PEMBELAJARAN
PENGAJARAN,
dan ASESMEN
Kerangka Landasan Untuk
PEMBELAJARAN,
PENGAJARAN,
dan ASESMEN
Editor:
Lorin W. Anderson
David R. Krathwohl
Kontributor:
Peter W. Airasian, Kathleen A. Cruikshank
Richard E. Mayer, Paul R. Pintrich,
James Raths, Merlin C. Wittrock PUSTAKAPELAJAR
K era n g ka L a n d a sa n U n tu k
Diterjemahkan dari:
All right reserved. No part of this book may be reproduced or transmitted in any
form or by any means, electronic or mechanical, including photocopying, recording,
or by any information storage retrieval system, without permission from Pearson
Education, Inc.
Penerjemah:
Agung Prihantoro
Pemeriksa Aksara:
Rh. Widada, Ratih
Desain Cover:
Elaitamy el-Jaid
Penata Aksara:
Bima Bayu Atijah
Cetakan I, 2015
Penerbit
PUSTAKA PEL AJAR
Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167
Telp. (0274) 381542, Fax. (0274) 383083
E-mail: pustakapelajar@yahoo.com
Website: pustakapelajar.co.id
ISBN: 978-602-8764-97-1
Buku in i kam i persem bahkan kepada para guru
yang senantiasa berupaya m eningkatkan
kuaiitas p ro ses pem betajaran dan m enum buhkem bangkan
sisw a-sisw a m ereka.
Sem oga buku in i berm anfaat bagi m ereka.
Prakata
Prakata Vll
pengukuran (measurement), kurikulum, dan pendidikan guru. Penga-
ruh Handbook yang luas pada tataran nasional dan internasional
pernah diteliti oleh National Society for the Study of Education Year
book (Anderson dan Sosniak, 1994). Dan, buku yang sedang Anda
pegang ini merupakan revisi atas Handbook itu.
Prakata IX
Misalnya, pada Bab 1 dan 2, kami membahas hubungan antara
standar dan tujuan pendidikan. Seluruh Bagian III memaparkan
penerapan kerangka ini dalam proses pengajaran di kelas. Bab 8-13
berisikan sketsa-sketsa pem belajaran bikinan guru-guru yang men-
deskripsikan unit-unit pelajaran yang telah mereka buat dan ajarkan,
dan kami melengkapinya dengan penjelasan mengenai bagaimana
kerangka ini dapat memudahkan para guru memahami dan kemudian
m em perbaiki unit-unit pelajaran tersebut. Bab 14 m engupas ke-
lebihan dan kekurangan sketsa-sketsa itu untuk kepentingan praktik
pengajaran. Selanjutnya, kami berharap banyak guru membaca buku
ini dan memperoleh manfaat darinya.
Para guru m em ang sangat sibuk m engajar sehingga mereka
kerap mendapatkan informasi tentang Handbook dari tangan kedua.
M engenai hal ini, Bloom m engatakan bahwa Handbook termasuk
"salah satu buku pendidikan di Amerika yang amat sering dikutip
tetapi jarang dibaca" (Anderson dan Sosniak, 1994: 9). Oleh karena
itu, kami menyasar beberapa kelompok — di antara pembaca buku
ini— yang berinteraksi dengan, dan berpengaruh pada, guru-guru
dan calon-calon guru. Agar dapat memenuhi kebutuhan kelompok-
kelompok ini secara lebih efisien, kami menerbitkan buku ini dalam
dua edisi: ringkas dan lengkap. Edisi ringkqsnya [yang sedang Anda
baca ini] berisikan 14 bab yang, menurut pendapat kami, paling me-
narik m inat guru, paling penting, paling bermanfaat, dan paling
praktis bagi guru.
Edisi lengkapnya mencakup 14 bab tersebut ditambah dengan
3 bab lagi dan satu Lampiran imbuhan. Salah satu di antara 3 bab
itu mendedahkan kerangka-kerangka alternatif untuk mengategori-
sasikan tujuan-tujuan pendidikan; bab lainnya merupakan ikhtisar
dari studi-studi empiris perihal struktur taksonomi Bloom (yang
asli); dan bab lainnya lagi membahas masalah-masalah pembelajaran
yang belum terselesaikan (rangkumannya menjadi bagian terakhir
dari Bab 14 edisi ringkas). Kami berpandangan bahwa edisi lengkap
nya lebih m enarik bagi orang-orang yang sudah sangat familier
dengan Handbook, juga bagi para guru besar, peneliti pendidikan,
Prakata xi
tercapai. Bagi para wartawan, buku ini membekali mereka untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa makna yang se-
benarnya dari skor-skor tes.
Sasaran pembaca terakhir kami adalah para penulis dan penerbit
buku-buku teks yang dipakai untuk mengajar oleh guru-guru SD,
SMP, dan SMA. Para penulis dan penerbit ini mempunyai potensi
paling besar untuk mem engaruhi guru dan siswa jika para pegiat
buku tersebut — sebagaimana banyak penulis dan penerbit telah me-
lakukannya pada masa silam— mereka menggunakan kerangka kami
irii dalam buku-buku teks anggitan mereka dan m enunjukkanbagai-
mana buku ini dapat membantu guru m enganalisis tujuan, peng-
ajaran, dan asesmennya dan mengintegrasikan ketiganya.
mudahan kelak akan dirampungkan oleh para ahli yang bakal me-
revisi buku kami ini. Baik edisi ringkas maupun edisi lengkap buku
ini menyertakan dua lampiran: lampiran pertama merupakan ring-
kasan dari perubahan-perubahan yang kami lakukan terhadap
taksonomi aslinya, dan lampiran kedua berupa isi taksonomi Bloom.
Lampiran ketiga, yang hanya terdapat pada edisi lengkapnya, mem-
beberkan data-data yang mendasari m eta-analisis pada Bab 16.
Prakata xm
Lorin W. Anderson, Universitas South Carolina — penulis utama,
Bab 1, 6, dan 14; penulis penyumbang, Bab 3 dan 7; pengulas
sketsa, Bab 8, 9 ,1 0 ,1 1 , dan 12.
2Dr. Smith meneliti pengajaran satuan pelajaran ini sebagai bagian dari
proyek National Science Foundation. Dia adalah seorang guru yang ber-
pengalaman dan mengajarkan satuan pelajaran ini.
Prakata xv
Wilmington, DE; Melody Shank dari Indiana Essential Schools Net
work; Wayne H. Slater dari Universitas Maryland; Michael Smith
dari American Geographic Institute, Alexandria, VA; Susan Stodolsky
dari U niversitas C hicago; dan Anitia W oolfolk dari Universitas
Negeri Ohio.
Kami pun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Virginia (Ginny) Blanford, m antan acquisitions editor
bidang pendidikan di Addison Wesley Longman, atas dorongannya
yang kuat bagi proyek ini sedari awal hingga akhir. Beliaulah yang
m elantari kami untuk m endapatkan dana dari Longm an guna
m engadakan pertemuan pertama para editor dan penulis buku ini.
Pertemuan-pertemuan berikutnya dan semua pengeluaran selama
itu dibiayai dengan uang royalti edisi pertama pustaka ini.
Revisi niscaya diperlukan terhadap semua buku, tak terkecuali
Handbook dan juga karya kami ini. Kami tetap m em pertahankan
gagasan-gagasan dalam edisi pertamanya tanpa berhenti mengkritisi
mereka — sebuah pekerjaan yang "m enjengkelkan"— dan bahkan
mem pertahankan sejumlah ungkapan awalnya. Sebagai satu tim,
kami selalu menyadari utang budi kami kepada para penulis yang
karyanya (Handbook ) mendasari upaya revisi ini, dan kami meng-
ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena mereka telah
menulis buku babon itu.
Akhirnya, sebagai editor, kami sangat berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah bekerja sama dalam mengusung proyek ini.
Sungguh menggembirakan bekerja bareng mereka. Kami telah me-
lakukan banyak diskusi yang bersem angat dan berkali-kali meng-
ubah naskah buku ini tanpa bisa mengontrol arahnya. Akan tetapi,
selama itu kami selalu menanti-nantikan pertemuan setengah tahun- •
an dan m enyambut baik masukan-masukan timbal balik dan keber-
samaan kami. Salah seorang editornya (David R. Krathwohl) secara
khusus m enyam paikan terim a kasih kepada semua pihak yang
m enyelenggarakan seluruh pertemuan di Syracuse ketika kondisi
keluarga Krathwohl sedang repot dan membuatnya tak bisa bepergi-
an.
Lorin W. Anderson
David R. Krathwohl
Prakata XVII
Pengantar
REVISI HANDBOOK
Ide untuk merevisi taksonomi pendidikan Bloom dan seluruh
Handbook muncul kali pertama dalam serangkaian diskusi dengan
Pengantar x ix
David Krathwohl, salah seorang penulis Handbook, dan dengan Dr.
Virginia Blanford, editor senior bidang pendidikan di penerbit
Addison Wesley Longman, Inc. Setelah penerbit Longman meme-
gang hak cipta Handbook, Dr. Blanford menyadari perlunya untuk
merevisi Handbook, menerbitkan dan memasarkan edisi revisinya.
Lantas, beberapa orang mengadakan pertemuan untuk membicara-
kan revisi tersebut dan membuat beberapa rencana. Namun, rencana-
rencana itu tak kunjung menuai hasil yang berarti sampai buku
Bloom's Taxonomy: A Forty-Year Retrospective (Anderson dan Sosniak)
terbit pada 1994. Baru setelah buku tersebut terbit, David Krathwohl
dan L o rin A n d e rso n m e re n ca n a k a n p e rte m u a n aw al yan g
m elibatkan orang-orang baru untuk m em bahas keinginan dan
kem ungkinan mereka guna m erevisi taksonom i pendidikan dan
Handbook.
Rencana itu terus bergulir, dan mereka mulai memikirkan siapa
saja yang akan dilibatkan dalam proyek ini. Akhimya, mereka sepakat
untuk mengundang wakil-wakil dari tiga kalangan: ahli psikologi
kognitif, ahli teori kurikulum dan peneliti pembelajaran, dan ahli
tes dan asesmen. Pertemuan perdana dilaksanakan pada Novem
ber 1995 di Syracuse, New York, dan dihadiri oleh tim yang berisikan
delapan orang, yaitu:
1. Ahli psikologi kognitif: Richard Mayer, Paul Pintrich, dan Will
iam Rohwer. Merlin Wittrock diundang, tetapi tidak bisa datang.
2. Ahli teori kurikulum dan peneliti pembelajaran: Lorin Ander
son dan K ath leen C ru ik sh an k . Jean C lan d in in , M ich ael
Connelly, dan James Raths diundang, tetapi tidak dapat hadir.
Clandinin dan Connelly kemudian m engundurkan diri dari
proyek ini.
3. Ahli tes dan asesmen: Peter Airasian, Linda Crocker, dan David
Krathw ohl.
Pengantar xxi
Daftar Isi
Persembahan — v
Prakata — vii
Pengantar — xviii
Daftar Isi — xxii
Bab. Pendahuluan — 3
Kebutuhan akan Taksonomi Pendidikan — 4
M eningkatkan dan M emanfaatkan Pemahaman Kita — 7
♦ Tabel Taksonomi, Tujuan, dan Alokasi Waktu
Pembelajaran — 8 v
♦ Tabel Taksonomi dan Pembelajaran — 10
♦ Tabel Taksonomi dan Asesmen — 12
♦ Kesesuaian antara Tujuan, Pembelajaran, dan Asesmen — 14
Guru: Pembuat Kurikulum vs. Pelaksana Kurikulum — 15
Pengantar x x iii
2. Pengetahuan Tentang Detail-detail dan Elemen-elemen
yang Spesifik — 69
B. Pengetahuan Konseptual — 71
1. Pengetahuan tentang Klasifikasi dan Kategori — 72
2. Pengetahuan tentang Prinsip dan Generalisasi — 74
3. Pengetahuan Tentang Teori, Model, dan Struktur — 76
C . Pengetahuan Prosedural — 77
1. Pengetahuan Tentang Keterampilan dalam Bidang
Tertentu dan Algoritme — 78
2. Pengetahuan Tentang Teknik dan Metode dalam Bidang
Tertentu — 79
3. Pengetahuan Tentang Kriteria untuk Menentukan Kapan
Harus Menggunakan Prosedur yang Tepat — 80
D. Pengetahuan M etakognitif — 82
1. Pengetahuan Strategis — 83
2. Pengetahuan Tentang Tugas-tugas Kognitif, yang Meliputi
Pengetahuan Kontekstual dan Kondisional — 85
3. Pengetahuan-diri — 88
Mengases Tujuan Pendidikan yang Mencakup Pengetahuan
M etakognitif — 90
Kesimpulan — 92
Pengantar xxv
♦ Pertanyaan tentang Pembelajaran — 147
♦ Pertanyaan tentang Instruksi — 148
♦ Pertanyaan tentang Asesmen — 152
♦ Pertanyaan tentang Kesesuaian antara Rumusan Tujuan,
Aktivitas Pembelajaran, dan Asesmennya — 156
Masalah-masalah dalam Pengklasifikasian Tujuan
Pembelajaran — 158
♦ M asalah Tingkat Spesifikasi — 158
♦ Masalah Pembelajaran Sebelumnya — 159
♦ M em bedakan Tujuan dari Aktivitas — 160
♦ Tips untuk M engklasifikasikan Tujuan Pembelajaran — 161
♦ M enelaah Kata Kerja dan Kata Bendanya — 162
♦ Menghubungkan Jenis Pengetahuan dengan Proses
Kognitif — 162
♦ M emastikan bahwa Kata Benda atau Frasa Benda Anda
Tepat — 163
♦ M emanfaatkan Banyak Sumber Informasi — 165
Pengantar xxvu
Bagian 4: Komentar Penutup — 274
♦ Pertanyaan tentang Pembelajaran — 274
♦ Pertanyaan tentang Instruksi — 277
♦ Pertanyaan tentang Asesmen — 277
♦ Pertanyaan tentang Kesesuaiannya — 278
Bagian 5: Pertanyaan-pertanyaan Penutup — 278
Lampiran — 393
Pengantar x x ix
Lampiran B. Ringkasan Taksonomi Bloom: Ranah
Kognitif — 406
Pengetahuan — 406
Kemampuan dan Keterampilan Intelektual — 411
Taksonomi Pendidikan:
Tujuan Pendidikan
dan Proses Pembelajaran
BAB 1
Pendahuluan
Bab I : Pendahuluan 3
sulit diukur. Tujuan-tujuan ini bisa disebut dengan istilah-istilah lain.
Dahulu, tujuan-tujuan ini disebut aim, purpose, goal, dan guiding out
come (Bobbitt, 1918; Rugg, 1926a dan b). Sekarang, tujuan-tujuan
tersebut dianggap sebagai standar isi atau standar kurikulum
(Kendall dan M arzano, 1996; G latthorn, 1998) [atau kom petensi
peserta d id ikj. Apa pun yang diniaksud dengan tujuan dan apa pun
namanya, tujuan-tujuan ini hadir dalam semua aktivitas pengajaran.
Singkatnya, ketika mengajar, kita ingin siswa-siswi kita belajar. Apa
saja yang kita ingin mereka pelajari sebagai hasil pengajaran kita
. itulah yang dimaksud dengan tujuan.1
’Dalam buku ini, kita menggunakan istilah tujuan (objective) untuk me-
nyebut hasil belajar siswa yang telah direncanakan dengan sengaja. Maka,
tujuan, standar kurikulum, dan target belajar —semua ini mengacu pada
proses belajar siswa yang telah direncanakan dengan sengaja.
Bab I : Pendahuluan 5
termasuk mamalia, kita tahu bahwa hyrax dan jerapah memiliki se-
jum lah ciri yang sama karena keduanya berada dalam kategori yang
sama pada kerangka pikir itu.
Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus. Dalam sebuah
taksonomi, kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Konti-
num ini (misalnya, frekuensi gelombang warna, struktur atom yang
mendasari pembuatan tabel unsur) merupakan salah satu prinsip
klasifikasi pokok dalam taksonomi tersebut. Dalam taksonomi pen-
didikan, kami m engklasifikasikan tujuan-tujuan. Sebuah rumusan
tujuan berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerjanya
umumnva mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan. Kata
bendanva jam ak mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan
dikuasai atau dikonstruk oleh sisw a. Perhatikan contoh tujuan
berikut ini: "Sisw a belajar membedakan (proses kognitif) sistem-
sistem pem erintahan konfederasi, federasi, dan kesatuan (penge
tahuan)."
Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan
taksonomi revisi ini memiliki dua dimensi. Sebagaimana telah di-
sebutkan dalam paragraf sebelumnya, dua dimensi itu adalah proses
kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara keduanya kami sebut
. Tabel Taksonomi. Dimensi proses kognitif (yakni, kolom-kolom pada
tabel itu) berisikan enam kategori: Mengingat, Memnhami, Mengapli-
kasikan, Mengatmlisis, Mcngevaluasi, dan Mencipta. Kontinum yang
. mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat
kognisi yang kompleks. Memalmmi dianggap m erupakan tingkat
kognisi yang lebih kompleks ketimbang Mcngingat; Mengaplikasikan
diyakini lebih kompleks secara kognitif daripada Mcmnhmui, dan
seterusnya.
Dimensi pengetahuan (yakni, baris-baris pada tabel itu) berisi
kan empat kategori: Faktual, Konseptual, Proscdural, dan Metakognitif.
Kategori-kategori ini dianggap m erupakan kontinum dari yang
konkret (Faktual ) sam pai yang abstrak (M etakognitif ). Kategori-
kategori Konseptual dan Proscdural mempunyai tingkat keabstrakan
yang berurutan, misalnya pengetahuan prosedural lebih konkret
ketimbang pengetahuan konseptual yang paling abstrak.
Bab I : Pendahuluan 7
2. Bagaim anakah rencana dan pelaksanaan pem belajaran yang
dapat menghasilkan level-level belajar yang tinggi bagi banyak
siswa? (pertanyaan tentang pembelajaran [instruction]).
3. Bagaimanakah guru memilih atau merancang instrumen-instru-
men dan prosedur-prosedur asesmen yang menghasilkan infor-
m asi akurat tentang seberapa bagus hasil belajar siswa? (per
tanyaan tentang asesmen).
4. Bagaimanakah guru yakin bahwa tujuan, aktivitas pem belajar
an, dan asesmennya saling bersesuaian? (pertanyaan tentang
kesesuaian semua kom ponennya).
Bab 1 : Pendahuluan 9
Tabel Taksonomi dan Pembelajaran
Setelah tujuan pem belajaran ditulis di kotak dalam Tabel
Taksonomi, guru dapat secara sistematis membantu siswa mencapai
tujuan tersebut. Selanjutnya, guru berurusan dengan pertanyaan
kedua perihal kurikulum. Guru, misalnya, mempunyai dua tujuan
pem belajaran; yaitu:
1. Sisw a belajar m em bedakan sistem pem erintah konfederasi,
federasi, dan kesatuan.
2. Sisw a belajar m em bedakan bilangan rasional dan bilangan
■ irasional.
Bab I : Pendahuluan 11
• m emberi kesem patan siswa untuk m em praktikkan strategi-stra-
tegi dan teknik-teknik tersebut (Pressley dan Van Meter, 1995).
Ada dua poin yang perlu dicatat di sini. Pertmna, jenis-jenis tuju-
an pembelajaran yang berbeda membutuhkan pendekatan-pendekat-
an pembelajaran yang berbeda pula, vakni aktixitas belajar yang ber
beda, materi pelajaran yang berbeda, dan peran-peran guru dan siswa
yang berbeda juga. Kedua, jenis-jenis tujuan yang sama — terlepas
dari perbedaan pokok bahasan atau mata pelajarannya— memerlu-
kan pendekatan pembelajaran vang sama (Joyce dan Weil, 1996).
Berdasarkan jenis-jenis tujuan pembelajarannya, Romizowski (1981),
misalnva, menginxentarisasi beragam ciri pembelajaran yang meng-
arah pada pencapaian tujuan-tujuannx a . Klasifikasi tujuan pem
belajaran dalam kerangka taksonomi pendidikan ini membantu guru
merencanakan secara sistematis cara x ang efektif untuk memtasili-
tasi sis\xTa mempelajari tujuan pembelajarannya.
Bab 1: Pendahuluan 13
merancang asesmen bagi banyak tujuan pembelajaran yang dikate-
gorikan: menganalisis pengetahuan konseptual.
Contoh tujuan ketiga adalah m em pelajari judul-judul karya
besar dari para novelis Amerika Serikat dan Inggris. Di sini, semua
karya dan novelis yang disebut atau ditanyakan dalam instrumen
asesmen terdapat dalam buku teks atau telah didiskusikan di kelas.
Penekannva pada mengingat, bukan memahami. Format asesmen
yang sering dipakai untuk tujuan semacam ini umumnya sama.
Judul-judul novel ditulis di, katakanlah, kolom A, dan nama-nama
novelis Amerika Serikat dan Inggris ditulis di kolom B. Siswa diminta
mencocokkan nama novelis di kolom B dengan novel karangannya
di kolom A- Perhatikan bahvva format ini dapat dipakai untuk meng-
ases banyak tujuan yang dikelompokkan dalam kategori mengingat
pengetahuan faktual.
Bab I : Pendahuluan 15
yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pendahulu mereka seabad silam
(Manzo, 1999: 21).
Sampai di sini, jelaslah bahwa kami berharap karya kami ini
digunakan oleh "guru sebagai pelaksana kurikulum "; yakni, guru
diberi seperangkat tujuan pembelajaran (misalnya, dalam buku-buku
teks atau standar nasional pendidikan) dan diharapkan untuk me-
lakukan pembelajaran yang memungkinkan banyak siswa mencapai
standar-standar tersebut. Tabel Taksonomi akan membantu guru
melakukannva dengan alasan yang kuat.
Akan tetapi, pada saat vang sama, kami sadar, sebagian ahli
kurikulum, dosen lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK),
dan guru itu sendiri percava bahwa guru harus m enjadi "pem buat
kurikulum " (lihat, misalnya, Clandinin dan Connelly, 1992). Apakah
taksonomi kami ini juga berm anfaat bagi guru sebagai pembuat
kurikulum? Kami yakin taksonomi ini pun akan berm anfaat bagi
guru-guru tersebut. Namun, bagi mereka, taksonomi ini lebih ber-
fungsi sebagai m otivator untuk mencari solusi daripada sebagai
panduan. Sebagai contoh, taksonom i ini m enaw arkan jenis-jenis
tujuan pem belajaran kognitif untuk dikaji oleh para guru. Agar
taksonomi ini lebih bermanfaat, kami menvarankan kepada mereka
untuk menganalisis sketsa pembelajaran-vinyetnya dalam rangka
menvusun kurikulum. Sketsa-sketsa ini disttsun oleh guru-guru yang
berperan sebagai pembuat kurikulum. Sebagian guru mempunyai
kebebasan yang luas untuk m erancang satuan-satuan pelajaran.
Sebagian lain dibatasi oleh peraturan perundang-undangan, standar
nasional pendidikan, petunjuk teknis, buku teks, dan sebagainya.
Apa pun tingkat kebebasan mereka, taksonomi kami ini membantu
m ereka lebih m em aham i p rak tik p em b elajaran m ereka, dan
membantu mereka mengetahui apa saja yang perlu ditingkatkan.
Kami berharap, baik kurikulumnya diberikan kepada guru atau
dirancang oleh mereka, revisi taksonomi ini akan membantu guru
memahami kurikulum, membuat rencana pembelajaran, dan me
rancang asesmen yang sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran
dalam kurikulum, serta pada akhirnya meningkatkan kualitas pem
belajaran mereka. Lebih jauh lagi, taksonomi ini menawarkan cara
Bab I : Pendahuluan 17
BAB 2
Struktur, Spesifikasi,
dan Problematika Tujuan
<
STRUKTUR TUJUAN
Model tujuan dalam bidang pendidikan yang paling banyak
dipakai didasarkan pada model Ralph Tyler (1949). Tyler berpen-
dapat bahw a "ru m u san tujuan yang paling berm anfaat adalah
rumusan yang m enunjukkan jenis perilaku yang akan diajarkan
kepada siswa dan isi pembelajaran ... yang membuat siswa menunjuk-
SPESIFIKASI TUJUAN
Pancaragam tujuan dalam bidang pendidikan dapat digambar-
kan sebagai sebuah kontinum yang merentang dari tujuan yang
sangat umum ke tujuan yang sangat spesifik. Krathwohl dan Payne
(1971) menvebut tiga tingkat spesifikasi, yakni tujuan global, tujuan
Tujuan Global
Tujuan global merupakan hasil belajar yang kompleks dan multi-
faset dan, untuk mencapainya, dibutuhkan pem belajaran yang lebih
"seriu s" dan alokasi waktu )^ang lebih panjang. Rum usan tujuan
global ini luas dan m eliputi banyak tujuan yang lebih spesifik.
Contohnya adalah sebagai berikut:
• Semua siswa bersekolah jika mereka sudah siap untuk belajar.
• Semua siswa naik dari kelas IV, VIII, dan XII jika mereka telah
menunjukkan kompetensi untuk menguasai m ateri pelajaran.
• Semua siswa belajar ufftuk menggunakan pikiran mereka dengan
baik, sehingga mereka siap menjadi warga negara yang bertang-
gung jawab, terus belajar dan produktif bekerja untuk meningkat-
kan perekonomian negara.
Tiga tujuan global tersebut diambil dari Goals 2000, yang ber-
isikan tujuan-tujuan pendidikan di Amerika Serikat yang harus di-
capai pada 2000 (Departemen Pendidikan Amerika Serikat, 1994).
Tujuan global berfungsi sebagai visi masa depan dan seruan
yang tegas kepada para pembuat kebijakan, pembuat kurikulum,
guru, dan m asyarakat luas. Tujuan global ini secara sangat luas
m engindikasikan apa yang dianggap penting dalam pendidikan
yang baik. Maka, tujuan global adalah "sesuatu yang sekarangbelum
tercapai; sesuatu yang hendak dicapai, dituju, atau diwujudkan.
Tujuan (objective, goal, aim, purpose) yang dirumuskan dengan jelas
akan menggugah imaiinasi dan memberi manusia sesuatu vang ingin
mereka raih" (Kappel, 1960: 38).
Tujuan Instruksional
Setelah Handbook terbit, jagat pendidikan memperlihatkan ke-
cenderungan-kecenderungan baru yang menuntut perumusan tujuan
pendidikan secara lebih spesifik (Airasian, 1994; Sosniak, 1994).
Tujuan instruksional berfungsi untuk memfokuskan pembelajaran
dan ujian pada materi pelajaran yang sangat spesifik dan sempit
T in g k a t T u ju a n
G lo b a l P e n d id ik a n In s tr u k s io n a l
C akupan Luas S ed a ng S e m p it
C o n to h M a n fa a t M e re n c a n a k a n k u ri- M e re n c a n a k a n u n it- M e re n c a n a k a n a k
k u lu m ta h u n a n (m isa l unit p e la jara n tiv ita s , p e n g a la m a n
nya, m e m b a ca tin g ka t d an latih an harian
d a s a r)
PROBLEMATIKA TUJUAN
Kendati telah digunakan banyak pihak di mana-mana, tujuan
dalam bidang pendidikan m emiliki keterbatasan dan konsekuensi
tertentu (Furst, 1981; DeLandsheere, 1977; Dunne, 1988). Pada bagian
ini, kita akan m em bicarakan sebagian m asalah yang berkaitan
dengan spesifikasi tujuan, hubungan tujuan dengan pengajaran, dan
Struktur
Taksonomi Pendidikan Baru
BAB 3
Tabel Taksonomi
Pendidikan
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
Penge- 4. 5. 6.
1. 2. 3.
ta h u a n M engeva- M e n c ip ta
M e n g in g a t M em aham i M engapli- M engana-
k a s ik a n lis is lu a s i
A.
Penge-
ta h u a n
F aktual
B.
Penge-
ta h u a n
Konsep-
tual
C.
Penge-
ta h u a n
Prose-
dural
D.
P e n g e ta -
huan M e-
ta k o g n itif
B. P E N G E T A H U A N K O N S E P T U A L — H u b u n g a n -h u b u n g a n a n ta re le m e n d a la m se b u a h
s tru k tu r b e s a r yan g m e m u n g k in ka n e le m e n -e le m e n n y a b e rfu n g si s e ca ra b e rs a m a -
sam a.
1. P e n g e ta h u a n te n ta n g k la s ifik a s i d an P e rio d e w a k tu g e o lo g is , b e n tu k k e -
kate go ri p e m ilika n u sa h a b isn is
2. P e n g e ta h u a n te n ta n g p rin sip d an g e- R u m u s P yth a g o ra s, h u ku m p e n a w a ra n
n era lisasi d an p e rm in ta a n
3. P en g e ta h u a n te n ta n g teori, m odel dan Teori e vo lu si, s tru k tu r M a jelis
s tru k tu r P e rm u sy a w a ra ta n R a kya t (M P R )
C. P E N G E T A H U A N P R O S E D U R A L — B a g a im a n a m e la ku ka n s e su a tu , m e m p ra ktikka n
m e to d e -m e to d e p e n e litia n , d an k rite ria -krite ria u n tu k m e n g g u n a k a n ke te ra m p ila n ,
a lg o ritm e, te k n ik d an m e tode.
P e n g e ta h u a n te n ta n g m a ca m -m a c a m tes
ya n g d ib u a t g uru , p e n g e ta h u a n te n ta n g
tu n tu ta n b e ra g a m tu g a s k o g n itif
P e n g e ta h u a n b a h w a d iri (s e n d iri) k u a t
dalam ‘m engkritisi esai, tetapi lem ah dalam
hal m enulis esai; kesadaran tentang tingkat
pengetahuan yang dim iliki oleh diri (sendiri).
4. M E N G A N A L IS IS — M e m e c a h -m e c a h m a te ri ja d i b a g ia n -b a g ia n p e n yu s u n n y a dan
m enentuka n h ub u n g a n -h u b u n g a n a ntarbagian itu dan h ub un ga n antara bagian-bagian
te rse b u t d an k e s e lu ru h a n s tru k tu r atau tuju an
4.1. M e m be da ka n (M e m b e d a k a n a n ta ra b ila n g a n y a n g re le v a n d an
b ila n ga n yan g tid a k re le va n d ala m soa l m a te m a tika
cerita)
5. M E N G E V A L U A S I — M e n g a m b il ke p u tu sa n b e rd a sa rk a n kriteria d a n /a ta u standar.
6.1. M e ru m uska n (M e ru m u s k a n h ip o te s is te n ta n g s e b a b -s e b a b te r-
ja d in y a sua tu fe n o m e n a )
BANYAK DEFINISI
Agar bermanfaat, definisi jenis-jenis dan sub-subjenis penge-
tahuan, kategori-kategori proses, dan proses-proses kognitif mesti
benar-benar dipaham i dengan jelas. Oleh karena banyak definisi
cenderung membuat orang makin paham, kami menyajikan empat
bentuk definisi pada bab-bab berikutnya: deskripsi verbal, contoh
tujuan pendidikan, contoh pertanyaan asesmen, dan contoh aktivitas
pembelajaran.
IKHTISAR
Setelah membahas klasifikasi tujuan dalam Tabel Taksonomi,
sekarang kita akan mengupas dimensi pengetahuan dan dimensi
proses kognitif secara lebih terperinci. Empat jenis pengetahuan dan
sub-subjenisnya dipaparkan di Bab 4. Enam kategori proses kognitif
utama dan 19 proses kogijitif yang memperjelas enam kategori itu
diuraikan pada Bab 5. ■
Dimensi Pengetahuan
JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Bagaimana cara mengelompokkan pengetahuan dan bagaimana
cara individu-individu memperoleh dan menguasai pengetahuan
m erupakan persoalan klasik dan abadi dalam filsafat dan psikologi.
Pembahasan perihal semua aliran filsafat dan semua teori dan model
psikologi pengetahuan berada di luar cakupan bab ini. Kami hanya
akan m em bicarakan pandangan-pandangan terkini dalam sains
kognitif dan psikologi kognitif tentang pemerolehan pengetahuan.
Kam i tidak m engikuti pandangan behavioris yang m enyatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan mengakumulasikan asosiasi-
asosiasi antara stim ulus dan respons (meskipun benar demikian
untuk sebagian pengetahuan) atau dengan menambah jumlah infor-
masi (ciri khas empirisme — lihat Case, 1998; Keil, 1998). Kami ber-
pandangan bahwa pengetahuan diorganisasi dan distrukturkan oleh
siswa secara rasional-konstruktif. Kami m engikuti hasil riset-riset
terbaru tentang psikologi kognitif dan psikologi perkem bangan
(misalnya, Case, 1998) dan, karenanya, menolak pendapat yang me-
A. PENGETAHUAN FAKTUAL
Pengetahuan Faktual meliputi elemen-elemen dasar yang diguna-
kan oleh para pakar dalam m enjelaskan, m em aham i, dan secara
sistematis menata disiplin ilmu mereka. Elemen-elemen ini biasanya
digunakan oleh orang-orang yang bergulat dalam suatu disiplin ilmu,
dan tidak atau hanya sedikit berubah ketika digunakan dalam bidang
lain. Pengetahuan. Faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus
diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL
Pengetahuan Konseptual mencakup pengetahuan tentang kate-
gori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau
klasifikasi — pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Penge
tahuan Konseptual m eliputi skema, m odel mental, atau teori yang
im plisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif.
Skema, model dan teori ini merepresentasikan pengetahuan manusia
tentang bagaim ana suatu m ateri kajian ditata dan distrukturkan,
bagaimana bagian-bagian atau bit-bit informasi saling berkaitan secara
sistematis, dan bagaim ana bagian-bagian ini berfungsi bersama.
Misalnya, m odel mental untuk m enjelaskan m engapa mesti ada
musim boleh jadi mencakup ide-ide tentang bumi, matahari, rotasi
bumi, dan kemiringan bumi terhadap matahari pada bulan-bulan
tertentu dalam setahun. Sem ua ini bukanlah fakta-fakta yang
sederhana dan terpisah tentang bumi dan matahari, melainkan ide-
ide tentang hubungan-hubungan antara bum i dan m atahari dan
keterkaitan antara hubungan-hubungan tersebut dan perubahan
musim. Pengetahuan konseptual ini merupakan salah satu aspek
dari apa yang disebut disciplinary knowledge, yakni cara ilmuwan
memikirkan suatu fenomena dalam disiplin ilmunya — dalam contoh
ini, penjelasan ilmiah tentang perubahan musim.
Pengetahuan Konseptual terdiri dari tiga subjenis, yaitu penge
tahuan tentang klasifikasi dan kategori (Ba), pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi (Bb), dan pengetahuan tentang teori, model, dan
struktur (Be). Klasifikasi dan kategori m erupakan landasan bagi
prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi, pada gilirannya,
menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur. Tiga subjenis ini me-
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL
Pengetahuan Prosedural adalah "pengetahuan tentang cara" me-
lakukan sesuatu. "M elakukan sesuatu" ini boleh jadi mengerjakan
latihan rutin sampai menyelesaikan masalah-masalah baru. Penge
tahuan Prosedural kerap kali berupa rangkaian langkah yang harus
diikuti. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampil-
an, algoritme, teknik, dan metode, yang semuanya disebut sebagai
prosedur (Alexander, Schallert, dan Hare, 1991; Anderson, 1983;
dejong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995).
Pengetahuan Prosedural juga m eliputi pengetahuan tentang kriteria
yang digunakan untuk menentukan kapan harus menggunakan ber-
bagai prosedur. Maka, seturut pendapat Bransford, Brown, dan Cock
ing (1999), seorang ahli tidak hanya m engetahui disiplin ilmunya
secara mendalam, tetapijuga "berlatih" menggunakan pengetahuan-
nya sehingga dia tahu kapan dan di mana harus menggunakannya.
Jikalau Pengetahuan Faktual dan Pengetahuan Konseptual mewakili
pertanyaan "ap a", Pengetahuan Prosedural bergulat dengan pertanya-
an "bagaim ana". Dengan perkataan lain, Pengetahuan Prosedural me-
rupakan pengetahuan tentang beragam "p roses", sedangkan Penge
tahuan Faktual dan Pengetahuan Konseptual berurusan dengan apa
D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF
Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi
secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kog
nisi diri sendiri. Salah satu ciri teori belajar dan penelitian tentang
pembelajaran sejak penerbitan Handbook adalah menekankan pada
metode untuk m em buat siswa makin menyadari dan bertanggung
jawab atas pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Perubahan
ini merambah ke berbagai pendekatan teoretis terhadap pembelajar
an dan perkem bangan, dari m odel-m odel neo-Piagetian, m odel-
m odel kognitif dan pem rosesan inform asi, sam pai m odel-m odel
belajar Vygotskian dan kultural atau situasional. Lepas dari perspek-
tif teoretis mereka, para peneliti umumnya sepakat bahwa dengan
perubahan ini, siswa m enjadi makin m enyadari cara pikir mereka
dan makin mengetahui kognisi pada umumnya, dan ketika bertindak
berdasarkan kesadaran ini, mereka cenderung m akin baik dalam
belajar (Bransford, Brown, dan Cocking, 1959). Beragam teori mem-
beri beragam nama untuk tren baru ini: pengetahuan metakognitif,
kesadaran metakognitif, kesadaran diri, swarefleksi, dan swaregulasi.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, perbedaan pokok
dalam tren ini adalah pengetahuan tentang kognisi di satu sisi dan
pengontrolan, pemonitoran dan pengaturan proses-proses kognitif di
sisi lain (Scheider dan Pressley, 1997; Bransford, Brown, dan Cocking,
1999; Brown, Bransford, Ferrara, dan Campione, 1983; Flavell, 1979,
Paris dan W inegrad, 1990; Pintrich, W olters, dan Baxter, 2001;
Zimmerman dan Schunk, 1998). Dengan menyadari perbedaan ini,
kami dalam bab ini hanya akan menjelaskan pengetahuan siswa
tentang berbagai aspek kognisi, bukan pengontrolan, pemonitoran
dan pengaturan proses-proses kognitif. Pengetahuan Metakognitif akan
dijelaskan seperti penjelasan perihal jenis-jenis dan sub-subjenis pe-
I. Pengetahuan Strategis
Pengetahuan Strategis adalah pengetahuan perihal strategi-stra
tegi belajar dan berpikipserta pemecahan masalah. Strategi-strategi
dalam subjenis pengetahuan ini dapat digunakan dalam banyak
tugas dan mata pelajaran, bukan hanya danp.aling cocok. untuk tugas
tertentu dalam mata pelajaran tertentu (misalnya, menyelesaikan
persamaan kuadrat atau menerapkan hukum Ohm).
Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang ber-
bagai strategi yang dapat siswa gunakan untuk menghafal materi
pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka
dengar dari pelajaran di kelas atau apa yang mereka baca dalam
buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar yang jumlahnya
banyak sekali dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori: meng-
ulang-ulang, mengelaborasi, dan rnengorganisasi (Weinstein dan
Mayer, 1986). Strategi pengulangan berupa m engulang-ulang kata-
kata atau istilah-istilah untuk m engingat-ingat mereka; strategi ini
jamaknya bukan yang paling efektif untuk belajar dan memahami
pada level-level yang tinggi. Sebaliknya, strategi elaborasi berupa
penggunaan beragam m nem onik untuk tugas-tugas hafalan dan
berbagai teknik seperti merangkum, memparafrasa, dan memilih
gagasan pokok dalam teks. Strategi elaborasi mendukung guru dalam
m engolah secara lebih m endalam m ateri pelajaran yang akan
KESIMPULAN
Pada bab ini, kami telah menjelaskan dan membahas empat tipe
pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Penge
tahuan Faktual dan Pengetahuan Konseptual sangat mirip dalam arti
keduanya berkutat dengan pengetahuan tentang "ap a", tetapi Penge
tahuan Konseptual lebih mendalam, tertata, integral, dan sistemik dari-
pada pengetahuan perihal terminologi dan fakta-fakta yang terpisah.
Belajar Menghafal
Becky membaca buku dan bab yang sama seperti yang dibaca
Amy. Ia membaca setiap kata dengan cermat. Ia membaca seluruh
bab itu dan mengingat fakta-fakta kuncinya. Ia masih ingat hampir
semua istilah dan fakta penting yang diajarkan gurunya di kelas.
Berbeda dengan Amy, Becky dapat menyebutkan komponen-kompo
nen pokok pada rangkaian listrik. Akan tetapi, sewaktu diminta
m enggunakan inform asi tersebut untuk m enyelesaikan masalah,
Becky tidak bisa. Ia pun tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana
tentang diagnosis masalah pada rangkaian listrik. Dalam skenario
ini, Becky mempunyai pengetahuan yang relevan, tetapi ia tidak
dapat menggunakan pengetahuan itu untuk menyelesaikan masalah.
Ia tidak dapat men transfer pengetahuannya pada situasi yangbaru.
Becky m enyimak informasi yang relevan, tetapi ia tidak memahami-
nya dan, karenanya, tidak dapat menggunakannya. Hasil belajar
semacam ini disebut belajar menghafal.
1. MENGINGAT
Jika tujuan pembelajarannya adalah menumbuhkan kemampu-
an untuk meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajar-
kan, kategori proses kognitif yang tepat adalah Mengingat. Proses
mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi
Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau
kombinasi dari beberapa pengetahuan ini.
Untuk m engases pem belajaran siswa dalam kategori proses
kognitif yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan
K a te g o ri d a n N a m a -n a m a L a in D e fin is i d a n C o n to h
P ro s e s
K o g n itif
1. M E N G IN G A T — M e n g a m b il p e n g e ta h u a n d ari m e m o ri ja n g k a p an ja n g .
1.2. M e n g in g a t M e n g a m b il M e n g a m b il p e n g e ta h u a n y a n g re le v a n d a ri
kem b ali m e m ori ja n g k a p a n ja n g (M isa ln ya , m e n g in g a t
k e m b a li ta n g g a l p e ris tiw a -p e ris tiw a p e n tin g
dala m se ja ra h In d o n e sia )
2.2. M e n c o n to h - M e n g ilu s tra sik a n , M ene m uka n contoh atau ilustrasi tentang konsep
kan M e m b e ri con toh atau p rin sip (M isa ln ya , m e m b e ri c o n to h te n ta n g
a lira n -a lira n seni lukis)
2 .7 . M e n je la s - M e m b u a t m o de l M e m b u a t m o d e l s e b a b -a k ib a t d a la m sebuah
kan s is te m (M is a ln y a , m e n je la s k a n s e b a b -s e b a b
terjad inya peristiw a -p eristiw a p enting pada abad
ke -1 8 di In d o n e sia )
3. M E N G A P L IK A S IK A N — M e n e ra p k a n a ta u m e n g g u n a k a n su a tu p ro s e d u r d a la m ke-
a da a n terte n tu .
4. M E N G A N A L IS IS -M e m e c a h - m e c a h m a te ri ja d i b a g ia n -b a g ia n p e n yu s u n n y a dan
m enentuka n h u b u n g a n -h u b u n g a n a n ta rb a g ia n itu d an h ub u n g a n antara b a g ian -b ag ian
te rs e b u t d an k e s e lu ru h a n s tru k tu r a ta u tuju a n
4.1. M e m be da - M e n ye n d irika n , M e m b e d a k a n b a g ia n m a te ri p e la ja ra n y a n g
kan M e m ilah , re le v a n d ari y a n g tid a k re le va n , b a g ia n yan g
M e m fo k u s k a n , p e n tin g d ari ya n g tid a k p e n tin g (M e m b e d a ka n
M em ilih a n ta ra b ila n g a n ya n g re leva n d an b ila n ga n yang
tid a k re le va n d a la m soa l cerita m a te m a tika .)
5. M E N G E V A L U A S I — M e n g a m b il ke p u tu sa n b e rd a sa rk a n kriteria d a n /a ta u standar.
6 .2 . M e re n c a - M e n d e sa in M e re n ca n a ka n p ro s e d u r u n tu k m e n ye le sa ika n
nakan sua tu tu g a s (M isa lnya, m e re n ca n a ka n proposal
p en e litia n te n ta n g to p ik se ja ra h te rte n tu )
1.1. Mengenali
Proses Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuh
kan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan
informasi yang baru saja diterima. Dalam mengenali, siswa mencari
di memori jangka panjang suatu informasi yang identik atau mirip
sekali dengan informasi yang baru diterima (seperti terjadi dalam
memori kerja). Jika menerima informasi baru, siswa menentukan
apakah informasi tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya atau tidak; siswa mencari kesesuaian di antara
keduanya. Istilah lain dari mengenali adalah mengidentifikasi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran
ilmu-ilmu sosial, tujuannya bisa berupa mengenali tanggal terjadinya
2. Memahami
Seperti telah disinggung sebelumnya, jika tujuan utama pem-
belajarannya adalah m enum buhkan kemampuan retensi, fokusnya
ialah Mengingat. Akan tetapi, bila tujuan pembelajarannya adalah
menumbuhkan kem ampuan transfer, fokusnya ialah lima proses
kognitif lainnya, Memahami sampai Mencipta. Dari kelimanya, proses
kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di
sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah Memahami.
Sisw a dikatakan Memahami bila m ereka dapat m engkonstruksi
makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yangbersifat lisan, tulis-
an ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau
layar komputer. Contoh-contoh pesan pem belajaran adalah demon-
2.1. Menafsirkan
Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari
satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-
kata jadi kata-kata lain (misalnya, memparafrasakan), gambar dari
kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi
angka, not balok jadi suara musik, dan semacamnya. Nama-nama
lainnya adalah m enerjemahkan, memparafrasakan, menggambar-
kan, dan mengklarifikasi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam Menafsir
kan, ketika diberi informasi dalam bentuk tertentu, siswa dapat meng-
ubahnya jadi bentuk lain. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, misal
nya, tujuannya adalah belajar memparafrasakan pidato-pidato dan
dokum en-dokum en penting dalam sejarah Perang Kemerdekaan
Indonesia. Tugas asesm ennya m em inta siswa m em parafrasakan
sebuah pidato terkenal, m isalnya pidato Soekarno dalam rapat
BPUPKI. Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar meng-
gambar berbagai fenomena alam di kertas. Asesmennya ialah me
m inta siswa m enggam bar diagram -diagram yang m enjelaskan
fotosintesis. Dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah
2.2. Mencontohkan
Proses kognitif mencontohkan terjadi manakala siswa memberi-
kan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan me-
libatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip
umum (misalnya, segitiga sarria kaki harus mempunyai dua sisi yang
sama panjang) dan m enggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau
membuat contoh (misalnya, siswa dapat memilih segitiga sama kaki
dari tiga segitiga yang ditunjukkan). Nama-nama lain untuk men
contohkan adalah m engilustrasikan dan m emberi contoh.
C ontoh tu ju an pend idikan dan asesm ennya. Dalam proses
kognitif mencontohkan, siswa diberi sebuah konsep atau prinsip dan
mereka harus memilih atau membuat contohnya yang belum pernah
mereka jum pai dalam pembelajaran. Dalam pelajaran sejarah seni,
tujuannya adalah belajar memberikan contoh tentang berbagai gaya
lukisan. Tugas asesm ennya ialah m em inta siswa untuk m em ilih
sebuah lukisan yang bergaya impresionis dari empat lukisan yang
disajikan. Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya adalah dapat
m emberikan contoh tentang berbagai jehis senyawa kimia. Tugas
asesm ennya ialah m em inta siswa m enunjukkan sebuah senyawa
anorganik di tempat karyawisata dan menjelaskan mengapa senyawa
itu termasuk anorganik (misalnya, menyebutkan ciri-ciri pokoknya).
Dalam pelajaran sastra, tujuannya adalah belajar memberikan contoh
pelbagai genre dram a. Tugas asesm ennya ialah m em beri siswa
potongan-potongan dari empat drama (hanya satu yang merupakan
drama komedi romantis) dan meminta siswa menyebutkan nama
genre yang m erupakan drama komedi romantis.
Format asesm ennya. Tugas mencontohkan dapat berupa jawaban
singkat — siswa harus membuat contoh— atau pilihan ganda — siswa
harus memilih jawaban dari pilihan-pilihan yang disodorkan. Contoh
format asesmen jaw aban singkat untuk pelajaran sains: "Tunjukkan
sebuah senyawa anorganik dan jelaskan mengapa senyawa itu ter-
2.3. Mengklasifikasikan
Proses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui
bahwa sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori
tertentu (misalnya, konsep atau prinsip). Mengklasifikasikan melibat-
kan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang "sesuai" dengan
contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan adalah
proses kognitif yang melengkapi proses mencontolikan. Jika mencontoh-
kan dimulai dengan konsep atau prinsip umum dan mengharuskan
siswa menemukan contoh tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan
contoh tertentu dan mengharuskan siswa m enemukan konsep atau
prinsip umum. Nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah me-
ngategorikan dan mengelompokkan.
Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran
ilmu-ilmu sosial, contoh tujuannya adalah belajar mengklasifikasikan
kasus-kasus kelainan mental yang diamati atau digambarkan. Tugas
asesmennya meminta siswa m elihat video yang menayangkan peri-
laku seseorang yang sakit jiwa dan kemudian menyebutkan kelainan
mentalnya. Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar mengate-
gorikan spesies-spesies berbagai hew an prasejarah. Tugas asesmen
nya adalah memberi siswa beberapa gambar binatang prasejarah dan
meminta m ereka m engelom pokkan binatang-binatang tersebut
dengan binatang-binatang lain dari spesies yang sama. Dalam pel
ajaran matematika, tujuannya ialah belajar menentukan kategori-
kategori bilangan dari angka-angka. Tugas asesmennya adalah mem
beri siswa angka-angka dan kemudian meminta siswa melingkari
seluruh angka yang memiliki kategori sama.
Format asesmen. Dalam tes jawaban singkat, siswa diberi suatu
contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai
dengan contoh itu. Dalam tes pilihan ganda, siswa diberi suatu
contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsipnya
2.4- Merangkum
Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan
satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau
mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses mem-
buat ringkasan informasi, misalnya makna suatu adegan drama, dan
proses mengabstraksikan ringkasannya, misalnya menentukan tema
atau poin-poin pokoknya. Nama-nama lain untuk merangkum adalah
menggeneralisasi dan mengabstraksi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam merang
kum, ketika siswa diberi informasi, mereka membuat rangkuman atau
m engabstraksikan sebuah tema. Contoh tujuan dalam pelajaran
sejarah adalah belajar menulis rangkuman pendek dari peristiwa-
peristiwa yang ditunjukkan dengan gambar-gambar. Tugas asesmen
nya meminta siswa melihat film ten tang penjajahan Belanda dan
kemudian menulis rangkuman pendek. Corttoh tujuan dalam pelajar
an sains ialah belajar merangkum sumbangan-sumbangan penting
dari para ilm uw an ternam a setelah m em baca beberapa tulisan
mereka. Tugas asesmennya meminta siswa untuk membaca tulisan-
tulisan tentang Albert Einstein dan kemudian merangkum poin-
poinnya. Dalam pelajaran komputer, tujuannya adalah belajar me
rangkum tujuan-tujuan dari berbagai petunjuk pemakaian program
kom puter. Tugas asesm ennya berupa paparan suatu program
komputer dan kemudian meminta siswa menulis sebuah kalimat
yang m endeskripsikan subtujuan yang dicapai oleh setiap bagian
program.
Format asesm ennya. Tugas asesmennya bisa berupa tes jawaban
singkat atau pilihan ganda, yang berkenaan dengan penentuan tema
atau pembuatan rangkuman. Secara umum, tema lebih abstrak ke-
2.5. Menyimpulkan
Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan
pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat
mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang m enerangkan
contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya
dan, yang terpenting, dengan menarik hubungan di antara ciri-ciri
tersebut. Misalnya, ketika siswa diberi angka-angka 1, 2, 3, 5, 8, 13,
21, mereka mem erhatikan nilai num erik setiap digit, bukan ciri-
cirinya yang tak relevan seperti bentuk setiap digit atau apakah setiap
digitnya ganjil atau genap. Mereka dapat membedakan pola dalam
susunan angka tersebut (yakni setelah dua angka pertama, setiap
angkanya merupakan jumlah dari dua angka sebelumnya).
Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif membanding-
kan seluruh contohnya. Misalnya, untuk m enentukan angka berapa
pada urutan selanjutnya, siswa harus m engidentifikasi polanya.
Proses kognitif lain yang terkait adalah menggunakan pola itu untuk
menciptakan contoh baru (yakni angka pada urutan selanjutnya
adalah 34, jumlah dari 13 dan 21). Inilah contoh mengeksekusi, yang
merupakan proses kognitif dalam kategori Mengaplikasikan. Me
nyimpulkan dan mengeksekusi sering dipakai secara bersamaan dalam
tugas-tugas kognitif.
Menyimpulkan berbeda dengan mengatribusikan (proses kognitif
yang terdapat dalam kategori Menganalisis). Sebagaimana nanti akan
kita bicarakan di bagian berikutnya pada bab ini, mengatribusikan
hanya berpusat pada sisi pragmatisnya, yaitu m enentukan sudut
pandang atau tujuan pengarang, sedangkan menyimpulkan berpusat
2.6. Membandingkan
Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa,
ide, masalah, atau situasi, seperti m enentukan bagaimana suatu
peristiwa terkenal (misalnya, skandal politik terbaru) menyerupai
peristiwa yang kurang terkenal (misalnya, skandal politik terdahulu).
Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara
elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide
dan elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau
ide lain. Jika digunakan bersam a menyimpulkan (misalnya, pertama,
mengabstraksikan suatu kaidah dari situasi yang familier) dan meng-
implementasikan (misalnya, kedua, menerapkan kaidah tersebut pada
situasi yang kurang famHier), membandingkan dapat mendukung
penalaran dengan analogi. Nama-nama lainnya adalah mengontras-
kan, memetakan, mencocokkan.
C ontoh tu ju an p en d id ikan dan asesm enn ya. Dalam mem
bandingkan, ketika siswa diberi informasi baru, mereka mendeteksi
keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah familier. Misalnya,
dalam pelajaran ilm u-ilm u sosial, tujuannya adalah m em aham i
perishwa-peristiwa sejarah dengan membandingkan antara peris-
tiwa-peristiwa tersebut dan kondisi sekarang. Pertanyaan asesmen
nya adalah "Bagaim anakah Perang Kem erdekaan Indonesia di-
bandingkan dengan pertengkaran keluarga atau perseteruan antar-
teman?" Dalam pelajaran sains, contoh tujuannya ialah belajar mem
bandingkan aliran listrik dengan sistem yang lebih familier. Contoh
pertanyaan asesmennya adalah "Bagaimana aliran listrik dibanding-
kan dengan aliran air dalam pipa?"
Membandingkan juga melibatkan proses menentukan keterkaitan
antara dua atau lebih objek, peristiwa, atau ide yang disuguhkan.
Dalam pelajaran matematika, contoh tujuannya adalah belajar mem
bandingkan soal-soal kalim at m atem atika yang serupa. Tugas
2.7. Menjelaskan
Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat
m em buat dan m enggunakan m odel sebab-akibat dalam sebuah
sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana sering
kali terjadi dalam sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau
pengalaman (sebagaimana kerap kali terjadi dalam ilmu sosial dan
humaniora). Penjelasan yang lengkap melibatkan proses membuat j
model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu j.
sistem atau setiap peristiwa pen ting dalarh rangkaian peristiwa, dan
proses menggunakan model ini untuk menentukan bagaimana per- t
ubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah "peristiw a" r
dalam rangkaian peristiwa tersebut m emengaruhi perubahan pada ^
bagian lain. Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model. j.
3.1. Mengeksekusi
Dalam mengeksekusi, siswa secara rutin menerapkan prosedur
ketika menghadapi tugas yang sudah familier (misalnya, soal latih
an). Familiaritas tugas acap kali memberikan petunjuk yang cukup
4. MENGANALISIS
Menganalisis m elibatkan proses m em ecah-m ecah m ateri jadi
bagian-bagian kecil dan m enentukan bagaim ana hubungan antar-
bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kate-
gori proses Menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membeda-
kan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan
yang diklasifikasikan dalam Menganalisis mencakup belajar untuk
m enentukan poton gan -p oton gan inform asi yang relevan atau
penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potong
an-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan
tujuan di balik inform asi itu (mengatribusikan). Walaupun belajar
Menganalisis dapat dianggap sebagai tujuan itu sendiri, sangat ber-
alasan untuk secara edukatif memandang analisis sebagai perluasan
dari Memahami atau sebagai pem buka untuk Mengevaluasi atau
Mencipta.
M eningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis materi
pelajaran merupakan tujuan dalam banyak bidang studi. Guru-guru
sains, ilmu sosial, hum aniora, dan kesenian kerap kali menjadikan
"belajar m enganalisis" sebagai salah satu tujuan pokok mereka.
Mereka, misalnya, in gin mengembangkan kemampuan siswa untuk:
• membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan);
• m enghubungkan kesim pulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukungnya;
• membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan;
• menghubungkan ide-ide;
• menangkap asumsi-asumsi yang tak dikatakan dalam perkataan;
• m em bed akan id e-id e pokok dari id e-id e tu run ann ya atau
menentukan tema-tema puisi atau musik;
• menentukan bukti pendukung tujuan-tujuan pengarang.
4.1. Membedakan
Membedakan m elibatkan proses memilah-milah bagian-bagian
yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi
sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak
relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memerhati-
kan inform asi yang relevan atau penting. Membedakan berbeda
dengan proses-proses kognitif dalam kategori Memahami, karena
membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara struktural dan,
terutama, m enentukan bagaim ana bagian-bagian sesuai dengan
struktur keseluruhannya.-Secara lebih khusus, membedakan berbeda
dengan membandingkan dalam hal penggunaan konteks yang lebih
luas untuk m enentukan mana informasi yang relavan atau penting
dan mana yang tidak. Misalnya, dalam m em bedakan apel dan jeruk
dalam konteks buah-buahan, bijinya relevan, tetapi w arna dan
bentuknya tidak relevan. Dalam membandingkan, biji, warna dan
bentuknya m erupakan inform asi yang relevan. Nam a-nama lain
untuk membedakan adalah menyendirikan, memilah, memfokuskan,
dan memilih.
Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam pelajaran
ilmu-ilmu sosial, contoh tujuannya adalah belajar menentukan poin-
poin pokok dalam laporan penelitian. Tugas asesmennya meminta
siswa m enggarisbaw ahi poin-poin pokok dalam sebuah laporan
penelitian arkeologi Kota Mojokuto kuno (misalnya, kapan kota ini
berdiri dan kapan berakhir, penduduknya selam a kota ini ada,
wilayah geografisnya, bangunan-bangunan fisik di kota ini, kondisi
ekonomi dan budayanya, organisasi sosialnya, mengapa kota ini di-
bangun dan mengapa kemudian hancur).
4.2. Mengorganisasi
Mengorganisasi m elibatkan proses m engidentifikasi elem en-
elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana
elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam
memilih salah satu dari empat struktur organisasi yang paling sesuai t
dengan organisasi yang dipaparkan dalam tulisan. t
i
43. Mengatribusikan 1
Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. Mengatri
busikan melibatkan proses dekonstruksi, yang di dalamnya siswa me- ^
nentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.
Berkebalikan dengan menafsirkan, yang di dalamnya siswa berusaha
Memahmni makna tulisan tersebut, mengatribusikan melampaui pe-
maham an dasar untuk m enarik kesim pulan tentang tujuan atau
sudut pandang di balik tulisan itu. Sebagai contoh, dalam membaca
tulisan tentang Perang Diponegoro, siswa harus menentukan apakah
penulisnya menggunakan sudut pandang Indonesia atau Belanda.
Nama lain untuk mengatribusikan adalah mendekonstruksi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam mengatri- 1
busikan, ketika siswa diberi informasi, mereka dapat m enentukan «
sudut pandang atau tujuan pengarang. Misalnya, dalam pelajaran
sastra, tujuannya adalah belajar menentukan m otif-m otif dari peri- 1
laku-perilaku para tokoh dalam sebuah cerita. Tugas asesmennya 1
meminta siswa membaca Macbeth karya Shakespeare dan m enentu
kan m otif-m otif yang Shakespeare buat pada Macbeth ketika dia
m em bunuh Raja Duncan. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, tujuan- j
nya adalah belajar menentukan sudut pandang pengarang suatu esai 1
m engenai topik yang kontroversial. Tugas asesmennya meminta
siswa m enentukan apakah sebuah laporan perihal hutan di Kali
mantan m embela pelestarian lingkungan atau kepentingan bisnis.
Tujuan ini juga dapat diterapkan dalam pelajaran sains. Tugas ases- 1
mennya meminta siswa menentukan apakah esai tentang aktivitas
belajar manusia ditulis oleh psikolog behavioris atau kognitif.
Format asesm ennya. Mengatribusikan dapat diases dengan mem- 1
berikan materi tulisan atau lisan dan kemudian meminta siswa mem-
buat atau memilih deskripsi tentang sudut pandang, pendapat, dan
tujuan penulis ataupem bicara.Contoh soal jawabansingkatnya "Apa
5. MENGEVALUASI
Mengevaluasi didefinisikan sebagai m em buat keputusan ber-
dasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Standar-standarnya bisa
bersifat kuantitatif (misalnya, Apakah jumlahnya cukup?) atau kuali-
tatif (misalnya, Apakah ini cukup baik?). Standar-standar ini ber-
laku pada kriteria (misalnya, Apakah proses ini cukup efektif? Apa
kah produk ini cukup berkualitas). Kategori Mengevaluasi mencakup
proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil
berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan
yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).
Perlu diingat bahwa tidak semua keputusan bersifat evaluatif.
Misalnya, siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai
dengan suatu kategori. Siswa membuat keputusan tentang kesesuai-
an suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu. Siswa
membuat keputusan apakah dua objek itu sama atau berbeda. Se-
bagian besar proses kognitif sebenarnya m engharuskan pembuatan
keputusan. Perbedaan yang paling m encolok antara Mengevaluasi
dan keputusan-keputusan lain yang dibuat siswa adalah penggunaan
standar-standar performa dengan kriteria-kriteria yang jelas. Apakah
5.1. Memeriksa
Memeriksa m elibatkan proses m enguji inkonsistensi atau ke~
salahan internal dalam suatu operasi atau produk. Misalnya, meme
riksa terjadi ketika siswa menguji apakah suatu kesim pulan sesuai
dengan premis-premisnya atau tidak, apakah data-datanya men-
dukung atau menolak hipotesis, atau apakah suatu bahan pelajaran
berisikan bagian-bagian yang saling bertentangan. Jika dipadukan
dengan merencanakan (proses kognitif dalam kategori Mencipta) dan
mengimplementasikan (proses kognitif dalam kategori Mengaplikasi-
kan ), memeriksa melibatkan proses menentukan seberapa baik rencana
itu berjalan. Nama-nama lain untuk memeriksa adalah menguji, men-
deteksi, memonitor, dan mengoordinasi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam memeriksa,
siswa mencari inkonsistensi internal. Contoh tujuan pada pelajaran
ilmu-ilmu sosial adalah siswa belajar mendeteksi inkonsistensi dalam
karangan persuasi. Tugas asesmennya meminta siswa menonton
iklan-iklan politik di televisi dan m enunjukkan ketidaklogisan-ke-
tidaklogisannya. Contoh tujuan dalam pelajaran sains adalah siswa
belajar m enentukan apakah kesim pulan seorang ilmuwan sesuai
dengan data-data observasinya atau tidak. Tugas asesmennya meminta
siswa membaca sebuah laporan tentang eksperimen kimia dan me
nentukan apakah kesimpulannya sesuai dengan hasil-hasil eksperi
men atau tidak.
Format asesm ennya. Tugas-tugas memeriksa dapat memanfaat-
kan proses atau produk yang diberikan kepada siswa atau yang di-
ciptakan oleh siswa sendiri. Memeriksa juga dapat terjadi dalam pe-
nerapan solusi pada suatu masalah atau dalam pelaksanaan tugas,
yakni solusi atau tugas yang menguji konsistensi implementasinya
5.2. Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa
mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat
keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Meng
kritik merupakan inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Contoh
mengkritik adalah menilai kelebihan (efektivitas dan efisiensi) suatu
solusi untuk menyelesaikan masalah hujan asam (misalnya, meng-
haruskan semua pem bangkit tenaga listrik di suatu daerah untuk
membatasi emisi asapnya sampai batas tertentu). Nama lain dari
mengkritik adalah menilai.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam mengkritik,
siswa menilai kelebihafi-kelebihan suatu produk atau proses ber
dasarkan kriteria-kriteria atau standar-standar baku atau buatan
siswa sendiri. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial, contoh tujuannya
adalah belajar mengevaluasi efektivitas solusi (misalnya, "m eniada-
kan perankingan") terhadap masalah sosial (misalnya, "bagaimana
cara m emperbaiki pendidikan anak usia dini dan SD "). Dalam pel
ajaran sains, tujuannya adalah belajar m engevaluasi keberalasan
suatu hipotesis (misalnya, hipotesis yang menyatakan bahwa buah
stroberi dapat tumbuh sampai berukuran sangatbesar karena sesuai
dengan rasi bintang tertentu). Dalam pelajaran matematika, tujuan
nya adalah belajar menilai manakah dari dua metode yang lebih
efektif dan efisien untuk m enyelesaikan masalah (misalnya, menilai
apakah lebih baik mencari semua faktor dari 60 atau m em buat per-
samaan aljabar untuk menyelesaikan soal ini "Cara-cara apa sajakah
yang dapat kamu pakai untuk mengalikan dua bilangan guna men-
dapatkan bilangan 60?").
Format asesm ennya. Siswa diminta untuk mengkritik hipotesis
atau pendapatnya sendiri atau pendapat orang lain. Kritiknya dapat
didasarkan pada kriteria-kriteria positif, negatif, atau keduanya dan
6. MENCIPTA
Mencipta m elibatkan proses m enyusun elem en-elem en jadi
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan
yang diklasifikasikan dalam Mencipta m em inta siswa m em buat
produk baru dengan mereorganisasi sejum lah elemen atau bagian
jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.
Proses-proses kognitif yang terlibat dalam Mencipta umumnya sejalan
dengan pengalam an-pengalam an belajar sebelum nya. M eskipun
mengharuskan cara pikir kreatif, Mencipta bukanlah ekspresi kreatif
yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan
tugas atau situasi belajar.
Bagi sebagian orang, kreativitas adalah m enciptakan produk-
produk yang tak biasa, sering kali sebagai hasil dari keahlian khusus.
Akan tetapi, Mencipta dalam pengertian ini, w alaupun mencakup
tujuan-tujuan pendidikan untuk m enciptakan produk-produk yang
khas, juga merujuk pada tujuan-tujuan pendidikan untuk m encipta
kan produk-produk yang semua siswa dapat dan akan melakukan-
nya. Untuk m encapai tujuan-tujuan ini, banyak siswa m encipta
dalam pengertian menyintesiskan informasi atau materi untuk mem
buat sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis, melukis,
memahat, membagun, dan seterusnya.
Kendati banyak tujuan pendidikan dalam kategori Mencipta me-
nekankan orisinalitas (atau kekhasan), para pendidik harus mendefi-
nisikan apa yang dimaksud dengan orisinal atau khas. Apakah kata
khas mendeskripsikan kerja individu siswa (misalnya, "Ini khas Yogo
Pujianto") atau m endeskripsikan kelompok siswa (misalnya, "Ini
khas siswa kelas lim a")? Perlu dicatat bahwa banyak tujuan dalam
kategori Mencipta m engutamakan bukan orisinalitas atau kekhasan,
6.1. Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses m enggambarkan masalah dan
membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria ter-
tentu. Acap kali, cara menggambarkan masalah menunjukkan bagai-
mana solusi-solusinya, dan merumuskan ulang atau m enggam bar
kan kembali masalahnya menunjukkan solusi-solusi yang berbeda.
Ketika merumuskan melampaui batas-batas pengetahuan lama dan
teori-teori yang ada, proses kognitif ini m elibatkan proses berpikir
divergen dan menjadi inti dari apa yang disebut berpikir kreatif.
Merumuskan di sini dibatasi dalam pengertian yang sempit. Me
mahami juga melibatkan proses-proses merumuskan, yang di dalam
nya termasuk menerjemahkan, mencontohkan, merangkum, menyimpul-
kan, mengklasifikasikan, membandingkan, dan menjelaskan. Akan tetapi,
tujuan Memahami paling sering bersifat konvergen (yakni menangkap
sebuah m akna). Sebaliknya, tujuan merumuskan dalam Mencipta
bersifat divergen (yaitu mereka-reka berbagai kemungkinan). Nama
lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.
Contoh tujuan pendidikan dan asesm ennya. Dalam merumus
kan, siswa diberi deskripsi tentang suatu masalah dan diharuskan
mencari beragam solusi. Misalnya, dalam pelajaran ilmu-ilmu sosial,
tujuannya adalah belajar merumuskan bermacam-macam solusi yang
berm anfaat untuk m enyelesaikan m asalah-m asalah sosial. Tugas
asesmennya ialah "Carilah sebanyak-banyaknya cara untuk memasti-
kan bahwa setiap orang memiliki asuransi kesehatan yang cukup".
U ntuk m engases jaw aban sisw a, guru harus m em buat kriteria-
6.2. Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan m etode penye-
lesaian m asalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria m asalahnya,
yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan
adalah mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan solusi
yang nyata bagi suatu masalah. Dalam merencanakan, siswa bisa jadi
menentukan sub-subtujuan, atau memerinci tugas jadi sub-sub-tugas
yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya. Guru acap
6.3. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk
m enyelesaikan m asalah yang m em enuhi spesifikasi-spesifikasi
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i M e n g a p li- M engana- Mengeva- M e n cip ta
k a s ik a n lis is lu a s i
A. X X
P e n g e ta h u a n
F aktual
B. X X X X
P e n g e ta h u a n
K on sep tua l
C X X X
P e n g e ta h u a n
P ro sed ural
D .P e ng eta hu an X X
M e ta k o g n itif
Penggunaan Taksonomi
Pendidikan
BAB 6
Penggunaan Tabel
Taksonomi Pendidikan
Bab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 143
ajaran sains untuk m enunjukkan bagaim ana penggunaan Tabel
Taksonomi dalam membantu para pendidik.
B ab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 145
tugas asesmennya memakai format pilihan ganda (misalnya, pilihan
ganda, menjodohkan). Sumber kedua adalah kriteria yang digunakan
untuk menskor atau mengevaluasi hasil asesmen siswa (misalnya,
kunci penskoran, skala kiraan, dan rubrik penskoran). Sumber ini
dapat m emberikan inform asi yang cukup bila tugas asesmennya
m enggunakan form at jaw aban terbuka (m isalnya, esai, laporan
penelitian). Pertanyaannya adalah apakah kesimpulan-kesimpulan
yang diambil dari asesmen ini sesuai dengan rumusan tujuannya
atau tidak.
Bab 6: P en g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 1 4 7
tentang pem belajaran". Kita ingin siswa-siswa kita belajar m e n g a p li-
kasikcm p e n g e t a h u a n k o n se p tu a l.
Dalam menganalisis tujuan pembelajaran tersebut, kita langsung
merujuk pada subjenis pengetahuan (yaitu p e n g eta h u a n te n ta n g p rin s ip
dan proses kognitif yang spesifik (yakni m e n g im p le -
d an g e n e ra lis a s i)
m en ta s ik a n ), bukan pada empat jenis pengetahuan pokok dan enam
kategori proses kognitif. Berpijak pada pengalaman kolektif kami,
kami percaya bahwa sub-subjenis pengetahuan dan proses-proses
kognitif yang spesifik menjadi petunjuk terbaik untuk menempatkan
tujuan pembelajaran secara tepat dalam Tabel Taksonomi. Perhatikan
pula bahwa kami mendasarkan keputusan kami itu pada hasil-hasil
analisis kami perihal maksud guru perumus tujuan itu. Misalnya,
hasil analisis kami bahwa proses kognitif m e n g im p le m e n ta s ik a n lebih
tepat ketimbang m e n g e k s e k u s i didukung bukan hanya oleh pemakai-
an kata "m enggunakan", melainkan juga oleh frasa "untuk menye-
lesaikan m asalah" dalam rumusan tujuan di atas. Lantaran menye-
lesaikan masalah m erupakan tugas yang tidak familier (lihat pem-
bahasan tentang kategori proses kognitif M e n g a p lik a sik a n pada Bab
5), m e n g im p le m e n ta s ik a n lebih tepat daripada m e n g e k s e k u s i.
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i Mengapli- M engana- Mengeva- M e ncipta
k a s ik a n lis is lu a s i
A.
P e n g e ta h u a n
Faktual
B. Tujuan
P e n g e ta h u a n
K onseptual
C.
P e n g e ta h u a n
P rosedural
D.
P e n g e ta h u a n
M e ta k o g n itif
Bab 6 : P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 149
Aktivitas-aktivitas pembelajarannya akan membantu siswa meng-
konstruksi dan menguasai kedua jenis pengetahuan tersebut.
Oleh karena siswa dapat melakukan kesalahan dalam m en gk la si-
fiknsikan, m em b ed a k a n , dan m en g iin p lem en ta s ik a n , cukup beralasan bagi
guru untuk menekankan P e n g e ta h u a n M e ta k o g n itif dalam proses pem-
belajaran. Misalnya, kepada siswa diajarkan strategi-strategi untuk
memonitor apakah keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan mereka
"m asuk akal". "Bagaimana saya tahu bahwa masalahnya termasuk
dalam jenis ini?" "Jika benar jenis masalahnya ini, bagaimana saya
tahu rumus apa yang harus digunakan?" Selain diajari untuk dapat
m e n g in g a t k em b a li strategi-strategi tersebut, siswa juga diajari untuk
m e n g im p le m e n ta s ik a n n y a .
Sebagian aktivitas pembelajarannya juga sebaiknya terfokus
pada apa yang dinamakan proses-proses kognitif tingkat tinggi.
Lantaran m en g iin p lem en ta s ik a n kerap kali melibatkan proses penentu-
an pilihan, siswa perlu diajari untuk memeriksa dan mengkritik hasil
atau solusi akhirnya. M e m erik s a dan m e n g k r it ik b e r a d a dalam kategori
M e n g e v a lu a s i.
Jawaban atas "pertanyaan tentang pem belajaran" jauh lebih
rumit sehingga paparan di atas malah tampak sebagai jaw aban
sepintas. A ktivitas-aktivitas pem belajaran m emberi kesem patan
kepada siswa untuk mengkonstruksi minimal tiga jenis pengetahuan
(.K o n s e p tu a l, dan M e ta k o g n itif) dan mengalami sekurang-
P ro s e d u rn l,
kurangnya enam proses kognitif (m e n g in g a t kem bali, m engklasifikasikan,
m em b ed a k a n , m e n g iin p le m e n ta s ik a n , m em erik s a , dan m e n g k ritik ) yang
termasuk dalam lima kategori proses (M e n g in g a t , M e m a h a m i, M e n g -
a plikasikan, M e n g a n a lis is , dan M e n g e v a lu a s i). Maka dari itu, analisis
terhadap aktivitas-aktivitas pembelajaran ini dengan kerangka Tabel
Taksonomi menghasilkan pelibatan jauh lebih banyak kotak (lihat
Tabel 6.2).
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. ■ 6.
M e n g in g a t M em aham i M engapli- M engana- Mengeva- M e ncipta
k a s ik a n lis is lu a s i
A.
P e n g e ta h u a n
F aktual
Tujuan pembelajarannya adalah “Siswa belajar menggunakan rumus-rumus tentang listrik dan mag
net (seperti rumus Lenz dan rumus Ohm) untuk menyelesaikan masalah’'.
Aktivitas 1 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengklasifikasikan jenis-jenis masalah.
Aktivitas 2 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa memilih rumus-rumusyang tepat..
Aktivitas 3 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengimplementasikan prosedur-prosedur
yang tepat.
Aktivitas 4 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengingat kembali strategi-strategi
metakognitif.
Aktivitas 5 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengimplementasikan strategi-strategi
metakognitif.
Aktivitas 6 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa memeriksa implementasi prosedurnya.
Aktivitas 7 = aktivitas-aktivitas untukmembantu siswa mengkritik ketepatan solusinya.
Bab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 151
Adalah menarik untuk mengamati hubungan antara satu kotak
yang berisikan tujuan pem belajaran (B3) dengan tujuh kotak yang
berisikan aktivitas-aktivitas pembelajaran (B2, B4, B5, C3, C5, D l,
dan D3): ternyata tak satu pun aktivitas pembelajaran yang berkaitan
langsung dengan tujuan pembelajarannya. Alasannya jelas, yakni
sesuai dengan definisi kami ten tang M e n g a p lik a s ik a n . M en g a p lik a sik a n
berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keada-
an tertentu. Dengan perkataan lain, M e n g a p lik a sik a n membutuhkan
Karenanya, jika rumus-rumus tentang listrik
P e n g e ta h u a n P ro s e d u ra l.
dan magnet (P e n g e ta h u a n K o n se p tu a l ) akan diterapkan, rumus-rumus
tersebut harus melekat pada suatu prosedur (P e n g e ta h u a n P ro s ed u ra l).
Prosedurnya akan "m em buka" rumus-rumusnya untuk m emudah-
kan penerapannya (misalnya, p e rta m a , m enghitung daya elektro-
motifnya; k e d u a , m enghitung arusnya; k etiga, membagi daya elektro-
motifnya dengan arusnya untuk mengetahui tahanannya). Analisis
awal terhadap hubungan antara M e n g a p lik a sik a n dan P e n g e ta h u a n
P ro s ed u ra l m enunjukkan bahwa kita mulanya mengklasifikasikan
tujuan pem belajaran di atas sebagai m en g a p lik a s ik a n p e n g e t a h u a n
p ro s ed u ra l (C3), bukan m en g a p lik a sik a n p e n g e ta h u a n k o n sep tu a l (B3).
152 P e m b e l a j a r a n , P e n g a ja r a n , d a n A s e s m e n
Asesmen yang Terfokus Vs. Asesmen yang Tersebar. Analisis
awal kam i, berdasarkan rum usan tujuan pem belajarannya, me-
nunjukkan bahwa guru memfokuskan asesmennya pada seberapa
jauh siswa sudah belajar m en g a p lik a sik a n p e n g e t a h u a n k o n se p tu a l (B3).
Sebaliknya, analisis kami yang lebih mendetail, berdasarkan aktivi-
tas-aktivitas pembelajaran yang relevan, m enunjukkan bahwa guru
mengases beragam kotak yang bertalian dengan pencapaian tujuan
utamanya (B2, B4, B5, C3, C5, D l, dan D3). Dua analisis ini seolah
mempertentangkan kedalaman versus keluasan. Di satu sisi, asesmen
yang terfokus memungkinkan guru mengetahui seberapa mendalam
siswa belajar terkait dengan sebuah tujuan pem belajaran. Aneka
pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan ini dapat dimasukkan
dalam satu asesmen tunggal. Di sisi lain, asesmen yang tersebar me
mungkinkan guru mengetahui secara luas proses-proses yang terjadi
dalam mencapai tujuan. Tes yang luas bukan hanya mengases tujuan
utamanya dalam bentuk pengetahuan dan proses-proses kognitif,
m elainkan juga mendiag'nosis kesulitan-kesulitan belajar siswa,
misalnya dalam mempelajari P e n g e ta h u a n P ro s e d u ra l.
Asesmen Formatif Vs. Asesmen Sumatif. Asesmen formatif
dim aksudkan untuk m engum pulkan inform asi tentang aktivitas
belajar yang sedang berlangsung, sehingga dim ungkinkan untuk
m em odifikasi pem belajarannya dan m eningkatkan kualitas atau
kuantitas pembelajarannya. Sebaliknya, asesmen sumatif dimaksud
kan untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas belajar yang
sudah selesai, biasanya guna m enentukan nilai siswa. Singkatnya,
asesmen formatif digunakan terutama untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa, sedangkan asesmen sum atif untuk m enentukan nilai
siswa. Tugas kelom pok dan pekerjaan rumah (PR) acap kali dipakai
sebagai asesm en form atif, sementara tes form al m erupakan alat
asesmen sumatif.
Mengases Mengimplementasikan Vs. Mengases Mengekses-
kusi. Oleh karena m e n g im p le m e n ta s ik a n dan m e n g e k s e s k u s i termasuk
dalam kategori M e n g a p lik a s ik a n , keduanya perlu dibedakan untuk
memperoleh hasil asesmen yang valid. Jika asesmennya tidak berisi
tugas-tugas yang tak familier dan/atau tidak mengharuskan siswa
B ab 6: P en g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i Pendidikan 1 5 3
memilih P e n g e ta h u a n P ro s e d u ra l yang relevan dan tepat, tugas-tugas
ini mengases proses kognitif m e n g e k s e k u s i, bukan m e n g im p le m e n ta s i-
kan. Sebagaimana telah kami singgung dalam pembahasan proses
kognitif m en a fsirk a n (Bab 5), pemberian tugas-tugas asesmen yang
baru bagi siswa menjadi cara pokok untuk memastikan bahwa siswa
merespons asesmen ini dengan proses kognitif yang paling kompleks
dalam tujuan pembelajarannya.
Asesmen dan Tabel Taksonomi. M elanjutkan contoh di atas,
misalnya si guru memutuskan untuk mengases penggunaan pro-
sedur yang tepat oleh siswa dan jawaban yang benar. Si guru me-
makai asesmen sebagai asesmen formatif. Dia memberi siswanya
sepuluh soal tentang listrik dan mekanika dan meminta mereka me-
nyelesaikan semua soal ini.
Sebagaim ana m enelaah tujuan dan aktivitas-aktivitas pem-
belajaran di m uka, kami dapat menganalisis asesmen dengan Tabel
Taksonomi. Di sini, kami memfokuskan diri pada skor tes formatif-
nya. Setiap jaw aban diskor berdasarkan "ketepatan siswa dalam
memilih prosedur". Rubrik penskoran yang dipegang guru merinci-
nya jadi ketepatan siswa dalam m engklasifikasikan masalah (m e -
m a h a m i p e n g e ta h u a n k o n se p tu a l, 1 poin), dalam memilih rumus (m e n g
1 poin), dan dalam memilih prosedur
a n a lisis p e n g e ta h u a n k o n se p tu a l,
penerapan rumus untuk menyelesaikan soalnya (m en g a n a lis is p e n g e
ta h u a n p ro s e d u ra l, 1 poin). Lantaran gurunya memandang prosedur
dan hasil penyelesaiannya sama-sama penting, dengan memberikan
tiga poin untuk ketepatan dalam memilih prosedur yang tepat untuk
m enyelesaikan setiap soal, dia pun m em berikan tiga poin untuk
jaw ab an yang benar (yakni, m e n g im p le m e n ta s ik a n p e n g e ta h u a n
p ro sed u ra l). Hasil analisis kami disajikan dalam Tabel Taksonomi (lihat
Tabel 6.3).
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t Memahami M e n g a p li- M engana- Mengeva- M en-
k a s ik a n lis is lu a s i c ip ta
A.
P e n g e ta h u a n
Faktual
Tujuan pembelajarannya adalah “Siswa belajar menggunakan rumus-rumus tentang listrik dan mag
net (seperti rumus Lenz dan rumus Ohm) untuk menyelesaikan masalah”.
Aktivitas 1 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengkiasifikasikan jenis-jenis masalah.
Aktivitas 2 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa memilih rumus-rumus yang tepat.
Aktivitas 3 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengimplementasikan prosedur-prosedur
yang tepat.
Aktivitas 4 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengingat kembali strategi-strategi
metakognitif.
Aktivitas 5 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengimplementasikan strategi-strategi
metakognitif.
Aktivitas 6 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa memeriksa implementasi prosedurnya.
Aktivitas 7 = aktivitas-aktivitas untuk membantu siswa mengkritik ketepatan solusinya.
Tes 1A, Tes 1B, Tes 1C = k o ta k-ko ta k yan g d ia s o s ia s ik a n d e n g a n a sp e k p ro se d u ra l pada
setiap soal, Tes 2 = ko ta k y a n g d ia s o s ia s ik a n d e n g a n “ja w a b a n ’’ ya n g tep at.
Bab 6: Penggunaan T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 1 5 5
Pertanyaan tentang Kesesuaian antara Rumusan Tujuan,
Aktivitas Pembelajaran, dan Asesmennya.
Kita akan m em bahas pertanyaan tentang kesesuaian antara
rumusan tujuan, aktivitas pembelajaran, dan asesmennya dengan
melihat Tabel 6.3. Anda dapat mengamati kotak-kotak yang berisi
tujuan, aktivitas-aktivitas pem belajaran, asesmen, dan kombinasi-
kombinasinya. Kotak-kotak yang berisi tujuan, satu atau beberapa
aktivitas pembelajaran, dan asesmennya menunjukkan tingkat ke
sesuaian yang tinggi. Kebalikannya, kotak-kotak yang berisi hanya
tujuan atau hanya sebuah aktivitas pembelajaran atau asesmen saja
mengindikasikan tingkat kesesuaian yang rendah. Akan tetapi, pe-
nafsiran ini membutuhkan asumsi dasar tertentu. Tabel Taksonomi
yang terisi lengkap menggam barkan kesimpulan-kesimpulan kami,
maka kami mengasumsikan bahwa kami telah membuat kesimpulan-
kesimpulan yang valid tentang rumusan tujuan, analisis terhadap
aktivitas-aktivitas pembelajaran, dan pengamatan terhadap asesmen
nya. Asumsi ini memungkinkan kami membedakan kesalahan klasi-
fikasi dan ketidaksesuaian.
A pabila kami m engasum sikan pengklasifikasiann ya tepat
berdasarkan tiga sum ber tersebut (rum usan tujuan, aktivitas-
aktivitas pembelajaran, dan asesmennya), Tabel 6.3 menjadi bukti
kesesuaian sekaligus ketidaksesuaiannyav. Sebagai contoh, kotak C3
(m en g a p lik a sik a n p e n g e t a h u a n p ro s e d u ra l) m encakup aktivitas pem
belajaran dan poin asesm ennya. Jika tujuannya diklasifikasikan
dengan tepat, sejalan dengan pem bicaraan kita sebelum nya, ke-
sesuaiannya pun meningkat. Tingkat kesesuaian yang sama terlihat
pada kotak-kotak B2 dan B4, yang juga berisi aktivitas pembelajaran
dan poin asesmen.
Pada saat yang sama, kalau kita perhatikan Tabel 6.3, kita akan
melihat ketidaksesuaian di antara rumusan tujuan, aktivitas-aktivitas
pembelajaran, dan asesmennya.
• "Ketiadaan hubungan" antara kata kerja dan kata benda dalam
rumusan tujuannya. "M enggunakan", istilah lain dari m e n g im p le -
m en ta sik a n , termasuk dalam kategori M e n g a p lik a sik a n . P cn gcta ln in n
P ro s ed u ra l secara khusus terkait dengan M e n g a p lik a sik a n . Dengan
Bab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 157
MASALAH-MASALAH DALAM PENGKLASIFIKASIAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Oleh karena pengklasifikasian tujuan pembelajaran, yang di-
rumuskan, implisit dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, atau di-
simpulkan berdasarkan asesmennya, mensyaratkan penarikan ke-
simpulan, banyak contoh pengklasifikasian yang tidak mudah di-
lakukan. Para editor Handbook m encatat m asalah-m asalah yang
inheren dalam pengklasifikasian tujuan pem belajaran. M asalah-
masalah ini adalah sebagai berikut:
• Apakah tingkat spesifikasinya dapat diklasifikasikan dengan tepat
dalam Tabel Taksonomi?
• Tepatkah asu m si-asu m si saya tentang p em belajaran sisw a
sebelumnya?
• Apakah rumusan tujuannya mendeskripsikan hasil belajar yang
diinginkan, bukan aktivitas atau perilaku yang m erupakan "alat
untuk m encapai suatu tujuan"?
Bab 6: P en g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 159
kompleks di kelas-kelas atas. Misalnya, tujuan pelajaran matematika
kelas 3 yang mengharuskan siswanya membedakan dan kemudian
dengan saksama memilih apa saja yang dibutuhkan untuk menye-
lesaikan suatu jenis masalah boleh jadi di kelas 4 m engharuskan
siswanya mengimplementasikan, karena m engidentifikasi jenis m asa
lah tersebut sudah m enjadi rutinitas mereka. Pada kelas 5, tujuan
itu malah m engharuskan siswanya mengeksekusi, sebab solusinya
sudah hampir bersifat otomatis bagi mereka; dan pada kelas 6, tujuan
tadi mengharuskan siswanya sekadar mengingat kembali, lantaran
segala macam jenis masalah pernah mereka jum pai dalam aktivitas-
aktivitas pembelajaran dan asesmen.
Alhasil, untuk m engklasifikasikan tujuan dengan tepat, guru
m esti mem punyai pengetahuan atau mem buat asumsi perihal pem
belajaran siswa sebelumnya. Ini sepertinya merupakan masalah yang
paling lazim dan paling sulit diselesaikan dalam mengklasifikasikan
tujuan tanpa mengacu pada kelompok dan/atau kelas tertentu atau
dalam m enggunakan Tabel Taksonom i tanpa m engetahui pem
belajaran siswa sebelumnya.
B ab 6: P e rig g u n aa n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 1 6 1
Menelaah Kata Kerja dan Kata Bendanya
Seperti telah disebutkan terdahulu, kata kerja dapat menyesat-
kan. Silakan perhatikan tujuan ini: "Sisw a dapat mengidentifikasi
berm acam-m acam gaya sastra (seperti kiasan, metafor, hiperbol,
personifikasi, aliterasi) yang dipakai dalam novel". Kata kerjanya
adalah "m engidentifikasi". Pada Tabel 5.1, mengidentifikasi merupa-
kan nama lain dari m e n g e n a li, yang term asuk dalam kategori proses
kognitif M e n g i n g a t . Akan tetapi, tidak tepat jika kita mengategorikan
tujuan tersebut dalam proses M e n g in g a t . Apabila kita mencermatinya
secara lebih teliti, tujuan ini m enginginkan siswa belajar m engiden
tifikasi contoh-contoh gaya sastra dalam novel. M encari contoh-
contoh adalah m en c o n to h k a n , yang termasuk dalam kategori proses
kognitif M e n ia h m n i. Kesimpulan ini sejalan dengan fakta bahwa gaya
sastra adalah konsep (yaitu, kelas-kelas sesuatu yang memiliki ciri-
ciri yang sama). Maka, tujuan tersebut lebih tepat diklasifikasikan
sebagai m e m a h a m i p e n g e t a h u a n k o n se p tu a l.
B ab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 1 6 3
• Siswa belajar membuat garis besar materi pelajaran dalam buku
teks.
• Siswa belajar mengkritik solusi yang diajukan atas masalah sosial.
• Siswa belajar m erancang seting berbagai pentas drama.
Apabila tetap tidak ada petunjuk dalam kedua sumber itu, kita
harus menambahkan jenis pengetahuan dalam rumusan tujuannya.
Bab 6: P e n g g u n a a n T a b e l T a k s o n o m i P e n d id ik a n 165
Bab 7
Pengantar Pembahasan
Sketsa Pembelajaran
T a be l 7.1. K u m p u la n S k e ts a P e m b e la ja ra n
Bab Judul K e la s M a ta P e la ja ra n
8 N utrisi 5 K ese h a ta n
9 M a cb eth 12 S a stra Inggris
10 P en ju m la h a n 2 M a te m a tika
11 U n d a n g -U n d a n g 5 S eja ra h
12 G u n u n g B erapi 6-7 S ains
13 M e n u lis L ap oran 4 B ah a sa
Bab 7 : P e n g a n ta r P em b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n 1 6 7
Anda menimbang pendekatan-pendekatan lain dalam pembelajaran
dan asesmen yang lebih tepat dan efektif demi keberhasilan belajar
siswa.
Setelah m em bicarakan apa yang bukan karakteristik sketsa-
sketsa ini, sekarang kita babas karakteristik mereka. Pertama, dan
barangkali ini yang terpenting, sketsa-sketsa ini adalah nyata. Mereka
m erepresentasikan unit-unit kurikulum yang diajarkan di sekolah-
sekolah di Amerika Serikat oleh para guru. Panjang draf awal sketsa-
sketsa ini berbeda-beda, dari yang pendek sampai cukup panjang
— ham pir 20 halam an. Oleh karena keterbatasan tempat, sketsa-
sketsa yang panjang kami potong. Meski demikian, semua sketsa
pembelajaran ini berisikan deskripsi-deskripsi penting dari unit-unit
kurikulum yang dituturkan dengan bahasa guru-guru yang meng-
ajarkan mereka.
Kedua, sketsa-sketsa ini menggambarkan sebagian realitas yang
sebenarnya. Sketsa-sketsa ini menunjukkan kompleksitas, ambigui-
tas, dan masalah pem belajaran di kelas. Karakteristik ini mesti di-
ketahui oleh pembaca yang melebih-lebihkan sketsa-sketsa ini, dan
di sini kami tunjukkan manfaat Tabel Taksonomi. Pengajaran yang
sederhana dan linier dalam waktu yang sangat pendek hanya perlu
sedikit analisis.
N.
UNIT KURIKULUM
Sebuah unit kurikulum berisikan satu atau lebih tujuan pen-
didikan yang dapat dicapai dalam tempo dua atau tiga pekan. Kalau
terdapat lebih dari satu tujuan pendidikan, tujuan-tujuan ini saling
berkaitan, misalnya dalam hal kesamaan topik (misalnya, Bab 8,
Nutrisi; Bab 9, Macbeth; Bab 12, Gunung Berapi). Unit-unit inter-
disipliner (misalnya, unit tentang pesawat terbang yang melibatkan
pelajaran sejarah, sains, matematika, dan sastra) dan integratif (misal
nya, Bab 11, U ndang-U nd ang; Bab 13, M enulis Laporan) juga
Bab 7 : P e n g a n ta r P em b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n 1 6 9
KOMPONEN-KOMPONEN POKOK DESKRIPSI SKETSA
PEMBELAJARAN
Agar semua sketsa pembelajaran m emiliki struktur yang sama
dan m em ungkinkan pem bandingan antarvinyet, setiap sketsa
pembelajaran dimulai dengan deskripsi tentang konteks kelas dan
kemudian dibagi jadi tiga komponen pokok: (1) tujuan, (2) aktivitas
pembelajaran, dan (3) asesmen. Pada setiap komponen, ditulis per-
tanyaan-pertanyaan yang akan membimbing guru dalam menyiap-
kan sketsa pembelajaran.
Pada deskripsi konteks kelas dan komponen tujuan, pertanyaan-
pertanyaannya adalah sebagai berikut:
• Apa tujuan-tujuan unitnya dan bagaimana cara Anda merumus-
kan tujuan-tujuan tersebut?
• Bagaimana kesesuaian setiap unit dengan skema yang lebih besar
(misalnya, standar nasional pendidikan atau Ujian Nasional, kuri-
kulum satuan pendidikan, unit-unit sebelum dan/atau sesudah-
nya, usia atau kelas siswa)?
• Apa bahan-bahan (misalnya, teks, peranti lunak, peta, video) dan
alat-alat (misalnya, komputer, televisi, perlengkapan laborato-
rium) yang tersedia bagi Anda dan siswa?
• Seberapa banyak waktu yang dialokasikan untuk unit ini? Apa
*s
dasar dari keputusan Anda dalam menentukan panjang waktu-
nya?
Pada komponen aktivitas pembelajaran, kami mengajukan per-
tanyaan-pertanyaan berikut kepada guru:
• Bagaimana unit-unit ini disampaikan kepada siswa (misalnya,
apakah gam baran umumnya saja? Apakah tujuan unitnya di-
diskusikan dengan siswa?)?
• Dalam aktivitas-aktivitas apa saja, siswa mempelajari unit ini?
Mengapa hanya dalam aktivitas-aktivitas tersebut?
• Apa tugas-tugas yang diberikan kepada siswa? Mengapa Anda
memilih tugas-tugas ini?
• Bagaimana Anda memonitor keterlibatan dan keberhasilan siswa
dalam aktivitas-aktivitas dan tugas-tugas tersebut?
Bab 7 : P e n g a n ta r P em b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n 1 7 3
telah disam paikan g u ru n y a". U ntuk m engerjakan tugas-tugas
asesmen ini, siswa melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar meng-
ingat nama-nama enam jenis daya tarik tersebut (yakni mengingat
pengetahuan faktunl ) . M ereka harus m em aham i setiap jenis (yaitu
setiap kategori) daya tarik dalam arti sifat-sifat atau ciri-ciri utama-
nya, sehingga m ereka dapat secara tepat m enem patkan contoh-
contoh baru dalam kategori yang pas (tugas 1) atau menempatkan
contoh-contoh baru dalam kategori yang sudah ada (tugas 2). Secara
keseluruhan, petunjuk-petunjuk yang kam i peroleh dari tujuan,
aktivitas-aktivitas pem belajaran, dan asesmennya mengarah pada
kesimpulan bahwa Ms. Nagengast ingin siswa-siswanya belajar me-
mahami pengetahuan konseptual (yaitu kotak B2 pada Tabel Takso- ’
nomi).
Dengan cara yang sama, kami membaca setiap komponen sketsa
pembelajaran. Pada setiap komponen, kami secara khusus memer-
T a b e l 7.2. E le m e n -e le m e n y a n g R e le v a n d e n g a n A n a lis is S k e ts a P e m b e la ja ra n
Kom ponen E le m e n
Tujuan T u jua n u m um
R u m u s a n tuju a n
Topik
Bab 7 : P e n g a n ta r P em b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n 1 7 5
kategori-kategori (yakni keluarga bilangan) untuk m engurangi
muatan hafalan yang harus siswa lakukan. Pengetahuan tentang
kategori merupakan Pengetahuan Konseptual. Namun, berbeda dengan
sketsa pem belajaran Nutrisi, kategori ini tidak dimaksudkan untuk
membantu siswa memahami. Maka, tujuan aktivitas pembelajaran
di sini bukan memahami pengetahuan konseptual. Kalimat kedua yang
diucapkan guru di atas secara jelas menunjukkan bahwa kategorinya
dim aksudkan untuk m engurangi "m uatan hafalan" siswa. Kata
kerjanya sangat jelas "m engingat". Tujuan pokoknya adalah meng-
hafal bentuk-bentuk penjum lahan (yakni, mengingat pengetahuan
faktual). Seperti tertera pada uraian tentang sketsa pem belajaran
Penjum lahan di belakang, perhatian kita tertuju pada hubungan
yang dibuat guru antara Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan
Faktual, dan antara Memahami dan Mengingat.
Dalam sketsa pembelajaran Macbeth (Bab 9), petunjuk-petunjuk-
nya berasal dari pertanyaan-pertanyaan yang guru lontarkan kepada
siswa. Sewaktu guru membimbing diskusi tentang Babak II drama
Macbeth, m isalnya, ia bertanya, "M engapa M acbeth tidak m au
kembali ke kamar Duncan untuk menusukkan pisau yang berlumur-
an darah itu ke pengaw al-pengaw alnya?" Untuk m enjawab per-
tanyaan ini, siswa harus m engetahui m otif di balik suatu tindakan
(atau, lebih tepatnya, ketidakmauan). Artinya, mereka harus meng-
konstruk model m ental yang menjelaskan alasan ketidakmauan itu.
Maka dari itu, kita dapat m engklasifikasikan pertanyaan ini sebagai
menjelaskan, yang term asuk dalam kategori proses kognitif Me
mahami.
Terakhir, pada komponen asesmen, petunjuk-petunjuknya ber
asal dari tugas-tugas asesm en dan kriteria evaluasi (yakni skala
kiraan, rubrik penskoran) yang digunakan untuk menilai capaian
siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Dalam sketsa pem
belajaran Undang-Undang (Bab 11), guru memberi siswa "Lem bar
Evaluasi" untuk m engevaluasi tajuk rencana buatan mereka, tajuk
rencana yang ditulis dari perspektif seorang tokoh sejarah. Lembar
Evaluasi ini berisikan sejum lah kriteria evaluasi (yakni, siswa
memiliki minimal tiga alasan untuk mendukung pandangan si tokoh,
Bab 7 : P e n g a n ta r P e m b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n
dan bermanfaat, kami menempatkan "dugaan-dugaan terbaik" kami
dalam Tabel Taksonomi. Kami membuat tiga.Tabel Taksonomi yang
terpisah: satu untuk hasil analisis kami atas rumusan-rumusan tuju-
an, satu untuk hasil analisis kami atas aktivitas-aktivitas pembelajar
an, dan satu untuk hasil analisis kami atas asesmennya. Langkah
ketiga adalah membaca ulang seluruh catatan kami dan bagian dari
deskripsi-deskripsi sketsa pembelajaran yang relevan untuk menge-
tahui apakah kami dapat m em buat dugaan-dugaan yang lebih baik
lagi. Secara keseluruhan, pembacaan dan penelaahan ulang ini sangat
bermanfaat. Kemudian, kami merevisi catatan-catatan kami dan pe-
nempatannya dalam tiga Tabel Taksonomi. Langkah keempat adalah
memeriksa konsistensi analisis dalam tiga Tabel Taksonomi, dengan
m em bandingkan klasifikasi-klasifikasi tujuan, aktivitas pembelajar
an, dan asesmennya untuk mengetahui tingkat kesesuaian di antara
ketiganya. Setelah mem eriksa semua hasil analisis ini, kami me-
nerjemahkan catatan-catatan kami dalam bentuk narasi yang dapat
Anda baca pada bab-bab sketsa pembelajaran di belakang.
Dalam langkah terakhir ini, kami menangkap sebagian masalah
pokok yang dihadapi guru ketika mereka membuat rencana pem
belajaran dan melaksanakannya. Masalah-masalah ini dibahas pada
Bab 14. Tak pelak, m asalah-masalah ini memang merepotkan guru.
Kami percaya bahwa m engkaji m asalah-m asalah tersebut secara
serius dan mencari solusi-solusinya yang berkelanjutan akan sangat
berm anfaat untuk m eningkatkan kualitas pendidikan.
Bab 7 : P e n g a n ta r P e m b ah as a n Sketsa P e m b e la ja ra n \ 7 9
dalam memahami kerangka pikir dan pendekatan kami, dan juga
menguatkan kerangka pikir dan pendekatan kami. Sketsa-sketsa ini
diharapkan juga dapat membantu pembaca menganalisis dan se-
lanjutnya meningkatkan kualitas pendidikan kita semua. ■
Sketsa Pembelajaran
Nutrisi
Sketsa pem belajaran ini m enggam barkan unit pelajaran tentang
iklan yang dibuat dan diajarkan oleh Ms. Nancy C. Nagengast. Unit
pelajaran ini diajarkan s'elama dua pekan, dan merupakan bagian
dari unit pelajaran tentang nutrisi (gizi) yang diajarkan selama
sembilan pekan.
Saya terakhir mengajarkan unit ini kepada siswa-siswa kelas
dua yang berjumlah 13 anak lelaki dan 13 anak perempuan. Secara
umum, mereka bingung sekali, tetapi setiap kali mereka "m asuk"
ke dalam suatu topik, baik yang berkaitan dengan sekolah atau tidak,
mereka bersemangat dan antusias. Unit pelajaran ini, yang diajarkan
sampai akhir tahun akademik, menguji keterampilan belajar dan ke-
mampuan belajar bersama yang telah mereka miliki.
Dalam rencana saya, unit ini diajarkan selama 30 menit/hari.
Pada hari-hari tertentu, ketika siswa-siswa melakukan suatu aktivitas
dengan asyik, saya menambah alokasi waktunya. Pada hari lain,
ketika siswa mengerjakan tugas asesmen selama 30 atau lebih, saya
alihkan perhatian mereka dari topik iklan dan nutrisi sampai keesok-
an harinya.
Bab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u tr is i 1 8 1
BAGIAN 1: TUJUAN
Unit pelajaran ini mempunyai empat tujuan. Siswa diharapkan
dapat:
1. mengembangkan pengetahuan tentang skema klasifikasi "daya
tarik "1 yang menggambarkan segmen pasar yang disasar oleh
penulis iklan;
2. memeriksa pengaruh iklan pada "akal" mereka dan memahami
bagaimana pengaruh itu bekerja dalam diri mereka;
3. mengevaluasi iklan-iklan di TV dan di koran/majalah berdasar-
kan prinsip-prinsip "daya tarik"; dan
4. menciptakan sebuah iklan produk makanan yang mencermin-
kan pemahaman tentang cara mendesain iklan untuk memenga-
ruhi calon pembeli.
Komentar
Kam i m ulai m enganalisis sketsa pem belajaran ini dengan
m encari p etu nju k-p etun juk dalam rum usan tujuannya. Dalam
rumusan tujuan pertama, petunjuk utamanya terdapat pada frasa
"sk em a k lasifik asi daya ta rik ". D alam dim ensi p engetahu an,
pengetahuan tentang skema klasifikasi m erupakan Pengetahuan
K on septu al. F rasa k erjan y a "m e n g e m b a n g k a n p e n g e ta h u a n "
berkaitan dengan beberapa proses kognitif: Mengingat, Memahami,
atau kategori-kategori lainnya. Di sini, kami belum dapat mengambil
kesimpulan dan masih mencari informasi tambahan.
Dalam rumusan tujuan kedua, petunjuk utamanya tertera dalam
kata kerja "m em eriksa" dan "m em aham i". Pada Tabel 5.1, memeriksa
m erupakan salah satu proses kognitif dalam kategori Mengevaluasi.
Sepintas lalu, "m em aham i" bertalian dengan kategori proses Me
mahami. Namun, sampai di sini, kami belum yakin apakah gurunya
menggunakan istilah tersebut sama seperti yang digunakan dalam
Bab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u t r is i 1 8 3
T abel 8.1. A n a lis is S k e ts a P e m b e la ja ra n N u tris i d e n g a n T a b e l T a k s o n o m i
B e rd a s a rk a n R u m u s a n T u ju a n P e m b e la ja ra n n y a
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i Mengapli- M engana- Mengeva M e ncipta
k a s ik a n lis is lu a s i
A.
P e n g e ta h u a n
F aktual
B. T u ju a n 1 T u jua n 1 T u jua n 3
P e n g e ta h u a n
K on sep tua l
C. T u jua n 4
P e n g e ta h u a n
P ro sed ural
\
D. T u ju a n 2 T u ju a n 2
P e n g e ta h u a n
M e ta k o g n itif
Keterangan:
Tujuan 1 = Mengembangkan pengetahuan tentang skema klasifikasi "daya tarik” yang
menggambarkan segmen pasar yang disasar oleh penulis iklan.
Tujuan 2 = Memeriksa pengaruh iklan pada “akal” mereka dan memahami bagaimana pengaruh itu
bekerja dalam diri mereka.
Tujuan 3 = Mengevaluasi iklan-iklan di TV dan di koran/majaiah berdasarkan prinsip-prinsip “daya
tarik”.
Tujuan 4 = Menciptakan sebuah iklan produk makanan yang mencerminkan pemahaman tentang
cara mendesain iklan untuk memengaruhi calon pembeli.
Komentar
Kam i kem bali m encari petunjuk dalam gam baran tentang
aktivitas-aktivitas pembelajaran yang ditulis guru di atas. Guru me-
m aparkanberagam Pengetnhuan Faktual yang berkaitan dengan tuju
an pertama. Latihan-latihan dalam Lampiran A terfokus pada Penge
tnhuan Faktual (yakni, cari dan lingkari kandungan lemak, cari dan
lingkari kandungan kalori). Aktivitasnya adalah: (1) persiapan untuk
mencapai tujuan pertama atau (2) menunjukkan bahwa Pengetnhuan
Faktual merupakan komponen penting dalam tujuan pertama. Kami
memilih aktivitas pertama karena gurunya segera mulai mendis-
kusikan setiap makanan berdasarkan satu atau lebih kategori daya
tarik.
B ab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n H u tr is i
Komentar
Di sini, guru beralih sepenuhnya ke Pengetnhuan Konseptual.
Petunjuknya adalah penggunaan contoh-contoh yang merupakan
dan bukan daya-daya tarik iklan (sebuah pendekatan untuk meng-
ajarkan Pengetnhuan Konseptual). Sepertinya, Ms. Nagengast ingin
siswa m em buat sistem klasifikasi untuk enarn jenis daya tarik.
Aktivitas-aktivitas ini, selain penggunaan kata "m em aham i" oleh
Ms. Nagengast, menunjukkan upaya untuk mencapai tujuan per-
tama. Penekanannya adalah memahami pengetnhuan konseptual.
Komentar
Tugas-tugas asesmen tersebut juga membuat kami makin m e
mahami tujuan pertama. Tugas pertama adalah mengklasifikasikan
(menempatkan iklan-iklan ke dalam kategori daya tarik yang tepat).
Tugas kedua ialah mencontohkan (member! contoh iklan yang me-
miliki jenis daya tarik tertentu). Meskipun kedua proses kognitif ini
termasuk dalam kategori Memahami (lihat Tabel 5.1), keduanya tidak-
lah sama.
Akan tetapi, salah satu frasa yang dipakai Ms. Nagengast men-
dorong kami berpikir lain: "m enunjukkan daya tarik yang dibuat
oleh penulis iklan". Frasa ini menyiratkan bahwa siswa diharapkan
tidak m engklasifikasikan iklan-iklan berdasarkan daya tarik iklan
yangberpengaruh pada siswa, tetapi diharapkan mengklasifikasikan
iklan-iklan berdasarkan daya tarik yang dibuat oleh pem buat iklan.
Seperti terlihat alam Tabel 5.1, mengatribusikan (menunjukkan daya
tarik yang dibuat oleh penulis iklan) merupakan proses kognitif
dalam kategori Menganalisis, yang lebih kompleks daripada kategori
Memahami.
Komentar
Apakah terdapat penjelasan tentang "m asalah belajar" ini? Ms.
Nagengast sedang membicarakan aktivitas-aktivitas pembelajaran
yang berhubungan dengan tujuan pertama. Namun, siswa-siswanya
mungkin juga mempelajari tujuan kedua, yang membuat mereka
menyadari pengaruh daya tarik iklan pada diri mereka. Sejalan
dengan tujuan pertama, Ms. Nagengast menanyakan daya tarik iklan
yang sengaja dibuat oleh penulisnya. Akan tetapi, siswa-siswa yang
mengetahui bahwa unit pelajaran ini juga mengajarkan tujuan kedua
barangkali malah tidak mengetahui perbedaannya. Oleh karena itu,
m ereka yang m enganalisis daya tarik iklan secara kritis lebih
mungkin mengklasifikasikannya dengan "tepat". Sebaliknya, mereka
yang memandang iklan berdasarkan pemahaman mereka sendiri (pe
ngaruh iklan pada diri mereka) akan mengklasifikasikannya secara
tidak tepat.
Komentar
Ms. Nagengast di sini sedang m em buat perbedaan penting.
Siswa boleh jadi dapat mengingat nama kategori daya tarik iklan
(.Pengetahuan Faktual), tetapi mereka bisa jadi juga tidak dapat m eng
klasifikasikan contoh-contoh daya tarik iklan dengan tepat (Penge
tahuan Konseptual). M s. N ag en g ast m en g ajark an kedua jen is
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i M e n g a p lik a s ik a n M e n g a n a lis is M e n g e v a lu a s i M e n c ip ta
A. Aktivitas-aktivitas
P e n g e ta h u a n dalam m engajar-
Faktual kan Tujuan 1
B. Tujuan 1 Tujuan 1 A k tiv ita s - a k tiv ita s Tujuan 3 A k tiv ita s - a k tiv ita s
P en g e ta h u a n A k tiv ita s -a k tiv ita s dalam mengajarkan A k tiv ita s - a k tiv ita s dalam mengajarkan
Bab 8 : Sketsa Pembelajaran N utrisi
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i M e n g a p lik a s ik a n M e n g a n a lis is M e n g e v a lu a s i M e n c ip ta
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen
K eterangan:
T u jua n 1 = M e n g e m b a n g k a n p e n g e ta h u a n te n ta n g ske m a klasifika si “d aya tarik" yang m e n g g a m b a rka n seg m e n p a sa r yang d is a sa r oleh p en ulis
iklan.
T ujuan 2 = M e m e riksa p en ga ru h iklan pada “a k a l” m e re ka dan m e m a h a m i b a g a im a n a p en ga ru h itu b ekerja dala m diri m ereka.
T u jua n 3 = M e n g e va lu a si ikla n -ikla n di T V d an di k o ra n /n ia ja la h b erd a sa rka n p rin sip -p rin sip “d aya ta rik ” .
T ujua n 4 = M e n cip ta ka n se b u a h iklan p rod u k m a ka na n yang m e n ce rm in ka n p em a h a m a n te n ta n g cara m e n d esa in iklan untuk m e m e n g a ru h i calo n
p em beli.
Komentar
Sejalan dengan rumusan Tujuan 2, aktivitas-aktivitas ini terfokus
pada pengaruh iklan pada siswa sendiri. "Latihan menjodohkan"
(Lampiran B) m erupakan upaya untuk m engetahui Pengetahuan
Fnktual siswa tentang iklan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru agaknya dim aksu dkan untuk m en stim u lasi Pengetahuan
Metakognitif.
Dalam diskusi kelas, siswa-siswa ditanya, misalnya, "Apa pen-
dapatmu ketika mendengar iklan ini?" dan "Penulis iklan ber-
harap Anda berpikir apa ketika iklannya mengatakan bahwa
Taufik Hidayat memakai produk ini?" Komentar, pertanyaan,
dan hasil pengamatan yang dikem ukakan dalam diskusi ini
menjadi bukti pencapaian tujuan kedua.
Komentar
Pertanyaan pertama menguatkan pendapat kami bahwa Tujuan
2 menekankan pada memahami pengetahuan metakognitif (yakni, me-
mahami pengaruh iklan pada diri siswa). Pertanyaan kedua meng-
hendaki lebih dari sekadar Memahami. Siswa diharapkan mencermati
iklan dari sudut pandang penulis/perancang iklan (yaitu, mengatri-
busikan). Pertanyaan ini menguatkan pendapat kami bahwa gurunya
ingin siswa Menganalisis iklan-iklan dengan mengulik tujuan pe-
nulis/perancang iklan. Ini juga selaras dengan pendapat kami
tentang aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan tujuan pertama.
Ketika siswa sudah m enguasai konsep daya tarik dan men-
diskusikan pengaruh daya tarik itu pada diri mereka, saya me-
nayangkan tiga atau empat iklan dengan pemutar cakram video
(video player), mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
yang bekerja dalam kelompok, untuk mengevaluasi seberapa
besar pengaruh iklan-iklan itu. Siswa harus menilai seberapa
bagus daya tarik iklannya dan seberapa meyakinkan dan me-
maksa iklan-iklan tersebut. Siswa m em buat kriteria-kriteria
tentang "m eyakinkan" bersama-sama gurunya. Kriteria-kriteria
ini dijadikan draf awal pedoman penskoran. Setelah dilakukan
B ab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u t r is i 1 9 1
beberapa perbaikan, pedom an penskoran ini m enjadi lebih
bagus dan berm anfaat bagi siswa untuk m enunjukkan hasil
evaluasi mereka terhadap iklan-iklan tadi (lihat Lam piran C
pada bagian akhir bab ini). Salah satu perbedaan pokok dalam
draf-draf itu adalah bahwa pedoman penskoran awal terlalu
banyakm enggunakanbahasa saya [guru],bukanbahasa siswa.
Komentar
Di sini fokusnya beralih ke Mengevaluasi. Untuk Mengevaluasi,
siswa harus m em punyai pengetahuan tentang kriteria-kriteria "m e-
yakinkan" (Pengetahuan Konseptual). Kami mesti m enekankan lagi
bahwa iklan-iklan itu sendiri sebenarnya m erupakan bahan-bahan
yang digunakan untuk m engajarkan Pengetahuan Konseptual; iklan-
iklan tersebut bukan pengetahuan yang harus dipelajari saja. Ms.
Nagengast jelas ingin siswa-siswanya m enggunakan pengetahuan
mereka untuk menilai iklan-iklan yang mereka lihat di luar kelas di
masa mendatang.
Komentar
Dalam Tabel 5.1, merencanakan adalah proses kognitif dalam
kategori Mencipta. Oleh karena siswa harus m erencanakan iklan
mereka berdasarkan pengetahuan mereka tentang cara mendesain
iklan untuk m emengaruhi calon pembeli, komponen pengetahuan
pada tujuan ini term asuk dalam kategori Pengetahuan Prosedural.
Lantaran rencana mereka dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria
yang eksplisit, di sini Pengetahuan Konseptual juga terlibat. Namun,
Komentar
Kami beranggapan bahwa pedoman penskoran pada Lampiran
C merupakan kriteria-kriteria yang digunakan untuk Mengevaluasi
iklan-iklan siswa yang sudah diperbaiki. Harap dicatat bahwa Ms.
Nagengast tidak memakai kata Mengevaluasi, melainkan Menganalisis.
jelaslah bahwa pedoman penskoran ini mengharuskan analisis; tetapi
analisisnya menjadi dasar untuk m engevaluasi kualitas iklan-iklan
tersebut. Selain berdasarkan kriteria-kriteria evaluasi pada Lampiran
C, siswa diminta untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dengan
berpatokan tiga kriteria lain: (1) kekuatannya, (2) cara meningkatkan
Komentar
Sisw a d en g an se n d irin y a m en g etah u i p erb ed aan antara
aktivitas-aktivitas dan tujuan pem belajaran (yakni, tujuan aktivitas
dalam pengertian hasil belajar). Analisis kami atas seluruh aktivitas
pembelajaran selama sepuluh hari terangkum dalam Tabel 8.2 di atas.
Untuk m em bantu Anda m em bandingkan antara aktivitas-aktivitas
pem belajaran dan rumusan-rum usan tujuannya, tujuan-tujuan dari
Tabel 8.1 ditulis kembali dengan cetak tebal pada Tabel 8.2. Aktivitas-
aktivitas pem belajarannya ditulis miring.
BAGIAN 3: ASESMEN
Saya mengases siswa dengan beragarja cara. Diskusi kelas mem-
beri informasi yang bermanfaat untuk mengetahui apakah siswa me-
ngerti tujuan-tujuan pem belajarannya atau tidak. Sewaktu siswa
bekerja kelom pok, saya berjalan keliling ruangan kelas untuk me-
mantau perkembangan kerja mereka dan mengecek serta memasti-
kan bahwa setiap anggota kelompok berpartisipasi dalam pekerjaan
mereka. Pengamatan ini memberi informasi yang sebenarnya tentang
perkembangan kerja mereka.
Selain memantau diskusi siswa, saya membaca lembar-lembar
kerja yang mereka buat sebagai bagian dari studi mereka (yaitu
rancangan iklan mereka). Lalu, saya secara teliti mengevaluasi iklan-
iklan yang siswa buat, untuk m engetahui pem aham an mereka
tentang gagasan-gagasan pokok perihal nutrisi.
Saya m enilai m ereka b erd asark an p ekerjaan sekolah dan
pekerjaan rumah mereka. Dalam unit pelajaran ini, saya menilai
Komentar
Sebagian besar pembicaraan Ms. Nagengast tentang asesmen
sebatas asesmen inform al dan pem berian nilai secara informal pula.
Ia m em buat tugas-tugas asesmen yang berbeda dan terpisah-pisah
hanya untuk tujuan pertama. Untuk tujuan-tujuan lainnya, ia meng-
gunakan aktivitas-aktivitas pem belajaran tertentu sebagai tugas
asesmen; aktivitas-aktivitas ini dimaksudkan untuk membantu siswa
belajar dan untuk m engases pem belajaran sisw a. Fungsi ganda
aktivitas-aktivitas pem belajaran ini (untuk belajar dan asesmen)
cukup lazim bagi guru-guru yang m em buat sketsa-sketsa ini. Pada
kebanyakan kasus, meskipun dapat digunakan untuk memberi nilai
siswa, asesmen tersebut sebenarnya m erupakan asesmen formatif
sebab tujuan utamanya adalah m engarahkan siswa "ke rel yang
tepat".
Satu-satunya bagian asesm en yang dapat dianalisis dengan
Tabel Taksonomi adalah "secara teliti m engevaluasi iklan-iklan yang
siswa buat". Pedoman penskoran yang digunakan untuk mengeva
luasi iklan-iklan itu berisi enam kriteria ("komponen-komponen pen
skoran") (lihat Lam piran C). Kom ponen penskoran pertama (A)
merupakan uji kesesuaian iklan dengan unit pelajarannya (tentang
nutrisi) dan makanya tidak diklasifikasikan. Kom ponen penskoran
kedua (B) agak berkaitan dengan Tujuan 1. Komponen B ini menekan-
kan bukan pada identifikasi jenis daya tariknya (yakni Pengetahuan
Konseptnal), m elainkan pada apakah iklannya m em bangkitkan
"keinginan dan kebutuhan orang" atau tidak (cenderung m asuk ke
ranah afektif ketimbang kognitif). Kom ponen penskoran ketiga (C)
Bab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u tr is i J 95
paling berkaitan langsung dengan pengetahuan dalam Tujuan 4
(yakni Pengetahuan Prosedural). Komponen penskoran keempat (D)
menyangkut teknik yang realistis (maka, kurang berkaitan dengan
rumusan-rumusan tujuannya). Namun, kami menempatkan asesmen
4 ini dalam kotak B6 (mencipta [berdasarkan] pengetahuan konseptual).
Komponen penskoran keempat (E) dan kelima (F) berkenaan dengan
audiens iklan. Apakah iklannya mendorong audiens untuk membeli
makanannya? Apakah iklannya sudah tertuju pada audiens yang
sengaja ingin disasar? Kedua kriteria evaluasi ini bertalian dengan
Tujuan 2, jika asumsinya adalah siswa mem andang diri mereka se-
bagai audiens yang sengaja disasar.
Analisis kami atas asesmen-asesmen ini dalam kerangka Tabel
Taksonomi disajikan pada Tabel 8.3. Sekali lagi, agar Anda lebih
mudah membandingkan antara aktivitas-aktivitas pembelajaran dan
rum usan-rum usan tujuannya, tujuan-tujuan yang dicantum kan
dalam Tabel 8.1 dan aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam Tabel
8.2 tetap dicantumkan dalam Tabel 8.3.
D im e n s i P ro s e s K o g n itif
D im e n s i
P e n g e ta h u a n 1. 2. 3. 4. 5. 6.
M e n g in g a t M em aham i M e n g a p lik a s ik a n M e n g a n a lis is M e n g e v a lu a s i M e n c ip ta
A. Aktivitas-aktivitas
Pengetahuan dalam mengajar-
Faktual kanTujuan 1
K eterangan:
T ujuan 1 = M e n g e m b a n g ka n p e n g e ta h u a n te n ta n g skem a klasifika si “d aya ta rik ” y a n g m e n g g a m b a rka n seg m e n p asar yang d is a sa r oleh
p en ulis iklan.
T ujua n 2 = M e m eriksa p e n ga ru h iklan pada “a ka l” m e re ka dan m e m a h a m i b ag aim a na p en ga ru h itu b ekerja d a la m diri m ereka.
T ujua n 3 = M e n g e va lu a si ikla n -ikla n di T V d an di koran /m a ja la h b e rd a sa rka n p rin sip -p rin sip “daya ta rik ”.
T u jua n 4 = M e ncipta ka n se b u a h iklan p ro d u k m a ka n a n yan g m e n ce rm in ka n p e m a ha m an te n ta n g cara m e n d e sa in iklan u ntuk m e m en ga ru hi
calon pem beli.
A se sm e n 1 = L atihan di kela s— m e n g kla sifika sika n dan m e n con toh kan .
A sesm en 2 = P e rta n ya a n -p e rta n ya a n “tin g k a t tin g g i” di kelas.
A se sm e n 3 = Ikla n -iklan yang d ita ya n g ka n di p e m u ta r cakra m vide o.
A se sm e n 4 = P ed o m an p en sko ra n.
K o ta k-kotak yang b erw a rn a h ita m m e n u n ju kka n ke se su a ia n yan g p aling tin g g i di antara ketiga k o m p o n e n — tuju an , a ktivita s p em b ela jaran , dan
a se sm en te rd a p a t di dala m kota k yan g sam a . K o ta k-ko ta k yan g b erw a rn a leb ih te ra n g m e n u n ju kka n d ua ko m p o n e n n ya te rd a p a t dala m k ota k yang
sam a.
tujuan keempat ini merupakan satu-satunya tujuan yang dievaluasi
dengan asesmen dan evaluasi formal.
B ab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u t r is i 201
Tujuan 1, siswa yang m engklasifikasikan iklan berdasarkan
reaksi m ereka sendiri terhadap iklan (Memahami) akan me-
nempatkan daya tarik iklan dalam kategori yang berbeda dengan
yang dilakukan siswa yang mengklasifikasikannya berdasarkan
tujuan penulis/perancang iklan (Menganalisis). Pertanyaan ini
penting karena, dalam praktiknya, penentuan kesesuaian antara
tujuan, aktivitas-aktivitas pembelajaran dan asesmen kerap kali
didasarkan pada dimensi pengetahuan saja atau dimensi proses
kognitif saja. Dasar penentuan semacam ini menyesatkan sebab
tidak melibatkan interaksi dua dimensi yang, kami percaya,
m enunjukkan proses belajar yang diinginkan.
2. A pakah keterlibatan sisw a dalam m em buat ru brik-ru brik
penskoran menjadikan validitasnya rendah? Di satu sisi, sulit
untuk mengkritik guru-guru yang melibatkan siswa dalam me-
nyusun kriteria-kriteria untuk mengevaluasi pekerjaan siswa
sendiri. Di sisi lain, akan timbul masalah bila guru terlalu banyak
m elibatkan siswa dalam menyusun kriteria-kriteria evaluasi.
Dari enam kriteria evaluasi yang dibuat siswa, hanya dua (A
dan E) atau tiga (C) yang berkaitan erat dengan pengetahuan
yang hendak diajarkan dalam unit pelajaran ini. Kriteria-kriteria
lainnya agak kabur (B), atau kurang berkaitan dengan (D dan
F) nutrisi, isi unit pelajaran ini. Konsekuensinya, siswa-siswa
yang m enguasai Pengetahuan Konseptual (yaitu, klasifikasi daya
tarik iklan) dan Pengetahuan Prosedural (yakni, aspek-aspek
"teknis" dalam mendesain iklan yang "m enarik") memperlihat-
kan hasil evaluasi yang rendah atas iklan-iklan karya mereka,
karena kriteria-kriteria evaluasinya kurang valid. Salah satu cara
untuk mengatasi masalah ini adalah menentukan meta-kriteria,
yakni kriteria-kriteria yang digunakan bersama siswa untuk
m enentukan kriteria-kriteria evaluasi yang ada dalam rubrik
penskoran. Cara lainnya ialah guru mengkritisi kriteria-kriteria
evaluasi buatan siswa sehingga menggiring mereka mengenali
masalah-masalah pada knteria-kriteria tersebut (yakni, ketidak-
relevanan).
2 0 2 P e m b e l a j a r a n , P e n g a ja r a n , d a n A s e s m e n
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari aktivitas-aktivitas pem-
belajaran yang berfungsi ganda, yakni sebagai cara untukmeng-
ajar dan cara untuk mengases? Fungsi ganda seperti ini, meski
lazim terjadi, menimbulkan setidaknya dua masalah. Masalah
pertama adalah m engaburkan perbedaan antara tujuan dan
aktivitas pem belajaran; akibatnya, sisw a yang melakukan
sebuah aktivitas dengan baik (misalnya, membuat satu iklan)
dianggap telah menguasai tujuannya (yakni kemampuan untuk
m em produksi iklan yang sesuai dengan kriteria-kriteria ter-
tentu), padahal aktivitas tersebut hanyalah satu sampel dari
banyak aktivitas yang bertalian dengan tujuan tersebut.
B ab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u t r is i 203
Lampiran A: Bacalah Labelnya!
Bacalah
Label ini!
NUTRITION INFORMATION
SERVING SIZE . . ..........1 CUP
B acalah label-lab e l m a ka na n ini dan
CALORIES............ ............120
tu n ju k k a n la h k a n d u n g a n g iz i d a ri PROTEIN .............. . . 8 GRAMS
m a ka n a n -m a ka n a n ini. CARBOHYDRATE .11 GRAMS
FAT.......................... . . 5 GRAMS
S O D IU M .............. ...1 2 S mg
B a c a la h la b e l-la b e l m a k a n a n y a n g
NUTRITION INFORMATION A n d a m a ka n di rum ah. A p a k a h A nda
CALORIES . . 2 5 0 PR O TEIN .. 5 g CARBOHYDRATE. . 20
m e n e m u k a n in fo rm a s i te n ta n g k a n
FAT . . 2 g SODIUM . . 25 m g _____________
d u n g a n g izin ya ?
204 P e m b e l a j a r a n , P e n g a ja r a n , d a n A s e s m e n
Lampiran B: Mengidentifikasi Produk dari Jargon Iklannya.
K o m p o n e n P e n s k o ra n S kor
206 P e m b e l a j a r a n , P e n g a ja r a n , d a n A s e s m e n
K o m p o n e n P e n s k o ra n Skor
E. A p a k a h ik la n n y a m e m b u a t 4 — A u d ie n s b e rg e g a s m e m b e li p rod u kn ya.
a u d ie n s ingin m e m b e li m a - 3— A u d ie n s a ka n m e m be li p ro d u kn ya pada w aktu lain.
ka n a n n y a ? 2— A u d ie n s b e rp ik ir-p ik ir u n tu k m e m b e lin ya .
1— A u d ie n s m u n g kin tid a k m e m b e lin ya .
B ab 8 : Sketsa P e m b e la ja ra n N u tr is i 207
Bab 9
Sketsa Pembelajaran
Macbeth
BAGIAN 1: TUJUAN
Tujuan utama unit pelajaran ini adalah siswa belajar menangkap
relevansi karya sastra seperti Macbeth dengan kehidupan mereka
sendiri. Tujuan sekundernya adalah siswa mengingatbagian-bagian
penting dari drama ini (yakni, peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh
tertentu, serta hubungan antara peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh
tersebut).
Komentar
Pada tujuan utamanya, frasa kerjanya adalah "menangkap
relevansi" dan frasa bendanya adalah "karya sastra dengan kehidup
an mereka sendiri". Untuk "menangkap relevansi", siswa sepertinya
harus membandingkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam
drama itu dengan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan mereka sendiri. Pada Tabel 5.1, membandingkan adalah
sebuah proses kognitif dalam kategori Memahami. Melihat frasa
Aktivitas Pendahuluan
Pada hari pertama, saya terfokus pad^ sebagian dari konsep-
konsep pokok dalam drama Macbeth ini. Saya menulis kata-kata
"ambisi", "godaan", dan "takut" di papan tulis dan membagi kelas
jadi tiga kelompok. Anggota-anggota setiap kelompok diminta untuk
menulis salah satu dari tiga kata itu selama lima menit. Mereka
dengan sangat cepat mengerti bagaimana ambisi dapat membantu
atau menghambat seseorang, bagaimana godaan dapat ditolak, dan
bagaimana ketakutan dapat diatasi atau ditaklukkan. Hal ini meng-
giring mereka untuk mendiskusikan bahwa ketiga istilah tersebut
sangat pen ting untuk memahami Macbeth.
Selan ju tn y a, saya m engatakan kepada m ereka bahw a
Shakespeare menghadapi sangat beragam audiens dan tentu saja sulit
untuk menangkap perhatian mereka; karenanya, dia merasa perlu
memperkuat alur ceritanya dan pada adegan pembukaan mem-
bangun suasana yang merembes ke seluruh babak. Lalu, saya me-
A. Tujuan
P engetahuan 2
Faktual
B. Tujuan
P engetahuan 1
Konseptual
N
C.
P engetahuan
Prosedural
D.
P engetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Siswa belajar menangkap relevansi karya sastra seperti Macbeth dengan
kehidupan mereka sendiri.
Tujuan 2 = Siswa mengingat bagian-bagian penting dari drama ini.
Komentar
Aktivitas pendahuluan ini menekankan pada memahami penge-
tahuan konseptual. Konsep-konsep kunci seperti ambisi, godaan, takut
(pada paragraf pertama bagian Aktivitas Pendahuluan), suasana jiwa
(pada paragraf kedua), dan paradoks (pada paragraf ketiga). Setelah
mendapat pengetahuan, siswa diminta untuk "membahasakannya
dengan kata-kata mereka sendiri" (paragraf ketiga) dan menyebutkan
contoh-contohnya pada zaman sekarang (paragraf ketiga). Dalam
Tabel 5.1, "memparafrasakan" merupakan nama lain dari menafsirkan
dan "memberi contoh" adalah nama lain dari mencontohkan. Menafsir
kan dan mencontohkan merupakan proses-proses kognitif dalam kate-
gori Memahami.
Komentar
Penekanannya masih pada memahami pengetahuan konseptual.
Untuk menulis catatan harian tentang drama ini, mereka harus mem-
bandingkan dan mengontraskan (Memahami). Dua konsep super-
ordinat — sinem atografi dan pemeranan— digunakan sebagai
kerangka untuk menulis catatan harian. Dalam mempelajari Babak
II, konsep utamanya adalah topik. Siswa mencermati tiga topik ketika
mereka membaca Babak II: darah, tidur, dan kegelapan. Aspek afektif
dalam konsep-konsep ini muncul ketika Ms. Jackson menyuruh siswa
menulis tentang "perasaan-perasaan yang timbul dalam diri mereka
[sebagai respons atas setiap konsep]"
Aktivitas terakhirnya juga menekankan proses kognitif me
mahami pengetahuan konseptual. Siswa diminta mencari contoh-contoh
topiknya dalam drama itu dan mendeskripsikan signifikansi setiap
topik dalam konteks drama tersebut. Mencari contoh-contoh adalah
mencontohkan (Memahami). Perihal signifikansi topik dan pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan Ms. Jackson selama mendiskusikan
Babak II menuntut kategori-kategori proses di luar Memahami. Me-
nentukan "signifikansi dalam konteks drama ini" adalah mengatri-
busikan. Demikian pula, pertanyaan tentang penolakan Macbeth
untuk kembali ke kamar Duncan menuntut proses kognitif mengatri-
busikan.
Pertanyaan terakhir yang mendorong siswa-siswa berspekulasi
tentang apa yang akan terjadi andaikata Lady Macbeth membunuh
Komentar
Lagi-lagi, petunjuk untuk mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas
pembelajaran ini dalam Tabel Taksonomi berasal dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan Ms. Jackson. Ia meminta siswa "men-
jelaskan" (Memahami), "membandingkan" (Memahami), dan "meng-
kritik" (Mengevaluasi). Akan tetapi, tidak seperti dalam pertanyaan
evaluatif sebelumnya, kriteria yang digunakan siswa dalam menilai
(yakni, bagus dan tidak bagus) diberikan oleh Ms. Jackson.
Komentar
Dengan tetap menekankan Pengetahuan Konseptnal, Ms. Jack-
son mengenalkan konsep "ironi". Perlu diperhatikan bahwa ia ingin
siswa-siswanya memahami konsep ini, bukan sekadar mengingat-
nya. Dalam kata-kata Ms. Jackson, siswa harus "memahaminya, tak
sekadar menghafalnya". Agar siswa-siswa menguasai Pengetahuan
Konseptual dengan cepat, pertanyaan-pertanyaan Ms. Jackson meng-
haruskan mereka Memahami (menafsirkan dan menjelaskan) dan Meng-
analisis (mengatribusikan).
Analisis kami atas aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam Tabel
Taksonomi disajikan pada Tabel 9.2.
BAGIAN 3: ASESMEN
Tugas asesmen pokoknya adalah proyek kelompok yang nanti
dipresentasikan di depan kelas. Setiap kelompok terdiri dari dua
sampai empat siswa. Misalnya, "Pilihlah sebuah adegan dalam
drama ini dan tulislah kembali adegan itu dalam seting dan bahasa
modern, tetapi pertahankan isinya. Presentasikan hasil kerja ini di
depan kelas." "Buatlah koran Indonesia Pos yang memberitakan
peristiwa-peristiwa penting dalam drama itu. Isilah koran ini dengan
berita, feature, artikel, tajuk rencana, feature khusus seperti kartun
politik, kolom pepatah, dan iklan." Kriteria-kriteria penilaian tugas
ini ditunjukkan pada Lampiran D pada akhir bab ini.
Komentar
Petunjuk-petunjuk untuk menempatkan tugas asesmen ini
secara tepat pada Tabel Taksonomi terdapat dalam dua sumber: (1)
perintah-perintah kepada siswa dan (2) lima kriteria yang dipakai
C.
P e ng et ah uan
Prosedural
D.
P e ng et ah uan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Siswa belajar menangkap relevansi karya sastra seperti Macbeth dengan kehidupan
mereka sendiri.
Tujuan 2 = Siswa mengingat bagian-bagian penting dari drama ini.
Komentar
Ms. Jackson "lebih percaya" pada proyek kelompok ketimbang
pada tes. Maka, tujuan pertamanya merupakan tujuan "nyata" dari
unit pelajaran ini, sedangkan tujuan kedua merupakan tujuan utama
karena tujuan ini "diharapkan" oleh siswa dan/atau sekolah. Ms.
Jackson juga mengases efektivitas pembelajaran ini dalam pengertian
sikap (respons) siswa terhadapnya (yakni, makin senang, makin
Pengetahuan
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
C.
Pengetahuan
Prosedural
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
D.
Pengetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Siswa belajar menangkap relevansi karya sastra seperti Macbeth dengan kehidupan mereka sendiri.
Bab 9 : Sketsa Pembelajaran Macbeth
Seting
Suara
Pencahayaan
Efek Khusus
Tukang-tukangSihir
\
Macbeth
Lady Macbeth
______ — ---------------------------------------------
Riset
Akurasi (30%)
Ketelitian (30%)
Presentasi
Kreativitas (15%)
Kemenarikan (15%)
Total
3. Apa yang dikatakan orang bertopi baja kepada Macbeth agar dia
waspada?
7. Apa yang Macbeth kira dia lihat sesaat sebelum Duncan dibunuh?
Sketsa Pembelajaran
Penjumlahan
BAGIAN 1: TUJUAN
Tujuan. utama dari unit pelajaran yang diajarkan selama tiga
pekan ini adalah siswa mengingat kembali penjumlahan bilangan-
bilangan (sampai jumlah 18) tanpa manipulasi. Tujuan-tujuanjangka
panjangnya adalah membantu siswa (1) mengerti bahwa menghafal
dapat dilakukan secara lebih efisien (dalam keadaan-keadaan
tertentu) dan (2) memperoleh pengetahuan praktis tentangberbagai
strategi menghafal. Dalam bahasa yang lebih konkret, siswa dapat
menghitung penjumlahan horizontal dan v^rtikal. Penjumlahannya
melibatkan satu dan dua bilangan satu digit (dengan jumlah tidak
lebih dari 18). Contohnya:
6+7= 5+7+3= 7 4
9 5
—+ 5
— +
Komentar
Dalam kerangka Tabel Taksonomi, tujuan utama dari unit
pelajaran ini terlihat jelas: mengingat pengetahuan faktual. Dua tujuan
"jangka panjangnya" adalah memahami pengetahuan nietakognitif
(khususnya pengetahuan tentang strategi-strategi umum dan penge-
Komentar
"Menghafal fakta dalam kantong" menekankan pada mengingat
pengetahuan faktual. Aktivitas ini berlangsung setiap hari.
A. Tujuan 1
P e ngetahuan
Faktual
B.
P e ngetahuan
Konseptual
C. Tujuan 3
P e ng etahuan
Prosedural
D. Tujuan 2
P e ngetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Mengingat hasil-hasil penjumlahan (sampai jumlah 18).
Tujuan 2 = Mengerti bahwa menghafal dapatdilakukan secara lebih efisien (dalam keadaan-
keadaan tertentu).
Tujuan 3 = Memperoleh pengetahuan praktis tentang berbagai strategi menghafal.
Komentar
Aktivitas yang berlangsung selama setahun ini juga terfokus
pada mengingat pengetahuanfaktual. Batas waktunya yang ketat untuk
mengerjakan soal (30-35 soal per menit) niscaya menuntut penghafal-
an.
Hari 1-4
Setelah aktivitas-aktivitas harian ini dilakukan, empat hari per-
tama pelajaran unit ini digunakan untuk m enyelesaikan
Lembaran Tembok Besar Penjumlahan. Sebelumnya, saya
siapkan kertas berukuran 3 x 7 meter dan membuat kolom-
kolom dan baris-barisnya. Bilangan 0-9 ditulis di bagian kiri
atas kertas. Siswa-siswa menggunakan dua warna cat untuk
menulis operasi penjumlahan dengan turus-turus dan belajar
mengatakan hasil-hasil penjumlahan yang mereka buat. Lalu,
mereka menuliskan hasil-hasil penjumlahan dalam kotak-kotak
Lembaran Tembok Besar Penjumlahan itu. Pada hari kedua,
lembaran ini sudah penuh dengan tulisan. Saya katakan kepada
siswa-siswa bahwa ada 100 hasil penjumlahan yang akan
mereka pelajari pada akhir tahun kelas dua, dan selama bebe-
rapa hari mendatang, mereka akan belajar strategi-strategi untuk
membantu mereka menghafal hasil-hasil penjumlahan tersebut.
Komentar
Sebagian aktivitas ini bertujuan untuk memotivasi siswa. Ms.
Hoffman ingin menunjukkan kepada siswa betapa banyak yang telah
mereka ketahui dan, makanya, tinggal "sedikit" lagi yang perlu
mereka pelajari. Dalam kerangka Tabel Taksonomi, mencari pola
melibatkan proses kognitif membandingkan, dan sifat komutatif adalah
sebuah prinsip. Maka, penekanannya di sini ialah memahami penge
tahuan konseptual. Perhatikan bahwa Ms. Hoffman tidak mengguna
kan frasa "sifat komutatif" dalam berbicara kepada siswa-siswanya.
Ia lebih tertarik untuk mengajarkan bahwa "susunan bilangan tidak
Hari 5-6
Aktivitas pembelajaran yang berlangsung pada hari kelima
dan keenam adalah "Teman Bilangan". Dalam aktivitas ini,
siswa m enggunakan "penjum lahan bilangan yang sama"
(mereka mengetahuinya) untuk menghafal hasil-hasil pen
jumlahan bilangan-bilangan lainnya. Saya meminta siswa men-
cari pola pada Lembaran Tembok Besar Penjumlahan, di baris
dan kolomnya. Saya meminta seorang siswa untuk menunjuk-
kan penjumlahan bilangan-bilangan yang sama (misalnya, 3 +
3,4 + 4) dan melingkari bilangan-bilangan tersebut. Saya katakan
kepada mereka bahwa pada Lembaran itu terdapat "teman
bilangan". Saya menyebut penjumlahan bilangan yang sama 4
+ 4 = 8 sebagai cantohnya dan menuliskannya di papan tubs.
Di sisi papan tulis lainnya, saya menulis 3 + 4 = 7 dan 5 + 4 = 9.
Saya bertanya kepada siswa-siswa mengapa saya menyebut
penjum lahan-penjum lahan itu sebagai "tem an bilangan".
(Jawabannya adalah bahwa penjumlahan-penjumlahan tersebut
menggunakan bilangan yang sama, yaitu 4). Saya menunjuk
penjumlahan bilangan-bilangan yang sama lainnya. Saya ber
tanya kepada mereka bagaimana penempatan teman-teman
bilangan ini di Lembaran Tembok Besar Penjumlahan. (Jawab
annya adalah bahwa teman-teman bilangan ini berada di dua
sisi Lembaran, yakni sisi atas dan sisi bawan.)
Selanjutnya, saya bertanya apakah setelah mengetahui satu
"teman bilangan", mereka dapat mengetahui teman-teman
bilangan lainnya. Sewaktu siswa-siswa berdiskusi, sebagian
teman lainnya mulai mengerti. Saya ajak mereka memerhatikan
lagi Lembaran Tembok Besar Penjumlahan dan meminta siswa-
siswa lain untuk menunjuk teman-teman bilangan di sekitar
semua penjumlahan bilangan yang sama. Saya menandai semua
teman bilangan yang mereka tunjuk. Saya yakin aktivitas ini
Komentar
Sebagaimana aktivitas pembelajaran sebelumnya, aktivitas-
aktivitas ini mengajak siswa untuk mencari pola dan hubungan.
Dalam kerangka Tabel Taksonomi, penekanannya adalah memahami
pengetahuan konseptual (lebih tepatnya, membandingkanpengetahuan
ten tang struktur).
Hari 7-8
Pada hari ketujuh dan kedelapan, saya mengenalkan
aktivitas "keluarga bilangan". Dalam aktivitas ini, saya meminta
siswa memerhatikan secara saksama tiga bilangan dalam sebuah
persamaan dan memindah-mindah letak ketiga bilangan untuk
mengetahui hubungan-hubungan di antara ketiganya. Saya
menulis sebuah persamaan di papan tulis (yakni 2 + 3 = 5). Saya
bertanya apakah siswa dapat mengubah susunan persamaan
ini (jadi 3 + 2 = 5). Saya bertanya Ihgi apakah mereka dapat
membuat operasi pengurangan dengan bilangan-bilangan
tersebut (misalnya, 5 - 2 = 3). (Mereka umumnya membutuhkan
bantuan guru untuk melakukannya. Petunjuk-petunjuk seperti
"mulailah dengan bilangan terbesar" membantu mereka.)
Lalu, saya membuat gambar rumah yang mewadahi dua
operasi penjumlahan dan dua operasi pengurangan dan menulis
bilangan-bilangan 2, 3, dan 5 di "lotengnya". Saya sampaikan
kepada siswa bahwa empat persamaan ini termasuk dalam
sebuah keluarga bilangan yang sama dan keempatnya boleh
tinggal di rumah itu. Kemudian, saya menggambar rumah lain
dan menempatkan bilangan-bilangan 4, 5, dan 9 di lotengnya.
Saya meminta siswa membentuk kelompok dua-dua untuk
mencari keluarga bilangan yang boleh tinggal di rumah itu. Saya
Komentar
Sebagaimana pada awal pertemuan, siswa diminta mengeks-
plorasi hubungan-hubungan yang ada dalam persamaan (misalnya,
mengubah letak bilangan> mencari hubungan). Tanpa menggunakan
kata "komutasi", Ms. Hoffman mengenalkan konsep penting dalam
persamaan ini kepada siswa. Aktivitas ini diklasifikasikan dalam
memahami pengetahuan konseptual. Petunjuk yang diberikan Ms.
Hoffman —"mulailah dengan bilangan terbesar"— dapat dianggap
sebagai langkah pertama dalam prosedur pengubahan operasi pen-
jumlahan jadi operasi pengurangan, dan kemudian siswa dapat me-
lakukannya. Jika ia mengajarkan prosedur ini sampai tuntas, aktivitas
ini diklasifikasikan dalam mengaplikctsikan pengetahuan prosedural.
Diskusi penutupnya mengembalikan siswa ke tujuan utama
yang dirumuskan oleh Ms. Hoffman, yaitu mengingat kembali pen-
jumlahan bilangan-bilangan (sampai jumlah 18). Namun, aktivitas-
aktivitas pembelajaran pada delapan hari pertama menekankan pada
memahami pengetaliitan konseptual. Diskusi penutupnya pada Hari 8
menguatkan konsep "komutasi".
Hari 9-10
Pada hari kesembilan dan kesepuluh, saya mengajak siswa
melakukan apa yang saya sebut "membuat jumlah sepuluh".
Komentar
Ini merupakan aktivitas yang "kaya kognitif". Siswa diminta
mengaplikasikan pengetahuan prosedural (yakni, mempraktikkan
prosedur "m em buat jum lah sepuluh"), memahami pengetahuan
prosedural (yaitu, mendiskusikan cara kerja "membuat jumlah se
puluh"), dan memahami pengetahuan metakognitif (yakni, mendes-
kripsikan bagaimana prosedur-prosedur semacam "membuat jumlah
sepuluh" membantu mereka menghafal pengetahuan seperti hasil-
hasil penjumlahan).
Hari 11-13
Pada hari 11 sampai ke-13, saya bersama siswa-siswa meng-
eksplorasi penggunaan berbagai cara untuk menghafal hasil-
hasil penjumlahan yang lebih dari 10. Saya mulai dengan me-
nulis soal latihan 5 + 8 di papan tulis dan kemudian bertanya
kepada siswa bagaimana cara mereka mencari jawabannya.
Jawaban-jawaban mereka adalah menghitung dengan meng-
urutkan bilangan; menggunakan jari, benda, kalkulator, atau
Komentar
Fokus pada tiga hari ini adalah cara-cara yang dapat dipakai
siswa.untuk belajar penjumlahan sampai 18. Pengetahuan Konseptual
(yakni, keluarga bilangan) dan Pengetahuan Prosedural (yaitu, mem-
. buat jumlah sepuluh) sudah tersedia dan dapat digunakan oleh
siswa. Apa pun jenis pengetahuannya, kami agak meragukan bahwa
proses kognitifnya adalah Mengaplikasikan: siswa mengaplikasikan
pengetahuan konseptual dan/atau prosedural. Pada Bab 5, Mengapli
kasikan, didefinisikan dalam Pengetahuan Prosedural; Pengetahuan
Konseptual umumnya "dilucuti" seperti dalam serangkaian langkah
(yakni Pengetahuan Prosedural) sebelum diaplikasikan. Maka, kami
mengklasifikasikan aktivitas (atau aktivitas-aktivitas) ini sebagai
mengaplikasikan pengetahuan prosedural.
Akan tetapi, Ms. Hoffman pada akhirnya ingin siswa-siswanya
secara individual mengetahui cara yang paling baik bagi mereka dan
menyadari bahwa cara yang paling efisien untuk menyelesaikan soal-
soal latihan dalam waktu yang terbatas adalah menghafalnya.
Dengan keinginan ini, tujuannya menjadi memahamipengetahuan meta-
kognitif.
Komentar
Sebagian karena siswa telah diberitahu bahwa faktor kecepatan
menentukan kemenangan tim, aktivitas ini diklasifikasikan dalam
mengingat pengetahuanfaktual. Analisis kami atas semua aktivitas ini
disajikan pada Tabel 10.2. Rumusan-rumusan tujuan pada Tabel 10.1
kami cantumkan lagi pada Tabel 10.2 dengan cetak tebal. Aktivitas-
aktivitas pembelajarannya ditulis dengan cetak miring.
BAGIAN 3: ASESMEN
Untuk mengases perkembangan siswa, saya mengamati mereka,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencatat perubahan-perubah-
an hasil permainan harian Menit Matematika Majenun, dan menskor
hasil kuis mingguan. Saya mengamati siswa untuk mengetahui cara-
cara yang mereka gunakan untuk mengerjakan soal-soal. Saya men
catat bahwa siswa-siswa yang menyelesaikan soal-soal dengan cepat
menghafal hasil-hasil penjumlahannya. Mereka yang lambat kerap
A. Tujuan 1
P engetahuan A ktivitas-
Faktual a k tiv ita s
Hari 1-15
B. A ktivitas-
P engetahuan a k tiv ita s
Konseptual Hari 1-10 -
C. Aktivitas- Tujuan 3
P engetahuan a k tiv ita s Aktivitas-
Prosedural Hari 9-10 aktivitas
Hari 9-13
D. Tujuan 2
P engetahuan A ktivitas-
Metakognitif a k tiv ita s
Hari 9-13
Keterangan:
Tujuan 1 = Mengingat hasil-hasil penjumlahan (sampai jumlah 18).
Tujuan 2 = Mengertibahwamenghafaldapatdilakukansecaralebihefisien(dalamkeadaan-
keadaan tertentu).
Tujuan 3 = Memperoleh pengetahuan praktis tentang berbagai strategi menghafal.
Komentar
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Ms. Hoffman terfokus
pada mengaplikasikan pengetnhuan prosedural. Dengan asesmen-
asesmen ini, ia dapat mengetahui cara-cara yang digunakan siswa.
Perubahan-perubahan skor dalam permainan Menit Matematika
Majenun membuktikan peningkatan siswa dalam mengingat penge
tnhuan faktual. Berbeda dengan Menit Matematika Majenun, yang
berpusat pada satu bilangan penjumlah, kuis-kuis mingguan diambil
A. Tujuan 1
P e ng e tah u an A k tiv ita s -
Faktual a k tiv ita s
Hari 1-15
Asesmen 3
Asesmen 4
B. A ktivitas-
P e ng e tah u an a k tiv ita s
Konseptual Hari 1-10
C. A ktivitas- Tujuan 3
P eng e tah u an a k tiv ita s Aktivitas-
Prosedural Hari 9-10 a k tiv ita s
Hari 9-13
Asesmen 1
Asesmen'S
D. Tujuan 2
P e ngetahuan A ktivitas-
Metakognitif a k tiv ita s
Hari 9-13
Keterangan:
Tujuan 1 = Mengingat hasil-hasil penjumlahan (sampai jumlah 18).
Tujuan2 = Mengerti bahwa menghafal dapat dilakukan secara lebih efisien (dalam keadaan-
keadaan tertentu).
Tujuan 3 = Memperoleh pengetahuan praktis tentang berbagai strategi menghafal.
Asesmen 1 = Pengamatan terhadap siswa.
Asesmen 2 = Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa di kelas.
Asesmen 3 = Menit Matematika Majenun.
Asesmen 4 = Kuls mingguan.
Kotak-kotak yang berwarna hitam menunjukkan kesesuaian yang paling tinggi di antara ketiga
komponen —tujuan, aktivitas pembelajaran, dan asesmen terdapat di dalam kotak yang sama. Kotak-
kotak yang berwarna lebih terang menunjukkan dua komponennya terdapat dalam kotak yang sama.
Sketsa Pembelajaran
Undang-undang
BAGIAN I: TUJUAN
Tujuan umum unit pelajaran ini adalah siswa mengetahui sejarah
Penjajahan Amerika pada 1760-an dan 1770-an, khususnya perihal
pajak-pajak yang dipungut oleh Raja George dan reaksi-reaksi pen-
duduk Amerika yang terjajah terhadapnya. Tujuan-tujuan yang lebih
spesifik diperlukan untuk menjelaskan tujuan umum ini. Saya ingin
siswa-siswa saya:
1. Mengingat detail-detail dari Undang-Undang tertentu (misal-
nya, Undang-Undang (UU) Gula, y U Perangko, dan UU
Townshend);
2. Menjelaskan konsekuensi-konsekuensi dari UU tersebut bagi
berbagai kelompok masyarakat Amerika;
3. Memilih tokoh atau kelompok masyarakat Amerika dan menu! is
tajuk rencana persuasif yang menunjukkan pendapatnya
tentang UU itu (tajuk rencana harus berisikan minimal satu
alasan pendukung yang belum diajarkan atau disebut-sebut di
kelas); dan
4. Mengedit tajuk rencana sendiri dan tajuk rencana orang lain.
Komentar
Alih-alih memulai dengan empat tujuan yang spesifik, Ms.
Airasian mengawalinya dengan tujuan umum: mengetahui periode
Hari 1
Saya menimbang sejumlah cara untuk mengajarkan tujuan
umum pembelajaran ini, termasuk meminta siswa menulis surat
kepada saudaranya di Inggris yang menggambarkan pengaruh
UU itu pada keluarganya, atau meminta siswa menuliskan ke-
beratan mereka terhadap pajak-pajak itu. Akhirnya, saya putus-
kan untuk meminta siswa menulis tajuk rencana koran dari
perspektif negara yang terjajah atau negara penjajah. Saya secara
acak membagi siswa jadi dua kelompok berdasarkan nama per
tama dan nama terakhir mereka. Kelompok pertama bernomor
ganjil dan menulis tajuk rencana dari perspektif terjajah (ber-
gembira) sementara kelompok kedua bernomor genap dan me
nulis tajuk rencana dari perspektif penjajah (menggerutu). Pem-
bagian kelompok secara acak memberi keseimbangan dan
dukungan bagi siswa-siswa yang membutuhkan. Selanjutnya,
saya menjelaskan isi unit pelajaran ini: kombinasi antara IPS
A. Tujuan 1 Tujuan 3
P engetahuan
Faktual
C.
P engetahuan
Prosedural
D.
P engetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 Mengingat detail-detail dari UU tertentu.
Tujuan 2 Menjelaskan konsekuensi-konsekuensi dari UU bagi berbagai kelompok
masyarakat Amerika.
Tujuan 3 Memilih tokoh atau kelompok masyarakat Amerika dan menulis tajuk rencana
persuasif yang menunjukkan pendapatnya tentang UU itu.
Tujuan 4 Mengedit tajuk rencana sendiri dan tajuk rencana orang lain.
Komentar
Ms. Airasian tahu bahwa banyak aktivitas pembelajaran yang
bisa menjadi dasar untuk mengajarkan unit pelajaran ini; dan ia me-
milih satu aktivitas. Ia pun mengetahui perbedaan antara tujuan dan
aktivitas pembelajaran. Dengan perkataan lain, guru membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas dalam membuat rencana pembelajaran,
mengajar dan mengasesnya setelah merumuskan tujuan-tujuan yang
spesifik.
Frasa "kombinasi antara IPS dan karangan persuasif yang me
merlukan sejumlah langkah untuk membuatnya" merupakan Penge-
tahuan Prosedural. Kami berpendapat bahwa siswa akan mengapli-
kasikan pengetahuan prosedural ketika menyelesaikan tugas pokok
mereka, yakni menulis tajuk rencana. Namun, sampai di sini, belum
ada aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan tersebut.
Secara keseluruhan, pada hari pertama, Ms. Airasian menjelaskan
garis besar unit pelajaran ini, termasuk hasil tugas akhir yang di-
harapkan dan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk meng-
evaluasinya. Lantaran kriteria-kriteria ini merupakan Pengetahuan
Konseptual, kami mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas pembelajaran
pada hari pertama sebagai memahami pengetahuan konseptual (pasalnya
siswa harus "menjelaskan secara individual dengan kata-kata mereka
sendiri apa maksud setiap kriteria itu").
Komentar
Dua tujuan pertama mulai diajarkan. Video itu memberikan
informasi tentang UU pajakJTujuan 1) dan sikap masyarakat Amerika
yang terjajah terhadap Inggris (Tujuan 2). Buku pelajararmya memberi
informasi tambahan tentang dua tujuan pertama tadi. Dalam dimensi
pengetahuan, penekanan pembelajaran ini terutama pada Pengetahu
an Faktual. Ms. Airasian mengenalkan berbagai kelompok masyarakat
Amerika, dan kata kuncinya adalah mengenalkan. Syahdan, kami ber-
kesimpulan bahwa aktivitas-aktivitas ini berkaitan terutama dengan
tujuan pertama, mengingat pengetahuan faktual.
Hari 3
Kami menghabiskan hari ketiga untuk membicarakan pekerjaan
rumah mereka. Kami mendiskusikan bermacam-macam UU
pajak, tujuan-tujuan UU pajak, dan pengaruh UU tersebut pada
penduduk Amerika. Siswa diminta untuk bersiap diri mengikuti
kuis tentang berbagai UU pajak pada keesokan harinya. Mereka
harus membaca kembali buku pelajararmya dan catatan mereka.
Saya katakan kepada mereka bahwa kuisnya adalah menjodoh-
kan bagian dari UU pajak dengan nama pajaknya.
Hari 4
Saya memulai hari keempat dengan kuis yang merupakan
seperlima bagian dari penilaian akhir. Setelah kuis, saya mem-
bahas karangan persuasif. Saya mengingatkan siswa bahwa
karangan persuasif bertujuan untuk membuat pembacanya
setuju dengan pendapat penulis, sehingga si penulis harus
menyertakan fakta-fakta dan contoh-contoh yang mendukung
pendapatnya. Penulis harus memengaruhi atau meyakinkan
pembaca. Saya mengajak siswa untuk melihat kembali portofolio
tulisan mereka dan mencari tulisan-tulisan persuasif mereka.
Saya menekankan perbedaan antara pendapat (yang diyakini
benar) dan fakta (yang dapat dijadikan bukti pendukung). Saya
katakan bahwa tajuk rencana termasuk jenis tulisan persuasif,
dan saya tunjukkan pula contoh-contoh tajuk rencana dari Scho
lastic Magazine. Saya jelaskan ciri-ciri pokok tajuk rencana:
kalimat pembukanya yang kuat dan jelas serta menyatakan
suatu pendapat; mengandung minimal tiga alasan pendukung
pendapat tersebut yang berdasarkan fakta, bukan opini; dan
bagian penutup yang meyakinkan (Lampiran A). Saya mem-
punyai School District's Grade 5 Focus Correction Areas (FCAs)
(Lampiran B), tetapi ini tidak cukup jika tidak saya tambahkan
kriteria-kritera asesmen yang saya buat sendiri. Saya mengingat
kan siswa bahwa salah satu alasan dalam tajuk rencana mereka
harus orisinal, alasan yang berasal dari ide mereka sendiri,
bukan hasil diskusi di kelas atau kutipan dari buku pelajaran.
Hari 5
Pada hari kelima, seluruh siswa di kelas mengidentifikasi pajak-
pajak tertentu dan mengemukakan pikiran-pikiran mereka
tentang reaksi masyarakat terjajah terhadap pajak-pajak tersebut.
Saya menuliskan pikiran-pikiran mereka di papan tulis, dan
mereka menulisnyS di buku catatan mereka. Sebelum siswa
menentukan tokoh yang pandangannya ditulis dalam tajuk
rencana, dua kelompok siswa yang menulis tajuk rencana dari
perspektif terjajah dan dari perspektif penjajah dibagi jadi sub-
sub-kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima siswa untuk
Komentar
Fokus pembelajarannya kembali ke UU pajak dan reaksi masya-
rakat terjajah terhadap UU tersebut. Selama membahas berbagai jenis
pajak dan reaksi masyarakat Amerika terhadap pajak-pajak tersebut
dan diskusi kelompok-kelompok kecil, siswa diminta untuk mem-
buat kesimpulan. Sesuai dengan Tabel 5.1, menyimpulkan adalah me-
narik kesimpulan logis dari data-data yang ada. Kesimpulan harus
dibuat berdasarkan Pengetahuan Konseptual siswa dari dua kelompok
besar (yakni keyakinan dan sikap dari masyarakat terjajah dan pen-
jajah) dan Pengetahuan Faktual mereka tentang UU pajak. Maka,
aktivitas-aktivitas pembelajaran ini berkaitan dengan memahami
pengetahuan konseptual dan mengingat pengetahuan faktual.
Hari 6 dan 7 x
Hari keenam dan ketujuh terfokus pada pemilihan tokoh pada
zaman kolonial yang akan "menulis" tajuk rencana mereka dan
pada identifikasi alasan-alasan yang mendukung pendapat
tokoh tersebut dalam tajuk rencana. Saya sediakan tulisan-
tulisan tentang IPS, buku-buku umum, ensiklopedia-ensiklo-
pedia kelas, dan buku-buku tentang biografi ringkas orang-orang
pada zaman penjajahan dan gambaran kehidupan pada masa
itu. Tulisan-tulisan dan buku-buku ini memiliki beragam tingkat
kedalaman dan isi yang bertalian dengan pengaruh-pengaruh
UU pajak pada berbagai tokoh pada zaman penjajahan. Saya
membuatkan garis-garis pedoman untuk membantu siswa ber-
pikir dan mengidentifikasi tokoh yang akan mereka tubs
(Lampiran C). Sebelum mereka mengidentifikasi tokoh, saya
Komentar
Di sini, siswa-siswa memilih tokoh atau kelompok untuk "me-
nulis" tajuk rencana mereka. Aktivitas ini tentu berkaitan Tujuan 3.
Mereka diberi semacam panduan untuk memilih tokoh atau kelom
pok, tetapi mereka harus mencari sendiri informasi lain tentang tokoh
atau kelompokpilihan mereka. Lampiran C berisikan kriteria-kriteria
untuk membantu siswa menentukan pilihan — maka merupakan
Pengetahuan Konseptual. Namun, pemilihan ini secara implisit berarti
menganalisis informasi-informasi sebelumnya dalam unit pelajaran
ini dan bacaan-bacaan mereka pada Hari 6 dan 7. Untuk menentukan
pilihan dan merespons Lampiran C, mereka harus membedakan
(antara informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan
tidak penting — lihat Tabel 5.1). Membedakan adalah proses kognitif
dalam kategori Menganalisis. Maka, aktivitas-aktivitas pembelajaran
ini termasuk memahami pengetahuan konseptual dan menganalisis [ber-
dasarkan] pengetahuan konseptual, secara berurutan.
Komentar
Ms. Airasian sedang melakukan asesmen formatif atas proses
belajar siswa, barangkali untuk mengetahui perkembangan dan ke-
lengkapan informasi yang siswa peroleh sebelum Ms. Airasian meng-
izinkan mereka menulis tajuk rencana. Sebagian siswa sulit mencari
Hari 8-10
Selama tiga hari berikutnya, siswa-siswa bekerja secara indi
vidual untuk membuat kerangka tajuk rencana dan mengguna-
kan lembaran evaluasi (Lampiran A) sebagai panduannya.
Selama mereka menulis tajuk rencana, saya berkeliling ruangan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa, membantu
mereka mengidentifikasi isu-isu yang akan ditulis di tajuk
rencana mereka, membantu beberapa siswa mulai menulis,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa
pada informasi sejarah yang dibutuhkan, dan mendengarkan
pendapat-pendapat dan masalah-masalah siswa. Saya sering
mendorong siswa untuk mendekatkan diri mereka dengan
tokoh pilihan mereka. Misalnya, bila tokohnya pemilik percetak-
an, saya bertanya, "Pajak-pajak apa^yang paling penting bagi
tokoh ini dan bagaim ana pengaruh pajak-pajak tersebut
padanya?" Saya juga menyarankan supaya mereka membaca
kembali garis pedomannya untuk mengidentifikasi tokoh
(Lampiran C). Sebagian siswa bisa mulai menulis tajuk rencana
secara cepat, sedangkan sebagian lainnya perlu berdiskusi lagi.
Komentar
Selama tiga hari ini, siswa-siswa diharapkan dapat mempro-
duksi tajuk rencana. Lantaran memproduksi merupakan proses
kognitif dalam kategori Mencipta, kami mengklasifikasikan aktivitas
ini sebagai mencipta [berdasarkan] pengetahuan faktuat (yakni, penge
tahuan tentang perspektif terjajah vs. perspektif penjajah; penge
tahuan tentang kriteria-kriteria evaluasi).
Komentar
Manakala sebagian siswa merampungkan draf tajuk rencana
final mereka, Ms. Airasian menyiapkan mereka untuk mencapai tuju-
an keempat, yakni mengedit draf tajuk rencana sendiri dan mengedit
draf tajuk rencana temannya. Lantaran mereka menggunakan ceklis
evaluasi (Lampiran A) ketika mengeditnya, titik tekan pada pengedit-
an ini adalah Mengevaluasi tajuk rencana berdasarkan Pengetahuan
Konseptual yang ada dalam Lampiran A. Sebagaimana telah kami
sebutkan sebelumnya, mengedit juga dapat dipandang sebagai
Pengetahuan Prosedural. Perbedaan pokok antara keduanya adalah
apakah siswa menggunakan kriteria "mereka sendiri" (Pengetahuan
Konseptual) atau mengikuti langkah-langkah pengulasan yang se-
bagiannya berisikan kriteria-kriteria tersebut (Pengetahuan Prose-
dural). Meskipun Lampiran A adalah ceklis, tiada bukti bahwa siswa
harus menggunakan ceklis itu (mereka pun tidak diajari untuk meng-
grmakannya). Syahdan, cukup beralasan bagi kami untuk mengklasi-
fikasikan aktivitas ini dalam mengevaluasi [berdasarkan] pengetahuan
konseptual.
Asesmen formatif ketiga atas tajuk rencana (asesmen formatif
pertama dan kedua adalah mengedit draf tajuk rencana sendiri dan
mengedit draf tajuk rencana temannya) dilakukan oleh Ms. Airasian.
Penggunaan kriteria-kriteria evaluasi yang sama akan meningkatkan
kesesuaian antara tujuan, aktivitas pembelajaran, dan asesmennya.
Analisis kami atas aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam kerangka
Tabel Taksonomi ditampilkan pada Tabel 11.2.
A. Tujuan 1 Tujuan 3
P e ngetahuan Aktivitas- Aktivitas-
Faktual a k tiv ita s aktivitas
hari 2, 3,5 hari 8-10
C. Aktivitas-
P e ngetahuan aktivitas
Prosedural hari 4
D.
P e ngetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 Mengingat detail-detail dari UU tertentu.
Tujuan 2 Menjelaskan konsekuensi-konsekuensi dari UU bagi berbagai kelompok
masyarakat Amerika.
Tujuan 3 Memilih tokoh atau kelompok penjajah dan menulis tajuk rencana persuasif
yang menunjukkan pendapatnya tentang UU itu.
Tujuan 4 Mengedit tajuk rencana sendiri dan tajuk rencana orang lain.
Komentar
Semua asesmen ini merupakan asesmen formatif. Dari kalimat
penutupnya, Ms. Airasian tampaknya tnenekankan pada proses
Memahami. Akan tetapi, kami tidak dapat memastikan jenis penge-
tahuan apa yang diajarkan. Kemungkinan besar, komentar-komentar
Ms. Airasian terfokus pada Pengetahuan Konseptual (yakni, kriteria-
kriteria evaluasi) dan Pengetahuan Faktual (yaitu, detail-detail sejarah
yang ditulis dalam tajuk rencana).
Kuis tentang UU pajak dan penilaian terhadap draf tajuk
rencana terakhir merupakan asesmen-asesmen yang lebih for
mal dan berdasarkan kelompok. Untuk memberikan nilai, saya
membaca draf pertama, ulasan pribadi dan ulasan teman, draf
kedua, dan draf terakhir. Saya tertarik untuk mengases proses
penulisan tajuk rencana dan kualitas tajuk rencana akhir. Saya
kira penting bagi siswa untuk mengikuti langkah-langkah dalam
ceklisnya supaya mereka tahu bahwa sejumlah aktivitas dan
Komentar
Kuisnya terfokus pada detail-detail dari berbagai UU pajak dan,
karenanya, berkaitan dengan mengingat pengetahuan faktual. Dalam
menilai tajuk rencana, Ms. Airasian memerhatikan proses (yakni,
mengaplikasikan pengetahuan prosedural) dan produknya (yaitu,
menciptakan [berdasarkan] pengetahuan faktual dan pengetahuan
konseptual). Ia berharap semua siswanya mengikuti sembilan langkah:
(1) memilih tokoh, (2) membaca tulisan dan buku tentang tokoh itu,
(3) membuat kerangka tulisan, (4) menulis draf, (5) mengulas draf
sendiri dan draf teman, (6) merevisi draf, (7) mengumpulkan tajuk
rencana kepada Ms. Airasian, (8) menerima umpan balik, dan (9)
merevisi lagi. Ms. Airasian ingin siswa-siswanya mengikuti prosedur
ini bukan hanya dalam mengerjakan tugas ini, tetapi juga tugas-tugas
lainnya di masa mendatang. Proses mengedit melibatkan proses
Mengevaluasi tajuk rencana berdasarkan kriteria-kriteria (Pengetahuan
Konseptual) pada Lampiran A.
Komentar
Analisis kami atas asesmen-asesmen ini dalam Tabel Taksonomi
tersaji pada Tabel 11.3.
C. Aktivitas-aktivitas hari
Pengetahuan 4 Asesmen C
Prosedural
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen
D.
Pengetahuan
Metakognitif
-
Keterangan:
Tujuan 1 = Mengingat detail-detail dari UU tertentu.
Tujuan 2 = Menjelaskan konsekuensi-konsekuensi dari UU bagi kelompok-kelompok penjajah yang berbeda.
Tujuan 3 = Memilih tokoh atau kelompok penjajah dan menulis tajuk rencana persuasif yang rhenunjukkan pendapatnya tentang UU itu.
Tujuan 4 = Mengedit tajuk rencana sendiri dan tajuk rencana orang lain.
Asesmen A = Pertanyaan-pertanyaan dan observasi kelas; asesmen-asesmen informal
Asesmen B = Kuis
Asesmen C = Tajuk rencana (dengan sepuluh kriteria evaluasi —Lampiran A).
Kotak-kotak yang berwarna hitam menunjukkan kesesuaian yang paling tinggi di antara ketiga komponen —tujuan, aktivitas pembelajaran, dan
asesmen terdapat di dalam kotak yang sama. Kotak-kotak yang berwarna lebih terang menunjukkan dua komponennya terdapat dalam kotak yang
sama.
2? 2 a c “ ns o a . * rl
dapat tersebut). Tiga kriteria "isi" terakhir menyangkut UU (yaitu,
alasan yang tepat, alasan historis yang akurat, dan menunjukkan
apakah tokohnya berpihak pada penjajah atau masyarakat terjajah).
Kriteria isi “terakhir" merupakan syarat bahwa Memahami dan Meng-
ingat harus ada dalam tajuk rencana.
Tata Tulis
V.
9 Ejaannya benar.
Sketsa Pembelajaran
Gunung Berapi
Komentar
Dalam kosakata Tabel Taksonomi, "restrukturisasi konseptual"
barangkali berarti memahami pengetahunn konseptual. Secara lebih
spesifik, Pengetahunn Konseptual yang siswa pelajari dalam unit ini
dimaksudkan untuk "membentuk" atau "memodifikasi" kerangka
konseptual siswa sebelum mengikuti pembelajaran unit ini. Sebagai-
mana disebutkan dalam Bab 5 di muka, frasa "pembelajaran yang
bermakna" meliputi seluruh kategori proses kognitif di luar Meng-
ingat. Berbeda dengan rumusan-rumusan tujuannya di bawah ini,
rumusan sasarannya ("menjadi lebih cerdas dalam mempelajari
gunung berapi") sangat tidak jelas (seperti hampir semua sasaran
yang dibuat guru —lihaiBab 2).
Komentar
Rumusan-rumusan tujuan ini menarik. Kata-kata kerja yang
digunakan pada tiga tujuan pertama ("memahami", "menafsirkan",
dan "membandingkan") termasuk dalam kategori proses kognitif
Hari I
Saya mulai mengajarkan unit ini dengan membagikan kepada
siswa-siswa salinan surat dari Kepala Kantor Wilayah Geologi,
Fred Luckino, yang berisikan sebuah masalah, dan mereka harus
memikirkannya. Surat ini (Lampiran A) menanyakan apakah
dimungkinkan untuk, dengan biaya yang mahal, membuat
rencana evakuasi penduduk bila gunung berapi di daerah ini
meletus. Kepala,Kanwil Geologi itu meminta bantuan siswa-
siswa dalam mengambil keputusan ini. Saya memberi mereka
tugas untuk membuat rekomendasi tertulis berdasarkan pe-
mikiran dan bukti ilrniah dan kemudian mengumpulkannya
pada akhir pembelajaran unit ini. Saya sampaikan kepada
mereka bahwa tugas ini dinilai dengan tiga kriteria umum, yang
selalu ditekankan dalam pembelajaran unit ini. Tiga kriteria itu
adalah kejelasan, hubungan antarbagian, dan kesesuaian dengan
A.
P engetahuan
Faktual
B. Tujuan 1;
P engetahuan Tujuan 2;
Konseptual Tujuan 3
C.
P engetahuan
Prosedural
D.
P engetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Memahamiteorigerakanlempengbumiuntukmenjelaskanfenomena gunung
berapi.
Tujuan 2 = Mencermati dan menafsirkan data-data geologis daerah setempat.
Tujuan 3 = Membandingkan geologi daerah setempat dengan tempat-tempat yang
memiliki gunung berapi.
Komentar
Tiga kriteria tersebut secara keseluruhan menjadi kerangka pikir
yang dipakai siswa selama pembelajaran ini berlangsung. Kerangka
pikir ini juga merupakan penghubung antara surat Kepala Kanwil
dan data-data yang dikaji dalam pembelajaran ini. Lantaran aktivitas
itu sekadar pengantar umum dalam pembelajaran ini, kami tidak
mengklasifkasikannya dalam Tabel Taksonomi.
Hari 2
Pada hari kedua, siswa-siswa harus menjawab dua pertanyaan
berikut: (1) Saya ditugasi untuk melakukan apa? dan (2) Apa
yang harus saya ketahui? Saya menyuruh mereka membaca
surat itu dalam hati dan menggarisbawahi kata-kata dan frasa-
frasa yang tidak mereka mengerti. Seorang siswa bertanya,
"Mengapa kita membicarakan gunung berapi padahal di daerah
kita ini tidak ada gunung berapi?" Saya menanggapinya dengan
membagikan sebuah tulisan di koran pada 1 Februari 1986 yang
memberitakan aktivitas gunung berapi di wilayah metropolitan
tak jauh dari sini.
Komentar
Dua pertanyaan tersebut mengharuskan siswa menganalisis
informasi dalam surat itu. Dalam kategori proses kognitif Mengana
lisis, penekanannya adalah pada membedakan —membedakan antara
informasi yang relevan dan informasi yang tidak relevan, antara yang
penting dan yang tidak penting (lihat Tabel 5.1). Kami memandang
Hari 3, 4
Pada Hari 3 dan 4, siswa-siswa mengemukakan konsepsi-kon-
sepsi mereka tentang "cara kerja" gunung berapi. Saya minta
mereka menggambar bagian atas dan bagian bawah gunung
berapi dan menjelaskan mengapa gunung berapi meletus.
Setelah mereka mengerjakan tugas ini selama beberapa waktu,
saya menyela untuk memberikan tugas berikutnya, yakni
membuat bank kata yang berkaitan dengan diskusi perihal
gunung berapi. Siswa-siswa mengumpulkan kata-kata untuk
dimasukkan di bank kata. Pada akhir Hari 3, saya menugasi
mereka membaca tulisan-tulisan tertentu tentang gunung berapi
di rumah dan pada kdesokan harinya mendiskusikan tulisan-
tulisan yang telah mereka baca itu di kelas.
Pada Hari 4, mereka telah m engum pulkan 32 kata.
Kemudian, mereka meresume tugas menggambar gunung
berapi. Saya menyuruh menggunakan kosakata dalam bank kata
untuk menamai bagian-bagian dari gambar gunung berapi
mereka. Mereka juga mengidentifikasi apa saja yang perlu di-
tambahkan di bank kata. Saya bersama mereka membahas
bagaimana penerapan tiga kriteria penilaian —kejelasan,
hubungan antarbagian, dan kesesuaian dengan buktinya— pada
gambar-gambar mereka.
Saya menginstruksikan siswa untuk menulis penjelasan
tentang cara kerja gunung berapi sesuai dengan gambar mereka
tanpa melihat tulisan-tulisan temannya. Saya ingin tahu apa
yang setiap siswa ketahui perihal gunung berapi. Tulisan mereka
ini memperlihatkan keragaman konsepsi tentang struktur
bawah tanah gunung berapi dan sebab-sebab letusannya.
Komentar
Sampai di sini, Mr. Parker mengetahui beragam pengetahuan
individu siswa, bukan pengetahuan kolektif seluruh siswa. Aktivitas
ini sejalan dengan penekanan Mr. Parker ("semua penjelasan tentang
sebab-sebab letusan gunung berapi"), tetapi tidak sejalan dengan
tujuannya seperti yang ditulis dalam tujuan pertama (yakni, penjelas-
an-penjelasan yang sesuai dengan teori gerakan lempeng bumi).
Penekanannya kemudian beralih ke pemahaman kolektif siswa
karena mereka harus menyampaikan "bukti dan argumen". Syahdan,
walaupun semua aktivitas pembelajaran pada Hari 5 berkaitan
dengan tujuan pertama, yaitu memahami pengetahuan konseptual,
tujuan pertama itu belum tercapai.
Komentar
Penekanannya kini beralih ke tujuan kedua. Fokusnya adalah
mengklasifikasikan batu-batu {memahami pengetahuan konseptnal).
Komentar
Aktivitas-aktivitas pembelajaran ini dimaksudkan untuk me-
lengkapi Pengetahuan Faktnal siswa. Fokus kognitifnya adalah meng-
ingat pengetahuan faktnal. Siswa mesti memilih pengetahuan yang
relevan (Menganalisis), tetapi kami masih harus menunggu.
Komentar
Pengetahuan tentang teori dan model adalah Pengetahuan Kon-
septual (lihat Tabel 3.2). Mr. Parker ingin siswa-siswanya mengguna-
kan teori gerakan lempeng bumi dan model-model tersebut untuk
menjelaskan apa yang terjadi ketika gunung berapi meletus. Jadi,
tujuan yang implisit ini ialah memahami pengetahuan konseptual.
Komentar
Bagian pertama dari video ini berisikan banyak sekali Pengetahu-
an Faktual. Pemutarannya bertujuan bukan untuk mengajak meng-
ingat pengetahuan tersebut, melainkan untuk memotivasi mereka
(yakni, "melegitimasi" tugas siswa). Bagian keduanya berisikan Pe
ngetahuan Prosedural (yaitu, bagaimana cara mengumpulkan dan
mencatat contoh-contoh batu, bagaimana cara menentukan umur
batu). Siswa diharapkan untuk Mengaplikasikan minimal sebagian
Pengetahuan Prosedural ini, tetapi fokus utamanya dari bagian ini
adalah mengingat pengetahuan prosedural.
Komentar
Fokusnya beralih ke mengaplikasikan pengetahuan prosedural
(yakni, bagaimana cara menggunakan peta itu) dan mengingat penge
tahuan faktual (yaitu, batu-batu beku karena perapian merupakan
bukti kuat akan adanya letusan gunung berapi). Tugas ini, jika sudah
selesai, membuahkan sistem klasifikasi bebatuan. Kami menggolong-
kan aktivitas pembelajaran ini dalam memaliami (yakni, mengklasifi-
kasikan) pengetahuan konseptual.
Hari 8
Pada hari kedelapan, saya melakukan "percakapan asesmen".
Saya memilih seorang wakil dari setiap kelompok untuk me-
nuliskan jawaban kTelompok mereka atas salah satu pertanyaan
itu di papan tulis. Setelah setiap wakil menuliskannya, saya me-
minta tanggapan kelompok-kelompok lain untuk menyetujui
atau menentangnya. Jawaban-jawaban atas dua pertanyaan per
tama kurang mengundang perdebatan, tetapi jawaban-jawaban
atas pertanyaan 3 menimbulkan kontroversi. Untuk menjawab
pertanyaan 3 ini, siswa harus mengukur jarak antara daerah
mereka dan batu-batu beku terdekat. Kelompok-kelompok
mempunyai jawaban-jawaban yang cukup berbeda, dari 120-
250 mil. Untuk menghemat waktu, saya mengukur jaraknya
dengan transparansi peta di depan kelas dan hasilnya adalah
150 mil untuk batu-batu beku intrusif yang umurnya 570 juta
tahun.
Komentar
Berdasarkan "percakapan asesmen" ini, Mr. Parker mengetahui
bahwa siswa dapat mengingat pengetahuan faktual yang relevan
(pertanyaan 1) dan mereka memahami pengetahuan konseptual yang
Komentar
Setelah berhasil mengatasi masalah mengaplikasikan pengetahuan
prosedural, siswa dapat menarik kesimpulan yang tepat tentang ke
mungkinan letusan gunung berapi di daerah mereka (bukti bahwa
mereka memahami pengetahuan konseptual).
Hari 9-12
Empat hari ini menghadirkan tantangan paling besar bagi saya
dan siswa-siswa saya. Saya menugasi mereka mencari batu-batu
vulkanik di peta-peta geologi lima negara bagian di sekitar
negara bagian mereka, membuat peta lokasi-lokasi batu beku
di enam wilayah negara bagian itu, mengukur jarak antara dae-
rah mereka dan batu-batu beku terdekat, dan menentukan ke-
mungkinan aktivitas gunung-gunung berapi yang membahaya-
kan daerah mereka-.
Komentar
Aktivitas-aktivitas pembelajaran selama empat hari ini merupa
kan ulangan dari aktivitas-aktivitas pembelajaran pada hari 7 dan 8
dengan konteks geografis yang lebili luas. Fokusnya diperluas ke
beberapa negara bagian, termasuk negara bagian yang gunung
berapinya belum lama meletus. Karenanya, analisis kami sebelumnya
atas aktivitas-aktivitas pembelajaran terdahulu dalam kerangka Tabel
Taksonomi juga berlaku untuk aktivitas-aktivitas pembelajaran pada
Hari 9-12 ini.
Komentar
Petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada siswa merupakan
kombinasi antara Pengetahuan Faktual ("peringatan"), Pengetahuan
Prosedural ("tata cara"), dan Pengetahuan Konseptual ("tabel jenis
batu"). Mereka diharapkan mengingat pengetahuan faktual, mengapli-
kasikan pengetahuan prosedural, dan memahami pengetahuan konseptual.
Komentar
Secara keseluruhan, kesulitan-kesulitan ini merupakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan Pengetahuan Faktual (yaitu, jumlah
data yang harus dikumpulkan), Pengetahuan Konseptual (yakni, jenis-
Hari 13
Pada hari ke-13, saya memilih beberapa peta buatan siswa dan
menampilkannya di tembok dengan proyektor —sebagai bagian
dari "percakapan asesmen". Setiap kali menampilkan sebuah
peta, saya meminta seorang siswa anggota kelompok yang
membuat peta tersebut untuk menjelaskannya. Sebagian besar
waktu saya habis untuk membantu siswa menyelesaikan ke-
salahan penentuan dan perbedaan pendapat tentang jenis dan
umur batu, serta jarak antara batu-batu beku terdekat dan daerah
mereka. Sayangnya, keterbatasan waktu dan tenaga saya untuk
mengevaluasi dan jnem perbaiki kualitas setiap peta meng-
hambat saya untuk membuat siswa menyadari keterbatasan-
keterbatasan inheren dari bukti-bukti gunung berapi yang
mereka kaji.
Komentar
Perbedaan pendapat antarsiswa bertalian dengan Pengetahuan
Konseptual (jenis batu) dan Pengetahuan Prosedural (cara menentukan
umur batu; cara mengukur jarak batu dengan daerah mereka). Pada-
hal, data-data tentang jenis, umur, dan jarak merupakan faktor-faktor
pokok dalam menentukan kemungkinan aktivitas gunung berapi di
daerah mereka.
Komentar
Hasil akhir dari aktivitas-aktivitas pembelajaran pada Hari 9-
12 ini adalah mendorong siswa dari kesamaan pendapat (memahami
pengetahuan konseptual) ke perbedaan pendapat dan perdebatan.
Hari 14
Pada Hari 14, saya merasa dikejar waktu. Saya menyuruh siswa
untuk segera mempelajari lokasi kota mereka dalam kaitannya
dengan titik-titik temu antarlempeng bumi berdasarkan salah
satu dokumen portofolio mereka. Mereka mempelajari potongan
melintang kerak dan lapisan bumi dari Samudra Pasifik sampai
Samudra Atlantik. Gunung St. Helens berada di dekat patahan
lempeng bumi; daerah mereka berjarak 2.000 mil dari patahan
lempeng bumi terdekat.
Komentar
Di sini, Mr. Parker mengenalkan kembali dasar teori untuk mem
pelajari dan mendiskusikan bukti-bukti vulkanik: teori gerakan
lempeng bumi (Pengetahuan Konseptual). Dia juga memberitahukan
sepotong Pengetahuan Faktual penting: daerah siswa sekarang dekat
dengan sebuah patahan lempeng bumi. Dia memfokuskan kembali
perhatian siswa pada tujuan utamanya: memahami pengetahuan konsep
tual.
Komentar
Ini merupakan Pengetahuan Faktual ("gunung-gunung berapi
mempunyai magma yang terus bergerak naik", "magma bergerak
naik di dekat patahan-patahan lempeng bumi"). Pengetahuan Faktual
dimaksudkan untuk menjelaskan masalah-masalah pokok dan,
makanya, mendukung siswa untuk memahami pengetahuan konseptual.
Ringkasan dari analisis kami atas aktivitas-aktivitas pembelajar-
an dalam Tabel Taksonomi ditunjukkan pada Tabel 12.2.
BAGIAN 3: ASESMEN
Pada hari kelima belas, saya tahu bahwa siswa-siswa masih ber-
beda pendapat tentang kemungkinan dampak letusan gunung berapi
pada daerah mereka. Sebagian siswa berpendapat bahwa batu-batu
beku kuno yang terletak 150 mil dari daerah mereka tetap mengindi-
kasikan ancaman bagi daerah mereka. Namun, saya siap untuk me-
minta mereka mulai menulis surat kepada Kepala Kanwil Geologi.
Saya menekankan pentingnya kesamaan pendapat dalam setiap
kelompok dan pentingnya menjelaskan pendapat mereka secara per-
suasif.
Saya mengevaluasi setiap surat yang mereka tubs untuk Mr.
Luckino berdasarkan rubrik penskoran (lihat Lampiran B pada akhir
bab ini). Akan tetapi, sebelum menggunakan rubrik penskoran ini,
B. Tujuan 1;
P eng e tah u an Tujuan 2;
Konseptual Tujuan 3
A ktivitas-
a k tiv ita s
hari 3-14
C.
A k tiv ita s Aktivitas-
P e ngetahuan
hari 6 aktivitas
Prosedural
hari 7-
13
D.
P e ngetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Memahami teori gerakan lempeng bumi untuk menjelaskan fenomena gunung
berapi.
Tujuan 2 = Mencermati dan menafsirkan data-data geologis daerah setempat.
Tujuan 3 = Membandingkan geologi daerah setempat dengan tempat-tempat yang memiliki
gunung berapi.
Komentar
Rubrik penskoran ini berisi empat kriteria. Kriteria pertama,
"akurasi informasi dalam ringkasan", terutama berkaitan dengan
mengingat pengetahuan faktual. Kriteria kedua, "kesesuaian dengan
bukti-buktinya", bertalian dengan memahami pengetahuan konseptual.
Rekomendasi mesti sejalan dengan bukti-bukti yang ditafsirkan
dengan cara tertentu. Teori gerakan lempeng bumi menjadi kerangka
konseptual bagi pen afsi ran tersebut. Kriteria ketiga dan keempat sulit
diklasifikasikan. Kriteria ketiga adalah "mengakui penjelasan-pen-
jelasan alternatif". Penjelasan, seperti telah disebutkan sebelumnya,
merupakan konstruksi model sebab-akibat. Model ini adalah bentuk
Pengetahuan Konseptual. Namun, kata "alternatif" mengandung arti
bahwa ada banyak model yang dapat dibuat dan siswa dapat mem-
buat alteimatif-alternatif dari berbagai model. Jika benar demikian,
kata kerjanya adalah "merumuskan" (Mencipta) dan frasa bendanya
adalah "model-model alternatif" (Pengetahuan Konseptual). Akan
tetapi, merumuskan model-model yangberbeda dengan teori gerak
an lempeng bumi bertentangan dengan tujuan pertama. Kriteria ke
empat sama-sama menantang. Jika kami berasumsi bahwa prosedur
untuk menulis surat semacam itu sebelumnya sudah diajarkan
kepada siswa, kriteria ini menghendaki siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan prosedural. Namun, bila siswa harus "menulis surat sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri", proses-proses kognitif yang
terlibat adalah merencanakan dan memproduksi. Maka, kriteria ke-
empatnya mengharuskan mereka mencipta [berdasarkan] banyak
Pengetahuan Faktual, Pengetahuan Konseptual, dan Pengetahuan Pro
sedural dalam unit pelajaran ini.
Komentar
Sebagaimana telah disebutkan dalam analisis kami atas aktivitas-
aktivitas pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan dalam percakapan
asesmen pertama dapat diklasifikasikan jadi: (1) mengingat pengetahu-
anfaktual, (2) memahami pengetahuan konseptnal, dan (3) mengaplikasi-
kan pengetnhuan prosedural. Diskusinya terfokus pada (1) memahami
pengetahuan konseptual dan (2) mengaplikasikan pengetahuan prosedural.
Ringkasan analisis kami atas asesmennya dalam Tabel Taksonomi
disajikan pada Tabel 12.3.
D.
Pengetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 = Memahami teori gerakan lempeng bumi untuk menjelaskan fenomena gunung berapi.
Tujuan 2 = Mencermati dan menafsirkan data-data geologis daerah setempat.
Tujuan 3 = Membandingkan geologi daerah setempat dengan tempat-tempat yang memiliki gunung berapi,
Asesmen A = Percakapan-percakapan asesmen 1 dan 2
Asesmen B = Rubrik penskoran untuk surat kepada Keprala Kanwil; kriteria 1,2,3, dan 4.
Kotak-kotak yang berwarna hitam menunjukkan kesesuaian yang paling tinggi di antara ketiga komponen—tujuan, aktivitas pembelajaran, dan
asesmen terdapat di dalam kotak yang sama. Kotak-kotak yang berwarna lebih terang menunjukkan dua komponennya terdapat dalam kotak yang
sama.
Penafsiran membutuhkan Pengetahuan Prosediiral (yakni, cara mem-
baca peta geologi), Pengetahuan Konseptual (yaitu, jenis-jenis batu),
dan Pengetalnmn Faktual (yakni, batu-batu beku merupakan bukti kuat
atas letusan gunung berapi).
10 April
Kita ketahui bersama bahwa gempa bumi dan gunung meletus dapat merusak harta benda
dan melukai penduduk atau bahkan mengakibatkan kematian. Pada Januari, gempa besar
mengguncang Los Angeles, California. Gempa ini menewaskan banyak penduduk dan me-
nimbulkan kerugian 30 miliar dolar karena merusak rumah, aktivitas bisnis, jalan, dan
jembatan. Pada Mei 1980, Gunung St. Helens di Washington meletus. Letusannya yang
dahsyat merusak pepohonan sampai sejauh 15 mil. Dua kali gempa bumi menggoyang
sebuah kota yang berjarak 100 mil dari daerah kita pada Januari, dan gempa bumi juga
mengoyak Metropolis pada 1986. Mungkinkah gempa bumi yang cukup kuat terjadi di daerah
kita sehingga menghancurkan jembatan-jembatan dan bangunan-bangunan? Apakah kita
harus mengantisipasinya?
Kita perlu mempelajari geologi daerah kita dan mengalkulasi kemungkinan apakah gempa
bumi atau gunung meletus yang dahsyat akan terjadi di daerah kita ini atau tidak. Temuan-
temuan Anda akan membantu kamPuntuk memutuskan apakah daerah kita harus menyiapkan
rencana untuk mengantisipasi bencana itu. Rencana ini berupa persiapan evakuasi penduduk
dan penanganan darurat medis.
Untuk menyelesaikan masalah yang penting dan menantang ini dibutuhkan kerja keras dan
kreativitas. Untuk membantu Anda mencari solusinya, kami telah mengumpulkan data-data
geologis dari kantor geologi nasional dan daerah. Data-data ini meliputi peta-peta geologi,
potongan-potongan geologis, catatan-catatan pengeboran sumur minyak, dan contoh-contoh
batu. Kami juga akan mengirimi Anda Paket Bahan Riset. Kami kira paket ini akan membantu
Anda membaca dan menafsirkan bukti-bukti geologis. Paket ini berisi ringkasan teori gerakan
lempeng bumi, yang akan membantu Anda memahami penyebab-penyebab gempa bumi
dan gunung meletus. Paket ini juga memuat kliping-kliping koran tentang gempa-gempa
dan letusan-letusan gunung terbaru, dan informasi tentang geologi tempat-tempat yang
sering ditimpa gempa bumi dan gunung meletus.
Tugas Anda adalah menggunakan informasi-informasi tersebut untuk membaca dan me
nafsirkan geologi daerah kita, membandingkan hasil-hasil pembacaan dan penafsiran Anda
dengan tempat-tempat yang sering dilanda gempa bumi (California) dan gunung meletus
(Gunung St. Helens, Washington), dan mengambil keputusan apakah daerah kita memerlukan
rencana penyelamatan dan evakuasi atau tidak.
Hormat saya,
Fred Luckino
Kepala Kanwil Geologi
Tugas: Bekerja sebagai ilmuwan yang memahami masalah gunung berapi dan teori-teori
tentang penyebab-penyebab gunung meletus dan struktur geografis, mempelajari data-
data geologi daerah kita, dan membandingkan data-data tersebut dengan data-data serupa
tentang daerah California. Berdasarkan temuan-temuan Anda, tulislah sebuah surat kepada
Kepala Kanwil Geologi kita yang berupa ringkasan dari temuan-temuan Anda yang akurat
dan rekomendasi tentang kebutuhan untuk mengalokasikan anggaran untuk membuat
Rencana Evakuasi Gempa Bumi daerah kita. Rekomendasinya harus sesuai dengan bukti-
bukti yang telah Anda kumpulkan dan. mengakui penjelasan-penjelasan alternatif.
Kriteria Skor
Akurasi informasi dalam ring 3— Informasi dalam ringkasan lengkap dan akurat.
kasan 2—Sebagian informasi pentingnya tidak ada, ditafsirkan
dan ditulis secara salah dalam ringkasan.
1— Banyak bagian dari ringkasan tidak akurat dan/atau
data-data pentingnya tidak ada.
SkorSempurna = 12
Sketsa Pembelajaran
Menulis Laporan
Komentar
Tujuan 1 berisikan tiga kata kerja: "mengidentifikasi", "men
cari", dan "memilih". Kunci untuk mengklasifikasikan tujuan ini
adalah kata "memilih". Dalam Tabel 5.1, memilih merupakan nama
Pelajaran 1
Say a mulai mengajarkan unit pelajaran ini dengan menjelaskan
secara panjang lebar apa saja isi laporan informatif tertulis dan
lisan. Dengan diskusi kelas dan penggunaan papan tulis untuk
A. Tujuan 3
P engetahuan Tujuan 4
Faktual
B.
Tujuan 1 Tujuan 3
P engetahuan
Tujuan 2 Tujuan 4
Konseptual
C.
P engetahuan
Prosedural
D.
P e ngetahuan
Metakognitif
Keterangan:
Tujuan 1 Memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan menulis laporan
tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika.
Tujuan 2 Memilih informasi tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika yang relevan
dengan tujuan-tujuan laporan tertulis dan lisan siswa.
Tujuan 3 Menulis teks informatif yang menjelaskan kepada teman-teman mereka dan
anggota komunikasi sekolah aspek-aspek penting dalam kehidupan tokoh
terkenal dalam sejarah Amerika dan yang memuat pendapat siswa tentang
bagaimana pengaruh kontribusi-kontribusi tokoh tersebut pada masyarakat.
Tujuan 4 Mempresentasikan sebagian isi tulisannya di depan kelas.
Komentar
Seperti ditunjukkan pada Lampiran A (pada bagian'akhir bab
ini), rubrik penskorannya berisikan lima kriteria untuk memandu
dan mengevaluasi laporan tertulis: pengembangan gagasan, peng-
organisasian, diksi, susunan kalimat, dan tata tubs. Siswa-siswa
dalam diskusi kelas menambahkan kriteria-kriteria lain, yaitu tujuan,
sasaran pembaca, dan sumber informasi. Skala kiraan pada Lampiran
B (pada bagian akhir bab ini) merupakan rangkaian kriteria ketiga.
Dalam kerangka pikir kami, pengetahuan ten tang kriteria merupakan
Pcngctahuan Konseptunl. Sampai di sini, kami tidak vakin apa proses
kognitif yang digunakan dengan Pcngctahuan Konseptunl ini. Namun,
cukup beralasan untuk mengatakan bahwa karena Pelajaran 1 hanya-
lah pengantar, gurunya ingin memberikan gambaran umum tentang
kriteria-kriteria tersebut. Maka, tujuan pembelajaran vang kami
simpulkan dari aktivitas ini termasuk dalam kategori Mengingat,
yakni siswa harus mengingat pcngctahuan konseptunl.
Pelajaran 2
Pelajaran keduaberupa "mencatat" dan mengidentifikasi tema.
Saya memulainya dengan memutar video pendek dan meminta
siswa mencatat dalam kertas. (Saya percaya bahwa pemutaran
video, bukan pembacaan satu bab buku, dapat meminimaliasi
peluang siswa untuk menyalin langsung temanya.) Catatan-
Komentar
Cukup jelas bahwa proses kognitif yang ditekankan adalah
mengklasifikasikan (Memahami). Lantaran siswa menempatkan "catat
an-catatan" itu dengan kategori tematis dan kemudian menamai-
nya, mereka menggunakan dua jenis pengetahuan, yaitu Pengetahuan
Konseptual dan kemudian Pengetahuan Faktual. Pengetahuan Konseptual
digunakan untuk Memahami, sedangkan Pengetahuan Faktual untuk
Mengingat.
Ms. Vandie mulai mempraktikkan aktivitas-aktivitas yang sering
dilakukan dalam kaitannya dengan proses memproduksi (Mencipta)
suatu produk. Langkah-langkahnya seolah-olah memerancah dan
memberi contoh. Memerancah adalah mengubah tugas yang seder-
hana jadi "tugas nyata" dalam kehidupan. Langkah-langkah Ms.
Vandie dalam memberi contoh memperlihatkan kepada siswa bagai-
mana cara melakukannya, dan menggugah pikiran siswa.
Pelajaran 3
Pada pelajaran selanjutnya, saya membacakan sebuah buku
dengan suara keras dan memberi contoh bagaimana saya men-
catat paragaf-paragraf yang saya baca. Siswa juga mencatat saat
saya sedang membacakannya. Sebagaimana sebelumnya, catat
an-catatan mereka ditempel di papan tulis dan kemudian di-
kelompok-kelompokkan, dan kelompok-kelompok catatan ini
diberi judul. Lalu, siswa membaca secara bersama-sama catatan
Komentar
Dalam pelajaran ini, gurunya mengajar dengan memberi contoh.
Pertanyaannya adalah apa yang ingin siswa pelajari dengan peng-
ajaran semacam ini. Apakah mereka diharapkan untuk mengem-
bangkan Pengetahuan Prosedural, yang kemudian mereka terapkan
dalam pembuatan, pengelompokan dan penamaan catatan? Apakah
mereka diharapkan untuk mengembangkan Pengetahuan Metakognitif
(yakni, strategi mereka sendiri) guna mengerjakan tugasnya? Lebih
jauh lagi, proses pengelompokan catatan itu melibatkan proses-
Pelajaran 4
Pada pelajaran berikutnya, saya minta siswa, masih secara ber-
kelompok, untuk membaca buku yang membahas kehidupan
Matthew Henson, seorang warga Amerika yang tersohor. Semua
siswa diharapkan untuk membaca buku ini. Mereka yang tidak
membacanya ditempatkan duduk di dekat siswa lain yang mem-
bacanya, atau disuruh mendengarkan audio hook. Lantas, setiap
kelompok diminta untuk memilih aspek kehidupan Henson
yang akan mereka tonjolkan dan paparkan di depan kelas. Setiap
kelompok harus memilih satu aspek kehidupan Henson —masa
kecilnya, masa dewasanya, penghargaan yang dia peroleh,
kontribusinya bagi masyarakat, dan lain sebagainya. Setiap
kelompok memakai pendekatan catat-kelompokkan-namai
untuk mencatat dan menata fakta-fakta penting tentang aspek
kehidupan Henson itu. Saya membuatkan transparansi OHP
hasil kerja "akhir" setiap kelompok, dan catatan-catatan dan
klasifikasi-klasifikasi mereka dibagikan ke seluruh kelas dan
dikritisi. Saya memberikan pujian kepada kelompok-kelompok
yang hasil kerjanya memenuhi standar catatan yang baik.
Komentar
Setidaknya empat kata kerja yang disebut oleh gurunya mem-
bantu kami memutuskan apa saja proses-proses kognitif yang diajar-
kan si guru. Empat kata kerja tersebut adalah "memilih" (Meng
analisis), "memakai" (Mengaplikasikan), "menata" (Menganalisis), dan
"mengkritik" (Mengevaluasi). Tiga kata kerja yang disebut pertama
menunjukkan bahwa Pelajaran 4 merupakan kelanjutan dari
Pelajaran 3. Maka, kami menempatkannya dalam kotak-kotak meng-
Pelajaran 5-8
Pada beberapa pelajaran mendatang, penekanannya beralih
untuk mengajari siswa mengidentifikasi orang-orang terkenal
yang ingin mereka kaji dan tubs dalam kelompok mereka. Saya
memberi mereka daftar orang terkenal, dan mereka dapat me-
milih salah satu orangnya. Daftar ini mencakup tokoh lelaki,
perem puan, kulit putih, Amerika Afrika, Amerika Asia,
Amerika asli, Amerika Hispanik, presiden, penemu, pejuang
hak asasi masyarakat sipil, dan banyak lagi lainnya. Selain mem-
biarkan siswa memilih tokoh dari daftar tokoh yang memper-
lihatkan keragaman kultural dan etnik Amerika Serikat, saya
juga mencari tahu apakah perpustakaan sekolah mempunyai
beberapa buku yang membahas tokoh-tokoh dalam daftar ter-
sebut.
Saya memberi siswa waktu untuk mempelajari pilihan-
pibhan yang tersedia bagi mereka. Sebagian siswa belum pernah
mendengar nama orang-orang "terkenal" dalam daftar itu. Se
bagian siswa lagi mencari informasi di internet atau di perpus
takaan, atau bertanya pada saya tentang orang-orang tersebut.
Setelah mereka mempelajarinya, mereka siap mengambil
keputusan kelompok untuk menentukan siapa tokoh yang akan
mereka tubs. Menariknya, sebagian siswa lelaki memilih tokoh-
tokoh perempuan, dan sebagian siswa perempuan memilih
tokoh-tokoh lelaki. Baik siswa yang berkubt putih atau hitam
memilih tokoh-tokoh yang mempunyai beragam latar belakang
ras. Walau alasan-alasan pemilihan mereka tidak jelas bagi saya,
saya senang dengan beragam pilihan siswa. Individu-individu
Komentar
Proses untuk memilih satu tokoh selama empat hari ini tidak
berkaitan langsung dengan tujuan-tujuan pembelajaran unit ini.
Meski demikian, belajar untuk bekerja sama, belajar untuk meng-
hargai pendapat orang lain, dan belajar untuk menjunjung proses
demokrasi merupakan hasil-hasil belajar yang penting. Sebenarnya,
gurunya membutuhkan waktu satu tahun untuk mencapai hasil-hasil
belajar tersebut. Dan, kami tidak mengklasifikasikan aktivitas-
aktivitas pembelajaran ini dalam Tabel Taksonomi.
Pelajaran 9
Pelajaran berikutnya adalah membuat bibliografi. Siswa di-
dorong untuk mencari buku-buku dan artikel-artikel tentang
tokoh terkenal Amerika yang mereka pilih di perpustakaari
keluarga, perpustakaan sekolah, internet, dan sumber-sumber
lain. Saya membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan
dalam mencari sumber-sumber informasi yang tepat. Saya me-
mulai pelajaran kali ini dengan membagikan buku-buku tentang
George Washington Carver dan menjelaskan bagaimana cara
memilih buku-buku yang tepat dari koleksi buku ini dan bagai
mana cara mencantumkan buku-buku yang tepat ini dalam
bibliografi mereka. Satu atau dua buku memang sangat sulit
dipahami oleh siswa kelas empat SD dan mengandung infor
masi yang tak dapat mereka mengerti. Buku lain berisikan
gambar-gambar yang diperuntukkan bagi anak-anak TK dan
berisikan sedikit sekali tulisan tentang George Washington
Carver. Empat atau lima buku lainnya sesuai dengan kebutuhan
mereka untuk mengerjakan tugas ini. Mereka mengamati ketika
saya memilih buku-buku dan menerangkan mengapa sebagian
Komentar
Ada dua tujuan yang penting di sini. Tujuan pertama adalah
membedakan buku (sebagai sumber informasi) sesuai dengan
kemanfaatannya untuk mengerjakan tugas siswa (kriteria-kriteria
yang dipakai untuk membedakan buku-buku). Tujuan ini diklasifi-
kasikan sebagai menganalisis [berdasarkan] pengetahuan konseptual.
Tujuan kedna adalah belajar bagaimana cara membuat tabel biblio
grafi. Tanpa informasi lain, kami mengklasifikasikan tujuan ini se
bagai mengaplikasikan pengetahuan prosedural. Namun, jika tujuan ini
diajarkan sebagai strategi generik, bukan sebagai strategi yang khas
dalam ilmu sosial, aktivitas tersebut merupakan mengaplikasikan
pengetahuan metakognitif.
Pelajaran 10-16
Pelajaran 10-16 ini berlangsung selama lima hari. Siswa mencari
sumber-sumber informasi tentang tokoh terkenal Amerika yang
telah dipilih oleh kelompok mereka untuk dipelajari. Mereka
mencari sumber-sumber informasi yang relevan di perpustaka-
an dan internet. Saya bekerja sama dengan seorang ahli media
di sekolah dan menjadwalkan aktivitas siswa di perpustakaan
sekolah selama beberapa kali. Mereka membaca sumber-sumber
informasi yang tersedia, menentukan apakah sumber-sumber
ini dapat memberikan informasi yang berguna tentang tokoh
Amerika pilihan mereka.
Saya ingin mereka bertindak sebagai peneliti "yang sebenar-
nya" dan menentukan topik-topiknya ketika mereka membaca-
nya. Selama dua hari pertama (Pelajaran 10 dan 11), mereka
hanya membaca sekilas dan membuat catatan. Suasananya
tenang karena mereka membaca dan mencatat. Pada setiap akhir
pelajaran, anggota-anggota kelompok menempelkan catatan-
Komentar
Penekanan dalam tujuh pelajaran ini adalah siswa menerapkan
prosedur yang berisi tiga langkah yang telah diajarkan dalam Pelajar
an 3 dan 4, yakni: (1) mencatat, (2) mengategorikan catatan-catatan
mereka sesuai dengan tema-temanya, dan (3) menamai tema-tema
nya. Ini merupakan aktivitas Menganalisis dengan Pengetahuan Pro-
sedural, yaitu langkah kedua yang mengharuskan siswa membeda-
kan. Lantaran langkah ini merupakan bagian dari proses aplikasi,
kami mengategorikan tujuan ini sebagai mengaplikasikan pengetahuan
prosedural.
Komentar
Frasa yang membantu kami mengategorikan aktivitas ini adalah
"sebagaimana yang telah diajarkan sebelumnya". Siswa diajari
langkah-langkah untuk membuat kartu bibliografi dan diharapkan
untuk mempraktikkannya. Maka dari itu, kami menempatkan
aktivitas ini dalam kotak C3 (mengaplikasiknn pengetahuan prosedural).
Pada Pelajaran 15, siswa membagi tema-tema kepada anggota-
anggota kelompok untuk dikaji dan dipresentasikan. Aktivitas ini
berada dalam kategori yang sama dengan aktivitas-aktivitas pada
Pelajaran 5-8 dan tidak diklasifikasikan dalam Tabel Taksonomi (lihat
komentar-komentar atas Pelajaran 5-9).
Pelajaran 17-20
Pelajaran 17-20 menjadi semacam "Lokakarya Menulis". Siswa
membuat draf laporan tertulis tentang tema-tema kehidupan
tokoh terkenal yang telah mereka pilih. Setiap siswa berkonsul-
Komentar
Aktivitas-aktivitas pembelajaran pada empat pelajaran ini ter-
fokus pada pembuatan laporan tertulis (Mencipta) dan kritik terhadap
draf-draf awal mereka (Mengevaluasi). "Membuat laporan tertulis"
membutuhkan Pengetahuan Faktual (informasi yang spesifik) dan
Pengetahuan Konseptual (tema-tema). "Mengkritik" membutuhkan ter-
utama Pengetahuan Konseptual (yakni, rubrik penskoran dan Ceklis
Revisi dan Penyuntingan). Syahdan, kami menempatkan aktivitas-
aktivitas ini dalam kotak A6 (mencipta [berdasarkan] pengetahuan
faktual), B6 (mencipta [berdasarkan] pengetahuan konseptual), dan B5
(mengevaluasi [berdasarkan] pengetahuan konseptual).
Pelajaran 21-30
Akan tetapi, unit pelajaran ini belum selesai meskipun laporan
tertulis siswa sudah dikumpulkan. Siswa belum menyampaikan
laporan lisan! Maka, saya meminta siswa mendiskusikan skala
kiraan yang digunakan untuk mengevaluasi laporan lisan (lihat
Komentar
Dalam menganalisis aktivitas pembelajaran ini dengan Tabel
Taksonomi, kami terfokus pada skala kiraan yang digunakan untuk
mengevaluasi laporan lisan (Lampiran B). ^Carena skala kiraan tak
lain merupakan kriteria, kami berpendapat bahwa skala kiraan ter-'
sebut merupakan Pengetahuan Konseptual. Presentasi siswa didasar-
kan pada Pengetahuan Faktual. Lebih lanjut, kami melihat bahwa siswa
diharapkan untuk menggunakan skala kiraan tersebut dalam me-
rencanakan presentasi mereka. Maka, kami berpendapat kategori-
proses kognitif yang tepat untuk aktivitas ini adalah Mencipta. Dan,
tujuan aktivitas pembelajaran ini adalah mencipta [berdasarkan]
pengetahuan konseptual dan pengetahuan faktual (sebab pengetahuan
faktual berisikan bahan mentah untuk membuat laporan tertulis).
Rangkuman analisis kami atas seluruh aktivitas pembelajaran
dengan Tabel Taksonomi ditunjukkan pada Tabel 13.2.
D.
Pengetahuan
Metakognitif '
Keterangan:
Tujuan 1 = Memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan menulis laporan tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika.
Tujuan 2 = Memilih informasi tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika yang relevan dengan tujuan-tuju'an laporan tertulis dan lisan siswa.
Tujuan 3 = Menulis teks inform al yang menjelaskan kepada teman-teman mereka dan anggota komunikasi sekolah aspek-aspek penting dalam
kehidupan tokoh terkenal dalam sejarah Amerika dan yang memuat pendapat siswa tentang bagaimana pengaruh kontribusi-kontribusi
tokoh tersebut pada masyarakat.
Tujuan 4 = Mempresentasikan sebagian isi tulisannya di depan kelas.
Catatan: Seperti telah dibahas sebelumnya, aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan Pelajaran 5-8 dan 15 tidak dianalisis dengan Tabel
Taksonomi.
BAGIAN 3: ASESMEN
Saya mengases dan mengevaluasi pembelajaran siswa pada unit
ini. Secara khusus, saya mengases dan melatih mereka dalam meng-
gunakan prosedur penelitian, dalam mengevaluasi sumber-sumber
informasi, dalam memilih tema, dan dalam menulis laporan. Mana-
kala mereka membutuhkanbimbingan tambahan secara individual,
saya mengajari mereka secara eksplisit supaya mereka lebih paham.
Di sini, saya mengandalkan penilaian dari kolega saya, ahli media,
yang mengamati perkembangan siswa secara sangat cermat.
Saya juga secara saksama mengamati siswa ketika mereka men-
cari dan memilih informasi tentang tokoh-tokoh terkenal Amerika
yang mereka pelajari. Sebagian siswa memanfaatkan perpustakaan
dan internet dengan mahir untuk mencari informasi. Sebagian siswa
lainnya kurang mahir. Saya terus melatih siswa-siswa yang meng-
alami kesulitan, dan meminta siswa-siswa yang mahir untuk mem-
bantu teman-teman merek<r yang kurang mahir. Setelah berkonsultasi
dengan ahli medianya dan mempelajari catatan-catatan saya, saya
menyimpulkan bahwa kemampuan hampir setiap anak dalam men
cari informasi meningkat pada akhir pengajaran unit ini.
Si ahli media dan saya sangat memerhatikan keputusan-ke-
putusan siswa dalam memilih sumber-sumber informasi untuk pem-
buatan laporan mereka. Sebagian siswa membutuhkan bantuan dari
teman mereka. Proses pemilihan sumber informasi terkendala oleh
faktor "relevansi" dan juga "aksesibilitas". Beberapa siswa dapat me
milih sumber-sumber informasi yang relevan, tetapi level bacaan
sumber-sumber ini terlalu sulit bagi mereka. Di sini, bantuan indi
vidual menjadi sangat pen ting. Namun, pada akhir pengajaran, kami
yakin bahwa sebagian besar siswa sudah menangkap ide "relevansi"
dalam memilih bahan-bahan tulisan mereka.
Untuk mengevaluasi tujuan ketiga dan tujuan keempat, saya
menggunakan Primary Trait Scoring Guide (lihat Lampiran D) dan
skala kiraan untuk laporan lisan (Lampiran B) secara berurutan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan siswa sudah mencapai
dua tujuan tersebut, tetapi sebagian siswa lainnya belum. Saya men-
cermati usaha-usaha mereka yang belum mencapai tujuan-tujuan
Komentar
Asesmen informal dan formal dilakukan terhadap pembelajaran
siswa. Asesmen informal dilakukan dalam Pelajaran 3, 10, 11, dan
16. Pada Pelajaran 3, asesmennya terfokus pada keterampilan men-
catat (yaitu, cara membuatcatatan). Asesmen ini menilai proses kog-
nitif mengaplikasikan pengetahuan prosedural. Pada Pelajaran 10 dan
11, asesmennya terfokus pada kemampuan siswa dalam mencari
tema (yakni, menganalisis informasi dalam catatan-catatan mereka).
Asesmen ini menilai proses kognitif menganalisis pengetahuan konsep-
tual (Pengetahuan Konseptual yang digunakan dalam tema-temanya
atau kategori-kategorinya yang dibuat oleh siswa). Asesmen pada
Pelajaran 16 terfokus pada penyusunan bibliografi oleh siswa. Pe-
nyusunan bibliografi ini menekankan jumlah sumber bacaan dan
level bacaarmya. Oleh karena asesmen ini jelas menilai dua tujuan
pertama, kami mengklasifikasikannya sebagai menganalisis pengetahu
an konseptual (meskipun, seperti telah disebutkan dalam pembahasan
kami atas tujuan-tujuan pembelajarannya, terdapat pula proses kog
nitif mengaplikasikan pengetahuan prosedural).
Dua asesmen formal dilakukan terhadap laporan tertulis dan
presentasi lisan siswa. Dalam menganalisis dua asesmen ini, kami
memusatkan perhatian pada Primary Trait Scoring Guide (Lampiran
D) dan skala kiraan yang dipakai untuk mengevaluasi laporan lisan
(Lampiran B). Keduanya merupakan kerangka konseptual yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas produk buatan siswa.
Perlu dicatat bahwa pelaku "mengevaluasi" di sini adalah guru,
bukan siswa. Apa yang dievaluasi adalah produk-produk yang di
buat oleh siswa. Produk-produknya berisi Pengetahuan Faktual (de-
tail-detailnya) dan Pengetahuan Konseptual (tema-temanya). Oleh
karena itu, asesmen ini menilai proses kognitif mencipta [berdasarkan]
Pengetahuan 5. 6.
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
A. Aktivitas-aktivitas Tujuan 3; Tujuan 4
Pengetahuan Pelajaran 2 Aktivitas-aktivitas
Faktual Pelajaran 17-20;
Aktivitas-aktivitas
Pelajaran 21-30;
Asesmen F1, F2
T
Dimensi Proses Kognitif
Dimensi
Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
D.
Pengetahuan
Metakognitif
Bab 13 : Sketsa Pembelajaran M enulis Laporan
Keterangan: /
Tujuan 1 = Memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan menulis laporan tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika.
Tujuan 2 = Memilih informasi tentang tokoh terkenal dalam sejarah Amerika yang relevan dengan tujuan-tujuan laporan tertulis dan lisan siswa.
Tujuan 3 = Menulis teks informatif yang menjelaskan kepada teman-teman mereka dan anggota komunikasi sekolah aspek-aspek penting dalam
kehidupan tokoh terkenal dalam sejarah Amerika dan yang memuat pendapat siswa tentang bagaimana pengaruh kontribusi-kontribusi
tokoh tersebut pada masyarakat.
Tujuan 4 = Mempresentasikan sebagian isi tulisannya di depan kelas.
Asesmen 1,2, dan 3 mengacu pada tiga asesmen informal yang terpisah; asesmen F1 (laporan tertulis) dan F2 (presentasi lisan) mengacu pada
dua asesmen formal.
Catalan : Seperti telah dibahas sebelumnya, aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan Pelajaran 5-8 dan 15 tidak dianalisis dengan
Tabel Taksonomi.
Kotak-kotak yang berwarna hitam menunjukkan kesesuaian yang paling tinggi di antara ketiga komponen—tujuan, aktivitas pembelajaran, dan
asesmen terdapat di dalam kotak yang sama. Kotak-kotak yang berwarna lebih terang menunjukkan dua komponennya terdapat dalam kotak yang
sama.
Pertanyaan tentang Instruksi
Aktivitas-aktivitas pembelajaran awal (Pelajaran 1 dan 2) di-
maksudkan untuk mengenalkan unit ini kepada siswa (lihat Tabel
13.2). Ms. Vandie menjelaskan kepada siswa kriteria-kriteria yang
akan digunakan untuk mengevaluasi produk-produk akhir mereka,
dan mereka mulai mengeksplorasi bagaimana cara memilih infor-
masi-informasi yang dibutuhkan untuk menyusun produk-produk
akhir mereka.
Seperti ditunjukkan pada Tabel 13.2, banyak pelajaran di-
maksudkan untuk mengaplikasikan pengetahuan prosedural. Gurunya
mengharapkan siswa untuk melakukan tiga langkah, dari mencari
sumber-sumber informasi yang sudah tersedia sampai menulis lapor-
an: (1) mencatat, (2) mengelompok-ngelompokkan catatan-catatan
berdasarkan tema-temanya, dan (3) menamai setiap kelompok tema-
nya. Dalam pelajaran-pelajaran ini, gurunya memberi contoh pe-
laksanaan tiga langkah tersebut. Gurunya juga memberi bantuan
individual (yakni, "melatih") kepada siswa-siswa yang tidak dapat
mengaplikasikan langkah-langkah itu. Perlu diperhatikan bahwa
prosedur tiga langkah ini mengasumsikan bahwa bahan-bahannya
telah dipilihkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Asumsi ini didasar-
kan pada penjelasan gurunya tentang Pelajaran 15 dan 16. Agaknya,
banyak siswa belum dapat mencari sumber-sumber informasi yang
tepat dalam jumlah yang memadai.
Pada separuh pengajaran unit ini (Pelajaran 17-20), penekanan-
nya beralih ke tujuan-tujuan yang lebih kompleks: mengevaluasi
[berdasarkan] pengetahuan konseptual, dan mencipta [berdasarkan]
pengetahuan konseptual. Format pelajarannya adalah "Lokakarya
Menulis". Siswa menulis laporan dan mengkritisi draf-draf laporan
teman-teman mereka.
Pada sepuluh hari terakhir pengajaran unit ini, siswa menyiap-
kan presentasi lisan dan mempresentasikan sebagian laporan tertulis
mereka. Siswa menggunakan skala kiraan untuk menyiapkan pre
sentasi lisan mereka (lihat Lampiran B). Merencanakan adalah proses
kognitif dalam kategori Mencipta; skala kiraannya merupakan kriteria
(Pengetahuan Konseptual). Namun, siswa memiliki Pengetahuan Faktual
4 Tulisan saya mengan- Tulisan saya berisikan Kata-kata saya bervariasi. Saya menulis kalimat- Saya memakai tanda-
dung inform asi-infor- pendahuluan, isi, dan ke- kalimat yang lengkap. tanda baca berikut de
masi yang sangat detail. simpulan. Saya memakai kata sifat ngan benar:
deskriptif, kata kerja, dan Saya memulai kalimat huruf kapital
Informasi-informasi de- Saya memakai kata-kata kata keterangan. dengan beragam cara.
tailnya dijelaskan de- penghubung untuk me- / titik, koma.apostrof, dan
Bab 13 : Sketsa Pembelajaran M enulis Laporan
ngan baik. ngaitkan bagian awal. Kalim at-kalim at saya tanda kutip
tengah dan akhir secara dapat dipahami.
In fo rm a s i-in fo rm a s i logis. subjek, predikat, dan
detailnya menjelaskan kata ganti
topiknya.
ejaan
3 In fo rm a s i-in fo rm a s i Tulisan saya berisikan pen Kata-kata saya biasanya Saya biasanya menulis Saya biasanya memakai
detailnya spesifik. dahuluan. isi, dan penutup. bervariasi. kalim at-kalim at yang tanda-tanda baca berikut
lengkap. dengan benar:
huruf kapital
344
In fo rm a s i-in fo rm a s i Informasi-informasi detail Saya memakai beberapa Saya biasanya memulai titik, koma, apostrof, dan
Pem belajaran, Pengajaran, dan Asesmen
detailnya biasanya di- nya ditulis secara sis- kata sifat deskriptif, kata kalimat dengan bera- tanda kutip
jelaskan dengan baik tem atis dan dapat di- kerja, dan kata keterang- gam cara.
pahami. an. subjek, predikat, dan
Informasi-informasi de Kalim at-kalim at saya kata ganti
tailnya biasanya men- selalu dapat dipahami.
jelaskan topiknya. ejaan
2 Tulisan saya mengan- Tulisan saya tidak me- Saya kadang mengulang- Saya kadang menulis Saya kadang memakai
dung beberapa infor- ngandung pendahuluan, ulang kata atau ide. kalim at-kalim at yang tanda-tanda baca
masi yang mendetail. atau isi, atau penutup. lengkap. berikut dengan benar:
Saya membutuhkan lebih huruf kapital
Sebagian informasi de Sebagian informasi dptail- banyak kata deskriptif dan Saya sering memulai
tailnya tidak tepat. nya ditulis dengan sis- kata kerja. kalimat dengan cara yang titik, koma, apostrof,
tematis. sama. dan tanda kutip
Sebagian inform asi
detailnya perlu dijelas- subjek, predikat, dan
kan. kata ganti
1 Tulisan saya mengan- Tulisan saya tidak berisi- Saya sering mengulang Kalim at-kalim at saya Saya lupa memakai
dung sedikit atau tidak kan pendahuluan, isi, atau kata yang sama. tidak lengkap. tanda-tanda baca ber-
mengandung informasi penutup. ikutdengan benar:
yang detail. Saya tidak menggunakan huruf kapital
Tulisan saya tidak sis- beberapa kata.
Tulisan saya sangat tematis. titik, koma, apostrof,
pendek. Saya perlu mepnakai kata dan tanda kutip
deskriptif dan kata kerja.
Bab 13 : Sketsa Pembelajaran M enulis Laporan
ejaan
Lam piran B: Berbicara
Keterampilan berbicara
Melihat audiens saat berbicara 1 2
Sikap badannya baik 1 2
Berbicara dengan jelas 1 2
Nada dan volume suaranya tepat 1 2
Mengucapkan kata-kata dengan jelas 1 2
Memakai jeda dan gerak tubuh secara efektif 1 2
Tidak gelisah saat berbicara 1 2
Tidak tersendat-sendat (misalnya, “e", “em”) 1 2
Berbicara secara sistematis 1 2
Berbicara dengan tujuan yang jelas:
untuk memberi informasi 1 2
untuk menghibur 1 2
untuk memberi petunjuk 1 2
untuk memengaruhi 1 2
untuk m engungkapkan perasaan dan
pendapat pribadi 1 2
Strategi Presentasi
2 3 4
Memilih topik dan bahan yang tepat
2 3 4
Menyiapkan presentasi secara efektif
2 3 4
Menata informasi secara efektif
2 3 4
Memakai alat bantu visual secara tepat
2 3 4
Tujuan presentasi tercapai
2 3 4
Memakai kosakata yang tepat
2 3 4
Berbicara sesuai dengan tujuan dan audiens
2 3 4
Mengekspresikan diri secara efektif
Komentar
____ Apakah ide-ide yang saya tulis jelas bagi orang lain?
____Apakah saya memilih kata-kata secara teliti untuk mengungkapkan apa yang ingin
saya tulis?
____Apakah saya memakai ejaa"n, tata bahasa, huruf besar, dan tanda-tanda baca
dengan benar?
Nama: Tanggal:
Poin: Skor:
Isi: Bentuk:
4 = Selalu 40-37 = Baik sekali 48-45 = Baik sekali
3 = Biasanya 36-34 = Baik 44-41 = Baik
2 = Kadang-kadang 33-31 = Cukup 40-37 = Cukup
1 = Jarang 30-28 = Perlu ditingkatkan 36-34 = Perlu ditingkatkan
0 = Tidak pernah 27-0 = Tidak memuaskan 33-0 = Tidak memuaskan
Isi:
1. Apakah topiknya terfokus?
2. Apakah audiensnya tertarik pada laporan ini?
3. Apakah laporan ini sistematis (pendahuluan, isi, kesimpulan)
4. Apakah pendahuluannya mengungkapkan pokok pikiran laporannya?
5. Apakah fakta-fakta dalam laporan sesuai dengan topiknya?
6. Apakah penutupnya merangkum, memberi solusi, atau menjawab
pertanyaan audiens?
7. Apakah pendapat penulisnya tampak jelas?
8. Apakah laporannya dapat dipahami?
9. Apakah ada bukti hasil penelitian (sumber tulisan, wawancara)?
10. Apakah pengalaman atau pengetahuan penulis sebelumnya ditulis?
V
Jumlah
Jumlah
Mengurai
Masalah-masalah Pelik
dalam Pembelajaran
di Kelas
KOMENTAR AKHIR
Guru (dan pendidik pada umumnya) menghadapi empat per-
tanyaan dasar yang telah dibahas di awal bab ini sejak Handbook
terbit setengah abad silam lebih, bahkan sejak jauh-jauh tahun
sebelumnya. Tabel Taksonomi memang tidak dapat memberikan
jawaban langsung atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi kami
yakin bahwa kerangka pikir ini dapat menjadi dasar untuk mendis-
kusikan keempat pertanya'an itu. Secara lebih spesifik, Tabel Takso
nomi memberi cara pandang lain bagi guru dan pihak-pihak yang
bekerja dengan guru dalam mengurai masalah-masalah pelik ini,
sehingga mereka memperoleh wawasan baru dan —berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan dari sketsa-sketsa di atas— pemahaman baru
mengenai masalah-masalah tersebut.
Misalnya, ketika dipandang dengan kacamata Tabel Taksonomi,
konsep sederhana seperti "kesesuaian" mendapat makna anyar.
Adalah tidak cukup untuk menyesuaikan asesmen dengan pem-
belajarannya hanya berdasarkan jenis-jenis pengetahuan atau kate-
gori-kategori proses kognitif. Penyesuaian ini niscaya melibatkan
perpaduan antara jenis pengetahuan dan proses kognitif (tujuan
pembelajaran) untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Semua ini
membantu kita memahami mengapa upaya-upaya penyesuaian
sebelumnya tidak berhasil dan apa upaya-upaya berikutnya yang
harus ditempuh. Pemahaman dan wawasan baru ini memungkin-
kan guru menemukan solusi (strategi-strategi) yang sebelumnya tak
terpikirkan.
PENUTUP
Sebagaimana kerangka pikir aslinya, revisi kami ini akan sangat
bermanfaat jika Anda mengadaptasinya sesuai dengan tujuan-tujuan
Anda. Bloom, Hastings ddn Madaus (1971) menunjukkan bagaimana
kerangka pikir asli itu dapat diadaptasi dalam sejumlah mata pelajar-
an: bahasa (Moore dan Kennedy, 1971), matematika (J.W. Wilson,
1971), pendidikan (B.G. Wilson, 1971), ilmu sosial (Orlandi, 1971),
dan sains (Klopfer, 1971). McGuire (1963) memodifikasi kerangka
pikir Bloom untuk pendidikan kesehatan. Mereka semua memodifi
kasi jarak antarkategori sesuai dengan mata-mata pelajaran mereka
dan membuat sub-subkategori yang memperlihatkan perbedaan-
perbedaan penting antardisiplin ilmu. Sebagian cara mereka dalam
memodifikasi kerangka pikir Bloom dapat diterapkan untuk me
modifikasi kerangka pikir kami; sebagian modifikasi lainnya perlu
diubah untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran mereka.
Walaupun revisi ini dibuat sebagai kerangka pikir yang dapat di
terapkan untuk banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu, kami
sangat menyarankan agar Anda mengadaptasi atau memodifikasinya
secara kreatif sesuai dengan kebutuhan Anda.
Semua kerangka pikir, termasuk taksonomi pendidikan ini,
merupakan abstraksi realitas dan menyederhanakan realitas untuk
memudahkan kita memahami keteraturan di balik realitas tersebut.
Ringkasan Perubahan
Kerangka Taksonomi
PERUBAHAN TERMINOLOGI
PERUBAHAN STRUKTUR
PENGETAHUAN
1.00 Pengetahuan
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat
kembali hal-hal yang spesifik dan universal, mengingat kembali
metode dan proses, atau mengingat kembali pola, struktur, atau
seting. Mengingat kembali ini lebih daripada sekadar membawa
materi yang tepat ke dalam pikiran. Meskipun mungkin perlu rneng-
ubah materi tersebnt, mengingat kembali relatif mudah dilakukan.
Tnjuan pengetahuan menekankan sebagian besar proses mengingat
(proses psikologis). Proses menghubungkan juga terlibat dalam tes
pengetahuan yang mensyaratkan pengorganisasian dan pengorgani-
sasian ulang suatu masalah, karena proses menghubungkan akan
memberikan sinyal dan petunjuk tentang informasi dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang. Analoginya, jika orang menganggap pikiran
sebagai suatu berkas, masalah dalam tes pengetahuan adalah me-
nemukan dalam masalah atau tugas ini sinyal-sinyal, petunjuk-pe-
*Tujuan pembelajaran yang lebih jelas diambil dari bacaan yang di-
gunakan.
2.00 Komprehensi
Komprehensi merupakan tingkat memahami yang paling
rendah. Komprehensi merupakan jenis memahami atau aprehensi
seperti orang yang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan
dan dapat menggunakan materi atau ide yang sedang dikomunikasi
kan tanpa menghubungkannya dengan materi lain atau tanpa me-
lihat seluruh implikasinya.
2.10 Penerjemahan
Penerjemahan adalah komprehensi yang teliti dan akurat untuk
memparafrasakan atau menciptakan komunikasi dari satu bahasa
atau bentuk komunikasi ke bahasa atau bentuk komunikasi lainnya.
Penerjemahan dinilai berdasarkan kesetiaan dan akurasinya, yakni
sejauh mana materi dalam bahasa asalnya tetap terpelihara walaupun
bahasanya berubah.
• Kemampuan untuk memahami pernyataan yang tidak harfiah
(metafor, simbolism, ironi, hiperbol).
• Keterampilan untuk menerjemahkan kalimat matematika jadi
rumus dan sebaliknya.
2.30 Ekstrapolasi
Ekstrapolasi adalah meluaskan kecenderungan atau tren me-
lampaui datanya untuk mengetahui implikasi, konsekuensi, akibat,
pengaruh, dan seterusnya yang sesuai dengan kondisi-kondisi yang
dideskripsikan dalam komunikasi awalnya.
• Kemampuan untuk menyikapi kesimpulan-kesimpulan dalam
suatu karya sastra dengan membuat pernyataan-pernyataan yang
eksplisit.
• Keterampilan untuk memprediksi kelanjutan tren.
3.00 Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi-abstraksi dalam keadaan
nyata. Abstraksi-abstraksi ini bisa berupa ide-ide umum, aturan-
aturan prosedur, atau metode-metodeuniversal. Abstraksi-abstraksi
ini pun bisa berupa prinsip-prinsip, ide-ide, dan teori-teori teknis
yang harus diingat dan diaplikasikan.
• Aplikasi istilah-istilah atau konsep-konsep ilmiah pada fenomena
yang dibahas dalam sebuah makalah.
• Kemampuan untuk memprediksi kemungkinan pengaruh dari
perubahan satu faktor pada kehidupan b'iologis yang sebelumnya
seimbang.
6.00 Evaluasi
Evaluasi ialah menentukan nilai materi dan metode untuk tuju-
an tertentu. Penilaian kuantitatif dan kualitatif tentang sejauh mana
materi dan metode sesuatu dengan kriteria-kriteria tertentu. Peng-
gunaan standar penilaian. Kriteria-kriteria tersebut bisa dibuat oleh
siswa atau cukup diberikan kepada mereka.
Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., dan
Krathwohl, D.R. Taxonomy o f Educational Objectives: Handbook I:
Cognitive Domain. New York: David McKay, 1956.
Bransford, J.D., Brown, A.L., dan Cocking, R.R. How People Learn:
Brain, Mind, Experience and School. Washington, DC: National
Academy Press, 1999.
Bibliografi 417
Broudy, H.S. "Can Research Escape Dogma of Educational Objec
tives? School Review, 7 9 ,1970: 43-56.
Brown, A., Bransford, }., Ferrara, R., dan Campione, )., "Learning,
Remembering, and Understanding". Dalam Mussen, P.H. (Ed.
Seri), Flavell, }., dan Markman, E. (Ed.Vol.). Handbook o f Child
Psychology: Vol. 3. Cognitive Development. Fourth edition, New
York: Wiley, 1983: 77-166.
Bibliogra fi 4^9
Furst, E.J. "Bloom's Taxonomy of Educational Objectives for the
Cognitive Domain: Philosophical and Educational Issues".
Review of Educational Research, 51, 1981: 441-453.
Jackson, P.W. Life in Classroom. New York: Holt, Rinehart and Winston,
1968.
Kelly, A.V. The Curriculum: Theory and Practice. Third edition. London:
Paul-Chapman Publishers, 1989.
Bibliografi 421
Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., dan Masia, B.B. Taxonomy o f Educa
tional Objectives, the Classification o f Educational Goals; Handbook
II: The Affective Domain. New York: David McKay, 1964.
Lambert, N.M. dan McCombs, B.L., (Ed.). How Students Learn: Re
forming Schools through Learner-Based Education. Washington,
DC: American Psychological Association, 1998.
National Council for the Social Studies. Curriculum Standards for Social
Studies: Expectations o f Excellence. Washington, DC: Author, 1994.
Bibliografi 423
National Council of Teachers of Mathematics. Curriculum and Evalu
ation Standards for Teaching Mathematics. Res ton, VA: Author,
1989.
Paul, R. dan Nosich, G.M. A Model for the National Assessment o f Higher
Order Thinking. Santa Rosa, CA: Foundation for Critical Think
ing. (ERIC Document Reproduction Service N. ED 353 296),
1992.
Royer, J.M., Ciscero, C.A. dan Carlo, M.S. "Techniques and Proce
dures for Assessing Cognitive Skills". Review o f Educational
Research, 6 3 ,1993: 201-243.
Bibliografi 425
Rugg, H. "Curriculum-Making and the Scientific Study of Educa
tion since 1910". Dalam Rugg, H. (Ed.), Twenty-Sixth Yearbook
o f the N ational Society fo r the Study o f Education, Part 1.
Bloomington, IL: Public Schools Publishing Company, 1926a.
Smith, E.R. dan Tyler, R.W. Appraising and Recording Student Progress.
New York: Harper, 1942.
Bibliografi 427
Tyler, R.W. Basic Principles o f Curriculum ami Instruction. Chicago:
University of Chicago Press, 1949.
A Baron, )., 84
a priori, 32, 33 Baxter, G.R, 64, 95
ability, 395 bebas nilai, 364
afektif, 390 behavior, 20, 21
Airasian, P.W., 24 behaviorisme, 20, 21
Alexander, P., 61 Bereiter, C., 61
American Association for the berpikir:
Advancement of Science, 29 divergen, 53
American Heritage Dictionary konvergen, 53, 130
of the English Language, 359 kreatif, 130
Anderson, L.W., 94, 359 kritis, 127, 404
application, 395 Bloorn, B.S., 6, 66„ 391
Armstrong, D.G., 32 Bobbitt, 4
asesmen: Boekaerts, M., 64
autentik, 134 Bransford,J.D.,51, 61,64,77, 95
eksternal, 374 Broudy, H.S., 32
formal,371, 379 Brown, A.L., 51, 61, 64, 77, 95
formatif, 153, 195, 200, 267, Bruer, J .T., 134
272,307, 371,372,
C
informal, 195, 199, 371
performa, 374, 384 Campione, 64
sumatif, 153, 200, 371,373 Carlo, M.S., 99
Case, R., 60, 61
B Chi, M„ 73
Baker, E.W., 134 Ciscero, C.A., 99
Baron,84 Clandinin, D.J., 16
F J
Ferguson-Hessler, M., 61 . Jackson, D., 88
Ferrara, 64 Jackson, P.W., 369
filogenesis, 5, 7 Joyce, B., 12
Fla veil, )., 65, 83, 85, 88
Indeks 431
K McKeough, A., 95
Kappel, F.R., 23 McTighe, J ., 404
Keil, F., 60, 61 meaningful learning, 95
Kelly, A.V., 35 menyelesaikan masalah, 404
Kendall, J.S., 4 Merriam-Webster Dictionary, 19
Kennedy, L.D., 391 Metfessel, N.S., 99
Kirsner, D.A., 99 metode heuristik, 84
Klopfer, L.E., 391 Michael, W.G., 99
knowledge, 395 Michaelis, J.U., 390
kognitif, 390; sosial, 88 model:
konstruktivisme, 57 Piagetian, 61
Krathwohl, D.R., 22,158 neo-Piagetian, 82
kurikulum tersembunyi, 363 Moore, W.R., 391
Mosenthal, P.B., 99
L motivational belief, 88
Lambert, N.M., 98
N
learning, 8; outcome, 27
Levy, C.M., 135 National Council for the Social
Life in Classrooms, 369 Studies, 29
Linn, R.L., 134 National Council of Teachers of
Lipson, M., 86 English and Intern, 29
Lupart, J ., 95 National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM), 29,54
M National Research Council, 29
Madaus, G.F., 391 Newsweek, 375
Mager, R.F., 31 Nickerson, R., 84
management-by-objectives, 21 Nosich, G.M., 390
Mandler, J., 61
Marini, A., 95
o
Marsh, C., 32 objective, 27
Marshall, H.H., 98 O'Neil, H.F., 134
Marzano, R.J., 4 Orlandi, L.R., 391
Mayer, R.E., 83, 94, 95, 97,134 Ortony, A., 97
McCombs, B.L., 98
McGuire, C., 391
Indeks 433
stimulus-respons, 21 value and interest belief, 89
subject matter, 19, 20 Van Meter, R, 12
substance, 19 Vosniadou, S., 97
synthesis, 395
W
T Weil, M., 12
Tennyson, R.D., 10,11 Weinstein, C.F., 83
teori: Wellman, H., 61
evolusi, 77 Wiggins, G., 404
gerakan lempeng bumi, 77, Wilson, B.G., 391
175, 284 Wilson, J.W., 391
Thorndike, R.L., 382 Wittrock, M.C., 94
Tyler, R.W., 20, 21, 390, 397 Wixson, K., 86
Tyler, Ralph, 18 Woloshyn, V., 134
Wolters, C., 64
U
uses task, 131 Z
Zeidner, M., 64
V Zimmerman, B.J., 64
validitas:
instruksional, 374, 382
isi, 381