Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS FGD BERDASARKAN TEORI KOGNITIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kulih Belajar dan Pembelajaran


Dosen Pengampu :
Bapak Dr. H. Asim., M. Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Febri Andini 190412630100
Lutfina Fajrin Budiarti 190412630022
Melany Putri 190412630024
Mohamad Sholihul Huda 190611643396

BELAJAR dan PEMBELAJARAN

OFFERING F7

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat yang diberikan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembelajaran Berbasis FGD Berdasarkan Teori Behavioristik” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pengampu
Bapak Dr. H. Asim., M. Pd pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pengertian program pembelajaran berbasis
FGD dan pengertian teori kognitif serta pengaplikasiannya dalam dunia pedidikan.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami mohon para pembaca untuk memberikan saran dan
kritikan yang membangun demi perbaikan.

Malang, 9 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Ruang Lingkup..............................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................4
1. Pengertian Focus Group Discussion.............................................................4
2. Kelebihan dan Kekurangan FGD..................................................................6
3. Pengertian Teori Kognitif.............................................................................7
4. Ciri-ciri Teori Kognitif..................................................................................8
5. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif...........................................................9
6. Pengaplikasian Teori Kognitif dalam Pembelajaran Berbasis FGD.............9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................11
BAB IV DAFTAR RUJUKAN..............................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai Kurikulum 2013 yang berlaku sekarang ini, memerlukan strategi baru
terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih
banyak didominasi oleh peran guru (tecaher centered) diperbaharui dengan sistem
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasinya guru
harus mampu memilih dan menerapkan model, meode atau strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara
optimal.
Pada kenyataannya, selama ini masih banyak guru yang kurang memanfatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam
kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Selain itu ada
guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak mengerti dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah
satu solusi yang dapat diberikan yaitu dengan menerapkan fokus group discussion (FGD).
FGD merupakan metode pemecahan masalah dengan menciptakan suasana kekeluargaan.
Bisjoe menyatakan bahwa “FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi
kualitatif dengan cara sistematis mengenai suatu masalah yang dilakukan melalui diskusi
kelompok”. FGD mengandung tiga kata kunci yaitu diskusi, kelompok, dan terfokus/terarah.
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori
belajar yang memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam teori kognitif, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar. Pembelajaran berbasis FGD dengan menerapkan
teori kognitif adalah metode yang tepat karena teori belajar kognitif ini lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dalam belajar
tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks. Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu
adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan atau tingkah laku.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian pembelajaran program Focus Group Discussion


2. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran program Focus Group Discussion
3. Pengertian teori kognitif
4. Ciri-ciri teori kognitif
5. Tahap-tahap perkembangan kognitif
6. Pengaplikasian teori kognitif dalam pembelajaran program Focus Group Discussion

C. RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini adalah efektivitas
pengaplikasian teori kognitif dalam program pembelajaran berbasis Focus Group Discussion.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Focus Group Discussion


FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang banyak digunakan,
khususnya oleh pembuat keputusan atau peneliti, karena relatif cepat selesai dan lebih
mudah. Teknik FGD mempermudah pengambil keputusan atau peneliti dalam memahami
sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik
yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang tidak
terungkap dibalik respons peserta.“FGD dapat juga disebut suatu proses pengumpulan
data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok”. FGD merupakan salah satu metode pembelajaran
aktif yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis. FGD dapat menjadi
alternative terhadap metode ceramah yang bersifat pasif.(Waluyati, 2020)
2. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran berbasis FGD
Kelebihan :
-FGD dapat memberikan data yang lebih mendalam, informati, dan bernilai,
kemudian dari segi kepraktisan model ini hemat biaya, dan data mengumulkan
data lebih banyak dengan waktu yang singkat.
-Dapat mengalami peningkatan kegiatan guru yang baik hingga berada pada
kategori yang sangat baik.
-Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar secara signifikan.
-FGD dapat menjadi pemecahan masalah dengan menciptakan suasana
kekeluargaan.(Waluyati, 2020)
-Focus Group Discussion juga meningkatkan kemampuan berbicara seseorang di
depan public
-FGD dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta didik karena FGD
menuntut pemahaman yang luas .
-FGD dapat melatih seseorang untuk memberikan respon terhadap tanggapan,
komentar, kritikan, ataupun masukan dari peserta lain.
Kelemahan :
-Harus dilakukan oleh beberapa orang , bukan individual.
-FGD menerapkan model diskusi dalam kelompok kecil sehingga FGD tidak
dapat diwujudkan seperti diskusi terbuka yang melibatkan banyak orang.
-Pembahasan terfokus pada topik tertentu sehingga membatasi seseorang untuk
mengaitkan suatu topik dengan pembahasan topik lain dimana topik lain dibahas
secara mendalam juga.
-Terdapat adu argumentasi didalamnya.
-Melibatkan seluruh anggota sehingga memakan banyak waktu .
-Data yang diperoleh melalui FGD memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk
dianalisis dan banyak membutuhkan banyak waktu.
-Hasil diskusi pembahasan kelompok belum tentu memuaskan dan akurat.

3. Pengertian Teori Kognitif


Secara umum adalah kemampuan atau potensi intelektual seseorang dalam berfikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, kognitif berkaitan dengan
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan otak (akal
rasional)(Demianus et al., 2019). Perkembangan kognitif dimulai dari proses-proses
berpikir secara konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep abstrak dan logis,
anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari
informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Kemampuan kognitif
manusia terdiri dari empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa, tahap dan urutan
berlaku untuk setiap usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu
tidak sama atau berbeda-beda setiap orang (Ibda, 2015)
4. Ciri-ciri Teori Kognitif
1. Mementingkan apa yang ada didalam diri
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6. Mengutamakan Insight (pengertian dan pemahaman) atau melakukan penemuan
Menurut Amer Syarifudin Ciri-ciri teori kognitif dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Siswa aktif sebagai penyadur.
b. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
c. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.

5. Prinsip-prinsip Teori Kognitif


Teori Belajar Kognitif menyiratkan bahwa proses yang berbeda mengenai pembelajaran
dapat dijelaskan dengan menganalisis proses mental terlebih dahulu. Ini mengemukakan
bahwa dengan proses kognitif yang efektif, pembelajaran menjadi lebih mudah dan informasi
baru dapat disimpan dalam memori untuk waktu yang lama. Di sisi lain, proses kognitif yang
tidak efektif mengakibatkan kesulitan belajar yang dapat dilihat kapan saja selama masa
hidup seseorang.

Pada umumnya Prinsip teori Belajar Kognitif antara lain sebagai berikut:

1) Proses lebih penting daripada hasil


2) Disebut juga sebagai model perseptual
3) Persepsi menentukan tingkah laku seseorang serta pemahaman terhadap situasi
berhubungan dengan tujuan belajar.
4) Perubahan persepsi merupakan proses pembelajaran yang kadang tidak namak dalam
bentuk tingkah laku.
5) Situasi belajar atau materi pelajaran yang dipisah-pisah menjadi komponen-komponen
kecil atau dipisah-pisah akan menghilangkan makna.
6) Belajar adalah merupakan proses internal yang terdiri dari perolehan informasi, ingatan,
pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
7) Belajar juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks.
8) Dalam penerapannya dalam pembelajaran teori belajar ini tampak pada tahap-tahap
perkembangan (J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), Pemahaman Konsep (Bruner),
Hierarki Belajar (Gagne), dan Webteaching (Norman).
9) Keterlibatan dan keaktifan Peserta Didik sangat penting dalam pembelajaran.
10) Materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun dengan pola mulai dari yang sederhana
sampai ke yang kompleks.
Keberagaman individu peserta didik perlu diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajarnya.
6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif
Setiap teori pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Munculnya teori-teori
baru pasti akan dibanding-bandingkan dengan teori yang sudah muncul terlebih dahulu. Nurhadi
(2020:29) mengatakan bahwa setiap teori pembelajaran yang ada dibuat untuk menyempurnakan
serta melengkapi teori-teori yang sudah ada sebelumnya.
a. Kekurangan Teori Kognitif
Penerapan teori kognitivistik dalam kegiatan belajar mengajar tidak selamanya baik, didalam
teori kognitivisme berasumsi bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan pengetahuan
dalam dirinya (Muyaassarah, 2015:249). Kelemahan dari teori belajar seperti itu jika diterapkan
di pengetahuan yang urut atau saling berkaitan adalah peserta didik kemungkinan besar akan
kesulitan menjawab soal baru, karena peserta didik harus menguasai konsep serta pengetahuan
dasarnya dulu. Sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk peserta didik memahami karena
harus mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki agar menjadi
pembelajaran yang bermakna (Thabroni & Mustofa, 2013:102).
Selain kekurangan diatas teori kognitivistik juga memiliki kelemahan lagi, seperti yang
disampaikan (Thabroni & Mustofa, 2013:105) yaitu:
1) Teori tidak dapat diterapkan kesemua tingkat pendidikan
2) Teori sulit dipraktekan, khususnya untuk tingkat lanjut
3) Teori sulit dipahami dan sepintas seperti belum tuntas dibeberapa prinsip khususnya pada
intelegerensi.

Dan Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik,
dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini
adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang
sama dan tidak dibeda-bedakan. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara
peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta
didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

b. Kelebihan Teori kognitiv


Bukan hanya kekurangan saja teori kognitivisme juga memiliki kelebihan seperti halnya
yang disampaikan (Nurhadi, 2020:29) yang mengatakan kenggugulan teori kognitivistik sebagai
berikut:

1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri;


2. Sebagian besar kurikulum pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif;
3. Pendidik hanya memberikan dasar-dasar dari materi dan peserta didik dituntut untuk
melanjutkan dan mengembangkan;
4. Pendidik dapat memaksimalkan ingatan para peserta didik untuk mengingatkan materi yang
telah disampaikan.

7. Tahapan-tahapan Perkembangan Teori Kognitif (Piagetian)


Melalui penelitian dan pengamatannya Piaget meyakini bahwa ada 4 tahapan dalam
perkembangan kognitif dan tahapan-tahapan tersebut berhubungan dengan usia yang tersusun
dari pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi yang didapatkan
maka pemikiran akan semakin maju dan jelas lebih berkualitas. Berikut merupakan tahap –tahap
perkembangan menurut Piaget :

 Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah tahap sensori motorik (usia 0–2
tahun)
Tahap ini berlangsung ketika bayi lahir sampai berumur 2 tahun, pada awalnya
bayi akan melakukan tindakan kecil yang berupa respons yang sama dari tindakan yang
sebelumnya lalu setelahnya ia berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan yang
melibatkan lingkungan sekitarnya. Dia bahkan melakukan sesuatu yang membuat dirinya
bahagia dan membuatnya terus mencoba hal-hal kecil yang baru.
 Tahap pra-opersional (usia 2–7 tahun)

Tahap ini berlangsung ketika usia anak menginjak 2 tahun hingga 7 tahun, pada
tahap ini anak sudah berfikir secara simbolis tetapi belum melibatkan peimikiran yang
operasional. Pada tahap ini anak mulai mengenal dimensi-dimensi baru dan mulai
berkembang dengan kemunculan sikap atau perilaku yang meningkatkan pemikriannya.
Contohnya saja anak kecil yang mencoret-coret dinding atau meja belajar, hasilnya
memang terlihat abstrak bagi orang dewasa namun yang perlu diketahui dalam fase ini
adalah anak mulai mengenal ide meskipun hal tersebut tidak dapat dimengerti oleh orang
dewasa.

 Tahap opersional konkrit (usia 7–11 tahun)


Pada tahap ini dimulai dari umur tujuh tahun hingga sebelas tahun, pada tahap ini
anak sudah memiliki penalaran logika tetapi masih belum sampai pada pemecahan
masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak bisa menghubungkan beberapa
karakteristik, jadi tidak berfokus pada salah satu objek saja. Yang terpenting pada tahap
ini adalah anak dapat membeda-bedakan sesuatu hal hingga menjadi bagian yang
berbeda-beda dan tentunya diiringi dengan pemahaman.

 Tahap opersional formal (usia 11–15 tahun)


Tahap ini terjadi ketika usia anak 11 sampai 15 tahun, di tahap ini umumnya
individu sudah memikirkan sesuai yang logis dan sudah melakukan pemikiran yang
berkualitas sesuai dengan keinginan mereka baik itu yang ada pada diri orang lain
ataupun yang ada dalam dirinya sendiri. Pada tahap ini anak umumnya bisa berkembang
dan dapat memecahkan suatu masalah untuk sampai pada kesimpulannya.

8. Pengaplikasian Teori Kognitif dalam Pembelajaran Berbasis Focus Discussion Group


Kegiatan belajar berbasis kelompok adalah contoh model pembelajaran focus discussion
grup. Penerapan teori kognitif dalam program ini juga sesuai dengan metode pembelajaran FGD.
Penerapan teori kognitif dalam FGD kurang lebih sesuia dengan model pembelajaran secara
berkelompok yaitu dengan melaksanakan tahapan – tahapan sesuai dengan ciri – ciri dan tahap
perkembangan teori kognitif. Dalam sistem belajar dengan FGD ini perlu adanya sikap kritis bagi seorang
murid serta sistem ini tidak bisa diterapkan secara individu. Maka dari itu sosialisasi yang baik harus bisa
diterapkan oleh seorang murid, dimana pengalaman sosial itu diperoleh dari tahapan teori kognitif.
Sistem FGD juga menuntut siswa untuk bisa memecahkan suatu masalah yang dijadikan topik dalam
sebuah dsikusi, hal itu juga sesuai dengan teori kognitif yang merupakan potensi intelektual seseorang
dalam berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah.
Metode FGD ini memunculkan ide atau pendapat baru dari masalah yang
dijadikan sebuah topik, dimana ini juga sesuai dengan tahap kedua teori kognitif yaitu tahap pra-
opersional. Kemudian ide ide tersebut disampaikan oleh siswa kepada teman – temannya yang
juga memiliki ide berbeda sehingga terciptalah FGD. Maka dari itu diperlukan Ketrampilan sosial
lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran
logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribadi. Dengan menerapkan FGD ini siswa akan semakin membuka pikiran
secara luas dan siswa dapat membeda-bedakan ide mana yang sesuai, tentunya dengan
pemahaman yang nantinya akan menghasilkan solusi sebagai pemecah masalah yang disajikan
oleh pendidik.
Dalam penerapan sistem ini pendidik tidak hanya menyajikan masalah namun
juga membantu serta mengawasi siswanya untuk berdiskusi. Pendidik harus menghargai pendapat
siswa meskipun nantinya pendapat siswa tersebut kurang sesuai, pendidik tetap harus menghargai
seperti memberi applause dimana dengan hal tersebut siswa tidak akan pernah merasa takut salah
untuk menyampaikan pendapatnya. Pendidik harusnya tidak hanya menyampaikan materi dan dilanjut
dengan latihan soal dan menilai siswa dari tugas tersebut. Seperti K13 ini dimana siswa harus lebih aktif
daripada guru. Sehingga harusnya penilaian siswa tidak selalu dari hasil test tetapi juga pemikiran kritis
seorang siswa.

Pembelajaran dengan FGD menggunakan teori kognitif ini merupakan salah satu
solusi tepat. Teori sangat cocok untuk melatih sikap kritis siswa dan sikap kerjasama
yang baik antar makhluk sosial dalam proses belajar kelompok. Teori ini mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-
bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Namun teori kognitif ini dalam penerapan belajar kelompok memiliki kekurangan
yakni, pendidik tidak bisa tahu secara nyata cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau
mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya
masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda. Hal itu karena nantinya yang akan
disampaikan siswa kepada guru adalah hasil dari sebuah diskusi kelompok tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

Metode Focus Group Disscusion merupakan metode yang tepat diterpakan dalam K13 dimana
dalam metode ini siswa dituntit untuk aktif. Meotde ini juga memiliki keunggulan bahwasannya siswa
tidak bosan dalam proses belajar karena siswa terlibat sepenuhnya dalam proses belajar. Bebrbeda
dengan metode ceramah, dimana pendidik menyampaikan semua materi sehingga siswa merasa cepat
bosan dan tidak terlalu termotivasi untuk belajar. Metode ini banyak di terapkan karena melibatkan
semua siswa dalam pelaksanaanya, selain dapat menarik siswa untuk lebih kreatif, metode ini juga bisa
menumbuhkan jiwa kerja sama dalam diri siswa, melatih siswa dalam berbicara dan mengemukakan
pendapat dan diharapkan dapat menunjang rasa saling membutuhkan untuk tercapainya suatu tujuan.

teori belajar kognitif dapat membentuk prmikiran siswa untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir
untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Aktifitas belajar melalui program
FGD dengan menerapkan teori kognitif akan membuat seiswa memiliki rasa tanggung jawab bagi
kelompoknya dalam meneyelesaikan tugas. Meskipun metode FGD ini masih memiliki banyak
kekurangan, namun apabila peserta didik dan pendidik saling bekerjasama dengan baik akan
menciptakan pembelajaran yang bagus dan membuat suatu pperubahan besar dalam proses belajar
pembelajaran.
BAB IV

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai