Dosen Pengampu:
Dr. Nurhanurawati, M. Pd.
Dr. Caswita, M.Si.
Oleh:
Kelompok 1
Ita Oktriani (2123021006)
Ro’ayatul Hidayah (2123021007)
Reza Setiawati (2123021012)
Nurhudawati (2123021015)
Tri Mustikaningrum (2123021024)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Miskonsepsi Siswa pada Materi
Himpunan” dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Pendalaman Materi
Matematika Sekolah.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN
2.1. Materi Himpunan...................................................................................... 4
2.2. Miskonsepsi Pengeneralisasian pada Materi Himpunan............................ 9
2.3. Miskonsepsi Penspesialisasian pada Materi Himpunan.......................... 10
2.4. Miskonsepsi Notasi pada Materi Himpunan........................................... 12
2.5. Mengatasi Miskonsepsi Pengeneralisasian pada Materi Himpunan....... 12
2.6. Mengatasi Miskonsepsi Penspesialisasian pada Materi Himpunan........ 18
2.7. Mengatasi Miskonsepsi Notasi pada Materi Himpunan......................... 22
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
Menurut Nurtasari, dkk (2017), berbagai bentuk miskonsepsi yang dapat dialami
siswa adalah: 1) miskonsepsi pengeneralisasian yaitu pemahaman yang kurang
dan keliru dalam memahami konsep seperti tidak memahami sepenuhnya konsep
yang akan digunakan ketika menyelesaikan soal, 2) miskonsepsi penspesialisasian
yaitu pemahaman tentang sebuah konsep yang selalu sama dengan konsep yang
2
lainnya seperti menyamakan suatu konsep dengan konsep lain yang berbeda atau
menganggap sebuah konsep dapat digunakan dalam situasi yang berbeda, 3)
miskonsepsi notasi yaitu pemahaman yang keliru terhadap sebuah notasi seperti
pemahaman yang berbeda terhadap sebuah notasi, penggunaan notasi yang keliru,
dan mengabaikan sebuah notasi.
Berdasarkan uraian di atas, hal ini menjadi daya dorong penyusun untuk
mengungkapkan bagaimana bentuk miskonsepsi yang dialami siswa pada materi
himpunan dan bagaimana cara mengatasinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk miskonsepsi yang dialami siswa pada materi himpunan?
2. Bagaimana mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa pada materi himpunan?
3
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui berbagai bentuk miskonsepsi yang dialami siswa pada
materi himpunan
2. Untuk mengetahui cara mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa pada
materi himpunan
4
II. PEMBAHASAN
Sebuah himpunan adalah kumpulan semua objek yang mungkin yang bersifat
tertentu menurut aturan yang telah ditetapkan. Setiap objek yang termasuk ke
dalam sebuah himpunan dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu.
Secara umum, kita menuliskan sebuah himpunan dengan huruf kapital, seperti: A,
B, C, sedangkan anggota-anggota himpunan ditulis dengan huruf kecil, seperti: a,
b, c.
a. Himpunan Semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang terdiri atas semua himpuan bagian
yang dibentuk darinya. Himpunan semesta biasanya dinotasikan dengan U atau S.
Pemahaman pengertian himpunan semesta diperjelas melalui contoh berikut ini.
1. U adalah himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 15
2. U adalah himpunan bilangan real
3. U adalah himpunan bilangan ganjil positif
c. Himpunan Bagian
Misalkan A dan B adalah dua buah himpunan. A dikatakan himpunan bagian dari
B, jika dan hanya jika setiap anggota A juga anggota pada B. Penulisan sebuah
himpunan yang merupakan himpunan bagian digunakan tanda “ ⊂”. Pemahaman
pengertian himpunan bagian diperjelas melalui contoh berikut ini.
Misalkan A = {2, 4, 6, 8}, B = {2, 6}, dan C = {4}
Dalam hal ini, B ⊂ A dan C ⊂ A, karena setiap anggota pada B juga anggota pada
A dan setiap anggota pada C juga anggota pada A.
Hubungan antara dua himpunan yang sama dan himpunan bagian adalah sebagai
berikut.
6
Dua himpunan dikatakan sama, jika kedua himpunan itu satu sama lain
merupakan himpunan bagian. Jika A = B, maka A ⊂ B dan B ⊂ A.
d. Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Himpunan
kosong biasanya dituliskan dengan ∅ atau { }. Pemahaman pengertian himpunan
kosong diperjelas melalui contoh berikut ini.
1. Misalkan A = {x : x2 = 16, 2x = 6}
Dalam hal ini, nilai x tidak ada yang memenuhi x2 = 16 dan 2x = 6. Jadi A
merupakan himpunan kosong dan ditulis A = ∅ atau A = { }.
2. Misalkan B = {x : x2 = 9, x adalah bilangan genap}
Dalam hal ini, nilai x tidak ada yang memenuhi x2 = 9 dan x adalah bilangan
genap. Jadi B merupakan himpunan kosong dan ditulis B = ∅ atau B = { }.
Pemahaman gabungan pada dua buah himpunan diperjelas melalui contoh berikut
ini.
1. Misalkan A = {x : x = 0, 1, 2, 3, …, 10} dan B = {x : x = 8, 9, 10, 11}. Maka
A ∪ B = {0, 1, 2, 3, …, 11}
2. Misalkan B = {x : 0 ≤ x ≤ 1} dan C = {x = -1 ≤ x ≤ 2}. Maka
B ∪ C = { x = -1 ≤ x ≤ 2}. B ∪ C = C
7
Pemahaman irisan pada dua buah himpunan diperjelas melalui contoh berikut ini.
Misalkan A = {(x, y) : (x, y) = (0, 0), (0, 1), (1, 1)} dan
B = {(x, y) : (x, y) = (1, 1), (1, 2), (2, 1)}. Maka A ∩ B = {(x, y) : (x, y) = (1, 1)}
5. Hukum Identitas
a. A ∪ ∅ = U
b. A ∪ U = U
c. A ∩ U = A
d. A ∩ ∅ = ∅
6. Hukum Komplemen
a. A ∪ Ac = U
b. (Ac)c = A
c. A ∩ Ac = ∅
d. Uc = ∅, ∅ c = U
7. Hukum De Morgan
a. (A ∪ B)c = Ac ∩ Bc
b. (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc
2. Siswa menyatakan bahwa himpunan tidak harus memiliki sifat yang jelas
10
karena tidak ada siswa SMP yang berusia 40 tahun, maka himpunan ini
disebut himpunan kosong. Dinyatakan dengan simbol B = { } atau B = Ø.
2. M adalah himpunan bilangan asli kurang dari 1
karena tidak ada bilangan asli yang kurang dari 1, maka himpunan ini disebut
himpunan kosong. Dinyatakan dengan simbol M = { } atau M = Ø.
3. K adalah himpunan bilangan ganjil yang habis dibagi 2
karena tidak ada bilangan ganjil yang habis dibagi 2, maka himpunan ini
disebut himpunan kosong. Dinyatakan dengan simbol K = { } atau K = Ø.
4. N adalah himpunan nama hari yang dimulai dengan huruf O
karena tidak ada nama hari yang dimulai dengan huruf O, maka himpunan ini
disebut himpunan kosong. Dinyatakan dengan simbol K = { } atau K = Ø.
5. P adalah himpunan bilangan prima yang memiliki 1 faktor
karena tidak ada bilangan prima yang memiliki 1 faktor, maka himpunan ini
disebut himpunan kosong. Dinyatakan dengan simbol P = { } atau P = Ø.
2. Siswa menyatakan bahwa himpunan tidak harus memiliki sifat yang jelas
Untuk mengatasi kesalahan konsep siswa terhadap himpunan tidak harus
memiliki sifat yang jelas, maka akan dijelaskan mengenai himpunan sebagai
berikut.
Definisi Himpunan:
Himpunan adalah kumpulan objek atau benda yang sudah terdefinisi dengan
jelas. Pada himpunan A, B, dan C berlaku sifat-sifat berikut:
a. Sifat Komplemen
(A U B)c = Ac ∩ Bc
(A ∩ B)c = Ac U Bc
(Ac)c = A
b. Sifat Identitas
AU∅=A
A∩∅=∅
c. Sifat Idempoten
AUA=A
A∩A=A
14
d. Sifat Komutatif
AUB=BUA
A∩B=B∩A
e. Sifat Asosiatif
(A U B) U C = A U (B U C)
(A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
f. Sifat Distributif
A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)
A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)
Contoh:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = {1, 2, 3, 4}
B = {3, 6}
C = {2, 3, 5}
a. Sifat Komplemen
Ac = {5, 6} ⇒ (Ac)c = {1, 2, 3, 4} = A
Maka, (Ac)c = A
Bc = {1, 2, 4, 5}
Ac ∩ Bc = {5}
Ac U Bc = {1, 2, 4, 5, 6}
A U B = {1, 2, 3, 4, 6}
(A U B)c = {5} = Ac ∩ Bc
Maka, (A U B)c = Ac ∩ Bc
A ∩ B = {3}
(A ∩ B)c = {1, 2, 4, 5, 6} = Ac U Bc
Maka, (A ∩ B)c = Ac U Bc
b. Sifat Identitas
A U ∅ = {1, 2, 3, 4} U { } = {1, 2, 3, 4} = A
A ∩ ∅ = {1, 2, 3, 4} ∩ { } = { } = ∅
c. Sifat Idempoten
A U A = {1, 2, 3, 4} U {1, 2, 3, 4} = {1, 2, 3, 4} = A
A ∩ A = {1, 2, 3, 4} ∩ {1, 2, 3, 4} = {1, 2, 3, 4} = A
15
d. Sifat Komutatif
A U B = {1, 2, 3, 4} U {3, 6} = {1, 2, 3, 4, 6}
B U A = {3, 6} U {1, 2, 3, 4} = {1, 2, 3, 4, 6}
Maka, A U B = B U A
A ∩ B = {1, 2, 3, 4} ∩ {3, 6} = {3}
B ∩ A = {3, 6} ∩ {1, 2, 3, 4} = {3}
Maka, A ∩ B = B ∩ A
e. Sifat Asosiatif
(A U B) U C = {1, 2, 3, 4, 6} U {2, 3, 5} = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A U (B U C) = {1, 2, 3, 4} U {2, 3, 5, 6} = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Maka, (A U B) U C = A U (B U C)
(A ∩ B) ∩ C = {3} ∩ {2, 3, 5} = {3}
A ∩ (B ∩ C) = {1, 2, 3, 4} ∩ {3} = {3}
Maka, (A ∩ B) ∩ C = A ∩ (B ∩ C)
f. Sifat Distributif
A U (B ∩ C) = {1, 2, 3, 4} U {3} = {1, 2, 3, 4}
(A U B) ∩ (A U C) = {1, 2, 3, 4, 6} ∩ {1, 2, 3, 4, 5} = {1, 2, 3, 4}
Maka, A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)
A ∩ (B U C) = {1, 2, 3, 4} ∩ {2, 3, 5, 6} = {2, 3}
(A ∩ B) U (A ∩ C) = {3} U {2, 3} = {2, 3}
Maka, A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)
Dari penjelesan dan contoh diatas kita dapat menyimpulkan bahwa suatu
himpunan yaitu memiliki sifat yang jelas.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Nurtasari, A. R., Jamiah, Y., & Suratman, D. Miskonsepsi Siswa pada Materi
Himpunan di Kelas VII SMP Santa Monika Kubu Raya. Jurnal FKIP
Untan. (Online). Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/. Diakses pada 28
Agustus 2021.