Anda di halaman 1dari 2

FENOMENA LUCIO

Fenomena Lucio merupakan varian reaksi kusta yang jarang ditemukan. Dapat terjadi
pada pasien kusta lepromatosa non-nodular difus yang belum mendapatkan terapi atau tidak
menyelesaikan terapi. Gambaran klinis berupa plak merah kebiruan pada ekstremitas yang
kemudian mengalami infark yang dapat disertai atau tanpa bula. Nekrosis jaringan kemudian
sembuh meninggalkan jaringan parut. Bula yang besar dapat menjadi ulkus dalam dengan
tepi tidak beraturan.

Lucio dan Alvarado pada tahun 1982 melaporkan reaksi kusta berat dengan gambaran
klinis nekrotik yang difus. Pada tahun 1940, Latapi dan Zamora menyatakan bahwa reaksi
tersebut ditemukan pada kasus kusta tipe lepromatosa dan menamakannya "fenomena Lucio".
Fenomena Lucio biasa ditemukan di Meksiko. Beberapa laporan kasus juga ditemukan di
Brazil, Kosta Rika, Amerika Serikat, Hawaii dan India. Di Indonesia telah ditemukan
beberapa kasus serupa. Gambaran klinis berupa purpura di kedua tungkai yang bertambah
banyak dengan cepat. Di beberapa tempat timbul vesikel dan bula yang kemudian menjadi
erosi dan ulkus. Fenomena Lucio terjadi akibat invasi kuman Mycobacterium leprae di
pembuluh darah, jaringan endotel rusak sehingga lumen pembuluh darah menyempit,
menimbulkan trombosis, iskemia, infark dan nekrosis jaringan. Pemeriksaan histopatologi
sangat bermanfaat dalam membantu menegakkan diagnosis fenomena Lucio. Gambaran
histopatologik berupa proliferasi dan mobilisasi poliblas dan histiosit. Pada fenomena Lucio
ditemukan dilatasi pembuluh darah, proliferasi endotel, oklusi lumen dan trombosis
pembuluh darah superfisial dan dermis bagian tengah dapat ditemukan. Secara klinis tampak
sebagai gambaran iskemik atau nekrosis. Agregasi basil tahan asam di endotel pembuluh
darah sering terlihat pada pemeriksaan histopatologi. Nekrosis epidermis, keterlibatan
pembuluh darah subpapilar, ditemukan sedikit neutrofil dan banyak basil tahan asam
merupakan panduan diagnosis secara histopatologi. Gambaran ini yang dapat membedakan
antara fenomena Lucio dengan ENL dengan gambaran nekrosis. Basil tahan asam lebih jelas
terlihat pada pemeriksaaan pewarnaan Fite Faraco. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan MDT MB sebagai terapi fenomena Lucio. Terapi tambahan berupa
kortikosteroid dan klofazimin (loose lamprene) dimulai dengan 300 mg/hari akan
memberikan respon baik. Respon terapi dinilai selama 4-6 minggu. Antibiotik dapat
diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder. Talidomid juga dapat dipertimbangkan sebagai
terapi.

Sumber: Pradana Pandu dkk. 2016. Gambaran Klinis dan Histopatologi Fenomena Lucio.
Jurnal Kedokteran Universitas Indonesia. Vol. 43 No. 4; 147-152.

Anda mungkin juga menyukai