1. Etnografi Etnografi sebenarnya merupakan suatu laporan penelitian mengenai kehidupan dari suatu kelompok masyarakat yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil yang didapatkan dari kerjal lapang dalam suatu jangka waktu tertentu. Etnografi menjadi ilmu metode penelitian yang nyata dalam Antropologi, yang sebelumnya dipahami sebagai laporan hasil lapangan terhadap studi tentang suatu kelompok masyarakat tertentu. Etnografi memainkan peran sebagai laporan hasil dari penelitian dan juga sebagai metode penelitian. Etnografi dipandang menjadi suatu dasar dan asal usul dari ilmu Antropologi. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai manusia. Antropologi sebagai suatu ilmu sepenuhnya bergantung kepada kerja lapangan yang dibuat oleh individu atau peneliti dalam kerja lapangan sebuah kehidupan nyata. Melakukan studi tentang kehidupan dari suatu masyarakat. Dalam antropologi sosial yang dilakukan oleh para praktisi, sesuatu yang dikerjakan dilapangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Etnografi itu kerja lapangan bukan studi pustaka. Dipoin ini Etnografi itu suatu studi lapangan mengenai masyarakat yang hidup dengan pola hidup mereka sendiri. Asal mula Etnografi dengan asal mula ilmu dari antropologi terdahulu yaitu pada sekitar abad ke 20. Awal mulanya para antropolog melakukan suatu studi hanya menganalisis berdasar pada kaitan dengan biologis. Dan dari data-data biologis tersebut para antropolog dapat menganalisa kehidupan dari masyarakat sebelumnya. Dengan melihat dari fosil-fosil tengkorak, anak panah, kampak dari suatu daerah sehingga diinterpretas bagaimana kehidupan masyarakat masa dahulu, dan bagaimana manusia pada jaman tersebut. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu antropologi mereka mulai berkembang tidak hanya pada evolusi biologi namun juga mengenai evolusi budaya. Karena manusia tidak hanya berevolusi pada fisiknya saja namun juga pada budaya yang mereka alami saat itu. Sehingga karena hal tersebut para antropolog mulai memusatkan studi pada evolusi budaya. Pada tahap tersebut para antropolog mulai melihatkan perkembangan dalam evolusi biologi, namun juga mereka membangun tingkatan dari perkembangan yang terkait dengan evolusi budaya. Namun pada dalam hal itu para antropolog hanya bekerja dalam laboratorium dan hanya terpadu pada studi Pustaka saja, tidak terjun kedalam studi lapangan. Hal tersebut menyebabkan perkembangan para antropolog menjadi tidak realistis karena tidak adanya dukungan dari bukti yang nyata. Dari ini dapat dikatakan bahwa studi antropologi tidak hanya pada studi Pustaka saja namun juga harus terjun langsung untuk melihat dan mengalami sendiri hidup Bersama dengan masyarakat yang menjadi objek dari penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa para antropolog awal bekerja dengan memberikan deskripsi evolusi biologi dan juga evolusi kebudayaan. Awalnya kerja lapangan dengan mengikuti suatu ekspedisi sehingga dapat dikatakan telah terjun langsung, ekspedisi dilakukan dengan manjelajah suatu tempat untuk mengerti bagaimana masyarakat, yang berkaitan mengenai studi dari perubahan sosial dan kebudayaan dari masyarakat. Etnografi yang awal merupakan Etnografi konvensional, yaitu Etnografi yang tidak terjun kelapangan namun hanya studi Pustaka. Kemudian dikembangkan oleh beberapa tokoh yang melakukan studi dengan cara mengadakan suatu ekpedisi dalam melakukan studi yang sudah dapat dikatakan terjun ke lapangan. Dalam pengertian Etnografi modern bahwa studi antropologi tidak harus melakukan ekpedisi untuk mengetahui keadaan orang lain, namun studi yang dilakukan dapat dengan masyarakat disekitar kita. Etnografi modern lebih bercondong pada kehidupan yang ada masa kini. Dalam etnografi modern kita lebih melihat dari cara pandang suatu masyarakat, sehingga dapat mengetahui bagaimana masyarakat tersebut hidup dengan sesuai cara pandangnya tersebut. Dengan masuknya kita kedalam struktur masyarakat kita dapat mengetahui bagaimana struktur dari masyarakat tersebut terbentuk, dan kita dapat membangun sebuat struktur sosial yang lebih rumit lagi (kompleks) dalam lingkungan masyarakat tersebut. Dalam perekembang selanjutnya ada Etnografi baru, pada periode ini ada dua perkembangan. Pada Etnografi baru yang pertama, dalam sosial ekonomi tidak memberikan konsep yang baru terhadap masyarakat. Namun dalam etnografi baru ini memusatkan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya dalam kehidupan masyarakat. Tetapi kita melakukan penelitian untuk membongkar dari kebudayaan masyarakat tersebut. Hal ini kita dapat menggali apa yang mereka pikirkan dan apa yang telah mereka pikirkan dalam menjalani kehidupan masyarakat, untuk dapat kita mengerti. Dalam hal ini budaya merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia dalam menjalankan suatu struktur sosial di masyarakat. Selanjutnya pada tahapan kedua, dalam tahapan ini budaya lebih sebagai aspek pengetahuan dalam memberikan interpretasi mengenai gambaran dunia sekitar masyarakat tersebut. 2. Penentuan Fieldwork Penentuan tempat penelitian akan mungkin terjadi apabila seseorang yang ingin melakukan penelitian sudah dapat menentukan tema yang akan dijadikan sebagai penelitiaanya nanti. Dikatakan bahwa suatu penelitian yang baik ialah penelitian yang datang dari timbulnya suatu ketertarikan atau rasa keingintahuan yang sangat kuat. Tanpa adanya ketertarikan dan dikerjakan hanya untuk sekedar memenuhi suatu kewajiban maka jalannya suatu penelitian tidak akan mulus bahkan menjadi tidak rampung. Dalam menjalankan suatu penelitian jangan sampai para peneliti melakukan hal tersebut karena dengan melakukan hal itu akan menyiksa diri dari peneliti itu sendiri. Pada konsep penelitian untuk menyelesaikan studi atau skripsi kita harus dapat menentukan tema yang akan kita ambil dalam melakukan penelitian tersebut, dalam melakukan suatu penelitian kita tidak tiba-tiba langsung menentukan tema yang akan dijadikan penelitian dalam waktu dekat. Karena hal tersebut maka mulailah lakukan pembangunan topik penelitian disepanjang masa kuliah masih berjalan, sehingga kita dapat mengira rasa kaingintahuan akan ilmu pengetahuan dalam bidang apa. Dengan hal tersebut peneliti dapat menemukan tema yang menari dan menantang untuk ditelitinya. Sumber dalam pengambilan penentuan tema tersebut dapat diambil dari materi perkuliahan, bahan dari suatu bacaan, bertanya kepada pengajar atau dari pengamatan kita sehari-hari yang memiliki keterkaitan dengan suatu keilmuan, sehingga dapat dijadikan sumber penelitian yang dapat menjadi acuan kita dalam melakukan penelitian. Hal tersebut harus sudah mulai dipikirkan seawal mungkin sehingga dalam mendapatkan kewajiban tersebut peneliti sudah memiliki modal yang kuat terlebih lagi terhadap peneliti yang masih pemula. Dapat kita ingat bahwa dalam setiap penelitian terlebih lagi penelitian yang dilakukan pada lapangan menyimpan banyak sekali persoalan- persoalan yang terkadang tidak dapat diduga oleh peneliti sebelumnya. Sehingga dalam melakukan perancangan, apa yang terbayangkan oleh peneliti yang dalam pemikiran teori denga napa yang didapatkan dilapangan nanti akan jauh berbeda, apabila terjadi hal tersebut seorang peneliti harus sudah memiliki mental dan jika sudah memiliki modal maka persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh seorang peneliti. Terkadang ide yang sudah baik mengenai suatu penelitian dapat berubah 100% pada lapangannya karena menemukan fakta-fakta yang berbeda dari apa yang sudah terbayangkan. Karena hal tersebut maka seorang peneliti harus memiliki fondasi yang kuat dalam penentuan tema dari penelitian yang akan dilakukan, sehingga apabila terjadi perbedaan peneliti dapat mengatasinya dengan baik. Setelah menentukan tema kita dapat menentukan tempat dari suatu penelitian yang akan dijalankan. Tanpa adanya penentuan tema seorang peneliti akan sulit dalam menentukan tempat yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Setiap konsepsi yang sudah ditetapkan dalam penelitian akan dapat mengarahkan seorang peneliti dalam mengambil suatu studi secara spesifik yang akan memberikan implikasi terhadap tempat penelitian, karakter dan budaya dari informa, dan lain-lainnya yang akan sangat berdampak terhadap persiapan yang sudah dimiliki sebelum terjun ke lapangan. Jadi konsep penelitian itu mempunyai banyak pengaruh, dapat menuntun kita mengenai bagaimana nanti tema spesifik seperti apa, dan tempat menjadi lebih konkrit lagi. Dalam melakukan penentuan konsep lebih spesifi, kita tidak hanya berkonsentrasi terhadap apa yang menjadi penelitian namun juga harus mengerti komunitas masyarakat di tempat tersebut pada saat terjun ke lapangan, karena dalam melakukan penelitian dalam konteks tertentu yang akan ditanyakan oleh para peneliti ialah masyarakat yang mendiami Kawasan tersebut. Maka latar belakang dan budaya masyarakat tersebut harus dimengerti oleh seorang peneliti, karena masyarakat yang akan banyak ditemui dalam penelitian tersebut. Pilihan seorang peneliti yang akan menentukan persiapan apa yang akan dibawa olehnya dalam melakukan penelitian dan terjun kelapangan nanti mengenai karakter dan budaya masyarakatnya. Seorang penelitian harus sadar bahwa penelitian yang dilakukan selalu berlangsung di dalam dua tingkatan pada saat yang sama yaitu konsentrasi terhadap topik penelitiannya namun juga harus dapat memperhatikan kharakter dari budaya masyarakat di lokasi penelitian yang satu dengan lainnya sangat berbeda dan unik. 3. Penentuan Informan Yang ketiga ialah penentuan informan dari suatu penelitian. Berprinsip pada setiap orang dapat memberikan informasi, tetapi tidak setiap orang itu dapat menjadi informan yang baik. Penetuan dari informan sangat dibutuhkan karena apabila informan yang ingin ditanyakan bukan seorang yang ahli maka dalam membuat suatu etnografi datanya akan menjadi kurang valid. Hal tersebut sangat dihidari oleh banyak etnografer, karena etnografi harus dapat menyajikan dengan secara factual dan actual. Sehingga tidak timbulnya suatu kesalahpahaman yang besar dalam lingkungan luar masyarakat tersebut. Dalam penelitian informan merupakan orang yang khusus yang memang sudah ditentukan, bukan orang yang asal bertemu saja namun memang sudah peneliti desain untuk bertemu dengan peneliti. Pada lapangan seorang peneliti harus menjaga bagaimana cara supaya seorang informan nyaman dengan peneliti sehingga dapat memberika informasi dengan secara baik. Tugas seorang peneliti ialah dapat membangun relasi yang baik dengan informan sehingga para informan dapat tulus dan senang hati dalam meladeni peneliti untuk memenuhi kebutuhan penelitiannya. Dalam menentukan informan yang dibutuhkan di penelitian sebaiknya penelitian dapat memberikan syarat seperti enkunturasi penuh yaitu seorang informan sangat mengerti mengenai budayanya sendiri, keterlibatan langsung yaitu seorang informan dianggap baik apabila terlibat langsung dalam kegiatan budayanya tersebut, suasana budaya yang tidak dikenal jadi dalam penelitian sang peneliti saat terjun ke lapangan harus menempatkan diri tidak mengetahui apa yang dilakukan masyarakat dan apa pentingnya itu sehingga mendapatkan informasi dan data yang lebih, cukup waktu yaitu seorang informan yang baik ialah seseorang yang memiliki cukup waktu sehingga peneliti cukup leluasa dalam mengambil informasi yang dibutuhkan, non analiti yaitu seorang informan memberikan informasi harus memberikan informasi yang diketahui olehnya. Wawancara yang dilakukan harus membicara dengan topik yang mendasar, namun dalam wawancara etnografis kita harus memulai dengan tujuan yang eksplisit atau tujuan yang kita mau. Lalu selanjutnya membahas mengenai penjelasan etnografis, dalam wawancara etnografis kita harus menjelaskan berbagai macam hal seperti penjelasan projek; perekaman; Bahasa asli; wawancara; pertanyaan dan harus jujur dalam melakukan penjelasan tersebut. Dalam melakukan wawancara etnografis kita harus membuat semua terlihat jelas, sehingga informan tidak mencurigai kita. Dan yang ketiga ialah pertanyaan- pertanyaan etnografis. Pertanyaan-pertanyaan etnografis itu dekriptif, terstruktur dan kontras. Pertanyaan deskrptif yaitu pertanyaan yang akan dijawab oleh seorang informan dengan cara menceritakan apa yang diketahuinya. Pertanyaan struktur merupakan pertanyaan yang terstruktural mengenai banyaknya kota atau desa di tempat tersebut, dan tidak bisa dikarang. Pertanyaan kontras harus dilakukan secara berhati-hati karena membandingkan suatu hal dengan yang lain, dalam pertanyaan kontras kita dapat mengklarifikasi banyak hal. 4. Catatan Etnografis Seorang etnografer akan membuat suatu catatan-catatan etnografis, jadi penelian tersebut mendapatkan catatan-catatan dari lapangan, bahwa adanya studi pustaka dan jurnal yang telah digunakan sudah cukup baik namun itu belum terhubung dengan kerja lapangnya. Membuat suatu catatan etnografis sudah dimulai bahkan sebelum seorang peneliti bertemu dengan informan, catatan tersebut didapat dari kesan, pengamatan dan keputusan yang telah dilakukan sebelum melakukan kontak dengan informan bahkan sebelum menentukan tempat dari penelitiannya. Sebelum berkontak dengan kita sudah mendapatkan sebuah catatan, karena tanpa adanya suatu catatan nanti akan bingung bagaimana cara untuk menghubungi informan tersebut, apa yang akan kita katakan kepada informan nanti, apa yang akan seorang peneliti informasikan kepada informan tersebut kalua seorang peneliti tidak memiliki sesuatu apapun. Karena itu sebelum menghubungi seorang informan peneliti atau etnografer harus sudah memiliki sejumlah informasi yang sudah tercatat sehingga saat melakukan kontak dengan informan sudah dapat berbicara dengan terstruktur. Kesan dari pengamatan dan keputusan akan mungkin terjadi apabila seorang peneliti sudah melakukan observasi awal ketempat. Pencatatan akan kesan-kesan pertama saat observasi awal bisa menjadi makna penting untuk kemudian hari nantinya, bisa jadi berbanding terbalik atau menjadi sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan nantinya. Sehingga dengan hal tersebut suatu catatan awal menjadi sangat penting. Pada observasi awal, informan yang akan didapatkan oleh peneliti ialah seseorang yang mungkin tidak terduga dan bisa juga orang yang kita kenal atau telah membuat janji. Infroman tersebut tidak menjadi informan yang akan menjadi acuan pada penelitian namun menjadi informan yang memberikan sedikit informasi awal. Informasi dari informan tersebut sudah mulai dicatat. Infromasi tersebut dapat menjadi panduan untuk seorang peneliti dalam menentukan informan seperti apa yang dibutuhkan. Jadi saat sudah kelapangan seorang peneliti tidak boleh tidak memiliki informasi sama sekali. Catatan etnografis merupakan catatan lapang yang didapatkan dari lapangan, namun juga bisa berupa suatu perekaman, gambaran, atau artefak. Catatan etnografis bukan hanya hasil dari sebuah wawancara namun menangkap suasana yang ada, menangkap sesuatu yang ada di lapangan tersebut. Saat meneliti sesuatu akan ada batasannya ditempat tersebut. Membuat catatan akan berkaitan dengan bahasa, bagian utama dari catatan etnografis terdiri atas catatan lapangan baik observasi, wawancara, rekaman, buku harian, atau pada dokumen penting lainnya. Untuk membuat catatan ada banyaknya sumber yang didapatkan. Dari awal sekali seorang peneliti harus dapat mengatasi permasalahan Bahasa, jadi bagaimana membuat bahasa dari data yang didapatkan, sehingga Bahasa menjadi sangat penting. Bahasa sangat memberikan pengaruh terhadap penemuan etnografis dan deskripsi etnografis, pembuatan catatan merupakan jembatan antara penentuan dengan deskripsi yang akan terhubung pada proses tunggal yang kompleks. Penemuan etnografis didapatkan dari lapangan bisa berupa rekaman atau observasi. Penemuan ini akan dilanjutkan dengan pembuatan sebuat catatan etnografis, pembuatan catatan ini akan berkaitan dengan deskripsi. Setelah dicatat maka akan ada kemungkinan bahwa dilapangan mendapatkan penemuan etnografis yang baru lagi. Hal ini sangat bertimbal balik, hubungan timbal balik ini menugaskan bahwa masing-masing dari langkah studi etnografi melibatkan terjemahannya, waktu informan memberikan informasi seorang peneliti sudah menggunakan kapasitas interpretasi. 5. Penulisan Etnografi Pada dalam melakukan suatu penelitian seorang peneliti akan menghadapi berbagai peristiwa kemanusiaan akan dengan secara spesifik, hal yang konkret dan sampai yang umumnya terjadi. Peristiwa yang spesifik dapat terjadi karena seorang peneliti berhadapan langsung dengan suasana dan situasi yang saat itu terjadi. Peritiwa yang konkret dapat disebabkan karena seorang peneliti berkenaan dengan hidup seorang manusia tertentu pada situasi dan waktu tertentu pula. Dan yang terakhir ialah peristiwa yang terjadi secara umum hal ini dikarenakan dalam melakukan tahapan penulisan etnografi, seorang peneliti harus dapat mencapai pada statement yang bersifat umum mengenai suatu kebudayaan yang berada disuatu daerah. Adanya penemuan mengenai kategori-kategori yang dapat bersifat umum (budaya) ini seorang peneliti dapat membuat suatu perbandingan dengan budaya-budaya yang lainnya, bahkan seorang peneliti dapat lebih dalam lagi mengenai berbagai statement yang lebih umum mengenai kebudayaan yang dipelajari. Tahap pertama ialah statement-statement universal. Pada statement-statement ini dapat meliputi semua statement yang berkenaan mengenai umat manusia, tingkah laku manusia, bahkan kebudayaan atau suatu situasi lingkungan manusia tersebut. Seorang etnografer yang pemula seringkali merasa mereka tidak mampu dalam membuat statement- statement universal tersebut, namun dapat diketahui bahwa berbagai hal yang terjadi saat ini berjalan dengan secara universal. Statement universal dapat diartikan bahwa pada dalam lingkungan semua masyarakat, orang yang dapat mengatur gerak badanya tersebut di dalam ruangan dengan cara yang sedemikian rupa tersebut sehingga menyebabkan tidak terjadinya tabrakan dengan orang lain tersebut. Pada tahap kedua ada statement deskripsi lintas budaya. Statement ini merupakan suatu statement dalam abstraksi yang dapat meliputi berbagai penegasan dalam cakupan yang luas dengan beberapa masyarakat, namun tidak harus dengan semua masyarakat yang ada. Statement ini dapat diambil ketika seorang peneliti mulai dapat mempelajari masyarakat kecil non-barat, peneliti dapat menemukan bahwa ada orang yang berpartisipasi dalam suatu kondisi jaringan kehidupan yang tunggal, dan ketika seorang peneliti kembali pada dalam lingkungan masyarakat yang kompleks seperti masyarakat sekita kita, banyaknya jumlah perspektif budaya mengenai suatu situasi apapun yang dapat bertambah dengan secara radikal. Statement deskriptif lintas budaya dapat membantu dalam menentukan suatu suasana budaya dengan gambaran suatu budaya manusia dengan secara lebih luas. Selanjutnya tahap ketiga yaitu mengenai statement umum mengenai suatu masyarakat atau kelompok. Statement ini merupakan jenis statement yang dapat menampakan secara spesifik namun sebenarnya masih pada bagian yang sangat umum. Misalnya seperti Suku Madura di daerah Pasuruan tinggal di desa-desa di sepanjang pantai. Dapat dilihat statement tersebut mungkin bisa dikatakan hal itu spesifik namun dalam tahap yang masih dikatakan umum oleh beberapa orang. Kemudian ada tahap keempat yaitu statement umum mengenai suatu suasana budaya yang spesifik. Dalam melakukan penulisan sebuah abstraksi, sesungguhnya seorang peneliti sedang melakukan pencatatan banya statement yang berkenaan dengan suatu budaya atau suatu suasana budaya tertentu dalam satu lingkungan. Statement ini dapat seperti bukan gelandangan sejati, jika mereka tidak masuk penjara. Dapat dilihat dari contoh tersebut merupakan suatu statement yang mendeskripsikan mengenai suatu kelompok dengan secara spesifik, namun sifatnya masih dapat dikatakan umum dan masih pada hal yang abstraksi. Pada tahapan kelima ini ada statement spesifik mengenai sebuah domain budaya. Pada tahapan ini seorang peneliti mulai dapat menggunakan berbagai istilah asli yang digunakan oleh informan dan berbagai kontras dengan secara spesifik yang didapatkan dari informan tersebut. Misalnya seorang informan yang menjadi kunci dari penelitian adalah seorang aktivis di bidang pariwisata, maka di dalam pencatatan laporannya nanti seorang peneliti harus dapat menunjukkan bagaimana seorang informan menggunakan istilah-istilah yang khas digunakan dalam dunia pariwisata. Statement deskriptif yang ada pada tahap ini dapat membuat referensi pada suatu taksonomi dan paradigma yang membuat ringkasan dari sekian banyak informasi yang didapatkan. Dalam rangka untuk menerjemahkan informasi tersbut diperlukannya sebuah deskripsi secara naratif yang menjelaskan dengan spesifik. Yang terakhir ada tahap keenam yaitu statement insiden spesifik. Pada tahap ini dapat mengantar seorang pembaca ke tahap yang lebih aktual mengenai tingkah laku dan objek dari penelitian, yang merupakan suatu tahap pemahaman akan berbagai hal yang telah didapatkan. Sebagai seorang pembaca, perlu segeranya melihat berbagai hal yang terjadi kemungkinan seorang pembaca juga dapat merasakan berbagai hal yang dirasakan oleh para pelaku yang berada dalam situasi tersebut. Bukan hanya sekedar mengetahuinya dari orang lain, namun bagaimana cara memunculkan tingkah laku tersebut dari pengetahuan tersebut dan dapat menginterpretasikannya dalam berbagai hal. Dengan melakukan hal tersebut, seorang peneliti telah memperlihatkan pengetahuan suatu budaya yang sedang terjadi. Sehingga dengan hal tersebut sebuah etnografi yang baik akan menunjukkan sesuatu bukan sekedar menceritakan hal tersebut.