Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA

“Pendekatan Pembelajaran Kimia”

Disusun Oleh:
Kelompok 1
A.Muthmainnah/1913041004
Nur Fadhila/1913042024
Lutfiah Annisa/1913040020
Putri Ramadani/1913041010
Yeni Isra Anjasari/1913041020
Muh Furqaan Rachman/1913040002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, Kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa puta kami kirimkan shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Pendekatan pembelajaran” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan media pembelajaran kimia, Kami berharap
makalah ini dapat menjadi referensi bagi penulis dan para pembaca.

Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak perbaikan karena kesalahan dan
kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih
baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik itu terkait dalam penulisan
maupun presentasinya, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat Kami sampaikan., semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 27 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………………… i

Daftar isi ………………………………………………………………………………….ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang …………………………………………………………………….1


B. Rumusan masalah …………………………………………………………………1
C. Tujuan penulisan …………………………………………………………………..2
D. Manfaat penulisan …………………………………………………………………2

Bab II Pembahasan

A. Pengertian pendekatan pembelajaran …………………………………………….3


B. Karakteristik pendekatan pembelajaran …………………………………………..17
C. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pmbelajaran kimia …..21

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….24
B. Saran ………………………………………………………………………………...24

Daftar pustaka……………………………………………………………………………….iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat yang dimana peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman
yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini pun berpengaruh terhadap
dunia pendidikan yang dimana pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas dan juga kuantitasnya. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar para siswa dapat menerima didikan dan bimbingan dengan
baik.
Proses belajar mengajar di beberapa sekolah SD, SMP maupun SMA masih
menggunakan sistem belajar mengajar yang dimana proses pembelajaran didominasi oleh
guru dan para siswanya hanya duduk diam saja mendengarkan penjelasan dari guru,
sistem belajar mengajar tersebut sangat kurang efektif karena itu dapat membuat siswa
sulit atau lambat dalam memahami penjelasannya tanpa ada nya diskusi di kelas atau
tanya jawab.
Dalam proses belajar mengajar interaksi sangat diperlukan di antara guru dan
siswanya untuk mencapai suatu tujuan, dan agar tujuan tersebut tercapai maka perlu yang
namanya interaksi antara guru dan siswa yang dimana pula dengan adanya interaksi ini
proses pembelajaran tidak monoton da menjadi lebih menarik dari sebelumnya.
Dilihat dari penjelasan diatas dalam proses belajar mengajar sangat di perlukan yang
namanya pendekatan pembelajaran agar dapat mengetahui bagaimana seorang guru
memberikan pengajaran yang menarik dan menyenangkan kepada para muridnya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari pendekatan pembelajaran beserta jenis-jenisnya!
2. Jelaskan karakteristik dari pendekatan pembelajaran!
3. Bagaimana contoh pengaplikasian setiap jenis pendekatan pada pembelajaran kimia!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajaran
2. Untuk mengetahui seperti apa karakteristik dari pendekatan pembelajaran
3. Untuk mengetahui contoh pengaplikasian setiap jenis pendekatan pada pembelajaran
kimia.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini di buat agar pembaca dan penulis dapat mengetahui secara rinci seperti
apa itu pendekatan pembelajaran sehingga di suatu saat nanti kita tidak bingung lagi
untuk menerapkan pendekatan pembelajaran seperti apa yang akan kita bawakan ketika
kita menjadi seorang guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik tertentu, dan
berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap pendekatan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi
sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan
materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Adapun pendapat dari
beberapa ahll seperti Wahjoedi (1999:121) mengenai pengertian pendekatan yang
berpendapat bahwa arti pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan
perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil
belajar secara optimal. Kemudian menurut Syaifuddin Sagala (2005:68) yang berpendapat
mengenai pengertian pendekatan berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran merupakan
jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan
ditempuh dan digunakan oleh pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran tertentu (Rahmawati, 2011, hlm. 74). Dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut pandang berupa rencana awal untuk
menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam menerapkan perlakuan (tindakan kelas)
yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Menurut Sagala (2012: 71) Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.Konsep memiliki banyak arti tetapi
dalam kegiatan belajar mengajar, konsep adalah akibat dan suatu hasil belajar, misal suatu
saat seseorang belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakan satu
sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukan suatu benda kedalam suatu
kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan
sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang memungkinkan seseorang
mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu anggota kelompok.
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan kesempatan kepada
siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses (Afrial, 2012). Pendekatan ini dilatar belakangi oleh konsep-konsep
belajar menurut teori Naturalisme-Romantis” dan teori kognitif gestal. Naturalisme-romantis
menekankan kepada aktifitas siswa. Dan teori kognitif gestal menekankan pemahaman dan
kesatupaduan yang menyeluruh.
1. Pendekatan saintific
Scientific pertama kali diperkenalkan melalui ilmu pendidikan Amerika pada akhir
abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah
pada fakta-fakta ilmiah (Rohandi, 2005). Pendekatan scientific learning ialah pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam artian,
apa yang dipelajari dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indra dan akal pikiran
sendiri, sehingga mereka secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dengan pendekatan tersebut, peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan
masalah yang dihadapi dengan baik (Fadlillah, 2014).
Pengertian secara Istilah pendekatan scientific merupakan proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa yang mana tujuannya agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui beberapa tahapan seperti, mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, kemudian menarik kesimpulan serta mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang telah ditemukan (Sufairoh, 2016).
Secara konseptual, pendekatan scientific dianggap lebih unggul daripada konsep
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK) karena pendekatan scientific mendorong
siswa untuk aktif mengamati, menanya, mencari data melalui eksperimen, menyimpulkan
menggunakan penalaran, dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Pendekatan
scientific adalah pendekatan yang berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan bersifat pada kira-kira, khayalan
atau dongeng (Akhyar H. M. Tawil, 2014).
Kurikulum 2013 mengadopsi ketiga ranah kompetensi dengan beberapa inovasi
pada setiap domain dengan hirarki aktivitas yang dikembangkan. Hal ini terlihat pada
domain sikap yang diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Domain pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Domain
keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta” (Shafa, 2014).
Kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
learning). Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), menalar
(associating), mencoba (eksperimenting), membentuk jejaring (networking) untuk semua
mata pelajaran (Shafa, 2014).
Pendekatan scientific menjadikan pembelajaran lebih aktif dan tidak
membosankan, siswa dapat mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya melalui
fakta-fakta yang ditemukan dalam penyelidikan di lapangan guna pembelajaran. Selain
itu, dengan pembelajaran berbasis pendekatan scientific ini, siswa didorong lebih mampu
dalam mengobservasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan atau
mempresentasikan hal-hal yang dipelajari dari fenomena alam ataupun pengalaman
langsung (Ine, 2015). Pembelajaran dengan pendekatan scientific diharapkan mampu
menerapkan beberapa nilai yakni dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha),
membangun sebuah kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan
kreativitas-kreativitas siswa dalam pembelajaran (tut wuri handayani) (Tri Mulyani,
2015).
2. Pendekatan STEM
Pendekatan STEM ini adalah pendekatan yang merujuk kepada empat komponen
ilmu pengetahuan, yaitu: pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika. Selaras dengan
hal tersebut berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa penerapan STEM dapat
membantu mengembangkan pengetahuan, membantu menjawab pertanyaan berdasarkan
penyelidikan, dan dapat membantu siswa untuk mengkreasi suatu pengetahuan baru.
Penerapan pendekatan pembelajaran STEM ini dapat membantu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis adalah berpikir dengan reflektif yang
berfokus pada pengambilan keputusan tentang apa yang diyakini dan apa yang harus
dilakukan selanjutnya. Pendekatan pembelajaran STEM dengan mengintegrasikan
keempat komponennya mampu menghasilkan aktivitas mental yang berguna untuk
membantu memunculkan berpikir kritis siswa yang ditandai dengan kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, mengevaluasi, dan
melakukan penyelidikan.
Pendekatan STEM tidak hanya dapat diterapkan di sekolah dasar dan sekolah
menengah, tapi juga dapat diterapkan di perkuliahan bahkan program doctoral.
Pendekatan STEM menghubungkan pembelajaran dengan empat komponen pengajaran,
yaitu science, technology, engenering, and mathematic. Selaras dengan hal tersebut
pendekatan STEM dapat dilaksanakan pada tingkat pendidikan formal/di dalam kelas dan
tingkat satuan non formal/di luar kelas.
3. Pendekatan STEAM
STEAM adalah pendekatan pembelajaran untuk mengajarkan (Kelley & Knowles,
2016). Dalam pendidikan, STEAM adalah pendekatan terintegrasi yang menggabungkan
mata pelajaran Sains, Teknologi, Teknik, Seni dan Matematika sebagai sarana
mengembangkan penyelidikan siswa, komunikasi dan pemikiran kritis selama
pembelajaran (Starzinski, 2017). Ini adalah adaptasi dari STEM, yang menyoroti
hubungan dua atau lebih area konten untuk memandu instruksi melalui observasi,
penyelidikan dan pemecahan masalah.
4. Pendekatan konstekstual
pendekatan pembelajaran konstekstual adalah pembelajaran yang dikenal dengan
sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata para siswa. Melali
pendekatan konstekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi para siswa
karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka alam
jangka panjang. pendekatan konstekstual ini lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran
dan mengaitkan konsep tersebut dengan situasi dunia nata mereka. Belajar konsep
merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu- batu pembangun
(building blocks) berpikir (Dahar,1989). Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-
proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-
aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang
diperolehnya.
Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberi
kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan
prinsip sendiri (Arifin, Mulyati, dkk., 2000).
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks
ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti
dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.
Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen
komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
a. Mengaitkan, strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
b. Mengalami, inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan, siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan
relevan.
d. Kerjasama, siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi
masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya
membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e. Mentransfer, peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus
pada pemahaman bukan hafalan .

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam CTL


a. Guru yang berwawasan, maksudnya guru yang berwawasan dalam penerapan dan
pendekatan.
b. Materi dalam pembelajaran, hal ini guru harus bisa mencari materi pembelajaran yang
dijiwai oleh konteks perlu disusun agar bermakna bagi siswa.
c. Strategi metode dan teknik belajar dan mengajar, hal ini adalah bagaimana seorang guru
membuat siswa bersemangat belajar, yang lebih konkret, yang menggunakan realitas,
lebih aktual, nyata/riil, dan sebagainya.
d. Media pendidikan, media yang digunakan dapat berupa situasi alamiah, benda nyata, alat
peraga, film nyata yang mana perlu dipilih dan dirancang agar sesuai dan belajar lebih
bermakna.
e. Fasilitas, media pendukung pembelajaran kontekstual seperti peralatan dan perlengkapan,
laboratorium, tempat praktek, dan tempat untuk melakukan pelatihan perlu disediakan.
f. Proses belajar dan mengajar, hal ini ditujukan oleh perilaku guru dan siswa yang
bernuansa pembelajaran kontekstual yang merupakan inti dari pembelajaran kontekstual.
g. Kancah pembelajaran, hal ini perlu dipilih sesuai dengan hasil yang diinginkan.
h. Penilaian, atau evaluasi otentik perlu diupayakan karena pada pembelajaran ini menuntut
pengukuran prestasi belajar siswa dengan cara-cara yang tepat dan variatif, tidak hanya
dengan pensil atau paper test.
i. Suasana, dalam lingkungan pembelajaran kontekstual sangat berpengaruh karena dapat
mendekatkan situasi kehidupan sekolah dengan kehidupan nyata di lingkungan siswa.

Karakteristik CTL
a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Sharing dengan teman.
i. Siswa kritis guru kreatif.
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain

Kelebihan CTL
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak
akan mudah dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang
siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kelemahan CTL
a. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar
seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa”
yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru
memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
5. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia
menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu
dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai (Suparno,
2008:28).
Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Konstruktivisme mempengaruhi
banyak studi tentang salah pengertian (misconceptions) dan pengertian alternative dalam
bidang sains dan matematika.
Dapatlah dirumuskan secara keseluruhannya pengertian atau maksud pembelajaran
secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusatkan kepada siswa. Guru berperan
sebagai penghubung yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan
masalah. Guru berperan sebagai pereka bentuk bahan pembelajaran yang menyediakan
peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru. Pengetahuan yang dimiliki siswa
adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya
pembelajaran yang diterima secara pasif.

Prinsip-prinsip Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:73) prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
b. Tekanan dalam proses pembelajaran terletak pada siswa.
c. Mengajar adalah proses membantu siswa.
d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir.
e. Kurikulum menekan pada orientasi siswa.
f. Guru adalah fasilitator

Metode Konstruktivisme
Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya
dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagi
metode yang aktif dan konstruktivistik. Namun demikian, dapat pula di telusuri beberapa
metode yang cukup efektif dalam mengaktifkan siswa dan membantu dalam
pengkonstruksian di atas. Salah satu di antaranya adalah metode penemuan dengan
penekanan pada kerangka berpikir metode ilmiah.
Dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan
pengamatan, membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menggambar uji hipotesis,
memanipulasi objek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencarai jawaban
sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan
pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi
pengetahuan yang baru.

Kelebihan Konstruktivisme
a. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri.
b. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan
dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang
fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa
terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
c. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri
dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru
dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
e. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari
kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Kelemahan Konstruktivisme
a. Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan, hal ini
mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.
b. Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
6. Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Hans Frudenthal di
Belanda. RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’
bagi siswa, menekankan keterampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan
sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun
secara kelompok. (Zulkardi, 2009).
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah pendekatan
pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu
sendiri”. Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan
yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam
belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di
Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika
merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi-strategi informasi siswa
berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi-situasi biasa yang telah
diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan
realistik atau RME juga diberi pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah
dalam situasi yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
bermakna bagi siswa.
RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal-hal yang real bagi
siswa (Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (Student
Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi (Teaching Telling) dan pada akhirnya
siswa menggunakan matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual
ataupun kelompok. Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan argumennya,
mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat
orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang
mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika (Yuwono:
2001). Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME adalah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-hari sebagai sumber inspirasi dalam
pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu
pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal-hal nyata atau real bagi siswa dan
mengacu pada konstruktivis sosial.
Tujuan RME
a. Menjadikan matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan
tidak terlalu abstrak.
b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c. Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang
baku.
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
(Kuiper & Kouver, 1993)
Gravemeijer (dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam
pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
a. Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif (Gunded Reinvention/
Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik-topik matematika, siswa harus
diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep-konsep
matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya
penyeleseian yang berbeda.
b. Didaktif yang bersifat fenomena (didaktial phenomology) topik matematika yang akan
diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
c. Model yang dikembangkan sendiri (self developed models) dalam memecahkan
‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model
mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani
pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

Kelebihan RME
a. Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
b. Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c. Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
d. Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e. Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f. Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kelemahan RME
a. Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang).
b. Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
c. Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mampu memahami materi pelajaran.

7. Pendekatan Open Ended


Menurut Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki
multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended
problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana
sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode
dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat “keterbukaan” dari suatu
masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang
diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh
penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab
permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
Model aktivitas Siswa yang dikembangkan dalam pendekatan open-ended secara
garis besarnya disajikan dalam gambar sebagai berikut:

Sumber: Suryadi dalam Asriah (2011:14).


Gambar : Model Aktivitas Siswa yang Dikembangkan dalam Pendekatan Open-Ended
Kelebihan Open–Ended
Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang
solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan
keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal
tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru
berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh
sebelumnya. Ada beberapa kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta
memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta
keterampilan matematika secara komprehensif.
c. Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk
mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang
mereka berikan.
e. Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun
dari temannya dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan Open–Ended
a. Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
c. Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

8. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang bermula dari penjelasan tentang hal yang
bersifat umum, lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Guru akan menerangkan teori,
konsep dasar, dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran, kemudian di ikuti
penerapan atau contoh-contohnya.
Kelebihan Pendekatan Deduktif
a. Cara pelaksanaannya terstruktur sehingga mudah di lakukan.
b. Siswa berpotensi memahami setiap bahasan.
c. Suasana kelas bisa menjadi lebih tenang.

Kekurangan Pendekatan Deduktif


a. Untuk beberapa materi yang lebih bersifat praktik dan elaborasi tidak di
sarankan.
b. Penyampaian yang tidak bagus akan membuat kelas tidak hidup.

9. Pendekatan Induktif
Pendekatan ini pertama di kemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacon (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan di dasarkan dari fakta yang konkrit. Menurut
Purwanto dalam segala (2006 : 77) tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang di
ambil secara induktif bergantung pada representetif atau sampel yang diambil mewakili
fenomena keseluruhan. Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan terdahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering di sebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan
induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan
umum.

10. Pendekatan Konsep


Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang
sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan konsep adalah :
a. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.
b. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah di mengerti.
c. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
d. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

B. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran


 Merupakan sebuah filosofi
 Merupakan sudut pandang
 Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu
 Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.
1. Pendekatan saintific
a. pembelajaran berpusat pada siswa
b. pembelajaran membentuk students self-concept
c. pembelajaran memberikan kpada siswa untuk mempelajari, menganalisis,
menyimpulkan konsep, pengetahuan dan prinsip
d. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
e. pembelajaran meningkatan motivasi.
2. Pendekatan STEM
a. Integrasi antara sains, teknologi, engeenering dan matematika dalam satu pokok
pembahasan.
b. Di terapkan dengan menggunkan model pembelajaran berbasis proyek
c. Sesuai dengan kehidupan nyata, bersifat konstektual
d. Menyiapkan generasi yang memiliki SDM sesuai dengan kecakapan Abad 21
e. Sesuai dengan tuntutan revolusi industry
f. penerapan pembelajaran yang bertujuan untuk melatihkan soft skill dan hard skill.
3. Pendekatan STEAM
a. Dapat berpikir di luar kotak
b. Memiliki kebebasan dan aman untuk mengekspresikan ide-ide inovatif dan kreatif
c. merasa nyaman melakukan hand-on learning
d. menetukan sendiri tujuan pembelajaran mereka
e. bekerja secara kolaboratif dengan orang lain
f. menjadi semakin ingin tahu tentang dunia di sekitar.
4. Pendekatan Konstekstual
a. membangun hubungan unuk menemukan makna
b. melakukan sesuatu secara mandiri
c. kolaborasi
d. berpikir kritis dan kreatif
e. mengembangkan potensi individu
f. standar pencapaian yang tinggi
g. asesmen yang autentik

Beberapa ciri konsep adalah sebagai berikut (Anitah W., dkk, 2007) :
1. Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.
Konsep tersebut ialah semacam simbol.
2. Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan lebih dari
satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah suatu generalisasi.
3. Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman.
4. Konsep merupakan perkaitan fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta-fakta.

5. Suatu konsep dapat mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-fakta baru.

5. Pendekatan Kontruktivisme
Menurut Suparno (1997:61) ciri-ciri konstruktivisme, yaitu:
a. Belajar berarti membentuk makna.
b. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai
perkembangan pemikiran dengan membuat pegertian baru.
d. Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.
6. Pendekatan Realistik
Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran
matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan masalah kontekstual, masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan
sebagai titik tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana
masalah matematika itu muncul (yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari).
b. Menggunakan model atau jembatan, perhatian diarahkan kepada pengembangan model,
skema, dan simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media
pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika
sosial.
c. Menggunakan kontribusi siswa, kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar
diharapkan dari konstruksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal
ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat
membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju
yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
d. Interaktivitas, negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama siswa dan guru
adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal
siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok
siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan
kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai
fasilitator.
e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik), aritmatika sosial tidak
hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada
pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari-hari.
7. Pendekatan Open Ended
Dalam pendekatan ini tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban, tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Terdapat berbagai
alternatif jawaban, tidak hanya benar dan salah saja. Pertanyaannya juga bersifat terbuka
sehingga menuntut para siswa untuk berpikir secara aktif.
 Kegiatan siswa harus terbuka
 Kegiatan materi memiliki ragam berpikir yang berbeda
 Kegiatan siswa dan kegiatan materi atau permasalahan merupakan satu kesatuan
8. Pendekatan deduktif
Karakteristik dari pendekatan deduktif adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa
pemaparan abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.
b. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika
siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
c. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru
memberikan materi dan kemudian memberikan contoh –contoh khususnya.
d. Lebih menekankan inatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan
pembelajaran guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran
9. Pendekatan Induktif
Karakteristik dari pendekatan induktif adalah sebagai berikut :
a. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus,
kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya
(Prinsip, hukum yang mengatur hal-hal khusus tersebut).
b. Kegiatan utama siswa adalah mengamati, menyelidiki, memriksa, memikirkan, dan
menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus
dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal
khusus tersebut.
c. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau
formula umum yang diperoleh dari penyeldidikan contoh-contoh khususnya.
d. Memiliki semangat untuk menemukan adanya kesadarn akan hakikat pengetahuan,
dan mampu berpikir logis.
e. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu yang
tidak singkat.
10. Pendekatan Konsep
Karakteristik pendekatan konsep adalah sebagai berikut :
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. konsep berbeda dalamisi dan luasnya
d. konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
e. konsep yang benar membentuk pengertian
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu.

C. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran kimia


1. Pendekatan saintific
Pembelajaran dengan pendekatan saintific mendorong siswa untuk belajar aktif
dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajari. proses pembelajaran mencakup
kegiatan mengamati, menanya, melakukan percobaan, menalar, dan mengkomunikasikan.
Sebagian guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintific khususnya
pada materi kimia yang bersifat deksriptif khususnya pada materi kimia anorganik, yang
dimana kimia anorganik di sekolah mempelajari unsur dan reaksi-reaksinya. pada studi
ini di deksripsikan suatu model penggunaan pendekatan pembelajaran saintific dalam
menajar kimia yaitu dengan menggunakan pemahaman konsep melalui contoh dan non
contoh untuk mendorong siswa bertanya, menalar, dan mengkomunikasikan
pemahamannya, Cara lain yang dapat di gunakan yaitu tahapan analisis fakta, konsep dan
symbol untuk mendorong siswa aktif mengkontruksi konsep melalui pendekatamn
saintific dalam mendeksripsikan pembelaran kimia unsur.
2. Pendekatan STEM
Pembelajaran dengan pendekatan STEM dalam pembelaran kimia memerlukan
sebuah implementasi, hal tersebut berupa pemberian tugas rekayasa otentik sebagai
komplemen dari pembelaaran sains melalui kegiatan-kegiatan proyek kepada peserta
didik. pendekatan pendidikan STEM dalam pembelajaran kimia merupakan pendekatan
yang mengintegrasikan sains, teknologi, engineering, dan matematika. Pengintegrasian
ini dibuat dengan pola pembelajaran kimia yang mengaitkan materi pembelajaran kimia
dengan ilmu teknologi, engineering, dan matematika. Peserta didik berperan aktif dengan
peranan utama sebagai pemecah masalah berkaitan materi tersebut dengan integrasi
STEM. Hasil yang diharapkan nantinya adalah peserta didik yang inovatif, problem
solver, sadar teknologi, serta mampu berpikir logis. Mahasiswa, guru, dan dosen
pendidikan kimia terus melakukan penelitian dan pengembangan pendekatan pendidikan
STEM ini agar tercipta pembelajaran yang efektif dan dapat memperbaiki pendidikan di
Indonesia.
3. Pendekatan STEAM
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM dapat di lakukan dengan cara Reflection
yaitu guru mengarahkan siswa kedalam konteks masalah dan memberikan inspirasi
kepada siswa agar dapat segera mulai menyelidiki. kemudian Research yaitu guru
memberikan pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan
sumber informasi yang relevan. Terus Discovery yaitu siswa mulai belajar mandiri dan
menentukan apa yang masih belum dikethui, selanjutnya application yaitu untuk menguji
produk atau solusi dalam memecahkan masalah. dan yang terakhir communication.
4. Pendekatan Konstektual
Berikut ini akan diberikan contoh-contoh konsep kimia yang dapat diajarkan di
SMA kelas X semester 1, diantaranya konsep-konsep yang terdapat pada pokok
bahasan ikatan kimia adalah :
a) Atom dapat bergabung dengan atom lain melalui suatu ikatan Kimia
b) Ikatan ion terbentuk akibat gaya elektrostatik antar ion yang berlawanan muatan yang
terjadi karena ada serah terima elektron dari satu atom dengan atom lain
c) Ikatan kovalen terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron valensi oleh dua
atom yang berikatan.
d) Ikatan kovalen rangkap melibatkan penggunaan bersama lebih dari satu pasang
elektron oleh dua atom yang berikatan.
e) Ikatan kovalen koordinat atau ikatan dativ terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan.
f) Molekul polar ditimbulkan oleh perbedaan keelektronegatifan dua atom yang
membentuk molekul dwiatom.
g) Kepolaran molekul pada molekul poliatom selain ditentukan oleh kepolaran ikatan-
ikatan yang membentuk molekul juga ditentukan oleh struktur ruang molekul.
Ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen.
Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu kimia mengandung baik
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan
deklaratif pada umumnya, pengetahuan kimia juga disusun oleh konsep-konsep dalam
suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti perkembangan ilmu kimia yang sangat
pesat, belajar konsep kimia merupakan kegiatan yang paling sesuai bagi pembentukan
pengetahuan kimia dalam diri siswa (Dahar,1989)
Menurut hasil penelitian, fakta-fakta yang terlepas-lepas tentang pelajaran
kimia akan cepat dilupakan, tetapi konsep ilmiah akan lebih lama diingat. Selain itu,
bila siswa benar- benar memahami suatu konsep maka siswa akan dapat menerapkan
konsep itu pada situasi baru.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Tiap pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai karakteristik tertentu,
dan berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap
pendekatan. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan
dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
B. Saran
Diharapkan para pembaca makalah ini dapat memahami apa itu pendekatan
pembelajaran dan bagaimana karakteristiknya serta penerapannya dalam pembelajaran
kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

Akhyar H. M. Tawil, D. I. (2014). Penerapan Pendekatan Scientific Pada Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Di Kelas VII
SMPN 6 PALU. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 2 Nomor 1,
September, 88.

Fadlillah. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI, SMP/Mts,


SMA/MA. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Ine, M. E. (2015). Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar. Seminar Nasional 9 Mei (p. 268).
NTT: Prosiding .

Lusiana. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Melalui Penerapan Pendekatan Scientific Dalam
Pembelajaran Matematika Di Sekolah . Wahana Didaktika Vol. 12 No. 2 Mei, 103.

Rohandi, R. (2005). Pendidikan Sains Yang Humanistik: Memperdayakan Anak Melalui Pendidikan
Sains. Yogyakarta: Kanisius. Shafa. (2014). Karakteristik Proses Pembelajaran Kurikulum 2013.
Dinamika Ilmu Vol. 14. No 1, Juni, 87-88.

https://www.fathur.web.id/2020/02/steam-sebuah-pendekatan-dalam.html?m=1
https://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/06/macam-macam-pendekatan-
pembelajaran.html?m=1

https://serupa.id/pendekatan-pembelajaran/

http://kimia.fmipa.um.ac.id/penerapan-pendekatan-saintifik-pada-pemelajaran-kimia-anorganik-
di-sekolah/

https://warstek.com/stem-dalam-pembelajaran-kimia/

https://smansatempilang.sch.id/2020/12/29/aplikasi-model-stem-pjbl-dalam-pembelaran-kimia/

Https://thazhby.blogspot.com/2013/11/makalah-pendekatan-pembelajaran_7338.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai