Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Didik

Ttd
N Wakt Tempat Alasan
Uraian kegiatan Tanggal .
o u Pencapaian Perubahan
Guru
1. Mempelajari modul

2. Umpan Balik

3. Latihan soal

4. Evaluasi

5. Kegiatan praktek

6. Evaluasi

7. Penyusunan Laporan

8. Laporan hasil kerja

B. Kegiatan belajar

Standar Kompetensi: Melaksanakan pengujian benang tekstil

Kompetensi Dasar 1: Menjelaskan macam-macam jenis benang

Kegiatan Belajar 1

Menjelaskan jenis benang tekstil

1. Tujuan Kegiatan Belajar

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat menjelaskan macam-macam

jenis benang meliputi: sejarah pembuatan benang, pengertian benang, penggo-

longan benang, macam-macam benang dan gambar macam-macam jenis benang

2. Uraian Materi

Macam-macam Jenis Benang

Macam-macam jenis benang yang akan dipelajari meliputi:

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 5
a. Sejarah Pembuatan Benang

Dimulai bersamaan dengan peradaban manusia di dunia. Benang pertama dibuat

dari serat alam dikenal dengan Flax dan Wol, disusul dengan Sutera dan Kapas.

Awal pembuatan benang menggunakan tenaga manusia dengan cara sbb:

Pembuatan benang dengan tangan

1. Membersihkan serat dari kotoran


2. Menguraikan serat dari gumpalan
3. Memegang serat dengan tangan kiri
4. Menarik serat sedikit demi sedikit
sambil diputar dengan tangan kanan
5. Mengantih serat diantara telunjuk
dan ibu jari sampai mencapai keku-
atan yang dikehendaki
Gambar 1. Pembuatan benang
6. Benang kemudian digulung pada se-
dengan tangan
potong kayu

Pembuatan Benang dengan Alat Pintal (Kincir Tangan)

1. Diperkenalkan pertama kali di India


Gambar 2. Kincir digerakkan
2. Sebuah proses yang diputar dengan
dengan tangan
perantaraan sebuah roda yang dige-
rakkan dengan tangan
3. Tangan kiri memegang segumpal se-
Pembuatan Benang dengan Alat Pintal
rat yang ujungnya dikaitkan dengan
(Kincir Kaki)
poros/spindle dan menariknya perla
Alat pintal kincir tangan dikembangkan menjadi alat pintal kincir yang digerak-
han-lahan menjauhi spindle untuk
kan dengan kaki. Alat tersebut seperti terlihat pada gambar berikut:
mendapatkan kehalusan benang yng
dikehendaki. Benang kemudian digu-
lung pada alat penggulung
1. Prinsip alat sama bedanya putaranya
digerakkan dengan kaki dan flyer
2. Flyer terdiri dari alat pintal bersa-
yap dan bobbin yang diputar dengan
kecepatan berlainan
3. Putaran bobbin lebih cepat dari pada
Putaran flyer
4. Kedua putaran berasal dari roda yg
digerakkan dengan kaki
DKK-2-PENGUJIAN BENANG 6 5. Penarikan dilakukan dengan tangan
sehingga pemberian antihan dan
penggulungan secara bersamaan
Gambar 3. Kincir digerakkan
dengan kaki

b. Pengertian Benang

Benang adalah bahan baku pembuatan

kain

c. Penggolongan Benang

 Berdasarkan panjang seratnya :

benang stapel, filamen dan campuran

 Berdasarkan konstruksinya: benang

tunggal, rangkap, gintir dan tali

 Berdasarkan urutan mesinnya: benang

garu dan sisir

 Berdasarkan pemakaiannya: benang

lusi, pakan, rajut dan hias

d. Macam-macam Benang

 Benang stapel: susunan serat stapel,

teratur memanjang, garis tengah dan

antihan tertentu, diperoleh dari

proses pemintalan, pendek, sedang dan

panjang

 Benang filamen: dibuat dari serat-

serat filamen yang dirangkap dan

diberi antihan secara mekanik. Jenis

benang filamen meliputi: mono filamen

(terdiri dari satu filamen),

multifilamen (terdiri dari beberapa

filamen), Stretch (termoplastis, sifat

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 7
mulur besar, mudah kembali ke panjang semula), dan ruwah (sifat

mengembang besar).

 Benang Garu: dibuat tanpa menggunakan mesin combing, benangnya kasar

 Benang sisir: dibuat menggunakan mesin combing, benangnya halus

 Benang lusi: terletak ke arah panjang kain, jumlah antihan lebih banyak

dari pada benang gintir. Diperkuat melalui proses penganjian.

 Benang pakan: terletak ke arah lebar kain. Kekuatan dan antihannya lebih

rendah dari benang lusi.

 Benang rajut: khusus untuk membuat kain rajut. Jumlah antihan lebih

sedikit dari benang pakan

 Benang hias: mempunyai corak atau susunan tertentu yang dimaksudkan

sebagai hiasan

 Benang tunggal: terdiri dari satu helai benang

 Benang rangkap: terdiri dari dua helai benang tunggal atau lebih

dirangkap jadi satu

 Benang gintir: menggintir dua helai benang tunggal dengan arah

berlawanan dengan antihan benang tunggal dan lebih kuat

 Benang tali: menggintir lebih dari dua helai benang tunggal dengan arah

berlawanan dengan antihan benang tunggal dan lebih kuat

e. Gambar macam-macam jenis benang

Gambar 4. Benang filamen Gambar 5. Benang tunggal

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 8
Gambar 6. Benang rangkap Gambar 7. Benang gintir

Gambar 8. Benang tali Gambar 9. Benang tow

Gambar 10. Benang logam Gambar 11. Benang jahit

Kegiatan Belajar 2

Menjelaskan sistim penomoran benang secara tidak langsung dan langsung

1. Tujuan Kegiatan Belajar

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat menjelaskan sistim peno-

moran benang secara tidak langsung meliputi: penomoran kapas (Ne1), dan

penomoran metrik (Nm), dan sistim penomoran benang secara langsung meli-

puti: penomoran benang filamen (Denier), dan penomoran cara Tex

2. Uraian Materi

Sistim penomoran benang secara tidak langsung dan langsung meliputi:

Satuan Panjang: 1 inch = 2,54 cm

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 9
12 inches = 1 feet = 30,48 cm

36 inches = 3 feet = 1 yard = 91,44 cm

120 yard = 1 lea = 109,73 cm

7 lea = 1 hank = 840 yards = 768 m

Satuan Berat: 1 pound (lb) = 16 ounces = 7000 grains = 453,6 gram

1 ounces (1oz) = 437,5 grains

Penomoran benang secara tidak langsung:

Nomer benang = Panjang (P)

Berat (B)

Nomor benang (Ne1) adalah berapa panjang benang dalam hank untuk se-

tiap berat 1 pound

Ne1 = Panjang (P) dalam hank

Berat (B) dalam pound

Contoh soal: Jika diketahui Ne1 = 10, panjang benang = 3840 m hitung

berat benang tersebut dalam satuan gram

Jawab: 3840 x 453,6 = 226,8 gram


10 x 768

Nomor benang (Nm) adalah berapa meter panjang benang untuk setiap
Berat 1 gram
Nm = Panjang (P) dalam meter
Berat (B) dalam gram

Contoh soal: Jika diketahui panjang benang= 100 m dan berat= 20 gram
Hitung nomer benang tersebut dalam Nm
Jawab: Nm = 100 = 5
20

Penomoran benang secara langsung:

Nomer benang = Berat (B)

Panjang (P)

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 10
Nomor benang Denier (D/Td) adalah berapa gram berat benang untuk

setiap panjang 9000 meter

D/Td = Berat (P) dalam gram

Panjang (P) dalam 9000 m

Contoh soal: Jika diketahui panjang benang = 2286 m dan berat benang

113,4 gram hitung nomer benang (Td)

Jawab: Td = 113,4 = 446,45

2286/9000

Nomor benang Tex adalah berapa gram berat benang untuk setiap panjang

1000 meter

Tex = Berat (P) dalam gram

Panjang (P) dalam 1000 m

Contoh soal: Jika diketahui panjang benang = 1500 m dan berat benang

150 gram hitung nomer benang (Tex)

Jawab: Tex = 150 = 100

1500/1000

Kegiatan Belajar 3

Menjelaskan kekuatan tarik benang per helai dan per lea

1. Tujuan Kegiatan Belajar

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat menjelaskan kekuatan tarik

benang meliputi: kekuatan tarik benang per helai dan kekuatan tarik benang

per lea

2. Uraian Materi

Kekuatan tarik benang per helai dan kekuatan tarik benang per lea merupakan
salah satu karakter benang yang sangat penting dan selalu ditonjolkan. Keku-
atan merupakan sifat benang yang dapat diukur, dievaluasi, digambarkan dan

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 11
dinilai. Kekuatan benang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: panjang sta-
pel, kehalusan serat, kekuatan serat, twist, kerataan, distribusi panjang serat,
pengerjaan finish serat dan faktor lainnya.
Pada dasarnya pengujian kekuatan benang ada dua cara yaitu:
1) Kekuatan tarik per helai berjarak jepit 10 -50 cm dari masing-masing titik
jepit
2) Kekuatan tarik per lea dilakukan dalam panjang untaian 120 yard

Kegiatan Belajar 4

Menjelaskan twist/antihan benang tunggal dan gintiran benang rangkap

1. Tujuan Kegiatan Belajar

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat menjelaskan twist benang

meliputi: twist benang tunggal dan gintiran benang rangkap

2. Uraian Materi

Jumlah twist pada benang sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik benang, pe-

makaian (lusi, pakan dan rajut), dan juga pada kenampakan hasil akhirnya. Da-

lam pemintalan pada umumnya perubahan twist akan merubah kecepatan rol.

Makin tinggi twist makin lambat, yang berarti produksi makin kecil dan seba-

liknya makin rendah twist semakin besar jumlah produksinya.

Arah twist pada benang dibedakan menjadi dua, yaitu: a) arah kanan atau

arah Z, dan b) arah kiri atau arah S seperti terlihat pada gambar berikut:

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 12
Gambar 12. Arah twist S dan Z
Jumlah twist pada benang adalah jumlah putaran pada benang tersebut per

unit panjang dari benang tersebut. Cara lain menyatakan twist adalah besar-

nya “twist faktor” yang menggambarkan karakter benang berdasarkan twist

nya tanpa menyebutkan nomor benangnya.

Pengaruh twist pada benang ada beberapa macam yaitu:

a) Kekuatan: penambahan twist menambah kekuatan benang sampai batas ter

tentu dan penambahan selebihnya akan mengurangi kekuatanya

b) Mulur: twist tinggi menambah mulur benang sebelum putus pada waktu

penarikan

c) Pegangan: twist rendah pegangannya lembut demikian juga sebaliknya

d) Elastisitas twist rendah elastisitasnya kurang

e) Kilat: twist tinggi mengurangi kilat benang

f) Absorpsi: twist tinggi mengurangi absorpsi benang

g) Arah twist dalam konstruksi kain arah twist dapat mempengaruhi kenam-

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 13
pakan kain

Kegiatan Belajar 5

Menjelaskan ketidakrataan benang

1. Tujuan Kegiatan Belajar

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat menjelaskan ketidak-

rataan benang meliputi: Kebersihan, kerataan (slub/nap dan nep), dan standar

grade benang

2. Uraian Materi

Pengujian ketidakrataan benang dilakukan dengan cara benang contoh uji digu

lung pada papan hitam, kemudian dibandingkan dengan standar grade benang

dan dinilai berdasarkan:

a) Kebersihan: banyak sedikitnya kotoran (kulit biji, sisa daun dsb)

b) Kerataan: banyak sedikitnya slub/nap dan nep

DKK-2-PENGUJIAN BENANG 14

Anda mungkin juga menyukai