Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMIAH

TENTANG

“PANDANGAN AL-QUR’AN TERHADAP PENCEMARAN NAMA


BAIK DI MEDIA SOSIAL“

Oleh :

Safira Awaliah ( Rasabou )

MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ)

TINGKAT KECAMATAN BOLO

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah
ini.

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian


makalah ilmiah ini. Terimakasih kepada pembimbing yang telah membantu penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada seluruh panitia yang telah membantu, sehingga dapat terselesainya
makalah ilmiah ini.

Saya sebagai penulis sudah berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikan


makalah ini, takada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik Allah. Tiada
usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil. Sebagai
penanggung jawab atas makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya tulis ini memberikan manfaat dan
dapat dijadikan wacana untuk memperluas wawasan.

Bima, 28 Juni 2021

Penulis

( Safira Awaliah )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 1
C. Tujuan Masalah …………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Nama Baik …………………………………….. 3


B. Pencemaran Nama Baik di Media Sosial dalam Al-Qur’an …………….. 3
C. Cara Mencegah Pencemaran Nama Baik di Media Sosial ……………….. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 15
B. Saran …………………………………………………………………..…. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 16

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih, penyebaran informasi serta akses telekomunikasi semakin cepat
dan mudah.Jejaring sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat pada saat
sekarang adalah sosial media, seperti facebook, whatsapp, instagram, dll. Dengan
adanya sosial media, komunikasi kita dengan orang lain menjadi mudah
dankitamudah untuk mengetahui informasi di seluruh dunia.
Selain memberikan dampak positif, sosial media juga memberikan dampak
negatif.Contohnya : Dengan mudahnya komunikasi dalam sosial media, masyarakat
jadi lebih leluasa berkomunikasi tanpa didasari dengan etika yang baik. Zaman
sekarang, sosial media dijadikan sebagai wadah untuk beradu mulut sampai saling
melapor ke pihak yang berwajib (polisi) karena merasa dicemarkan nama baiknya,
difitnah, dll. Disini saya tertarik untuk membahas tentang pencemaran nama baik
menurut pandangan Al-quran, apa hukumnya dalam Al-quran, bentuk pencemaran
nama baik dalam Al-quran, dll.
Kasus pencemaran nama baik yang dilakukan baik secara langsung maupun
melalui media sosial, banyak yang sampai ke meja hijau atau pidana. Contohnya
saja, kasus pencemaran nama baik presiden oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab. Tidak hanya presiden, banyak juga bupati ataupun aparatur sipil yang
dicemarkan nama baiknya. Berikut penulis sajikan data-datanya :

1. Penghinaan Presiden yang dilakukan oleh MA si Tukang Sate


Didasarkan dengan membuat dan mengedit foto seronok antara Jokowi
dan Megawati Soekarnoputri dan kemudian menyebarnya melalui Facebook,
(MA) kemudian ditangkap dan diproses secara hukum.
2

2. Pencemaran dilakukan saudara S, Redaktur Harian Rakyat Merdeka (RM)


Pada 2003, Saudara S terjerat kasus penghinaan terhadap Megawati
Soekarnoputri. Dia menulis judul berita dengan judul "Mulut Mega Bau Solar",
"Mega Lintah Darat", dan "Mega Lebih Ganas dari Sumanto".1
3. Akun Facebook AA hina Jokowi
Akun tersebut, kata Ade, Mengunggah gambar dengan bentuk tubuh
sejenis binatang menyeramkan berwajah Jokowi. Gambar tersebut kemudian
ditulis dengan keterangan "masak orang seperti ini pantas sebagai presiden".2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pencemaran nama baik ?

2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap pencemaran nama baik ?

3. Apa saja dampak pencemaran nama baik di media sosial ?

4. Apa saja bentuk pencemaran nama baik dalam islam ?

5. Apa saja solusi untuk mencegah terjadinya pencemaran nama baik di media
sosial ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran nama baik

2. Untuk mengetahui hukum pencemaran nama baik dalam Al-Qur’an

3. Untuk mengetahui dampak dari pencemaran nama baik di media sosial

4. Untuk mengetahui bentuk pencemaran nama baik dalam islam

5. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya pencemaran nama baik di media


sosial

1
Sumber : Berita Baca (https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt571a2c098997e/4-kasus-penghinaan-
terhadap-presiden-yang-diproses-hukum), diakses tanggal 4 Juni 2021 pukul 23:27 WITA
2
Sumber : CNN Indonesia (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181002135114-12-334987/hina-
jokowi-akun-facebook-ini-dilaporkan-ke-polisi), diakses tanggal 3 juni pukul 14.35 WITA
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Nama Baik


Pencemaran nama baik berasal dari dua kata yaitu pencemaran dan nama

baik. Pencemaran dalam bahasa arab berasal dari kata, َ ‫ ي َ َت َوخَّس ُ َت َوخَّس‬yang artinya kotor.
Sedangkan dalam KLBI, Pencemaran berasal dari kata cemar yang berarti keji,
kotor, buruk.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa pencemaran adalah kegiatan
mengotori atau merusak sesuatu sehingga sesuatu tersebut rusak dan
kotor.Sedangkan nama baik adalah adalah penilaian baik menurut anggapan umum
tentang perilaku atau kepribadian seseorang dari sudut moralnya.4
Dari pengertian pencemaran dan nama baik di atas, dapat disimpulkan bahwa
pencemaran nama baik adalah kegiatan merusak nama baik seseorang bukan dalam
arti seksual sehingga orang tersebut merasa dirugikan.
Pencemaran nama baik (menista) sebenarnya merupakan bagian dari bentuk
penghinaan yang diatur dalam Bab XVI KUHP. Pengertian “penghinaan” dapat
ditelusuri dari kata “menghina” yang berarti “menyerang kehormatan dan nama baik
seseorang”.5 Tindak pidana penghinaan sering disebut sebagai tindak pidana
kehormatan. Hadirnya delik penghinaan dalam KUHP tidak lain dimaksudkan untuk
melindungi kehormatan seseorang.6

B. Pencemaran Nama Baikdalam Al-Qur’an


 Ayat Al-Qur’an tentang Pencemaran Nama Baik
Ayat al-qur'an yang berbicara tentang bahaya menyebarkan berita bohong
dan mencemarkan nama baik adalah surah an-nur ayat 11.

3
Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya : Karya Agung, 2007) Hal.110
4
Juni Ahyar dan Mujir, Kamus Istilah Ilmiah (Jawa Barat : CV. Jejak, 2019) Hal.29
5
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : Arkola) Hal. 326
6
Adami Chazawi, Hukum Pidana Positif Penghinaan (Yogyakarta : MNC), Hal.10
4

Allah Swt. berfirman :

ِّ ‫اِ َّن اذَّل ِ ْي َن َجٓا ُء ْو اِب اْل ِ فْ ِك ُع ْص َب ٌة ِّمنْمُك ْ  ۗ اَل حَت ْ َس ُب ْو ُه رَش ًّ ا لَّـمُك ْ ۗ  ب َ ْل ه َُو َخرْي ٌ لَّـمُك ْ ۗ   ِللُك‬

ٌ ‫ا ْم ِرئٍ ِّمهْن ُ ْم َّما ا ْكت َ َس َب ِم َن ااْل ِ مْث ِ ۚ   َوا ذَّل ِ ْي ت ََوىّٰل ِكرْب َ ٗه ِمهْن ُ ْم هَل ٗ عَ َذا ٌب َع ِظمْي‬
Artinya :

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari


golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu
bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan
dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang
mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab
yang besar (pula)."(QS. An-Nur 24: Ayat 11).7

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ayat ini hingga sembilan
ayat berikutnya yang jumlah seluruhnya adalah sepuluh ayat diturunkan
berkenaan dengan Siti Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu Anhu ketika
ia dituduh berbuat serong oleh sejumlah orang yang menyiarkan berita
bohong dari kalangan orang-orang munafik, padahal berita yang mereka
siarkan itu bohong dan dusta belaka serta buat-buatan mereka sendiri. 8
Peristiwa tersebut membuat Allah cemburu (murka) demi Siti Aisyah dan
Nabi-Nya. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan wahyu yang
membersihkan kehormatan Siti Aisyah demi memelihara kehormatan
Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
ِ ‫}إِ َّن الَّ ِذينَ َجا ُءوا بِاإل ْف‬
{ٌ‫ك عُصْ بَة‬
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari segolongan kalian juga". (An-Nur: 11)9

7
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

8
Kitab Tafsir Ibnu Katsir (Via Play Store) Hal.6
9
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
5

Sedangkan dalam Tafsir Jalalain, menerangkan bahwa


(Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong) kedustaan yang
paling buruk yang dilancarkan terhadap Siti Aisyah r.a. Umul Mukminin, ia
dituduh melakukan zina (adalah dari golongan kalian juga) yakni
segolongan dari kaum Mukmin. Siti Aisyah mengatakan, bahwa mereka
adalah Hissan bin Tsabit, Abdullah bin Ubay, Misthah dan Hamnah binti
Jahsy. (Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu) hai orang-orang
Mukmin selain dari mereka yang melancarkan tuduhan itu (buruk bagi
kalian, tetapi hal itu mengandung kebaikan bagi kalian) dan Allah akan
memberikan pahalanya kepada kalian. Kemudian Allah swt. menampakkan
kebersihan Siti Aisyah r.a. Dan orang yang telah menolongnya yaitu
Shofwan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Surat An-Nur Ayat 11 ini diturunkan
Allah Swt. Untuk menjawab peristiwa Haditsul Ifki atau “berita bohong”
yang dimaksudkan oleh para musuh Islam untuk melukai perasaan
Rasulullah SAW dengan cara melemparkan tuduhan palsu terhadap istrinya
yang sangat terhormat. Singkat cerita :10 Setiap ingin berperang, Rasulullah
Saw. selalu melakukan perundingan terhadap istri-istri nya siapa yang
berhak ikut dengan dia dalam berperang. Kebetulan pada saat itu aisyah ra.
yang terpilih untuk ikut rasulullah saw. Peperangan tersebut adalah
peperangan melawan Bani Mustafiq. Pada saat itu, Aisyah ra. tertinggal
dengan rombongannya dan kemudian lewatlah safwan bin mu'tal. Sahabat
Nabi tersebut mengantarkan Aisyah ra. dengan kudanya sehingga
menimbulkan desas-desus di kalangan kaum muslimin.
Kisah Penyebaran berita bohong tersebut menjelaskan betapa
dahsyatnya pengaruh atau akibat buruk yang timbul dari tindakan
pencemaran harga diri, kehormatan dan nama baik. Dan dari sini kita dapat
mengetahui betapa pentingnya hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT terhadap siapa saja yang telah memperpanjang lidahnya untuk
melontarkan tuduhan keji, pencemaran kehormatan terhadap orang lain, dan
jelas sekali berhubungan sekali dengan pencemaran nama baik.
10
Mareta Bayu Sugara, Jurnal tentang Tinjauan Fiqh Jinayah terhadap Pencemaran Nama Baik
(Intelektualita : Volume 06, Nomor 02, 2017)
6

C. Pencemaran Nama Baik di Media Sosial


Pencemaran nama baik dalam Surah An-Nur ayat 11 sudah jelas
melarang hal tersebut. Pencemaran nama baik tidak baik dan Allah Swt. akan
mengazab dengan azab yang pedih. Alasan Allah swt melarang pencemaran
nama baik karena hal tersebut membawa banyak kerugian dan dampak bagi
orang yang dicemarkan maupun pelaku pencemaran.
Begitu juga pencemaran nama baik di media sosial, sudah pasti dilarang.
Karena sama-sama melakukan pencemaran nama baik. Bedanya hanya dari segia
media. Yang dijelaskan dalam Surah An-nur ayat 11 adalah kasus pencemaran
secara langsung sedangkan di media sosial tidak secara langsung tetapi melalui
tulisan, gambar, video, dll.
Dampak pencemaran nama baik dalam media sosial adalah, sbb :
a. Bagi pelaku : Pelaku pencemaran akan dipidana (jika kasus memenuhi
syarat pidana).
b. Bagi korban : korban pencemaran akan minder ke tempat umum karena
nama baiknya sudah dicemarkan. Pandangan masyarakat yang
sebelumnya baik, berubah menjadi buruk.

Berikut sanksi bagi pelaku pencemaran nama baik dalam islam (fiqh
jinayah) dan hukum positif :

a. Sanksi Pencemaran Nama Baik dalam Islam ( Fiqh Jinayah )


Pencemaran nama baik sendiri termasuk ke dalam jarimah. Jarimah berasal
dari kata ajrama-yajrimu yang berarti “Melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran, keadilan, dan menyimpang dari jalan yang lurus.11
Pencemaran nama baik ini sudah jelas dilarang dalam surah An-Nur ayat 11
karena merugikan kita sendiri maupun orang lain.12 Dan Allah akan mengazab
dengan azab yang besar. Penghinaan bukanlah melukai anggota badan, karena
penghinaan hanyalah melukai perasaan dari hati yang dihina. Jadi pencemaran
nama baik termasuk ke dalam jarimah ta'zir yaitu ta'zir atas pelanggaran.
11
Dr. Mardani, Hukum Pidana Islam (Jakarta : Kencana, 2019) hal 2.
12
Orang yang kita cemarkan nama baiknya atau orang yang dihina
7

Menurut Mardani (2019) dan Jazuli (1997), adapun pengertian takzir


adalah hukuman pendidikan atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh pelaku
jarimah yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’. Menurut Mardani
(2019) hukuman untuk jarimah takjir adalah pidana dera dan pidana penjara. 13
Sedangkan menurut Jazuli (1997) hukuman untuk jarimah takjir adalah pidana
mati, dera dan penjara.14 Penjelasannya dari dua pendapat, sbb :
1) Pidana Mati
Imam Hanafi membolehkan sanksi takzir dengan hukuman mati
dengan syarat bila perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, Imam Malik
juga membolehkan hukuman mati sebagai sanksi takzir tertinggi, ia
memberi contoh sanksi bagi orang yang melakukan kerusakan di muka
bumi, Imam Syafi’i juga membolehkan hukuman mati (Jazuli, 1997)
2) Pidana Dera
Batas terendah bagi hukuman jilid dalam ta’zir termasuk masalah
ijtihad, oleh karena itu wajar bila terdapat perbedaan pendapat di
kalangan para ulama. Hanya saja demi kepasti an hukum, maka Ulil
Amri berhak menentukan batas terendah hukuman, karena masalah
jinayah itu bekaitan dengan kemaslahatan umat.
3) Pidana Penjara
Ada dua macam pidana penjara: Pidana Penjara terbatas (ada kurun
waktunya), batas terendahnya ialah satu hari sedangkan batas
tertingginya tidak ada kesepakatan dalam tindak pidana yang diancam
hukuman takzir adalah setiap tindak pidana selain tindak pidana hudud,
qisas dan diyat, karena hukuman ini telah ditantukan hukumannya dalam
syara.
b. Sanksi Pencemaran Nama Baik dalam Hukum Positif
Pengertian pencemaran nama baik merujuk pada Pasal 310 ayat (1) KUHP,
diartikan sebagai perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang
dengan menuduhkan sesuatu hal yang maksudnya terang supaya hal itu
diketahui umum. Sanksi dalam KUHP dan UU ITE tentang kasus pencemaran
nama baik, sbb :
13
Dr. Mardani, Hukum Pidana Islam (Jakarta : Kencana, 2019) Hal. 2
14
Ahmad Jazuli, Fiqh Jinayah (Jakarta : Rajawali Pers, 2000)
8

1) KUHP
Kejahatan yang oleh Undang-Undang diberi kualifikasi pencemaran
atau penistaan (smaad) dan pencemaran tertulis (smaadschrijft) dirumuskan
selengkapnya di dalam pasal 310, yakni berbunyi :15
(1) Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang
dengan menuduhkan sesuatu perbuatan, yang maksudnya terang supaya hal
itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.16
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan secara terbuka, diancam karena
pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan
jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk
membela diri.

2) UU ITE ( UU No. 11 Tahun 2008 )


Sedangkan Sanksi dalam UU ITE diatur dalam BAB VII dan BAB
XI UU ITE tentang Perbuatan yang dilarang dan Ketentuan Pidana.
Penjelasannya sbb :

BAB VII Pasal 27 Ayat 3 yang berbunyi :17


"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik".
Dan untuk sanksi nya dalam BAB XI Pasal 45 ayat 1 yang berbunyi :18
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
15
UU KUHP
16
Adami Chazawi, Hukum Pidana Positif Penghinaan (Yogyakarta : MNC), Hal.81
17
Jurnal UU ITE No. 11 Tahun 2008. Hal
18
Jurnal UU ITE No. 11 Tahun 2008. Hal
9

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak


Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

D. Bentuk Pencemaran Nama Baik dalam Islam


1. Ghibah
Sudah menjadi kesepakatan ulama, bahwa ghibah diharamkan. Al-
Qur’an melarang manusia untuk tidak menggunjingkan tentang orang lain
dan mencar-cari keburukan orang lain. Bukankah kita dianjurkan untuk
menjaga privasi orang lain? Kita tidak perlu tahu masalah pribadi orang lain.
Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut adalah Surah Al-Hujurat Ayat 12,
sbb :19

‫الظ ِّن ِامْث ٌ َّواَل جَت َ َّس ُس ْوا‬ َّ ‫الظ ِّن ۖ  ِا َّن ب َ ْع َض‬ َّ ‫يٰۤـ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُوا ا ْجتَ ِن ُب ْوا َك ِثرْي ً ا ِّم َن‬
‫َواَل ي َ ْغ َت ْب ب َّ ْعضُ مُك ْ ب َ ْعضً ا ۗ  َا حُي ِ ُّب َا َحدُ مُك ْ َا ْن يَّْألُك َ ل َ ْح َم َا ِخ ْي ِه َم ْي ًتا فَ َك ِر ْه ُت ُم ْو ُه  َۗ وا‬
ٌ ‫ت َّ ُقوا اهّٰلل َ  ۗ  ِا َّن اهّٰلل َ ت ََّوا ٌب َّر ِحمْي‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha
Penerima Tobat, Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

2. Fitnah
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran
yang disebarkan dengan maksud menjelek-jelekan orang seperti pencemaran
nama baik dan merugikan kehormatan seseorang. Sebagaimana Allah
berfirman dalam Surah Al-Baqarah Ayat 191 berikut :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

19
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
10

‫َوا ْق ُتلُ ْومُه ْ َح ْي ُث ثَ ِق ْف ُت ُم ْومُه ْ َو َا ْخ ِر ُج ْومُه ْ ِ ّم ْن َح ْي ُث َاخ َْر ُج ْومُك ْ َوا لْ ِف ْتنَ ُة َا َشدُّ ِم َن الْ َق ْت ِل ۚ   َواَل‬
‫تُ ٰق ِتلُ ْومُه ْ ِع ْندَ الْ َم ْسجِ ِد الْ َح َـرا ِم َحىّٰت يُ ٰق ِتلُ ْومُك ْ ِف ْي ِه ۚ  فَ ِا ْن ٰقتَلُ ْومُك ْ فَا ْق ُتلُ ْومُه ْ ۗ   َك ٰذكِل َ َج َزٓا ُء‬
‫ْال ٰك ِف ِر ْي َن‬
Artinya : "Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah
mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam
daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di
Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika
mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan
bagi orang kafir." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191).

3. Namimah
Namimah ialah membuka rahasia dan menyingkapkan tabir mengenai
hal-hal yang tidak disukai bila dibeberkan. Seseorang dianjurkan bersifat
diam terhadap semua yang dilihatnya menyangkut hal ikhwal orang lain
yang bila diceritakan tidak mengandung faedah bagi orang muslim, ini tidak
dapat pula untuk menolak maksiat. Apabila seseorang melihat orang lain
menyembunyikan hartanya, lalu ia menceritakannya, berarti ia melakukan
namimah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 12, sbb :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫الظ ِّن ِامْث ٌ َّواَل جَت َ َّس ُس ـ ْوا َواَل ي َ ْغ َت ْب‬ َّ ‫الظ ِّن ۖ   ِا َّن ب َ ْع َض‬ َّ ‫يٰۤـ ـ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُــوا ا ْجتَ ِن ُبـ ْـوا َك ِثرْي ً ا ِّم َن‬
‫ب َّ ْعضُ مُك ْ ب َ ْعضً ا ۗ   َا حُي ِ ُّب َا َحدُ مُك ْ َا ْن يَّْألُك َ ل َ ْح َم َا ِخ ْي ِه َم ْي ًتا فَ َك ِر ْه ُت ُم ْو ُه ۗ   َوا ت َّ ُقوا اهّٰلل َ ۗ   ِا َّن اهّٰلل َ تَـ َّـوا‬
ٌ ‫ٌب َّر ِحمْي‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha
Penyayang."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

C. CaraMencegah Pencemaran Nama Baik di Media Sosial


11

Di zaman sekarang, sosial media dijadikan sebagai ajang untuk menghina


orang lain dan juga memcemarkan nama baik orang lain. Mencemarkan nama baik
orang lain di sosial media membawa banyak dampak negatif, baik untuk orang lain
maupun untuk diri kita sendiri. Orang yang kita hina akan menjadi malu karena kita
sudajhmenghinanya dengan kata-kata kasar dan juga mengumbar hal yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi. Walaupun penghinaan tersebut sesuai fakta, tetapi
tidak seharusnya kita menjadikan privasi orang lain itu sebagai konsumsi publik.
Dan Dampak untuk diri kita sendiri adalah kita akan dihukum berdasarkan UU
KUHP dan ITE. Orang yang kita hina tersebut akan melaporkan kita ke pihak yang
berwajib dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Jadi sebaiknya pencemaran nama baik yang berisi penghinaan terhadap orang
lain ini, harus dihindari yaitu khususnya di media sosial. Karena sosial media
sekarang menjadi pusat informasi di seluruh dunia.Kita bisa mengetahui informasi
dengan mudahnya di dunia sekalipun dengan adanya sosial media.Jadi bijaklah
dalam bersosial media, supaya sosial media tidak menjerumuskan anda ke dalam
penjara.Gunakanlah etika yang baik dalam bersosial media supaya sosial media
tidak membawa dampak negatif bagi kita.
Berikut saya akan menjelaskan etika-etika dalam bersosial media yang harus
dipraktekkan dalam bersosial media.20

1. Etika Dalam Berkomunikasi

Dalam melakukan komunikasi antar sesama pada situs jejaring sosial,


biasanya kita melupakan etika dalam berkomunikasi.Sangat banyak kita
temukan kata-kata kasar yang muncul dalam percakapan antar sesama di
jejaring sosial, baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja.Sebaiknya dalam
melakukan komunikasi kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan pada
akun-akun jejaring sosial yang kita miliki.Pergunakan bahasa yang tepat
dengan siapa kita berinteraksi. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an
yang menganjurkan untuk tidak berkata kasar, sbb :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

20
Oemar Seno Adji, Perkembangan Delik Pers di Indonesia ( Jakarta : Eirlangga, 1990 ) Hal.36
12

‫اَل حُي ِ ُّب اهّٰلل ُ الْ َجــ ـ ـه َْر اِب ُّلس ـ ـ ْ ٓو ِء ِم َن الْ َقـ ـ ْـولِ ِااَّل َم ْن ُظمِل َ ۗ   َواَك َن اهّٰلل ُ مَس ِ ْي ًعا‬
‫عَ ِل ْي ًما‬
Artinya : "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara
terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 148)21

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ibnu Abu Talhah


meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa
Allah tidak menyukai bila seseorang mendoakan kecelakaan terhadap
orang lain, kecuali jika ia dianiaya olehnya. Maka saat itu Allah
memberikan rukhsah kepadanya untuk mendoakan kecelakaan terhadap
orang yang berbuat aniaya terhadapnya.22
Hal ini disebutkan melalui firman-Nya:‫ إال من ظلم‬. Kecuali oleh orang
yang dianiaya. (An-Nisa, [4:148)
Akan tetapi, jika si teraniaya bersikap sabar dan tidak mendoakan
kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya kepadanya, maka hal ini
lebih baik baginya.
Sedangkan dalam tafsir jalalain menjelaskan bahwa (Allah tidak
menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang) dari siapa
pun juga, artinya Dia pastilah akan memberinya hukuman (kecuali dari
orang yang dianiaya) sehingga apabila dia mengucapkannya secara terus
terang misalnya tentang keaniayaan yang dideritanya sehingga ia
mendoakan si pelakunya, maka tidaklah dia akan menerima hukuman dari
Allah. (Dan Allah Maha Mendengar) apa-apa yang diucapkan (lagi Maha
Mengetahui) apa-apa yang diperbuat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita dilarang untuk berkata kasar
terhadap orang lain. Karena kita tau bahwa kata adalah doa. Apa yang kita
katakan itu seperti doa yang kita ucapkan sewaktu-waktu akan dikabulkan

21
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
22
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
13

Allah Swt. Jadi berhati-hati lah dalam berucap, jangan sampai kita
mengeluarkan kata yang kotor terhadap orang lain. Kecuali diucap oleh
orang yang dianiaya, dia boleh berdoa untuk kecelakaan orang yang sudah
menganiaya dia.

2. Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan Aksi Kekerasan.

Ada baiknya anda tidak menyebarkan informasi yang berhubungan


dengan SARA dan pornografi di jejaring sosial.Sebarkanlah hal-hal yang
berguna yang tidak menyebabkan konflik antar sesama pada situs jejaring
tersebut.Hindari mengupload foto-foto kekerasan seperti Foto korban
kekerasan, korban kecelakaan lalu lintas maupun foto kekerasan lainnya.
Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Al-Qur’an yang melarang untuk
menyebarkan sesuatun yang keji, sbb :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ِا َّن اذَّل ِ ْي َن حُي ِ بُّ ْو َن َا ْن ت َ ِش ْي َع الْ َفا ِحشَ ُة ىِف اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْوا لَه ُْم عَ َذا ٌب َا ِلمْي ٌ ۙ  ىِف‬

‫ادلُّ نْ َيا َوا اْل ٰ ِخ َر ِة ۗ   َوا هّٰلل ُ ي َ ْعمَل ُ َو َا نْـمُت ْ اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat
keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka
mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui."(QS. An-Nur 24: Ayat 19)23

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa hal ini merupakan


pelajaran yang ketiga ditujukan kepada orang yang mendengarsuatu
perkataan yang buruk, lalu hatinyamenanggapinya dan ingin
membicarakannya. Maka janganlah ia banyak membicarakannya dan
janganlah ia menyiarkan dan menyebarkan perkataan itu.Karena
sesungguhnya Allah telah berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang

23
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
14

ingin agar(berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-
orang yang beriman, bagimereka azab yang pedih. (An-Nur, [24:19]).24
Sedangkan dalam tafsir Jalalain menjelaskan bahwa (Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang amat keji itu tersiar)
dengan melalui mulut mereka (di kalangan orang-orang yang beriman)
dengan menisbatkan perbuatan keji itu kepada mereka, yang dimaksud
adalah segolongan dari kaum Mukmin (bagi mereka azab yang pedih di
dunia) mendapat hukuman hudud menuduh berzina (dan di akhirat) oleh
Allah dimasukkan ke dalam neraka. (Dan Allah Maha Mengetahui)
ketiadaan perbuatan keji itu dari kalangan mereka (sedangkan kalian) hai
golongan orang-orang yang melancarkan berita bohong, terhadap apa yang
kalian katakan itu (tidak mengetahui) tentang adanya perbuatan keji di
kalangan orang-orang yang beriman.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita dilarang untuk menyebarkan
berita ataupun video yang berkaitan dengan sara dan pornografi. Karena itu
semua adalah perbuatan yang keji, perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
Dosa kita akan mengalir jika orang lain menonton dan melihat berita
maupun video porno tersebut. Semakin banyak orang menonton ataupun
membacanya maka akan semakin mengalir dosa kita. Karena orang yang
menunjukkan kepada keburukan (dosanya) seperti orang yang
melakukannya.

3. Periksa Kebenaran Berita

Berita yang menjelekkan orang lain sangat sering kita jumpai di jejaring
sosial. Hal tersebut kadang bertujuan untuk menjatuhkan nama pesaing dengan
berita-berita yang direkayasa. Oleh karena itu pengguna jejaring sosial dituntut
untuk cerdas dalam menangkap sebuah informasi, bila ingin ikut menyebarkan
informasi tersebut, ada baiknya kita melakukan kroscek akan kebenaran
informasi terlebih dahulu. Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Al-Qur’an
untuk tidak menyebarkan berita bohong, sbb :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

24
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
15

ٍ ‫ جِۢب َهَا ةَل‬  ‫ ِـۢبِۢن َ َب ٍا فَتَ َبيَّنُ ْۤوا َا ْن ت ُِص ْي ُب ْوا قَ ْو ًما‬  ‫اٰۤي َ هُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْۤوا ِا ْن َجٓا َءمُك ْ فَا ِس ٌق‬
َ ‫فَ ُت ْص ِب ُح ْوا عَىٰل َما فَ َعلْمُت ْ نٰ ِد ِمنْي‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)25

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah memerintahkan


(kaum mukmin)untuk memeriksa dengan teliti berita dariorang fasik, dan
hendaklah mereka bersikaphati-hati dalam menerimanya dan
janganmenerimanya dengan begitu saja, yangakibatnya akan membalikkan
kenyataan.Orang yang menerima dengan begitu sajaberita darinya, berarti
sama dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah telahmelarang kaum
mukmin mengikuti jalanorang-orang yang rusak.26
Berangkat dari pengertian inilah adasejumlah ulama yang melarang
kitamenerima berita (riwayat) dari orang yangtidak dikenal, karena
barangkali dia adalahorang yang fasik. Tetapi sebagian ulamalainnya mau
menerimanya dengan alasanbahwa kami hanya diperintahkan
untukmeneliti kebenaran berita orang fasik,sedangkan orang yang tidak
dikenal (majhul)masih belum terbukti kefasikannya karenadia tidak
diketahui keadaannya.
Sedangkan dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa (Hai orang-orang
yang beriman! Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu
berita) (maka periksalah oleh kalian) kebenaran beritanya itu, apakah ia
benar atau berdusta. Menurut suatu qiraat dibaca Fatatsabbatuu berasal dari
lafal Ats-Tsabaat, artinya telitilah terlebih dahulu kebenarannya (agar
kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum) menjadi Maf'ul dari
lafal Fatabayyanuu, yakni dikhawatirkan hal tersebut akan menimpa
musibah kepada suatu kaum (tanpa mengetahui keadaannya) menjadi Hal
atau kata keterangan keadaan dari Fa'il, yakni tanpa sepengetahuannya
25
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
26
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
16

(yang menyebabkan kalian) membuat kalian (atas perbuatan kalian itu)


yakni berbuat kekeliruan terhadap kaum tersebut (menyesal) selanjutnya
Rasulullah mengutus Khalid kepada mereka sesudah mereka kembali ke
negerinya. Ternyata Khalid tiada menjumpai mereka melainkan hanya
ketaatan dan kebaikan belaka, lalu ia menceritakan hal tersebut kepada
Nabi
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita dianjurkan untuk meneliti berita
yang kita dapatkan apakah itu benar atau tidak. Yang banyak sekali terjadi
sekarang penyebaran berita hoax di media sosial. Kita harus teliti dulu
sumber berita nya dari mana apakah relevan atau tidak.

4. Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik
orang lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber informasi sebagai bentuk
penghargaan untuk hasil karya seseorang. Sebagaiman firman Allah Swt.
Dalam Al-Qur’an yang menganjurkan untuk menghargai orang lain.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۤ ‫ٮك اهّٰلل ُ ادلَّ ا َر ااْل ٰ ِخ َر َة َواَل تَن ْ َس ن َِص ْي َب َـك ِم َن ادلُّ نْ َيا َو َا ْح ِس ْن اَمَك‬
َ ‫َوا بْ َتغِـ ِف ْي َم ۤا ٰا ٰت‬

‫َا ْح َس َن اهّٰلل ُ ِال َ ْي َك َواَل تَ ْبغ ِ الْـ َف َسا َد ىِف ااْل َ ْر ِض ۗ   ِا َّن اهّٰلل َ اَل حُي ِ ُّب الْ ُم ْف ِس ِد ْي َن‬
Artinya : "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di
dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas 28:
Ayat 77)27

Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Allah SWT lebih mencintai
orang yang bisa berbuat baikkepada sesamanya. Menghargai hasil karya
orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan
hidup antar manusia agar terwujud suatu kehidupan masyarakat yang
27
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
17

saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat


seseorang sebagai umat manusia. Menumbuhkan sikap menghargai hasil
karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena hasil karya tersebut
merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin
dihargai.28
Sedangkan dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa (Dan carilah)
upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian)
berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu
menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu
melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni
hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat
(dan berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada
mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan
mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti
akan menghukum mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita dianjurkan untuk menghargai
karya orang lain. Karena proses dalam menghasilkansebuah karya itu tidak
mudah. Jadi kita harus mengahargai kerja keras orang tersebut. Banyak
sekali terjadi di media sosial saling melapor ke pihak yang berwajib karena
sudah menjiplak karya orang lain dan juga mengubah tanpa ijin dari
penciptanya.

5. Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi Anda

Dalam menggunakan jejaring sosial ada baiknya kita sebagai pengguna


harus bijak dalam menginformasikan privasi / kehidupan pribadi.Jangan terlalu
mengumbar hal-hal pribadi di jejaring sosial, apalagi sesuatu yang sensitif dan
sangat pribadi. Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Al-Qur’an yang
menganjurkan untuk menjaga privasi dan jangan sampai privasi kita diketahui
oleh orang lain, sbb :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


28
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
18

‫يٰۤـ َاهُّي َا اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْوا اَل تَدْ ُخلُ ْوا بُ ُي ْواًت غَرْي َ بُ ُي ْو ِتمُك ْ َحىّٰت ت َ ْس َتْأ ِن ُس ْوا َوت ُ َس ِل ّ ُم ْوا عَىٰۤل َا ْه ِلهَا ۗ   ٰذ‬
‫ِلمُك ْ َخرْي ٌ لَّـمُك ْ ل َ َعلَّمُك ْ ت ََذكَّ ُر ْو َن‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat."(QS. An-Nur 24: Ayat 27)29

Inilah etika-etika syariat yang diajarkanoleh Allah kepada hamba-


hamba-Nya yangberiman, yaitu etika dalam meminta izinmasuk kedalam
rumah orang lain untukkeperluan. Allah menandaskan bahwamereka tidak
boleh memasuki rumah oranglain sebelum meminta izin kepada
parapenghuninya dan memberikan ucapan salamkepada
mereka.30Seseorang yang hendak memasuki rumahorang lain dianjurkan
meminta izin sebanyaktiga kali. Bila diizinkan, maka ia boleh masuk;dan
bila tidak diizinkan, hendaknya ia pergi.
Sedangkan dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa (Hai orang-orang
yang beriman! Janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah
kalian sebelum meminta izin) maksudnya sebelum kalian meminta izin
kepada empunya (dan memberi salam kepada penghuninya). Seseorang
jika mau memasuki rumah orang lain hendaknya ia mengucapkan,
"Assalaamu Alaikum, bolehkah aku masuk?" demikianlah menurut
tuntunan hadis. (Yang demikian itu lebih baik bagi kalian) daripada masuk
tanpa izin (agar kalian selalu ingat) lafal Tadzakkaruuna dengan
mengidgamkan huruf Ta kedua kepada huruf Dzal; maksudnya supaya
kalian mengerti akan kebaikan meminta izin itu, kemudian kalian
mengerjakannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kita dianjurkan untuk menjaga privasi
orang lain. Kita tidak boleh sembarangan masuk kerumah orang lain tanpa
meminta ijin dulu pada yang punya rumah. Dan begitu juga sebaliknya kita

29
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
30
Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
19

tidak boleh mengumbar masalah pribadi ke orang lain. Kita juga harus
menjaga privasi kita sendiri, jangan sampai maslaah pribadi diketahui oleh
orang lain.
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pencemaran nama baik di media sosial itu tidak
baik dan dilarang oleh allah swt. Karena didalam surah An-Nur ayat 11 dikatakan
bahwa orang yang menyebarkan berita bohong dengan tujuan mencemarkan nama
baik seseorang akan diazab oleh Allah Swt. dengan azab yang besar. Selain di azab
oleh Allah Swt. di akhirat, orang yang melakukan pencemaran nama baik akan
dihukum di dunia dengan jarimah ta'zir yanh ditetapkan oleh hakim.

B. Saran
Bila mana dalam makalah ini terdapat kekeliruan maka saran dari pembaca
sangat diharapkan agar karya ini dapat dijadikan suatu bahan informasi sesuai
dengan tujuannya.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com


2. Via Tafsir Al-Qur’an Indonesia http://tafsirquran-id.com
3. Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya : Karya Agung,
2007)
4. Juni Ahyar dan Mujir, Kamus Istilah Ilmiah (Jawa Barat : CV. Jejak, 2019)
5. Adami Chazawi, Hukum Pidana Positif Penghinaan (Yogyakarta : MNC)
6. Dr. Mardani, Hukum Pidana Islam (Jakarta : Kencana, 2019)
7. Oemar Seno Adji, Perkembangan Delik Pers di Indonesia ( Jakarta : Eirlangga, 1990 )
Hal.36

Anda mungkin juga menyukai