Anda di halaman 1dari 213

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN SISTEM

ONLINE SINGLE SUBMISSION (OSS) DI DAERAH


DALAM PERSPEKTIF REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(Studi Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Gelar Sarjana


Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

GUMILANG RAMA PRATAMA


155030100111044

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2019
MOTTO

Yang pertama dan utama, lakukan yang terbaik dengan seluruh kemampuanmu.
Perkara itu akan menjadi terbaik di antara lain atau tidak, itu urusan kedua.
(Gumilang)

Segala peristiwa pasti memiliki sisi positif dan negatif.


Tergantung apakah kita memiliki kepekaan untuk mengenalinya atau tidak.
(Gumilang)

ii
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini secara khusus kupersembahkan:

Kepada kedua orang tuaku yang dengan segala kelebihan dan


kekurangannya mendidik, merawat, dan membesarkanku dengan
sepenuh kasih.

Kepada keluarga, orang yang kusayangi, dan teman-teman yang


senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

vi
RINGKASAN

Gumilang Rama Pratama, 2019. Analisis Dampak Penerapan Sistem Online


Single Submission (OSS) di Daerah dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0
(Studi Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Malang). Skripsi. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing: Dr. M.R. Khairul
Muluk, S.Sos, M.Si dan Akhmad Amirudin, S.AP,M.AP, M.Pol.Sc. 195 hal + xviii.
Sistem OSS merupakan pelayanan perizinan baru yang dibentuk oleh
pemerintah pusat untuk percepatan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki
izin usaha. Sebelumnya, pelayanan perizinan di Indonesia dapat dikatakan masih
rumit, lambat, berulang-ulang, tidak terkoordinasi, belum ada standar pelayanan,
tidak ada pengawalan, dan belum terintegrasi secara elektronik. Secara lebih
spesifik, masalah di Kabupaten malang adalah minimnya informasi mengenai
perizinan dan regulasi cepat berubah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mendeskripsikan bagaimana
penerapan sistem OSS di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang
dan dampak yang terjadi berdasarkan perspektif revolusi industri 4.0. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem OSS di Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang dilandasi oleh adanya tekanan
kompetitif, penggunaan kekuasaan, kebutuhan internal, dan dukungan manajemen
puncak. Akan tetapi masih terdapat kekurangan dalam penerapan sistem OSS di
Kabupaten Malang yaitu adanya izin yang dilakukan dan diproses secara manual
yang berpotensi menghambat tujuan sistem OSS, adanya tumpang tindih aturan
pelayanan perizinan yang lama dengan sistem OSS, sistem internal organisasi
SIPELOT batal digunakan karena digantikan OSS, kurangnya jumlah fasilitas
layanan mandiri OSS, dan belum ada gerakan yang progresif dari manajemen
puncak untuk mengeluarkan landasan hukum tentang penerapan sistem OSS di
daerah.

vii
Penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang memberikan dampak positif
berupa peningkatan semangat investasi, adanya peluang kerja baru, peningkatan
kapasitas pegawai terhadap hal modern, pelayanan menjadi lebih cepat dan ringkas
karena adanya modernisasi, berkurangnya pertemuan antar muka, dan masyarakat
dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi masih pula ditemukan
kekurangan yaitu realisasi investasi tidak meningkat pesat, adanya dwifungsi
pegawai, pemerintah sulit untuk melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha dan
perkembangan investasi, terdapat masyarakat yang belum mengetahui sistem OSS,
dan kurang mengerti akan perkembangan teknologi.
Dari hasil penelitian tersebut, saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah
menyelaraskan izin di daerah dengan visi sistem OSS, memperbaiki landasan
hukum, mengembangkan SIPELOT untuk mengatasi kekurangan OSS, menambah
fasilitas layanan mandiri OSS, memberi insentif berusaha kepada calon investor,
mengembalikan tugas dan fungsi pegawai lama ke bidang masing-masing,
menambah pegawai baru di layanan OSS, membuat metode atau sistem
pengawasan yang lebih efisien, mengembangkan sosialisasi kepada masyarakat
yang lebih luas, dan membuat sistem yang memudahkan masyarakat mengurus
perizinan secara mandiri.

Kata Kunci: Penerapan, Sistem OSS, Dampak, Revolusi Industri 4.0.

viii
SUMMARY

Gumilang Rama Pratama, 2019. Analysis of the impact of Online Single


Submission (OSS) system implementation in Region by the Industrial
Revolution 4.0 Perspective (Study at Capital Investment Agency and One
Door Integrated Service of Malang Regency). Minor Thesis. Public
Administration Departement. Faculty of Administrative Science. University of
Brawijaya. Supervisor: Dr. M.R. Khairul Muluk, S.Sos., M.Si and Akhmad
Amirudin, S.AP., M.AP., M.Pol.Sc. 195 pages + xviii.
The OSS system is a new licensing service formed by the central government
to accelerate the chance for people to have business licenses. Previously, licensing
services in Indonesia could be said to be still complicated, slow, repetitive,
uncoordinated, no service standards, no escort, and not yet electronically integrated.
More specifically, the problem in Malang Regency is the lack of information about
licensing and the regulation is rapidly changing.
The aim of this study were to find out and describe how is the OSS system
implementation in the Capital Investment Agency and One Door Integrated Service
of Malang Regency and the impact that occurs based on the perspective of the
industrial revolution 4.0. The research methods used were descriptive research with
a qualitative approach. Data collection techniques were performed by observation,
interviews, and documentation.
The results showed that the implementation of the OSS system in the Capital
Investment Agency and One Door Integrated Service Malang Regency is based on
competitive pressure, exercised power, internal needs, and top management
support. However, there is shortcomings in the implementation of the OSS system
in Malang Regency, there is still permissions processed manually that potentially
impede the OSS system objectives, there is an overlapping of the old licensing
service rules with the OSS system, SIPELOT's internal system is canceled because
it was replaced by OSS, lack of OSS self-service facilities, there is no progressive
movement of top management to issue a legal foundation about the OSS system
implementation in region.

ix
The implementation of the OSS system in the Malang regency has positive
impact on the increased spirit of investment, new job opportunities, an increase in
employee capacity to modern matters, service becomes faster and more concise
because of the modernization, interface meetings are reduced, and society are
required to keep up with the times. However, deficiencies are still found, namely
the realization of investment does not increase rapidly, the existence of employee
dual functions, difficult to supervise the business actors and the development of
investments, there are people who don't know the OSS system and don't understand
technology developments.
From the results of this study, the advice given in this study was to harmonize
permits in region with the vision of the OSS system, fixing legal bases, developing
SIPELOT to overcome OSS deficiency, adding OSS self-service facility, provide
business incentives to potential investors, returning the duties and functions of old
employees to their respective fields, add new employees to the OSS service, create
a more efficient method of monitoring systems, develop socialization to the wider
community, and create a system that makes it easier for the community to manage
permits independently.

Keywords: Implementation, OSS System, Impact, Industrial Revolution 4.0.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Dampak Penerapan Sistem Online Single Submission

(OSS) di Daerah dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0 (Studi Pada Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang)”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya.

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan

Administrasi Publik.

3. Bapak Dr. Fadillah Amin, M.AP.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik.

4. Bapak Dr. M.R. Khairul Muluk, S.Sos., M.Si selaku ketua komisi

pembimbing skripsi.

5. Bapak Akhmad Amirudin, S.AP., M.AP., M.Pol.Sc selaku anggota komisi

pembimbing skripsi.

6. Bapak Dr. Mohammad Nuh, S.IP., M.Si. selaku dosen penasihat

akademik.

xi
7. Bapak Rendra Eko Wismanu, S.AP., M.AP sebagai dosen mata kuliah

pengambilan keputusan pada semester 6.

8. Seluruh Bapak/ Ibu dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Administrasi,

Universitas Brawijaya.

9. Bapak Drs. Iriantoro, M.Si selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang.

10. Seluruh Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Malang.

11. Kedua orang tua dan adik-adik penulis.

12. Grup Makaroni: Bambi Adama Janaloka Basundara, Bima Setya Negara

Eka Putra, Deny Abib Anatha, Kuncoro Sigit, M. Rusdi Dharmawan, dan

Sofie Rayzaldi.

13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Publik angkatan 2015.

14. Bagi semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per

satu.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, menjadi amal

kebaikan dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata, semoga

karya tulis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca untuk menambah

wawasan dan pengetahuan.

Malang, 14 Mei 2019

Penulis

xii
DAFTAR ISI

MOTTO..................................................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................... iii
TANDA PENGESAHAN.......................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI.......................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vi
RINGKASAN............................................................................................ vii
SUMMARY............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR............................................................................... xi
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 13
E. Sistematika Penulisan................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penelitian Terdahulu..................................................................... 16
B. Administrasi Publik....................................................................... 19
C. Pelayanan Publik........................................................................... 19
1. Pengertian Pelayanan............................................................. 20
2. Pengertian Pelayanan Publik.................................................. 21
3. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik................................ 24
D. Pemerintah Daerah........................................................................ 25
1. Desentralisasi......................................................................... 25
2. Pemerintah Daerah................................................................. 26
E. Konsep Penerapan......................................................................... 28
F. Electronic Government................................................................. 33
1. Pengertian E-Government...................................................... 33
2. Pemicu Utama E-Government................................................ 34
3. Manfaat E-Government.......................................................... 36
4. Elemen Sukses Pengembangan E-Government...................... 37
5. Jenis-jenis Pelayanan Pada E-Government............................. 40
6. Empat Tipe Relasi E-Government.......................................... 42

xiii
G. Electronic Governance............................................................... 43
H. Digital Government.................................................................... 46
I. Revolusi Industri 4.0.................................................................. 48
1. Pengertian............................................................................ 48
2. Perkembangan..................................................................... 49
3. Dampak............................................................................... 50
J. Sistem Online Single Submission (OSS).................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................ 62
B. Fokus Penelitian.......................................................................... 63
C. Lokasi dan Situs Penelitian......................................................... 64
D. Sumber dan Jenis Data Penelitian............................................... 64
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 68
F. Instrumen Penelitian................................................................... 69
G. Analisis Data............................................................................... 70
H. Keabsahan Data.......................................................................... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian............................ 77
1. Gambaran Umum Kabupaten Malang.................................. 77
2. Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan PTSP........ 88
B. Penyajian Data............................................................................ 103
1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang..................... 103
a. Tekanan Kompetitif...................................................... 105
b. Penggunaan Kekuasaan................................................ 108
c. Kebutuhan Internal....................................................... 111
d. Dukungan Manajemen Puncak.................................... 116
2. Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten
Malang dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0.................... 121
a. Dampak Terhadap Ekonomi......................................... 122
1) Pertumbuhan.......................................................... 122
2) Ketenagakerjaan.................................................... 127
b. Dampak Terhadap Pemerintah..................................... 129
c. Dampak Terhadap Masyarakat..................................... 142
C. Analisis Data............................................................................... 149
1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang..................... 149
a. Tekanan Kompetitif...................................................... 150
b. Penggunaan Kekuasaan................................................ 152
c. Kebutuhan Internal....................................................... 154

xiv
d. Dukungan Manajemen Puncak..................................... 157
2. Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten
Malang dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0.................... 159
a. Dampak Terhadap Ekonomi........................................ 160
1) Pertumbuhan......................................................... 162
2) Ketenagakerjaan................................................... 162
b. Dampak Terhadap Pemerintah.................................... 166
c. Dampak Terhadap Masyarakat.................................... 169

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 173
B. Saran.......................................................................................... 177

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 181


LAMPIRAN.............................................................................................. 186

xv
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1 Publikasi Peringkat Kemudahan Melakukan Investasi
Tahun 2018 oleh Doing Business..................................................... 3
2 Perkembangan Peringkat Kemudahan Berusaha Negara Indonesia.. ....4
3 Publikasi IMD World Digital Competitiveness Ranking 2018
Wilayah Asia Tenggara.................................................................... 7
4 Data Investasi PMA/ PMDN Kabupaten Malang Triwulan I
Tahun 2018 Berdasarkan Jumlah Perusahaan.................................. 8
5 Penelitian Terdahulu........................................................................ 17
6 Aspek Industri 4.0............................................................................ 48
7 Jumlah Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2019......................... 87
8 Pegawai Berdasarkan tingkat Pendidikan........................................ 102
9 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan......................................... 102
10 Sarana dan Prasarana dalam penerapan OSS................................... 119
11 Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan
Jumlah Perusahaan Triwulan IV Tahun 2018................................. 123
12 Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan
Jumlah Tenaga Kerja Triwulan IV Tahun 2018.............................. 124
13 Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan
Nilai Investasi Triwulan IV Tahun 2018......................................... 125
14 Kondensasi Data.............................................................................. 146

xvi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


1 Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang................................ 9
2 Website OSS Republik Indonesia................................................... 10
3 Pengaruh-pengaruh Pada Penerapan IOS....................................... 29
4 Components of Data Analysis: Interactive Model.......................... 71
5 Peta Kabupaten Malang.................................................................. 77
6 Logo Kabupaten Malang................................................................. 78
7 Skema Misi Pembangunan Kabupaten Malang.............................. 84
8 Gedung Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang... 89
9 Sejarah Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang... 90
10 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan PTSP
Kabupaten Malang.......................................................................... 92
11 Surat Edaran Menteri Perekonomian.............................................. 108
12 Aplikasi Android SIPELOT........................................................... 114
13 Brosur OSS..................................................................................... 118
14 Layanan Mandiri OSS.................................................................... 120
15 Pembagian Pelayanan Perizinan di Dinas Penanaman Modal
dan PTSP Kabupaten Malang......................................................... 132
16 Pelaku Usaha Sedang Mengurus Komitmen di Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang.......................... 136
17 Masyarakat Menggunakan Layanan Mandiri OSS......................... 145
18 Masyarakat Berkonsultasi dengan Petugas Layanan OSS.............. 146

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1 Surat Pra-Riset Fakultas Ilmu Administrasi................................. 186
2 Surat Riset Fakultas Ilmu Administrasi........................................ 187
3 Surat Izin Riset Badan Kesatuan Bangsa dan Politik................... 188
4 Pedoman Wawancara Penelitian................................................... 189
5 Wawancara dengan Bapak Iriantoro selaku Kepala Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang......................... 191
6 Wawancara dengan Bapak Dwi Ilham Prastyanto
selaku Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Malang............................................................... 191
7 Wawancara dengan Ibu Trimardiyaningsih selaku Kepala Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian.................................................. 192
8 Wawancara dengan Ibu Nunuk Suryandari selaku Kepala
Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal.............. 192
9 Wawancara dengan Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.............................. 193
10 Wawancara dengan Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang
Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya................ 193
11 Wawancara dengan Ibu Kirni selaku Kepala Sub
Bagian Keuangan dan Aset............................................................ 194
12 Wawancara dengan Bapak Anang Wijayanto
selaku Petugas Layanan OSS......................................................... 194
13 Wawancara dengan Bapak R. Endra Sulistyawan selaku
Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan Sosial Budaya,
dan Bapak Agum Eka Paksi selaku Petugas Layanan OSS............ 195

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara demokrasi menyelenggarakan pemerintahan daerah

melalui sistem desentralisasi yang berinti pokok atau bertumpu pada otonomi.

Konsep desentralisasi dalam konteks hubungan antar pemerintah menurut

Rondenelli (dalam Domai, 2011:15) berarti pemindahan atau penyerahan

perencanaan, membuat keputusan atau otoritas manajemen dari pemerintah pusat

dan perwakilannya kepada organisasi lapangan, unit-unit pemerintahan yang lebih

rendah, badan hukum publik, penguasa wilayah luas maupun regional, para ahli

fungsional, ataupun kepada organisasi pemerintah. Jadi, pemerintah daerah

menyelenggarakan fungsi pemerintahan berdasarkan wewenang yang diserahkan

atau diberikan dari pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi yang

dibagi atas daerah kabupaten dan kota. Penyelenggaraan urusan pemerintahan

tersebut dilaksanakan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas

pembantuan. Sehingga dapat dikatakan daerah-daerah di Indonesia melalui

pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat.

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan mengatur sendiri

1
2

urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pelaksanaan

otonomi daerah didasari dengan adanya penyerahan urusan pemerintahan konkuren

dari pusat ke daerah. Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan

pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 12, Ayat 2), menyebutkan bahwa

urusan pemerintah yang bersifat konkuren salah satunya adalah penanaman modal.

Penanaman modal merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan

dengan pelayanan dasar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penanaman

modal atau bisa juga disebut investasi merupakan urusan pemerintah daerah dengan

memaksimalkan potensi daerah masing-masing.

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun asing untuk melakukan usaha di wilayah

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal). Penanaman modal atau investasi adalah pengeluaran sektor

perusahaan untuk membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru, yang

lebih modern, atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah

tidak digunakan lagi atau yang sudah usang (Sukirno, 2013:376). Penanaman

modal atau investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi, tidak saja dalam konteks makro, tetapi juga dalam konteks mikro

(Situmorang, 2011:53). Oleh karenanya Pemerintah Daerah harus mampu

memaksimalkan potensi daerahnya agar dapat meningkatkan perekonomian daerah

yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat.


3

Tabel 1. Publikasi Peringkat Kemudahan Melakukan Investasi Tahun 2018


oleh Doing Business
Negara Peringkat ASEAN Peringkat Global
Malaysia 1 24
Thailand 2 26
Brunei Darussalam 3 56
Vietnam 4 68
Indonesia 5 72
Filipina 6 113
Kamboja 7 135
Laos 8 141
Myanmar 9 171
Timor Leste 10 178
Sumber: Website Doing Business Tahun 2018

Secara nasional, berdasarkan publikasi Doing Business 2018, Negara Indonesia

menempati peringkat 72 secara global dan berada diperingkat kelima se-ASEAN

dalam hal kemudahan melakukan investasi. Indonesia masih dibawah negara

Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Vietnam dalam lingkup negara

ASEAN. Penilaian peringkat negara dalam kemudahan berusaha dilihat

berdasarkan pada indikator-indikator, antara lain: Memulai bisnis; Pengurusan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB); Permohonan sambungan listrik; Pendaftaran hak

merek; Akses kredit perbankan; Perlindungan investor; Pembayaran pajak;

Perdagangan; Kepatuhan terhadap kontrak; dan Penyelesaian masalah. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa kemudahan berusaha atau melakukan investasi di

Indonesia masih harus terus diperbaiki berdasarkan indikator-indikator penilaian di

atas.
4

Tabel 2. Perkembangan Peringkat Kemudahan Berusaha


Negara Indonesia
No. Tahun Peringkat Global
1. 2014 120
2. 2015 109
3. 2016 106
4. 2017 91
5. 2018 72
Sumber: Website Doing Business Tahun 2018

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Indonesia selalu mengalami peningkatan

peringkat global dalam hal kemudahan berusaha. Dari semula berada diperingkat

120 pada tahun 2014 menjadi peringkat 72 pada tahun 2018. Namun hasil ini

bukanlah suatu pencapaian yang final, dikarenakan belum memenuhi target

pemerintah yaitu berada di peringkat 40 global.

Sesuai dengan sistem desentralisasi yang berjalan di Indonesia, maka

pencapaian Indonesia dalam Publikasi Peringkat Kemudahan Melakukan Investasi

oleh Doing Business merupakan sumbangsih kesuksesan daerah-daerah dalam

menggaet investor agar dapat menanamkan modalnya. Oleh karenanya Pemerintah

Daerah dituntut mampu untuk menciptakan iklim berusaha yang baik bagi investor.

Sehingga dengan masuknya investor ke sebuah daerah, maka hal tersebut akan

menyukseskan rencana pembangunan nasional dan juga meningkatkan

perekonomian daerah itu sendiri.

Penanaman modal atau investasi erat kaitannya dengan perizinan. Setiap calon

investor yang hendak menanamkan modal harus mengurus perizinan melalui

organisasi publik yang melaksanakan urusan pemerintahan dibidang penanaman

modal. Menurut Sutedi (2015:167), perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan
5

fungsi peraturan dan bersifat pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Sistem atau pelayanan

perizinan yang baik akan memudahkan masyarakat atau calon investor untuk

menanamkan modalnya di daerah.

Seiring dengan adanya globalisasi, pelayanan perizinan juga berkembang

dengan lebih memanfaatkan perkembangan teknologi. Penerapan teknologi

informasi dan komunikasi oleh lembaga pemerintah disebut sebagai E-Government

(United Nation Development Programme/ UNDP dalam Indrajit, 2016:4). Bentuk-

bentuk pelayanan perizinan yang memanfaatkan teknologi informasi antara lain

adalah Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Terpadu (SIPPADU), Sistem

Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE), Sistem

Informasi Cerdas Pelayanan Terpadu Untuk Publik (SI CANTIK) dan Sistem

Online Single Submission (OSS).

Perkembangan tersebut merupakan terobosan dalam sistem perizinan yang

beralih dari cara konvensional menuju cara yang lebih modern dengan

memanfaatkan teknologi. Pemerintah dalam hal ini telah mempersiapkan diri

memasuki sebuah revolusi baru dengan menerapkan sebuah inovasi baru dalam

tubuh birokrasi, yang disebut revolusi industri keempat atau Revolusi Industri 4.0.

Tiga revolusi sebelumnya merupakan sebuah penemuan mesin uap, mesin produksi

masal tenaga listrik/ BBM, dan penggunaan teknologi informasi dan mesin

automasi. Sedangkan pada revolusi industri 4.0 merupakan sebuah perubahan yang

besar dengan penggunaan integrasi jaringan internet (Internet of Things). Menurut

Schwab (2017:67):
6

“More intense and innovative use of web technologies can help public
administrations modernize their structures and functions to improve overall
performance, from strengthening processes of e-governance to fostering
greater tranparency, accountability, and engagement between the
government and its citizens.”

Penggunaan teknologi web yang lebih intens dan inovatif dapat membantu

administrasi publik memodernisasi struktur dan fungsinya untuk meningkatkan

kinerja secara keseluruhan, dengan memperkuat proses e-Governance untuk

mengembangkan atau mendorong terwujudnya transparansi, akuntabilitas dan

keterlibatan yang lebih besar antara pemerintah dengan masyarakat yang dilayani.

Dapat disimpulkan, revolusi industri 4.0 yang terjadi di ranah pemerintahan akan

dapat membawa dampak yang positif bagi pemerintah sebagai pemberi layanan dan

masyarakat sebagai penerima layanan. Di samping itu, penerapan revolusi industri

4.0 juga diharapkan dapat meningkatkan iklim berinvestasi sehingga kemudahan

berusaha di Indonesia dan di daerah-daerah dapat meningkat.

Munculnya fenomena revolusi industri 4.0 mendorong Kementerian

Perindustrian untuk meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap

atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki industri

4.0. Terdapat 10 inisiatif nasional dalam Making Indonesia 4.0, yaitu sebagai

berikut: Perbaikan alur barang dan material; Membangun suatu peta jalan zona

industri yang komprehensif dan lintas industri; Mengakomodasi standar-standar

keberlanjutan; Memberdayakan industri kecil dan menengah; Membangun

infrastruktur digital nasional; Menarik minat investasi asing; Peningkatan kualitas

sumber daya manusia; Pembangunan ekosistem inovasi; Insentif untuk investasi

teknologi; Harmonisasi aturan dan kebijakan.


7

Akan tetapi pemerintah Indonesia juga harus memperhatikan bagaimana

kesiapan dalam memasuki revolusi industri 4.0. Menurut publikasi IMD World

Digital Competitiveness Ranking tahun 2018, Negara Indonesia berada diperingkat

62 dari 63 negara yang terdaftar, diatas negara Venezuela. Indonesia juga berada

diposisi terbawah dari empat negara Asia Tenggara yang terdaftar.

Tabel 3. Publikasi IMD World Digital Competitiveness Ranking 2018 wilayah


Asia Tenggara
Peringkat Dunia
No. Negara
2014 2015 2016 2017 2018
1. Malaysia 15 21 24 24 27
2. Thailand 44 42 39 41 39
3. Filipina 43 45 46 46 56
4. Indonesia 57 60 60 59 62
Sumber: Website IMD World Competitiveness Center 2018.

Peringkat Indonesia menurun dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2014

posisi Indonesia ada diperingkat 57. Pada tahun 2015 dan 2016 menurun menjadi

peringkat 60. Pada tahun 2017 ada diperingkat 59 dan peringkat 62 pada tahun

2018. Publikasi peringkat daya saing digital tersebut menilai sejauh mana suatu

negara mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi digital yang digunakan dalam

praktik pemerintahan, model bisnis, dan juga perilaku masyarakat secara umum

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Kabupaten

Malang. Kabupaten Malang merupakan daerah yang memiliki potensi beragam,

antara lain potensi agrobisnis, pariwisata, industri, pertambangan, dan lain-lain

(Potensi Investasi Kabupaten Malang, 2017, http://www.malangkab.go.id/, 13

Januari 2019). Dibandingkan dengan Kota Malang dan Kota Batu, Kabupaten

Malang memiliki jumlah potensi investasi paling banyak dalam lingkup daerah
8

Malang Raya. Banyaknya potensi Kabupaten Malang dapat menjadi daya tarik

calon investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Malang. Hal ini bisa

dilihat dari jumlah Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berinvestasi di Kabupaten Malang.

Tabel 4. Data Investasi PMA/ PMDN Kabupaten Malang Triwulan I Tahun


2018 Berdasarkan Jumlah Perusahaan
2018
No. Uraian Satuan 2017
Target Realisasi
1. Jumlah PMA Unit 24 27 24
2. Jumlah PMDN Fasilitasi Unit 25 29 25
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
3. Unit 371 407 407
Skala Besar
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
4. Unit 880 990 990
Skala Menengah
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
5. Unit 6.245 6.340 6.340
Skala Kecil
JUMLAH Unit 7.545 7.793 7.786
Sumber: Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Tahun 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan jumlah investor dari

tahun 2017 sampai 2018. Pada tahun 2017 jumlah keseluruhan perusahaan yang

menanamkan modal di Kabupaten Malang sebanyak 7.545 perusahaan. Pada tahun

2018 triwulan 1 jumlah perusahaan yang menanamkan modal di Kabupaten Malang

sudah mencapai 7.786 perusahaan. Hal ini menjadi bukti bahwa Kabupaten Malang

merupakan daerah yang berpotensi untuk penanaman modal bagi investor, sehingga

perlu sistem perizinan yang dapat mempermudah calon investor menanamkan

modalnya di Kabupaten Malang.

Akan tetapi di Kabupaten Malang masih terdapat masalah-masalah terkait

dengan perizinan, antara lain sebagai berikut: Informasi mengenai perizinan (sistem

yang digunakan, tata cara, persyaratan) masih minim; dan Regulasi cepat berubah
9

(Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman

Modal, 2018). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

juga menyebutkan bahwa pelayanan perizinan di Indonesia masih rumit, lambat,

berulang-ulang, tersebar dan tidak terkoordinasi. Selain itu belum ada standar

perizinan, tidak ada pengawalan, dan belum terintegrasi secara elektronik. Hal ini

bisa mengurangi kemudahan berusaha bagi calon investor yang hendak

menanamkan modalnya serta dapat membuat proses penanaman modal menjadi

terhambat dan iklim berusaha menjadi kurang kondusif (Infografis OSS, 2018,

https://ekon.go.id/, 16 November 2018).

Gambar 1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang


Sumber: http://pm-ptsp.malangkab.go.id (2018)

Selain karena potensi dan masalah yang dimiliki dalam bidang perizinan dan

penanaman modal, penulis memilih Kabupaten Malang dalam penelitian ini

dikarenakan sistem OSS sudah diterapkan di Kabupaten Malang. Menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan


10

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, OSS adalah Perizinan Berusaha

yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan

lembaga, gubernur, atau bupati/ wali kota kepada pelaku usaha melalui sistem

elektronik yang terintegrasi. Kabupaten Malang merupakan salah satu dari berbagai

daerah yang sudah menjalankan sistem OSS melalui Dinas Penanaman Modal dan

PTSP. Berdasarkan website Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang, pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar

Perusahaan (TDP) sudah dapat dilakukan melalui sistem OSS mulai tanggal 6

Agustus 2018.

Gambar 2. Website OSS Republik Indonesia


Sumber: https://oss.go.id/oss/ (2018)

Sistem OSS juga dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Dalam

pasal 1 disebutkan bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan perizinan berusaha

termasuk bagi usaha mikro, kecil, dan menengah setelah mendapatkan persetujuan
11

penanaman modal, dibentuk satuan tugas untuk meningkatkan pelayanan,

pengawalan, penyelesaian, hambatan, penyederhanaan, dan pengembangan sistem

online. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa sistem OSS merupakan wujud

penerapan revolusi industri 4.0 dalam lembaga pemerintah berupa sistem dengan

integrasi jaringan internet (Internet of Things/ IOT) dan dibentuk dalam upaya

untuk melaksanakan percepatan berusaha di Indonesia.

Darmin Nasution selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam

Acara Peresmian Penerapan Sistem OSS pada Senin, 9 Juli 2018 menyatakan

bahwa:

“Sistem OSS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
merupakan upaya pemerintah dalam menyederhanakan perizinan berusaha
dan menciptakan model pelayanan perizinan terintegrasi yang cepat, murah,
dan memberi kepastian. Dengan OSS, izin berusaha akan didapat oleh pelaku
usaha dalam waktu kurang dari 1 jam.”

Sedangkan menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang, sistem OSS akan menjadikan pelayanan perizinan menjadi lebih mudah.

Diharapkan dengan adanya kemudahan perizinan akan ada pelaku usaha baru di

Kabupaten Malang yang akan berdampak pada tersedianya lapangan pekerjaan bagi

masyarakat Kabupaten Malang. Sehingga juga akan berdampak pada berkurangnya

jumlah pengangguran serta mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Malang

(Brama Yoga Kiswara, 2018, http://beritajatim.com/, 14 Desember 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas, Pemerintah Kabupaten Malang melalui

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

sebagai organisasi publik yang melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang

penanaman modal harus memperhatikan bagaimana penerapan serta dampak dari


12

sistem perizinan OSS. Diharapkan sistem perizinan OSS dapat meningkatkan

kemudahan kepada calon investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten

Malang serta mengatasi permasalahan perizinan yang terjadi di Indonesia terutama

di Kabupaten Malang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul

tentang “Analisis Dampak Penerapan Sistem Online Single Submission (OSS)

di Daerah dalam Perspektif Revolusi Industri 4.0”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat

dirumuskan beberapa masalah yang merupakan acuan penulis dalam melakukan

penelitian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang?

2. Bagaimana Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang dalam

Perspektif Revolusi Industri 4.0?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis:

1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang.

2. Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang dalam Perspektif

Revolusi Industri 4.0.


13

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Menjadi sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir

mahasiswa dalam bentuk karya ilmiah skripsi.

b. Dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam disiplin ilmu administrasi publik.

c. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti

lain yang hendak melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak

penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang.

d. Dapat memberikan pemaparan dan analisis tentang dampak penerapan

sistem OSS di Kabupaten Malang.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

yang bermanfaat bagi pengkajian dan pengembangan mengenai penerapan

sistem OSS di Kabupaten Malang.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

terkait dengan penerapan sistem OSS.


14

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan disajikan dengan maksud untuk dapat mengetahui garis

besar mengenai apa yang diuraikan dalam penelitian ini. Secara garis besar susunan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I: Pendahuluan

Bab ini memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

2. BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini menyajikan teori-teori yang berkaitan dengan analisis dampak

penerapan sistem online single submission (OSS) di daerah dalam perspektif

revolusi industri 4.0. Bab ini berisi pemaparan mengenai penelitian terdahulu,

administrasi publik, pelayanan publik, pemerintah daerah, konsep penerapan,

electronic government, electronic governance, digital government, revolusi

industri 4.0, sistem online single submission (OSS).

3. BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian, fokus penelitian,

lokasi dan situs penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, analisis data, dan keabsahan data.

4. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menyajikan hasil penelitian yang terdiri atas gambaran umum lokasi

penelitian yaitu Kabupaten Malang, gambaran umum situs penelitian yaitu

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Malang, penyajian data dari hasil temuan di lapangan, dan analisis data.
15

5. BAB V: Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan saran-

saran yang diberikan penulis untuk perbaikan di masa mendatang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan oleh penulis untuk memperkaya kajian teori.

Penelitian terdahulu juga menambah wawasan penulis mengenai riset yang

berkaitan dengan perkembangan teknologi yang digunakan dilingkup

pemerintahan/ pelaksanaan e-Government dan perkembangan pelayanan perizinan

di Indonesia.

Dari berbagai penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan judul yang sama

seperti judul skripsi penulis. Penulis melihat judul penelitian terdahulu berkutat

pada tema implementasi dan inovasi terkait dengan program e-Government dan

faktor apa saja yang mempengaruhi program tersebut. Sedangkan penulis lebih

menitikberatkan pada bagaimana penerapan program e-Government dan melihat

dampak yang ditimbulkan dari penerapan tersebut berdasarkan perspektif Revolusi

Industri 4.0.

Dari sisi program yang diteliti, penulis juga tidak menemukan kesamaan

dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu meneliti program e-Government,

antara lain berupa: e-Tax, Sistem Informasi Pelayanan Perizinan Terpadu

(SIPPADU), Program Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara

Elektronik (SPIPISE), Sistem Informasi Cerdas Pelayanan Terpadu Untuk Publik

(SI CANTIK), dan Paket Perizinan Online. Dalam Penelitian ini, penulis meneliti

tentang penerapan sistem perizinan Online Single Submission (OSS) yang

diresmikan pada tanggal 9 Juli 2018.

16
17

Tabel 5. Penelitian Terdahulu


Nama dan
Judul Metode dan Fokus
No. Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Penulisan
1. Romi Inovasi Jenis penelitian SIPPADU merupakan inovasi
Sismadisar Layanan deskriptif dengan layanan yang dapat
(2018) Perizinan pendekatan kualitatif. memudahkan proses perizinan
Melalui berupa paket perizinan online,
SIPPADU Fokus penelitian ini layanan tracking system,
(Sistem adalah: mobile SIPPADU dan smart
Informasi card.
Pelayanan a. Pelaksanaan Inovasi
Perizinan SIPPADU pada Dinas Faktor yang mendukung
Terpadu) Penanaman Modal pelaksanaan SIPPADU adalah
dan PTSP Kabupaten kepemimpinan organisasi,
Sidoarjo; budaya inovasi, kualitas
pegawai, tim kerja dan
b. Faktor pendukung dan kemitraan.
penghambat
pengembangan Faktor yang menghambat
inovasi pelayanan pelaksanaan SIPPADU adalah
SIPPADU. sikap dalam menghadapi risiko
dan perubahan serta hambatan
administratif.
2. Mufida Inovasi Jenis penelitian Pelaksanaan tidak begitu
Lailatul Pelayanan deskriptif dengan efektif karena ketergantungan
Khutsiyah Publik melalui pendekatan kualitatif. antar DPMTPSP terhadap
(2018) Program BKPM.
Sistem Fokus penelitian ini
Pelayanan adalah inovasi pelayanan Proses pelayanan berubah dari
Informasi dan publik melalui program alur manual ke online. Namun
Perizinan SPIPISE di Kabupaten tidak efektif karena Lakip,
Investasi Jombang berdasarkan SOP, dan Renja tidak sinkron
Secara tipologi inovasi. dengan implementasi.
Elektronik
(SPIPISE) Ada empat pegawai yang
memiliki hak akses yaitu front
office, back office/ staf, kepala,
dan tata usaha. Metode ini
kurang efektif karena SDM
masih rendah

Belum ada kebijakan atau


perda yang mendukung
18

Pelayanan melalui website


BKPM dan SPIPISE belum
dapat dilakukan secara
maksimal karena kurang
didukung infrastruktur.
3. Nofemelia Inovasi Jenis Penelitian SI CANTIK adalah sebuah
Prayuningtias Pelayanan Deskriptif dengan inovasi berbasis web dengan
(2018) Perizinan pendekatan Kualitatif memberikan bentuk pelayanan
Melalui Sistem baru dalam pengurusan
Informasi Fokus dalam penelitian perizinan secara online.
Cerdas ini adalah: DMPT Kota Balikpapan masih
Pelayanan perlu meningkatkan inovasi SI
Terpadu Untuk a. Pelaksanaan SI CANTIK.
Publik (SI CANTIK di Dinas
CANTIK) Pelayanan Perizinan Faktor pendukung dalam
Terpadu Kota pelaksanaan proses inovasi
Balikpapan; adalah faktor kepemimpinan
organisasi.
b. Faktor pendukung dan
penghambat dalam Faktor Penghambat dalam
pengembangan inovasi pelaksanaan proses inovasi
SI CANTIK yaitu anggaran dan sumber
daya manusia yang kurang
terlatih.
4. Hevy Setyo Implementasi Jenis penelitian Implementasi paket perizinan
Bella (2017) Kebijakan deskriptif dengan online di Kabupaten Sidoarjo
Paket Perizinan pendekatan kualitatif dapat dikatakan cukup baik
Online Dalam dilihat dari komunikasi,
Rangka Fokus dalam penelitian sumber daya, disposisi, dan
Meningkatkan ini adalah: struktur birokrasi.
Pelayanan
Publik a. Implementasi Faktor pendukung dalam
Kebijakan Paket implementasi paket perizinan
Perizinan Online dalam online di Kabupaten Sidoarjo
rangka meningkatkan adalah Badan Pelayanan
pelayanan publik; Terpadu Kabupaten Sidoarjo
telah memiliki kewenangan
b. Faktor pendukung dan atas 81 jenis izin, komitmen
penghambat dalam yang tinggi dari BPPT
implementasi Kabupaten Sidoarjo,
Kebijakan Paket penerapan Sistem Manajemen
Perizinan Online Mutu ISO 9001:2008, dan
anggaran yang cukup
memadai.
19

Faktor penghambat dalam


implementasi paket perizinan
online di Kabupaten Sidoarjo
adalah kurangnya informasi
kepada masyarakat, kurangnya
kemampuan pemohon izin
dalam pemanfaatan internet,
dan data yang diisi pemohon
dalam paket perizinan online
ada yang tidak sesuai.
5. Muhammad Implementasi Jenis penelitian E-tax merupakan program
Ni’am Sukri Kebijakan e- deskriptif dengan pajak online yang
(2017) Government pendekatan kualitatif. diimplementasikan di kota
melalui malang sebagai upaya
program E-Tax Fokus penelitian ini meningkatkan Pendapatan
dalam adalah: Asli Daerah (PAD) dan
meningkatkan meningkatkan pelayanan
pelayanan dan a. Implementasi kepada masyarakat.
pendapatan kebijakan e-
pajak daerah Government melalui Faktor yang mendukung
program e-Tax dalam implementasi program e-tax
meningkatkan adalah ketersediaan SDM,
pelayanan dan sumber daya infrastruktur,
pendapatan pajak adanya dasar hukum yang
daerah; mengatur, dan adanya kerja
sama dengan instansi lain.
b. Faktor yang
mempengaruhi proses Faktor yang menghambat
implementasi. adalah masih kurangnya
pemahaman terhadap program
e-tax, kebiasaan untuk
memakai cara lama, masih
banyak wajib pajak yang
belum menggunakan sistem
komputerisasi, dan juga masih
banyak sistem komputerisasi
yang belum support terhadap
sistem e-tax.
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2019.

B. Administrasi Publik

Kata administrasi berasal dari dua kata, ad dan ministrare, yang memiliki arti

membantu atau memberikan jasa. Menurut Waldo dalam Tjiptoherijanto dan


20

Manurung (2010:104), Administration is a type of cooperative human effort that

has a high degree of rationality. Artinya administrasi adalah usaha bersama (kerja

sama) dengan derajat rasionalitas yang tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

administrasi adalah sebuah usaha dari manusia yang saling bekerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu dengan rasional dan nilai yang telah disepakati bersama.

Dalam kaitannya dengan sebuah negara, pemerintah melakukan sebuah

administrasi guna mencapai tujuan yang dikehendaki melalui sebuah administrasi

publik. Publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang

banyak (umum). Publik dalam kaitannya dengan pemerintahan dapat diartikan

sebagai masyarakat atau warga negara. Menurut Caiden dalam Mindarti (2016:4),

Administrasi publik merupakan seluruh kegiatan administrasi untuk segenap urusan

publik. Mindarti (2016:4) menyebutkan bahwa penyelenggaraan atas segenap

kepentingan publik dan masalah publik (public interests and publik affairs) yang

ada pada suatu negara, merupakan ruang lingkup kegiatan administrasi publik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa administrasi publik adalah usaha dari manusia

yang saling bekerja sama (pemerintah) untuk memberikan sebuah pelayanan yang

berfokus kepada kepentingan masyarakat serta untuk mengatasi segala masalah

yang dialami oleh masyarakat.

C. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan

Pelayanan menurut KBBI adalah hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani.

Menurut Kotler dalam Sirajuddin (2012:12), “Pelayanan adalah setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan


21

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.“

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan sebuah kegiatan atau

pekerjaan yang memudahkan atau menguntungkan orang lain sehingga

kegiatan tersebut diharapkan dapat membawa dampak yang positif berupa

kepuasan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Sistem pelayanan baru yang

berbasis teknologi informasi dan web yang bernama Online Single Submisson

(OSS) merupakan salah satu wujud pelayanan atau lebih tepatnya sebagai

pelayanan publik.

2. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

(Undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik). Menurut

Santosa (2008:57), “Pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh

pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, ataupun pihak swasta kepada

masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan

atau kepentingan masyarakat.” Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik

adalah kegiatan yang diatur dalam undang-undang untuk memberikan jasa,

barang ataupun pelayanan administratif kepada masyarakat luas guna

tercapainya kebutuhan dan kepentingan masyarakat oleh pemberi layanan baik

pemerintah maupun swasta.


22

Menurut Sirajuddin (2012: 11-12), Pelayanan publik memiliki aspek yang

“multidimensi”. Pelayanan publik tidak hanya dapat dilihat dari satu sudut

pandang saja, tetapi bisa dilihat dari berbagai sudut pandang atau aspek, yaitu

antara lain aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan hukum.

Dalam perspektif ekonomi, pelayanan publik adalah semua bentuk

pengadaan baik barang maupun jasa yang dilakukan oleh penyedia layanan/

pemerintah. Pengadaan barang dan jasa ini harus disediakan oleh pemerintah.

Hal ini terjadi karena sektor swasta tidak mau memproduksi barang dan jasa

tersebut sebagai konsekuensi dari kegagalan pasar atau karena secara alamiah

barang atau jasa tersebut harus disediakan secara eksklusif oleh negara. Dalam

perspektif politik, pelayanan publik merupakan refleksi atau wujud dari

pelaksanaan negara dalam melayani warga negaranya berdasarkan kontrak

sosial pembentukan negara oleh elemen-elemen warga negara. Peran negara

dalam pelayanan publik tersebut dijalankan oleh kekuatan politik yang

berkuasa. Dalam perspektif sosial budaya, pelayanan publik merupakan sarana

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat demi tercapainya kesejahteraan yang

didalam pelaksanaannya kental akan nilai-nilai, sistem kepercayaan, dan

bahkan unsur religi yang merupakan refleksi dari kebudayaan dan kearifan

lokal yang berlaku. Dalam perspektif hukum, pelayanan publik dapat dilihat

sebagai suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau peraturan

perundang-undangan kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar

warga negara atau penduduknya atas suatu pelayanan.


23

Dapat disimpulkan dari berbagai perspektif di atas, bahwa pelayanan

publik merupakan kegiatan yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk

kewajiban untuk menyediakan layanan berupa barang atau jasa kepada

masyarakat sebagai pihak yang dilayani agar kebutuhan masyarakat dapat

terpenuhi. Berkaitan dengan penelitian ini, sistem perizinan OSS merupakan

bentuk pelayanan publik yang sudah memanfaatkan perkembangan teknologi.

Oleh karena itu, sistem OSS merupakan salah satu layanan elektronik atau e-

Service.

Menurut Rowley dalam Zericka (2013:351), layanan elektronik

didefinisikan sebagai “... perbuatan, usaha atau pertunjukan yang pengiriman

dimediasi oleh teknologi informasi. Layanan elektronik tersebut meliputi unsur

layanan e-tailing, dukungan pelanggan, dan pelayanan”. Definisi ini

mencerminkan tiga komponen utama dalam layanan elektronik, yaitu penyedia

layanan, penerima layanan, dan saluran pelayanan (yaitu teknologi). Terdapat

beberapa manfaat penerapan layanan elektronik menurut Zericka (2013:352),

yaitu antara lain:

a. Mengakses basis pelanggan yang lebih besar

b. Memperluas jangkauan pasar

c. Menurunkan penghalang masuk ke pasar baru dan biaya mendapatkan

pelanggan baru

d. Alternatif saluran komunikasi ke pelanggan

e. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan

f. Meningkatkan citra perusahaan


24

g. Mendapatkan keunggulan kompetitif

h. Potensi peningkatan pengetahuan pelanggan.

3. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Terdapat empat pola penyelenggaraan pelayanan publik yang dikutip dari

lampiran Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

63/Kep/M.Pan/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik, yaitu antara lain:

a. Fungsional

Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai

dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

b. Terpusat

Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara

pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara

pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

c. Terpadu

1) Terpadu Satu Atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat

yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai

keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu. Terhadap jenis

pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu dijadikan

pelayanan satu atap.


25

2) Terpadu Satu Pintu

Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat

yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan

proses dan dilayani melalui satu pintu.

d. Gugus Tugas

Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk gugus

tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian

pelayanan tertentu.

D. Pemerintah Daerah

1. Desentralisasi

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan

pemerintahan antar pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan

pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat

berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi kewenangan

pemerintah (Domai 2011:3).

Empat bentuk desentralisasi menurut Domai (2011:15), dapat

dipergunakan oleh pemerintah dalam perencanaan dan administrasi

pemindahan kekuasaan:

a. Dekonsentrasi melibatkan pemindahan (transfer) fungsi dan kekuasaan

pembuatan keputusan di dalam hierarki pemerintah pusat, melalui

pengalihan beban kerja dari kementerian-kementerian pusat kepada para

pejabat di lapangan, penciptaan lembaga-lembaga lapangan atau


26

pengalihan tanggung jawab kepada unit-unit administratif lokal yang

dikontrol dari pusat.

b. Delegasi pada lembaga-lembaga semi otonom atau otonomi melibatkan

transfer fungsi-fungsi kepada organisasi non pusat, khususnya unit-unit

pelaksana proyek dan kekuasaan regional atau fungsional pembangunan,

yang sering kali bisa beroperasi diluar peraturan pemerintahan pusat atau

bisa bertindak sebagai suatu lembaga nasional untuk melakukan fungsi-

fungsi yang dideskripsikan. Tetapi tanggung jawab utama untuk fungsi-

fungsi itu tetap ada pada pemerintah pusat.

c. Devolusi melibatkan transfer fungsi atau kekuasaan pembuatan keputusan

dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal.

d. Transfer pada lembaga swadaya masyarakat merupakan proses

pemindahan tanggung jawab untuk fungsi-fungsi dari sektor swasta

kepada organisasi non pemerintah.

2. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah

yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Domai 2011:6). Menurut

Sunarno (2014:2) dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai

dengan amanat UUD Negara RI tahun 1945 maka kebijakan politik hukum

yang ditempuh oleh pemerintah terhadap pemerintahan daerah yang dapat

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan, menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya


27

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah, dengan

mempertimbangkan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,

dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Berdasarkan kebijakan politik hukum pemerintah di atas, penyelenggaraan

pemerintahan daerah dilakukan dengan penetapan strategi di bawah ini, yaitu:

a. Peningkatan Pelayanan.

Pelayanan bidang pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan

adalah suatu hal yang bersifat esensial guna mendorong atau menunjang

dinamika interaksi kehidupan masyarakat baik sebagai sarana untuk

memperoleh hak-haknya, maupun sebagai sarana kewajiban masyarakat

sebagai warga negara yang baik. Bentuk-bentuk pelayanan pemerintahan

tersebut, antara lain meliputi rekomendasi, perizinan, dispensasi, hak

berusaha, surat keterangan kependudukan, dan sebagainya.

b. Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat.

Konsep pembangunan dalam rangka otonomi daerah ini, bahwa peran

serta masyarakat lebih menonjol yang dituntut kreativitas masyarakat baik

pengusaha, perencana, pengusahaan jasa, pengembang, dalam menyusun

konsep strategi pembangunan daerah, dimana peran pemerintah hanya

terbatas pada memfasilitasi dan mediasi. Di samping itu, dalam kehidupan

berpolitik, berbangsa, dan bernegara memberikan kesempatan seluas-


28

luasnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran bernegara dan

berbangsa guna tercapainya tujuan nasional dalam wadah NKRI.

c. Peningkatan Daya Saing Daerah.

Peningkatan daya saing daerah ini, guna tercapainya keunggulan lokal dan

apabila dipupuk, kekuatan ini secara nasional akan terwujud resultan

keunggulan daya saing nasional. Di samping itu, daya saing nasional akan

menunjang sistem ekonomi nasional yang bertumpu pada strategi

kebijakan perekonomian kerakyatan.

E. Konsep Penerapan

Strategi dari pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan secara

langsung maupun tidak langsung akan terpengaruh oleh adanya perkembangan

teknologi yang semakin canggih. Salah satunya adalah dengan adanya sebuah

sistem yang menghubungkan antar organisasi pemerintahan dengan jaringan

internet. Hal ini biasa disebut dengan sistem antar organisasi atau

(Interorganizational System/ IOS).

McLeod (2008:66) menjelaskan bahwa perusahaan atau organisasi dapat

membuat hubungan elektronik dengan perusahaan/ organisasi lain untuk

menciptakan suatu sistem antar organisasi (Interorganizational System/ IOS)

sehingga semua perusahaan bekerja sama sebagai suatu unit yang terkoordinasi,

meraih manfaat yang tidak dapat diraih sendiri oleh setiap perusahaan. Nama yang

sering digunakan untuk IOS adalah EDI atau Electronic data interchange

(Pertukaran Data Elektronik). Kedua istilah tersebut sering kali saling bertukar

penggunaan. Namun, jika ditarik satu garis perbedaan, EDI dianggap sebagai sub-
29

kumpulan dari suatu sistem antar organisasi. Pertukaran data elektronik adalah

salah satu cara untuk mendapatkan suatu sistem antar organisasi.

Pengaruh Lingkungan
Pengaruh Internal

Kebutuhan
Pesaing Internal
Sekutu
Dagang
Dukungan
Manajemen
Puncak

IOS

Gambar 3. Pengaruh-pengaruh Pada Penerapan IOS.


Sumber: McLeod (2008:69).

Menurut artikel Decision Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008:69-70),

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan untuk menerapkan IOS,

yaitu faktor eksternal atau pengaruh lingkungan dan faktor internal atau pengaruh

internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi penerapan IOS adalah adanya

tekanan kompetitif atau pesaing dan adanya penggunaan kekuasaan terhadap sekutu

dagang. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi penerapan IOS adalah

adanya kebutuhan internal dan dukungan manajemen puncak di sebuah organisasi.

1. Tekanan Kompetitif

Menurut McLeod (2008: 69), ketika perusahaan atau organisasi berada

dalam suatu posisi yang buruk terhadap para pesaingnya atau ketika asosiasi
30

industri atau perdagangan memberikan tekanan yang kuat, maka perusahaan

akan berinisiatif untuk menerapkan sistem IOS, seperti sistem EDI, dengan

cara yang reaktif. Menurut peneliti, tekanan kompetitif adalah alasan yang

paling sering dijumpai mengapa perusahaan atau organisasi menerapkan sistem

EDI.

Organisasi publik atau pemerintah daerah tidak memiliki pesaing ketika

menyediakan pelayanan terhadap masyarakat, sebagaimana organisasi bisnis.

Maka makna kata pesaing disini dapat diadopsi menjadi pemerintah daerah

lain. Pemerintah daerah diharapkan dapat melalukan penyederhanaan jenis dan

prosedur pelayanan publik, menyediakan pelayanan yang bermutu dan

memanfaatkan teknologi agar dapat meningkatkan daya saing daerah (Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 349).

Ramamurthy (1999:258), menjelaskan bawa penelitian terdahulu

mengenai sistem IOS secara utama menekankan pada penggunaan analisis

kompetitif dari Porter untuk mengevaluasi peran dari penerapan sistem IOS

yang akan membawa keuntungan kompetitif untuk perusahaan. Disebutkan

pula bahwa dalam literatur marketing bahwa pengadopsian dan penerapan

sistem IOS memiliki variabel eksternal yang dapat mempengaruhi untuk

dilakukan yaitu adanya kebutuhan kompetitif dan juga tekanan kompetitif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem IOS dipengaruhi oleh

adanya tekanan kompetitif.


31

2. Penggunaan Kekuasaan

Terdapat hubungan dari adanya penggunaan kekuasaan terhadap adopsi

atau penerapan sebuah sistem baru. Menurut Alsaad (2014: 519), seluruh

penelitian terdahulu berfokus melihat adanya efek langsung dari adanya

penggunaan kekuasaan dalam keputusan organisasi untuk melakukan sebuah

pengadopsian sistem informasi. Selain itu McLeod (2008: 70), menjelaskan

bahwa ketika sebuah perusahaan atau organisasi dapat memaksakan

kekuasaannya atas anggota atau organisasi yang lain, maka organisasi tersebut

akan lebih proaktif dalam menerapkan IOS. Beberapa perusahaan atau

organisasi memiliki kekuasaan yang begitu besar sehingga perusahaan atau

organisasi tersebut dapat membuat aturan dan meminta para sekutu dagangnya

untuk mempergunakan atau menerapkan sistem IOS.

Dalam hal ini pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian meresmikan penerapan sistem OSS. Anggota atau pemerintah

daerah sudah harus menerapkan OSS yang pelaksanaannya diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

3. Kebutuhan Internal

Menurut McLeod (2008: 70), ketika perusahaan atau organisasi sadar

bahwa penerapan sistem IOS merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi organisasi, maka perusahaan tersebut akan

menerapkan sistem IOS dengan cara yang proaktif. Hal serupa juga diutarakan

Rahadi (dalam Bulutoding 2014: 127), bahwa individu atau organisasi akan
32

menggunakan atau menerapkan sistem TI jika mereka mengetahui apa manfaat

positif atas penggunaan sistem tersebut. Dalam kaitannya dengan penerapan

sistem OSS, selain atas perintah pemerintah pusat untuk menerapkan sistem

OSS di seluruh daerah, pemerintah daerah menurut inisiatif sendiri akan secara

proaktif menerapkan sistem OSS untuk dapat mengatasi permasalahan internal

dan mempercepat pelayanan, ketika sadar akan manfaat penggunaan teknologi

dalam pemerintahan.

4. Dukungan Manajemen Puncak

Manajemen memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan

kesuksesan penerapan sistem antar organisasi. Menurut McLeod (2008: 70),

tanpa melihat apakah perusahaan tersebut bertindak dengan cara yang proaktif

ataupun reaktif, dukungan manajemen puncak dalam sebuah organisasi akan

selalu mempengaruhi keputusan organisasi untuk menerapkan sistem IOS

ataupun tidak. Ketika organisasi masih belum bisa merasakan ataupun melihat

apakah manfaat yang bisa didapat dengan menerapkan sistem IOS, dukungan

manajemen puncak akan menjadi suatu hal yang sangat penting.

Peran pemimpin dalam organisasi publik memegang peranan penting

bagaimana sistem IOS, dalam hal ini sistem OSS dapat diterapkan secara baik

di sebuah daerah. ketika pemimpin mendukung dan menginstruksikan secara

langsung kepada pegawai untuk menerapkan sistem OSS, maka penerapan

sistem itu sendiri akan berjalan sesuai dengan harapan.

Menurut hasil penelitian dari Wulandari (2017: 1313), menunjukkan

bahwa variabel dukungan manajemen puncak berpengaruh positif dan


33

signifikan terhadap variabel Sistem Informasi Akuntansi (SIA), yaitu kepuasan

pengguna. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Rilly (dalam Wulandari 2017:1313), bahwa dukungan manajemen puncak

memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja SIA. Oleh

karena itu, semakin manajemen puncak mendukung dan ikut dalam proses

perencanaan pengembangan sistem informasi akuntansi, semakin

memperlihatkan keseriusan manajemen dalam membantu dan mendukung

bawahannya dalam pengoperasian SIA. Dari beberapa penjelasan diatas, dapat

disimpulkan bahwa dukungan manajemen puncak akan memberikan dampak

positif berupa kesuksesan penerapan sistem IOS di sebuah organisasi.

F. Electronic Government

1. Pengertian E-Government

Menurut World Bank dalam Indrajit (2016:4), “e-Government refers to the

use by government agencies of information technologies (such as Wide Area

Network, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform

relations with citizens, bussinesses, and other arms of government”. E-

government adalah penggunaan teknologi informasi (seperti jaringan komputer

yang luas, internet, dan komputasi bergerak) oleh institusi pemerintah dalam

berhubungan dengan masyarakat yang dilayani, pelaku usaha, dan aktor

pemerintahan yang lain. Selain itu, menurut United Nation Development

Programme (UNDP), “E-Government is application of Information and

Communication Technology (ICT) by government agencies”. E-Government


34

adalah penerapan teknologi informasi dan komunikasi oleh lembaga

pemerintah.

Berdasarkan dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa E-

Government adalah upaya lembaga pemerintah sebagai penyedia layanan

publik dalam menerapkan teknologi informasi dan komunikasi guna

melaksanakan fungsinya sebagai pelayanan publik dan juga untuk

berhubungan dengan sesama stakeholder baik dalam pemerintahan maupun

swasta. Dengan adanya penerapan teknologi oleh pemerintah, maka pelayanan

publik yang semula konvensional akan menjadi pelayanan yang publik yang

berbasis teknologi. Oleh karena itu muncul pelayanan secara elektronik atau

yang disebut sebagai e-service di lingkup pemerintahan. Sistem OSS sebagai

salah satu e-service merupakan bentuk penerapan teknologi informasi dan

komunikasi oleh pemerintah/ e-Government dalam penyediaan layanan kepada

masyarakat dibidang perizinan.

2. Pemicu Utama E-Government

Menurut Indrajit (2016:7-8), e-Government dapat berkembang

dikarenakan adanya 3 (tiga) pemicu utama, yaitu era globalisasi yang datang

lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam

demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil society,

good corporate governance, perdagangan bebas, pasar terbuka, dan lain

sebagainya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap bangsa

jika yang bersangkutan tidak ingin diasingkan dari pergaulan dunia. Dalam

format ini, pemerintah harus mengadakan reposisi terhadap peranannya di


35

dalam sebuah negara, dari yang bersifat internal dan fokus terhadap kebutuhan

dalam negeri, menjadi lebih berorientasi kepada eksternal dan fokus kepada

bagaimana memosisikan masyarakat dan negaranya didalam sebuah pergaulan

global. Jika dahulu di dalam sebuah negara kekuasaan lebih berpusat pada sisi

pemerintahan (supply side), maka saat ini bergeser ke arah masyarakat

(demand side), sehingga tuntutan masyarakat terhadap kinerja

pemerintahannya menjadi semakin tinggi (karena untuk dapat bergaul dengan

mudah dan efektif dengan masyarakat negara lain, masyarakat di sebuah negara

harus memiliki sebuah lingkungan yang kondusif dimana hal ini merupakan

tanggung jawab pemerintah).

Pemicu yang kedua adalah kemajuan teknologi informasi (komputer dan

telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan

pengetahuan dapat diciptakan dengan teramat sangat cepat dan dapat segera

disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam

hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap individu di berbagai negara di dunia

dapat saling berkomunikasi secara langsung kepada siapa pun yang

dikehendaki tanpa dibutuhkan perantara (mediasi) apa pun. Buah dari

teknologi ini akan sangat mempengaruhi bagaimana pemerintah di masa

modern harus bersikap dalam melayani masyarakatnya, karena banyak aspek-

aspek dan fungsi-fungsi pemerintah konvensional yang secara tidak langsung

telah diambil alih oleh masyarakatnya sendiri (misalnya masalah pers, sosial,

agama, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya) karena adanya teknologi

ini. Inilah alasan lain mengapa pemerintah dipaksa untuk mulai mengkaji
36

fenomena yang ada agar yang bersangkutan dapat secara benar dan efektif

mereposisikan peranan dirinya.

Sedangkan pemicu yang ketiga adalah meningkatnya kualitas kehidupan

masyarakat di dunia. Hal ini tidak terlepas dari semakin membaiknya kinerja

industri swasta dalam melakukan kegiatan ekonominya. Keintiman antara

masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pelaku ekonomi (pedagang, investor,

perusahaan, dan lain sebagainya) telah membuat terbentuknya sebuah standar

pelayanan yang semakin baik dari waktu ke waktu. Percepatan peningkatan

kinerja di sektor swasta ini tidak diikuti dengan percepatan yang sama di sektor

publik, sehingga masyarakat dapat melihat adanya ketimpangan dalam hal

standar kualitas pemberian pelayanan. Dengan kata lain, secara tidak langsung

tuntutan masyarakat agar pemerintah meningkatkan kinerjanya menjadi

semakin tinggi.

3. Manfaat E-Government

Indrajit (2016:5) menyebutkan bahwa dua negara besar yaitu Amerika dan

Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair menggambarkan beberapa manfaat

dalam penerapan e-Government, yaitu antara lain:

a. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder

(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja,

efektivitas, dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

b. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan.
37

c. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder untuk keperluan

aktivitas sehari-hari.

d. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan.

e. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat

dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan

berbagai perubahan global dan tren yang ada.

f. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis.

4. Elemen Sukses Pengembangan E-Government

Menurut hasil kajian dan riset dari Havard JFK School of Government

dalam Indrajit (2016:11), untuk menerapkan digitalisasi pada sektor publik, ada

tiga elemen yang harus dimiliki, yaitu antara lain:

a. Support

Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah

adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politik

untuk benar-benar menerapkan konsep e-government, bukan hanya

sekedar mengikuti tren atau justru menentang inisiatif yang berkaitan

dengan prinsip-prinsip e-Government. Tanpa adanya unsur “political will”

ini, mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-


38

Government dapat berjalan dengan mulus. Yang dimaksud dukungan

disini adalah dalam bentuk:

1) Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu kunci

sukses negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga

harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses lain

diperlakukan.

2) Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga,

waktu, informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk

membangun konsep ini dengan semangat lintas sektoral.

3) Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung

agar tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-

Government.

4) Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata, kontinu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara

khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye

yang simpatik.

b. Capacity

Arti dari elemen kedua ini adalah adanya unsur kemampuan atau

keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan e-Government

agar menjadi kenyataan. Ada beberapa hal yang setidaknya dimiliki

pemerintah, yaitu antara lain:


39

1) Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagai

inisiatif e-Government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya

finansial.

2) Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan konsep

e-Government.

3) Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat sesuai

dengan asas manfaat yang diharapkan.

c. Value

Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari

sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif

e-Government tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa

diuntungkan dengan adanya implementasi konsep tersebut. Dalam hal ini,

yang menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya

e-Government bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan

masyarakat dan mereka yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah

maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis

aplikasi e-Government apa saja yang harus didahulukan pembangunannya

agar benar-benar memberikan value (manfaat) yang secara signifikan

dirasakan oleh masyarakatnya.


40

5. Jenis-jenis Pelayanan Pada E-Governmnet

Dalam implementasinya, terdapat banyak sekali tipe pelayanan yang

ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya melalui e-Government.

Salah satu cara mengategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan

melihat dari dua aspek utama (Indrajit 2016:17):

a. Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi

sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan ditetapkan; dan

b. Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

besarnya manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya.

Berdasarkan kedua aspek diatas, Indrajit (2016:17-20) membagi tiga kelas

utama dalam proyek e-Government, yaitu antara lain:

a. Publish

Jenis ini merupakan implementasi dari e-Government yang paling mudah.

Proyek dalam jenis ini berskala kecil dan kebanyakan aplikasinya tidak

perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Yang

terjadi dalam jenis ini adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana

pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimiliki

untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat ataupun

pihak-pihak yang berkepentingan melalui internet. Kanal akses yang

dipergunakan adalah komputer atau Handphone (HP) melalui internet,

dimana alat-alat tersebut digunakan untuk mengakses situs (website)

pemerintah yang hendak dituju.


41

b. Interact

Berbeda dengan jenis Publish yang bersifat pasif, pada jenis ini sudah

terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat yang

dilayani atau pihak lain yang berkepentingan. Terdapat dua jenis aplikasi

yang biasa digunakan dalam jenis ini. Yang pertama adalah bentuk portal

dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang

ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada jenis Publish,

pengguna hanya dapat mengikuti link yang sudah disertakan). Yang kedua

adalah pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat langsung

melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik

secara langsung (chatting, tele-conference, web-TV, dan lain sebagainya)

maupun tidak langsung (melalui e-mail, Frequent Ask Question/ FAQ,

newsletter, mailing list, dan lain sebagainya)

c. Transact

Dalam jenis ini interaksi atau komunikasi dua arah juga terjadi seperti pada

jenis kelas Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan

dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak yang lainnya. Jenis atau

aplikasi ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan dua jenis sebelumnya

karena dalam pelaksanaannya harus ada sistem keamanan yang baik agar

perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak privasi

berbagai pihak yang bertransaksi dapat terlindungi dengan baik.


42

6. Empat Tipe Relasi E-Government

Dalam konsep e-Government terdapat empat klasifikasi (Indrajit 2016:24-

26), yaitu antara lain:

a. Government to Citizens (G2C)

Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi

informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi

dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari

dibangunnya aplikasi e-Governmet bertipe G-to-C adalah untuk

mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses

yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau

pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-

hari.

b. Government to Business (G2B)

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah untuk membentuk

sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah

negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas

sehari-harinya, entitas bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan

banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah.

Disamping itu, yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai

lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban

organisasinya sebagai sebuah entitas berorientasi profit. Diperlukannya

relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja

bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan


43

roda perusahaannya, namun lebih terjadi relasi interaksi yang baik dan

efektif dengan industri swasta.

c. Government to Governments (G2G)

Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara untuk

saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan

untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya

tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun

lebih jauh lagi untuk memperlancar kerja sama antar negara dan kerja sama

antar entitas-entitas negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-

lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi

perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan

budaya, dan lain sebagainya.

d. Government to Employees (G2E)

Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga untuk meningkatkan kinerja

dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang

bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

G. Electronic Governance

1. Pengertian

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan konsep mengenai e-

government yang memiliki pengertian sebagai pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,

transparansi, dan akuntabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan

publik secara lebih baik (Suaedi, 2010: 54). Akan tetapi menurut Backus dalam
44

Suaedi (2010:54), “E-Governance lebih dari sekedar website pada internet,

melainkan mencakup fungsi yang sangat luas, yang sering kali dikaitkan

dengan e-democracy dan e-government”. Yadav (2012:2), menjelaskan bahwa

“E-governance: Use of internet by the governmet to provide its services at the

door step of customers, business, and other stakeholder”. Sedangkan menurut

Nurhadryani (2009: 116), e-governance didefinisikan sebagai penggunaan

Information Comunication Technologies (ICTs) pada proses governance/

kepemerintahan yang multi aktor, multi level dan multi arah dalam dimensi

horizontal dan vertikal.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa e-governance

adalah pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik dan memperbaiki hubungan antar

stakeholder dan masyarakat. Dengan kata lain, penerapan e-governance berarti

telah terjadi pergeseran dari e-administration (Peningkatan penyelenggaraan

tertib pemerintahan) menuju e-citizens (Peningkatan hubungan pemerintah

dengan warga negaranya), e-services (Peningkatan pelayanan publik), dan e-

society (Interaksi dan sinergi antara berbagai komponen masyarakat). Ketiga

domain tersebut masing-masing saling bersinggungan atau bersinergi sebagai

kekuatan bagi terciptanya good governance melalui e-governance (Suaedi,

2010:55).

2. Tujuan

Tujuan strategis dari e-governance menurut Backus dalam Suaedi (2010:

54) adalah untuk mendorong dan menyederhanakan penyelenggaraan


45

pemerintahan bagi semua pihak, yaitu pemerintah, sektor swasta, dan

masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-governance

akan mendorong dan menstimulasi terciptanya good governance melalui

interaksi interaktif dari aktor yang terlibat, yaitu state, privat sector, dan

society. Dengan demikian, tujuan dari e-governance memiliki kesamaan

dengan tujuan yang hendak dicapai oleh good governance.

3. Manfaat

Penerapan e-governance pun juga akan memberikan manfaat. Manfaat

yang ditawarkan oleh e-governance sendiri merupakan keunggulan yang utama

dari Information Comunication Technologies (ICTs) yang mendorong

terjadinya tiga perubahan yang mendasari terciptanya good governance di

negara berkembang. Menurut Suaedi (2010:57), tiga perubahan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Automation: Yaitu pergeseran dari pemrosesan informasi secara manual

ke teknologi digital.

b. Informatisation: Yaitu mempercepat proses pengolahan informasi,

misalnya dalam rangka pengambilan keputusan dan implementasi

keputusan.

c. Transformation: Yaitu penciptaan metode-metode pelayanan publik yang

lebih cepat dan efisien.

Dari ketiga perubahan fundamental tersebut, akan membawa beberapa

keunggulan bagi pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan

khususnya pelayanan publik, yakni:


46

a. Efisiensi, yang artinya pemerintah mampu untuk menyelenggarakan

pelayanan publik dengan lebih murah, serta mampu menjangkau lebih

banyak lapisan masyarakat. Selain itu pemerintah juga mampu

menghasilkan output yang lebih besar dengan biaya yang lebih murah.

b. Efektivitas, yang artinya pemerintah mampu bekerja dengan lebih baik dan

lebih inovatif, mampu menghasilkan sejumlah output yang sama dengan

biaya dan waktu yang sama namun dengan standar kualitas yang lebih

baik.

H. Digital Government

Menurut Muluk (2008:169), digitalisasi pemerintahan (Digital Government/

DIGIGOV) adalah penggunaan teknologi digital dalam penyelenggaraan fungsi

atau urusan pemerintahan. Selain karena desakan globalisasi, penerapan Digigov

didasarkan pada manfaat yang banyak bagi pemerintah, masyarakat, maupun sektor

swasta dalam hal berbagai aktivitas pelayanan pemerintah maupun jalannya

pemerintahan itu sendiri. Tapscott (dalam Muluk, 2008:174), mengungkapkan

bahwa Digigov merupakan internetworked government yang mengganti industrial

age government. Pergantian ini membawa dampak perubahan dari kendali

pemerintah ke pelayanan klien dan pemberdayaan masyarakat, dari fungsi

administrasi yang terisolasi menjadi pelayanan sumber daya yang terintegrasi, dan

dari penanganan arsip dan kertas kerja ke pelayanan elektronik. Selain itu, proses

ini membawa perubahan dari proses pemberian pelayanan yang memakan waktu

menjadi pelayanan yang singkat dan cepat, dari kontrol dan persetujuan eksplisit
47

menjadi kontrol dan persetujuan implisit, dari transaksi keuangan manual ke

transfer dana secara elektronik.

Digigov juga mengakibatkan perubahan dari mekanisme pelaporan yang kaku

menjadi pencarian informasi yang fleksibel, dari teknologi informasi yang terpisah-

pisah menjadi solusi jaringan yang terintegrasi, dan juga dari pemilihan setiap

beberapa tahun ke demokrasi partisipasi yang bisa dilakukan setiap saat. Muluk

(2008:178) menjelaskan bahwa digitalisasi oleh pemerintah daerah dapat

memberikan manfaat untuk menyambung komunikasi yang lebih berkualitas antar

instansi pemerintah, warga masyarakat, dan sektor bisnis sekaligus menarik

manfaat dari fenomena globalisasi bagi keuntungan daerah. Untuk itu, terdapat

strategi yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah agar dapat sukses menerapkan

Digigov. Kanter dalam Muluk (2008:178-179) menjelaskan tiga strategi yang harus

dilakukan oleh daerah, yang dikenal dengan konsep 3C’S (concepts, competence,

dan connection).

1. Concepts atau konsep dapat diartikan sebagai pengetahuan/ gagasan terbaik

dan mutakhir. Konsep berhubungan dengan para pemikir (thinkers).

2. Competence atau kompetensi berarti kemampuan beroperasi dengan standar

tertinggi diantara tempat-tempat lainnya. Kompetensi berkaitan erat dengan

para pembuat (makers).

3. Connection atau koneksi berarti hubungan terbaik yang menghasilkan akses

terhadap sumber daya orang dan organisasi lain di seluruh dunia. Koneksi

berkaitan dengan dengan pedagang (traders).


48

I. Revolusi Industri 4.0

1. Pengertian

Revolusi industri 4.0 merupakan revolusi yang ditandai dengan adanya

sebuah sistem yang terintegrasi secara siber. Sistem ini akan dapat membuat

integrasi menjadi jauh lebih baik dan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan

melalui sistem jaringan yang cerdas (Bloem 2014:12). Schwab (2017:1)

Revolusi industri 4.0 mengubah bagaimana seseorang hidup, bekerja, dan

berhubungan satu dengan yang lainnya. Berikut adalah aspek-aspek dari

revolusi industri 4.0 yang mungkin terjadi ketika industri 4.0 dijalankan dalam

sebuah negara ataupun institusi.

Tabel 6. Aspek Industri 4.0


No. Aspek Deskripsi
Meliputi segala usaha menyusun standar dan
1. Standardisasi
referensi dalam implementasi industri 4.0
Meliputi usaha untuk memodelkan sistem yang
2. Pemodelan
kompleks di industri
Ketersediaan teknologi perangkat keras atau
3. Jaringan Komunikasi lunak untuk pertukaran informasi data yang
cepat dan real time
Segala hal terkait keamanan sistem pengolahan
4. Safety and Security data dan keamanan penggunaan teknologi bagi
manusia
Meliputi usaha untuk mentransformasi sumber
5. Sumber Daya Manusia daya manusia agar siap menghadapi perubahan
akibat industri 4.0
Meliputi usaha untuk menyusun kerangka
6. Hukum hukum dalam implementasi industri 4.0
(kontrak, perjanjian, aturan, dsb.)
Meliputi segala usaha untuk melakukan
7. Efisiensi Sumber Daya efisiensi sumber daya (energi, biaya, dsb.)
akibat implementasi teknologi industri 4.0
Segala usaha terkait pengembangan teknologi
8. Teknologi CPS CPS, IoT, virtualisasi, yang menjadi kunci
teknologi industri 4.0
49

Meliputi pengembangan sistem manufaktur/


9. Smart Factory produksi yang otomatis, cerdas, modular, dan
adaptif
Meliputi penemuan model bisnis baru atau
10. Bisnis perubahan proses bisnis akibat penerapan
industri 4.0
Meliputi pengembangan dan penelitian terkait
11. Desain Kerja perubahan sistem kerja yang akan dihadapi
oleh pekerja
Meliputi segala usaha dalam mengolah big
12. Services
data membuat aplikasi pemanfaatannya
Terkait perubahan dan pengembangan model
Manajemen dan
13. manajemen dan organisasi karena penerapan
Organisasi
Industri 4.0
Terkait rekayasa produk atau layanan yang ter-
Rekayasa Produk
14. digitalisasi selama siklus hidupnya (smart
end to end
product)
Sumber: Prasetyo (2018).

2. Perkembangan

Schwab (2017:6-7) menjelaskan terdapat empat perkembangan dalam

revolusi industri yang dimulai pada pertengahan abad ke delapan belas.

Revolusi industri yang pertama terjadi pada sekitar tahun 1960 sampai tahun

1840an. Hal yang menjadi tanda terjadinya revolusi yang pertama ini adalah

adanya pembangunan rel kereta api dan penemuan dari mesin uap. Revolusi

industri yang kedua dimulai pada akhir abad ke sembilan belas sampai dengan

awal abad ke dua puluh, yang memungkinkan adanya produksi masal. Hal ini

didorong dengan adanya listrik dan perakitan. Revolusi industri yang ketiga

terjadi sekitar tahun 1960an. Revolusi ini dikenal sebagai revolusi komputer

atau digital karena adanya pengembangan semikonduktor, kerangka utama

komputer (1960an), komputer (1970 sampai 1980an), dan internet (1990an).

Revolusi industri keempat mulai terjadi pada abad ke dua puluh satu yang
50

ditandai dengan semakin banyaknya penerapan internet, adanya sensor yang

lebih ringkas, kuat, dan murah dalam biaya produksi, dan juga dengan adanya

kecerdasan buatan.

3. Dampak

Revolusi Industri 4.0 memiliki dampak yang sangat luas terhadap

kehidupan bernegara. Schwab (2017:28-105), menjelaskan dampak dari

revolusi industri 4.0 terhadap ekonomi, bisnis atau perusahaan, negara atau

pemerintah, dan juga masyarakat. Dari sekian banyak dampak-dampak yang

dihasilkan, hal terbesar yang terdampak datang dari satu pemicu utama yaitu

pemberdayaan. Bagaimana pemerintah berhubungan dengan masyarakat yang

dilayanani, bagaimana perusahaan berhubungan dengan para pelanggan

mereka, dan lain sebagainya. Revolusi industri 4.0 pasti memiliki rintangan

atau hambatan dalam pelaksanaannya, yang mana membutuhkan sebuah

pemberdayaan dalam tubuh pemerintah ataupun perusahaan. Dan hal ini

membutuhkan kolaborasi yang lebih kuat antar aktor yang berkepentingan agar

dapat menyukseskan pelaksanaan industri 4.0.

a. Ekonomi

Revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak yang besar, luas, dan

juga beraneka ragam dalam ekonomi global. Hal yang terdampak antara

lain meliputi Gross Domestic Product (GDP)/ Produk Domestik Bruto,

investasi, konsumsi, ketenagakerjaan, perdagangan, inflasi, dan masih

banyak lagi.
51

1) Pertumbuhan

Terdapat dua sudut pandang berbeda dari para pakar ekonomi

mengenai dampak revolusi industri 4.0 terhadap pertumbuhan

perekonomian. Dijelaskan menurut Schwab (2017:29), di satu sisi,

techno-pesimist menyatakan bahwa kontribusi penting dari revolusi

digital sudah berjalan sebelum konsep revolusi industri 4.0 muncul.

Sehingga revolusi industri 4.0 tidak begitu berdampak terhadap

produktivitas ataupun pertumbuhan ekonomi. Di satu sisi techno-

optimis menyatakan bahwa teknologi dan inovasi sedang dalam tahap

perubahan menuju teknologi yang lebih modern sehingga akan

membawa dampak yang besar terhadap produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan pertumbuhan

global menjadi lambat, yaitu antara lain penuaan dan produktivitas.

Penuaan menjadi tren yang cukup serius di negara maju barat.

Penuaan adalah sebuah tantangan ekonomi karena semakin sedikit

orang-orang muda yang masuk ke pekerjaan menggantikan orang-

orang tua yang seharusnya sudah pensiun dikarenakan faktor usia.

Faktor kedua adalah produktivitas. Selama satu dekade terakhir,

produktivitas di seluruh dunia masih saja kurang berkembang.

Produktivitas adalah faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan

ekonomi dalam kehidupan negara.


52

2) Ketenagakerjaan

Alasan mengapa revolusi teknologi yang baru akan menimbulkan

gejolak yang lebih besar dibandingkan dengan revolusi industri yang

sebelumnya adalah dikarenakan tiga hal yaitu kecepatan (revolusi

terjadi begitu cepat daripada sebelumnya), luas dan dalam (terdapat

banyak perubahan yang radikal terjadi dalam revolusi industri 4.0),

dan dampak terhadap sistem dalam kehidupan bernegara. Berdasarkan

faktor-faktor diatas, terdapat kesimpulan yang dapat diambil yaitu

teknologi baru akan dapat mengubah budaya kerja di seluruh institusi

ataupun industri. Manusia sebagai penggerak utama pekerjaan

sebelumnya memiliki kemampuan untuk beradaptasi untuk dapat

bersaing seiring perkembangan zaman.

Revolusi industri 4.0 juga berpengaruh terhadap pergantian

tenaga kerja, kemampuan tenaga kerja yang dibutuhkan, dan terhadap

perkembangan ekonomi. Menurut Schwab (2017:36),

“First, there is a destruction effect as technology-fueled


disruption and automation substitute for labor, forcing worker
to become unemployed or reallocate their skills elsewhere.
Second, this destruction effect is accompanied by capitalization
effect in which the demand for new goods and services increases
and leads to the creation of new occupations, businesses and
even industries”.

Terdapat banyak perbedaan kategori dalam pekerjaan, dari yang

mulai melibatkan penggunaan mesin dan juga tenaga kerja manual,

sekarang sudah diotomatisasi. Lebih lanjut, faktanya adalah: revolusi

industri 4.0 terlihat mengakibatkan penurunan penggunaan tenaga


53

kerja daripada revolusi yang sebelumnya. Hal inilah yang dimaksud

dari dampak pergantian tenaga kerja dari tenaga kerja manusia

menjadi tenaga kerja yang terotomatisasi.

Dalam masa depan yang dapat diperkirakan, Schwab (2017:37),

menjelaskan bahwa pekerjaan dengan risiko yang kecil dalam

kaitannya dengan otomatisasi akan lebih diambil alih robot dan

manusia masih bisa dibutuhkan di pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan sosial dan kreativitas, terutama pembuat keputusan dan

pengembangan ide yang baru. Dalam menghadapi perkembangan

lingkungan kerja yang cepat, harus ada kemampuan untuk

mengantisipasi tren ketenagakerjaan di masa depan dengan

mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan pada

masa itu untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada

(Schwab, 2017:41).

Penting untuk melihat revolusi industri di negara berkembang.

Tahap baru dari revolusi industri masih belum menjangkau

masyarakat dunia, terutama yang masih belum bisa menjangkau atau

menikmati fasilitas listrik, air bersih, sanitasi, dan lain-lain. Meskipun

demikian revolusi industri 4.0 tidak bisa dielakkan di negara

berkembang. Dampak yang dapat dilihat dari revolusi industri dapat

dilihat. Dalam dekade terakhir, walaupun terdapat kesenjangan

diantara negara-negara di dunia, namun perbedaannya secara

signifikan menurun.
54

3) Sifat Pekerjaan

Munculnya dunia kerja dimana terdapat paradigma pekerja

dominan merupakan seri transaksi antara pekerja dan perusahaan yang

dijelaskan oleh Daniel Pink 15 tahun yang lalu dalam bukunya yang

berjudul Free Agent Nation. Tren ini secara signifikan akan berubah

dengan adanya inovasi teknologi. Hari ini, permintaan ekonomi secara

fundamental mengubah hubungan kita dengan pekerjaan. Mulai

banyak perusahaan yang menggunakan “human cloud” untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Maksudnya adalah, pekerjaan yang ada

di perusahaan dikelompokkan kedalam tugas-tugas yang tepat dan

terpisah, lalu tugas-tugas tersebut diletakan di internet atau sebuah

penyimpanan awan untuk dikerjakan oleh pekerja yang berada di

seluruh dunia tidak dibatasi oleh tempat kerja seperti kebiasaan lama.

b. Bisnis

1) Ekspektasi Pelanggan

Ekspektasi pelanggan baik yang dikategorikan sebagai individual

ataupun bisnis, meningkat di era ekonomi digital ini. Hal ini

mencakup ekspektasi bagaimana mereka dilayani. Ekspektasi

pelanggan didefinisikan lebih lanjut menjadi sebuah pengalaman

bagaimana mereka dilayani dengan baik.

Banyak perusahaan yang menyediakan pelayanan yang

berorientasi pada kepuasan pelanggan, namun apakah hal tersebut

benar dilakukan bisa dilihat bagaimana pelanggan merasakannya.


55

Dalam kaitannya dengan dunia ekonomi digital, klaim perusahaan

tersebut dapat dilihat dari data real-time dan juga analisis. Era digital

lebih berfokus pada penggunaan data, perbaikan produk dan

pengalaman pelanggan.

2) Peningkatan Data Terhadap Produk

Perkembangan teknologi membuat perubahan bagaimana

organisasi menyediakan dan mengelola aset mereka. Produk dan

layanan ditingkatkan kualitasnya melalui teknologi digital untuk

meningkatkan nilai dari produk dan layanan tersebut.

3) Kolaborasi Inovasi

Pengalaman pelanggan, pelayanan berbasis data, dan juga kinerja

berdasarkan analisis membutuhkan formasi kolaborasi baru untuk

mempercepat inovasi dan mengantisipasi gangguan yang mungkin

terjadi. Ini penting untuk perusahaan besar dan mapan, namun juga

tidak kalah penting untuk perusahaan kecil dan berkembang.

Perusahaan-perusahaan dahulu memiliki kekurangan dalam hal

kemampuan yang spesifik dan juga memiliki sensitivitas yang rendah

untuk meningkatkan kebutuhan pelanggan, sementara perusahaan

sekarang minim memiliki modal dan memiliki kekurangan data yang

dioperasikan dengan cara yang tepat.

4) Model Operasional Baru

Semua dampak yang ada di atas mengharuskan perusahaan untuk

memikirkan kembali model operasi perusahaan mereka. Perencanaan


56

strategi dituntut untuk memenuhi kebutuhan perusahaan untuk

pengoperasian yang lebih cepat dan tangkas. Seperti yang telah

dijelaskan di awal, model operasi yang perlu diwujudkan dari dampak

adanya digitalisasi adalah penyediaan platform yang berfungsi untuk

mengoneksikan dunia fisik secara siber.

c. Nasional dan Global

Perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0 juga membuat

perubahan bagaimana institusi publik dioperasikan Menurut Schwab

(2017:67) “The disruptive changes brought by the fourth industrial

revolution are redefining how public institutions and organizations

operate.”

1) Pemerintah

Ketika melihat dampak dari revolusi industri 4.0 di pemerintah,

penggunaan teknologi digital untuk menjalankan pemerintahan adalah

hal yang terbaik. Menurut Schwab (2017:67), “More intense and

innovative use of web technologies can help public administrations

modernize their structures and fungtions to improve overall

performance, from strengthening processes of e-governance to

fostering greater transparency, accountability and engagement

between the government and its citizens”. Semakin sering dan inovatif

penggunaan teknologi web dapat membantu administrasi publik untuk

memodernisasi struktur dan fungsi organisasi untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja secara keseluruhan, meningkatkan proses


57

pelaksanaan e-government yang akan meningkatkan transparansi,

akuntabilitas, dan hubungan yang semakin baik antara pemerintah

dengan masyarakat yang dilayani.

2) Negara, Daerah, Kota

Negara dan daerah yang sukses menyediakan aturan internasional

yang mengarah pada perkembangan zaman dan juga perkembangan

ekonomi digital (komunikasi 5G, penggunaan drone/ pesawat tanpa

awak komersial, penggunaan internet, kesehatan digital,

pengembangan manufaktur, dan lain sebagainya) akan mendapatkan

dampak yang besar terhadap keuntungan ekonomi dan finansial.

Sebaliknya, negara yang mempromosikan atau menggunakan

aturan negara mereka sendiri untuk mendapatkan keuntungan pelaku

usaha lokal dan juga melakukan pembatasan atau penolakan terhadap

kompetitor asing dengan mengurai insentif mereka di dalam negeri,

berisiko menjadi negara yang terisolasi dari aturan global dan juga

menjadi negara yang tertinggal dalam hal perkembangan ekonomi

digital yang baru.

3) Keamanan Internasional

Revolusi industri 4.0 akan membawa dampak yang mendalam

terhadap budaya hubungan negara dan keamanan internasional.

Masyarakat sekarang hidup di dunia yang sangat terhubung dimana

informasi, ide dapat menjelajahi dunia lebih cepat dari yang

sebelumnya. Masyarakat juga hidup di dunia dengan ketidaksetaraan


58

yang meningkat antar negara. Hal kritis yang terjadi adalah semakin

terhubungnya dunia dan juga meningkatnya ketidaksetaraan dapat

memicu munculnya fragmentasi, segregasi, dan juga kerusuhan sosial,

yang akan meningkatkan tingkat kejahatan di masyarakat. Revolusi

industri 4.0 akan mengubah karakter dari keamanan terhadap

ancaman.

d. Masyarakat

Kemajuan ilmiah, komersialisasi, dan munculnya berbagai inovasi

adalah proses sosial yang terjadi ketika orang-orang mengembangkan ide,

nilai, minat, dan aturan baru dalam revolusi industri 4.0. Tantangan

terbesar bagi masyarakat dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah

bagaimana menerima perubahan teknologi dan mengakomodasi

modernisasi akan tetapi juga mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam

sistem masyarakat yang selama ini digunakan.

1) Ketimpangan dan Kelas Menengah

Pembahasan mengenai dampak yang terjadi terhadap ekonomi

dan bisnis mengungkap bahwa terdapat perubahan struktural dalam

masyarakat yang berbeda dimana hal tersebut dapat menyebabkan

ketidaksetaraan atau ketimpangan dalam masyarakat. Robot dan

algoritma semakin menggantikan manusia dalam ketenagakerjaan.

Dinamika inilah yang menyebabkan teknologi dianggap sebagai salah

satu alasan utama pendapatan masyarakat mengalami stagnasi, atau

bahkan menurun.
59

2) Komunitas

Schwab (2017:94), yang menyatakan bahwa digitalisasi akan

menghasilkan dampak yang substansial terhadap banyak hal. Dari

sudut pandang masyarakat luas atau komunitas, salah satu dampak

yang paling besar dari digitalisasi adalah munculnya perilaku manusia

yang mengedepankan diri sendiri yang merupakan sebuah proses

munculnya individualisme dalam diri seseorang dan munculnya

sebuah norma baru dalam masyarakat atau komunitas.

Berbeda dengan masa lalu, keinginan untuk bersosialisasi dengan

orang lain, pada hari ini lebih disebabkan atau ditentukan oleh adanya

motif personal, nilai dan kepentingan individu daripada disebabkan

oleh kebutuhan untuk bermasyarakat itu sendiri.

e. Individu

Menurut Schwab (2017:97), revolusi industri 4.0 tidak hanya

mengubah bagaimana manusia bekerja namun juga mengubah manusia itu

sendiri. Schwab juga menjelaskan dampak yang akan terjadi pada manusia

sebagai individu sangat beragam, yaitu mempengaruhi identitas manusia,

makna terhadap privasi, pemikiran terhadap kepemilikan, pola konsumsi,

waktu yang dicurahkan untuk bekerja dan beristirahat, bagaimana manusia

mengembangkan kariernya, dan juga bagaimana manusia mengolah

kemampuannya. Selain itu revolusi industri 4.0 akan mempengaruhi

bagaimana manusia bertemu dengan orang lain dan juga dalam

memelihara hubungan.
60

Sampai sekarang teknologi memungkinkan manusia untuk dapat

melakukan sesuai dengan mudah, cepat, dan lebih efisien. Teknologi juga

memberikan manusia keuntungan berupa pengembangan diri atau kualitas

diri. Dari berbagai dampak yang memungkinkan terjadi pada manusia,

manusia harus mampu beradaptasi secara berkelanjutan.

1) Identitas, Moralitas, dan Etika

Inovasi yang beraneka ragam dari adanya revolusi industri 4.0,

seperti bioteknologi dan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan

buatan, akan mengubah status manusia itu sendiri. Inovasi-inovasi

tersebut mendorong batasan-batasan yang ada mengenai masa hidup

manusia, kesehatan, dan lain sebagainya. Sebagai akibat dari adanya

perkembangan pengetahuan dan penemuan, manusia harus memiliki

fokus dan komitmen terhadap moralitas dan etika yang harus dijaga.

2) Koneksi Manusia

Semakin besar penggunaan digital dan teknologi di dunia serta

adanya keinginan untuk dapat mempertahankan nilai-nilai

kemanusiaan, dapat terwujud dengan adanya hubungan yang dekat

dan bermasyarakat dari manusia. Ada kekawatiran yang muncul dari

revolusi industri 4.0 yang akan mengakibatkan menurunnya

kemampuan sosial seseorang serta rasa empati yang dimiliki.

3) Pengelolaan Informasi Publik dan Pribadi

Salah satu tantangan individual terbesar yang ditimbulkan oleh

internet adalah menyangkut tentang privasi. Ini adalah sebuah isu


61

yang besar karena seperti yang dikatakan oleh Michael Sandel dalam

penelitiannya, bahwa manusia dengan mudah dapat membagikan

privasi mereka menggunakan perangkat yang mereka gunakan.

Internet dapat menjadi alat yang membebaskan setiap orang didunia

yang belum ada sebelumnya, namun pada saat yang sama internet

dapat menjadi suatu media untuk mendapatkan informasi pribadi

seseorang di seluruh dunia.

J. Sistem Online Single Submission (OSS)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018

Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, yang

dimaksud dengan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online

Single Submission (OSS) adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga

OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/ wali

kota kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi. Pelaku usaha

atau pemohon perizinan berusaha melalui OSS meliputi antara lain:

1. Pelaku Usaha Perseorangan

2. Pelaku Usaha Non Perseorangan, antara lain: Perseroan Terbatas (PT),

Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan umum daerah, Badan hukum lainnya

yang dimiliki oleh negara, Badan Layanan Umum (BLU), Lembaga penyiaran,

Badan usaha yang didirikan oleh yayasan, Koperasi, Persekutuan Komanditer

(Commanditaire Vennootschap/ CV), Persekutuan Firma dan Persekutuan

Perdata.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan

(Cresswell 2016:4). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan konsep

sensitivitas pada masalah yang akan dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan

dengan penelusuran teori dari bawah (Grounded theory) dan mengembangkan

pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi (Gunawan, 2015:80).

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2014:4) mendefinisikan metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui, mendeskripsikan, dan

menganalisis tentang penerapan sistem baru perizinan OSS yang diterapkan di

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

serta apa saja dampak penerapan tersebut bagi pemerintah dan masyarakat sebagai

penerima layanan. Hal tersebut bisa dicapai ketika menggunakan metode penelitian

deskriptif sehingga dapat menghasilkan data yang mendalam terhadap topik yang

diteliti.

62
63

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman

peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah

ataupun kepustakaan lainnya (Moleong 2014:97). Adapun yang menjadi fokus

penelitian ini adalah:

1. Penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang. Menurut artikel Decisions

Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008:69-70), terdapat faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi keputusan untuk menerapkan sebuah sistem antar

organisasi, termasuk sistem OSS, antara lain:

a. Tekanan Kompetitif

b. Penggunaan Kekuasaan

c. Kebutuhan Internal

d. Dukungan Manajemen Puncak

2. Dampak penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang dalam perspektif

Revolusi Industri 4.0 menurut Schwab (2017:28-105) antara lain:

a. Dampak Terhadap Ekonomi

1) Pertumbuhan

2) Ketenagakerjaan

b. Dampak Terhadap Pemerintah

c. Dampak Terhadap Masyarakat


64

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Malang. Kabupaten Malang

merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang beragam. Dengan adanya

potensi tersebut, diharapkan Pemerintah Kabupaten Malang dapat menerapkan

sistem perizinan baru OSS dan diharapkan dapat memudahkan calon investor untuk

menanamkan modalnya di Kabupaten Malang. Situs Penelitian ini berada di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Alasan Penulis memilih situs

penelitian tersebut adalah karena yang berwenang menangani tentang penanaman

modal di Kabupaten Malang adalah Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang.

D. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Jenis data dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder. Sedangkan sumber data merupakan asal dari mana data dalam penelitian

diperoleh atau didapatkan. Menurut Hasan (2002:117-123), terdapat lima sumber

data penelitian yaitu Narasumber/ Informan, Peristiwa/ Aktivitas, Tempat/ Lokasi,

Dokumen dan Arsip, dan Teknik Cuplikan/ Sampling. Sumber dan jenis data dalam

penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber

atau informan dalam penelitian. Narasumber atau informan memiliki posisi

untuk sekedar memberikan respon, tanggapan, dan jawaban terhadap apa yang

diminta atau ditanyakan oleh peneliti. Adapun yang menjadi narasumber atau

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


65

a. Bapak Drs. Iriantoro, M.Si selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang;

b. Bapak Drs. Dwi Ilham Prastyanto selaku Sekretaris Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang;

c. Ibu Trimardiyaningsih, S.H selaku Kepala Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian;

d. Ibu Kirni, S.H, M.M selaku Kepala Sub Bagian Keuangan dan Aset;

e. Ibu Dra. Nunuk Suryandari, M.Si selaku Kepala Bidang Pengembangan

dan Promosi Penanaman Modal;

f. Bapak Sumarno, S.Sos selaku Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal;

g. Ibu Dra. Siti Rohani, M.Si selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan

Perekonomian dan Sosial Budaya;

h. Ibu Umi Uswatun Khasanah, S.H selaku Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan; dan

i. Masyarakat, dalam hal ini pelaku usaha yang datang ke Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk mengurus perizinan, yaitu

sebagai berikut:

1) Bapak Prio

2) Bapak Dani

3) Bapak Ferry Amsyah Samodra

4) Bapak Khotib
66

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung yang

mampu memberikan informasi tambahan terhadap penelitian yang dilakukan.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah:

a. Peristiwa/ Aktivitas

Data dalam penelitian juga dapat dikumpulkan melalui pengamatan atas

peristiwa yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan topik penelitian.

Dari kegiatan mengamati peristiwa yang terjadi secara langsung, peneliti

dapat mengetahui proses bagaimana sesuatu dapat terjadi secara lebih

jelas. Peristiwa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan atau

pemberian pelayanan perizinan melalui sistem OSS di Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang.

b. Tempat/ Lokasi

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan topik dan fokus penelitian

dapat memberikan informasi mengenai kondisi yang terjadi di lapangan

secara jelas. Peneliti dapat secara kritis melakukan pengamatan dan

menarik kesimpulan yang berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Dokumen/ Arsip

Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis atau catatan yang memiliki

hubungan dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Namun dokumen atau

arsip juga bisa berupa rekaman, gambar, atau benda peninggalan yang

berkaitan dengan peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini dokumen yang

digunakan adalah, antara lain:


67

a. Publikasi Peringkat Kemudahan Melakukan Investasi tahun 2018 oleh

Doing Bussiness.

b. Publikasi IMD World Digital Competitiveness Ranking 2018 wilayah Asia

Tenggara.

c. Data Investasi PMA/ PMDN Kabupaten Malang Triwulan I.

d. Data Investasi PMA/ PMDN Kabupaten Malang Triwulan IV.

e. Data Penduduk Kabupaten Malang tahun 2019 berdasarkan Kecamatan

dan jenis kelamin.

f. Laporan Bezzeting dan Formasi PNS Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang tahun 2019.

g. Objek Pemantauan Direktorat Kerja Sama Pembinaan Teknis Perizinan

dan Non Perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang tahun 2018

h. Undangan Rapat Satgas Percepatan Berusaha hari Kamis, 18 Januari 2018.

i. Notulen Rapat Koordinasi Penyusunan SOP pada Selasa, 26 Juni 2018.

j. Paparan Profil Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang

tahun 2018.

k. Rencana Strategis Dinas Penanaman Modal dan PSTP Kabupaten Malang

tahun 2016-2021.

l. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Malang

tahun 2016-2021.

m. Siaran Pers Peresmian Penerapan Sistem OSS tanggal 9 Juli 2018.

n. Struktur Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang.


68

o. Surat Edaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tentang

Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

(Sistem OSS).

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Darmawan (2013:159), teknik pengumpulan data adalah cara-cara

yang ditempuh serta alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan

data berupa observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara melakukan penelitian secara teliti dan juga melakukan pencatatan secara

sistematis (Arikunto dalam Gunawan, 2014:143). Menurut Creswell (2013:

267). Dalam observasi kualitatif, peneliti turun langsung ke lapangan untuk

mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam

penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui observasi

langsung ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk

mencatat secara sistematis, mengamati, serta melakukan penelitian secara teliti.

2. Wawancara

Menurut Setyadin dalam Gunawan (2014:160), wawancara adalah sebuah

percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses

tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.

Sedangkan menurut Gunawan (2014:160), wawancara pada penelitian

kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului


69

beberapa pertanyaan informal yang bertujuan untuk mendapatkan informasi

penelitian. Menurut Creswell (2013:267), peneliti dapat melakukan face-to-

face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, wawancara

dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (Interview dalam

kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per

kelompok. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan

wawancara langsung atau face-to-face interview (wawancara berhadap-

hadapan) dengan partisipan.

3. Dokumentasi

Kata dokumen berasal dari bahasa latin docere, yang berarti mengajar.

Menurut Sugiyono (2014:240), Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi Dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Menurut Creswell (2013:267-270), Dokumen-dokumen kualitatif bisa berupa

dokumen publik (koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat

(seperti buku harian, diary, surat, dan e-mail).

F. Instrumen Penelitian

1. Peneliti Sendiri

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian

karena peneliti itu sendirilah yang memiliki peran untuk menentukan

keseluruhan skenario penelitian. Hal ini sesuai pendapat Gunawan (2014:95),

yang menyatakan bahwa peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian


70

kualitatif. Peneliti kualitatif tidak memiliki formula baku untuk menjalankan

penelitiannya. Oleh karena itu, kompetensi peneliti menjadi aspek yang paling

penting dalam penelitian kualitatif.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara (interview guide) adalah panduan atau batasan

mengenai materi yang dijadikan dasar dalam tahap wawancara terhadap

narasumber dalam penelitian kualitatif. Menurut Gunawan (2015:162),

Instrumen dalam pedoman wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan

kepada informan yang akan membuat proses wawancara menjadi lebih

terstruktur dan terarah sesuai dengan fokus penelitian.

3. Catatan Lapangan

Menurut Emzir (2014:66-67), catatan lapangan adalah uraian tertulis

tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan peneliti selama

pengumpulan dan refleksi data dalam sebuah penelitian kualitatif.

Keberhasilan suatu observasi partisipan terletak pada catatan lapangan yang

rinci, cermat, dan luas. Catatan lapangan berisi dua jenis materi yaitu catatan

lapangan deskriptif yang berhubungan dengan gambaran kata-kata tentang

latar, orang, tindakan, dan percakapan. Materi kedua yaitu catatan lapangan

reflektif yang berusaha untuk menangkap lebih dari kerangka pengamat

tentang pikiran, ide, dan perhatian.

G. Analisis Data

Analisis data Kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong,

2014:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
71

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Data Data
Collection Display

Data Conclusions:
Condensation Drawing/
Vefifying

Gambar 4. Components of Data Analysis: Interactive Model


Sumber: Miles, Huberman, dan Saldana (2014:10).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model analisis data dari Miles,

Huberman, dan Saldana. Alasan penulis menggunakan model analisis ini adalah

karena tahap-tahap yang dijelaskan dari awal pengumpulan data sampai pada

penarikan kesimpulan dapat digambarkan dengan jelas dan mampu memberikan

penulis sebuah pedoman analisis data yang mudah dilaksanakan ketika melakukan

penelitian. Miles (2014:8-10), menjelaskan metode analisis data berupa Kondensasi

Data (Data Condensation), Paparan Data (Data Display), dan Penarikan

Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/ verifying).


72

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data merupakan proses memilih, memfokuskan,

menyederhanakan, meringkas data yang tertulis di catatan lapangan, hasil

wawancara, dokumen-dokumen, dan penemuan empiris lainnya. Dengan

melakukan proses kondensasi, dapat menjadikan data lebih kuat dan jelas.

Kondensasi data berlangsung secara berkelanjutan di seluruh penelitian

kualitatif. Bahkan sebelum data-data tersebut dikumpulkan, kegiatan

kondensasi data awal sudah terjadi dalam pemilihan atau pembuatan kerangka

berpikir, studi kasus, pertanyaan penelitian, dan juga pendekatan metode

pengumpulan data (walaupun dalam hal ini peneliti tidak menyadari secara

penuh).

Kondensasi data tidak bisa dipisahkan dari analisis. Kondensasi data

merupakan salah satu dari bagian analisis. Kondensasi data sebuah bentuk dari

analisis tentang memperkuat data, menyortir data, memfokuskan data,

membuang data yang tidak perlu atau tidak sesuai dengan fokus dan topik

penelitian, dan juga mengorganisir data dengan tujuan data tersebut dapat

ditampilkan dengan baik dan juga sesuai dengan penelitian.

2. Paparan Data (Data Display)

Langkah kedua dalam analisis data adalah pemaparan data. Secara umum,

paparan data adalah menampilkan data-data yang telah terorganisasi dan

teringkas untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atau diambil langkah

selanjutnya. Paparan dapat membantu penulis atau pembaca untuk dapat


73

memahami data lebih dalam dan mengambil suatu tindakan terhadap data

tersebut tergantung dari pemahaman masing-masing.

Sama seperti kondensasi data, paparan data juga tidak bisa dipisahkan dari

sebuah analisis, karena paparan data juga merupakan bagian dari sebuah

analisis data. Penentuan bagaimana penulis menampilkan data yang telah

dikondensasi ke dalam sebuah penelitian adalah bagian dari analisis itu sendiri.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/ verifying)

Langkah ketiga dalam aktivitas analisis data adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dibuat oleh peneliti sifatnya masih

sementara dan mungkin berubah bila peneliti menemukan data yang tidak

sesuai dengan dugaan awal. Kesimpulan terakhir tidak dapat dilakukan sampai

pengumpulan data selesai dilakukan. Hal ini tergantung dari banyaknya catatan

lapangan. Apabila kesimpulan sudah sama dengan data dan bukti yang

diperoleh saat peneliti kembali ke lapangan melalui proses verifikasi, maka

kesimpulan tersebut dapat dikatakan kesimpulan yang kredibel.

H. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan agar data dalam

penelitian yang telah dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dan menghasilkan

penelitian yang memiliki validitas yang tinggi. Creswell dan Miller (dalam

Creswell, 2016:269) menjelaskan bahwa, “Validitas merupakan salah satu kekuatan

penelitian kualitatif dan didasarkan pada penentuan apakah temuan yang didapat

akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca.”


74

Creswell (2016:269-271), juga menyebutkan bahwa terdapat strategi yang

perlu dilakukan peneliti agar dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam

menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi

tersebut melalui 8 (delapan) strategi validitas (validity strategies), yaitu antara lain:

1. Triangulasi (Triangulate).

Triangulasi merupakan penggunaan atau pengumpulan data dari informasi

yang berbeda serta memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber tersebut

dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren.

Jika tema-tema dibangun berdasarkan sejumlah sumber data ataupun dari

beberapa perspektif yang berbeda dari partisipan, maka proses ini dapat

menambah validitas penelitian.

2. Menerapkan Member Checking.

Penerapan member checking dilakukan untuk mengetahui akurasi hasil

penelitian dengan membawa kembali hasil penelitian ke hadapan partisipan

untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa hasil penelitian tersebut sudah

akurat.

3. Membuat Deskripsi yang Kaya dan Padat (Rich and Thick Description).

Penulisan deskripsi dalam penelitian harus dapat/ mampu menggambarkan

ranah (setting) penelitian dan membahas salah satu elemen dari pengalaman-

pengalaman partisipan, namun dengan penulisan yang padat dan jelas.


75

4. Mengklarifikasi Bias yang Mungkin Dibawa Peneliti ke dalam Penelitian.

Peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan

dirasakan oleh pembaca, dengan melakukan refleksi diri terhadap

kemungkinan bias yang ada dalam penelitian.

5. Menyajikan Informasi “Yang Berbeda” atau “Negatif” (Negative or

Discrepant Information) yang Dapat Memberikan Perlawanan Pada Tema-

tema Tertentu.

Oleh karena kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak

selalu menyatu, membahas informasi yang berbeda sangat mungkin menambah

kredibilitas hasil penelitian. Selain juga membahas bukti yang mendukung

mengenai suatu tema yang diangkat, peneliti juga dapat menyajikan informasi

yang berbeda dengan perspektif dari tema tersebut. Dengan menyajikan bukti

yang kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.

6. Memanfaatkan Waktu yang Relatif Lama (Prolonged Time).

Peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam fenomena yang diteliti

dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang yang

turut membangun kredibilitas hasil naratif penelitian.

7. Melakukan Tanya Jawab dengan Sesama Rekan Peneliti (Peer Debriefing).

Proses ini mengharuskan peneliti mencari seorang rekan (a peer debriefer)

yang dapat me-review untuk berdiskusi mengenai penelitian kualitatif agar

dapat menambah validitas penelitian.


76

8. Mengajak Seorang Auditor (External Auditor) untuk Me-review Keseluruhan

Proyek Penelitian.

Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti atau

proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat

memberikan penilaian yang obyektif, mulai dari proses awal sampai pada

kesimpulan penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Malang

a. Profil Kabupaten Malang


KAB. MOJOKERTO
KAB. KEDIRI

KAB. LUMAJANG
KAB. BLITAR

Gambar 5. Peta Kabupaten Malang


Sumber: Website Pemerintah Kabupaten Malang, 2019.

Kabupaten Malang adalah salah satu Kabupaten di Indonesia yang terletak

di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Malang merupakan Kabupaten dengan

77
78

wilayah terluas kedua setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 kabupaten/ kota

yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Malang memiliki luas wilayah

sebesar 2.977,05 km2 dan jumlah penduduk berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS) sebanyak 2.544.315 jiwa pada tahun 2015 yang tersebar di 33

kecamatan, 378 desa, dan 12 kelurahan. Kabupaten Malang juga dikenal

sebagai daerah dengan potensi yang beragam, diantaranya potensi dari

pertanian, perkebunan, tanaman obat keluarga, pariwisata dan lain sebagainya

(Website Pemerintah Kabupaten Malang, 2019).

Gambar 6. Logo Kabupaten Malang


Sumber: Website Pemerintah Kabupaten Malang, 2019.

Logo Kabupaten Malang memiliki arti yang dilihat dari lambang-lambang

yang melekat dalam logo tersebut, antara lain sebagai berikut:

1) Perisai Segi Lima: Merah Putih

2) Tulisan Kabupaten Malang: Merah

3) Garis tepi atap kubah: Kuning Emas

4) Warna dasar kubah: Hijau


79

5) Gunung berapi: Hijau

6) Asap: Putih

7) Keris: Putih dan Hitam

8) Buku terbuka: Putih

9) Laut: Biru Tua

10) Gelombang laut (Jumlah 19): Putih

11) Butir padi (Jumlah 45): Kuning Emas

12) Bunga Kapas (Jumlah 8): Putih

13) Daun Kapas (Jumlah 17): Hijau

14) Bintang bersudut lima: Kuning Emas

15) Pita terbentang dengan Sesanti Satata Gama Kartaraharja: Putih dan

Hitam

16) Rantai (Jumlah 7): Kuning Emas

Jiwa nasional bangsa Indonesia yang suci dan berani, dimana segala usaha

ditunjukkan untuk kepentingan nasional berlandaskan falsafah Pancasila

dilukiskan dengan perisai segi lima dengan garis tepi tebal berwarna merah dan

putih. Kubah dengan garis tepi atapnya berwarna kuning emas dan warna dasar

hijau mencerminkan papan atau tempat bernaung bagi kehidupan rohani dan

jasmani diruang lingkup daerah Kabupaten Malang yang subur makmur.

Bintang bersudut lima berwarna kuning emas, mencerminkan Ketuhanan Yang

Maha Esa berdasarkan falsafah Pancasila yang luhur dan agung.

Untaian padi berwarna kuning emas, daun kapas berwarna hijau serta

bunga kapas berwarna putih mencerminkan tujuan masyarakat adil dan


80

makmur. Daun kapas berjumlah 17 (Tujuh belas), bunga kapas berjumlah 8

(Delapan), gelombang laut berjumlah 45 (Empat puluh lima) mencerminkan

semangat perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945. Rantai berwarna kuning

emas mencerminkan persatuan dan keadilan. Gunung berapi berwarna hijau

mencerminkan potensi alam daerah Kabupaten Malang, sedangkan asap

berwarna putih mencerminkan semangat yang tak pernah kunjung padam.

Laut mencerminkan kekayaan alam yang ada di daerah Kabupaten

Malang, sedangkan warna biru tua mencerminkan cita-cita yang abadi dan tak

pernah padam. Keris yang berwarna hitam dan putih mencerminkan jiwa

kepahlawanan dan kemegahan sejarah daerah Kabupaten Malang. Buku

terbuka berwarna putih mencerminkan tujuan meningkatkan kecerdasan rakyat

untuk kemajuan. Sesanti Satata Gama Karta Raharja mencerminkan

masyarakat adil dan makmur secara materiil dan spiritual disertai dasar

kesucian yang langgeng/ abadi (Website Pemerintah Kabupaten Malang,

2019).

b. Sejarah Kabupaten Malang

Ketika kerajaan Singhasari dibawah kepemimpinan Akuwu Tunggul

Ametung yang beristrikan Ken Dedes, kerajaan itu dibawah kekuasaan

Kerajaan Kediri. Pusat pemerintahan Singhasari saat itu berada di Tumapel.

Baru setelah muncul Ken Arok yang kemudian menghilangkan Tunggul

Ametung dengan cara membunuhnya dan menikahi Ken Dedes yang cantik

jelita, pusat kerajaan berpindah ke Malang, setelah berhasil mengalahkan

Kerajaan Kediri, dan saat jatuh ke tangan Singhasari statusnya menjadi


81

kadipaten. Sementara Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Sri

Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1227).

Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan Mataram,

kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya

kerajaan Majapahit. Sementara pemerintahan pun berpindah ke Demak disertai

masuknya agama Islam yang dibawa oleh Wali Songo. Malang saat itu berada

dibawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo dan hanya berstatus

kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut Folklore, muncul

pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo. Ia tertangkap prajurit Mataram

di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen (Kepanji-an). Hancurnya

Kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah.

Bukti-bukti lain yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-

nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang,

dan Mandaraka. Peninggan sejarah berupa candi-candi merupakan bukti

konkret seperti:

1) Candi Kidal di Desa Kidal, Kecamatan Tumpang yang dikenal

sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati.

2) Candi Singhasari di Kecamatan Singosari sebagai penyimpanan abu

jenazah Kartanegara.

3) Candi Jago/ Jajaghu di Kecamatan Tumpang merupakan tempat

penyimpanan abu jenazah Wisnuwardhana.

Pada zaman VOC, Malang merupakan tempat strategis sebagai basis

perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674-1680) terhadap


82

Mataram yang dibantu VOC. Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di

Ngantang. Awal abad XIX ketika pemerintahan dipimpin oleh gubernur

jenderal, Malang seperti halnya daerah-daerah di nusantara lainnya, dipimpin

oleh bupati.

Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang

diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi gubernur

jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Kabupaten Malang

merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan.

Bukti-bukti yang lain, seperti beberapa prasasti yang ditemukan menunjukkan

daerah ini telah ada sejak abad VIII dalam bentuk Kerajaan Singhasari dan

beberapa kerajaan kecil lainnya seperti kerajaan Kanjuruhan seperti yang

ditulis dalam prasasti Dinoyo.

Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jumat legi

tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender

kabisat jatuh pada tanggal 28 November 760. Tanggal inilah yang dijadikan

patokan hari jadi Kabupaten Malang. Sejak tahun 1984 di Pendopo Kabupaten

Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian adat

zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang

sebagaimana ditetapkan (Website Pemerintah Kabupaten Malang, 2019).

c. Visi Kabupaten Malang

Visi Kabupaten Malang adalah “Terwujudnya Kabupaten Malang yang

Madep Manteb Manetep” Secara terperinci rumusan visi tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut: “Terwujudnya Kabupaten Malang yang istiqomah


83

dan memiliki mental bekerja keras guna mencapai kemajuan pembangunan

yang bermanfaat nyata untuk rakyat berbasis pedesaan”.

d. Misi Kabupaten Malang

1) Memantapkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan untuk menunjang percepatan revolusi mental yang

berbasis nilai keagamaan yang toleran, budaya lokal, dan supremasi

hukum.

2) Memperluas inovasi dan reformasi birokrasi demi tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, akuntabel, dan demokratis berbasis

teknologi informasi.

3) Melakukan percepatan pembangunan di bidang pendidikan,

kesehatan, dan ekonomi guna meningkatkan indeks pembangunan

manusia.

4) Mengembangkan ekonomi masyarakat berbasis pertanian, pariwisata,

dan industri kreatif.

5) Melakukan percepatan pembangunan desa melalui penguatan

kelembagaan peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan produk

unggulan desa.

6) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur jalan, transportasi,

telematika, sumber daya air, permukiman dan prasarana lingkungan

yang menunjang aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan.

7) Memperkukuh kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menjaga

kelestarian lingkungan hidup.


84

Secara substantif, tujuh misi pembangunan Kabupaten Malang Tahun

2016-2021 dapat dikelompokkan dalam dua dimensi pokok, yaitu:

1) Konsep dan arah pembangunan yang bersifat ekonomis dan materiel

2) Konsep dan arah pembangunan yang bersifat non-ekonomis dan non-

materiel

Skema misi pembangunan Kabupaten Malang:

Pembangunan Mental dan


Karakter Masyarakat
Aspek Non-Fisik
(Spiritual)

1. Revolusi Mental

7. Kelestarian 2. Reformasi
Lingkungan Birokrasi
Madep
Manteb

Pembangunan Ekonomi
Daerah Berbasis Desa
Maneteb 3. Peningkatan
6. Infrastruktur IPM
(Materiil
Aspek
Fisik

5. Orientasi 4. Wisata dan


Pedesaan Agro-Kompleks

Gambar 7. Skema Misi Pembangunan Kabupaten Malang


Sumber: Website Pemerintah Kabupaten Malang, 2019.

e. Kondisi Geografi Kabupaten Malang

1) Letak Geografis

Kabupaten Malang terletak pada 112o17’ 10,90” sampai 112o57’00”

Bujur Timur, 7o44’55,11” sampai 8o26’ 35,45” Lintang Selatan.

Kabupaten Malang memiliki batas wilayah, antara lain:


85

a) Utara : Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto

b) Timur : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang

c) Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri

d) Selatan : Samudera Indonesia

2) Kondisi Geologi

Kabupaten Malang merupakan daerah dataran tinggi yang dibatasi:

a) Utara : Gunung Anjasmoro (2277m) dan Gunung Arjuno

(3399m)

b) Timur : Gunung Bromo (2392m) dan Gunung Semeru (3676m)

c) Barat : Gunung Kelud (1.731m)

d) Selatan : Pegunungan Kapur (650m) dan Gunung Kawi (2625m)

3) Kondisi Topografi

a) Daerah dataran rendah terletak pada ketinggian 250-500m di atas

permukaan air laut

b) Daerah Dataran Tinggi

c) Daerah Perbukitan Kapur

d) Daerah Lereng Gunung Kawi-Arjuno (500-3300m di atas

permukaan air laut – DPAL.)

e) Daerah Lereng Tengger – Semeru di Bagian Timur (500-3600m

DPAL.)

4) Fisiografi

Kondisi lahan di Kabupaten Malang bagian utara relatif subur,

sementara di sebelah selatan relatif kurang subur. Masyarakat Kabupaten


86

Malang umumnya bertani, terutama yang tinggal di wilayah pedesaan,

sebagian lainnya telah berkembang sebagai masyarakat industri.

5) Hidrologi

Kabupaten Malang memiliki beberapa sungai yang dapat mempunyai

pengaruh besar terhadap perekonomian di bidang agraris, yaitu antara lain:

a) Kali Brantas: Bermata air di Sumber Brantas, Desa Tulungrejo

(Batu), membelah Kabupaten Malang menjadi dua dan di wilayah

ini berakhir di Bendungan Karangkates.

b) Kali Konto: Mengalir melintasi wilayah Kecamatan Pujon dan

Ngantang dan berakhir di Bendungan Selorejo (Ngantang).

c) Kali Lesti: Mengalir di bagian timur, wilayah Kecamatan Turen,

Dampit dan sekitarnya.

d) Kali Amprong: Mengalir di bagian timur, wilayah Kecamatan

Poncokusumo dan Tumpang

6) Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Malang terdiri atas tanah Latosol, Andosol,

Mediteran, Litosol, Alluvial, Regosol, dan Brown.

f. Penduduk

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 9 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Pasal 12, Kabupaten

Malang terdiri atas 33 (tiga puluh tiga) kecamatan, yaitu antara lain Kecamatan

Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Kasembon, Kecamatan Singosari,

Kecamatan Lawang, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Dau, Kecamatan


87

Tumpang, Kecamatan Pakis, Kecamatan Jabung, Kecamatan Poncokusumo,

Kecamatan Bululawang, Kecamatan Wajak, Kecamatan Tajinan, Kecamatan

Gondanglegi, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit,

Kecamatan, Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Sumbermanjing

Wetan, Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir,

Kecamatan Ngajum, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Sumberpucung,

Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Kalipare, Kecamatan

Donomulyo, Kecamatan Gedangan, dan Kecamatan Bantur. Adapun jumlah

penduduk Kabupaten Malang berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin adalah

sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2019


Jumlah Penduduk Tahun 2019
No. Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Total
1. Donomulyo 31.602 31.019 62.621
2. Kalipare 29.862 29.915 59.777
3. Pagak 22.501 23.159 45.660
4. Bantur 34.559 34.312 68.871
5. Gedangan 27.294 25.960 53.254
6. Sumbermanjing 45.969 44.105 90.074
7. Dampit 59.508 59.159 118.667
8. Tirtoyudo 30.775 30.158 60.933
9. Ampelgading 26.408 25.751 52.159
10. Poncokusumo 46.849 45.880 92.729
11. Wajak 40.966 40.190 81.156
12. Turen 57.984 57.149 115.133
13. Bululawang 36.222 36.388 72.610
14. Gondanglegi 43.032 43.375 86.407
15. Pagelaran 34.164 33.834 67.998
16. Kepanjen 54.143 54.966 109.109
17. Sumberpucung 27.252 27.878 55.130
18. Kromengan 18.769 19.329 38.098
19. Ngajum 24.473 24.984 49.457
20. Wonosari 20.280 21.093 41.373
21. Wagir 46.643 45.328 91.971
88

22. Pakisaji 45.975 46.198 92.173


23. Tajinan 27.416 27.463 54.879
24. Tumpang 37.819 37.847 75.666
25. Pakis 84.627 83.377 168.004
26. Jabung 38.178 36.933 75.111
27. Lawang 56.873 57.058 113.931
28. Singosari 94.644 93.517 188.161
29. Karangploso 44.342 43.294 87.636
30. Dau 41.251 39.518 80.769
31. Pujon 35.250 33.527 68.777
32. Ngantang 28.474 27.936 56.410
33. Kasembon 15.996 15.504 31.500
Sumber: Website Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2019.

2. Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

a. Profil Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Malang, menurut Peraturan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan unsur

pelaksana urusan pemerintahan bidang penanaman modal yang dipimpin oleh

kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

bupati melalui sekretaris daerah. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Dalam Pasal 10, Poin H disebutkan bahwa Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten Malang menyelenggarakan


89

urusan pemerintahan bidang penanaman modal yang terdiri atas 1 (satu

sekretariat) dan 4 (empat) bidang.

Gambar 8. Gedung Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu Kabupaten Malang
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.

b. Sejarah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) dibentuk berdasarkan Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 503/125/PUOD Tahun 1997 dan

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1998. Kemudian berganti

menjadi Dinas Perizinan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2003, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006

dan Peraturan Bupati Malang Nomor 36 Tahun 2006.


90

Setelah itu Dinas Perizinan berubah menjadi Unit Pelayanan Terpadu

Perizinan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2008, Peraturan Bupati Malang Nomor 38 Tahun 2008,

Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan Bupati Malang

Nomor 10 Tahun 2011. Dan yang terakhir berganti nama menjadi Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan

Bupati Malang Nomor 44 Tahun 2012 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kabupaten Malang.

Unit Unit Badan


Pelayanan Dinas Pelayanan Pelayanan
Terpadu Perizinan Terpadu Perizinan
Satu Atap Perizinan Terpadu
(UPTSA) (BP2T)
Gambar 9. Sejarah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Malang
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Malang, 2019.

Setelah terjadi perubahan pada penjelasan di atas, terbentuklah Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

berdasarkan Peraturan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang merupakan

penggabungan Kantor Penanaman Modal (KPM) dan Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu (BP2T).


91

c. Visi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

Visi adalah pandangan jauh ke depan tentang cita-cita yang ingin dicapai.

Visi dari Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang adalah

“Prima dalam Pelayanan Perizinan“. Artinya: Suatu gambaran cita-cita

untuk mewujudkan pelayanan prima, melalui kesiapan aparat, sarana prasarana

pelayanan, mekanisme, sistem dan prosedur, aturan hukum yang terkait dengan

pelayanan perizinan secara optimal (Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang, 2019).

d. Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

Misi dirumuskan sebagai berikut:

1) Meningkatkan standar dan mutu pelayanan perizinan;

2) Mewujudkan profesionalisme pelayanan kepada masyarakat; dan

3) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk memiliki perizinan sesuai

ketentuan yang berlaku.


92

e. Struktur Organisasi

Kepala Dinas

Kelompok Sekretaris
Fungsional Jabatan

Kasubag Kasubag Kasubag


Umum & Keuangan & Perencanaan,
Kepegawaian Aset Evaluasi, &
Pelaporan

Kabid Kabid Pelayanan Kabid Pelayanan


Kabid Pengendalian
Pengembangan & Perizinan Perizinan
Pelaksanaan
Promosi Penanaman Pembangunan & Perekonomian &
Penanaman Modal
Modal Kemasyarakatan Sosial Budaya

Kasi Perencanaan Kasi Informasi & Kasi Informasi &


Kasi Pembinaan Sosialisasi Sosialisasi
& Pengembangan
PM Pembangunan & Perekonomian &
PM
Kemasyarakatan Sosial Budaya

Kasi Penggalian & Kasi Pengawasan Kasi Verifikasi Kasi Verifikasi


Pemetaan Potensi PM Pembangunan & Perekonomian &
PM Kemasyarakatan Sosial Budaya

Kasi Pengolahan Kasi Perhitungan Kasi Perhitungan


Kasi Promosi & Data & & Penetapan & Penetapan
Kerja sama PM Pengembangan Pembangunan & Perekonomian &
Sistem Informasi Kemasyarakatan Sosial Budaya
PM

UPT

Gambar 10. Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Malang, 2019.
93

Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Malang terdiri dari:

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat

3) Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal

4) Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

5) Bidang Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan

6) Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya

7) UPT

8) Kelompok Jabatan Fungsional.

f. Tugas Pokok dan Fungsi

1) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang mempunyai tugas:

a) Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah dan tugas pembantuan bidang penanaman modal

b) Melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan

administrasi dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip

koordinasi integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan, dan

kepastian; dan

c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai

bidang tugasnya
94

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

mempunyai fungsi:

a) Pengumpulan, pengelolaan dan pengendalian data yang

berbentuk database serta analisis data untuk penyusunan program

kegiatan

b) Perencanaan strategis pada dinas

c) Penyelenggaraan ketatausahaan dinas

d) Pelaksanaan penyusunan program dinas

e) Pelaksanaan penggalian potensi dan pengembangan penanaman

modal

f) Pelaksanaan promosi, fasilitasi dan kerja sama penanaman modal

g) Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan penanaman modal

h) Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan

i) Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perizinan

j) Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan; dan

k) Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perizinan.

2) Kepala Dinas

Mempunyai tugas:

a) Memimpin dinas dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan

kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan

administrasi dinas; dan


95

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai

bidang tugasnya.

3) Sekretariat

Mempunyai tugas:

a) Melaksanakan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian,

keuangan dan aset serta koordinasi perencanaan, pengendalian,

evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dinas; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Mempunyai fungsi:

a) Perencanaan kegiatan kesekretariatan;

b) Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan

pendidikan pelatihan pegawai;

c) Pengelolaan urusan rumah tangga, keprotokolan dan hubungan

masyarakat;

d) Penyelenggaraan kegiatan tata usaha persuratan dan

penggandaan, kearsipan dan perpustakaan;

e) Penyelenggaraan pengelolaan administrasi keuangan dan aset

daerah;

f) Pengelolaan administrasi perlengkapan dan pemeliharaan,

kebersihan dan keamanan kantor; dan

g) Pengoordinasian perencanaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan program dinas.


96

Sekretariat terdiri dari:

4) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas:

a) Menghimpun, mengolah data, menyusun program kerja Sub

Bagian Umum dan Kepegawaian;

b) Menyelenggarakan, melaksanakan dan mengelola administrasi

kepegawaian, kesejahteraan pegawai dan pendidikan serta

pelatihan pegawai;

c) Melaksanakan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan, urusan

surat menyurat, kearsipan, rumah tangga dan keprotokolan;

d) Menyelenggarakan administrasi perkantoran;

e) Melaksanakan kebersihan dan keamanan kantor; dan

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan sekretaris dinas sesuai

bidang tugasnya.

5) Sub Bagian Keuangan dan Aset

Mempunyai tugas:

a) Menghimpun, mengolah data dan menyusun program kerja Sub

Bagian Keuangan dan Aset;

b) Melaksanakan administrasi keuangan dan pengelolaan aset yang

meliputi penatausahaan, akuntansi, pertanggungjawaban dan

verifikasi serta penyusunan perhitungan anggaran;

c) Menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban

penyelenggaraan anggaran dinas;


97

d) Melaksanakan evaluasi keuangan terhadap hasil pelaksanaan

program dan rencana strategis dinas;

e) Melaksanakan tata usaha barang, perawatan dan penyimpanan

peralatan kantor serta pendataan inventaris kantor;

f) Menyusun rencana kebutuhan barang, peralatan dan

pendistribusian;

g) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

6) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas:

a) Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi

dan Pelaporan;

b) Menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis dinas;

c) Menyiapkan rumusan kebijakan program kerja dan rencana kerja

kegiatan dinas;

d) Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi penyusunan rencana kerja

kegiatan tahunan;

e) Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyusunan bahan

monitoring, evaluasi dan laporan kegiatan sebagai sarana

pertimbangan kepada pimpinan;

f) Mengompilasikan dan penyusunan laporan hasil laporan

perencanaan dan laporan akuntabilitas kinerja dinas;

g) Melakukan penyusunan laporan tahunan dan laporan lainnya; dan


98

h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris dinas

sesuai dengan bidang tugasnya.

7) Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal

Mempunyai tugas:

a) Merumuskan kebijakan teknis perencanaan, pengembangan dan

pemetaan potensi serta melaksanakan promosi di bidang

penanaman modal; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya

Mempunyai fungsi:

a) Pelaksanaan penyusunan rencana umum dan rencana strategis

penanaman modal;

b) Pelaksanaan pengkajian bidang penanaman modal;

c) Pengidentifikasian potensi investasi dan menentukan potensi

investasi unggulan;

d) Pelaksanaan penggalian dan penyusunan peta potensi;

e) Pelaksanaan perumusan usulan pemberian fasilitas penanaman

modal;

f) Pelaksanaan penyusunan pedoman teknis promosi penanaman

modal;

g) Pelaksanaan promosi penanaman modal di dalam dan di luar

negeri; dan
99

h) Pelaksanaan fasilitasi dan kerja sama di bidang penanaman

modal.

8) Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Mempunyai tugas:

a) Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengembangan

sistem informasi dalam pelaksanaan penanaman modal; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Mempunyai fungsi:

a) Pelaksanaan penyusunan pedoman teknis pengendalian

pelaksanaan penanaman modal;

b) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi peraturan perundang-

undangan terkait bidang penanaman modal;

c) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, pemerintah

provinsi dan pemerintah pusat dalam pengendalian pelaksanaan

penanaman modal;

d) Pelaksanaan pembinaan pelaksanaan penanaman modal;

e) Pelaksanaan pengawasan pelaksanaan penanaman modal;

f) Pelaksanaan fasilitasi penyelesaian permasalahan dan hambatan

penanaman modal; dan

g) Pelaksanaan pengolahan data dan pengembangan.


100

9) Bidang Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan

Mempunyai tugas:

a) Melaksanakan koordinasi, pemrosesan, evaluasi, sosialisasi dan

penanganan permasalahan penyelenggaraan pelayanan perizinan

bidang pembangunan dan kemasyarakatan; dan

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Mempunyai fungsi:

a) Penyelenggaraan pelayanan perizinan bidang pembangunan dan

kemasyarakatan;

b) Pengoordinasian pelayanan perizinan bidang pembangunan dan

kemasyarakatan;

c) Pemroses perizinan bidang pembangunan dan kemasyarakatan;

d) Penelitian perizinan bidang pembangunan dan kemasyarakatan;

e) Pengoordinasian permasalahan bidang pembangunan dan

kemasyarakatan; dan

f) Penyelenggaraan sosialisasi bidang pembangunan dan

kemasyarakatan.

10) Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya

Mempunyai tugas

a) Melaksanakan koordinasi, pemrosesan, evaluasi, sosialisasi dan

penanganan permasalahan penyelenggaraan pelayanan perizinan

bidang perekonomian dan sosial budaya; dan


101

b) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Mempunyai fungsi:

a) Penyelenggaraan pelayanan perizinan bidang pelayanan

perizinan perekonomian dan sosial budaya;

b) Pengoordinasian pelayanan perizinan bidang pelayanan perizinan

perekonomian dan sosial budaya;

c) Pemrosesan perizinan bidang pelayanan perizinan perekonomian

dan sosial budaya;

d) Penelitian perizinan bidang pelayanan perizinan perekonomian

dan sosial budaya;

e) Pengoordinasian permasalahan bidang pelayanan perizinan

perekonomian dan sosial budaya; dan

f) Penyelenggaraan sosialisasi bidang pelayanan perizinan

perekonomian dan sosial budaya.

g. Kepegawaian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Malang

Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Malang

didukung oleh sumber daya manusia (SDM) sebanyak 64 orang.


102

Tabel 8. Pegawai Berdasarkan tingkat Pendidikan


No. Pendidikan Jumlah
1. S2 6
2. S1 34
3 D3 2
4. SMA 21
5. SMP 1
TOTAL 64 Orang
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 2019.

Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah pegawai di Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang dengan pendidikan S2 adalah berjumlah

6 orang. Pegawai dengan pendidikan S1 memiliki jumlah paling banyak

dengan jumlah 34 orang. Pegawai dengan pendidikan D3 berjumlah 2 orang.

Selanjutnya, jumlah pegawai dengan pendidikan SMA sebanyak 21 orang. Dan

yang terakhir jumlah pegawai dengan pendidikan SMP berjumlah 1 orang.

Tabel 9. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan


No. Pegawai Golongan Jumlah TOTAL
IV/c 1 orang
IV/b 1 orang
IV/a 6 orang
III/d 9 orang
Pegawai Negeri III/c 6 orang
1. 39 Orang
Sipil III/b 7 orang
III/a 3 orang
II/d 1 orang
II/c 4 orang
II/a 1 orang
2. Honorer - 25 orang 25 Orang
TOTAL 64 Orang
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, 2019.

Tabel di atas menjelaskan bahwa di Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang terbagi atas dua jenis pegawai, yaitu pegawai negeri sipil
103

atau sekarang disebut sebagai aparatur sipil negara (ASN) dan pegawai

honorer. Pegawai negeri sipil secara keseluruhan berjumlah 39 orang dengan

perincian sebagai berikut: pegawai golongan IV/c berjumlah 1 orang, pegawai

golongan IV/b berjumlah 1 orang, pegawai golongan IV/a berjumlah 6 orang,

pegawai golongan III/d berjumlah 9 orang, pegawai golongan III/c berjumlah

6 orang, pegawai golongan III/b berjumlah 7 orang, pegawai golongan III/a

berjumlah 3 orang, pegawai golongan II/d berjumlah 1 orang, pegawai

golongan II/c berjumlah 4 orang, dan pegawai golongan II/a berjumlah 1 orang.

Sedangkan pegawai honorer secara keseluruhan berjumlah 25 orang.

B. Penyajian Data

1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang

Online Single Submission atau yang disingkat OSS adalah sebuah sistem baru

dalam pelayanan perizinan yang memanfaatkan perkembangan teknologi digital.

Dasar hukum pembentukan sistem OSS adalah merujuk kepada:

a. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan

Berusaha.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Dasar hukum di atas juga sesuai dengan pernyataan dari Ibu Siti Rohani selaku

Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya: “Dasar

hukumnya OSS, Perpres Nomor 91 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan

Berusaha. Terus Peraturan Pemerintah Nomor 24 secara elektronik. 3 Juli 2018

OSS ini sudah di-launching oleh presiden Bapak Jokowi.” (Wawancara dilakukan
104

pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14 WIB di ruang bidang perekonomian).

Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Kirni selaku Kepala Sub Bagian Keuangan dan

Aset, beliau mengatakan: “Langsung dari pusat. Kan itu peraturan dari pusat

Perpres 91 dan PP 24, jadi karena aturan itu.” (Wawancara dilakukan pada tanggal

19 Februari 2019, pukul 11.19 WIB di ruang keuangan).

OSS sendiri merupakan terobosan dari pemerintah dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi dalam sebuah sistem pelayanan perizinan. Menurut Bapak

Sumarno selaku Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal:

“OSS adalah singkatan dari Online Single Submission, yaitu pendaftaran perizinan

melalui sistem online atau sistem yang terintegrasi secara elektronik.” (Wawancara

dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 10.22 WIB di ruang bidang

pengendalian penanaman modal). Senada dengan pernyataan di atas, Bapak Agum

Eka Paksi selaku petugas layanan OSS, juga menyatakan: “OSS adalah perizinan

online yang terintegrasi.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019,

pukul 13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang).

Pernyataan di atas juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Pada

pasal 1 (angka 5), dijelaskan bahwa:

“Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single


Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah perizinan berusaha yang
diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/ wali kota kepada pelaku usaha melalui sistem
elektronik yang terintegrasi.”

Dari berbagai pernyataan di atas mengenai OSS dapat disimpulkan bahwa OSS

adalah sistem perizinan yang dikelola secara terpusat dan terintegrasi secara online.
105

Dalam penerapan di Kabupaten Malang, penulis melihat OSS sebagai sebuah

sistem antar organisasi atau Interorganizational System (IOS). Sehingga penerapan

OSS di Kabupaten Malang dilihat dari faktor-faktor yang menentukan bagaimana

sebuah organisasi menerapkan sebuah sistem yang terintegrasi secara pusat, dalam

hal ini adalah sistem OSS. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tekanan Kompetitif

OSS merupakan sistem dari pemerintah pusat dan wajib diterapkan di

seluruh daerah di Indonesia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

penerapan OSS di daerah adalah adanya tekanan kompetitif. Tekanan

kompetitif dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana posisi kemudahan

berusaha suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain, dan apakah ada

tekanan yang kuat dari pemerintah pusat untuk menerapkan OSS. Bapak Gogo

Febrianto selaku petugas layanan OSS menjelaskan bahwa:

“OSS bertujuan untuk meningkatkan EODB (Easy of Doing Business),


jadi kemudahan berusaha. Tapi dengan adanya OSS ya sudah tidak ada
lagi sekat-sekat daerah, karena diambil alih oleh pusat kecuali izin-izin
yang ada di daerah yang berpotensi menghambat kemudahan berusaha.
Seperti contohnya HO, HO Malang tidak ada sudah dicabut, di
Kabupaten masih ada. Itu juga sebagai tekanan kompetitif juga, karena
apa, karena ada jalur birokrasi yang istilahnya menghambat. Jadi ada
perbedaan penafsiran pelaksanaan peraturan di tiap daerah. Nah itu juga
yang bisa mempengaruhi kemudahan berusaha. OSS tujuan utamanya
untuk meningkatkan EODB itu tadi, kemudahan berusaha di daerah
tersebut.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Maret 2019, pukul
10.42 WIB di ruang pelayanan informasi perizinan).
Menurut Bapak Gogo Febrianto, OSS memiliki tujuan utama untuk

meningkatkan kemudahan berusaha. Hal itulah yang menjadi alasan Kabupaten

Malang untuk menerapkan OSS. Pernyataan di atas juga diperkuat oleh


106

pernyataan dari Ibu Umi Uswatun Khasanah selaku Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan, yang menyatakan:

“Ya tujuannya kita memang seperti itu karena disisi lain kita harus
melayani pemohon dengan sebaik mungkin. Yang berarti kita harus
memudahkan bagi pemohon di samping itu kita juga harus bersaing.
Misalnya di Kota Malang belum tapi di sini sudah, begitu. Lebih cepat,
di sini sudah pertengahan tahun di 2018 setelah kita dapat warning dari
pemerintah pusat, kita sudah mulai bergerak tapi kita masih mencoba
disisi termudah karena sesuai dengan NSPK itu kan (NSPK itu norma
standar, yang dari kementerian masing-masing itu ) kan punya tata cara
sendiri-sendiri, itu harus kan ada kementerian yang sudah
mengeluarkan NSPK baru kita awali yang belum ya kita masih nunggu,
jadi prosesnya masih manual. “ (Wawancara dilakukan pada tanggal 28
Maret 2019, pukul 11.14 WIB di ruang tengah lantai 2).
Ibu Umi menyatakan bahwa tujuan dari penerapan OSS di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk memberikan pelayanan

yang sebaik mungkin dan juga untuk bersaing dengan daerah lain. Disebutkan

bahwa Kabupaten Malang sudah menerapkan OSS pada pertengahan tahun

2018 setelah mendapat perintah dari pemerintah pusat, dibandingkan dengan

daerah lain di lingkup Malang Raya seperti Kota Malang.

Melalui hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan OSS

di Kabupaten Malang didasarkan pada tekanan kompetitif suatu daerah untuk

dapat berkompetisi dengan daerah lain melalui pemberian pelayanan yang baik

yang diharapkan dapat meningkatkan kemudahan berusaha suatu daerah.

Selain karena alasan tekanan untuk dapat berkompetisi dengan daerah lain,

penerapan OSS di Kabupaten Malang juga didasarkan adanya tekanan dari

pemerintah pusat untuk menerapkan sistem tersebut. Hal tersebut didukung

oleh pernyataan dari Bapak Iriantoro selaku kepala dinas, yang mengatakan
107

bahwa: “Iya, PP itu kan sudah perintah. Peraturan pemerintah itu sudah

perintah kepada pemerintah daerah untuk melaksanakannya. Dan itu sudah kita

laksanakan.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul

1.29 WIB di ruang kepala dinas).

Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian

dan Sosial Budaya menambahkan, bahwa: “Bapak Jokowi itu menghimbau

seluruh wilayah Indonesia, daerah/ kota/ provinsi siap tidak siap harus

melaksanakan OSS. (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019,

pukul 11.14 WIB di ruang bidang perekonomian). Pernyataan di atas diperkuat

oleh pernyataan dari Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku sekretaris dinas,

bahwa:

“Artinya itu, jadi kita memang melaksanakan, karena desakan.


Pemerintah sudah menginstruksikan untuk dilaksanakan, kemudian
pomohon itu sudah tidak mungkin lagi. Kita tidak mungkin lagi
meskipun Perda kita kuat, tetapi kita tidak mungkin lagi untuk tetap
secara manual. Semua instruksinya harus OSS. Ya artinya tidak hanya
sekedar aturan tapi juga kondisi perizinan yang global harus pakai itu.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 12.45 WIB
di ruang sekretaris).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penerapan OSS juga dipengaruhi

oleh tekanan dari pemerintah pusat. Tekanan tersebut merupakan tekanan

untuk segera menerapkan sistem OSS bagi seluruh daerah di Indonesia.

Pemerintah pusat mendorong penerapan OSS di seluruh Indonesia bertujuan

untuk melakukan percepatan pelaksanaan berusaha.


108

b. Penggunaan Kekuasaan

Gambar 11. Surat Edaran Menteri Perekonomian


Sumber: https://www.oss.go.id

Penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang juga didasarkan penggunaan

kekuasaan. Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017 tentang Percepatan

Pelaksanaan Berusaha dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik merupakan

rangkaian kebijakan dari pemerintah pusat dalam upaya untuk menciptakan

sistem baru dalam perizinan, berupa sistem OSS. Perintah dari pemerintah
109

pusat untuk melaksanakan aturan tersebut adalah berupa Surat Edaran Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian kepada seluruh daerah di Indonesia untuk

segera menerapkan OSS.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu Umi Uswatun Khasanah

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pembangunan dan Kemasyarakatan:

“Iya itu dari Kemendagri. Kemendagri itu memang kita harus segera
melaksanakan program itu. Yang kedua dari Kemenko, memang awalnya
lembaga OSS ini dibentuk dari lembaga Kemenko. Sekarang sudah per
Januari 2019 dialihkan ke BKPM, tapi pelaksanaannya ini masih tarik
ulur karena Kemenko ini tentang programnya masih ada di Kemenko
sedangkan pelaksanaannya sudah ada di BKPM. Jadi lembaga OSS ini
kan sebenarnya ada di mana kita nggak tahu, kan begitu mas.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019, pukul 11.14 WIB di
ruang bidang pembangunan).
Setelah diresmikan pada tanggal 9 Juli 2018, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian mengeluarkan surat edaran kepada pemerintah daerah

di seluruh Indonesia untuk segera mengganti sistem perizinan lama menjadi

sistem OSS yang terpusat dan terintegrasi secara elektronik. Surat edaran

tersebut ditujukan kepada sekretaris daerah provinsi dan kabupaten/ kota

dengan nomor surat S-290/ SES.M.EKON/07/2018. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Bapak Anang Wijayanto selaku petugas layanan OSS:

“Surat Edaran Menteri Perekonomian. Jadi surat edaran itu, ini lho ada
PP ini terapkanlah di kabupaten. Dulu kan OSS itu leading sektornya
Kementerian Perekonomian, sekarang sudah dilimpahkan ke BKPM
mulai 1 Januari. Dulu OSS waktu Agustus itu surat edaran menteri, ini
ada peraturan baru, terapkan. Siap nggak siap terapkan. Semuanya itu, se
Indonesia.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul
10.28 WIB di loket 3).
Dari surat edaran dan pernyataan bapak Anang Wijayanto dapat ditarik

kesimpulan bahwa pemerintah pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang


110

Perekonomian secara resmi memerintahkan seluruh pemerintah daerah di

Indonesia untuk segera menerapkan sistem OSS. Selain itu pula, terdapat

penggunaan kekuasaan agar penerapan sistem OSS yang diatur berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 segera dilakukan dan

menggantikan peraturan-peraturan daerah yang sudah ada mengenai perizinan.

Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku sekretaris dinas menyampaikan, bahwa:

“Proses ini dasarnya PP, sementara pelaksanaan perizinan yang dulu itu
kan dasarnya Undang-Undang lalu turun Perda. Artinya bahwa menurut
tataran, PP ini tidak bisa serta merta mengganti Undang-Undang. Tetapi
ini perintah dari presiden. Nah kita karena pemohon itu nampaknya lebih
mudah dengan OSS, sehingga mereka mendesak lebih baik
dilaksanakan.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019,
pukul 12.45 WIB di ruang sekretaris).

Dari penjelasan Bapak Dwi Ilham Prastyanto di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa walaupun sudah terdapat aturan yang lebih kuat di daerah

mengenai perizinan, Kabupaten Malang tetap harus menerapkan OSS karena

hal tersebut sudah perintah dari presiden agar seluruh daerah menerapkan OSS.

Selain karena aturan, penerapan OSS juga diharapkan oleh masyarakat untuk

segera diterapkan karena OSS dapat membawa dampak yang positif bagi suatu

daerah. Pernyataan dari Bapak Ilham di atas didukung oleh pernyataan Ibu Siti

Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial

Budaya menjelaskan bahwa “Kan ada paksaan, ada dasar hukumnya kan ini.

Mau tidak mau di daerah harus menerapkan. Suka tidak suka ya harus.”

(Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14 WIB di

ruang bidang perekonomian).


111

Kedua pernyataan di atas didukung oleh pernyataan dari Bapak Gogo

Febrianto selaku petugas layanan OSS, yang mengatakan:

“Kan sebetulnya ada sistem yang lama, tahu-tahu ada OSS. Itu tidak ada
Undang-Undangnya. Harusnya kalau Secara peraturan UU dahulu, jadi
ada tekanan kekuasaan di situ. Karena apa, ini awalnya sebetulnya
Perpres 91 kemudian dibentuk dalam PP, ya jadi ada tekanan kekuasaan.
Existing sebenarnya sudah ada ya (pelayanan perizinan) di kabupaten/
kota. Ini ada penggunaan kekuasaan, dialihkan kepada pusat. Yang pasti
penggunaan kekuasaan. Perintah dari presiden ini. Ini sudah ada
peraturan-peraturan tentang perizinan, terus tiba-tiba ada OSS. Ini kan
diterapkannya wajib. Satu, indikasinya apa? Tidak ada masa transisi,
harus berlaku. Jadi itu kan penggunaan kekuasaan. Harusnya kalau ada
peraturan baru harus ada masa transisi atau percobaan. Jadi masih
berjalan pola lama dan pola baru secara bersamaan. Nah ini ndak boleh,
langsung pola baru (Sistem OSS). OSS itu langsung.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019, pukul 9.52 WIB di ruang
pelayanan informasi perizinan).

Sebelum ada sistem OSS, sudah ada aturan mengenai perizinan berupa

Undang-Undang dan Peraturan Daerah. OSS dibentuk dari Peraturan

Pemerintah dan langsung menggantikan perizinan manual atau offline yang

sebelumnya sudah diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan Daerah.

Sehingga berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

penggunaan kekuasaan dalam penerapan OSS.

c. Kebutuhan Internal

Kebutuhan internal dapat menjadi salah satu alasan sebuah organisasi

untuk menerapkan suatu program atau tidak. Dengan terpenuhinya kebutuhan

internal melalui penerapan program tersebut, organisasi akan cenderung

berinisiatif untuk menerapkan program tersebut. Menurut Bapak Iriantoro

selaku kepala dinas:

“Ya memang butuh, percepatan kan. Dengan OSS ini masyarakat itu izin
berusahanya bukan di kita tetapi di lembaga OSS. Lembaga OSS
112

menurunkan izin, komitmennya dengan pemerintah daerah. Kita hanya


pemenuhan komitmen. Nah pemenuhan komitmen ini mungkin ada izin
lingkungan, izin HO, dan izin lain. Jadi komitmennya dengan kita tapi
untuk nomor induk berusahanya dari sana. Insya Allah dengan adanya
PP maupun Peraturan Menteri yang lain, Peraturan Menteri kan ada
Peraturan Menteri APR, Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri itu, itu
bisa sinkron dengan penerapan OSS yang ada.” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.29 WIB di ruang kepala dinas).

Bapak Iriantoro menyebutkan bahwa penerapan OSS di Kabupaten

Malang memang untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi yaitu untuk

melakukan percepatan pelaksanaan berusaha di Kabupaten Malang. Hal ini

didukung oleh pernyataan dari Bapak Gogo Febrianto selaku petugas layanan

OSS, yakni sebagai berikut:

“Iya, kan kembali tujuan dinas ini untuk meningkatkan investasi di


Kabupaten Malang. Dengan adanya OSS kan ada yang mempermudah.
Dan itu kaitannya langsung dengan tugas dan fungsinya DPMPTSP yaitu
pelayanan perizinan dan penanaman modal. Dengan adanya OSS ya
secara langsung bisa mempermudah dan juga ada kesadaran bahwa itu
bisa meningkatkan pelayanan mereka, dan juga bisa mengatasi
permasalahan-permasalahan yang selama ini ada, seperti waktu
pemrosesan yang lama. Jadi masyarakat bisa memperpendek waktu. Dan
selain itu kami juga ada imbasnya yaitu kepuasan masyarakat meningkat,
di SKM kami nilainya naik.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 21
Maret 2019, pukul 10.42 WIB di ruang pelayanan informasi perizinan).
Menurut dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan OSS

memang didasarkan adanya kebutuhan internal untuk meningkatkan

pelayanan perizinan yang bermuara pada tercapainya percepatan

pelaksanaan berusaha di Kabupaten Malang. Kebutuhan dari Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang tersebut sama dengan

manfaat yang ditawarkan dari OSS berupa percepatan berusaha dan

peningkatan investasi. Akan tetapi hal berbeda disampaikan oleh Bapak

Dwi Ilham Prastyanto selaku sekretaris dinas. Menurut Bapak Ilham:


113

“Kita ini kan bekerja karena pelimpahan wewenang. Nah setelah


pelimpahan wewenang di PP itu “setelah terbitnya PP ini maka aturan
yang mengatur tentang izin ini sudah ditarik ke OSS ” nah kita kan ya
ikut, ikut OSS. Jadi kalau artinya kebutuhan internal, kita tidak punya
interest, harus begini begini itu tidak ada, semuanya itu berdasarkan
perintah. Karena OPD tidak bisa membijaksanai. Kita dulu
melaksanakan izin juga karena ada kewenangan dari bupati untuk
melaksanakan, kan izin ini sebenarnya kewenangan bupati, tapi begitu
dilimpahkan ke kita ya kita laksanakan. Nah sekarang ada bunyi klausul
di aturan peralihan, jadi setelah berlakunya ini maka, yang di PP 24 itu,
nah Perbub kita ya jadi tidak jalan.” (Wawancara dilakukan pada tanggal
20 Februari 2019, pukul 12.45 WIB di ruang sekretaris).
Bapak Anang Wijayanto selaku petugas layanan OSS menambahkan

bahwa:

“Tidak. Jadi kita tetap menerapkan manual. Cuman nanti sistemnya itu
kan pakai pendaftaran online bisa. Cuman kan kalau OSS itu
kewenangan ada di, seperti SIUP, banyak kewenangan yang akhirnya dia
ke pusat larinya. Tanpa lewat kita dia sudah terbit. Tapi kalau tidak ada
aturan itu, mungkin kayak SIUP ngurusnya tetap di kita yang
mengeluarkan adalah kita, cuma caranya pakai aplikasi.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 10.28 WIB di loket 3).
Menurut Bapak Anang Wijayanto, Kabupaten Malang menerapkan OSS

bukan karena adanya kebutuhan internal dan lebih didasarkan pada adanya

aturan yang mewajibkan daerah-daerah untuk segera menerapkan OSS.

Kabupaten Malang tetap akan melayani perizinan dengan sistem manual jika

tidak ada aturan untuk menerapkan OSS

Di era perkembangan teknologi ini, Kabupaten Malang sudah mempunyai

inisiatif sendiri untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi yaitu dengan

memberikan pelayanan perizinan melalui SIPELOT. Akan tetapi karena

muncul sistem perizinan dari pusat untuk semua pemerintah daerah di

Indonesia maka SIPELOT tidak dapat digunakan. Bapak Anang Wijayanto


114

juga menambahkan, bahwa: “Ya Betul. Yang tidak jadi akhirnya karena OSS

dia nggak jadi, karena dia tidak akan match dengan OSS.” (Wawancara

dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 10.28 WIB di loket 3).

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Bapak R. Endra

Sulistyawan selaku Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan Sosial Budaya,

Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya. Bapak Endra

menyatakan, “Endak. Sebenernya di awal tahun kita sudah membuat sistem

pelayanan perizinan SIPELOT itu. Kalau internal itu seperti itu. Tapi kan

kembali lagi OSS kan top-down”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 19

Februari 2019, pukul 13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang).

Gambar 12. Aplikasi Android SIPELOT


Sumber: Google Play Store, 2019.
115

SIPELOT merupakan aplikasi dari Kabupaten Malang untuk pelayanan

perizinan. Aplikasi tersebut hanya digunakan untuk pendaftaran pemohon/

pelaku usaha yang hendak mengurus perizinan di Kabupaten Malang.

Sedangkan perizinan tetap diterbitkan oleh Bupati Malang melalui Kepala

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Pernyataan di atas

didukung oleh pernyataan dari Bapak Anang Wijayanto selaku petugas layanan

OSS, yang mengatakan: “Iya. Itu hanya untuk aplikasi pendaftaran, proses.

Tapi kewenangan untuk menerbitkan itu kita. Kalau sekarang karena ada OSS,

kewenangan ada sebagian yang diambil oleh OSS. Tanpa ke kita dia sudah

keluar.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 10.28

WIB di loket 3).

Sehingga berdasarkan pemaparan di atas dan hasil penelitian, maka

penulis mengambil kesimpulan bahwa penerapan sistem OSS di Kabupaten

Malang didasarkan pada kebutuhan internal organisasi untuk memberikan

pelayanan perizinan yang baik di era perkembangan teknologi ini. Hal ini

ditandai bahwa SIPELOT dan sistem OSS merupakan sistem perizinan yang

sama-sama menerapkan perkembangan teknologi. Sehingga dengan

meninggalkan SIPELOT dan menerapkan sistem OSS, hal ini sudah dapat

menjawab kebutuhan internal Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat.
116

d. Dukungan Manajemen Puncak

Manajemen puncak adalah tingkatan tertinggi dari posisi yang ada di

sebuah organisasi. Menurut struktur organisasi Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang, manajemen puncak adalah Kepala Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Peran kepala dinas dalam penerapan OSS

akan sangat penting. Hal ini dilihat dari bagaimana dukungan kepala dinas

dalam penerapan OSS. Menurut pengamatan penulis, kepala dinas sangat

mendukung penerapan OSS di Kabupaten Malang. Dukungan kepala dinas

dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana agar sistem OSS dapat

diterapkan secara maksimal. Menurut Bapak Iriantoro selaku kepala dinas:

“Dukungan kami sesuai dengan aturan wajib untuk melaksanakan. Jadi


wajib untuk melaksanakan. Sehingga karena wajib, kami sudah
menyiapkan sarana prasarana. Sarana-sarana pendukung sudah ada, ya
kita tambahi komputer untuk pemohon seandainya kalau dia itu belum
memahami, kita pandu di sini. Kita sosialisasi kepada masyarakat. Nah
pemerintah Kabupaten Malang ini mulai Januari kemarin ada GEMA
DESA (Gerakan membangun desa), nah di situ kita sosialisasi juga
berikan brosur dan banyak hal lain. Banyak hal yang kita lakukan agar
supaya OSS ini berjalan secara maksimal. Terus kita ikut BIMTEK,
teman-teman yang melaksanakan ini, termasuk kepala bidang kepala
seksi sudah kita bimtekkan untuk bisa persis tahu apa sih OSS dan
bagaimana pelaksanaannya. Banyak upaya-upaya karena itu dari atas
sudah wajib ya kita harus melaksanakannya.” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.29 WIB di ruang kepala dinas).

Dari pernyataan Bapak Iriantoro, dapat disimpulkan bahwa kepala dinas

memberikan dukungan penuh sesuai dengan aturan yaitu wajib melaksanakan

OSS di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Dukungan

yang diberikan oleh kepala dinas antara lain berupa sosialisasi kepada pegawai

dan masyarakat, peningkatan kapasitas pegawai melalui pelatihan, serta

penyediaan sarana dan prasarana. Menurut Bapak R. Endra Sulistyawan selaku


117

Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan Sosial Budaya, Bidang Pelayanan

Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya:

“Yang pertama kan selain sosialisasi langsung di sini, kita juga


mengundang, kita melakukan sosialisasi di hotel Rado. Selain itu sosialisasi
juga ke media online sama surat kabar. Lalu juga ada sosialisasi bina desa,
radio juga ada.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019,
pukul 13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten
Malang).

Pernyataan dari Bapak Endra juga diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Siti

Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial

Budaya, yang menyatakan: “Ini OSS lewat radio, kapan hari itu. Informasinya

lewat brosur, lewat udara melalui radio, melalui langsung tatap muka.”

(Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14 WIB di

ruang bidang perekonomian).

Sosialisasi kepada pegawai dilakukan agar pegawai mengerti betul tentang

OSS dan memiliki kesiapan ketika memberi pelayanan kepada masyarakat. Ibu

Trimardiyaninsih selaku Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian,

mengatakan bahwa: “Si Cantik dan OSS dilakukan tanggal 26 Juni. Si Cantik

dan OSS mulai diperkenalkan mulai 26 Juni.” (Wawancara dilakukan pada

tanggal 19 Februari 2019, pukul 9.23 WIB di ruang umum dan kepegawaian).

Pernyataan dari Ibu Trimardiyaningsih di atas didukung oleh adanya

notulen rapat nomor 005/3875/35.07.122/2018. Kepala Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang mengadakan rapat pada tanggal 26 Juni

2018 mengenai rapat koordinasi penyusunan SOP untuk persiapan pengisian

Bimtek Si Cantik dan OSS.


118

Sedangkan sosialisasi kepada masyarakat dilakukan agar masyarakat tahu

perubahan dalam mengurus perizinan melalui sistem OSS. Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang melakukan sosialisasi OSS kepada

masyarakat dalam beberapa cara dan kegiatan, antara lain: GEMA DESA

(Gerakan Membangun Desa), sosialisasi langsung di Dinas Penanaman Modal

dan PTSP Kabupaten Malang, pertemuan di luar lingkup instansi, brosur, radio,

media online, dan media cetak.

Gambar 13. Brosur OSS


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.

Untuk dukungan kepala dinas terhadap penyediaan sarana dan prasarana,

pernyataan dari Bapak Iriantoro sebelumnya senada dengan pernyataan Ibu

Kirni selaku Kepala Sub Bagian Keuangan dan Aset, yang menyatakan bahwa:

“Ada pengalokasian untuk penerapan OSS, termasuk server, pengadaan


jaringan internet (wifi khusus) atau perangkat internet khusus untuk
OSS (dari telkom). Jadi kita itu punya 3 jaringan internet di sini. Yang
119

satu itu khusus untuk OSS. Terus juga PC, perangkat kerasnya itu
berupa PC, scanner, terus printer. Ada beberapa kursi khusus untuk
pelayanan untuk pemohon yang sudah disediakan kalau kesini mereka
kan aplikasi sendiri. Kalau tidak bisa baru dibantu atau dipandu oleh
petugas layanan OSS. Terus juga sudah ada printernya sendiri, terus
juga ada kayak cctv, macem-macem.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 19 Februari 2019, pukul 11.19 WIB di ruang keuangan).

Pernyataan Ibu Kirni tersebut juga didukung dengan adanya data sarana

prasarana pada Tabel 10.

Tabel 10. Sarana dan Prasarana dalam penerapan OSS


No. Obyek Jenis
- Meja Layanan Penerimaan (3 Loket CS)
- Ruang Layanan Informasi Penanaman Modal
1. Front Office
- Ruang Layanan Pengaduan
- Ruang Layanan Konsultasi
- Ruang Tunggu
2. Ruang Pendukung
- Meja Layanan Mandiri
- Mesin Antrean
- Server Milik Sendiri
- Jaringan Internet
- Komputer, Printer, dan Scanner
Alat dan Fasilitas
3. - Mesin Fotokopi
Pendukung
- Leaflet/ Brosur Informasi
- AC
- Alat Penyedia Daya Listrik (UPS)
- Petunjuk Layanan
Sumber: Sub Bagian Keuangan dan Aset, 2019.

Menurut Tabel 10, sarana dan prasarana dalam penerapan OSS di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang terbagi atas tiga obyek utama

yaitu front office, ruang pendukung, serta alat dan fasilitas pendukung. Front

office terdiri atas meja layanan penerimaan (3 loket CS), ruang layanan

informasi penanaman modal, ruang layanan pengaduan, dan ruang layanan

konsultasi. Ruang pendukung terdiri atas ruang tunggu dan meja layanan

mandiri. Alat dan fasilitas pendukung terdiri atas mesin antrean, server milik
120

sendiri, jaringan internet, komputer, printer, dan scanner, mesin fotokopi,

leaflet/ brosur informasi, AC, alat penyedia daya listrik (UPS), dan petunjuk

layanan.

Gambar 14. Layanan Mandiri OSS


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.

Meja layanan mandiri OSS adalah layanan yang diberikan oleh Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang yang dapat digunakan oleh

pemohon/ pelaku usaha mengakses OSS secara mandiri/ self service ataupun

dengan bantuan petugas layanan OSS.

Dari pemaparan di atas, secara keseluruhan penerapan OSS di Kabupaten

Malang mendapatkan dukungan dari manajemen puncak. Dalam hal ini Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang mendapatkan dukungan dari

kepala dinas, meliputi:

1) Sosialisasi dan pelatihan kepada pegawai sebagai pemberi layanan

2) Sosialisasi kepada masyarakat


121

3) Penyediaan Sarana dan Prasarana

Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak R. Endra Sulistyawan

selaku Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan Sosial Budaya, Bidang

Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya, yang mengatakan:

“Pertama ya internal dulu ya, ASN nya sudah disiapkan. Yang kedua yang

menunjang pelaksanaan OSS berupa jaringan. Jaringan itu masuk sarana

prasarana. Dan yang ketiga adanya sosialisasi kepada masyarakat.”

(Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 13.16 WIB di

kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang).

2. Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang dalam Perspektif

Revolusi Industri 4.0

Pergantian sebuah sistem pelayanan perizinan yang dahulunya masih

menggunakan cara manual atau konvensional menjadi sistem OSS yang telah

memanfaatkan perkembangan teknologi pasti akan membawa dampak, baik

terhadap pemerintah maupun masyarakat sebagai penerima layanan. Hal tersebut

senada dengan pernyataan dari Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya, yang menyatakan bahwa: “Kalau

dampak ini kan tidak hanya di sini, ada subjek dan objek. Subjek itu pemerintah,

objek itu pelaku usaha. Kan di sini dampaknya ini ada dua kalau bicara masalah

OSS.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14 WIB di

ruang bidang perekonomian). Secara lebih detail, dampak penerapan sistem OSS

dapat dilihat berdasarkan beberapa aspek di bawah ini, meliputi:


122

a. Dampak Terhadap Ekonomi

Daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Malang dapat melihat

bagaimana dampak yang terjadi terhadap ekonomi setelah menerapkan sistem

OSS. Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan

Perekonomian dan Sosial Budaya mengatakan bahwa: “Kan otomatis ada

pengaruh terhadap ekonomi. Dengan adanya percepatan, otomatis investor kan

masuk di dalamnya, mudah tidak ada kesulitan, kan canggih dan tidak ribet. Itu

positifnya.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019, pukul 11.14

WIB di ruang bidang perekonomian). Dampak terhadap ekonomi dalam

penerapan OSS dapat dilihat dari aspek-aspek di bawah ini, meliputi:

1) Pertumbuhan

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang merupakan

organisasi pemerintahan yang mengurus tentang penanaman modal dan

sistem OSS adalah sistem perizinan yang bertujuan untuk melakukan

percepatan berusaha di Indonesia dan di daerah-daerah. Oleh karenanya,

pertumbuhan di sini dapat dilihat sebagai pertumbuhan investasi di

Kabupaten Malang. Menurut Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku

sekretaris dinas, mengatakan bahwa: “Kalau secara umum, semangat

investasinya semakin meningkat karena lebih mudah.” (Wawancara

dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 12.45 WIB di ruang

sekretaris).

Pernyataan dari Bapak Ilham tersebut lebih kepada kondisi ideal yang

terjadi secara umum dengan diterapkannya sistem OSS di Kabupaten


123

Malang. Akan tetapi kondisi atau dampak yang sebenarnya setelah

diterapkannya sistem OSS terhadap pertumbuhan investasi kurang begitu

tampak. Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal menambahkan, bahwa:

“Diharapkan dengan adanya OSS diharapkan perusahaan-


perusahaan itu datang atau investasi itu naik, itu diharapkannya. Tapi
kenyataannya di Indonesia khususnya di Jawa Timur, perkembangan
investasi itu tidak naik (setelah ada OSS). Perkembangannya sampai
akhir 2018 itu tidak naik.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19
Februari 2019, pukul 10.22 WIB di ruang bidang pengendalian
penanaman modal).

Pertumbuhan Investasi di Kabupaten Malang dapat dilihat dari 3

hal, yaitu antara lain:

a) Data Investasi berdasarkan Jumlah Perusahaan.

b) Data Investasi berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja.

c) Data Investasi berdasarkan Nilai Investasi

Tabel 11. Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan Jumlah


Perusahaan Triwulan IV Tahun 2018
2018
No. Uraian Satuan 2017
Target Realisasi
1. Jumlah PMA Unit 24 27 24
2. Jumlah PMDN Fasilitasi Unit 25 29 25
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
3. Unit 371 407 737
Skala Besar
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
4. Unit 880 990 1.405
Skala Menengah
Jumlah PMDN Non Fasilitasi
5. Unit 6.245 6.340 6.825
Skala Kecil
Jumlah 7.545 7.793 9.016
Sumber: Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, 2019.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan PMA dari

tahun 2017 sampai tahun 2018 tidak mengalami peningkatan, yaitu


124

sejumlah 24 unit. Begitu pula dengan jumlah perusahaan PMDN fasilitasi

yang tidak mengalami peningkatan dengan jumlah 25 unit. Akan tetapi

jumlah perusahaan PMDN non fasilitasi dari skala besar sampai skala kecil

mengalami peningkatan. Perusahaan PMDN non fasilitasi skala besar

mengalami peningkatan dari semula pada tahun 2017 berjumlah 371unit

menjadi 737 unit pada tahun 2018. Perusahaan PMDN non fasilitasi skala

menengah mengalami peningkatan dari 880 unit pada tahun 2017 menjadi

1.405 unit pada tahun 2018. Serta perusahaan PMDN non fasilitasi skala

kecil mengalami peningkatan dari 6.245 unit pada tahun 2017 menjadi

6.825 unit pada tahun 2018. Secara keseluruhan jumlah perusahaan tahun

2018 di Kabupaten Malang meningkat dibandingkan tahun 2017, dari

7.545 unit menjadi 9.016 unit.

Tabel 12. Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan Jumlah Tenaga


Kerja Triwulan IV Tahun 2018
No. Uraian Satuan 2017 2018
1. PMA Orang 3.416 3.436
2. PMDN Orang 9.406 9.499
3. PMDN Non Fasilitasi Skala Besar Orang 49.771 105.569
4. PMDN Non Fasilitasi Skala Menengah Orang 10.367 14.577
5. PMDN Non Fasilitasi Skala Kecil Orang 4.902 8.495
Jumlah 77.862 141.576
Sumber: Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, 2019.

Jumlah tenaga kerja dari keseluruhan jenis perusahaan di Kabupaten

Malang mengalami peningkatan di tahun 2018 dibandingkan tahun 2017.

Jumlah tenaga kerja perusahaan PMA mengalami peningkatan dari 3.416

orang menjadi 3.436 orang. Jumlah tenaga kerja perusahaan PMDN

fasilitasi mengalami peningkatan dari 9.406 orang menjadi 9.499 orang.


125

Jumlah tenaga kerja perusahaan PMDN non fasilitasi skala besar

mengalami peningkatan dari 49.771 orang menjadi 105.569 orang. Jumlah

tenaga kerja perusahaan PMDN non fasilitasi skala menengah mengalami

peningkatan dari 10.367 orang menjadi 14.577 orang. Dan jumlah tenaga

kerja perusahaan PMDN non fasilitasi skala kecil juga mengalami

peningkatan dari 4.902 orang menjadi 8.495 orang. Secara keseluruhan,

jumlah tenaga kerja perusahaan di Kabupaten Malang mengalami

peningkatan dari 77.862 orang ditahun 2017 menjadi 141.576 orang

ditahun 2018.

Tabel 13. Data Investasi Kabupaten Malang Berdasarkan Nilai Investasi Triwulan IV Tahun
2018
2018
No. Uraian Satuan 2017
Target Realisasi
Nilai Investasi
1. Rupiah 2.092.086.508.975 2.154.849.104.244 2.092.086.508.975
PMA
Nilai Investasi
2. Rupiah 22.004.497.258.950 22.664.632.176.718 22.014.776.824.100
PMDN Fasilitasi
Nilai Investasi
PMDN Non
3. Rupiah 2.635.018.748.695 2.714.069.311.156 3.039.054.034.561
Fasilitasi Skala
Besar
Nilai Investasi
PMDN Non
4. Rupiah 352.114.400.213 362.677.832.219 549.191.823.909
Fasilitasi Skala
Menengah
Nilai Investasi
PMDN Non
5. Rupiah 934.638.083.420 962.677.225.922 1.045.778.052.332
Fasilitasi Skala
Kecil
Jumlah 28.018.355.000.253 28.858.905.650.259 28.740.887.243.877
Sumber: Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, 2019.

Berdasarkan tabel di atas, nilai investasi perusahaan PMA tidak

mengalami peningkatan di tahun 2018, dengan jumlah investasi sebesar

Rp. 2.092.086.508.975. Sedangkan nilai investasi PMDN fasilitasi


126

mengalami peningkatan. Tahun 2017 nilai investasi sebesar Rp.

22.004.497.258.950 meningkat menjadi Rp. 22.014.776.824.100. Nilai

investasi perusahaan PMDN non fasilitasi skala besar mengalami

peningkatan dari Rp. 2.635.018.748.695 di tahun 2017 menjadi Rp.

3.039.054.034.561 di tahun 2018. Kemudian, nilai investasi perusahaan

PMDN non fasilitasi skala menengah mengalami peningkatan dari Rp.

352.114.400.213 menjadi Rp. 549.191.823.909 di tahun 2018. Dan yang

terakhir, nilai investasi perusahaan PMDN non fasilitasi skala kecil juga

mengalami peningkatan dari Rp. 934.638.083.420 di tahun 2017 menjadi

Rp. 1.045.778.052.332 di tahun 2018. Secara keseluruhan, nilai investasi

perusahaan di Kabupaten Malang mengalami peningkatan dari Rp.

28.018.355.000.253 di tahun 2017 menjadi Rp. 28.740.887.243.877 di

tahun 2018.

Data realisasi investasi di atas dan pernyataan dari Bapak Sumarno

didukung oleh Ibu Nunuk Suryandari selaku Kepala Bidang

Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal, mengatakan bahwa:

“Kemarin bisa cuman kenaikannya itu tidak signifikan. Cuman


berapa nol koma berapa. Jadi kemarin kan realisasi 28 Triliun,
sekarang tribulan satu itu masih 28 berapa begitu. Naiknya sedikit,
sedikit sekali karena tidak bisa memantau. Kalau kita menunggu
LKPM, perusahaan-perusahaan tidak rutin kayak begitu. Walau
sudah diperingatkan berkali-kali juga masih sulit, alasannya
banyak.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Februari 2019,
pukul 11.04 WIB di ruang bidang promosi penanaman modal).

Berdasarkan hasil wawancara dan data realisasi investasi di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang setelah menerapkan


127

OSS, pertumbuhan investasi di Kabupaten Malang dapat dikatakan

meningkat namun tidak signifikan.

2) Ketenagakerjaan

Seperti yang sudah diketahui berdasarkan pemaparan sebelumnya,

OSS merupakan sistem baru dalam perizinan yang wajib diterapkan di

seluruh daerah di Indonesia dengan segera setelah resmi diluncurkan pada

9 Juli 2018. Penerapan yang wajib dan segera tersebut tentunya akan

membawa dampak terhadap ketenagakerjaan di dalam sebuah instansi

pemerintah yang menerapkan OSS. Instansi yang sudah siap maupun yang

belum siap menerapkan OSS akan mengalami penyesuaian guna sistem

OSS dapat diterapkan dengan baik. Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang mengatasi kebutuhan akan tenaga kerja dalam

penerapan OSS dengan cara:

a) Mengalokasikan beberapa pegawai yang sudah ada sebelumnya

untuk ditempatkan di layanan OSS di lantai 1.

b) Melakukan perekrutan pegawai baru.

Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan Bapak Iriantoro

selaku kepala dinas, yang menjelaskan bahwa:

“Petugas OSS ada. Untuk OSS ada yang memandu, kita tambahi di
situ. Penambahan satu dua orang saja. Orang sekarang ini
masyarakat sudah pintar-pintar mas. Dari kantornya dari rumahnya
sudah bisa. Hanya kita siapkan di sini seandainya diperlukan
informasi mengenai OSS.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26
Februari 2019, pukul 11.29 WIB di ruang kepala dinas).
128

Selanjutnya, Ibu Umi Uswatun Khasanah selaku Kepala Bidang

Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan menyampaikan,

sebagai berikut:

“Iya kemarin karena keterbatasan terkait dengan OSS nah kita ada
penambahan. Ada 4 kalau tidak salah honorer ya. Yang satu di situ
melayani OSS, yang satu mas Hadi, terus yang satu ada di bawah
membantu pak kepala dinas, yang satu ada di keuangan. Ada empat
kalau nggak salah , mereka itu ya mungkin karena rezekinya ya,
karena secara tiba-tiba kita butuh terus ada lamaran masuk, seperti
mas hadi ini kan baru lulus kemarin.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 28 Maret 2019, pukul 11.14 WIB di ruang tunggu lantai 2).
Sehingga dari dua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

terdapat penambahan pegawai baru dan penambahan tugas kepada

beberapa pegawai lama untuk menjadi petugas layanan OSS di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Adapun Pegawai

lama yang mendapatkan tugas untuk melayani masyarakat perihal OSS

adalah:

a) Bapak Gogo Febrianto, S.Kom.

b) Bapak Anang Wijayanto

Hal di atas didukung oleh hasil wawancara dari Bapak Anang

Wijayanto selaku petugas layanan OSS, yang menyatakan bahwa:

“Tiga Orang. Pak Gogo, Pak Agum, sama saya.” (Wawancara

dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 10.28 WIB di loket 3).

Sedangkan pegawai baru yang ditempatkan di layanan OSS adalah

Bapak Agum Eka Paksi, S.Kom. Hal tersebut didukung pula oleh

pernyataan dari Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang Pengendalian


129

Pelaksanaan Penanaman Modal, bahwa: “Ada. Pak Agum sarjana

komputer.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019,

pukul 10.22 WIB di ruang bidang pengendalian penanaman modal).

Selain itu, penerapan OSS juga berdampak kepada peningkatan

skills atau kemampuan pegawai. Hal ini didasarkan pada pembahasan

sebelumnya bahwa di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang, manajemen puncak atau kepala dinas memberikan dukungan

yang kuat dalam penerapan OSS. Salah satu dukungan dari kepala dinas

adalah adanya sosialisasi dan pelatihan kepada pegawai untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai dalam

menjalankan tugas pelayanan. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil

wawancara dengan Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, bahwa: “Pada umumnya

setiap tahun itu kan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber

daya personel di sini itu pasti dilakukan yang melalui seminar,

pelatihan, ataupun dari website.” (Wawancara dilakukan pada tanggal

19 Februari 2019, pukul 10.22 WIB di ruang bidang pengendalian

penanaman modal).

b. Dampak Terhadap Pemerintah

Penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang juga berdampak kepada

organisasi pelaksana yaitu Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang. Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal memberikan pernyataan:


130

“Pelayanan perizinan dengan OSS lebih baik, lebih efisien. Dari sisi
waktu lebih efisien. Lepas dari kekurangan menu-menu OSS, dengan
syarat hardware, software, brainware dipenuhi/ tersedia. Harapannya
pemerintah itu dengan adanya digitalisasi itu lebih cepet pelayanannya.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019 2019, pukul 10.22
WIB di ruang bidang pengendalian penanaman modal).

Pernyataan dari Bapak Sumarno di atas didukung oleh pernyataan dari

Bapak R. Endra Sulistyawan selaku Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan

Sosial Budaya, Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya,

yang menyatakan bahwa:

“Ada plus dan minus ya. Kalau plusnya ke perizinan itu lebih simpel
lebih mudah. Karena kan self service, melayani diri sendiri. Kalau dulu
kan sebelum mengurus izin kan mulai dari RT/ RW ke kelurahan untuk
bikin surat keterangan bahwa dia memang usaha di situ. Sekarang kan
tidak. Tapi ya rawan penipuan juga, karena sistem bisa diakali kan
sistem. Satu orang saja bisa mengurus sampai 100 izin. Ada kok dia itu
mengurus NIB itu punya 108.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19
Februari 2019, pukul 13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Kabupaten Malang).

Selain dampak yang disebutkan di atas, Ibu Nunuk Suryandari selaku

Kepala Bidang Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal juga

menambahkan bahwa:

“Nilai investasi tidak terpantau. Jadi sekarang ini sampai di Jawa Timur
di seluruh Indonesia nilai investasi itu turun. Kendalanya di situ karena
tidak bisa memantau. Meskipun bisa memantau lewat LKPM, dan
ternyata laporan kegiatan penanaman modal ini kan harusnya perusahaan
melaporkan ke kita begitu. Tetapi kewajiban itu tidak dipenuhi. Kalau
tidak dihubungi terus menerus dan diingatkan, sudah diperingatkan pun
sudah sulit. Lah dari mana memantaunya? Yang kemarin (sebelum OSS)
itu bisa kita pantau lewat data SIUP. Nah karena sekarang dia daftar itu
posisinya langsung ke lembaga OSS, itu pun persetujuan NIB itu kan
berarti sudah sah. Nah yang menjadi kesulitan kita ya itu. Posisinya tidak
tahu.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Februari 2019, pukul
11.04 WIB di ruang bidang promosi penanaman modal).
131

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Umi Uswatun

Khasanah selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Pembangunan dan

Kemasyarakatan, bahwa:

“...secara nasional investasi itu yang masuk di Kabupaten Malang ini kan
terekam kalau secara manual. Misalnya izin ini dari PT ini berinvestasi
sekian kan bisa kita lihat. Nah sekarang ini dengan cara online, kadang-
kadang mereka bisa mandiri kan nggak ada laporan ke kita. Nah itu
susahnya kami untuk mengetahui berapa investasi di tahun ini kan susah.
Kendalanya seperti itu.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret
2019, pukul 11.14 WIB di ruang tunggu lantai 2).
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

perizinan menjadi lebih cepat dan simpel. Namun juga terdapat hal negatif

bahwa data realisasi investasi menjadi sulit untuk dipantau dibandingkan

dengan sistem manual sebelumnya. Dari penjelasan di atas, secara lebih rinci

dampak yang terjadi dalam Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang dalam penerapan OSS akan diuraikan, sebagai berikut:

Sebelum menerapkan sistem OSS, semua perizinan dilayani secara manual

atau offline dengan cara datang langsung ke Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang dengan membawa berkas yang diperlukan. Setelah

diterapkannya sistem OSS, banyak izin-izin yang pelayanannya berubah

menjadi online dan dialihkan ke pusat melalui OSS.

Menurut Brosur dari Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang, Pelayanan perizinan dibagi menjadi dua yaitu izin-izin yang diproses

secara manual atau offline dan izin-izin yang diproses secara online melalui

sistem OSS. Hal tersebut senada dengan hasil wawancara dengan Ibu Siti

Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial


132

Budaya, yang mengatakan: “Ada 2 perizinan tidak semua izin yang

dilimpahkan kewenangannya ke perizinan itu masuk ke OSS. Jadi ada dua, ada

model offline ada model OSS. Pelimpahan wewenang itu ada Perbub 15 tahun

2018.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14

WIB di ruang bidang perekonomian).

Gambar 15. Pembagian pelayanan perizinan di Dinas Penanaman Modal


dan PTSP Kabupaten Malang
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.

Izin-izin yang masih dilayani secara offline adalah sebagai berikut:

1) Izin Usaha Perluasan Usaha Peternakan

2) Izin Pendirian Bursa Khusus

3) Izin Perpanjangan Memperkerjakan Tenaga Asing (IPMTA)

4) Izin Pemotongan Hewan


133

5) Izin Pelayanan Makam

6) Kartu Pengawasan Surat Izin Trayek

7) Izin Pengumpulan Sumbangan

8) Izin Usaha Penggilingan Padi

9) Izin Pendirian Lembaga Sekolah Menengah

10) Izin Tempat Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner

11) Izin Mendirikan Puskesmas

12) Izin Operasional Puskesmas

13) Izin Pelayanan Kesehatan Tradisional

14) Izin Mendirikan Klinik

15) Izin Usaha Optikal

16) Izin Usaha Pangan Industri Rumah Tangga

17) Izin Penyelenggaraan Reklame

18) Izin Gangguan (HO)

19) Izin Alih Fungsi Lahan Beririgrasi

20) Izin Pendirian Bangunan di atas Perairan Umum

21) Izin Pemakaian Kekayaan Daerah Berupa Tanah dan/ atau Bangunan,

Sempadan Sungai atau Saluran

22) Izin Pengelolaan Sampah.

Sedangkan izin-izin yang sudah dapat diproses melalui sistem OSS adalah

sebagai berikut:

1) Izin Usaha Peternakan (IUP)

2) Izin Tempat Penampungan Pekerja Migran Indonesia


134

3) Izin Lembaga Pelatihan Kerja

4) Tanda Daftar Gudang (TDG)

5) Izin Usaha Industri (IUI)

6) Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP)

7) Izin Usaha Pengelolaan Rakyat

8) Izin Usaha Pusat Perbelanjaan

9) Izin Usaha Toko Modern

10) Izin Operasional Rumah Sakit Tipe C dan D (IORS)

11) Izin Operasional Klinik

12) Izin Penyelenggaraan Laboratorium Klinik

13) Surat Izin Toko Obat

14) Izin Mendirikan Rumah Sakit Tipe C dan D

15) Izin Pendirian Apotek

16) Izin Usaha Kecil dan Mikro Obat Tradisional

17) Izin Usaha Toko Alat Kesehatan

18) Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)

19) Izin Lingkungan

20) Izin Pembuangan Limbah Cair

21) Izin Pemanfaatan Limbah Cair Untuk Aplikasi ke Tanah

22) Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3

23) Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala Kabupaten

24) Izin Usaha Pertanian


135

25) Izin Usaha Penangkapan Benih Tanaman Pangan, Holtikultura dan

Perkebunan

26) Pendaftaran Penanaman Modal

27) Izin Penanaman Modal

28) Izin Pendirian Pendidikan Lembaga Formal (IPPLF)

29) Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Izin yang dilayani menggunakan cara manual atau izin yang tidak

berpindah ke OSS tetap dilayani oleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang dengan waktu pelayanan maksimal 14 hari kerja. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Ibu Umi Uswatun Khasanah selaku Kepala Bidang

Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan, bahwa: “Yang tidak

OSS, iya. 14 hari kerja.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019,

pukul 11.14 WIB di ruang tunggul lantai 2).

Sedangkan, izin-izin yang diurus menggunakan OSS sebagian dapat

langsung berlaku efektif, namun ada izin yang perlu komitmen lanjutan kepada

Dinas Penanaman Modal untuk mengaktifkan izin tersebut. Saat mengurus

perizinan melalui OSS, pelaku usaha akan mendapatkan Nomor Induk

Berusaha (NIB) sebagai langkah awal untuk dapat mengurus izin yang

diperlukan selanjutnya. Menurut Bapak Agum Eka Paksi selaku petugas

layanan OSS:

“NIB itu sebenarnya izin dasar. Jadi kalau mau ngurus apa-apa kuncinya
awal itu punya NIB dulu. Jadi bukan NIB itu jadi izin berusaha. Izin
dasarnya itu nanti baru izin berusaha. Ya ibaratnya harus punya nomor
induk dulu baru ngurus izin-izin. Kebanyakan kan orang itu menganggap
NIB sama SIUP itu sama, padahal beda. Karena dianggap NIB itu izin
berusaha.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul
136

13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten


Malang).

Izin-izin yang tidak memerlukan komitmen kepada pemerintah daerah

adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan

(TDP). Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu Umi Uswatun

Khasanah selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Pembangunan dan

Kemasyarakatan, bahwa: “Sebenarnya Cuma sedikit saja karena yang beralih

secara mutlak di OSS itu kan masih NIB ya terkait SIUP sama TDP, tapi yang

lain kan masih bisa manual, jadi tetap.” (Wawancara dilakukan pada tanggal

28 Maret 2019, pukul 11.14 WIB di ruang tunggu lantai 2).

Gambar 16. Pelaku Usaha sedang mengurus komitmen di Dinas


Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang.
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.
137

Pernyataan dari Ibu Umi tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak

Agum Eka Paksi selaku petugas layanan OSS, bahwa:

“Dia bikin sendiri akhirnya. Contoh kayak SIUP tadi itu ya, akhirnya
tidak ada lagi mengurus memasukkan berkas, dia bikin sendiri. TDP
bikin sendiri, NIB yang keluar...Itu nanti kelihatan di web, kalau selain
SIUP sama TDP pasti keluarnya bunyinya ‘belum berlaku efektif’. Nanti
notifnya di bawah atau print-print-annya keluar bahwa harus memenuhi
komitmen yang ada di daerah tersebut.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 19 Februari 2019, pukul 13.16 WIB di kantin Dinas Penanaman
Modal dan PTSP Kabupaten Malang).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa selain

SIUP dan TDP maka proses perizinannya harus melalui komitmen kepada

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk dapat

mengaktifkan izin tersebut.

Dampak dalam penerapan OSS terhadap pemerintah selain yang telah

disebutkan di atas adalah bertambahnya fungsi kepala dinas sebagai satuan

tugas (Satgas) OSS yang bertugas untuk mengawasi dan memantau jalannya

OSS di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Menurut

Bapak Gogo Febrianto selaku petugas layanan OSS:

“Kalau satuan tugas itu, di OSS kan ada 3, nasional, daerah, dan costumer
service. Di sini satgas ya, satgas daerah diketuai oleh Sekda. Satgas itu
perwakilan pusat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kaitannya
sama OSS. Misalnya ternyata ada pertentangan peraturan dengan di
Perda misalnya. OSS mengatakan A ternyata Perdanya mengatakan B
(dilarang), nah itu tugasnya satgas, untuk menyelesaikan. Satgasnya
kalau di DPMPTSP ya di sini. Kan ada dua, satgas daerah sama DPM
PTSP. Siapa satgasnya? ya Kepala DPMPTSP, tadi kalau satgas daerah
ya sekretaris daerah. Di seluruh Indonesia seperti itu OSS. Untuk
pelayanan sendiri, Satgas DPMPTSP. Jadi pengawasan pemenuhan
komitmen, pengawasan penerbitan, seandainya apa dalam segi
pelayanan. Kan sebenarnya kita (DPMPTSP) tidak wajib buka, kan self
service (OSS), Cuma kalau misalnya pemohon kesulitan bisa hadir
kesini, sudah disediakan. Sebetulnya DPM itu pelayanan pemenuhan
komitmen, bukan pelayanan di sini, karena self service (OSS).”
138

(Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019, pukul 09.52 WIB


di ruang pelayanan informasi perizinan).
Penerapan OSS di Kabupaten Malang juga memberikan dampak terhadap

perubahan budaya kerja di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang sebagai organisasi daerah yang menerapkan OSS. Menurut Bapak

Iriantoro selaku kepala dinas, menyatakan bahwa:

“Sama. Teman-teman di sini. Kan OSS dengan izin langsung kalau tidak
ada OSS itu kan bisa memperkecil kalau dengan face to face
memungkinkan terjadinya KKN. Dengan OSS ini kita online kan ini
sudah tidak ada atau dapat meminimalisir. Kecuali di perdanya itu ada
retribusi-retribusi yang harus dibayarkan.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.29 WIB di ruang kepala dinas).

Menurut Bapak Iriantoro, OSS dapat memperkecil atau meminimalisir

adanya pertemuan antara ASN dengan masyarakat. Dengan semakin

berkurangnya pertemuan antar muka/ face to face akan memungkinkan

berkurangnya tindak KKN di dalam sebuah instansi pemerintahan Pernyataan

di atas diperkuat oleh pernyataan dari Ibu Kirni selaku Kepala Sub Bagian

Keuangan dan Aset memberikan pendapat, yaitu:

“Ini kan namanya sudah jaringan paralel. Sudah ada internet


mengurusnya langsung, di sini cuman membantu untuk ketika ada
kesulitan. Kan soalnya ini bukan bidang perizinan saja, kalau pakai
sistem ini kan ada integrasi terkait NPWP, melihat pajaknya ya tidak
bisa, di situ ya sudah membaca misalnya anda belum membayar pajak,
begitu. Terus ada nomor KTP, kemudian nanti juga langsung terdeteksi.
Misalnya KTP Anda tidak bisa karena ada kesalahan.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 11.19 WIB di ruang
keuangan).
Menurut Ibu Kirni OSS menggunakan jaringan paralel yang bisa diakses

langsung oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mencetak sendiri izin-


139

izin yang diperlukan dari rumah/ self service. Akan tetapi Bapak Ilham selaku

sekretaris dinas memberikan pernyataan bahwa:

“Kalau budaya kerja ini, OSS kan sistem dari pusat, artinya kita tidak
menjalankan. Kalau di kita kaitannya dengan OSS ini tidak ada dampak.
Karena kan begini, OSS ini kan mereka meng-upload sendiri bisa dicetak
sendiri nah sementara yang kita layani adalah yang pemenuhan
komitmen. Pemenuhan komitmen itu adalah izin-izin di daerah yang dulu
sudah kita laksanakan. Artinya tidak terlalu berdampak pada budaya
kerja. Adanya tidak ada perubahan lah di budaya kerja. Memang
diuntungkan, Dengan adanya OSS ini sebenarnya kalau dulu manual
dikerjakan 5 orang sekarang bisa dikerjakan 2 orang. Tapi bukan di kita,
tapi di manajemen OSS nya. Andai kata sistem kita seperti itu bisa
memperkecil budaya kerja yang buruk. Tapi kalau yang kita laksanakan
ini kaitannya dengan OSS tidak ada pengaruhnya, kita hanya menerapkan
2 atau 3 orang hanya untuk membantu saja. Sementara yang kita
laksanakan tidak hanya sekedar OSS.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 20 Februari 2019, pukul 12.45 WIB di ruang sekretaris).
Pernyataan dari Bapak Ilham menjelaskan bahwa dampak terhadap budaya

kerja tidak begitu banyak dirasakan. Karena OSS hanya mempengaruhi sedikit

terhadap pekerjaan yaitu hanya kepada 2 dan 3 orang pegawai saja. Salah satu

yang terdampak adalah perubahan dalam memantau realisasi investasi di

Kabupaten Malang. Ibu Umi Uswatun Khasanah selaku Kepala Bidang

Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan, yang menjelaskan

bahwa:

“Masih bisa, karena kita masih mencoba kita setiap hari itu, di bidang
evapor itu teman-teman masih berusaha mencetak sendiri mana yang
sudah ini kita cetak kita himpun. Satu-satu, jadi setiap hari kita itu harus
online, mana ini yang belum. Jadi kita print sendiri kita rangkum sendiri.
Jadi kita harus aktif. Kalau dulu kan secara langsung kita sudah tahu.
Karna dulu berkasnya kesini, sekarang tanpa pemberkasan.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019, pukul 11.14 WIB di
ruang tunggu lantai 2).
140

Hal tersebut senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Anang

Wijayanto selaku petugas layanan OSS, bahwa:

“Iya, tapi juga bisa dari OSS. Itu kan ada laporan keterangan investasi
dari website nya OSS tapi yang ada di sini. Nanti kan keluar mas dari
Kabupaten Malang yang mengurus izin berapa orang tanggal ini, bulan
ini, keluar semua di OSS. NIB nya juga keluar semua, mengontrolnya ya
di situ mas.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019,
pukul 10.28 WIB di loket 3).
Sehingga penulis mengambil kesimpulan, menurut hasil observasi penulis

di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang memang berdampak

terhadap berkurangnya pertemuan antar muka antara pelaku usaha dan

pegawai. Akan tetapi itu berlaku untuk masyarakat yang bisa mengurus sendiri

perizinan di rumah. Bagi masyarakat yang kesulitan untuk mengurus melalui

OSS tetap datang ke kantor untuk pergi ke layanan konsultasi OSS atau layanan

mandiri OSS. Selain itu penerapan OSS juga berdampak pada perubahan cara

memantau realisasi investasi di Kabupaten Malang menjadi kurang efektif,

yaitu mencetak satu persatu dokumen pemohon dari website OSS.

Dengan adanya perubahan tersebut, berdampak pula pada peningkatan

pengawasan terhadap pelaku usaha yang mengurus perizinan melalui OSS. Hal

tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak Anang Wijayanto selaku petugas

layanan OSS, bahwa:

“Kalau dampaknya lebih banyak pengawasan. Jadi dengan adanya orang


mendaftar OSS belum lengkap tapi di OSS sudah efektif padahal dia
belum punya apa-apa, ada yang tidak dicentang, akhirnya nggak efektif,
jadi kan menambah pengawasan. Apakah benar ini izinnya seperti ini,
kalau dulu kan tidak. Kalau dulu kan syarat dulu baru keluar izin. Kalau
kita sekarang OSS izin dulu syaratnya menyusul. Bisa efektif nanti kalau
syaratnya dilengkapi, tapi kadang-kadang ada yang syaratnya tidak
dicentang tapi bisa efektif, akhirnya kan kita harus ke perusahaan, untuk
141

mengecek. ‘syarat kamu harusnya ini-ini, tapi cuman dicentang 5, kalau


tidak ya dicabut’ itu pengawasan. Tapi kadang-kadang ada yang di OSS
di keluarkan tapi dia tidak tahu aturan. Kan OSS itu punyanya
kementerian perekonomian, sedangkan sektor kayak sektor UI, atau
sektornya Pak Gogo itu sektornya dari PUPR itu kan tidak tahu
aturannya, yang penting aku bikin OSS izin keluar. Padahal didalam
masalah itu ada aturan-aturan lain. Nah itu kadang-kadang sudah keluar
orang merasa kalau sudah keluar pasti bisa digunakan, beli sembarang,
setelah dia mengurus lagi yang di kita ini ditolak.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 10.28 WIB di loket 3).

Perubahan budaya kerja menjadi lebih banyak pengawasan terjadi karena

dengan sistem OSS data yang dimiliki oleh pelaku usaha langsung ditransfer

ke pusat melalui OSS. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang menjadi tidak tahu data apa saja yang

dimiliki oleh pelaku usaha. Hal ini membutuhkan peran dari pemerintah daerah

untuk mengawasi dan memastikan validitas usaha beserta dokumen yang

dilampirkan oleh pelaku usaha di sistem OSS. Pernyataan di atas senada

dengan pernyataan dari Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya, yang mengatakan bahwa:

“Tapi tidak lepas dengan pemberkasan berkas yang ada, benar tidak data
yang dimasukkan. Kita menotifikasi jadi ada berkas yang dimasukkan di
sini tapi tetap harus punya ini, NIB ini.....Nah kadang ada yang namanya
masyarakat tingkat kejujurannya untuk memasukkan data itu di
Indonesia kan masih rendah . ini tapi semuanya itu ada tulisannya, telah
berlaku efektif, berarti kalau sudah berlaku efektif berarti sudah dipenuhi
pemenuhan komitmennya, kalau tidak efektif ya tidak akan muncul. Tapi
pemerintah di sini sebagai pengawas, ini bener tidak data yang
dimasukkan, kita nge-check lagi pemenuhan komitmennya itu benar
tidak. Ini terbitan dari pemerintah kabupaten, kan asal memasukkan saja.
Kalau program ini mau-mau saja dimasukkan tapi keabsahan datanya itu
yang harus dicek, dicek kebenarannya.” (Wawancara dilakukan pada
tanggal 19 Februari 2019, pukul 11.19 WIB di ruang keuangan).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

penerapan OSS di Kabupaten Malang berdampak terhadap bertambahnya


142

peran pegawai untuk mengawasi pelaku usaha/ validitas data yang diunggah

pelaku usaha dalam mengurus perizinan melalui OSS.

c. Dampak Terhadap Masyarakat

Selain berdampak terhadap pemerintah sebagai pihak yang menerapkan

sistem OSS dan memberikan layanan, penerapan OSS juga berdampak

terhadap masyarakat sebagai penerima layanan. OSS merupakan sistem

perizinan dengan menggunakan perkembangan teknologi sehingga akan

membawa dampak kepada masyarakat agar selalu mengikuti perkembangan

zaman. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ibu Siti Rohani Selaku

Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya, bahwa:

“Perizinan itu kan sebagai legalitas formal. Kepada pemerintah, daerah,


masyarakat, ya tentunya ada dampak positifnya. Tapi yang perlu
disiapkan itu adalah pelaku usaha dan masyarakat bawah itu harus siap
tentang elektronik ini, digital. Kan jamannya sudah digital, kalau tidak
siap ya banyak minta bantuan, seperti putranya yang disuruh masukan.
Jadi generasi berikutnya bukan pelaku usaha sendiri. Yang paham
tentang IT yang memasukkan, kan sudah melek IT sekarang, sudah
masanya digital, tidak mungkin kita harus manual.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 11.14 WIB di ruang
bidang perekonomian).

Sistem OSS juga mempengaruhi dan mengubah bagaimana masyarakat

menerima pelayanan perizinan. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Iriantoro

selaku kepala dinas, bahwa:

“Ada pasti. Pelayanan perizinan jadi cepat, dampaknya kan disitu.


Harapannya izin cepat sehingga banyak pemohon atau investor dapat
dengan cepatnya mengurus izin-izin. Dari rumah saja bisa kok mas. Dari
rumah itu bisa, dari kantornya juga bisa. Yang kita siapkan di sini itu
seandainya pemohon tadi itu kurang paham atau apa silahkan datang.
Umpama mas ini sebagai direktur apa begitu ya, aduh kok kesulitan ya
datang ke DPMPTSP saja. Di sini nanti ada yang memandu, bagaimana
143

caranya memasukkan data.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26


Februari 2019, pukul 11.29 WIB di ruang kepala dinas).

Pernyataan dari Bapak Iriantoro senada dengan hasil wawancara dari

Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku sekretaris dinas, bahwa: “Masyarakat jadi

lebih dipermudah. Ya logikanya seperti itu, hampir sama dengan pemerintah.

Kalau izin itu mudah bisa dikerjakan di mana saja. Jadikan masyarakat senang,

khususnya masyarakat yang pelaku usaha.” (Wawancara dilakukan pada

tanggal 20 Februari 2019, pukul 12.45 WIB di ruang sekretaris). Dari hasil

wawancara dengan Bapak Iriantoro dan Bapak Ilham, menunjukkan bahwa

dengan adanya OSS akan membuat pelayanan perizinan menjadi cepat dan

lebih fleksibel. Hal ini berdampak pada meningkatnya kemudahan masyarakat

dalam mengurus perizinan karena sistem OSS pada dasarnya merupakan sistem

self-service, sehingga masyarakat dapat mengurus perizinan secara mandiri

selama memiliki perangkat dan dapat terkoneksi dengan internet.

Pernyataan di atas juga didukung oleh Bapak Khotib selaku pelaku usaha

yang mengurus perizinan menggunakan OSS: “Mudah pak mudah, sangat

mudah dan lebih cepat ini. Mudah sekarang enak, nggak sampai setengah jam

sudah selesai.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Maret 2019, pukul

10.24 WIB di ruang tunggu layanan OSS).

Akan tetapi dalam penelitian, penulis juga menemui masyarakat yang

masih belum mengerti tentang sistem OSS. Sehingga ketika datang ke Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang, masyarakat tersebut masih

ingin mencari informasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak

R. Endra Sulistyawan selaku Kepala Seksi Verifikasi Perekonomian dan Sosial


144

Budaya, Bidang Pelayanan Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya, yang

mengatakan bahwa:

“Jadi banyak juga pemohon yang kecelek ketika sebelum 3 Agustus dia
masih kurang berkas permohonannya, ketika setelah 3 Agustus dia
kembali sudah tidak perlu itu, sudah OSS. Kendalanya memang banyak
masyarakat di wilayah Kabupaten masih gaptek/ gagap teknologi.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul 13.16 WIB
di kantin Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang).

Bapak Dani selaku masyarakat pengguna layanan OSS, mengatakan

bahwa:

“Yo nek cepet yo cepet mas, kan langsung jadi. Kan tinggal nge-print
begitu bisa dipakai. Cuman kan lek perlu kesini kan kadang menanyakan
yang tidak tahu, contohnya serbuk kayu buat jamur itu apa ada ndek situ
perdagangan serbuk kayu, tidak ada kan, hasil kayu. Nanti urusannya kan
bagaimana, iso nggak masukan serbuk kayu. Kalau tidak bisa yo’opo,
harus dimasukkan ke mana. Memang jualan serbuk kayu. Iya mau
konsultasi mau nanyakan itu saja, ya itu serbuk kayu.” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 26 Maret 2019, pukul 9.52 WIB di ruang tunggu
layanan OSS).
Bapak Dani mengalami kebingungan untuk memasukkan jenis usaha.

Bapak Dani sendiri pada dasarnya sudah memiliki tabel panduan untuk dapat

mengklasifikasikan jenis usaha. Akan tetapi Bapak Dani lebih memilih

mendatangi Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk

dapat berkonsultasi secara langsung dengan petugas layanan OSS. Hal tersebut

didukung oleh pernyataan dari Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, yang mengatakan bahwa:

“Sebenarnya kan kalau melihat di web sudah ada semua, tinggal masyarakat

membaca. Tapi kenyataannya ada jurang atau gap antara pemerintah dengan

masyarakat.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Februari 2019, pukul

10.22 WIB di ruang bidang pengendalian penanaman modal).


145

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Umi Uswatun Khasanah selaku

Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Pembangunan dan Kemasyarakatan,

bahwa:

“Masyarakat itu kadang-kadang juga kebingungan, kadang-kadang kan


ini harus OSS padahal kan dia yang belum melek IT kan masih bingung
karena sebenarnya itu dibuat mudah di mana pun kita bisa untuk
melakukan perizinan secara online tapi dengan adanya belum pahamnya
masyarakat dibuat bingung makanya kita di sini juga ada layanan mandiri
dan layanan pendampingan. Bagi mereka yang sudah paham silahkan
sarprasnya sudah tersedia sekarang untuk mandiri, yang belum paham
bisa ada pendampingan, dan semua itu gratis.” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 28 Maret 2019, pukul 11.14 WIB di ruang tunggu lantai 2).

Gambar 17. Masyarakat menggunakan layanan mandiri OSS.


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.
146

Gambar 18. Masyarakat berkonsultasi dengan petugas layanan OSS.


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019.

Masyarakat yang tidak memiliki perangkat untuk mengakses perizinan

melalui OSS serta merasa kesulitan dan membutuhkan bantuan dapat langsung

meminta bantuan ke petugas layanan OSS di Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang.

Tabel 14. Kondensasi Data


No. Fokus Penelitian Poin-Poin Temuan Lapangan
1. Penerapan Sistem Tekanan Kompetitif 1. Penerapan OSS bertujuan untuk
OSS di meningkatkan kemudahan
Kabupaten berusaha di Kabupaten Malang.
Malang 2. Pemerintah pusat mendorong
penerapan OSS di seluruh
Indonesia.
3. Di Kabupaten Malang masih
terdapat izin-izin yang berpotensi
menghambat kemudahan
berusaha, contohnya izin HO.
Penggunaan 1. Ada penggunaan kekuasaan untuk
Kekuasaan mengganti sistem pelayanan
147

perizinan secara cepat dan


menyeluruh.
2. Walaupun sudah ada peraturan
perizinan yang kuat di daerah,
Kabupaten Malang harus
menerapkan OSS karena
merupakan perintah dari
pemerintah pusat.
Kebutuhan Internal 1. Kebutuhan internal organisasi
adalah meningkatkan pelayanan
perizinan agar lebih baik dan
melakukan percepatan
pelaksanaan berusaha.
2. Kabupaten Malang sudah
memiliki inisiatif untuk
memenuhi kebutuhan internal
dengan membuat sistem
pendaftaran online bernama
3. SIPELOT.
SIPELOT batal digunakan karena
muncul sistem OSS dari
pemerintah pusat yang wajib
diterapkan seluruh daerah di
4. Indonesia.
Penerapan sistem OSS di
Kabupaten Malang didasarkan
pada kebutuhan internal
organisasi untuk memberikan
pelayanan perizinan yang lebih
baik dan melakukan percepatan
pelaksaan berusaha.
Dukungan 1. Kepala dinas memberikan
Manajemen Puncak dukungan penuh terhadap
penerapan OSS di Kabupaten
Malang.
2. Dukungan dari kepala dinas
meliputi sosialisasi kepada
pegawai dan masyarakat,
pelatihan kepada pegawai, serta
penyediaan sarana dan prasarana.
2. Dampak Dampak Terhadap 1. Secara umum, semangat investasi
Penerapan Sistem Ekonomi: di Kabupaten Malang menjadi
OSS di Pertumbuhan meningkat karena kemudahan
Kabupaten yang ditawarkan oleh sistem OSS.
Malang 2. Akan tetapi, pertumbuhan
investasi di Kabupaten Malang
148

dapat dikatakan meningkat


namun tidak signifikan.
Dampak Terhadap 1. Adanya penambahan tugas
Ekonomi: pegawai lama untuk ditempatkan
Ketenagakerjaan di layanan mandiri OSS.
2. Adanya penambahan pegawai
baru melalui rekrutmen untuk
ditempatkan di layanan mandiri
OSS.
3. Adanya peningkatan pengetahuan
dan kemampuan pegawai dari
adanya pelatihan dan sosialisasi
yang diberikan tentang OSS.
Dampak Terhadap 1. Pelayanan perizinan menjadi
Pemerintah lebih cepat dan simpel.
2. Pelayanan perizinan sebagian
diambil alih oleh OSS dan
sebagian masih dilayani dengan
cara manual.
3. Perizinan melalui OSS sebagian
dapat langsung berlaku efektif,
namun sebagian perlu komitmen
lanjutan kepada Dinas
Penanaman Modal untuk
mengaktifkan izin tersebut.
4. Kepala dinas menjadi satuan
tugas (Satgas) DPM-PTSP.
5. Berkurangnya pertemuan antar
muka/ face to face antara pegawai
dan masyarakat yang akan
memungkinkan berkurangnya
tindak KKN.
4. Secara umum terdapat perubahan
budaya kerja menjadi lebih
banyak pengawasan karena data
pelaku usaha berada di data base
OSS.
5. Data realisasi investasi menjadi
sulit dipantau.
Pihak DPM-PTSP melakukan
6. pemantauan realisasi investasi
dengan mencetak satu persatu
dokumen pemohon dari website
OSS.
Dampak Terhadap 1. Pelayanan perizinan menjadi
Masyarakat mudah/ fleksibel dan cepat.
149

2. Terdapat masyarakat yang belum


mengetahui ada sistem OSS di
Kabupaten Malang.
3. Terdapat masyarakat yang tidak
memiliki perangkat sendiri untuk
mengakses OSS dari rumah.
4. Terdapat masyarakat yang
kesulitan ataupun tidak mengerti
teknologi untuk menggunakan
sistem OSS.
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2019.

C. Analisis Data

1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang

Kabupaten Malang melalui Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang menerapkan OSS tidak lama setelah OSS diresmikan dan diluncurkan oleh

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Alasan mengapa Kabupaten

Malang dengan segera menerapkan sistem OSS dapat dilihat dari beberapa aspek

yang dapat mempengaruhi suatu organisasi atau instansi, termasuk Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk menerapkan sebuah sistem.

Menurut artikel Decision Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008:69-70),

terdapat dua hal yang mempengaruhi sebuah organisasi untuk menerapkan sebuah

sistem antar organisasi, seperti OSS. Hal yang pertama adalah pengaruh dari

lingkungan atau pengaruh dari luar/ eksternal organisasi, yang terdiri atas tekanan

kompetitif dan penggunaan kekuasaan. Hal yang kedua adalah pengaruh dari

internal organisasi itu sendiri, yang terdiri atas kebutuhan internal dan dukungan

manajemen puncak.
150

a. Tekanan Kompetitif

Tekanan kompetitif merupakan faktor dari luar organisasi dalam

penerapan sistem antar organisasi. Dalam hal kaitannya dengan penerapan OSS

di daerah-daerah di Indonesia, tekanan kompetitif lebih merujuk kepada

tekanan dari pesaing atau dalam hal ini daerah-daerah yang berusaha untuk

meningkatkan daya saing daerah, kemudahan berusaha, serta realisasi investasi

yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain. Akan tetapi penerapan OSS

di Kabupaten Malang juga dipengaruhi oleh adanya tekanan dari pemerintah

pusat untuk menerapkan OSS dengan segera.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya,

Kabupaten Malang menerapkan sistem OSS yang merupakan sistem perizinan

baru. Sistem OSS dibentuk oleh pemerintah pusat dan harus segera diterapkan

oleh seluruh daerah di Indonesia. Kabupaten Malang menerapkan OSS

didasarkan adanya harapan bahwa ketika menerapkan OSS akan memberikan

manfaat bagi daerah, yaitu dapat memperbaiki kemudahan berusaha di

Kabupaten Malang.

Selain adanya harapan untuk dapat bersaing atau berkompetisi dengan

daerah lain, Kabupaten Malang menerapkan OSS juga dikarenakan adanya

tekanan yang kuat dari pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan teori dari

artikel Decision Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008: 69-70) yang

menyebutkan bahwa suatu organisasi akan menerapkan sebuah sistem antar

organisasi ketika dihadapkan pada tuntutan atau tekanan dari pemerintah pusat

dan tekanan dari daerah lain yang sudah menerapkan sistem tersebut sehingga
151

memungkinkan daerah tersebut mendapat manfaat dari sistem OSS. Dari hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Malang melalui Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan sistem OSS

dengan cara yang reaktif.

Pengertian reaktif menurut KBBI adalah sifat yang cenderung tanggap

atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang timbul atau muncul. Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan OSS dengan cara

reaktif karena terdapat tekanan kompetitif atau tekanan untuk berkompetisi.

Sumber yang memicu inisiatif untuk menerapkan OSS adalah adanya tekanan

dari pemerintah pusat dan juga tekanan untuk berkompetisi dengan daerah lain,

yaitu dengan memberikan kemudahan berusaha di Kabupaten Malang.

Dengan adanya pemicu tersebut, membuat Kabupaten Malang memiliki

landasan untuk segera bertindak dan bereaksi atas segala perkembangan yang

terjadi. Terkadang tekanan dari pihak luar juga menjadi penting untuk tetap

membuat sebuah organisasi memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat melalui penerapan sistem OSS. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Ramamurthy (1999:258), bahwa “The marketing literature on adoption of IS

innovations also identifies competitive necessity or competitive pressure to be

an important external variable in infuencing adoption.” Oleh karenanya

penerapan OSS di Kabupaten Malang dilandasi oleh adanya keinginan untuk

kompetitif dengan daerah lain yaitu memberikan kemudahan berusaha di

Kabupaten Malang.
152

Akan tetapi disisi lain, masih terdapat kekurangan dalam penerapan OSS

jika dilihat dari tujuan untuk dapat berkompetisi atau lebih kompetitif

dibandingkan daerah lain. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya

dijelaskan bahwa dengan menerapkan OSS maka kemudahan berusaha di

daerah diharapkan akan meningkat. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat

sekat-sekat pemisah di antara daerah yang satu dan yang lain, yaitu adalah

peraturan perizinan yang tidak diambil alih oleh OSS.

Di Kabupaten Malang masih terdapat perizinan yang berpotensi

menghambat kemudahan berusaha dibandingkan daerah lain, seperti

contohnya izin gangguan atau HO. Bapak Gogo sebelumnya menjelaskan

bahwa di Kota Malang, izin HO sudah tidak ada dan dicabut. Sedangkan di

Kabupaten Malang, izin HO masih ada dan berlaku. Dengan begitu penerapan

OSS yang diharapkan membawa dampak kemudahan berusaha di seluruh

daerah menjadi terhambat karena masih terdapat sekat di antara daerah yang

berpotensi menghambat kemudahan berusaha. Hal ini terjadi karena masih

terdapat jalur birokrasi yang berlainan dengan prinsip OSS.

b. Penggunaan Kekuasaan

Penggunaan kekuasaan merupakan faktor eksternal kedua yang dapat

mempengaruhi organisasi menerapkan sistem OSS. Pemerintah pusat dapat

menggunakan kekuasaannya untuk dapat mewajibkan daerah-daerah di seluruh

Indonesia untuk segera menerapkan sistem OSS. Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang menerapkan OSS setelah surat edaran dari

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada seluruh daerah di


153

Indonesia dikeluarkan. Isi surat tersebut adalah untuk menghimbau seluruh

daerah di Indonesia untuk segera mengganti sistem perizinan lama dan beralih

menggunakan OSS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penggunaan kekuasaan dalam

penerapan OSS. Dikatakan terdapat penggunaan kekuasaan karena payung

hukum OSS merupakan Peraturan Presiden dan Peraturan Pemerintah,

sedangkan perizinan yang lama diatur dalam Undang-Undang dan juga

Peraturan Daerah. Sesuai dengan hasil wawancara, dalam penerapan OSS

terdapat penggunaan kekuasaan dan tekanan dari pemerintah pusat karena

peraturan atau landasan hukum OSS tidak dapat serta merta mengganti

peraturan perizinan sebelumnya yang lebih kuat. Pernyataan ini bersumber dari

hasil wawancara dari Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku sekretaris dinas dan

Bapak Gogo Febrianto selaku petugas layanan OSS.

Akan tetapi karena perintah dari pemerintah pusat sudah dikeluarkan,

pemerintah daerah di Indonesia harus wajib melaksanakan perintah tersebut.

Sehingga berdasarkan analisis di atas, penerapan OSS di Kabupaten Malang

sesuai dengan teori dari artikel Decision Sciences tahun 1995 dalam McLeod

(2008: 69-70) yang menyebutkan bahwa beberapa perusahaan atau organisasi

memiliki kekuasaan yang begitu besar sehingga perusahaan atau organisasi

tersebut dapat membuat aturan dan meminta para sekutu dagangnya untuk

mempergunakan atau menerapkan sistem IOS. Dalam hal ini pemerintah pusat

memiliki kekuasaan yang begitu besar dan telah membuat aturan baru dalam
154

sistem perizinan serta meminta dan mewajibkan seluruh pemerintah daerah di

Indonesia untuk menggunakan atau menerapkan sistem OSS.

Oleh karena terdapat penggunaan kekuasaan agar pemerintah daerah di

seluruh Indonesia menerapkan OSS, maka dapat disimpulkan bahwa

Kabupaten Malang dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang secara proaktif menerapkan sistem OSS. Hal ini menjadi

nilai positif karena dengan adanya penggunaan kekuasaan, penerapan OSS di

seluruh daerah di Indonesia akan menjadi lebih cepat dilakukan.

Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari kekurangan. Kekurangan dari

penggunaan kekuasaan terhadap penerapan OSS adalah adanya tumpang tindih

aturan yang mengatur tentang perizinan. Seperti yang telah dipaparkan dalam

pembahasan sebelumnya, OSS merupakan sistem perizinan baru yang dibentuk

berlandaskan Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 tahun 2018. Sedangkan peraturan perizinan sebelumnya

adalah berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Daerah di masing-masing

daerah di Indonesia. Secara tataran, Perpres dan PP tidak dapat mengganti

Undang-Undang dan juga Perda yang ada sebelumnya. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara pada bab penyajian data.

c. Kebutuhan Internal

Kebutuhan Internal merupakan faktor dari dalam atau faktor internal yang

bisa melandasi sebuah organisasi menerapkan atau tidak menerapkan sebuah

sistem baru. Dari hasil penyajian data pada pembahasan sebelumnya,

menunjukkan bahwa Kabupaten Malang atau dalam hal ini Dinas Penanaman
155

Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan OSS didasarkan oleh adanya

kebutuhan internal organisasi. Dari beberapa hasil wawancara

mengindikasikan bahwa Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang juga menyadari bahwa dengan menerapkan sistem OSS dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Hal ini sesuai dengan

manfaat atau keunggulan yang akan dicapai pemerintah ketika menerapkan e-

governance menurut Suaedi (2010:57), yaitu tercapainya efektivitas dan

efisiensi pelayanan publik.

Namun, penerapan OSS juga terjadi karena terdapat aturan yang

mewajibkan. Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang sudah

memiliki inisiatif sendiri untuk mengatasi kebutuhan organisasi internal

mereka melalui sistem perizinan yang diciptakan sendiri. Sistem perizinan

tersebut adalah SIPELOT. Jika pemerintah pusat tidak menciptakan OSS dan

mewajibkan seluruh daerah di Indonesia menerapkan OSS, Kabupaten Malang

melalui Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang sudah

menciptakan sendiri sistem pelayanan perizinan yaitu SIPELOT.

Akan tetapi karena terdapat perintah dari pemerintah pusat untuk wajib

menerapkan OSS dan ternyata SIPELOT tidak dapat disinkronkan dengan

OSS, makan SIPELOT tidak dapat dilanjutkan penerapannya oleh Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Teori dari artikel Decision

Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008:69-70), menyebutkan bahwa dalam

poin kebutuhan internal, organisasi akan menerapkan sebuah sistem IOS


156

menurut inisiatif sendiri untuk dapat mengatasi permasalahan internal dan

mempercepat pelayanan.

SIPELOT dan OSS merupakan sistem perizinan yang sama-sama dibentuk

berdasarkan perkembangan teknologi. Pembentukan SIPELOT diketahui juga

memiliki tujuan untuk mempermudah pelayanan perizinan di Kabupaten

Malang. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pembentukan sistem OSS, yaitu

untuk mempermudah pelayanan perizinan dan melakukan percepatan berusaha

di daerah. Dengan begitu, walaupun SIPELOT tidak dapat dilanjutkan dan

diganti dengan sistem OSS yang merupakan arahan wajib dari pemerintah

pusat, kebutuhan internal Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang tetap dapat dipenuhi dengan menerapkan sistem OSS.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan OSS di

Kabupaten Malang sesuai dengan teori dari artikel Decision Sciences tahun

1995 dalam McLeod (2008:69-70) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi organisasi untuk menerapkan sebuah sistem adalah kebutuhan

internal. Sehingga Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang

menerapkan OSS secara proaktif.

Akan tetapi terdapat pula kekurangan dari penerapan OSS di Kabupaten

Malang. Sistem pelayanan perizinan SIPELOT yang telah dibuat dan sempat

diuji coba oleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang harus

dihentikan di tengah jalan karena tidak dapat berjalan beriringan dengan sistem

OSS. Hal ini memerlukan persiapan ulang karena sebuah sistem yang telah
157

dibuat oleh internal organisasi dan direncanakan akan diterapkan harus

dibatalkan.

d. Dukungan Manajemen Puncak

Faktor dari dalam organisasi atau faktor internal kedua yang

mempengaruhi sebuah organisasi menerapkan sebuah sistem IOS adalah

dukungan manajemen puncak. Peran dari manajemen puncak akan menjadi

sangat penting dalam penerapan sebuah sistem IOS. Ketika manajemen puncak

memberikan dukungan lebih maka penerapan IOS akan menjadi lebih baik

dibandingkan tanpa dukungan manajemen puncak.

Dari hasil penyajian data sebelumnya, Kepala Dinas Penanaman Modal

dan PTSP Kabupaten Malang memberikan dukungan yang penuh terhadap

penerapan OSS di Kabupaten Malang. Ketika OSS pertama kali dikenalkan

dan diluncurkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ibu

Mursyidah selaku kepala dinas saat itu memberikan dukungan yang besar

sehingga Kabupaten Malang menjadi salah satu daerah yang menerapkan OSS

dengan segera.

Kepala dinas pada saat ini, yaitu Bapak Iriantoro juga memberikan

dukungan yang besar kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang untuk melanjutkan dan menerapkan sistem OSS. Hal ini didukung oleh

hasil wawancara dari berbagai informan pada penyajian data sebelumnya.

Dukungan dari kepala dinas yaitu antara lain adanya sosialisasi baik kepada

ASN sebagai pemberi layanan maupun masyarakat sebagai penerima layanan,


158

pemberian pelatihan kepada pegawai, dan menyediakan sarana prasarana untuk

mendukung penerapan OSS.

Hal ini sesuai dengan teori dari artikel Decision Sciences tahun 1995 dalam

McLeod (2008:69-70), bahwa dukungan manajemen puncak dalam organisasi

akan selalu mempengaruhi keputusan organisasi untuk menerapkan sistem IOS

ataupun tidak. Maka dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang mendapatkan dukungan dari

manajemen puncak yaitu kepala dinas dan menerapkan sistem OSS secara

proaktif.

Hal ini menjadi nilai positif bagi Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang karena dengan adanya dukungan manajemen puncak yang

kuat akan membuat OSS diterapkan dengan maksimal. Pernyataan ini

didukung oleh hasil penelitian dari Wulandari (2017: 1313) yang mengatakan

bahwa, “semakin manajemen puncak mendukung dan ikut dalam proses

perencanaan pengembangan sistem informasi akuntansi, semakin

memperlihatkan keseriusan manajemen dalam membantu dan mendukung

bawahannya dalam pengoperasian Sistem Informasi Akuntansi (SIA)”.

Akan tetapi dukungan dari kepala dinas masih ditemui sedikit kekurangan.

Menurut hasil penelitian pada penyajian data sebelumnya dapat diketahui

bahwa Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang

memberikan dukungan terhadap penerapan OSS, salah satunya berupa

penyediaan sarana dan prasarana berupa fasilitas perangkat keras atau


159

komputer untuk layanan mandiri OSS. Jumlah fasilitas komputer untuk

layanan mandiri OSS adalah berjumlah dua buah.

Menurut hasil pengamatan penulis hal ini dirasa kurang karena pada saat-

saat tertentu, komputer tersebut digunakan oleh masyarakat untuk mengurus

perizinan melalui OSS dengan waktu yang relatif lama sehingga menimbulkan

antrean yang panjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan mandiri

OSS dengan dua komputer kurang mengakomodasi kebutuhan masyarakat atau

pelaku usaha saat digunakan untuk mengurus pelayanan perizinan OSS secara

mandiri di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang.

Dari hasil pemaparan data, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala dinas

memberikan dukungan berupa sosialisasi, pelatihan kepada pegawai, dan

penyediaan sarana dan prasarana. Sebelumnya, peneliti menemui masalah

mengenai landasan hukum di daerah tentang OSS. Dalam poin dukungan

manajemen puncak, Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang belum memberikan dukungan atau belum ada gerakan yang progresif

untuk mengeluarkan aturan di daerah tentang penerapan OSS. Hal ini

merupakan kekurangan kedua yang dapat dilihat dari dukungan manajemen

puncak.

2. Dampak Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang dalam Perspektif

Revolusi Industri 4.0

Perubahan dari sistem perizinan lama yang bersifat manual atau konvensional

menjadi sistem perizinan yang memanfaatkan teknologi informasi dan internet akan

membawa dampak bagi sebuah daerah. Kabupaten Malang melalui Dinas


160

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang telah menerapkan OSS sejak

sistem tersebut diluncurkan dan diresmikan. Dalam melihat dampak yang ada,

penulis menggunakan fenomena munculnya revolusi industri keempat atau revolusi

industri 4.0 di Indonesia.

Perubahan yang besar dan mendasar dalam bidang teknologi salah satunya

teknologi internet, merupakan salah satu ciri dari berlangsungnya revolusi industri

4.0. Dalam kaitannya dengan sistem OSS, perubahan teknologi yang dimaksud

merupakan perubahan dan penggunaan teknologi web atau internet dalam

pemerintahan. Hal ini sesuai dengan teori dari Schwab (2017: 67), “The disruptive

changes brought by the fourth industrial revolution are redefining how public

institutions and organizations operate.”

Dalam penelitian ini penulis melihat dampak yang dapat terjadi ketika Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan OSS berdasarkan

teori dari Schwab (2017:28). Dampak-dampak tersebut antara lain dampak terhadap

ekonomi, dampak terhadap pemerintahan, dan dampak terhadap masyarakat.

a. Dampak Terhadap Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,

penerapan OSS berdampak kepada aspek ekonomi. Dengan sistem OSS yang

lebih modern tentunya dampak yang diharapkan adalah adanya perbaikan dari

yang sebelumnya. Namun dari data penelitian yang telah dilakukan, yang

terjadi tidak hanya dampak positif namun juga negatif. dampak dari aspek

ekonomi antara lain sebagai berikut:


161

1) Pertumbuhan

Pertumbuhan dalam kaitannya dengan Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Kabupaten Malang adalah pertumbuhan investasi. Pertumbuhan

investasi menjadi target setiap daerah di Indonesia agar dapat meningkat

setiap tahunnya. Oleh karenanya kemudahan berusaha merupakan hal

yang penting di setiap daerah agar investasi dapat meningkat. OSS

merupakan sistem yang dibuat secara gamblang dan tertulis untuk

percepatan pelaksanaan berusaha dan meningkatkan pertumbuhan

investasi di Indonesia. OSS mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor

91 Tahun 2017 tentang percepatan pelaksanaan berusaha yang

direalisasikan dalam sebuah sistem perizinan yang terintegrasi secara

online dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan

sebelumnya menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi yang dilihat dari

realisasi investasi berdasarkan jumlah perusahaan, tenaga kerja, dan nilai

investasi pada tahun 2018 tidak menunjukkan peningkatan yang pesat.

Schwab (2017:29), menjelaskan bahwa terdapat dua sudut pandang yang

berbeda dalam melihat dampak pertumbuhan ekonomi dari adanya

revolusi industri 4.0. Sudut pandang yang pertama merupakan pandangan

dari techno-pessimists yang menyatakan bahwa dari adanya revolusi

digital tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan sudut

pandang yang kedua adalah techno-optimists yang menyatakan bahwa


162

teknologi dan inovasi dapat menyebabkan peningkatan produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan dari techno-

pessimists dalam Schwab (2017: 29) , bahwa revolusi industri 4.0 berupa

revolusi digital tidak secara mutlak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Malang telah menerapkan perubahan pelayanan perizinan dari

manual menjadi terintegrasi secara online, akan tetap dari data yang

didapatkan menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi di Kabupaten

Malang tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai positif dari

penerapan OSS terhadap pertumbuhan investasi adalah adanya semangat

dari investor dan kemudahan yang ditawarkan dari sistem OSS. Selain itu

pula berdasarkan data yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa juga

terdapat peningkatan realisasi investasi di Kabupaten Malang. Namun

yang menjadi hal negatif adalah peningkatan realisasi investasi di

Kabupaten Malang meningkat tidak begitu pesat dan signifikan. Hal ini

sesuai dengan pandangan techno-pesimist dalam Schwab (2017:29) yang

menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 tidak begitu berdampak terhadap

produktivitas ataupun pertumbuhan ekonomi.

2) Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan dampak terhadap aspek ekonomi yang

kedua. Menurut Schwab (2017:35), perubahan teknologi akan membuat

pegawai kehilangan pekerjaannya karena digantikan oleh mesin


163

otomatisasi atau sebaliknya, perubahan teknologi akan menciptakan

lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Sistem OSS merupakan sistem

yang terintegrasi secara terpusat. Terdapat beberapa izin yang dialihkan ke

OSS sehingga mengakibatkan Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang melalui kepala dinas tidak lagi mengeluarkan izin

tersebut, melainkan oleh Lembaga OSS di pusat. Namun hal ini tidak serta

merta menghilangkan pekerjaan bagi pegawai lama yang berwenang atas

izin tersebut. Karena walaupun OSS mengambil alih sebagian pelayanan

perizinan, yang secara mutlak diambil alih oleh OSS hanya sebagian yaitu

SIUP/ Surat Izin Usaha Perdagangan dan TDP/ Tanda Daftar Perusahaan.

Selain izin tersebut masih memerlukan komitmen atau tindak lanjut dari

pemerintah daerah untuk melegalkan izin tersebut kepada pelaku usaha.

Akan tetapi, dampak dari penerapan OSS justru dapat dilihat dengan

adanya penambahan tugas dan penambahan pegawai di Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang sebagai respons adanya pelayanan

baru yang memerlukan sumber daya tambahan untuk mendukung

pelaksanaannya. Dari hasil penyajian data, terdapat penambahan pegawai

baru dengan merekrut pegawai baru yang memiliki kompetensi dalam

menjalankan tugas di layanan OSS. Selain itu, pegawai lama yang

memiliki kemampuan terkait dengan pelayanan OSS juga diberikan tugas

tambahan dan ditempatkan di layanan OSS lantai 1. Sehingga dari hasil

analisis tersebut, penerapan OSS di Kabupaten Malang sesuai dengan teori

dari Schwab (2017:36), pada bagian yang menyatakan bahwa, “Second,


164

this destruction effect is accompanied by a capitalization effect in which

the demand for new goods and services increases and leads to the creation

of new occupations, businesses and even industries.”

Dapat dikatakan bahwa sistem OSS merupakan cerminan revolusi

industri 4.0 yang terjadi di pemerintahan, di mana sistem OSS mengambil

alih sebagian besar perizinan menjadi terpusat dan terintegrasi secara

elektronik, sehingga hal ini menyebabkan peran dari Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang terhadap perizinan menjadi

berkurang. Akan tetapi dampak yang ditimbulkan tidak se-ekstrem dari

revolusi industri 4.0 yang dipaparkan oleh Schwab (2017:37), bahwa

revolusi industri 4.0 akan membuat lapangan pekerjaan menjadi berkurang

dan tergantikan karena sekarang menjadi serba ter-otomatisasi

dibandingkan revolusi industri sebelumnya. Dari analisis tersebut, dapat

ditarik kesimpulan pula bahwa dampak dari penerapan sistem OSS tidak

sesuai dengan manfaat dan perubahan yang dijelaskan menurut Suaedi

(2010:57), bahwa penerapan e-governance akan memberikan manfaat

berupa automation: yaitu pergeseran dari pemrosesan informasi secara

manual yang dilakukan atau dioperasikan oleh tenaga manusia menuju ke

teknologi digital yang terotomatisasi.

Selain itu, penerapan OSS di Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang berdampak pada peningkatan kemampuan pegawai.

Sebelum adanya OSS, layanan OSS di lantai 1 hanya merupakan layanan

konsultasi perizinan manual. Namun dengan adanya OSS tempat tersebut


165

ditambah dengan layanan OSS, baik layanan mandiri maupun layanan

konsultasi OSS. Dengan adanya pelayanan baru di Dinas Penanaman

Modal dan PTSP Kabupaten Malang, maka memerlukan tenaga kerja

tambahan yang tentunya memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas

tersebut. Hal tersebut sudah dilakukan dengan melakukan pelatihan

kepada dua pegawai lama yang ditempatkan di layanan OSS.

Pegawai diberikan sosialisasi dan juga peningkatan kapasitas. Hal

tersebut sesuai dengan hasil wawancara pada penyajian data sebelumnya,

sehingga dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan

OSS di Kabupaten Malang sesuai dengan teori dari Schwab (2017:41),

bahwa “In such a rapidly evolving working environment, the ability to

anticipate future employment trends and needs in terms of the knowledge

and skills required to adapt becomes even more critical for all

stakeholders.”

Dengan adanya pengalokasian beberapa pegawai lama untuk

ditempatkan di layanan OSS dan juga dengan adanya perekrutan pegawai

baru, hal ini menjadi nilai positif dalam penerapan OSS di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Dampak terhadap

pegawai lama adalah mendapatkan peningkatan kapasitas dan skill.

Sedangkan bagi pegawai baru, hal ini menjadi peluang untuk mendapatkan

pekerjaan karena Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang

juga melakukan rekrutmen untuk mendukung penerapan OSS. Karena


166

terdapat sosialisasi, pelatihan dan adanya pegawai baru yang ditempatkan

di layanan OSS, pelayanan OSS akan menjadi jauh lebih baik.

Akan tetapi hal ini juga tidak terlepas dari hal negatif. Pegawai lama

yang ditempatkan di layanan OSS merupakan pegawai yang sebelumnya

memiliki tugas dan fungsi di masing-masing bidang yang ada. Dengan

penambahan tugas menjadi petugas layanan OSS, pegawai tersebut

menjadi memiliki dua tugas dan fungsi yang berbeda dalam Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang. Selain juga masih terikat

pada bidang yang lama, petugas tersebut juga memiliki tanggung jawab

akan pelayanan OSS.

b. Dampak Terhadap Pemerintah

Setelah secara spesifik dianalisis bagaimana dampak terhadap

pertumbuhan investasi dan ketenagakerjaan, pada bagian ini dapat dilihat

bagaimana dampak dari penerapan OSS terhadap pemerintah. Sebagai

organisasi pelaksana tentang urusan pemerintah bidang penanaman modal,

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang telah menerapkan OSS

dari awal peluncuran dan peresmian OSS oleh pemerintah pusat.

Sebagai sebuah perubahan pelayanan yang menggunakan teknologi

internet, OSS membawa dampak layaknya revolusi industri 4.0. Schwab

(2017:67), menjelaskan bahwa perubahan yang muncul dalam revolusi industri

4.0 akan mengubah bagaimana institusi publik dan organisasi beroperasi. Hal

ini sesuai dengan hasil temuan penelitian bahwa secara umum terdapat dampak
167

positif dan negatif terhadap Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang ketika menerapkan sistem OSS.

Schwab (2017: 67) juga menjelaskan bahwa: “...web technologies can help

public administrations modernize their structures and functions to improve

overall performance...”. teori tersebut sesuai dengan temuan lapangan tentang

dampak positif dari penerapan OSS. Dampak positif tersebut adalah

pemerintah mengalami modernisasi pelayanan perizinan menjadi lebih cepat,

lebih efisien, dan juga lebih ringkas. Hal ini terjadi karena izin-izin yang

sebelumnya ditangani oleh Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang sebagian telah diambil alih oleh OSS. Dari izin tersebut sebagian lagi

secara mutlak diambil alih OSS dan sisanya masih memerlukan komitmen

terhadap pemerintah. Temuan tersebut sesuai dengan teori e-governance

menurut Suaedi (2010:57), bahwa terdapat perubahan yang didapat pemerintah

ketika menerapkan e-governance, yaitu salah satunya adalah transformation:

Penciptaan metode-metode pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien.

Namun komitmen terhadap pemerintah di sini lebih menempatkan

pemerintah sebagai pengawas. Salah satu wujud bertambahnya fungsi

pemerintah sebagai pengawas adalah adanya Satgas OSS untuk mengawasi dan

mengatasi jika terdapat permasalahan dalam penerapan OSS. Satgas untuk

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang adalah kepala dinas.

Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa penerapan OSS juga berdampak pada

perubahan budaya kerja di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang. Selain itu, dengan adanya izin yang diambil alih oleh OSS dan dapat
168

dikerjakan sendiri oleh pelaku usaha dari rumah maupun dari tempat kerja

masing-masing, menjadikan pertemuan antara pemerintah dan masyarakat

menjadi sedikit berkurang. Hal ini akan memungkinkan berkurangnya tindak

KKN di tubuh pemerintahan.

Hal ini sesuai dengan teori dari Schwab (2017:97), bahwa revolusi industri

4.0 akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang menggunakan waktunya

untuk bekerja dan waktu luang dan berdampak bagaimana seseorang

berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi perubahan yang terjadi di Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang tidaklah sepenuhnya

memangkas pertemuan antarmuka dari pegawai dan masyarakat yang dilayani.

Hal itu terjadi karena masih ada izin-izin yang ditangani secara manual oleh

masyarakat dengan datang langsung ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang.

Selain dampak yang telah dijabarkan di atas, terdapat pula dampak negatif

dalam penerapan OSS terhadap Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang. Dampak tersebut merupakan bagian dari perubahan budaya kerja.

Sebelumnya pegawai memantau data pelaku usaha dari berkas yang diserahkan

pelaku usaha kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang.

Akan tetapi setelah penerapan OSS, pelaku usaha tidak lagi memberikan data

dalam bentuk berkas kepada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang akan tetapi data langsung masuk ke dalam database milik OSS. Hal ini

menyulitkan daerah untuk dapat mengetahui dan memantau serta memastikan

kebenaran dari data yang diinput oleh pelaku usaha ketika mengurus perizinan.
169

Sehingga dengan adanya perubahan tersebut akan rawan terjadi penipuan oleh

pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, dalam proses penghitungan realisasi investasi di Kabupaten

Malang, Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menjadi

sedikit kesulitan dalam menghitung realisasi investasi dikarenakan data pelaku

usaha tidak lagi ada di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang,

melainkan ada di sistem OSS. Akibatnya daerah harus mencari cara baru untuk

menghitung realisasi investasi dengan cara manual. Cara yang dilakukan oleh

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang adalah dengan

mencetak satu persatu dokumen pelaku usaha dari website OSS. Hal ini

merupakan cara yang kurang efektif untuk melihat perkembangan investasi

dibandingkan sistem perizinan manual sebelum OSS diterapkan.

c. Dampak Terhadap Masyarakat

Masyarakat sebagai penerima layanan publik berhak mendapatkan

pelayanan terbaik dari pemerintah selaku pemberi layanan. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

pasal 18 poin (i) menyatakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan

pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan. Sistem

OSS merupakan salah satu bentuk pelayanan publik dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi. Dengan sistem OSS pelayanan perizinan diharapkan

menjadi lebih ringkas, lebih cepat, dan lebih mudah digunakan bagi masyarakat

yang akan bermuara pada kepuasan masyarakat, kemudahan berusaha, dan

peningkatan investasi di Kabupaten Malang. Hal ini sesuai dengan teori dari
170

Schwab (2017:94), yang menyatakan bahwa digitalisasi akan menghasilkan

dampak yang substansial terhadap banyak hal.

Dengan diterapkannya sistem OSS di Kabupaten Malang melalui Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang, masyarakat khususnya

pelaku usaha pasti akan mendapatkan imbas atau dampak. Dengan adanya

penerapan OSS di Kabupaten Malang adalah masyarakat dituntut untuk

mengikuti perkembangan teknologi dan dapat beradaptasi menggunakan

sistem OSS yang banyak bersinggungan dengan komputer dan internet. Hal

tersebut sesuai dengan teori dari Schwab (2017:97), bahwa “The fourth

industrial revolution iso not only changing what we do but also who we are.”

Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak positif dari penerapan OSS

di Kabupaten Malang.

Dampak positif lain dari penerapan OSS adalah pelayanan perizinan secara

umum dapat dikatakan mengalami perbaikan, walaupun tidak menutup

kemungkinan dampak positif ini merupakan dampak yang mutlak. Perbaikan

pelayanan menjadi lebih cepat, transparan, fleksibel merupakan dampak yang

juga muncul ketika revolusi industri 4.0 terjadi di sebuah organisasi. Menurut

Schwab (2017:97), “Until now, technology has primarily enabled us to do

things in easier, faster, dan more efficient ways.” Sehingga dari analisis diatas

dapat disimpulkan bahwa penerapan OSS yang merupakan sebuah

pemanfaatan teknologi dalam pelayanan publik mengubah pelayanan menjadi

lebih mudah, cepat, dan efisien.


171

Akan tetapi dampak yang muncul ketika OSS diterapkan di Kabupaten

Malang tidak sepenuhnya positif. Karena masih terdapat gap dari apa yang

diharapkan dalam penerapan OSS di sebuah daerah. Salah satunya adalah

masih ada masyarakat yang belum mengetahui keberadaan sistem OSS dalam

pelayanan perizinan. Dari hasil wawancara dan penelitian menunjukkan bahwa

masih terdapat masyarakat yang datang ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang hanya untuk menanyakan bagaimana prosedur untuk dapat

mengurus perizinan.

Selain itu pula, tidak semua masyarakat yang tidak memiliki perangkat

sendiri untuk mengurus perizinan secara self service. Banyak masyarakat juga

belum mampu memahami sistem, prosedur layanan, cara mengakses OSS dan

mengerti akan teknologi. Dengan adanya keterbatasan wawasan dan

kemampuan masyarakat terhadap hal baru yang berhubungan dengan

teknologi, akan membuat OSS menjadi tidak efisien lagi. Seperti yang telah

dijelaskan Schwab, seseorang harus mampu beradaptasi ketika berhadapan

dengan revolusi industri 4.0 jika tidak ingin tertinggal dan menerima dampak

negatif.

Dengan kurang mampunya sebagian masyarakat beradaptasi akan

hadirnya sistem OSS, hal ini menjadi kan pelayanan OSS tidak mencapai apa

yang diharapkan sebelumnya. Ketika OSS seharusnya merupakan pelayanan

yang sifatnya self-service, tidak terwujud karena masyarakat masih harus

datang ke Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk

berkonsultasi dan menggunakan layanan mandiri yang disediakan. Padahal


172

yang seharusnya diharapkan dari sistem ini adalah pelayanan sudah

terselesaikan di rumah dan masyarakat datang ke kantor untuk mengurus

perizinan lanjutan lainnya yang berkaitan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis dapatkan, dapat ditarik

kesimpulan mengenai penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang:

1. Penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan untuk menerapkan sistem antar organisasi menurut

artikel Decisions Sciences tahun 1995 dalam McLeod (2008:69-70), yaitu:

a. Tekanan Kompetitif

Penerapan sistem OSS di Kabupaten Malang dipengaruhi oleh adanya

tekanan kompetitif. Pemerintah pusat menghimbau kepada pemerintah

daerah, termasuk Kabupaten Malang untuk segera menerapkan sistem

OSS dalam rangka mewujudkan kemudahan berusaha. Selain itu

Kabupaten Malang menerapkan OSS juga dilandasi oleh adanya tekanan

kompetitif untuk meningkatkan kemudahan berusaha di Kabupaten

Malang. Hal tersebut membuat Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang memiliki landasan untuk segera bertindak dan bereaksi

atas segala perkembangan yang terjadi dengan menerapkan sistem OSS.

Akan tetapi di Kabupaten Malang masih terdapat izin yang dilakukan dan

diproses secara manual. Hal ini akan menghambat tujuan sistem OSS

untuk meningkatkan kemudahan berusaha di daerah.

173
174

b. Penggunaan Kekuasaan

Terdapat penggunaan kekuasaan pemerintah pusat untuk memerintahkan

seluruh daerah di Indonesia untuk segera menerapkan sistem OSS. Dengan

hal tersebut, penerapan sistem OSS di seluruh Indonesia menjadi cepat

dilakukan, termasuk di Kabupaten Malang. Namun terdapat masalah

terkait dengan adanya penggunaan kekuasaan ini yaitu adanya tumpang

tindih aturan pelayanan perizinan yang lama dengan pelayanan perizinan

melalui OSS.

c. Kebutuhan Internal

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan

sistem OSS didasari adanya kebutuhan internal, yaitu untuk meningkatkan

pelayanan perizinan agar lebih baik. Akan tetapi dengan kewajiban

penerapan OSS, sistem pelayanan perizinan yang dibentuk sendiri oleh

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang yaitu SIPELOT

harus batal diterapkan di Kabupaten Malang karena tidak dapat berjalan

beriringan dengan sistem OSS.

d. Dukungan Manajemen Puncak

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang menerapkan OSS

dengan dukungan manajemen puncak yang baik. Kepala Dinas

mendukung penerapan OSS dengan diberikannya sosialisasi kepada

pegawai dan masyarakat, adanya pelatihan kepada pegawai, serta

penyediaan sarana dan prasarana. Akan tetapi terdapat kekurangan dari

dukungan kepala dinas yaitu fasilitas untuk layanan mandiri OSS masih
175

kurang mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga sering kali

menimbulkan antrean yang panjang dan lama. Selain itu masih belum ada

gerakan yang progresif dari manajemen puncak untuk mengeluarkan

landasan hukum tentang penerapan sistem OSS di daerah.

2. Dampak penerapan Sistem OSS di Kabupaten Malang dalam perspektif

Revolusi Industri 4.0, yaitu:

a. Dampak Terhadap Ekonomi

1) Pertumbuhan

Dampak terhadap pertumbuhan adalah adanya semangat investasi dari

kemudahan yang ditawarkan oleh sistem OSS. Namun data realisasi

investasi menunjukkan bahwa di Kabupaten Malang pertumbuhan

realisasi investasi tidak meningkat pesat dan signifikan.

2) Ketenagakerjaan

Terdapat beberapa perubahan terhadap ketenagakerjaan meliputi

penambahan pegawai baru dan penambahan tugas bagi dua pegawai

lama. Bagi pegawai baru, hal ini menjadi sebuah peluang untuk

mendapatkan pekerjaan. Bagi pegawai lama, hal ini akan

meningkatkan kemampuan dan kapasitas pegawai dari adanya

pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan guna mendukung penerapan

OSS. Namun sisi negatifnya adalah hal ini akan menjadikan pegawai

lama memiliki dua tugas dan fungsi.


176

b. Dampak Terhadap Pemerintah

Dengan menerapkan OSS, Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten

Malang mengalami modernisasi pelayanan yang mengakibatkan

pelayanan menjadi lebih baik, efisien, dan ringkas. Pelayanan perizinan

sebagian diambil alih oleh OSS dan sebagian lagi masih dilakukan secara

manual. Dampak yang lain adalah berkurangnya pertemuan antar muka

pemerintah dengan masyarakat dan bertambahnya fungsi pengawasan oleh

pemerintah yang ditandai dengan kepala dinas sebagai Satgas OSS. Akan

tetapi hal ini tidak lepas dari kekurangan yaitu pemerintah menjadi sulit

untuk memantau data dari pelaku usaha dan data perkembangan investasi

di Kabupaten Malang dikarenakan data langsung ditransfer dalam sistem

OSS. Dengan begitu pemerintah masih berusaha memantau data dari

pelaku usaha melalui website OSS dan dilakukan printing secara manual

satu persatu.

c. Dampak Terhadap Masyarakat

Dengan adanya OSS, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan

teknologi sehingga dapat mengurus perizinan melalui OSS. Secara garis

besar masyarakat merasakan perbaikan dalam pelayanan perizinan

menjadi lebih cepat dan efisien. Akan tetapi hal ini tidak terlepas dari

kekurangan yaitu masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui

adanya sistem OSS di Kabupaten Malang. Selain itu tidak semua

masyarakat mempunyai akses untuk mengurus perizinan melalui OSS.

Terdapat pula masyarakat yang tidak paham teknis pengoperasian sistem


177

OSS serta mengerti akan teknologi. Dengan begitu masyarakat mendatangi

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk

menggunakan fasilitas layanan mandiri OSS serta berkonsultasi kepada

petugas layanan OSS.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dilakukan peneliti,

maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Menyelaraskan Izin di Daerah dengan Visi Sistem OSS.

Perlu adanya penyelarasan untuk izin-izin yang berpotensi menghambat

kemudahan berusaha dengan sistem OSS. Hal ini bisa dilakukan dengan

menghapus dan mengganti izin-izin di daerah dengan ketentuan yang lebih

sesuai dengan visi sistem perizinan OSS saat ini yaitu melaksanakan

percepatan pelaksanaan berusaha.

2. Memperbaiki Landasan Hukum.

Jika sistem OSS sudah sepenuhnya digunakan dan mengganti sistem perizinan

secara menyeluruh di Indonesia, sebaiknya landasan hukum yang mengatur

tentang OSS juga diperbaiki dan didukung oleh Peraturan Daerah. Hal ini perlu

dilakukan agar aturan-aturan yang sebelumnya ada dan aturan tentang OSS

tidak saling berbenturan dan tumpang tindih.

3. Mengembangkan SIPELOT untuk Mengatasi Kekurangan OSS.

Sistem OSS merupakan sistem baru yang tentu memiliki banyak kekurangan.

SIPELOT merupakan sistem internal Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang. Oleh karenanya SIPELOT dapat dimanfaatkan dan


178

dikembangkan lagi menjadi sebuah sistem atau aplikasi yang mampu menutup

dan mengatasi kekurangan OSS. Sehingga SIPELOT tidak serta merta mati dan

mampu memberikan manfaat walaupun berubah fungsi dari awal dibentuk dan

direncanakan.

4. Menambah Fasilitas Layanan Mandiri OSS.

Layanan mandiri OSS di lantai 1 Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Kabupaten Malang perlu ditambah dengan satu atau dua komputer lagi. Hal ini

perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar tidak

menimbulkan antrean yang lama dan panjang ketika hari sibuk.

5. Memberi Insentif Berusaha Kepada Calon Investor.

Dengan kurang meningkatnya pertumbuhan investasi yang dilihat dari data

realisasi investasi 2018, maka Kabupaten Malang perlu memberikan insentif

berusaha kepada calon investor untuk mendorong semangat investasi di

Kabupaten Malang.

6. Mengembalikan Tugas dan Fungsi Pegawai Lama ke Bidang Masing-masing.

Dengan penambahan pegawai baru melalui perekrutan, sebaiknya pegawai

lama yang mendapatkan tambahan tugas di layanan OSS, dikembalikan ke

tugas dan fungsi yang lama sesuai dengan bidang masing-masing agar lebih

berfokus dengan pekerjaan.

7. Menambah Pegawai di Layanan OSS.

Dilihat dari banyaknya masyarakat yang belum paham tentang sistem OSS,

petugas OSS menjadi penting untuk dapat memberikan pemahaman dan

pengarahan kepada masyarakat. Oleh karenanya Dinas Penanaman Modal dan


179

PTSP Kabupaten Malang perlu melakukan rekrutmen pegawai baru untuk

ditempatkan di layanan OSS, mengingat bahwa petugas lama yang sebelumnya

ditempatkan di layanan OSS juga perlu dikembalikan ke tugas dan fungsi pada

bidang masing-masing.

8. Membuat Metode atau Sistem Pengawasan Yang Lebih Efisien

Dengan menerapkan sistem OSS, pemantauan dan pengawasan terhadap

perusahaan atau pelaku usaha lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan

sistem manual sebelumnya. Pemerintah harus mengunduh dan mencetak data

pelaku usaha dari sistem OSS secara manual satu persatu. Hal ini tentu tidak

efisien dan membutuhkan cara baru agar proses pengawasan berjalan lebih

efisien.

9. Mengembangkan Sosialisasi Kepada Masyarakat Yang Lebih Luas.

Walaupun sosialisasi kepada masyarakat telah dilakukan, pada hasil penelitian

menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang datang ke Dinas

Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang hanya untuk mencari tahun

bagaimana cara dan proses untuk mengurus perizinan. Dengan begitu

sosialisasi kepada masyarakat kembali harus dilakukan mengingat tidak semua

masyarakat memiliki akses terhadap media sosialisasi yang telah dilakukan.

10. Membuat Sistem Yang Memudahkan Masyarakat Mengurus Perizinan Secara

Mandiri.

Dengan adanya brosur atau lampiran tebal yang berisikan keterangan dan

kategorisasi jenis usaha dan cara pengoperasian OSS tidak menjamin membuat

masyarakat lebih paham. Masyarakat lebih memilih untuk datang langsung ke


180

Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang untuk dapat

berkonsultasi langsung dengan petugas layanan OSS karena dirasa lebih

komunikatif dan memberikan kemudahan. Oleh karenanya perlu adanya

sebuah sistem yang mudah digunakan dan komunikatif yang dapat diakses

masyarakat dari rumah ketika kesulitan mengurus perizinan melalui OSS tanpa

harus datang ke kantor.


DAFTAR PUSTAKA

Alsaad, Abdallah KH et.al. 2014. The Moderating Role of Power Exercise in B2B
E-commerce Adoption Decision. Social and Behavioral Sciences. 130, 515-523.

Bella, Hevy Setyo. 2017. Implementasi Kebijakan Paket Perizinan Online Dalam
Rangka Meningkatkan Pelayanan Publik. Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi,
Ilmu Administrasi Publik, Universitas Brawijaya.

Bloem, Jaap et.al. 2014. The Fourth Industrial Revolution Things to Thighten the
Link Between IT and OT. Sogeti VINT.

Brama Yoga Kiswara, 2018, http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/344257


/sistem_oss,_cara_mudah_urus_perijinan_di_kabupaten_malang.html (diakses
pada Desember 2018)

Bulutoding, Lince dan Antong Amiruddin. 2014. Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Kinerja Sistem Informasi: Studi Pada Perbankan. Jurnal
Akuntansi & Investasi. Vol 15. Nomor 2.

Cresswell, Jhon W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmawan, Deni dan Pipih Latifah. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Rosdakarya.

Domai, Tjahjanulin. 2011. Desentralisasi: Paradigma Baru dalam Pemerintah


Lokal dan Hubungan antar Pemerintah Daerah. Malang: UB Press.

Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali


Press.

Google Play Store. 2019. https://play.google.com/store/apps/details?id=id.go.


malangkab.bkd.sipelotmalangkab. (diakses pada 6 Mei 2019).

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.

_______. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.

181
182

Hasan, Muhammad Tholchah, dkk. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif:


Tinjauan Teoritis dan Praktis. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Malang.
Hermawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Http://www.doingbusiness.org (diakses pada 15 Desember 2018).

Http://www.ekon.go.id (diakses pada 16 November 2018).

http://www.imd.org (diakses pada 15 Desember 2018).

Http://www.malangkab.bps.go.id (diakses pada 3 April 2019).

Http://www.malangkab.go.id (diakses pada 13 Januari 2019).

Http://www.oss.go.id (diakses pada 14 Desember 2018).

Http://www.pm-ptsp.malangkab.go.id (diakses pada 14 Desember 2018).

Indrajit, Richardus Eko. 2016. Konsep dan Strategi Electronic Government.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 1998 tentang Pelayanan


Perizinan Satu Atap di Daerah Desa.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/ Kep/ M.Pan/ 7/


2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Khutsiyah, Mufida Lailatul. 2018. Inovasi Pelayanan Publik Melalui Program


Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik
(SPIPISE). Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi, Ilmu Administrasi Publik,
Universitas Brawijaya.

McLeod, Raymond Jr. dan Schell, George P. 2008. Sistem Informasi Manajemen.
Terjemahan: Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications.

Mindarti, Lely Indah. 2016. Aneka Pendekatan dan Teori Dasar Administrasi
Publik. Malang: UB Press.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.
183

Muluk, M.R. Khairul. 2008. Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi


Pemerintah Daerah. Malang: Bayumedia Publishing.

Nurhadryani, Yani. 2009. Memahami Konsep E-Governance serta Hubungannya


dengan E-Government dan E-Demokrasi.

Peraturan Bupati Malang Nomor 10 Tahun 2011.

Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2009.

Peraturan Bupati Malang Nomor 36 Tahun 2006.

Peraturan Bupati Malang Nomor 38 Tahun 2008.

Peraturan Bupati Malang Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Organisasi Perangkat


Daerah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kabupaten Malang.

Peraturan Bupati Malang Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi


Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan


Kedua Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan


dan Susunan Perangkat Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman


Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan


Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan


Pelaksanaan Berusaha.
184

Prasetyo, Hoedi dan Sutopo, Wahyudi. 2018. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek
dan Arah Perkembangan Riset. Jurnal Teknik Industri. Vol. 13 No.1.

Prayuningtias, Nofemelia. 2018. Inovasi Pelayanan Perizinan Melalui Sistem


Informasi Cerdas Pelayanan Terpadu Untuk Publik (SI CANTIK). Skripsi.
Fakultas Ilmu Administrasi, Ilmu Administrasi Publik, Universitas Brawijaya.

Ramamurthy, K et.al. 1999. Organizational and Interorganizational Determinants


of EDI Diffusion and Organizational Performance: A Causal Model. Journal of
Organizational Computing and Electronic Commerce. 9:4, 253-285.

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: PT. Refika Aditama.

Schwab, Klaus. 2017. The Fourth Industrial Revolution. New York: Currency.

Sirajuddin, dkk. 2012. Hukum Pelayanan Pubik Berbasis Partisipasi dan


Keterbukaan Informasi. Malang: Setara Press.

Sismadisar, Romi. 2018. “Inovasi Layanan Perizinan Melalui SIPPADU (Sistem


Informasi Pelayanan Perizinan Terpadu)”. Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi,
Ilmu Administrasi Publik, Universitas Brawijaya.

Situmorang, Jhonny W. 2011. Menguak Iklim Investasi Indonesia Pascakrisis.


Esensi.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Sukri, Muhammad Ni’am. 2017. Implementasi Kebijakan E-Government Melalui


Program E-Tax Dalam Meningkatkan Pelayanan dan Pendapatan Pajak Daerah.
Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi, Ilmu Administrasi Publik, Universitas
Brawijaya.

Sunarno, Siswanto. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta:


Sinar Grafika.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 503/125/PUOD Tahun 1997 perihal
Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Perizinan.

Suaedi, Falih, dkk. 2010. Revitalisasi Administrasi Negara Reformasi Birokrasi


dan e-Governance. Yogyakarta: Graha Ilmu.
185

Sutedi, Adrian. 2015. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta:
Sinar Grafika.

Tjiptoherijanto, Prijono dan Manurung, Mandala. 2010. Paradigma Administrasi


Publik dan Perkembangannya. Jakarta: UI-Press.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman


Modal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan


Publik.

Wulandari, A.A.A Putri Syintia dan Gede Juliarsa. 2017. Pengaruh Dukungan
Manajemen Puncak, Keterlibatan Pengguna, Program Pelatihan terhadap
Kinerja SIA pada BPR di Kediri. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Volume 19.2, 1290-1319.

Yadav, Nikita dan Singh V.B. 2012. E-Governance: Past, Present, and Future in
India. International Journal of Computer Applications. Volume 53, Nomor 7.

Zericka, M. Dhenda. 2013. Penerapan Electronic Service dalam Pengembangan


Informasi di Kabupaten Kutai Kartanegara. eJournal Ilmu Komunikasi. Volume
1, Nomor 1, 345-361.
LAMPIRAN

1. Surat Pra-Riset Fakultas Ilmu Administrasi

186
187

2. Surat Riset Fakultas Ilmu Administrasi


188

3. Surat Izin Riset Badan Kesatuan Bangsa dan Politik


189

4. Pedoman Wawancara Penelitian

A. Pegawai Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang


1) Bagaimana pengalaman bapak/ ibu dalam memberikan pelayanan
perizinan di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang?
2) Apa itu Online Single Submission?
3) Apakah ada landasan hukum selain dari pusat? Misal di daerah Kabupaten
atau di Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang?
4) Apa pendapat bapak/ ibu mengenai sistem/ penerapan sistem OSS?
5) Sejak kapan OSS diterapkan di Kabupaten Malang?
6) Apakah ada sosialisasi tentang OSS sebelumnya kepada pegawai maupun
pelaku usaha?
7) Apa yang mempengaruhi/ mempercepat penerapan OSS di Kabupaten
Malang?
8) Siapa saja aktor pelaksana dari penerapan OSS di Kabupaten Malang?
9) Bagaimana peran satgas Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten
Malang dalam penerapan OSS?
10) Apa yang mempengaruhi/ mempercepat penerapan OSS di DPM-PTSP
Kabupaten Malang?
11) Apakah ada aturan di daerah/ Perda dalam penerapan OSS?
12) Apakah Kabupaten Malang siap menerapkan sistem OSS?
13) Bagaimana kesiapan Kabupaten Malang dalam menerapkan sistem OSS?
14) Apakah Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang
Kabupaten Malang siap menerapkan sistem OSS?
15) Bagaimana kesiapan Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten
Malang dalam menerapkan sistem OSS?
16) Apakah sebelumnya di Kabupaten Malang terdapat masalah tentang
perizinan?
17) Penerapan OSS apakah untuk mengatasi masalah yang sebelumnya ada di
kabupaten Malang?
18) Apa dampak yang terjadi terhadap pemerintah setelah menerapkan OSS?
190

19) Bagaimana dampak penerapan OSS terhadap budaya kerja di Dinas


Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang?
20) Apakah dengan ada OSS pelayanan menjadi lebih baik, cepat dan juga
efisien?
21) Bagaimana dampak penerapan OSS terhadap ketenagakerjaan?
22) Bagaimana peran dan dukungan kepala dinas dalam penerapan OSS?
23) Apakah ada pengalokasian khusus perangkat IT untuk mendukung
penerapan OSS?
24) Dengan adanya era digital seperti OSS, apakah ada tuntutan kepada
pegawai agar menguasai IT?
25) Bagaimana pertumbuhan investasi di kabupaten Malang setelah adanya
sistem OSS?
26) Apakah yang menjadi kendala dalam penerapan sistem OSS di Dinas
Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang?

B. Masyarakat : Baik Pengguna Layanan OSS maupun bukan


1) Bapak/ Ibu di sini sedang mengurus izin apa?
2) Menurut Bapak/ Ibu apa itu Sistem OSS?
3) Apakah sudah ada sosialisasi sebelumnya mengenai OSS?
4) Bapak/ Ibu mengurus perizinan secara mandiri di rumah atau di layanan
OSS?
5) Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu terhadap layanan OSS yang disediakan
Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang?
6) Sebagai pelaku usaha apa dampak atau perubahan yang terjadi ketika ada
sistem OSS dalam mengurus perizinan?
7) Apakah sistem OSS memudahkan dalam mengurus perizinan?
8) Dalam mengurus perizinan melalui OSS apakah jadi lebih cepat
dibandingkan cara manual?
9) Apa nilai positif dari Sistem OSS?
10) Apa nilai negatif dan perlu diperbaiki dari sistem OSS?
191

5. Wawancara dengan Bapak Iriantoro selaku Kepala Dinas Penanaman Modal


dan PTSP Kabupaten Malang

6. Wawancara dengan Bapak Dwi Ilham Prastyanto selaku Sekretaris Dinas


Penanaman Modal dan PTSP Kabupaten Malang
192

7. Wawancara dengan Ibu Trimardiyaningsih selaku Kepala Sub Bagian Umum


dan Kepegawaian

8. Wawancara dengan Ibu Nunuk Suryandari selaku Kepala Bidang


Pengembangan dan Promosi Penanaman Modal
193

9. Wawancara dengan Bapak Sumarno selaku Kepala Bidang Pengendalian


Pelaksanaan Penanaman Modal

10. Wawancara dengan Ibu Siti Rohani selaku Kepala Bidang Pelayanan
Perizinan Perekonomian dan Sosial Budaya
194

11. Wawancara dengan Ibu Kirni selaku Kepala Sub Bagian Keuangan dan Aset

12. Wawancara dengan Bapak Anang Wijayanto selaku petugas layanan OSS
195

13. Wawancara dengan Bapak R. Endra Sulistyawan selaku Kepala Seksi


Verifikasi Perekonomian dan Sosial Budaya, dan Bapak Agum Eka Paksi
selaku petugas layanan OSS.

Anda mungkin juga menyukai