Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yusty Amelia

NIM : P07220421089

SOAL ESSAY

1. Sebutkan Variabel dan sub Variabel yang ada di APACHE II ?

2. Apa makna dari A, B, C, D, E pada pengkajian keperawatan kritis dan tolong


jelaskan ?

JAWAB

SOAL 1. SEBUTKAN VARIABEL DAN SUB VARIABEL YANG ADA DI


APACHE II

Sistem skoring APACHE II terdiri dari tiga variabel

a. Variabel Fisiologi Akut

1) Suhu rektal yang dihitung


dengan menambahkan suhu axilla (oC) ditambah 0,6 Oc

Suhu tubuh pada APACHE II yang harus dinilai adalah suhu


yang diukur melalui rektal. Hal ini dikarenakan nilai suhu rektal
lebih sensitif dalam menggambarkan kondisi temperatur tubuh
dibandingkan tempat pengukuran
suhu lainnya

2) Tekanan arteri rata-rata atau Mean Arterial Pressure (MAP)

MAP atau tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan yang


dihasilkan terhadap dinding pembuluh arteri oleh darah yang
bersirkulasi dalam pembuluh tersebut. Identifikasi nilai MAP
diperoleh melalui penghitungan dari nilai tekanan darah sistole
dan sistole, rumus perhitungan MAP tersebut dapat dilihat
dibawah ini.
𝑀𝐴𝑃={(2 𝑥 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙𝑒)+𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙𝑒} / 3

3) Frekuensi denyut jantung atau Heart Rate (HR)

HR atau frekuensi denyut jantung dalam satu menit diidentifikasi


pada APACHE II untuk menggambarkan adanya gangguan atau
perubahan fungsi sistem kardiovaskuler. Dalam sistem skoring
ini, HR diberikan skor antara 0 – 4, dengan Skor 0 atau normal
berkisar antara 70 – 109 kali/menit. Jika nilai HR kurang dari 70
atau lebih dari 90, maka skor yang diberikan lebih dari 0 atau
dinyatakan abnormal rendah dan tinggi.

4) Frekuensi pernafasan atau


Respiratory Rate (RR)

RR atau frekuensi bernafas dalam satu menit diidentifikasi pada


APACHE II untuk menggambarkan adanya perubahan fungsi
sistem respirasi. Dalam sistem skoring APACHE II, pemberian
skor 0 pada nilai RR berkisar antara 12 – 24 kali/menit. Skor
lebih dari 0 atau nilai RR kurang dari 12 x/menit, atau lebih dari
24 x/menit dinyatakan abnormal rendah dan tinggi.

5) Status oksigenasi

Penilaian status oksigenasi pada APACHE II dilihat dari nilai


gradien tekanan oksigen di arteri dan alveolus (AaDO2) jika
fraksi oksigen yang diberikan ≥ 50%, dan dari nilai tekanan
parsial oksigen arteri (PaO2) fraksi oksigen yang diberikan <
50%. Pemberian skor pada status oksigenasi berkisar antara 0 –
4, skor 0 jika nilai AaDO2 kurang dari 200 mmHg dan nilai
PaO2 lebih dari 70 mmHg. Penghitungan AaDO2 dapat
ditentukan berdasarkan rumus dibawah ini.

𝐴𝑎𝐷𝑂2 =[713 𝑥 𝐹𝑖𝑂2/100]−[𝑃𝐶𝑂2/0,8]−[𝑃𝑎𝑂2]

6) Tingkat keasaman (pH) arteri

Pemberian skor terhadap nilai pH arteri pada APACHE II dapat


menggambarkan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh yang
mana sangat penting dipertahankan untuk mengoptimalkan kerja
semua sistem organ tubuh. Nilai normal pH pada APACHE II
berkisar antara 7,33 – 7,49. Jika nilainya kurang dari 7,33 atau
lebih dari 7,49, maka skor yang diberikan berkisar antara 1 – 4.

7) Natrium serum

Identifikasi kadar Natrium serum dapat menggambarkan fungsi


renal sebagai sistem organ yang berperan dalam keseimbangan
elektrolit tubuh. Kadar Natrium serum normal pada APACHE II
berkisar antara 133 – 149 mEq/L. Jika kadar Natrium kurang
dari 133 atau lebih dari 149, maka skor yang diberikan antara 1 –
4 poin.

8) Kalium serum

Sama halnya dengan Natrium serum, kadar Kalium dapat


menggambarkan fungsi renal. Kadar Kalium normal pada
APACHE II berkisar antara 3,5 – 5,4 mEq/L. Jika nilai Kalium
lebih dari rentang tersebut, maka skor yang diberikan dalam
rentang 1 – 4 poin.

9) Kreatinin serum

Kreatinin serum merupakan hasil akhir dari pemecahan Kreatin


fosfat yang berperan penting di dalam otot. Kreatinin serum
yang tinggi mengindikasikan adanya gangguan pada ginjal yang
berperan dalam membuag kreatinin serum, sedangkan nilai
rendah dapat mengindikasikan adanya penurunan massa otot .
Pada sistem penilaian APACHE II, batas normal Kreatinin
serum berkisar antara 0,6 – 1,4 mg/dL. Jika nilai dibawah 0,6
atau diatas 1,4 mg/dL, skor yang diberikan berkisar antara 1 – 4
poin

10) Hematokrit

Hematokrit merupakan persentase volume sel darah merah di


dalam darah. Pada APACHE II, batas normal Hematokrit
berkisar antara 30 – 45,9%. Nilai yang kurang dari 30 atau lebih
dari 45,9% diberikan skorantara 1 – 4 poin

11) Leukosit

Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam proses


imunitas tubuh. Peningkatan leukosit dapat mengindikasikan
adanya kejadian infeksi di dalam tubuh. Pada sistem skoring
APACHE II, nilai leukosit normal berkisar antara 3.000 –
14900 /mm3. Jika nilai kurang dari 3000 atau lebih dari 14900,
maka pemberian skor berkisar antara 1 – 4 poin.

12) Tingkat kesadaran berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale


(GCS)

Nilai GCS merupakan salah satu penilaian tingkat kesadaran


berdasarkan pada fungsi mata (skor 1 - 4), motorik (skor 1 – 6),
dan verbal (skor 1 – 5). Total nilai GCS normal adalah 15 poin.
Pemberian skor terhadap nilai GCS pada APACHE II ditentukan
berdasarkan selisih antara nilai GCS normal dengan nilai GCS
aktual yang ditemukan pada pasien. Penilaian GCS pada pasien
yang dilakukan sedasi ditentukan berdasarkan nilai GCS pada
saat sebelum dilakukan sedasI

b. Variabel Usia

Pada skor APACHE II, usia merupakan variabel yang menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan beratnya penyakit pada pasien
kritis.
Pemberian skor terhadap usia pasien pada APACHE II berkisar antara
0 – 6, dimana skor 0 diberikan jika usia pasien ≤ 44 tahun

c. Variabel Penyakit Kronik Penyerta (Komorbid)

Riwayat penyakit kronik pada APACHE II meliputi riwayat adanya


insufisuensi sistem organ kronik dan gangguan sistem imunitas atau
pasien yang sedang mendapatkan terapi immunusupresi jangka
panjang. Pemberian skor ditentukan berdasarkan adanya riwayat
penyakit kornik dan jenis kasusnya saat ini. Jika pasien tidak
memiliki riwayat penyakit kronik, maka diberikan skor 0. Jika pasien
memiliki riwayat penyakit kronik, maka skor 2 diberikan kalau pasien
termasuk ke dalam kasus bedah elektif, skor 5 kalau pasien termasuk
ke dalam kasus bedah emergensi dan atau non bedah

SOAL 2 . APA MAKNA DARI A, B, C, D, E PADA PENGKAJIAN


KEPERAWATAN KRITIS DAN TOLONG JELASKAN

1). (Airway)
Apabila pasien memberi respon dengan suara normal maka jala napas itu
normal (paten). Tanda-tanda adanya obstruksi jalan napas atau jalan napas
yang terganggu adalah sebagai berikut :

 Adanya suara bising (seperti stridor)


 Sesak napas (kesulitan bernapas)
 Resirasi paradox
 Penurunan  tingkat kesadaran
 Adanya suara mendengkur

Penanganan masalah Airway adalah :

 Head tilt and chin lift


 Pemberian oksigen
 Suction

2). B (Breathing)

Apakah ada sesak nafas ?  pada komponen ini penilaian bisa dilakukan
dengan penilaian frekuensi respirasi, apakah normal ? Apakah lambat ?
apalah terlalu cepat ? Apakah tidak ada ? Apakah ada sianosis ? Berikut
adalah  penilaian yang perlu dilakukan dalam tahap penilaian pernapasan :

1. Frekuensi
2. Adanya retraksi  dinding dada
3. Perkusi dada
4. Auskultasi paru
5. Oksimetri (97%-100%)

Penanganan dalam maasalah pernapasan “

1. Berikan posisi yang nyaman


2. Menyelamatkan jalan napas
3. Pemberian bantuan napas/oksigen
4. Pemberian inhalasi
5. Pemberian Ventilasi Bag-Mask
6. Dekompresi ketegangan apabila ada pneumothorax

3). C (Circulation)

Pada penilaian sikulasi ini menitikberatkan pada penilaian tentang sirkulasi


darah yang dapat dilihat dengan penilaian sebagai berikut :

1. Warna kulit
2. Bekeringat
3. CRV (Capillary Refill time)<2 detik
4. Palpasi denyut nadi (60-100) menit
5. Auskultasi jantung (sistolik 100-140 mmHg)
6. Penilaian EKG

Penanganan masalah sirkulasi adalah sebagai berikut :

1. Menghentikan pendarahan (apabila ada)


2. Mengangkat kaki lebih tinggi dari kepala
3. Akses intravena
4. Pemberian infus saline

4). D (Dissability and Drug )

Disability menilai tentang tingkat kesadaran, dapat dengan cepat dinilai


menggunakan metode AVPU :

1. A (alert) – Kewaspadaan
2. V (voice responsive) – Respon Suara
3. P (pain responsive) – Respon Rasa Nyeri
4. U (unresponsive) – Tidak Responsif
5. Reflex pupil terhadap cahaya
6. Kadar gula darah
7. Gerakan (movement)

Penanganan masalah disability adalah sebagai berikut :

1. Tangani jalan napas


2. Manajemen pernapasan
3. Manajemen sirkulasi
4. Pemulihan posisi
5. Manajemen glukosa untuk hipoglikemia

Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan

untuk mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support.


Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi
situasi gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat.

Obat-obat emergency atau obat-obat yang dipakai pada gawat darurat adalah

atrofin, efedrinn, ranitidin, ketorolak, metoklorpamid, amonofilin, asam


traneksamat, adrenalin, kalmethason, furosemid, lidokain, gentamisin,
oxitosin, methergin, serta adrenalin.

5). E (Equipmen)

Bagi perawat keperawatan kritis harus mampu dalam menggunakan alat2


keperawatan kritis seperti

1. Menggunakan Ventilator :
a. Mempersiapkan Ventilator
b. Set Ventilator
c. Merawat mesin Ventilator
d. Melakukan T-Piece
e. Memberikan obat Inhalasi
f. Mengambil sampel darah arteri unk. AGD

2. Penaganan Gangguan Sistem Cardiovaskuler


a. Melakukan rekaman EKG
b. Memasang Monitoring E K G , Saturasi Oksigen, Tekanan Darah
c. R J P
d. Mengkaji pasien Decompensasi Cordis
e. Mengkaji pasien MCI
g. Merawat pasien dengan menggunakan CVP
f. Melakukan DC Shock
g. Memberi antikuagulan
h. Melakukan evaluasi post streptase
i. Memberikan Pendidikan Kesehatan dalam pemberian Streptase

3. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan


a. Memasang NGT
b. Melakukan Nutrisi parenteral

Anda mungkin juga menyukai