ·
psikologik yang seti~p butimya . mempunyai jawaban atau ketentuan
yang dianggap benar. ·

es Acuan Norma (Norm-referenced Test}


tes yang dirancang untuk mengukur perbedaan ·individual dalam suatu
keiompok acuan tertentu.

es Acuan Patokan (Criterion-referenced Test)


.tes yang didesain untuk mengukur penguasaan minimal peserta tes
seperti yang dipersyaratkan oleh kriteria tertentu bidang studi atau mata
kuliah.
TesBaku (Standardized Test).
,tes yang dirancang untuk ·~iadministrasikan .dan diskor di dalam suatu ·
kondisi tertentu dan seragam. . .

. TesBuatan Goru(Teacher:~madeTest). · .. . . . ·
tes yang dikonstruksi oleh pengajar atau dosen yang biasanya tanpa uji
coba lebih -~hulu dan tidpk lllempupyai. kelompok .norma yang tetap.

Tes. Diagnostik (Diagnostic. Test)


fes yang digunakan ·untuk .· mengetahui kelemahan dan kekuatan
seseorang dalarn basil belajar.

Tes ·Hasil Belaj(lr (Achievement Test)


tes yang. dirancang untuk-. mengtikur pencapaian atau penguasaah atau
perolehan informasi, · sikap atau keterampilan setelah dilak_ukan suatu
' . . .

, proses ~elajar mengajar.' '

·Teslndiriidual (Individual Test).


tes yang dirancang. untukdiadministrasikan .kepada ses~orang pada suatu.
waktu. Tes seperti ini biasanya menunfut untukm£mgobservasi tindakan
peserta pada waktu tes tersebut diadmi!'istrasikan, misalnya tulisan.

Tes Kelompok (Group Test)


tes yang diraricang untuk diadministrasikan kepada lebih dari satu orang
dalam waktu yang sama.

Tes Melengkapi (Completion Test)


butir soal yang· dlkonstruksi dalam bentuk kalimat tidak l~mgkap untuk
dilengkapi oleh pe5erta tes. ·

Tes Objektif (Objective Test) · -


bentuk test yang dapat diskor secara objektif (tidak mendua), di mana
altematif jawaban telah dipasok oleh orang yang mengkonstruksi butir
soal~

199 ..
Tes Penempatan (Placement Test)
tes yang dirancang untuk memprediksi program maksimal yang dapat
diikuti oleh seorang peserta didik pada saat tertentu.

fes Unjuk Kerja atau Tes Kinerja (Performance Test)


tes ·~ang dalam menjawab atau merespon pertanyaan a tau tugas yang
.diberikan rnenuntut peserta tes menampilkan jawaban responnya dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku.

res Uraian atau Tes Esai (Essay Test)


Tes yang menuntut peserta tes menjawab atau mengeljakan tugasnya
dengan cara memasok jawaban atau respon, yang biasanya dalam
bentuk uraian yang relatif panjang.

r;ngkat Kesukaran
angka atau skala yang menunjukkan proporsi peserta tes menjawab
benar terhadap suatu butir soal tertentu. Makin besar koefisien tingkat
kesukarannya berarti makin besar proporsi peserta tes yang menjawab
benar terhadap butir soal tersebut; yang berarti bahwa butir soal tersebut
makin mudah.

faliditas
· acapkali di-Indonesia-kan dengan istilah kesahihan. Validitas suatu tes
didefinisikan sebagai derajat kemampuan tes mengukur apa yang
seharusnya ia ukur, atau secara populer dapat dikatakan sebagai derajat
kemampuan memberikan informasi. yang dimaksudkan ketika tes
tersebut dibuat. ·Secara teknis validitas dapat didefinisikan sebagai
seberapa jauh suatu alat ukur atau tes sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.

:00
_lndeks .Materi Pe~befajaran

- Analisis butir soal 153 Evalua5i, contoh butir soal 90


'"daya pembeda 162
Format
tingkat kesukarari _ 157
Lembar jawaban 127
berflingsinya pilihan - 165
Kuncijawaban 130
Analisis; c_ontoh butir soal _ 87
Guessing Jormula 129
Aplikasi/penerapan, contoh (rumus tebakatt)
butirsoal 36 .
Kisi'-kisi 21
Benar-salah, tes objektif -- 56 Tes Objektif · _ 22
Kekuatan 56 ·TesUraian 24
Keterbatasan 57 Tes Objektif dan Uraian 26
Konsfruksi 58
Konstruksi bl1tir soal PAP/PAN .148
Modifikasi 62
Memeriksa Qasil,
Belajar tuntas 146 Tes objektif 126
Bagan Partisipasi 94 Tes uraian tertutup 132
Correction for guessing · Tes keterampilan 134
129
Dasar penyttsurian tes . Menjodohkan,
28
Butir soal 63
Daftar cek 96 Kekuatan dan kelemahan 64
Denda .128 Konstruksi 64
Distribusi tingkat kesukaran 20 Naskah ujian,
Penyuntingan · 116
Etika tes 11 Penggandaan 118
Kerahasiaan tes 12
Keamanan tes 12 Non-tes,
Interpretasi hasil 13 Konstruksi 91
Penggunaan tes 13 Pengetahuan/lngatan 33

201
Pengukuran 5, 15 berganda 79
Menggunakan gambar,
Penilaian,
Definisi 7, 15 grafik, tabel, diagram 80
Formatif 8 Rating Scale (Skala Lajuan) (RS)
Sumatif 8 Numerical RS 99
Kegunaan 9 Pengembangan NRS 100
Acuan norma (PAN) 10,138, Contoh 102
146 Descriptive graphical RS 102
Acuan kriteria (PAKIPAP) 10, Ranking method RS 103
146 Paired comparison RS 105
Perbandingan tes objektif Reliabilitas 169
dengan tes uraian 81 Scanning machine 126
Pelaksanaan tes,
Skala sikap 109
Diberitahukan 120 Skala Likert 111
Usan 123 Skala Thurstone 112
Perbuatan/tindakan 124 Skala Guttmann 113
Perencanaan tes,
Skor rata-rata, 142
Pengambilan sampel 17 Menghitung 143
Tipe/ragam tes 18
Aspek kemampuan 18 Simpangan baku, 142
Jumlah butir soal 20 Menghitung 143
Pilihan ganda, 65 Sintesis (proses berpikir) 89
Pengecoh 66 Tes,
Pokoksoal 66 Definisi 3, 15
. Keterbatasan 68 Bentuk, tipe, ragam 4
Pririsip konstruksi 70 Awal (pre test) 30
Biasa 77 Akhir (post test) 30
Analisis hubungan antar hal 77 Diagnostik 31
Analisis kasus 78 Formatif 31
Kompleks/melengkapi

202
Prestasi belajar 31
Tarap serap 31
Uraian
Konstruksi tes uraian 49
Pedoman skoring tes
uraian 51
kata kunci tes uraian 53
Validitas 171

203
RIWAYAT HIDUP PENULIS

. Asmawi Zainul saat ini adalah Lektor Kepala pada


FPIPS IKIP ·. Bandung, di samping tugasnya. sebagai
Pembantu Rektor Bidang Operasional dan Kerjasama
Universitas Terbuka.. Ia dilahirkan di dusun Perbo,
Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 7 Desember 1937. Ia
memulai pendidikannya . dengan ,SR di. desal)ya dan
t '* 1. mehempuh pendidikan dalam jalur pendidikan guru di
SGB pada tahun 1953 di Bengkulu. Kar~na . ia lulus · ·
sebagai siswa terbaik da.larn ujian kelas tiga . SGB, ia
:iapat melanjutkan p'endidikan ke SGA tanpa harus ke kelas empat SGB.
\1asuk SGA di Palembang 1956 dan pihdah ke SGA Tanjungkax:ang dan
ulus dengari angka terbaik pada tahun 1959. · ·
Masuk FKIP UNPAD pada tahun 1959 dan lulus Sarjana Muda tahun
1963 .. Lulus Sarjana Pendidikan Sejarah Buclaya IKIP Bandung 1967.•
Pernah mengikuti Training dalam bidang Perencanaan Pendidikan di
Vlacquarie University, Australia pada tahun 1974. Pada tahun 1985
:nernperoleh gelar Master of Education qalam bidang Social Science
Education dan State University of New York at Buffalo dan gelar Doctor of
Education dari Universit;;1s yang .sama ·dalam bidang Tes dan · Pengukuran ·
Pendidikan padi;i tahun 1988.
T elah menulis berbagai makalah yang diterbitkan di jurnal maupun
disajikan di berbagai pertemuan ilmiah. Sebagai staf pengajar ia telah
menerbitkan diktat-diktat dalam bidang Pengajaran Sejarah maupun
Pengukuran Hasil Belajar. Penelitian-penelitian yang dilakukannya terutama
ditujukan unh,.lk mencari prediktor keberhasilan belajar peserta didik .dalam
berbagai jenjang pendidikan.
Oi samping pekerjaan tetapnya, ia juga ikut s~rta dalam berbagai
kegiatan peningkatan kemampuan guru, perencanaan pembangunan
pendidikan dan kebudayaan dan .berbagai studi kebijakan dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan.

204
PEKERTt-AAI<Penifaian Jfasi{<Befajare

' RIWAYAT HIDUPPENULIS

Drs. NoehL Nasution, MA dilahirkan di Sitinjak


(Tapanuli Selatan) tahun 1933. Beliau · secara terus
menerus mengabdikan diri dalam bidang pendidikan.
Dimulai dengan menyelesaikan pendidikan s.:J dan B-11
tahun 1960. Mendapatkan.gelar Teaching Certificate dari. ·
· Institute. of Education, Sheffield University, Inggris tahun
. 1962 dan Science Teaching Certificate dari InstitUte of
Education, London University, Inggris tahun 1963, Pada
tahun i 964 meraih' gelar Saljana Pendidikan Kimia dari IKIP. i3andung ·dan
·terakhir memperoleh gelar Master of Arts dalam bidang Pendidikan dari
Stanford Unive.:Sity, Amerika Serikat tahun 1978. Beliau menikah dengan
· · Roslina Hulasuhut dan dikaruniai 4 orang anak.
Pernah menjadi guru SMA di Bukittinggi dan di Bandung, Kepala Seksi
pada Science Teaching Centre di, Bandung (tahun 1963-1969); dosem tidak
tetap di UniversitaS Padjadjaran (tahun .1964-1969) dan Universit~
Kebangsaan M?llaysia (tahun 1970-1972). Pernah pula rrienjadi guru di
Prengkatenam, Kualalumpur: · Dari tahun. 1975-1986 menjabat sebagai
KePala Bidang Penilaian pada B~litbang .Dikbud. Pernah pula menjabat
sebagai Pembantu Dekan I FKIP Universitas Terbuka (tahun 1987- 1990).
Sejak tahun 1990 sampai 1994 menjabat sebagai Dekan FKIP Universitas
Terbuka, sampai sekarang sebagai dosen senior di Universitas Terbuka.
Beberapa pelatihan -dan · seminar yang telah diikuti baik di dalam
maupun di luar negeri antara lain dalam bidang Pendidikan IPA (di
Malaysia), Pengembangan Kurikulum (di Filipina, Malaysia, dan Mesir).
Penilaian Pendidikan (di Amerika Serikat, . Inggris, dan Belanda) da~
Penilaian Ranah Kognitif dan Afektif (di. Inggris, Amerika Serikat, Srilanka,
~an Singapurah - _.-

205

Anda mungkin juga menyukai