Anda di halaman 1dari 9

Rachmadani Nucha Ayuningrum

195080400111004 | A03

UTS Antropologi Perikanan


1. Etnografi
Etnografi sebenarnya merupakan suatu laporan penelitian mengenai kehidupan dari
suatu kelompok masyarakat yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil yang didapatkan
dari kerjal lapang dalam suatu jangka waktu tertentu. Etnografi menjadi ilmu metode
penelitian yang nyata dalam Antropologi, yang sebelumnya dipahami sebagai laporan hasil
lapangan terhadap studi tentang suatu kelompok masyarakat tertentu. Etnografi memainkan
peran sebagai laporan hasil dari penelitian dan juga sebagai metode penelitian. Etnografi
dipandang menjadi suatu dasar dan asal usul dari ilmu Antropologi. Antropologi merupakan
ilmu yang mempelajari mengenai manusia. Antropologi sebagai suatu ilmu sepenuhnya
bergantung kepada kerja lapangan yang dibuat oleh individu atau peneliti dalam kerja
lapangan sebuah kehidupan nyata. Melakukan studi tentang kehidupan dari suatu
masyarakat. Dalam antropologi sosial yang dilakukan oleh para praktisi, sesuatu yang
dikerjakan dilapangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Etnografi itu kerja lapangan
bukan studi pustaka. Dipoin ini Etnografi itu suatu studi lapangan mengenai masyarakat
yang hidup dengan pola hidup mereka sendiri.
Asal mula Etnografi dengan asal mula ilmu dari antropologi terdahulu yaitu pada
sekitar abad ke 20. Awal mulanya para antropolog melakukan suatu studi hanya
menganalisis berdasar pada kaitan dengan biologis. Dan dari data-data biologis tersebut
para antropolog dapat menganalisa kehidupan dari masyarakat sebelumnya. Dengan
melihat dari fosil-fosil tengkorak, anak panah, kampak dari suatu daerah sehingga
diinterpretas bagaimana kehidupan masyarakat masa dahulu, dan bagaimana manusia
pada jaman tersebut. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu antropologi mereka mulai
berkembang tidak hanya pada evolusi biologi namun juga mengenai evolusi budaya. Karena
manusia tidak hanya berevolusi pada fisiknya saja namun juga pada budaya yang mereka
alami saat itu. Sehingga karena hal tersebut para antropolog mulai memusatkan studi pada
evolusi budaya. Pada tahap tersebut para antropolog mulai melihatkan perkembangan
dalam evolusi biologi, namun juga mereka membangun tingkatan dari perkembangan yang
terkait dengan evolusi budaya. Namun pada dalam hal itu para antropolog hanya bekerja
dalam laboratorium dan hanya terpadu pada studi Pustaka saja, tidak terjun kedalam studi
lapangan. Hal tersebut menyebabkan perkembangan para antropolog menjadi tidak realistis
karena tidak adanya dukungan dari bukti yang nyata. Dari ini dapat dikatakan bahwa studi
antropologi tidak hanya pada studi Pustaka saja namun juga harus terjun langsung untuk
melihat dan mengalami sendiri hidup Bersama dengan masyarakat yang menjadi objek dari
penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa para antropolog awal
bekerja dengan memberikan deskripsi evolusi biologi dan juga evolusi kebudayaan. Awalnya
kerja lapangan dengan mengikuti suatu ekspedisi sehingga dapat dikatakan telah terjun
langsung, ekspedisi dilakukan dengan manjelajah suatu tempat untuk mengerti bagaimana
masyarakat, yang berkaitan mengenai studi dari perubahan sosial dan kebudayaan dari
masyarakat.
Etnografi yang awal merupakan Etnografi konvensional, yaitu Etnografi yang tidak
terjun kelapangan namun hanya studi Pustaka. Kemudian dikembangkan oleh beberapa
tokoh yang melakukan studi dengan cara mengadakan suatu ekpedisi dalam melakukan
studi yang sudah dapat dikatakan terjun ke lapangan. Dalam pengertian Etnografi modern
bahwa studi antropologi tidak harus melakukan ekpedisi untuk mengetahui keadaan orang
lain, namun studi yang dilakukan dapat dengan masyarakat disekitar kita. Etnografi modern
lebih bercondong pada kehidupan yang ada masa kini. Dalam etnografi modern kita lebih
melihat dari cara pandang suatu masyarakat, sehingga dapat mengetahui bagaimana
masyarakat tersebut hidup dengan sesuai cara pandangnya tersebut. Dengan masuknya
kita kedalam struktur masyarakat kita dapat mengetahui bagaimana struktur dari masyarakat
tersebut terbentuk, dan kita dapat membangun sebuat struktur sosial yang lebih rumit lagi
(kompleks) dalam lingkungan masyarakat tersebut.
Dalam perekembang selanjutnya ada Etnografi baru, pada periode ini ada dua
perkembangan. Pada Etnografi baru yang pertama, dalam sosial ekonomi tidak memberikan
konsep yang baru terhadap masyarakat. Namun dalam etnografi baru ini memusatkan
bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya dalam kehidupan masyarakat. Tetapi
kita melakukan penelitian untuk membongkar dari kebudayaan masyarakat tersebut. Hal ini
kita dapat menggali apa yang mereka pikirkan dan apa yang telah mereka pikirkan dalam
menjalani kehidupan masyarakat, untuk dapat kita mengerti. Dalam hal ini budaya
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh manusia dalam menjalankan suatu struktur sosial di
masyarakat. Selanjutnya pada tahapan kedua, dalam tahapan ini budaya lebih sebagai
aspek pengetahuan dalam memberikan interpretasi mengenai gambaran dunia sekitar
masyarakat tersebut.
2. Penentuan Fieldwork
Penentuan tempat penelitian akan mungkin terjadi apabila seseorang yang ingin
melakukan penelitian sudah dapat menentukan tema yang akan dijadikan sebagai
penelitiaanya nanti. Dikatakan bahwa suatu penelitian yang baik ialah penelitian yang
datang dari timbulnya suatu ketertarikan atau rasa keingintahuan yang sangat kuat. Tanpa
adanya ketertarikan dan dikerjakan hanya untuk sekedar memenuhi suatu kewajiban maka
jalannya suatu penelitian tidak akan mulus bahkan menjadi tidak rampung. Dalam
menjalankan suatu penelitian jangan sampai para peneliti melakukan hal tersebut karena
dengan melakukan hal itu akan menyiksa diri dari peneliti itu sendiri. Pada konsep penelitian
untuk menyelesaikan studi atau skripsi kita harus dapat menentukan tema yang akan kita
ambil dalam melakukan penelitian tersebut, dalam melakukan suatu penelitian kita tidak
tiba-tiba langsung menentukan tema yang akan dijadikan penelitian dalam waktu dekat.
Karena hal tersebut maka mulailah lakukan pembangunan topik penelitian disepanjang
masa kuliah masih berjalan, sehingga kita dapat mengira rasa kaingintahuan akan ilmu
pengetahuan dalam bidang apa. Dengan hal tersebut peneliti dapat menemukan tema yang
menari dan menantang untuk ditelitinya. Sumber dalam pengambilan penentuan tema
tersebut dapat diambil dari materi perkuliahan, bahan dari suatu bacaan, bertanya kepada
pengajar atau dari pengamatan kita sehari-hari yang memiliki keterkaitan dengan suatu
keilmuan, sehingga dapat dijadikan sumber penelitian yang dapat menjadi acuan kita dalam
melakukan penelitian. Hal tersebut harus sudah mulai dipikirkan seawal mungkin sehingga
dalam mendapatkan kewajiban tersebut peneliti sudah memiliki modal yang kuat terlebih lagi
terhadap peneliti yang masih pemula. Dapat kita ingat bahwa dalam setiap penelitian
terlebih lagi penelitian yang dilakukan pada lapangan menyimpan banyak sekali persoalan-
persoalan yang terkadang tidak dapat diduga oleh peneliti sebelumnya. Sehingga dalam
melakukan perancangan, apa yang terbayangkan oleh peneliti yang dalam pemikiran teori
denga napa yang didapatkan dilapangan nanti akan jauh berbeda, apabila terjadi hal
tersebut seorang peneliti harus sudah memiliki mental dan jika sudah memiliki modal maka
persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh seorang peneliti. Terkadang ide yang sudah baik
mengenai suatu penelitian dapat berubah 100% pada lapangannya karena menemukan
fakta-fakta yang berbeda dari apa yang sudah terbayangkan. Karena hal tersebut maka
seorang peneliti harus memiliki fondasi yang kuat dalam penentuan tema dari penelitian
yang akan dilakukan, sehingga apabila terjadi perbedaan peneliti dapat mengatasinya
dengan baik.
Setelah menentukan tema kita dapat menentukan tempat dari suatu penelitian yang
akan dijalankan. Tanpa adanya penentuan tema seorang peneliti akan sulit dalam
menentukan tempat yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Setiap
konsepsi yang sudah ditetapkan dalam penelitian akan dapat mengarahkan seorang peneliti
dalam mengambil suatu studi secara spesifik yang akan memberikan implikasi terhadap
tempat penelitian, karakter dan budaya dari informa, dan lain-lainnya yang akan sangat
berdampak terhadap persiapan yang sudah dimiliki sebelum terjun ke lapangan. Jadi
konsep penelitian itu mempunyai banyak pengaruh, dapat menuntun kita mengenai
bagaimana nanti tema spesifik seperti apa, dan tempat menjadi lebih konkrit lagi. Dalam
melakukan penentuan konsep lebih spesifi, kita tidak hanya berkonsentrasi terhadap apa
yang menjadi penelitian namun juga harus mengerti komunitas masyarakat di tempat
tersebut pada saat terjun ke lapangan, karena dalam melakukan penelitian dalam konteks
tertentu yang akan ditanyakan oleh para peneliti ialah masyarakat yang mendiami Kawasan
tersebut. Maka latar belakang dan budaya masyarakat tersebut harus dimengerti oleh
seorang peneliti, karena masyarakat yang akan banyak ditemui dalam penelitian tersebut.
Pilihan seorang peneliti yang akan menentukan persiapan apa yang akan dibawa olehnya
dalam melakukan penelitian dan terjun kelapangan nanti mengenai karakter dan budaya
masyarakatnya. Seorang penelitian harus sadar bahwa penelitian yang dilakukan selalu
berlangsung di dalam dua tingkatan pada saat yang sama yaitu konsentrasi terhadap topik
penelitiannya namun juga harus dapat memperhatikan kharakter dari budaya masyarakat di
lokasi penelitian yang satu dengan lainnya sangat berbeda dan unik.
3. Penentuan Informan
Yang ketiga ialah penentuan informan dari suatu penelitian. Berprinsip pada setiap
orang dapat memberikan informasi, tetapi tidak setiap orang itu dapat menjadi informan
yang baik. Penetuan dari informan sangat dibutuhkan karena apabila informan yang ingin
ditanyakan bukan seorang yang ahli maka dalam membuat suatu etnografi datanya akan
menjadi kurang valid. Hal tersebut sangat dihidari oleh banyak etnografer, karena etnografi
harus dapat menyajikan dengan secara factual dan actual. Sehingga tidak timbulnya suatu
kesalahpahaman yang besar dalam lingkungan luar masyarakat tersebut. Dalam penelitian
informan merupakan orang yang khusus yang memang sudah ditentukan, bukan orang yang
asal bertemu saja namun memang sudah peneliti desain untuk bertemu dengan peneliti.
Pada lapangan seorang peneliti harus menjaga bagaimana cara supaya seorang informan
nyaman dengan peneliti sehingga dapat memberika informasi dengan secara baik. Tugas
seorang peneliti ialah dapat membangun relasi yang baik dengan informan sehingga para
informan dapat tulus dan senang hati dalam meladeni peneliti untuk memenuhi kebutuhan
penelitiannya. Dalam menentukan informan yang dibutuhkan di penelitian sebaiknya
penelitian dapat memberikan syarat seperti enkunturasi penuh yaitu seorang informan
sangat mengerti mengenai budayanya sendiri, keterlibatan langsung yaitu seorang informan
dianggap baik apabila terlibat langsung dalam kegiatan budayanya tersebut, suasana
budaya yang tidak dikenal jadi dalam penelitian sang peneliti saat terjun ke lapangan harus
menempatkan diri tidak mengetahui apa yang dilakukan masyarakat dan apa pentingnya itu
sehingga mendapatkan informasi dan data yang lebih, cukup waktu yaitu seorang informan
yang baik ialah seseorang yang memiliki cukup waktu sehingga peneliti cukup leluasa dalam
mengambil informasi yang dibutuhkan, non analiti yaitu seorang informan memberikan
informasi harus memberikan informasi yang diketahui olehnya.
Wawancara yang dilakukan harus membicara dengan topik yang mendasar, namun
dalam wawancara etnografis kita harus memulai dengan tujuan yang eksplisit atau tujuan
yang kita mau. Lalu selanjutnya membahas mengenai penjelasan etnografis, dalam
wawancara etnografis kita harus menjelaskan berbagai macam hal seperti penjelasan
projek; perekaman; Bahasa asli; wawancara; pertanyaan dan harus jujur dalam melakukan
penjelasan tersebut. Dalam melakukan wawancara etnografis kita harus membuat semua
terlihat jelas, sehingga informan tidak mencurigai kita. Dan yang ketiga ialah pertanyaan-
pertanyaan etnografis. Pertanyaan-pertanyaan etnografis itu dekriptif, terstruktur dan
kontras. Pertanyaan deskrptif yaitu pertanyaan yang akan dijawab oleh seorang informan
dengan cara menceritakan apa yang diketahuinya. Pertanyaan struktur merupakan
pertanyaan yang terstruktural mengenai banyaknya kota atau desa di tempat tersebut, dan
tidak bisa dikarang. Pertanyaan kontras harus dilakukan secara berhati-hati karena
membandingkan suatu hal dengan yang lain, dalam pertanyaan kontras kita dapat
mengklarifikasi banyak hal.
4. Catatan Etnografis
Seorang etnografer akan membuat suatu catatan-catatan etnografis, jadi penelian
tersebut mendapatkan catatan-catatan dari lapangan, bahwa adanya studi pustaka dan
jurnal yang telah digunakan sudah cukup baik namun itu belum terhubung dengan kerja
lapangnya. Membuat suatu catatan etnografis sudah dimulai bahkan sebelum seorang
peneliti bertemu dengan informan, catatan tersebut didapat dari kesan, pengamatan dan
keputusan yang telah dilakukan sebelum melakukan kontak dengan informan bahkan
sebelum menentukan tempat dari penelitiannya. Sebelum berkontak dengan kita sudah
mendapatkan sebuah catatan, karena tanpa adanya suatu catatan nanti akan bingung
bagaimana cara untuk menghubungi informan tersebut, apa yang akan kita katakan kepada
informan nanti, apa yang akan seorang peneliti informasikan kepada informan tersebut kalua
seorang peneliti tidak memiliki sesuatu apapun. Karena itu sebelum menghubungi seorang
informan peneliti atau etnografer harus sudah memiliki sejumlah informasi yang sudah
tercatat sehingga saat melakukan kontak dengan informan sudah dapat berbicara dengan
terstruktur. Kesan dari pengamatan dan keputusan akan mungkin terjadi apabila seorang
peneliti sudah melakukan observasi awal ketempat. Pencatatan akan kesan-kesan pertama
saat observasi awal bisa menjadi makna penting untuk kemudian hari nantinya, bisa jadi
berbanding terbalik atau menjadi sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan nantinya.
Sehingga dengan hal tersebut suatu catatan awal menjadi sangat penting. Pada observasi
awal, informan yang akan didapatkan oleh peneliti ialah seseorang yang mungkin tidak
terduga dan bisa juga orang yang kita kenal atau telah membuat janji. Infroman tersebut
tidak menjadi informan yang akan menjadi acuan pada penelitian namun menjadi informan
yang memberikan sedikit informasi awal. Informasi dari informan tersebut sudah mulai
dicatat. Infromasi tersebut dapat menjadi panduan untuk seorang peneliti dalam
menentukan informan seperti apa yang dibutuhkan. Jadi saat sudah kelapangan seorang
peneliti tidak boleh tidak memiliki informasi sama sekali. Catatan etnografis merupakan
catatan lapang yang didapatkan dari lapangan, namun juga bisa berupa suatu perekaman,
gambaran, atau artefak. Catatan etnografis bukan hanya hasil dari sebuah wawancara
namun menangkap suasana yang ada, menangkap sesuatu yang ada di lapangan tersebut.
Saat meneliti sesuatu akan ada batasannya ditempat tersebut.
Membuat catatan akan berkaitan dengan bahasa, bagian utama dari catatan
etnografis terdiri atas catatan lapangan baik observasi, wawancara, rekaman, buku harian,
atau pada dokumen penting lainnya. Untuk membuat catatan ada banyaknya sumber yang
didapatkan. Dari awal sekali seorang peneliti harus dapat mengatasi permasalahan Bahasa,
jadi bagaimana membuat bahasa dari data yang didapatkan, sehingga Bahasa menjadi
sangat penting. Bahasa sangat memberikan pengaruh terhadap penemuan etnografis dan
deskripsi etnografis, pembuatan catatan merupakan jembatan antara penentuan dengan
deskripsi yang akan terhubung pada proses tunggal yang kompleks. Penemuan etnografis
didapatkan dari lapangan bisa berupa rekaman atau observasi. Penemuan ini akan
dilanjutkan dengan pembuatan sebuat catatan etnografis, pembuatan catatan ini akan
berkaitan dengan deskripsi. Setelah dicatat maka akan ada kemungkinan bahwa dilapangan
mendapatkan penemuan etnografis yang baru lagi. Hal ini sangat bertimbal balik, hubungan
timbal balik ini menugaskan bahwa masing-masing dari langkah studi etnografi melibatkan
terjemahannya, waktu informan memberikan informasi seorang peneliti sudah menggunakan
kapasitas interpretasi.
5. Penulisan Etnografi
Pada dalam melakukan suatu penelitian seorang peneliti akan menghadapi berbagai
peristiwa kemanusiaan akan dengan secara spesifik, hal yang konkret dan sampai yang
umumnya terjadi. Peristiwa yang spesifik dapat terjadi karena seorang peneliti berhadapan
langsung dengan suasana dan situasi yang saat itu terjadi. Peritiwa yang konkret dapat
disebabkan karena seorang peneliti berkenaan dengan hidup seorang manusia tertentu
pada situasi dan waktu tertentu pula. Dan yang terakhir ialah peristiwa yang terjadi secara
umum hal ini dikarenakan dalam melakukan tahapan penulisan etnografi, seorang peneliti
harus dapat mencapai pada statement yang bersifat umum mengenai suatu kebudayaan
yang berada disuatu daerah. Adanya penemuan mengenai kategori-kategori yang dapat
bersifat umum (budaya) ini seorang peneliti dapat membuat suatu perbandingan dengan
budaya-budaya yang lainnya, bahkan seorang peneliti dapat lebih dalam lagi mengenai
berbagai statement yang lebih umum mengenai kebudayaan yang dipelajari.
Tahap pertama ialah statement-statement universal. Pada statement-statement ini
dapat meliputi semua statement yang berkenaan mengenai umat manusia, tingkah laku
manusia, bahkan kebudayaan atau suatu situasi lingkungan manusia tersebut. Seorang
etnografer yang pemula seringkali merasa mereka tidak mampu dalam membuat statement-
statement universal tersebut, namun dapat diketahui bahwa berbagai hal yang terjadi saat
ini berjalan dengan secara universal. Statement universal dapat diartikan bahwa pada dalam
lingkungan semua masyarakat, orang yang dapat mengatur gerak badanya tersebut di
dalam ruangan dengan cara yang sedemikian rupa tersebut sehingga menyebabkan tidak
terjadinya tabrakan dengan orang lain tersebut.
Pada tahap kedua ada statement deskripsi lintas budaya. Statement ini merupakan
suatu statement dalam abstraksi yang dapat meliputi berbagai penegasan dalam cakupan
yang luas dengan beberapa masyarakat, namun tidak harus dengan semua masyarakat
yang ada. Statement ini dapat diambil ketika seorang peneliti mulai dapat mempelajari
masyarakat kecil non-barat, peneliti dapat menemukan bahwa ada orang yang berpartisipasi
dalam suatu kondisi jaringan kehidupan yang tunggal, dan ketika seorang peneliti kembali
pada dalam lingkungan masyarakat yang kompleks seperti masyarakat sekita kita,
banyaknya jumlah perspektif budaya mengenai suatu situasi apapun yang dapat bertambah
dengan secara radikal. Statement deskriptif lintas budaya dapat membantu dalam
menentukan suatu suasana budaya dengan gambaran suatu budaya manusia dengan
secara lebih luas.
Selanjutnya tahap ketiga yaitu mengenai statement umum mengenai suatu
masyarakat atau kelompok. Statement ini merupakan jenis statement yang dapat
menampakan secara spesifik namun sebenarnya masih pada bagian yang sangat umum.
Misalnya seperti Suku Madura di daerah Pasuruan tinggal di desa-desa di sepanjang pantai.
Dapat dilihat statement tersebut mungkin bisa dikatakan hal itu spesifik namun dalam tahap
yang masih dikatakan umum oleh beberapa orang.
Kemudian ada tahap keempat yaitu statement umum mengenai suatu suasana
budaya yang spesifik. Dalam melakukan penulisan sebuah abstraksi, sesungguhnya
seorang peneliti sedang melakukan pencatatan banya statement yang berkenaan dengan
suatu budaya atau suatu suasana budaya tertentu dalam satu lingkungan. Statement ini
dapat seperti bukan gelandangan sejati, jika mereka tidak masuk penjara. Dapat dilihat dari
contoh tersebut merupakan suatu statement yang mendeskripsikan mengenai suatu
kelompok dengan secara spesifik, namun sifatnya masih dapat dikatakan umum dan masih
pada hal yang abstraksi.
Pada tahapan kelima ini ada statement spesifik mengenai sebuah domain budaya.
Pada tahapan ini seorang peneliti mulai dapat menggunakan berbagai istilah asli yang
digunakan oleh informan dan berbagai kontras dengan secara spesifik yang didapatkan dari
informan tersebut. Misalnya seorang informan yang menjadi kunci dari penelitian adalah
seorang aktivis di bidang pariwisata, maka di dalam pencatatan laporannya nanti seorang
peneliti harus dapat menunjukkan bagaimana seorang informan menggunakan istilah-istilah
yang khas digunakan dalam dunia pariwisata. Statement deskriptif yang ada pada tahap ini
dapat membuat referensi pada suatu taksonomi dan paradigma yang membuat ringkasan
dari sekian banyak informasi yang didapatkan. Dalam rangka untuk menerjemahkan
informasi tersbut diperlukannya sebuah deskripsi secara naratif yang menjelaskan dengan
spesifik.
Yang terakhir ada tahap keenam yaitu statement insiden spesifik. Pada tahap ini dapat
mengantar seorang pembaca ke tahap yang lebih aktual mengenai tingkah laku dan objek
dari penelitian, yang merupakan suatu tahap pemahaman akan berbagai hal yang telah
didapatkan. Sebagai seorang pembaca, perlu segeranya melihat berbagai hal yang terjadi
kemungkinan seorang pembaca juga dapat merasakan berbagai hal yang dirasakan oleh
para pelaku yang berada dalam situasi tersebut. Bukan hanya sekedar mengetahuinya dari
orang lain, namun bagaimana cara memunculkan tingkah laku tersebut dari pengetahuan
tersebut dan dapat menginterpretasikannya dalam berbagai hal. Dengan melakukan hal
tersebut, seorang peneliti telah memperlihatkan pengetahuan suatu budaya yang sedang
terjadi. Sehingga dengan hal tersebut sebuah etnografi yang baik akan menunjukkan
sesuatu bukan sekedar menceritakan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai