Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS POTENSI DAN KENDALA Teacherpreneur DI SMK

Endang Mulyatiningsih
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
email: ememulya63@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi teacherpreneur bidang keahlian Tata Boga,
Perhotelan, dan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian; dan mengidentifikasi kendala yang dialami
guru SMK untuk menjadi teacherpreneur. Populasi penelitian survei ini adalah 114 orang peserta
program “Pemerataan Mutu Guru Produktif SMK melalui Kerjasama dengan DUDI” tahun 2014.
Sampel diambil sebanyak 47 orang dengan teknik cluster sampling yaitu memilih 3 dari 14 paket
keahlian guru SMK peserta program. Data dikumpulkan dengan kuesioner terbuka dan wawancara
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Potensi teacherpreneur yang telah dikembangkan
guru SMK meliputi karya inovatif, perangkat pembelajaran, strategi pembelajaran, media, buku,
penelitian, dan pembimbingan siswa bermasalah dan siswa yang berpotensi sukses. Kendala yang
dialami guru meliputi kekurangan motivasi, keterampilan, kreativitas, dan dukungan sekolah, fasilitas,
dan sumber daya waktu.

Kata kunci: pendidikan kejuruan, teacherpreuneur

ANALYSIS OF STRENGTHS AND WEAKNESSES TO BE TEACHERPRENEURS


IN VOCATIONAL SCHOOL

Abstract
This study was aimed at analyzing the strengths to be teacherpreneur in Cookery Service,
Hospitality and Agricultural Product Technology; and identifying the weaknesses of vocational school
teachers to be teacherpreneurs. The population of this survey consisted of 114 participants."The Equity
of Productive Vocational Teacher Quality Collaborated with DUDI" in 2014. The samples were taken
as many as 47 people with cluster sampling technique that choose 3 of 14 packets vocational teacher
expertise of program participants. Data were collected with an open questionnaire and interview,
then analyzed descriptive qualitatively. Teacherpreneur potential vocational teachers who have
developed include innovative work, learning devices, learning strategies, media, books, research,
and mentoring troubled students and potential students to be successful. Constraints experienced by
teachers include shortage of motivation, skills, creativity, and support schools, facilities, resources
and time.

Keywords: vocational education, teacherpreneur

PENDAHULUAN kejadian yang akan dialami guru pada


Kehidupan abad 21 memiliki koneksi tahun 2030 sebagai berikut. Pertama, sis-
tanpa batas sehingga tantangan yang wa akan membutuhkan pengetahuan dan
dihadapi guru bertambah banyak. Situasi keterampilan yang tidak pernah dipelajari
pembelajaran akan mengalami perubahan guru sebelumnya. Kedua, alat dan jaringan
dari pembelajaran tatap muka menjadi virtual telah membuka wilayah belajar
pembelajaran virtual. Barnett Berry dalam tanpa batas bagi siswa dari segala usia,
buku “Teaching 2030” memprediksi kapan saja dan di mana saja. Ketiga, para

62
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship ...

pembuat kebijakan, pakar pendidikan dunia kerja sudah ganti teknologi lain yang
profesional akan mencari cara-cara untuk lebih baru lagi. Kondisi ini menyebabkan
menghilangkan praktik-praktik rumit kompetensi diajarkan di SMK tidak relevan
yang dapat menghambat individu berbakat lagi dengan kompetensi yang dibutuhkan
belajar untuk belajar. Keempat, guru oleh dunia kerja. SMK harus melakukan
dituntut memiliki kompetensi profesional perubahan kurikulum dan fasilitas belajar
yang kompleks. Kelima, dunia pendidikan secara periodik. Kurikulum baru juga
memberi perhatian kepada siswa dan menuntut guru untuk mengajarkan materi
guru yang pintar, ambisius, supaya dapat yang baru. Jika guru lamban meng-
mengembangkan pribadi dan profesinya update kemampuannya maka kemungkinan
(Berry, 2010: 4-19). akan kurang dihargai oleh siswa karena
Perkembangan teknologi virtual me- dipandang kuno, usang dan gaptek (gagap
nyebabkan proses pembelajaran menga- teknologi).
lami perubahan. Mata pelajaran yang Banyak tantangan dan permasalahan
seragam, metode pembelajaran tradisional pembelajaran yang menuntut guru untuk
dan media pembelajaran yang tidak melakukan perubahan. Tantangan yang
berbasis teknologi informasi sudah tidak dihadapi guru bisa diubah menjadi peluang
relevan lagi, Pola pikir dan gaya belajar jika guru menjadi seorang teacherpreneur.
siswa juga mengalami perubahan. Bebe- Berbagai peluang usaha yang dapat digali
rapa fenomena yang dapat diamati sehari- guru dengan cara yang lebih elegan. Ide-
hari misalnya: komunikasi antara siswa ide kreatif dan inovatif dalam mengatasi
dengan siswa lain, atau antara siswa masalah pembelajaran dapat menjadi
dengan guru sudah menggunakan berba- sumber penghasilan jika dikemas dalam
gai macam saluran komunikasi canggih kegiatan penelitian tindakan kelas. Untuk
sehingga tidak harus datang bertatap mendapatkan dukungan dana penelitian
muka. Mencari referensi tidak harus datang dari sponsor, maka judul penelitian harus
ke perpustakaan, bimbingan akademik dan inovatif dan sangat urgen untuk me-
proses pembelajaran bisa dilaksanakan mecahkan masalah pembelajaran saat itu.
lewat internet. Peran guru sebagai sumber Guru dapat berinteraksi dengan pasar glo-
belajar tidak mutlak lagi, siswa dapat bal untuk menjual kecerdasan dan idenya
memperoleh sumber belajar dari mana sebagai ahli pendidikan dan peneliti atau
saja. Proses pembelajaran lebih banyak menjadi penulis tidak tetap dari berbagai
bersifat sharing untuk memfasilitasi pe- media publikasi, Guru juga dapat menjadi
serta didik memperoleh tujuan belajarnya. pengembang produk pendidikan seperti
Guru yang tidak dapat beradaptasi dengan media, buku, modul, alat laboratorium dan
perubahan teknologi virtual akan semakin perangkat pembelajaran. Dengan berbekal
jauh tertinggal dan karirnya terancam karya ilmiah yang dipublikasikan, guru
tenggelam. dapat menjual bakat pedagogis dengan
Tantangan yang dihadapi guru ke- menjadi narasumber atau tenaga ahli di
juruan tidak hanya sebatas pada tekno- mana-mana.
logi pembelajaran tetapi juga tantangan Berry (2010: 145) mempredikasi di
teknologi dari dunia kerja. Perkembangan abad 21 hanya para pekerja yang dapat
teknologi di dunia kerja berjalan sangat berkreasi menciptakan karya kreatif yang
cepat sehingga ketika guru SMK baru akan benar-benar dipekerjakan. Guru
memulai belajar teknologi baru maka SMK dapat menjadi pemenang dalam

63
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

setiap kompetisi jika selalu mengikuti konsekuen menerima risiko dari usahanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan tersebut. Definisi ini menyebabkan banyak
keterampilan baru sesuai dengan bidang guru yang belum termasuk pada kategori
keahliannya, mau bekerja atau berfikir entrepreneur meskipun mereka sudah
keras (inventive thinking) dalam mengi- banyak melakukan usaha kreatif dan
kuti perubahan; dan menghasilkan banyak inovatif tetapi tidak melakukan kegiatan
karya inovatif yang relevan dan bermutu bisnis jual beli untuk mendapat keuntungan.
(high productivity). Guru yang memiliki Teacherpreneur adalah agen peru-
banyak karya-karya kreatif dan inovatif bahan sehingga mereka harus mampu
dapat memberi teladan kepada siswanya. beradaptasi dengan semua perubahan.
Kreatif dan inovatif merupakan sebagian Seorang teacherpreneur dapat mengem-
karakteristik seorang entrepreneur. Guru bangkan potensi dirinya untuk menulis buku,
yang memiliki usaha-usaha kreatif dan melakukan penelitian, mengembangkan
inovatif sesuai dengan profesinya hingga media pembelajaran dan alat berteknologi
mencapai kesuksesan akademis dan baru yang dipublikasikan. Karya inovatif
ekonomis dinamakan teacherpreneur. tersebut dapat mendukung kegiatan
Guru memiliki banyak karakteristik pembelajaran supaya lebih berkualitas dan
dan tidak semua memiliki kekuatan untuk menambah penghasilan. Peluang untuk
mengembangkan diri. Guru yang malas menambah penghasilan melalui karya
belajar/bekerja, tidak mengikuti perubahan kreatif dan inovatif semakin terbuka dan
teknologi, dan tidak mengembangkan kompetitif. Hanya guru yang berjiwa
potensi intelektual yang dimilikinya akan entrepreneur atau guru yang memiliki
semakin tertinggal dari guru lain yang lebih kebutuhan tinggi untuk berprestasi, energik
muda dan energik. Ancaman berikutnya dan berani mengambil risiko (David
menyusul ketika pasokan karya inovatif McClleland dalam Jyotsna Sethi, 2008: 6)
melebihi permintaan, maka hanya karya yang akan mampu meraih peluang.
yang berkualitas saja yang bisa menjamin Teacherpreneurship merupakan bagi-
guru lolos dalam kompetisi. Meskipun an dari entrepreneurship yang unik di
kompetisi itu sulit dan harus diperjuangkan, bidang pendidikan. Entrepreneurship
guru disarankan tidak menggunakan jalan adalah usaha kreatif atau inovatif dengan
pintas dalam meraih kemenangan. Hal ini melihat atau menciptakan peluang dan
penting diingat oleh guru karena memberi merealisasikannya menjadi sesuatu yang
keteladanan sifat jujur, objektif dan terbuka memiliki nilai tambah ekonomi, sosial,
kepada generasi yang lebih muda dan lain-lain. Entrepreneurship di bidang
Entrepreneurship selama ini masih sosial disebut sosiopreneurship, di bidang
sering diartikan sebagai usaha kreatif dan edukasi disebut edupreneurship, di internal
inovatif yang berorientasi pada bisnis perusahaan disebut interpreneurship, di
jual beli. Hal ini sesuai dengan definisi bidang bisnis teknologi disebut techno-
entrepreneur dari Richard Cantillon dalam preneurship (Alim, 2009: 1). Dengan
Sethi (2008: 5) yaitu seorang entrepreneur mengadopsi istilah tersebut, maka guru
adalah orang yang membayar suatu produk (teacher) yang melakukan entrepreneur
dengan harga tertentu untuk menjualnya disebut dengan teacherpreneur.
kembali dengan harga yang tidak menentu, Teacherpreuneurship merupakan
membuat keputusan untuk mendapatkan salah satu pendukung untuk membangun
dan menggunakan sumber daya dan secara edupreneurship. Oxford Project (2012:

64
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship ...

4) menjelaskan edupreneurship adalah nya akan dicari oleh pelanggan. Guru yang
sekolah-sekolah yang selalu melakukan telah memiliki kredibilitas baik, tidak perlu
inovasi bermakna secara sistemik, perubah- mencari peluang pekerjaan lagi untuk
an transformasional, tanpa memperhatikan menambah penghasilan tetapi pekerjaan
sumber daya yang ada, kapasitas saat yang akan mencari dia dan antri menung-
ini atau tekanan nasional, dalam rangka gu untuk dilaksanakan.
menciptakan kesempatan pendidikan Schumpeter (Sethi, 2008: 6) me-
unggul yang baru. Teacherpreneur adalah nyatakan bahwa entrepreneurs adalah
seorang guru yang unggul dalam proses inovator yang mendobrak status quo dari
belajar mengajar, tanpa mengenal lelah produk dan jasa yang ada sekarang menjadi
dan tanpa pamrih mendidik para siswanya produk-produk dan layanan baru. Masih
untuk menjadi seorang yang kreatif dari sumber yang sama, Peter Drucker
dan kompetitif dalam era global. Guru dalam Sethi (2008: 6) menambahkan
menyadari bahwa masalah kelas sebagai bahwa entrepreneur adalah orang yang
peluang inovasi dalam proses belajar selalu mencari perubahan, merespon
mengajar, dan menunjukkan kemauan dan memanfaatkan peluang. Inovasi
untuk mengambil risiko melalui inovasi adalah alat spesifik seorang entrepreneur
penggunaan teknologi instruksional sehingga seorang entrepreneur yang
(Oxford Project, 2012: 6). efektif adalah orang yang dapat mengubah
Berdasarkan dua pengertian terse- sumber menjadi sumber daya. Pengertian
but, maka teacherpreneur tidak selalu ini memberikan inspirasi kepada guru
berorientasi pada bisnis jual beli. Teacher- sebagai seorang teacherpreneur untuk
preneneur dapat diberi makna seorang menjadi inovator dan penggerak terjadinya
guru yang memiliki komitmen tinggi perubahan ke arah yang lebih baik.
terhadap pekerjaannya. Komitmen Tersedia banyak jalan menuju sukses
tersebut diwujudkan dengan tindakan- bagi seorang teacherpreneur, Alanrazee
tindakan kreatif dan inovatif untuk (9 Januari 2012) memberi saran kepada
meningkatkan kualitas pembelajaran guru yang menjadi teacherpreneurs
secara berkesinambungan. Dalam teori untuk melakukan beberapa kegiatan
kepuasan pelanggan dinyatakan bahwa tambahan seperti: bekerja paruh waktu
jika penjual jasa dapat memberikan pada pekerjaan lain, mengembangkan
pelayanan berkualitas yang memuaskan, kompetensi profesional, mengembangkan
maka pengguna jasa dengan sukarela kurikulum, membuat & mempengaruhi
akan setia menggunakan kembali jasa kebijakan, menafsirkan hukum pendidikan,
dan produk yang ditawarkan (Hirdinis, terlibat dalam kegiatan di masyarakat,
17 September 2009: 3). Guru adalah penelitian, mentor atau melatih guru-
penjual jasa pelayanan pendidikan. Jika guru lain, dan lain-lain. Selain hal-hal
guru mampu memberi pelayanan yang yang telah disebutkan tadi, masih banyak
berkualitas, maka pelanggan akan merasa peluang kegiatan guru yang dapat memberi
puas dan menggunakan kembali jasa manfaat ganda yaitu meningkatkan kualitas
pelayanannya. Prinsip penjaminan kualitas pembelajaran dan menambah income. Guru
ini juga harus diterapkan pada pekerjaan dapat berpartisipasi dalam industri kreatif
lain yang dapat menambah penghasilan. bidang pendidikan seperti konsultan dalam
Guru yang selalu menjaga kualitas kerja, pembuatan game online, konsultan dalam
maka produk atau karya yang dihasilkan- pengembangan web dan produksi “personal

65
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

edutainment”, menulis buku dan modul, membutuhkan bantuan pembelajaran


narasumber pelatihan, dan sebagainya. keterampilan abad XXI. Guru pertama
Ariel Sack dalam Berry (2010: 129) (pemula) lebih menguasai pembelajaran
mengingatkan kembali bahwa peran guru keterampilan abad XXI, tetapi belum
adalah untuk mencintai anak-anak, bukan memiliki jaringan kerjasama profesional.
hanya untuk mendapat penghasilan sesuai Kolaborasi guru senior dan yunior ini dapat
dengan profesinya. Guru yang baik harus menghasilkan pembelajaran keterampilan
termotivasi membuat pendidikan menjadi XXI yang lebih bermakna. Guru pembina
lebih baik bukan hanya sekedar mencari lebih berpengalaman dalam berorganisasi
uang semata-mata. Guru perlu mendapat dapat bertindak sebagai negosiator, peren-
imbalan finansial dari klien atau siswa, cana program, bersama-sama kolaborator
tetapi bukan berarti menjadikan siswa dari dunia kerja atau masyarakat sedangkan
sebagai lahan mencari uang. Untuk profesi guru pertama dan muda sebagai pelaksana
selain guru, memperoleh penghasilan lapangan.
dari klien kelihatannya lebih mudah dan Guru tidak boleh terisolasi dalam
wajar, tetapi jika guru semata-mata hanya kegiatan mengajar di kelas saja. Guru
memperoleh penghasilan dari siswa maka harus membuka wawasan baru dengan
hal ini akan mendatangkan isu besar memperluas jejaring kerja (networking).
tentang komersialisasi pendidikan. Guru Bekerja sendiri tanpa berkolaborasi sering
harus menghindari isu menggunakan uang memperoleh hasil yang kurang optimal.
dari siswa karena akan menimbulkan rasa Dengan berkolaborasi, ide-ide kreatif guru
kurang percaya dari masyarakat maupun dapat direalisasikan. Sebagai contoh, jika
pemerintah. guru ingin membuat media pembelajaran
Peran teacherpreneur sangat tergan- online, sementara dia hanya menguasai
tung pada dukungan lembaga pendidikan materinya, maka setelah berkolaborasi
dan organisasi masyarakat. Beberapa dengan ahli teknologi informasi dan guru
lembaga pendidikan memanfaatkan guru yang lebih muda maka ide tersebut akan
yang berpotensi menjadi teacherpreneur dapat direalisasikan.
sebagai pengembang materi kurikulum, Berry (2010: 145) memprediksi sekitar
mentoring guru lain, menghasilkan pola- empat juta guru akan berperan menjadi
pola kerjasama antara sekolah dengan teacherpreneur pada tahun 2030. Sekitar
organisasi lain. Evolusi menunjukkan 600.000 guru saat ini telah menjadi
banyak guru yang tidak menjual apa-apa konsultan bisnis, bekerja di sektor publik,
tetapi memiliki visi menjadi guru terbaik tidak hanya mengajar di kelas tetapi juga
untuk anak-anak di masa depan. Guru mengembangkan kualitas profesinya
tidak perlu meminta kompensasi pada saat yang tinggi melalui jaringan kerja dengan
ini tetapi bisa memasukkan gagasan untuk lembaga eksternal. SMK memiliki lahan
meraih keuntungan di masa depan. bisnis yang potensial. SMK saat ini telah
Guru bukan seorang yang serba bisa memiliki peralatan produksi yang dapat
oleh sebab itu dalam mengembangkan dikembangkan menjadi teaching factory
profesinya dia membutuhkan bantuan atau teaching industry. Guru SMK perlu
orang lain. Waluyanti (2014: 148-158) diberdayakan supaya mampu mengelola
mengidentifikasi beberapa kebutuhan teaching factory/industry tersebut untuk
guru untuk mengembangkan profesinya menambah penghasilan.
secara berkelanjutan yaitu guru pembina

66
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship ...

Teacherpreneur adalah seorang guru yang terbaik bagi anak-anak di masa


yang sangat famililier dengan masalah di depan (Berry, 2010: 136). Dalam definisi
bidang pendidikan. Mereka menggunakan ini teacherpreneur tidak berkaitan dengan
kompetensinya (pengetahuan, keterampil- kegiatan bisnis. Dengan menekuni profesi
an, sikap dan keahlian) untuk mengatur, sebagai guru, maka prestasi akademik dan
membuat dan mengelola sebuah usaha penghasilanpun akan mengikuti.
untuk mengatasi masalah pendidikan Tidak semua orang berbakat menjadi
agar peserta didiknya memperoleh hasil teacherpreneur. Menurut Muhyi (2007:
akademik yang lebih baik. Teacherpreneurs 2), entrepreneur dipengaruhi oleh motivasi
adalah individu yang berusaha untuk untuk: (1) mendapat penghasilan tambah-
meningkatkan kualitas pendidikan. Definisi an; (2) memperoleh status agar dikenal dan
teacherpreneurs dari Urban Dictionary dihormati orang lain; (3) memberi pekerja-
yaitu: “Teacherpreneurs are leaders in their an kepada siswa; (4) supaya lebih mandiri,
communities and schools and fulfill complex dan (4) memanfaatkan kemampuan pri-
roles as education experts, counselors, badi. Priyani (2006) memberi tiga ilustrasi
policy advocates, and more. These are pengalaman sukses yaitu melalui: (1) latihan
teachers who take on leadership roles but do terus menerus sesuai bakat yang diturunkan
not leave the classroom for administrative orangtuanya; (2) meningkatkan kualifi-
positions”. Definisi tersebut mengandung kasi pendidikan dan menghasilkan karya-
makna bahwa teacherpreneurs adalah karya inovatif sesuai dengan keahlian dari
pemimpin dalam komunitas dan sekolah pendidikannya tersebut; (3) memperluas
mereka yang memenuhi peran kompleks jejaring kerja dengan sumber proyek,
sebagai pakar pendidikan, konselor, advokat sumber pendanaan dan para pengambil
kebijakan, dan banyak lagi. Mereka adalah kebijakan. Seseorang yang berada dalam
guru yang mengambil peran kepemimpin- tekanan ekonomi, biasanya memiliki
an tetapi tidak meninggalkan kelas untuk motivasi yang kuat dan mau bekerja
posisi administrasi. Seorang teacherpreneur keras untuk mencapai tujuan hidupnya.
memiliki kapasitas menggunakan separoh Berdasarkan latar belakang pentingnya
waktunya untuk megajar dan separoh kemampuan teacherpreneur penelitian
lainnya untuk melakukan advokasi kebijak- ini bertujuan untuk: (1) mempelajari
an pendidikan, berkolaborasi dengan guru potensi yang dimiliki dan jenis-jenis
lain, dan mengejar kegiatan lain yang dapat teacherpreneur yang telah dikembangkan
meningkatkan profesinya. guru produktif Tata Boga, Perhotelan dan
Guru yang memiliki jiwa teacher- Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian; (2)
preuners adalah guru yang memiliki sifat mengidentifikasi kendala yang dihadapi
kepemimpinan, memiliki pengetahuan guru SMK dalam mengembangkan
yang mendalam tentang bagaimana cara kemampuan teacherpreneur.
untuk mengajar, memahami dengan
jelas strategi yang harus dilakukan agar METODE
sekolah dapat meraih sukses yang tinggi, Kegiatan penelitian ini merupakan
memiliki keterampilan dan komitmen untuk cuplikan penelitian yang berjudul “Pengem-
menyebarluaskan keahliannya kepada bangan Model Partnership Guru Produktif
orang lain. Teacherpreneur merupakan SMK dengan DUDI untuk menigkatkan
bagian dari profesi yang melekat pada kemampuan teacherpreneur. Penelitian
guru untuk mengembangkan pendidikan diterapkan pada program Pemerataan Mutu

67
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

Guru Produktif SMK melalui Kerjasama/ dan inovatif apapun yang menambah
Kemitraan dengan DUDI (Dunia Usaha prestasi atau penghasilannya. Secara umum,
dan Dunia Industri) yang diselenggarakan responden penelitian ini memiliki potensi
oleh Direktorat Pembinaan Pendidik dan untuk mengembangkan teacherpreneur
Tenaga Kependidikan (P2TK), Pendidikan yang berorientasi akademis dan ekonomis.
Menengah (Dikmen). Pada tahap awal, Hasil identifikasi potensi teacherpreneur
penelitian dilakukan dengan menganalisis yang berorientasi akademis dikelompokkan
potensi, kendala dan kebutuhan pengem- menjadi dua yaitu peningkatan kualitas
bangan teacherpreneur. Penelitian pembelajaran dan pengembangan keprofe-
dilakukan pada bulan April sampai dengan sian berkelanjutan (PKB). Kegiatan
bulan Oktober 2014. peningkatan kualitas pembelajaran meli-
Populasi penelitian ini adalah seluruh puti pembuatan perangkat pembelajaran
peserta program kemitraan yang berjum- dan inovasi strategi pembelajaran. Kegiat-
lah 114 orang dari 15 paket keahlian SMK. an PKB meliputi penelitian tindakan kelas,
Sampel diambil sebanyak 47 orang peserta pelatihan, belajar mandiri dan studi lanjut.
guru SMK dari tiga paket keahlian yaitu Kegiatan pengembangan teacherpreneur
Jata Boga, Akomodasi Perhotelan, dan yang berorientasi ekonomis dilakukan
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian melalui pembuatan karya kreatif dan
(TPHP). Data dikumpulkan dengan inovatif teknologi tepat guna yang relevan
kuesioner terbuka untuk mengidentifi- dengan kompetensi keahliannya. Dari
kasi potensi dan kendala peserta program beberapa kategori kegiatan pengembang-
kemitraan guru SMK dengan DUDI dalam an kemampuan teacherpreneur ternyata
mengembangkan teacherpreneur. Selain yang dapat membedakan antara guru SMK
itu, dalam instrumen juga ditanyakan paket keahlian Jasa Boga, Akomodasi
tentang jenis-jenis teacherpreneur yang Perhotelan dan TPHP hanya pembuatan
sudah dkembangkan. Data penelitian di- karya kreatif dan inovatif teknologi
analisis secara deskriptif kualitatif dengan tepat guna. Pengkategorian data potensi
tahap-tahap analisis sebagai berikut: (1) teacherpreneur dapat disimak pada Tabel
data hasil pengisian kuesioner dikategorikan 1 dan 2.
sesuai urutan pertanyaan; (2) jawaban yang Peningkatan kualitas pembelajaran
hampir sama dikelompokkan menjadi dilakukan guru melalui pembuatan perang-
satu tema; (3) laporan hasil dari beberapa kat pembelajaran berupa media, modul,
jawaban yang sama atau hampir sama hanya peralatan laboratorium. Hampir semua guru
diwakili oleh salah satu jawaban saja; (4) telah membuat perangkat pembelajaran
jawaban yang unik dan perlu penjelasan tetapi tidak semua guru memberi nama
lebih lanjut kemudian didalami melalui spesifik terhadap perangkat pembelajaran
wawancara lewat telepon. yang telah dibuatnya. Berdasarkan hasil
pengisian kuesioner terbuka, guru telah
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN mampu mengembangkan teacherpreneur
Guru memiliki kemampuan yang dengan membuat pembelajaran yaitu: (1)
berbeda-beda. Sebagian guru telah membuat media pembelajaran berbasis
memiliki potensi untuk menjadi seorang web, CD pembelajaran interaktif, news
teacherpreneur tetapi sebagian lainnya magazine pencitraan, dan blog untuk media
hanya mengerjakan pekerjaan rutin dan pembelajaran; (2) menugaskan siswa
tidak mampu menghasilkan karya kreatif membuat video training edutel, reservasi

68
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship ...

Tabel 1. Pengkategorian Data Potensi Teacherpreneur Akademis


Orientasi Kategori Kegiatan
Akademis Kualitas Media pembelajaran CD video interaktif, WEB
pembelajaran Modul pembelajaran produktif
Strategi pembelajaran multilevel, tutorial berbasis AVI
(audio visual integration), dsb
Pendampingan anak bermasalah sampai menjadi sukses
Media Perhotelan video training edutel, reservasi dan reception
Jasa Boga plating hidangan Kontinental
TPHP WEB edublog
Keprofesian Penelitian tindakan kelas
berkelanjutan Mengikuti diklat kompetensi baru
Studi lanjut S2
Menulis Buku Perhotelan Modul reception
Jasa Boga Buku resep
TPHP Pengolahan kentang dan sayuran

Tabel 2. Pengkategorian Data Potensi Teacherpreneur Ekonomis


Orientasi Kategori Kegiatan
Ekonomis Jasa Perhotelan Memberi pelatihan pengelolaan eduhotel
Pelayanan hotel
Jasa Boga Cooking class for childrens
Pemasaran hasil praktik siswa
Produksi Jasa Boga Kue kering untuk lebaran
Pameran penjualan produk
Kantin sekolah, catering, pesanan Bakery
TPHP carica dalam sirup, teh rosela, teh gelas, bubuk kopi
Virgin Coconut Oil (VCO)
Kripik buah dengan teknologi vacuum frying

dan reception; (3) membuat grup di media pembelajaran kontekstual sesuai dengan
sosial on-line dan meng-upload materi kebutuhan riil dunia industri; mengatasi
pembelajaran. keterbatasan fasilitas praktek dengan
Sebagian besar guru telah berusaha mengajak siswa kunjungan industri;
untuk melakukan inovasi strategi pem- mengundang guru tamu dari praktisi hotel,
belajaran. Berdasarkan data yang ter- pembelajaran langsung di hotel training
kumpul dapat diidentifikasi strategi SMKN 6 Yogyakarta, dan menugaskan
pembelajaran yang telah diterapkan guru peserta didik untuk observasi di hotel
SMK yaitu: (1) strategi belajar di luar kelas, dan mempresentasikan hasil observasi

69
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

di kelas; (2) belajar dengan gembira dan entrepreneur; (5) pameran hasil karya;
menyenangkan (joyful learning), me- (6) mendorong dan mengajak siswa untuk
nyampaikan materi dengan cara menarik, memanfaatkan teknologi internet dalam
memberi selingan game (ice breaking) jika mencari materi belajar dan mengerjakan
siswa terlihat mulai jenuh dan mengantuk; tugas yang dikumpulkan melalui e-mail;
membuka kesempatan bercanda & sharing (7) memberi contoh nyata agar siswa dapat
kesulitan anak; (3) tutorial berbasis AVI memasarkan dan menjual produk hasil
(audio visual integration) dan pembelajaran praktik;
tutor sebaya; (4) pembelajaran model Multi Karakter positif menjadi syarat mutlak
Level Teaching/MLT (1 anak yang pandai khususnya bagi siswa SMK kompetensi
membimbing 2 anak lainnya); menemukan keahlian Perhotelan dan Jasa Boga
siswa lebih kompeten dari temannya un- untuk bekerja, sebelum mereka belajar
tuk membantu guru menyampaikan materi keterampilan lainnya. Untuk membina
pelajaran dengan bahasa mereka sendiri; (5) karakter positif, guru melakukan hal-hal
memberi penghargaan sederhana kepada sebagai berikut: (1) membiasakan siswa
siswa yang aktif pada saat kegiatan belajar disiplin khususnya pada saat pelajaran
mengajar; dan (6) pemberian kuis setiap praktik; (2) pengendalian emosi dengan
akhir tetap muka, musik; (3) membiasakan karakter kerja
Guru memiliki potensi menjadi yang lebih baik (4) memberi teladan; dan
teacherpreneur melalui penulisan bahan (5) menunjukkan kekompakan tim pengajar
ajar berupa buku dan modul. Bahan ajar sehingga proses pembelajaran di kelas
yang telah ditulis guru Jasa Boga antara berjalan tertib dan lancar.
lain: modul pembelajaran produktif, Masalah pribadi dapat menghambat
buku resep masakan standar, buku resep siswa dalam meraih prestasi. Siswa SMK
bekerjasama dengan jawa pos, bahan ajar ternyata banyak yang memiliki masalah
pelayanan makan dan minum di kelas pribadi sehingga perlu bantuan guru untuk
X; Bahan ajar yang telah ditulis guru mengatasinya. Berdasarkan hasil pengisian
Perhotelan adalah modul reception, Bahan kuesioner, usaha guru dalam mengatasi
ajar yang telah ditulis guru TPHP antara masalah pribadi siswa antara lain: (1)
lain buku pengolahan kentang dan sayuran, memotivasi siswa yang kurang mampu,
menulis LKS dan modul pembelajaran sulit memahami pelajaran, mempunyai
untuk MGMP produktif. Bahan ajar telah kebutuhan khusus, siswa yang merasa
disesuaikan dengan kondisi/fasilitas di gagal dan kurang semangat sampai
sekolah untuk mata pelajaran produktif. menjadi siswa yang rajin dan berhasil; (2)
Teacherpreneur dapat dilakukan membimbing siswa yang tidak mau sekolah
dengan mendidik calon entrepreneur baru karena salah jurusan sampai berhasil lulus
yang sukses. Pengalaman guru dalam dengan baik bahkan sampai lulus kuliah
memotivasi siswa untuk sukses antara lain dan menjadi guru di sekolah yang sama;
dilakukan dengan cara: (1) memberikan (3) mengatasi masalah siswa yang kurang
kesempatan kepada siswa untuk berani berminat masuk paket keahlian Jasa
berinovasi; (2) membimbing siswa belajar Boga, jarang mau praktek sampai mereka
di rumah gurunya, (3) membimbing siswa berminat; (4) memberikan konseling pada
mengikuti lomba kompetensi siswa (LKS) siswa-siswa yang bermasalah di kelas,
tingkat provinsi dan tingkat nasional; jarang masuk, sering bolos khususnya
(4) membimbing siswa sampai menjadi pada saat menghadapi ujian nasional; (5)

70
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship...

pendekatan personal dengan siswa yang kegiatan lain yaitu membuat karya tekno-
bermasalah berat, (6) membimbing anak logi tepat guna, media, modul, produk
yang mengalami masalah dari keluarga inovatif dan pelayanan jasa.
broken home menjadi anak yang sukses Guru SMK sudah memiliki penghasil-
belajar, dan (7) mendengarkan keluh kesah an yang cukup untuk hidup layak. Ka-
siswa, selalu siap menjawab pertanyaan rakteristik guru yang memiliki jiwa
siswa melalui jejaring sosial untuk menjalin teacherpreneur akan selalu berusaha
komunikasi yang baik. untuk menambah penghasilan tambahan.
Pengembangan keprofesionalan ber- Pengalaman sukses yang pernah dicapai
kelanjutan menjadi salah satu syarat dalam mencari penghasilan tambahan
kenaikan pangkat guru seperti tercantum pada masing-masing kompetensi keahlian
dalam pasal 11, Peraturan Menteri Negara disajikan pada Tabel 3.
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Meraih sukses menjadi seorang
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun teacherpreneur merupakan sesuatu yang
2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk
Angka Kreditnya. Kegiatan pengembangan dilaksanakan. Hambatan yang dihadapi guru
keprofesian berkelanjutan (PKB) meliputi SMK untuk menjadi teacherpreneur tidak
sub unsur pengembangan diri, publikasi ditentukan oleh jenis kompetensi keahlian
ilmiah, dan/atau karya inovatif. Kegiatan namun lebih banyak dipengaruhi oleh
yang telah dilakukan guru dalam PKB kebjakan sekolah. Data identifikasi kendala
ini meliputi kegiatan pengembangan menjadi teacherpreneur dikategorikan
diri dan penelitian tindakan kelas (PTK) menurut faktor internal dan eksternal.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, Faktor internal seperti kemampuan
usaha yang telah dilakukan pada unsur dan kemauan menjadi penentu keberhasil-
pengembangan diri antara lain: (1) senan- an seseorang. Guru yang memiliki ke-
tiasa update & upgrade disiplin ilmu; (2) mampuan tetapi tidak punya kemauan
mengikuti pelatihan di setiap kesempatan; dapat dianalogikan seperti orang yang
(3) pengembangan diri lewat informasi, sedang berjalan di tempat. Demikian
teknologi dan networking. Hasil identifikasi pula sebaliknya guru yang memiliki
karya PTK yang sudah dilakukan adalah kemauan tetapi tidak punya kemampuan
sebagai berikut: (1) penelitian penerapan dianalogikan seperti orang yang sedang
metode STAD, dan model tutorial teman berjalan tertatih-tatih memakai tongkat,
sebaya; dan (2) perbedaan metakognitif bisa sampai ke tempat tujuan tetapi perlu
siswa melalui metode think-pair-share dan waktu lebih lama dibandingkan orang yang
problem solving. sehat. Kedua contoh tersebut sama-sama
Berdasarkan data kuesioner terbuka, sulit untuk mencapai keberhasilan yang
diperoleh temuan hanya sebagian kecil diharapkan. Berdasarkan hasil identifikasi,
saja guru yang melakukan PTK. Di anta- hambatan internal guru untuk menjadi
ra beberapa guru yang melakukan PTK, teacherpreneur sebagian besar disebab-
ternyata ada yang tidak menuliskan judul- kan karena motivasi pribadi yang kurang,
nya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keterampilan masih rendah, ketersediaan
pengembangan teacherpreneur melalui waku untuk pribadi kurang karena beban
kegiatan penelitian kurang diminati guru. kerja berlebihan, keterampilan kerja rendah,
Oleh sebab itu, teacherpreneur SMK penguasaan kelas masih kurang.
sebaiknya ditingkatkan melalui bentuk

71
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

Tabel 3. Usaha Guru dalam Memperoleh Penghasilan Tambahan


No Keahlian Jenis Usaha
1 Perhotelan Pengelola edutel dan narasumber dalam kegiatan workshop
karyawan Edutel sekabupaten kota Bogor. Namun saat ini, edutel
telah ditarik oleh pemerintah daerah setempat sehingga guru
kurang bersemangat mengembangkannya
2 Tata Boga Wirausaha dibidang makanan/kuliner seperti berjualan makanan,
membuka usaha bakery: menerima pesanan kue, cake, bakery,
dan kue kering lebaran, kantin sekolah, berjualan makanan pada
even-even khusus, supplier paket kue lebaran dalam praktek
kewirausahaan di sekolah.
Usaha Boga di bidang jasa antara lain menjadi instruktur di Balai
Latihan Kerja/lembaga pelatihan, kursus memasak bagi ibu-ibu
PKK tingkat desa dan cooking class untuk anak sekolah
3 TPHP Mengolah buah menjadi minuman dan manisan buah seperi
carica dan rosela, mengolah kelapa menjadi Virgin Coconut Oil
(VCO) yang mengandung Medium Chain Fatty Acids (MCFA),
dan mengolah makanan kering, mengelola unit produksi teh botol,
menjalankan UP alat-alat teknologi sederhana seperti oven listrik

Beberapa pernyataan yang diung- berkembang, dan banyak pekerjaan lain


kapkan oleh guru pada kuesioner yang yang membuat guru kurang konsentrasi
berhasil dikumpulkan, dirangkum sebagai dalam pengembangan teacherpreneur.
berikut. Motivasi yang rendah bertolak belakang
Guru yang memiliki motivasi rendah dengan kepribadian teacherpreneur karena
ternyata banyak yang mengungkapkan untuk menjadi teacherpreneur maka
penyebabnya karena kondisi lingkungan mereka harus memiliki motivasi tinggi
yang kurang mendukung seperti tidak ada untuk meraih prestasi.
contoh teacherpreneur dari lingkungan Guru merasa bahwa untuk menjadi
sekolahnya yang dapat memberi inspirasi teacherpreneur diperlukan keterampilan
untuk melakukan hal yang sama. Sifat produktif tingkat tinggi. Hal ini menjadi
malas untuk memulai meraih sukses juga hambatan bagi beberapa guru karena me-
diakui karena kurang motivasi kepala reka jarang mengikuti pelatihan-pelatihan
sekolah dan dukungan rekan-rekan guru, peningkatan keterampilan. Guru merasa
bahkan rekan guru sering mencibir guru memiliki banyak kelemahan yaitu belum
lain yang mau maju. Motivasi yang belum menguasai semua materi pembelajaran,
maksimal ini juga ada yang mengeluhkan kurang dapat mengikuti perubahan dan
karena bahan ajar yang masih kurang. perkembangan teknologi informasi dan
Kesulitan mengembangkan prestasi IPTEK yang modern dan kurang mampu
dan kinerja dirasakan karena pengaruh merancang desain. Guru membutuhkan
lingkungan yang kurang disiplin dan tenaga ahli untuk melatih keterampilan-
kreatif, masih banyak guru yang tidak nya tetapi hal ini jarang diselenggarakan
terbuka pikirannya sehingga sulit diajak oleh sekolahnya. Hambatan yang di-

72
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship...

keluhkan guru ini menunjukkan bahwa Kasus-kasus yang sering terjadi di kelas
mereka masih kurang percaya diri dan misalnya: siswa memiliki motivasi belajar
kreatif dalam melaksanakan pekerjaan. rendah, tidak memiliki mindset untuk
Kreativitas menjadi syarat mutlak bagi berwirausaha, kurang gemar membaca,
seorang teacherpreneur. Kreativitas sulit perilaku kurang sopan, prestasi belajar
dilatihkan karena berasal dari kemampuan rendah, dan memiliki masalah pribadi.
intelektual pribadi. Guru yang memiliki Guru yang baik harus mampu menjadi
hambatan ini tidak harus mengembangkan pendidik yaitu dapat mengubah perilaku
teacherpreneur yang menuntut kemampu- peserta didiknya ke arah yang lebih baik.
an intelektual tetapi cukup mengembang- Guru mengakui masih miskin pengalaman
kan teacherpreneur yang berbasis pada dan kurang peka terhadap situasi dan
soft skill seperti mendidik siswa untuk permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
menjadi orang yang berkepribadian baik, Guru yang mengalami masalah ini akhir-
rajin, tekun, disiplin, ramah, mampu nya gagal dalam menuntaskan hasil belajar.
bekerjasama, dan sebagainya. Hambatan eksternal yang dialami
Sebagian besar guru mengalami guru untuk menjadi teacherpreneur
hambatan dari sisi ketersediaan waktu pada umumnya berasal dari kekurangan
pribadi untuk pengembangan diri. fasilitas dan lingkungan akademik
Keluhan yang disampaikan guru dalam yang kurang kondusif di sekolah. Hasil
mengembangkan teacherpreneur antara identifikasi hambatan guru untuk menjadi
lain: (1) kesulitan menyeimbangkan antara teacherpreneur dari unsur fasilitas antara
pembelajaran teori dan praktik; (2) belum lain: (1) fasilitas beberapa sekolah terbatas,
dapat mangatur waktu antara sebagai guru, kurang memadai, kurang lengkap, kurang
ibu rumahtangga, dan mengelola usaha canggih, selalu tertinggal dan kualitasnya
sehingga kurang fokus dalam menjalankan rendah; (2) tidak tersedia koneksi jaringan
profesi sebagai guru yang sukses; dan (3) internet di sekolah sehingga menyebabkan
terlalu banyak tugas-tugas administrasi akses informasi perkembangan teknologi
guru maupun administrasi sekolah yang masih terbatas; (3) program studi masih
harus dikerjakan guru. Kekurangan waktu baru (2 tahun) sehingga masih banyak
dapat disebabkan karena guru kurang mengalami kekurangan alat praktik; (4)
terampil mengerjakan pekerjaan sehari- belum mempunyai alat floor polish sehingga
hari. Jumlah waktu sehari hanya 24 jam, dalam kegiatan belajar mengajar praktik
tidak bisa ditambah atau dikurangi. Waktu membersihkan lantai hanya memakai alat
yang tersedia harus dikelola dengan seadanya dan pengalaman mengoperasikan
bijaksana, efektif dan efisien agar semua alat berteknologi masih minim.
pekerjaan dapat selesai tepat waktu. Guru mengalami hambatan untuk
Masalah ini dapat diatasi jika guru me- menjadi teacherpreneur dari lingkungan
ningkatkan keterampilan menggunakan akademik sekolah. Hal-hal yang sering
teknologi yang dapat membantu pekerjaan, dialami guru antara lain: (1) sering me-
tidak menunda-nunda pekerjaan, selalu ninggalkan tugas mengajar di kelas karena
memanfaatkan waktu untuk hal-hal positif, mendapat tugas tambahan non-KBM
dan mendelegasikan sebagian pekerjaan dari sekolah seperti (tugas kepanitiaan,
kepada orang lain yang dapat membantu. pengajuan proposal bantuan, kesiswaan,
Guru masih merasa kesulitan dalam persiapan PPDB dan lain-lain); (2)
mengatasi masalah pembelajaran di kelas. kebijakan sekolah terlalu memanjakan

73
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 62-75

anak, membuat daya juang siswa menjadi an diri, pemecahan masalah pembelajaran,
rendah dan siswa lain kurang bersemangat; membentuk karakter positif, mengatasi
(3) kesempatan pelatihan di industri dan masalah pribadi siswa, dan mencari peng-
diklat pengembangan kompetensi bagi guru hasilan tambahan. Kedua, hambatan untuk
produktif masih kurang, (4) Jumlah siswa menjadi teacherpreneur berasal dari faktor
terlalu banyak sehingga sulit mengevaluasi internal yaitu motivasi diri masih rendah,
kemampuan siswa secara individual; keterampilan produktif rendah, sulit
(5) sistem administrasi sekolah kurang mengatur waktu karena banyak tugas
mendukung untuk pengembangan diri tambahan, dan kurang mampu mengelola
dan kurang bermanfaat untuk peningkatan kelas. Faktor eksternal yang menghambat
kompetensi siswa. guru menjadi teacherpreneur antara lain:
Hambatan dari sekolah dapat ber- fasilitas sekolah kurang mendukung; tugas-
dampak pada pencapaian kompetensi tugas kepanitiaan dan tugas administrasi
siswa kurang maksimal. Dalam hal ini, ada sekolah terlalu banyak; kesempatan
beberapa hambatan yang dilaporkan guru mengikuti pelatihan sangat kurang. Dari
yaitu: (1) bahan praktek kurang mencukupi temuan tersebut disarankan kepada guru
dan sulit diperoleh, siswa seharusnya untuk: Pertama, mengembangkan potensi
mendapatkan praktek sebanyak 75% intelektual dengan menghasilkan karya
menjadi 50% sehingga tidak dapat menca- teknologi kreatif dan inovatif untuk meraih
pai kompetensi yang diharapkan; (2) modul/ peluang melalui lomba karya inovatif
bahan ajar/materi pembelajaran masih pembelajaran, lomba guru berprestasi,
kurang sehingga materi yang disampaikan beasiswa studi lanjut, dan lain-lain. Kedua,
kepada siswa tidak dapat memenuhi standar mengatasi hambatan/kelemahan untuk
kompetensi yang harus dicapai siswa; (3) menghindari dari ancaman dengan cara
kurikulum baru mengurangi jam belajar mengganti tugas-tugas administratif
produktif sehingga penyiapan kompetensi menjadi tugas-tugas kreatif produktif un-
dasar menjadi sangat kurang tuk menjadi teacherpreneur; menciptakan
Iklim kerja di sekolah dapat men- lingkungan yang kondusif agar guru
dukung atau menghambat seseorang untuk mampu mengikuti ilmu pengetahuan
berprestasi. Iklim kerja yang menyenangkan dan teknologi yang berkembang saat ini.
dapat membuat seseorang lebih nyaman Jika hal ini tidak dilakukan maka guru
dan senang bekerja. Iklim kerja bisa di- terancam ketinggalan IPTEKS, tidak kom-
prakarsai oleh kepala sekolah dengan peten dalam mengajar sehingga kurang
beberapa kebijakan untuk memotivasi dan berwibawa karena siswa lebih pandai dari
memberdayakan semua warga sekolah. gurunya dalam menggunakan IPTEKS.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Hasil analisis potensi dan hambatan Alanrazee. 2012. “Presentation on Tea-
guru untuk menjadi teacherpreneur dapat cherpreneurship”, dari http://alanrazee.
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, wordpress.com/. Diunduh 10 Januari
guru SMK telah memiliki potensi untuk 2013.
mengembangkan karya teknologi, membuat Alim, I. 2010. “Peranan ITB dalam Pe-
perangkat pembelajaran, mengembangkan ngembangan Kewirausahaan”, dari
strategi pembelajaran, menulis buku/bahan http://ikhwanalim.wordpress.com/.
ajar, melakukan penelitian, pengembang- Diunduh 5 April 2015.

74
Endang M.: Analisis Potensi dan Kendala Teacherpreneurship...

Berry, B. 2010. Teaching 2030. New York: www.oxfordschools.org. Diunduh 15


Teacher College Press. April 2014.
Hirdinis. 2009. “Kepuasan dan Loyalitas Priyani, A. 2006. “Prospek Masa Depan
Konsumen”. Makalah. Dipresentasi- Kewirausahaan di Indonesia” ,
kan dalam Seminar Manajemen Pe- dari http://jurnal.upi.edu/ekonomi/
masaran, Universitas Mercubuana view/1130/. Diunduh 3 April 2013.
Jakarta, 17 September 2009. Sethi, J. 2008. “Lesson-1 Entrepreneur and
Muhyi, H. A. 2007. “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship”, dari http://www.
dan Kompetensi Kewirausahaan”, smallindustryindia.com. Diunduh 4
d a r i h t t p : / / w w w. d o c s t oc . c o m / April 2014.
docs/67834719/. Diunduh 15 April Waluyanti, S., & Sunarto. 2014. "Analisis
2014. Kebutuhan Materi Pengembangan
Oxford Project. 2012. “Leading through Profesionalisme Berkelanjutan Guru
Edupreneurship”. Copyrighted to SMK Teknik Audio Video". Jurnal
Oxford Community Schools. http:// Kependidikan, 44(2), 147-158.

75

Anda mungkin juga menyukai