Anda di halaman 1dari 10

 

SEP

13

POLITIK MULTI DIMENSIONAL DAN RUNTUHNYA BAGHDAD


1258 M
POLITIK MULTI DIMENSIONAL DAN
RUNTUHNYA BAGHDAD 1258 M
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Bp. Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A.

OLEH :
SARJANA
NIM : 12913138
MAGISTER STUDI ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Baghdad adalah sebuah pusat kota pemerintahan Islam yang sangat maju dan menjadi pusat
peradaban Islam zaman daulah abasiyah. Kota Baghdad dibangun oleh Khalifah Al Mansur,
setelah menyelidiki keistimewaan-keistimewaan yang akan dijadikan kota maka pada tahun
145 H, khalifah Al Mansur menyeru kepada negara-negara Islam untuk mengirimkan para
ahli pembangunan yang akhirnya beribu-ribu ahli bangunan datang untuk membangun kota
tersebut.[1]
Dinasti Abasiyah mengalami kebangkitan ilmiah pada zaman tersebut yang terbagi menjadi
tiga lapangan kebangkitan yaitu ; (1) Kegiatan menyusun buku-buku ilmiah (2) Mengatur
/menyusun ilmu-ilmu Islam, (3) Terjemahan dari Bahasa Asing (menerjemahkan buku).
[2] Pada tahun 832 M Khalifah al Ma’mun mendirikan di kota Baghdad sebuah akademi
pertama lengkap dengan pusat melihat bintang, perpustakaan yang besar dan lembaga untuk
terjemah-menterjemah. Akademi ini membuktikan dirinya sebagai sebuah akademi paling
penting yang didirikan sejak zaman Universitas Alexandria, yang telah didirikan
dipertengahan abad sebelum masehi. Di akedemi tersebut telah diterjemahkan buku-buku
besar yang penting dari berbagai bahasa kepada bahasa Arab.[3]Lembaga yang yang
didirikan tersebut diberi nama Baitul Hikmah.
Masa khilafah Abbasiyah dielu-elukan sebagai masa keemasan Islam. Karena pada masa ini
kemajuan dalam berbagai bidang sangat pesat. Namun jatuhnya kota Baghdad pada tahun
1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi
juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut lenyap dibumi hanguskan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.[4]
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa faktor internal runtuhnya Baghdad ?
2.      Apa faktor eksternal runtuhnya Baghdad ?
BAB II
FAKTOR-FAKTOR KERUNTUHAN BAGHDAD
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah. Perkembangan
ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penterjemahan
naskah-naskah asing terutama bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbantuknya madzab-madzab ilmu
pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir. Kemajuan peradaban
Abbasiyah juga disebabkan stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat
kekuasaan Abbasiayah ada di Baghdad.[5]
Sempat menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tertinggi ketika itu ternyata
kejayaan itu menuju kulminasi. Kemunduran ini, pada akhirnya, Dinasti Abbasiyah hancur
total dengan serangan Mongol ke Baghdad.[6]
Dalam makalah ini penulis   beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan Baghdad yang
terjadi pada 1258 M sebagai akibat dari pilitik multi diemnsional yang terjadi pada
pemerintahan  Dinasti Abbasiyah. Faktor-faktor tersebut terangkum dalam faktor internal dan
eksternal sebagai berikut :
A.    FAKTOR INTERNAL KERUNTUHAN BAGHDAD
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Dinasti Abbasiah muncul setelah terjadi revolusi sosial
yang dipelopori oleh keturunan Abbas yang didukung golongan opposisi terhadap Daulah
Umayyah seperti kaum Syi’ah, Khawarij, Qodariyah, Mawali (non-Arab) dan suku Arab
bagian selatan.[7] Salah satu penyebab keruntuhan Baghdad adalah dengan adanya politik
multi dimensional yang terjadi pada abad akhir Dinasti Abbasiyah. Kekacauan Politik terlihat
sangat menonjol di dunia Islam pada masa ini.[8]
Keruntuhan Dinasti Abbasiah yang berpusat di Baghdad ini dilihat dari faktor internalnya
terdapat beberapa faktor yaitu :
1.      Berdirinya dinasti-dinasti di timur dan barat
Sejak masa al-Makmun, baik di al-Maghrib maupun al-Masyriq, beberapa dinasti Islam yang
merdeka dan semi merdeka mulai berdiri. Para Khalifah Abbasiyah gagal menaklukan
mereka. Mereka hanya simbolis berhubungan dengan khalifah untuk memperoleh legitimasi
kekuasaannya. Di front al-Maghrib atau front Barat dinasti-dinasti berdiri, baik kecil maupun
besar yang bersaing bahkan menjadi ancaman bagi legitimasi kekuasaan Abbasiyah,
membuat kekhalifahan Abbasiah makin hari makin kecil dan wilayah wewenang khalifah
hanya dengan nama saja. Para khalifah Abbasiah menjadi boneka para Amir dan sultan
dengan kekuasaan dejeur,  sedangkan kekuasaan defactonya ditangan para Amir dan
penguasa lokal.[9]
2.      Blunder Para Khalifah Abbasiah
Khalifah Mu’tasim membangun pasukan elit dari Turki secara terpisah dengan tentara
Abbasiah. Akhirnya mereka begitu berpengaruh dikalangan istana maupun rakyat, maka
keperluan khalifah bergantung mau tidaknya mereka. Tentara bayaran Turki akhirnya saat
khalifah lemah, merekalah yang memegang kendali kekhalifahan, bahkan untuk mengangkat
dan memecat khalifah pun mereka yang paling menentukan.[10]
Untuk melepaskan khalifah dari hegemoni pengaruh Turki karena tidak tahan dengan
perbuatan dan sikap kasar  mereka terhadap penduduk Baghdad, maka Khalifah al-Mustakfi
Billah terpaksa mengundang dan meminta bantuan kepada pemimpin Buwayhiyah, Ahmad
Ibn Abu Shuza’ Buwaihiah, yang beraliran Syi’ah. Setelah berhasil mengusir tentara Turki,
justru Ahmad menjadikan khalifah lemah dan menjadi bonekanya, dia mendirikan dinasti
dengan namanya yaitu Dinsti Buwayhiyah.[11]
Masa ini merupakan era yang paling buruk dalam institusi Abbasiah.[12] Pada saat ibu para
khalifah Abbasiah gelisah atas perlakuan para amir al-umara dari buwaihiah yang pada
puncak ketika Basasiri, panglima perang Sultan Baha al-Daulah mengumumkan kemerdekaan
di Anbar dan mengepung khalifah Abbasiah di Baghdad. [13]  Ketika kekhalifah Abbasiah
terjepit karena dikepung dan dikuasai oleh Buwayhiah, Khalifah al-Qaim meminta bantuan
kepada kekuatan Turki yang dipimpin oleh Tughril Beg. Setelah Tughril Beg memasuki
Baghdad dan berhasil membebaskan khalifah dari tahanan rumah oleh Basasiri. Khalifah
dengan suka cita memberikan gelar al-Sultan al-Masyariq wa al-Magharib (penguasa timur
dan barat) kepada Tughril Beg yang akhirnya berdiri Dinasti Saljuq.
Hal seperti ini merupakan blunder yang dilakukan oleh para khalifah Abbasiah, apa yang
dilakukan tersebut tidak membuat semakin kuatnya Dinasti Abbasiah, akan tetapi justru
sebaliknya, karena hal tersebut yang akhirnya menimbul banyaknya dinasti-dinasti kecil
maupun besar yang berada dalam wilayah pemerintahan Abbasiah.
3.      Sistem pergantian pemimpin tidak baku
Karena tidak adanya suatu sistem dan aturan yang baku menyebabkan sering gonta-gantinya
putra mahkota di kalangan istana dan terbelahnya suara istana yang tidak menjadi kesatuan
bulat terhadap pengangkatan para pengganti khalifah. Seperti perang saudara antara Amin-
Ma’mun adalah bukti nyata.[14]
4.      Munculnya Banyak perpecahan
pada masa kemunduran dinasti Abbasiah ditandai dengan banyaknya perpecahan yang
terjadi. Hal ini bisa dilihat dari perpecahan antaraorang Arab dan non-Arab, antara muslim
dengan dzimmi, Arab Selatan dengan Arab Utara. Orang Berber, Persia, Turki dan yang
lainnya tidak pernah padu dalam satu kesatuan homogen dengan orang Arab Semit.
Akibatnya muncul disintegrasi antar kekuatan-kekuatan sosial dan kelompok-kelompok
moral.[15]
5.      Pembangkangan dengan kedok agama
Tampilnya gerakan-gerakan berkedok keagamaan, seperti orang Qaramithah, Assasin dan
pihak-pihak lainnya yang turut memporak-porandakan kesatuan aqidah dan nilai-nilai Islam
yang bersih sepanjang masa. Saat itu, kaum muslim terpecah menjadi beberapa kelompok
seperti Khawarij, Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah, Ismailliah, Qaramithah Sunni, Mu’tazilah dan
sebagainya. Mereka satu sama lain tidak akur terutama dikalangan elit politik, menyebabkan
sendi kekuatan Abbasiah menjadi makin hari makin lemah sampai kehancuran Baghdad.[16]
6.      Kemunduran Ekonomi
Pemerintah memberikan beban pajak yang berlebihan dan pengaturan wilayah-wilayah demi
keuntungan kelas penguasa menghancurkan bidang pertanian dan industri. Saat para wazir,
amir, dan kalangan istana makin kaya, rakyat justru makin miskin. Ketergantungan terhadap
tentara bayaran yang menyebabkan negara bangkrut. Selain itu adalah semakin
mengerucutnya wilayah pemerintahan Abbasiah yang menyebabkan berkurangnya
pendapatan negara.[17]
7.      Merosotnya moral para khalifah pada zaman kemunduran dan hilangnya semangat jihad.[18]
B.     FAKTOR ESKTERNAL KERUNTUHAN BAGHDAD
Faktor-Faktor eksternal yang membawa Baghdad pada jurang kehancuran adalah sebagai
Berikut :
Berawal ketika Khalifah al-Qaim meminta bantuan kepada kekuatan Turki yang dipimpin
oleh Tughril Beg untuk membebaskan khalifah dari tahanan rumah oleh Basasiri. Khalifah
dengan suka cita memberikan gelar al-Sultan al-Masyariq wa al-Magharib (penguasa timur
dan barat) kepada Tughril Beg yang akhirnya berdiri Dinasti Saljuq sehingga menjadikan
wilayah kekuasaan Abbasiyah kalah luas dengan dengan kekuasaan Saljuq dan sultan Saljuq
memerintah secara defacto.
Pada masa Khalifah al-Nashir, dia melakukan kesalahan dengan menghasut Takasy
dengan adanya serangan , Sultan Khawarizm IV untuk menyerang Saljuq, setelah terjadi
kontak selama 18 tahun akhirnya Saljuq kalah dari Khawarizm Shah. Khalifah al-Nashir
menuntut agar daerah kekuasaan Saljuq yang sangat luas yang jatuh ke tangan Khawarizm
Shah untuk diserahkan padanya, akan tetapi Khawarizm Shah, Takasy tidak menghiraukan
tetapi juga mempopulerkan dirinya denga gaya berpakaian ala sultan-sultan Saljuq, mencetak
uang dengan mencantumkan nama Sultan di dadamnya. Khawarizm Shah memutuskan untuk
melenyapkan Kekhalifahan Abbasiah dan diganti dengan khalifah Aliyah (Syi’ah). Bara api
perselisihan Sunni-syiah berkobar lagi, setelah Khalifah al-Nashir meminta bantuan kepada
sekutu baru, musuh besar bagi dunia Islam yaitu Chengis Khan.[19]
Chengis Khan yang haus kekuasaan dan darah tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini
dan memanfaatkan konflik Sunni-Syiah dengan sebaik-baiknya.[20] Chengis Khan tertarik
untuk datang, dan akhirnya menjadikan Khawarizm banjir darah dengan mesin perang ganas
yang mereka gunakan. Perlawanan Khawariz shah dilanjutkan oleh putrannya Sultan
Jalaludin shah, akan tetapi akhirnya Khawarizm Shah kalah dari putra Chengis Khan yang
bernama Chagtai.
Penyerangan Bangsa Mongol ini bermula ketika Hulagu Khan mengirimkan surat pada
Khalifah al-Mu’tasim untuk mengajak kerjasama menumpas kelompok Asassin yang
merupakan sekte anak cabang dari Syi’ah Ismailliyah yang sangat mengganggu wilayah
Persia maupun wilayah Mongol. Akan tetapi surat tersebut jatuh ke tangan wazir al-Qemi
yang beraliran Syi’ah yang tidak ingin kerjasama dengan Hulagu Khan untuk membasmi
sekte Assasin, maka wazir membalas surat atas nama Khalifah dengan bahasa yang kurang
baik/kasar sehingga membuat Hulagu Khan merasa dihina dan tidak terima, maka dengan
tentara yang banyak Hulagu menyerang Baghdad.[21]
Menjelang penyerbuan Hulagu Khan terhadap Baghdad, Hulagu Khan meminta persetujuan
dan dukungan kepada saudara sepupunya Barke Khan. Berke memberi masukan masukan
agar Hulagu Khan menarik tentaranya sebelum serangan Mongol ke baghdad. Barke Khan
tidak mendukung rencana Hulagu Khan untuk menyerang Baghdad. Hal itu dikarenakan
adanya perbedaan agama dan politik bilateral, yakni persahabatan, kerjasama politik, dan
perdagangan antara Berke dan Khalifah Abbasiah, Baghdad.[22]
Akan tetapi sejarah tidak mencatat sikap dan reaksi Berke apakah mendukung atau bersikap
netral terhadap ajakan Hulagu Khan. Menurut M. Abdul Karim jarak (sekitar 4000 mil) yang
sangat jauh antara Baghdad, ibu kota Dinasti Abbasiah, dan Sarai Baru, ibu Kota Golden
Horde, sedang waktunya tidak cukup dan momentumnya kurang mendukung, sehingga Berke
tidak dapat serta merta mengirim bantuan tentara kepada Khalifah di Baghdad untuk
membendung dan melawan serbuan tentara Mongol, pimpinan Hulagu Khan.[23]
Pada tanggal 10 Pebruari pasukan Mongol telah merangsek ke dalam kota, Khalifah yang
sedang naas itu dan tiga ratus pejabat dan qadhi buru-buru menyerahkan diri tanpa syarat.
Sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh. Kota itu sendiri dijarah . Mayoritas
penduduknya, termasuk keluarga khalifah dibantai habis.[24]Pembantainya massal itu
menelan korban sebanyak 800.000 orang.[25]
BAB III
KESIMPULAN
Runtuhnya Dinasti Abbasiah yang berpusat di Baghdad yang merupakan kota
peradaban dan kemajuan berbagai macam ilmu pengetahuan merupakan sebuah kehancuran
yang sangat dahsyat. Sebab-sebab keruntuhan Baghdad adalah dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal, sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pada masar kemunduran
Dinasti Abbasiah mengalami kekacaun politik multi dimensional. Hal ini bisa dilihat dengan
berdirinya dinasti-dinasti semi merdeka dan merdeka di wilayah Abbasiah yang melemahkan
kekhalifahan, adanya blunder atau kesalahan yang dilakukan oleh para khalifah dalam
pembentukan pertahanan dengan menyewa tentara bayaran yang justru menimbulkan
masalah baru dalam pemerintahan, munculnya berbagai perpecahan di kalangan masyarakat
Abbasiah yang terdiri dari berbagai wilayah dan juga muncul berbagai pembangkangan yang
berkedok keagamaan seperti Syi’ah, Mu’zilah dan sebagainya yang tidak mau akur satu sama
lain sehingga melemahkan kekuatan Abbasiah, tidak adanya sistem yang bagi dalam
pergantian kepemimpinan kekhalifahan yang kadang menimbulkan perang saudara, serta
kemunduran ekonomi dan merosotnya moral dan semangat jihad para khaifah.
Sedangkan faktor eksternal keruntuhan Baghdad adalah adanya perselisihan antara
Khalifah Abbasiah dengan Saljuq yang kemudian meminta bantuan Khawarizm Shah untuk
memerangi Saljud. Setelah menang ternyata Khawrizm Shah menghianati Khalifah Baghdad
dan berusaha melenyapkan Baghdad, Khalifah justru melakukan kerjasama dengan Chengis
Khan yang merupakan musuh bebuyutan Islam dalam memerangi dan melenyapkan
Khawarizm Shah. Bermula dari surat ajakan Hulagu Khan untuk memerangi Assasin Cabang
Syi;ah Ismailliyah yang sering mengganggu di wilayah Islam maupun wilayah Hulagu Khan.
Surat Chengis Khan tersebut diterima oleh wazir al-Qemi yang beraliran syiah, dia membalas
surat Hulagu Khan tersebut dengan tidak sopan tanpa sepengetahuan Khalifah, sehingga
Chengis Khan tersinggung dan marah, setelah membasmi para Assasin, selanjutnya Hulagu
Kan menghancurkan kota Baghdad.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti. K, Philip. 2006. Histori Of The Arabs. Jakarta : Ikrar mandiri Abadi.
Karim, M. Abdul. 2012. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka
Book  Publisher.
----------. 2014. Bulan Sabit di Gurun Gobi , Yogyakarta : Suka Press.
Maryam, Siti. Dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam; Dari Masa Klasik Hingga Modern.Yogyakarta :
LESFI.
Syalabi, A. 2003. Sejarah Peradaban Islam 3, Jakarta : Pustaka Al Husna Baru.
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Pradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
           

[1] A.Syalabi, Sejarah Peradaban Islam 3 (Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2003) hlm. 176.
[2] Ibid., hlm. 186.
[3] Ibid., hlm. 199.
[4] Badri Yatim, Sejarah Pradaban Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998) hlm. 111
[5] Lathiful Khuluq, Perkembangan Peradaban Islam Masa Daulah Abbasiyah, Siti Maryam
(ed.), Sejarah Peradaban Islam; Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta : LESFI, 2002)
hlm. 97.
[6] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher, 2012) hlm. 161-162.
[7] Ibid., hlm. 97.
[8] Machasin, Peradaban Islam Masa Daulah Abbasiyah Masa Kemunduran,  Siti Maryam
(ed.), Sejarah Peradaban Islam; Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta : LESFI, 2002)
hlm. 117.
[9] M. Abdul Karim, Bulan Sabit di Gurun Gobi (Yogyakarta : Suka Press, 2014) hlm. 31.
[10] Ibid., hlm. 163.
[11] Ibid., hlm. 37.
[12] Ibid., hlm. 38.
[13] Ibid., hlm. 46.
[14] Ibid., hlm. 163.
[15] Ibid., h.
[16] Ibid., hlm. 164.                          
[17] Ibid., hlm. 165., dan  Philip K. Hitti, Histori of The Arabs  (Jakarta : Ikrar mandiri Abadi, 2006)
hlm. 618.
[18] Ibid., hlm. 166.
[19] Ibid., hlm. 59.
[20]Ibid., hlm. 60.
[21] Ibid.,
[22]Ibid., hlm. 79.
[23] Ibid.,
[24] Philip K. Hitti, Histori Of The Arabs (Jakarta : Ikrar mandiri Abadi, 2006) hlm. 620.
[25] Ibid., hlm. 167.
Diposkan 13th September 2014 oleh jonobagoes
  

Tambahkan komentar

jono_bagoes

 Klasik
 

 Kartu Lipat
 

 Majalah
 

 Mozaik
 

 Bilah Sisi
 

 Cuplikan
 

 Kronologis

SEP
13

POLITIK MULTI DIMENSIONAL DAN RUNTUHNYA


BAGHDAD 1258 M
POLITIK MULTI DIMENSIONAL DAN

RUNTUHNYA BAGHDAD 1258 M

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Bp. Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A.


OLEH :

SARJANA

NIM : 12913138

MAGISTER STUDI ISLAM

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Baghdad adalah sebuah pusat kota pemerintahan Islam yang sangat maju dan menjadi pusat
peradaban Islam zaman daulah abasiyah.

JUN
8

POLITIK MULTI DIMENSIONAL DAN

RUNTUHNYA BAGHDAD 1258 M

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Bp. Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A.

OLEH :

SARJANA

NIM : 12913138

MAGISTER STUDI ISLAM

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Baghdad adalah sebuah pusat kota pemerintahan Islam yang sangat maju dan menjadi pusat
peradaban Islam zaman daulah abasiyah.
MAY
25

BOOK REVIEW CONFESSION OF AN ECONOMIC HIT MAN


BOOK REVIEW

CONFESSION OF AN ECONOMIC HIT MAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Materi Kuliah Pendekatan dan Pengkajian Islam

Dosen Pengampu:

Bp. Yusdani

OLEH :

SARJANA

NIM : 12913138

MAGISTER STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2013

ABSTRAK

Buku “Confession Of an Economic Hit Man” merupakan sebuah kesaksian dengan segala kejujuran
yang dilakukan oleh penulis buku tersebut yaitu John Perkins.

SEP
3

Lebih Mulia Manakah Nabi Dalam Islam Atau Kristen ?????


Mulia Manakah Nabi Dalam Islam Atau Kristen ?????

Seorang Nabi adalah seorang manusia pilihan Allah yang sangat mulia, seorang nabi adalah manusia
yang mempunyai akhlak yang sangat mulia, berbudi pekerti luhur dan juga juga bisa menjadi contoh
buat umatnya ataupun orang lain.

SEP
1

Mustahil Kristen Bisa dan Mau Membuktikan


Alkitab merupakan kitab suci bagi umat kristen, semua kandungan alkitab kata para pendeta sama
sekali tidak bertentangan dengan tegnologi dan ilmu pengetahuan.oleh karena itu sewajarnya kalau
kita bertanya kepada para penganut kristiani akankan apa yang para pemuka agama mereka katakan
itu benar adanya, atau itu hanya kata-kata yang belum pernah dibuktikan dan dicari buktinya.

JAN
25

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT


 
JAN
16

Kapan Yesus Dilahirkan dan Misteri Natal


Sebagaimana yang telah kita ketahui selama ini bahwasanya pada tanggal 25 desember seluruh
umat kristianai akan melaksanakan sebuah hari raya besar yaitu hari Natal yang diyakini sebagai hari
lahirnya tuhan mereka yang bernama Yesus kristus, sebagaimana yang telah diyakini oleh gereja
gerja di seluruh dunia pada umumnya, akan tetapi dikalangan umat kristianani sendiri terjadi
perbedaan pendapat masalah kelahiran yesus, bahkan mereka ada meragukan tanggal 25 desember
sebagai hari kelahiran yesus.

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai