Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN

“Kepadatan Dan Kesesakan (Crowding)”

Disusun Oleh Kelompok 6:


Enggella Bakhri : 1815040012

Ayura Melyani : 1815040034

Riyan Saputra : 1815040149

Dosen Pengampu:

MASNIDAR KHAIRAT, M. A

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA-AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya dan hidayah-Nya pada kita semua. Shalawat dan salam pada pangkuan alam yakni
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan kepada alam
yang penuh rahmat ini. Oleh karena itu, kelompok kami dapat mmenyelesaikan makalah Psikologi
Lingkungan ini, yang membahas tentang “Kepadatan Dan Kesesakan (Crowding)”. Kami akui
bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena, itu kami harapkan kepada para pembaca ataupun pendengar dapat memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, 28 Agustus 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2

A. Pengertian dan Teori Kesesakan, Kepadatan Populasi ................................................................ 2

B. Faktor Kesesakan ....................................................................................................................... 5

C. Pengaruh Kesesakan Terhadap Perilaku Manusia ........................................................................ 7

BAB III: PENUTUP .............................................................................................................................. 9

Kesimpulan ............................................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang akan
menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan datang. Hal ini
dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak
terbatas. Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di
dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial di banyak negara
(misalnya : Indonesia, India, Cina, dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik
maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam
perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya
orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif
Pertumbuhan serta perkembangan dalam masyarakat yang sangat pesat dan cukup
signifikan mengakibatkan aktifitas yang dilakukan oleh individu yang berada dalam
lingkungan tersebut meningkat tajam. Dengan pertambahan jumlah penduduk pada suatu
populasi mengakibatkan tingkat keramaian dan kebisingan juga akan meningkat tajam
karena suara yang ditimbulkan dari individu tersebut maupun alat transportasi atau alat-
alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari individu tersebut. Oleh karena
itu ketiga hal tersebut yaitu kesesakan, kebisingan, dan kepadatan sangatlah berhubungan
erat sekali jika dilihat dari perkembangan suatu wilayah. Karena ketiganya pasti saling
berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan fenomena yang muncul dari dari realitas kini dan perkiraan
berkembangnya dan timbulnya masalah di masa yang akan datang, maka dalam perspektif
psikologi lingkungan kiranya dipandang tepat untuk menjadikan kesesakan dan kepadatan
menjadi argumen bagi suatu pengkajian secara lebih dini dan lebih mendalam dalam usaha
mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang pasti akan timbul pada masa kini dan masa
yang akan datang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan teori kesesakan, kepadatan populasi?
2. Apasaja faktor kesesakan?
3. Bagaimana pengaruh kesesakan terhadap perilaku manusia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan teori kesesakan, kepadatan populasi
2. Mengetahui apasaja faktor kesesakan
3. Mengetahui pengaruh kesesakan terhadap perilaku manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN TEORI KESESAKAN DAN KEPADATAN POPULASI


a. Pengertian Kesesakan
Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu
tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok
kecil. Kesesakan (crowding) merupakan subjektivitas individu mengenai pengalaman
psikologis yang berhubungan dengan perasaan kurangnya kontrol atas lingkungan
fisik (Stokols, 1972 dalam Kaya & Weber, 2003:302). Sejalan dengan Stokols, Baron
(1979: 235) menyatakan bahwa kesesakan dikatakan terjadi ketika lingkungan sosial
dan fisik memiliki batasan di mana kondisi tersebut tidak mendukung adanya intimacy
dalam melaksanakan aktifitas yang penting pada tingkat personal dan/ atau lingkungan.
Sementara itu Ahmet (1992: 51) menyatakan bahwa crowding adalah keadaan
berdasarkan pengalaman negatif yang terkait dengan aspek spasial lingkungan.
Kesesakan (crowding) adalah suatu kesesakan yang dirasakan oleh seseorang
dan bersifat psikologis. Hal ini berarti bahwa banyaknya orang yang dimaknakan
sebagai kesesakan (Iskandar, 2012). Sedangkan kesesakan ada hubungannya dengan
kepadatan namun kepadatan bukanlah merupakan syarat yang mutlak untuk
menimbulkan perasaan sesak. Secara teoritis perlu dibedakan antara kepadatan
(density) dengan kesesakan (crowding). Kesesakan mengacu kepada jumlah orang
dalam ruang (space) sehingga sifatnya mutlak, sedangkan kesesakan adalah persepsi
seseorang terhadap kesesakan, sehingga sifatnya subjektif (Halim, 2008). Kesesakan
merupakan bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan, sedangkan kepadatan adalah
kuantitas objek yang ada di tempat tersebut.
b. Teori-teori Kesesakan
1. Teori Beban Stimulus
Kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas
kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari
lingkungan.

3
2. Teori Ekologi
Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sidat-sifat umum model ekologi
pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan
timbale balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah
kelompok social dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan
penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber
material dan sosial. Analisis terhadap setting meliputi:
a) Maintenance Minimum, yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung
suatu seting agar suatu aktivitas dapat berlangsung.
b) Capacity, adalah jumlah maksimum penghuni yang dapat ditampung oleh
seting tersebut.
c) Applicant, adalah jumlah penghuni yang mengambil bagian dalam suatu
seting. Applicant dalam seting rumah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Performer: jumlah orang yang memegang peran utama, dalam hal ini
suami dan isteri
2) Non-performer: yaitu jumlah orang yang terlibat dalam peran-peran
sekunder, dalam hal ini anak-anak atau orang lain dalam keluarga.
3. Teori Kendala Perilaku
Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak bila kepadatan atau kondisi
lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu
tempat. Menurut teori ini, bila timbul gangguan terhadap kebebasan berperilaku,
maka orang akan cenderung untuk membentuk semacam sikap penolakan
psikologis. Hal tersebut berhubungan dengan campur tangan social atau
hambatan-hambatan terhadap perilaku yang berupa aktivitas-aktivitas dari orang-
orang di lingkungan sekitar.
c. Kepadatan Populasi
Kepadatan mengacu pada jumlah nyata (obyektif) orang-orang yang menempati
suatu tempat tertentu, sedangkan persepsi tentang kesesakan mengacu pada
tanggapan psikologis negatif terhadap jumlah orang pada suatu tempat tertentu.
Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah penduduk per satuan luas atau
volume ruang yang ditempati pada waktu tertentu. Ada dua hal yang memengaruhi

4
perubahan kepadatan populasi suatu organisme pada suatu daerah / tempat, yaitu: 1).
Adanya individu yang datang, yaitu individu yang lahir atau datang dari tempat lain;
2). Adanya individu yang pergi, yaitu individu yang ada mengalami kematian atau
pergi ke tempat lain.

B. FAKTOR KESESAKAN
a. Faktor personal
Terdiri dari control pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman, dan proses
adaptasi; serta jenis kelamin dan usia.
1. Kontrol pribadi dan locus of control
Kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah
tidak mempunyai control terhadap lingkungan di sekitarnya, sehingga kesesakan
dapat dikurangi pengaruhnya bila individu tersebut memainkan peran control
pribadi di dalamnya (dalam Worchel dan Cooper, 1983). Individu yang
mempunyai locus of control internal, yaitu kecenderungan individu untuk
mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaan yang ada di dalam
dirinyalah yang berpengaruh terhadap kehidupannya, diharapkan dapat
mengendalikan kesesakan yang lebih baik daripada individu yang
mempunyai locus of control eksternal (Gifford, 1987).
2. Budaya, pengalaman, dan proses adaptasi
Sundstrom (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa pengalaman pribadi
dalam kondisi padat dimana kesesakan terjadi dapat mempengaruhi tingkat
toleransi individu terhadap strs akibat kesesakan yang dialami. Menurut Yusuf
(1991) keadaan-keadaan kepadatan yang tinggi yang menyebabkan kesesakan
justru akan menumbuhkan kreativitas-kreativitas manusia untuk melakukan
intervensi sebagai upaya untuk menekan perasaan sesak tersebut.
3. Jenis Kelamin dan usia
Menurut Loo (dalam Gove dan Hughes, 1983) dan Holahan (1982) gejala
reaktif terhadap kesesakan juga lebih terlihat pada individu yang usianya lebih
muda disbanding yang leih tua.

5
b. Faktor Sosial
Faktor-faktor social yang berpengaruh tersebut adalah
1) Kehadiran dan perilaku orang lain
Kehadiran orang lain akan menimbulkan perasaan sesak bila individu merasa
terganggu dengan kehadiran orang lain.
2) Formasi koalisi
Keadaan ini didasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa meningkatnya
kepadatan social akan dapat meningkatkan kesesakan. Keadaan negative yang
muncul dapat berupa stress, perasaan tidak enak, dan kehilangan control, yang
disebabkan karena terbentuknya koalisi di satu pihak dan satu orang yang
terisolasi di lain pihak (Gifford, 1987)
3) Kualitas hubungan
Menurut Schaffer dan Patterson (dalam Gifford, 1987) kesesakan sangat
dipengaruhi oleh seberapa baik seorang individu dapat bergaul dengan orang lain.
Individu yang percaya bahwa orang lain mempunyai pandangan yang sama
dengan dirinya merasa kurang mengalami kesesakan bila berhubungan dengan
orang-orang tersebut.
4) Informasi yang tersedia
Kesesakan dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk informasi yang muncul sebelum
dan selama mengalami keadaan yang padat. Individu yang tidak mempunyai
informasi tentang kepadatan merasa lebih sesak daripada individu yang
sebelumnya sudah memounyai informasi tentang kepadatan.
c. Faktor Fisik
1) Besarnya Skala Lingkungan
Kesesakan dipengaruhi oleh skala geografis yang digunakan untuk melihat situasi
dan perbedaan factor pada masing-masing skala yang menyebabkan individu
menyimpulkan bahwa dirinya merasa sesak.
2) Variasi Arsitektural
Menurut Baum dan Valins (1977) ditemukan bahwa desain koridor yang panjang
akan menimbulkan perilaku kompetitif, penarikan diri, rendahnya perilaku
kooperatif, dan rendahnya kemampuan untuk mengontrol interaksi.

6
C. PENGARUH KESESAKAN TERHADAP PERILAKU MANUSIA
Kondisi padat dan sesak dapat menimbulkan berbagai permasalahan psikologis yang
serius. Dalam suasana pasat dan sesak kondisi psikologis yang negatif mudah timbul yang
merupakan faktor penunjang munculnya stress dan bermacam aktivitas sosial negatif
(Wrightsman dan Deaux, 1981). Bentuk aktivitas sosial negatif yang diakibatkan oleh
suasana padat dan sesak antara lain: pertama, munculnya ermacam penyakit fisik maupun
psikis, seperti stress, tenakan darah meningkat, psikosomatis, dan gangguan jiwa; kedua,
munculnya patologi sosial, seperti kejahatan dan kenakalan remaja; ketiga, munculnya
tingkah laku sosial negatif, seperti agresif, menarik diri , berkurangna tingkah laku
menolong, dan kecenderungan berprasangka; keempat, menurunnya prestasi kerja dan
suasana hati yang cenderung murung (Holahan, 1982)
Menurut Baum dkk (dalam Evans, 1982) peristiwa atau tekanan yang berasal dari
lingkungan yang mengancam keberadaan individu dapat menyebabkan stress. Jika individu
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka ia akan merasa terganggung
dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan kebebasan individu merasa terancam sehingga
mudah stress.
Pengaruh negatif kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan
psikologis, fisiologis dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan
oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana tari
kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan bahkan
juga gangguan mental yang serius.
Kawasan padat dan sesak selain dapat menimbulkan stress juga menyebabkan
individu lebih selektif dalam berhubungan dengan orang lain yang tidak dikenalnya.
Tindakan ini dilakukan individu untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang
dapat mengurangi kebebasan individu.
Dari sekian banyak akibat negatif kesesakan pada perilaku manusia, Brighman
(1991) mencoba menerangkan dan menjelaskan menjadi:
1. Pelanggaran terhadap ruang pribadi dan astribusi seseorang yang menekan perasaan
yang disebabkan oleh kehadiran orang lain
2. Keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan tanggungannya kebebasan memilih
3. Kontrol pribadi yang kurang

7
4. Stimulus yang berlebihan
Pada umumnya kesesakan berakibat negatif pada perilaku seseorang, tetapi menurut
Altman (1975) dan Watson dkk (1984), kesesakan kadang memberikan kepuasan dan
kesenangan. Gal ini tergantung pada tingkat privasi yang diinginkan, waktu dan situasi
tertentu, serta setting kejadian. Situasi yang memberikan kepuasan dan kesenangan bisa
kita temukan, misalnya pada waktu pertunjukan musik, pertandingan olah raga, atau
menghadiri reusi atau resepsi.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kesesakan (crowding) adalah suatu kesesakan yang dirasakan oleh seseorang dan bersifat
psikologis. Sedangkan kesesakan ada hubungannya dengan kepadatan namun kepadatan bukanlah
merupakan syarat yang mutlak untuk menimbulkan perasaan sesak. Secara teoritis perlu dibedakan
antara kepadatan (density) dengan kesesakan (crowding). Kepadatan mengacu kepada jumlah
orang dalam ruang (space) sehingga sifatnya mutlak, sedangkan kesesakan adalah persepsi
seseorang terhadap kesesakan, sehingga sifatnya subjektif (Halim, 2008). Kesesakan merupakan
bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan, sedangkan kepadatan adalah kuantitas objek yang
ada di tempat tersebut.
Fakor kesesakan ada tiga macam, (1) faktor personal yaitu kontrol probadi; budaya,
pengalaman dan proses adaptasi; serta jenis kelamin dan usis, (2) faktor sosial yaitu kehadiran dan
perilaku orang lain; formasi koalisi; kualitas hubungan; serta informasi yang tersedia, (3) faktor
fisik yaitu besarnya skala lingkungan dan vatiasi arsitektural.
Kondisi padat dan sesak dapat menimbulkan berbagai permasalahan psikologis yang
serius. Menurut Baum dkk (dalam Evans, 1982) peristiwa atau tekanan yang berasal dari
lingkungan yang mengancam keberadaan individu dapat menyebabkan stress. Jika individu tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka ia akan merasa terganggung dalam
berinteraksi dengan lingkungan, dan kebebasan individu merasa terancam sehingga mudah stress.
Kawasan padat dan sesak selain dapat menimbulkan stress juga menyebabkan individu lebih
selektif dalam berhubungan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Tindakan ini dilakukan
individu untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang dapat mengurangi kebebasan
individu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Altman, I. (1975). The environment & social behavior, privacy. Personal space. Territory.
Crowding. Monterey: Brooks/Cole Publishing company.
Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics in Scondary School. New York: Wm
C Brown Company Publiser.
Brighman, J. C. (1991). Sosial Psychology. Edisi Kedua. New York: Harper Colling Publisher Icn.
Cooper, K.H, 1983, The Aerobic Ways, New York: M Evans and company, Inc: 30.
Evans, G. W. (1982) Environment Stress. Cambridge: Cambridge University Press
Gifford, R. 1987. Environmental Psychology: Principle and Practice. California: Brooks/Cole
Publishing Company.
Holahan, C. J (1982). Environment Psychology. New York: Random House Inc
Iskandar, Z. (2012). Psikologi lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
Muhliansyah. (2018). Pengaruh Kesesakan dan Adaptasi terhadap Stress Lingkungan. Jurnal
Psikoborneo. 6 (3) hal 341-351.
Maimunah Wakhidati dan Sugeng Hariyadi. (2016). Hubungan Antara Kesesakan Dengan
Privasi Pada Mahasiswa Yang Tinggal Di Pondok Pesantren. Intuisi Jurnal Psikologi
Ilmiah. 8 (1) hal 1-5.
Watson, D. L. (1984). Psychology Science & Application. Illinois: Scott Foresman & Company
Wrightsman, L. S. & Deaux, K. (1981). Social psychology in The 80’S. Thrird Edition. Monterey.
California: Brooks/Cole Publishing Company

10

Anda mungkin juga menyukai