Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN CHAPTER

1
Business Ethics: Concepts and Cases
Oleh: Bagas Setiaji - MM UGM Angkatan 65 Kelas
A
Masalah Etika dalam Bisnis
Teknologi terdiri dari berbagai metode, proses, dan alat – alat yang manusia ciptakan
untuk dapat memanipulasi dan mengkontrol lingkungan mereka. Sampai batas yang belum
pernah terealisasi dalam sejarah, bisnis sekarang, dan masyarakat sedang terus – menerus
bertransformasi secara radikal dengan perubahan yang sangat cepat dari teknologi baru yang
menigkatkan masalah – masalah etika baru dalam bisnis. Perubahan pengembangan ini
utamanya adalah melalui apa yang disebut teknologi informasi yaitu penggunaan secara
ekstrim dan padu dari komputer, internet, komunikasi nirkabel, digitalisasi, dan berbagai
teknologi lainnya yang memungkinkan kita untuk menangkap, memanipulasi, dan
memindahkan informasi dengan cara baru dan kreatif.
Perkembangan tersebut, membuat organisasi bisnis menjadi lebih kecil, datar, dan
cekatan. Beberapa organisasi membentuk kembali dirinya dan masuk ke dalam dunia e-
commerce atau dunia maya, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya
informasi pada jaringan elektronik sistem komputer yang terhubung. Selain itu, komputer
saat ini mengembangkan nanotechnology yang membuat ukurannya semakin kecil dan
mudah digunakan.
Dalam bidang bioteknologi, adanya teknologi baru saat ini memungkinkan terjadinya
rekayasa genetik, yaitu berbagai macam teknik – teknik baru yang memungkinkan perubahan
dalam gen sel manusia, hewan, dan tumbuhan. Melalui teknologi kombinasi DNA, maka
dapat ditemukan spesies – spesies baru. Sehingga dalam bisnis muncul berbagai pasar baru
dari jenis buah – buahan, sayur, hewan, bakteri, virus, dan beberapa organisme baru.
Masalah paling utama dalam etika bisnis adalah fenomena globalisasi. Teknologi
membuat suatu proses dunia yang mana membuat ekonomi dan sistem sosial dari berbagai
negara – negara menjadi saling terhubung diantara mereka baik dari arus dari produk, uang,
budaya, dan orang. Hal ini selanjutnya memunculkan perusahaan berskala multinasional yang
melakukan aktivitas seperti produksi, pemasaran, layanan, atau aktivitas administrasi di
beberapa negara yang mana setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
tersebut selanjutnya memunculkan beberapa masalah baru bagi aktivitas bisnis. Oleh karena
itu, muncul juga apa yang disebut ethical atau moral relativism yaitu sebuah teori yang
menyatakan tidak ada standar etis yang sepenuhnya benar dan diterapkan atau seharusnya
diterapkan di perusahaan – perusahaan serta orang – orang di masyarakat secara keseluruhan.

1
Moral Reasoning
Etika adalah studi moral dan perilaku seseorang ketika dilihat dari standar moral yyang
dipelajari dari keluarga, agama, teman, dan masyarakat. Dimulai dari pertanyaan apakah
standar tersebut mempunyai alasan nalar atau tidak dan standar apa yang berarti dalam situasi
atau masalah yang dihadapi.
Banyak orang mengatakan bahwa nilai yang kita miliki terbentuk dari saat anak – anak
dan tidak berubah setelah itu. Namun menurut riset psikologi, nilai yang kita miliki berubah
secara mendalam seiring dengan pengalaman personal dan saat kita dewasa. Sebagaimana
perkembangan fisik, emosi, dan kemampuan kognitif seiring bertambahnya umur,
kemampuan moral juga bergeser. Menurut Kohlenberg perkembangan moral memiliki tiga
level, yaitu:

Preconventional
Stage 1: Conventional
Postconventional
Punishment and Stage 1:
Stage 1:
obedience; Interpersonal
Social contract
Stage 2: concordance
Stage 2:
Instrumental and Stage 2:
Universal principles
relative. Law and order.

Teori Kohlenberg berguna karena membantu kita untuk mengerti bagaimana kapasitas
moral kita berkembang dan mengungkapkan bagaimana kita dewasa dalam pemahaman
standar moral.
Penalaran moral merupakan proses penalaran dengan mana perilaku manusia, lembaga,
atau kebijakan yang dinilai tidak sesuai dengan atau melanggar standar moral. Penalaran
moral selalu melibatkan tiga komponen, yaitu:
1. Memahami standar moral kita dan apa yang mereka wajibkan, larangan, penilaian,
atau hukuman.
2. Bukti atau informasi tentang apakah sebagian orang, kebijakan, institusi, atau
perilaku memiliki ciri bahwa standar moral yang diwajibkan, larangan, penilaian,
atau hukuman.
3. Kesimpulan atau penilaian moral bahwa orang, kebijakan, institusi, atau perilaku
diwajibkan atau dilarang, benar atau salah, adil atau tidak adil, bernilai atau
hukuman.
Dalam proses menganalisis penalaran moral, berbagai kriteria digunakan untuk
mengevaluasi kelayakan penalaran moral. Kriteria tersebut diantaranya:

2
1. Penalaran moral harus logis.
2. Bukti fakta untuk mendukung penilaian seseorang harus akurat, relevan, dan
lengkap.
3. Standar moral yang dilibatkan dalam penalaran moral seseorang harus konsisten.
Untuk dapat mengarah pada perilaku etis, ada empat tindakan etis yang dapat
mengawalinya yaitu:
1. Menyadari sebuah situasi adalah situasi etika.
2. Menilai tindakan pelajaran etis apa yang dilakukan.
3. Memutuskan untuk melakukan apa yang benar sesuai dengan etika.
4. Melakukan satu keputusan.

Tanggung Jawab Moral dan Kesalahan


Tanggung jawab moral harus dilakukan ketika seseorang melakukan kesalahan pada
sesuatu. Untuk itu, pertama kita harus dapat menentukan siapa yang bertanggung jawab
secara moral terhadap kesalahan sehingga dapat ditentukan siapa yang harus
memperbaikinya. Kedua, menentukan apakah seseorang benar-benar secara moral
bertanggung jawab dan memungkinkan kita untuk memastikan bahwa kita tidak keliru
menghukum atau menyalahkan orang yang tidak bersalah. Ketiga, mementukan apakah kita
atau bukan yang bertanggung jawab secara moral untuk memastikan membantu kerusakan
seseorang dan bahwa kita tidak berakhir dengan perasaan malu atau bersalah ketika kita
tidak merasakan perasaan tersebut. Keempat, mengetahui secara pasti tanggung jawab moral
apa yang mungkin dapat membantu menjaga kita dari percobaan yang salah dalam
menghubungkan pemikiran rasional.

Anda mungkin juga menyukai