Teori Relativitas Khusus
Teori Relativitas Khusus
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Fisika Modern
Dosen Pengampu :1. Endah Kurnia Yuningsih M.PFis
2. Winda Setya, S.Si. M. Si
Disusun oleh :
Kelompok 9
Anna Sayyidah N 1162070015
Elzsa Sudariman P 1162070024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Relativitas Khusus” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisika Modern.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
dan bimbingan, serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini dengan hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Endah Kurnia Yuningsih M.PFis dan ibu Winda Setya, S.Si. M. Si yang telah
membantu dan membimbing kami dalam penyusunan dan penulisan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Relativitas Khusus”
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Transformasi Galileo..............................................................................................3
Contoh Soal....................................................................................................................5
Contoh soal..................................................................................................................13
E. Relativitas Panjang...............................................................................................13
Contoh Soal..................................................................................................................18
F.Pemuluran waktu......................................................................................................19
Contoh Soal..................................................................................................................24
A.Kesimpulan..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan memiliki keingin-
tahuan yang sangat besar. Kengin-tahuan itu mendorong untuk menemukan
pengetahuan yang dikenal dengan “berfilsafat”. Namun seiring berjalannya waktu
ilmu pengetahuan filosofi sudah tidak dapat mengimbangi kamajuan terkini dalam
sains, terutama fisika. Para ilmuan telah menjadi peran penting dalam pemegang
pencari pengetahuan.
Fisika pada abad ke-20 berbeda dengan fisika klasik. Terdapat dua
perkembangan yang paling menyolok pada saat itu. Pertama, relativitas oleh
Albert Einstein pada 1905 dan teori kuantum oleh Max Planck pada 1900. Dua
perkembangan ini adalah contoh revolusi ilmiah yang telah mengubah cara
pandang manusia mengenai alam semesta secara mendasar.
Teori klasik Newton mengenai ruang dan waktu yang sebelumnya telah
dipelajari, menyisakan keganjalan-keganjalan yang menyebabkan ilmuan terus
mengembangkan ilmu pengetahuan. Memasuki abad ke-19, terjadi sebuah
peristiwa yakni dimana dua orang kembar yang terpisah. Seseorang yang ada di
bumi setelah berpuluh tahun lamanya mendapati saudara kembarnya yang telah
melakukan perjalanan dari luar angkasa memiliki perbedaan umur dengan dirinya.
Saudara kembarnya berumur lebih muda daripada dirinya. Apa yang terjadi?
Pernyataan seperti ini tidak dapat dijawab dengan menggunakan teori ruang dan
waktu oleh Newton yang menyatakan bahwa waktu adalah mutlak dimanapun
tempatnya.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep baru yaitu relativitas khusus.
Untuk dapat memahami konsep Relativitas tersebut dengan mudah maka kami
membuat makalah ini .
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah
dari makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Transformasi Galileo
3
Hubungan diatas merupakan transformasi Galileo yang mengandaikan bahwa
interval waktu maupun jarak bersifat mutlak. Transformasi sebaliknya di peroleh
dengan mengganti simbol aksen dengan bukan aksen dan sebaliknya serta
mengganti V dengan –V dalam persamaan, sehingga menghasilkan :
x = x’ + Vt (2.2a)
y = y’ (2.2b)
z = z’ (2.2c)
t = t’ (2.2d)
dx ' dx dt
= −V
dt ' dt ' dt '
dx ' dx
= =v
dt ' dt
Dengan cara yang sama untuk komponen kecepatan ke arah sumbu –Y dan sumbu
–Z kita peroleh :
v ' y =v y (2.4)
v ' z =v z (2.5)
Jika menggunakan persamaan (2.3) (2.4) (2.5) maka kita dapat membukikan
bahwa :
4
persamaan (2.3) (2.4) (2.5) apabila di diferensialkan terhadap waktu akan
memberikan kaidah transformasi bentuk percepatan, yaitu :
a ' x =a x (2.7a)
a ' y =a y (2.7b)
a ' z =a z (2.7c)
Contoh Soal
1. Dua buah mobil melaju dengan laju tetap di sepanjang sebuah jalan lurus
dalam arah yang sama. Mobil A bergerak dengan laju 60 km/jam, sedangkan
mobil B 40km/jam. Masing-masing laju di ukur relatif terhadap seorang
pengamat di tanah. Berapakah laju mobil A terhadap mobil B ?
Penyelesaian :
5
Gambar 2 skema percobaan Michelson- Morley
Percobaan Michelson – Morley yang dilakukan pada tahun 1887
membuktikan bahwa laju cahaya tidak di pengaruhi oleh kerangka acuannya.
Untuk membahas percobaan ini , andaikan di dalam suatu kerangka acuan s yang
dipilih, laju cahaya ke segala arah adalah c, dan dan bumi bergerak dengan
kecepatan V ke arah X terhadap S. kecepatan cahaya menurut pengamat di bumi
adalah c-V . waktu yang di perlukan oleh cahaya untuk menempuh jarak dari
pemecahan berkas A ke cermin datar B dan kembali ke A dengan kecepatan c +
V sesudah di pantulkan di B adalah :
I1 I 2I 2 I 1 /c
Δt = + 1 = 2 1c 2 = 2 (2.8)
c−V c +V c −V c 1−(V 2 / c 2)
Waktu yang di perlukan cahaya bergerak dari A ke C dan kembali lagi sesudah
pemantulan di C adalah :
6
2 I 1 /c
∆ t 2= (2.10)
√(c 2−V 2 )
Perbedaan waktu tempuhnya adalah
2I1
c 2 I 2 /c
∆ t=∆ t 1−∆ t 2 = 2
− (2.11)
V 2
1− ( )
c √ 1−
V
( )
c
2 I1
2 I1 c
∆ t '=∆ t ' 1 −∆ t ' 2= 2 2
− 2 (2.12)
√(c −V ) 1− V
c ( )
Dengan demikian , jika peralatan di putar 90° maka harapannya adalah terjadi
pergeseran pola interferensi yang teramati oleh detektor D sebesar ;
(∆ t ' −∆ t ) (I + I ) 1 1
δ =c =2 1 2 ⌊ − 2
⌋
λ λ 2 V
√ 1−
V
c( ) 1− ( )
c
(I 1+ I 2 ) v 2
δ= ⌊ 2⌋ (2.13)
λ c
7
Untuk menjelaskan masalah pada percobaan Michelson-Morley. Kerangka
eter sebgai medium yang di perlukan untuk perjalaran cahaya dengan kelajuan c
rehat, terseret dengan gerakan bumi sehingga pergeseran pola intereferensi tidak
terjadi. Namun, fenomena eter yang terseret bertentangan dengan gejala abrasi
bintang yang telah lama teramati sebelumnya sebagai akibat gerakan bumi di
lautan eter mengedari matahari sepanjang tahun. Arah jatuhnya sinar bintang ke
bumi berubah dari waktu ke waktu sehingga bintang selama setahun tampak di
bola langit menelusuri lintasan lingkaran. Akibat tak menentunya keadaan gerak
eter terhadap bumi, maka konsep ini selanjutnya ditinggalkan dan kehadiran
cahaya di ruang hampa tanpa hadirnya medium tidak menjadi masalah.
8
1. Prinsip relativitas : menyatakan hukum fisika dapat dinyatakan dalam
persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang
bergerakdengan kecepatan tetap satu terhadap yang lainnya.
2. Ketidak bakuan laju cahaya : menyatakan bahwa kelajuan cahaya dalam
ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung dari
keadaan gerak pengamat itu.
Postulat pertama menegaskan bahwa tidak ada satu pun percobaan yang
dapat kita gunakan untuk mengukur kecepatan terhadap ruang mutlak, yang dapat
diukur hanyalah laju relatif dari dua sistem lembam. Dengan begitu, pertanyaan
tentang keberadaan ruang mutlak tidak lagi memiliki manfaat. Mungkin saja
terdapat suatu sistem acuan semesta Agung, tetapi tidak ada satupun percobaan
yang dapat kita lakukanuntuk menyingkap keberadaanya. Oleh karena itu, kita
dapat saja mengabaikan keberadaan ruang mutlak dengan alasan hanya akan
menambah kerumitanyang tidak ada manfaatnya.
9
1. Hukum-hukum fisika mempunyai kerangka acuan yang sama di dalam
setiap kerangka acuan inersial
2. Laju cahaya di ruang hampa sama besarnya di semua kerangka
inersial, tidak bergantung pada gerak sumber maupun pengamatannya.
x 2+ y 2+ z 2=c 2 t 2 (2.16)
( γ ¿ ¿ 2−c2 γ ' 2 δ 2) x2 + y 2 + z 2=( c 2 γ ' 2−v 2 γ 2)t 2 +2(Vγ 2−c 2 γ ' 2 δ) xt ¿ (1.5)
10
Persamaan 2.16 dan 12.17haruslah identik sehingga kita mendapatkan
hubungan :
c 2 γ 2 −v 2 γ ' 2=c2
' 1
γ =γ = (2.18)
√¿¿ ¿
δ =V /c 2
x −Vt
x'= (2.19)
√ ¿¿ ¿
y ' = y , z' =z
v
t− x
' c2 (2.20) [ CITATION Kus11 \l 1033 ]
t=
√¿ ¿ ¿
Ahli bentuk diatas disebut ahli bentuk Lorentz . Ahli bentuk sebaliknya
(invers transform) diperoleh dengan mengganti “aksen” menjadi “bukan aksen”
dan sebaliknya serta mengganti V dengan –V sehingga hasilnya:
11
V
t' + x'
c2
t= (2.22)
v2
√ 1− 2
c
v2
Untuk V<< c yang berarti 2 ≪ 1, ahli bentuk Lorentz kembali menjadi
c
ahli bentuk Galileo.
dx’ = y (dx=Vdt)
V
dt’ = γ (dt- dx ¿
c2
dx ' dx−Vdt
=
dt ' V
dt− 2
c
dx ' dx
dan dengan mengganti dengan v dengan vx, kita peroleh
dt ' dt
v x −V
v ' x=
V vx
1− 2
c
Dengan cara serupa untuk komponen kea rah sumbu Y dan Z, kita
memperoleh ahli bentuk berikut :
12
v2
v ' x=
√
v y 1−
c2
V vx
[ CITATION
1−
c2
Kus11 \l 1033 ]
v2
v ' x=
√
v z 1− 2
Vv
c
1− 2 x
c
V2 v2
v' 2=c2 −c 2
( 1−
c2 )( )
1−
c2 (2.23)
¿¿
Pada persamaan berikut dapat kita lihat bahwa apabila v = c maka berlaku
v’= c sesuai dengan asas relativitas kedua bahwa laju cahaya di semua kerangka
inersial bernilai c.
Untuk laju V yang dapat diabaikan terhadap laju cahaya c, ahli bentuk
Lorentz kembali menjadi ahli bentuk Galileo. Untuk laju V yang tidak dapat
diabaikan lagi terhadap c, pembahasan masalah kinematika harus menggunakan
alih bentuk Lorentz. Situasi demikian sering disebut situasi relativistic [ CITATION
Kus11 \l 1033 ].
Contoh soal
1. Dua buah roket saling mendekat sepanjang suatu garis lurus. Masing-masing
roket bergerak dengan laju 0,5 c relatif terhadap seorang pengamat bebas di
tengah keduanya . dengan dengan kecepatan berapakah pengamat roket yang
satu mengamati dan roket yang lain mendekatinya ?
Penyelesaian :
13
Dimisalkan O menyatakan pengamat bebas, dan O’ salah satu roketnya. Maka
peristiwa yang sedang mereka amati adalah mendekatnya roket kedua. Pengamat
O melihat roket 2 bergerak dengan kecepatan vx = -0,5c. pengamat O’ (roket 1)
sedang bergerak relatif terhadap O dengan kecepatan u = 0,5c. maka,
v x −V (−0,5 c )−(0,5 c)
v ' x= = =−0,8 c
V vx ( 0,5 c ) (−0,5 c)
1− 2 1−
c c2
Perhatikan bahwa hasil ini lebih kecil daripada kecepatan relatif -0,5c -0,5c = -c
yang diramalkan transformasi Galileo. Karena teori relativitas khusus
mensyaratkan bahwa nilai c adalah laju batas tertinggi bagi semua gerak relatif,
maka kedua roket itu tidak akan pernah bergerak dengan laju yang lebih
besardaripada c, dan persyaratan ini di jamin oleh bentuk transformsi kecepatan
Lorentz. Sebagai contoh jika sebagai gantinya 0,5c, laju masing—masing roket
adalah 0,999c, maka kita akan memperoleh
−0,999 c −0,999 c
v ' x= =−0,9999995 c
(−0,999c )(0,999 c)
1−
c2
E. Relativitas Panjang
1) Kontraksi panjang Lorentz
Salah satu contoh akibat relativitas panjang dari ahlibentuk
Lorentz, yaitu adanya perbedaan hasil ukur panjang oleh pengamat di dua
kerangka acuan inersial S dan S’ yang berbeda keadaan geraknya.
Jika kita tinjau batang panjang L yang terletak (rehat) dikerangka
S. Oleh pengamat dikerangka S’ yang bergerak terhadap S, batang tersebut
terukur sebagai L’ .
14
Gambar 3 pengukuran panjang relatif
Karena t ' 1=t ' 2 maka suku kedua ruas kanan dalam persamaan diatas saling
menghilangkan jika kedua persamaan diiambil selisihnya, sehingga kita peroleh
hubungan:
' x 2−x 1
x ' 2−x 1 =
γ
Atau
v2
√
L' =L 1−
c2
Dengan L ’=x ' 2 −x' 1 dan L=x 2−x 1=Lo = panjang pribadi (proper length)
batang, yaitu batang diukur di kerangka rehat batang. Karena V selalu lebih kecil
daripada c maka L’ selalu lebih pendek daripada L. Ini menunjukan terjadi
kontraksi atau pemendekan batang ke arah sejajar dengan arah gerak. Hal ini
15
berlaku umum, yaitu hasil ukur panjang oleh pengamat yang bergerak terhadap
batang selalu lebih kecil daripada hasil ukur pengamat yang berada di kerangka
rehat batang. Dengan demikian, pengertian panjang kehilangan sifat mutlaknya
[ CITATION Kus11 \l 1033 ].
2) Perumpaman Lainnya
2l '
Δt ' =
c
16
(a) Sebuah sumber cahaya dipancarkan dari sebuah sumber pada salah
satu ujung sebuah mistar, dipantulkan sari sebuah cermin pada ujung
yang berlawanan, dan kembali lagi kekedudukan sumber.
(b) Gerak denyut cahaya seperti terlihat oleh seorang pengamat di dalam
S. jarak yang dijalani dari sumber cermin lebih besar daripada panjang
l yang diukur di dalam S, dengan uΔt1, seperti diperlihatkan.
Ini adalah selang waktu wajar, karena berangkat dan kembali terjadi di
titik yang sama di dalam S’.
Tetapi karena denyut itu merambat dengan kecepatan c, maka juga betul
bahwa
d=c Δt 1 (2.25)
c Δt 1=l+u Δt 1
Atau
1
Δt 1= (2.27)
c−u
Menurut jalan yang sama dapat juga dibuktikan bahwa untuk Δt 2 untuk
perjalanan balik dari cermin ke sumber ialah
17
1
Δt 1= (2.28)
c +u
1 1 2l
Δt 1= + = (2.29)
c−u c +u c ¿ ¿
u2 2 l'
√
Δt 1− =
c2 c
(2.30) [ CITATION Mar94 \l
1033 ].
u2
√
l ¿l ' 1−
c2
(2,.31)
Jadi panjang yang diukur di dalam S, dimana mistar itu sedang bergerak
adalah lebih pendek daripada S’, dimana ia sedang berada dalam keadaan diam.
Suatu panjang diukur dalam kerangka benda yang sedang diam disebut panjang
wajar. Jadi I’ di atas merupakan panjang wajar di dalam S’, dan panjang yang
diukur di dalam setiap kerangka akan lebih kecil daripada I’ . Efek ini dinamakan
pengerutan panjang (kontraksi panjang).
Contoh Soal :
1. Sebuah kapal angkasa terbang melintasi bumi dengan kecepatan 0.99 c (kira-
kira 2,97 x 108 m det-1). Suatu cahaya sinyal berintensitas tinggi (barangkali
18
suatu laser yang didenyutkan) berkedip, nyala dan padam, dan masing-masing
denyut memakan waktu 2 x 10 -6 det. Pada suatu saat tertentu kapal itu muncul
kepada seorang pengamat bumi langsung di atas kepalanya pada ketinggian
1000 km, dan sedang bergerak tegak lurus terhadap garis penglihatan.berapa
jarak yang ditempuh kapal angkasa itu selama waktu pemancaran satu denyut,
jika diukur di dalam kerangka diamnya 4220 m?
Penyelesaian :
Pertanya tersebut sedikit mempunyai dua arti karena sudah tentu di dalam
kerangka rujukannya sendiri kapal itu berada dalam keadaan diam. Tetapi
andaikan ia meninggalkan kesan tanda di dalam ruang angkasa, misalnya saja
bom asap kecil, pada saat-saat ketika denyut mulai muncul dan berhenti, dan
mengukur jarak antara tanda-tanda tersebut, dengan bantuan beberapa pengamat
dibelakang kapal itu tetapi yang turut bergerak dengannya, masing-masing dengan
sebuah arloji (lonceng) yang telah diserempakkan dengan arloji kapal. Jarak d
antara tanda-tanda tersebut merupakan panjang wajar di dalam kerangka bumi S.
Di dalam kerangka kapal S’ , jarak d’ dikerutkan oleh factor yang diberikan dalam
persamaan (2.31)
u2
√
d ' =d 1−
c2
=( 4220 m ) √ 1−¿¿
= 595 m
19
F.Pemuluran waktu
1) Akibat Alih bentuk Lorentz
V
t ' 1=γ (t 1− x1)
c2
V
t ' 2=γ (t 2− x2 ) [ CITATION Kus11 \l
c2
1033 ].
t ' 2−t '1=T ' adalah selang waktu dua peristiwa, dalah hal ini merupakan
umur lilin, ditinjau dari S’ dan diamati dengan dua arloji berbeda, sedangkan
t 2−t 1=T
20
Adalah umur lilin yang diamati di S menggunakan dua arloji yang sama untuk
menentukan. Besaran T yang merupakan selang waktu terpendek (karena T’=
γT senantiasa ≥ T) disebut sedang waktu pribadi (proper time)
Hubungan Selang waktu antara kedua peristiwa diukur di S' Δt ' =(t ' 1 , t ' 2) dan
S Δt=(t 1 , t 2) dapat diperoleh dari persamaan berikut .
Δ t ' =γ ¿)
2) Perumpaman Lainnya
21
bahwa, pada umumnya dua kejadian yang timbul serentak di dalam salah satu
kerangka rujukan tidak terjadi srentak di dalam kerangka yang kedua
sedangkan bergerak relatif terhadap yang pertama, walaupun keduannya adalah
kerangka lembam.
Percobaan dengan cara berpikir berikut, yang dibuat menurut akal oleh
Einstein, dapat melukiskan kejadian ini. Pandang serangkaian kereta api
panjang yang bergerak dengan kecepatan serba sama (uniform), seperti
diperlihatkan dalam gambar
(a) Terhadap pengamat yang diam dititik O, dua kilat cahaya kelihatan
menyala serentak.
(b) Pengamat yang sedang bergerak dititik O’ mula-mula melihat cahaya
dating dari depan kereta api dan mengira bahwa kita di sebelah depan itulah
yang mula-mula menyala.
(c) Dua denyut cahaya tiba di O dengan cara serentak.
Dua kilat cahaya menyala di atas kereta api itu satu ditiap ujungnya.
Masing-masing kilat meninggalkan satu tanda di atas kereta api dan satu diatas
tanah pada saat yang bersamaan. Titik-titik diatas tanah di beri label A dan B di
dalam gambar itu, dan titik-titik diatas kereta api yang bersangkutan ialah A’ dan
B’. Kedua-dua pengamat menggunakan sinyal cahaya dari kilat cahaya itu untuk
mengamati kejadian-kejadian itu[ CITATION Mar94 \l 1033 ].
22
dari B’ sampai kepadanya sebelum datangnya denyut cahaya yang datang dari A’.
Dapat diambil kesimpulan bahwa peristiwa di sebelah depan kereta api terjadi
lebih dahulu daripada dibagian sebelah belakang. Berarti dua peristiwa itu terjadi
secara serentak kepada seorang pengamat. Tetapi tidak untuk yang satu lagi.
Apakah dua peristiwa dititik ruang yang berlaian adalah serentak maupun tidak,
bergantung kepada gerak pengamatnya. Akibatnya ialah bahwa selang waktu
antara dua kejadian di titik ruang yang berlainan pada umumnya untuk dua
pengamat yang sedang dalam bergerak relative tidak sama.
Tidak ada dasar untuk mengatakan apakah O itu benar atau O’ itu salah,
maupun sebaliknya. Karena, menurut asas relativitas, tidak ada kerangka
rujukan lembab yang lebih baik daripada yang lainnya dalam merumuskan
hukum-hukum fisika. Masing-masing pengamat di dalam kerangka rujukannnya
sendiri-sendiri adalah benar, akan tetapi bukan suatu konsep mutlak. Dua
kejadian baik serentak maupun tidak bergantung kepada kerangka rujukan, dan
selang waktu antara dua kejadian bergantung kepada kerangka
rujukan[ CITATION Mar94 \l 1033 ].
23
lagi. Seperti sebelumnya, sebuah kerangka rujukan S’ bergerak dengan
kecepatan u relatif terhadap sebuah kerangka S. Seorang pengamat di S’
mengarahkan sebuah sumber cahaya kecermin yang jaraknya d, seperti terihat
pada gambar 3 dan mengukur selang waktu Δt’ untuk cahaya melakukan
“perjalanan pulang-pergi” kepada cermin itu. Maka jarak total ialah 2d,
sehingga selang waktu menjadi
2d
Δ t '= (3.1)
c
l= √d +¿ ¿
2l 2
Δt = = √ d+ ¿¿ (3.2)
c c
Untuk mendapatkan hubungan antara Δt dan Δt’ yang tidak berisi d, kita
selesaikan persamaan (3.3) , yang menghasilkan
2
Δt = √ ¿ ¿
c
24
(a) Denyut cahaya yang dipancarkan dari sumber di O’ dan dipantukan
kembali disepanjang garis yang sama, seperti diamati di dalam S’
(b) Lintasan denyut cahaya yang sama, seperti diamati dalam S. kedudukan O’
pada saat berangkat dan kembalinya denyut diperlihatkan. Laju denyut di
dalam S sama seperti di dalam S’, tetapi lintasan di dalam S’ lebih
panjang.
Sekarang persamaan ini dapat dikuadrakan dan dihitung Δt: hasilnya ialah
Δt '
Δt =
u2 ( 3.4)
√ 1−
c2
Hasil yang penting ini dapat kita kembangkan lagi. Jika suatu selang waktu Δt’
memisahkan dua kejadian yang terjadi di titik ruang yang sama di dalam sebuah
kerangka rujukan S’ (dalam hal ini, berangkat dari tibanya sinyal cahaya di O’),
maka selang waktu Δt antara dua kejadian tersebut jika diamati didalam S lebih
besar daripada Δt’, dan dua selang waktu itu dihubungkan oleh persamaan (1.4).
Beararti apabila kecepatan sebuah lonceng (clock) yang diam di S’ diukur oleh
seorang pengamat di S, maka kecepatan yang diukur di dalam S lebih rendah
daripada kecepatan yang diamati di dalam S’. efek ini disebut dilasi waktu
(terlambat waktunya)[ CITATION Mar94 \l 1033 ].
Contoh Soal :
Sebuah kapal angkasa terbang melintasi bumi dengan kecepatan 0.99 c (kira-kira
2,97 x 108 m det-1). Suatu cahaya sinyal berintensitas tinggi (barangkali suatu laser
yang didenyutkan) berkedip, nyala dan padam, dan masing-masing denyut
-6
memakan waktu 2 x 10 det. Pada suatu saat tertentu kapal itu muncul kepada
seorang pengamat bumi langsung di atas kepalanya pada ketinggian 1000 km, dan
sedang bergerak tegak lurus terhadap garis penglihatan. Berapa lama waktu tiap
25
denyut cahaya, jika diukur oleh pengamat tersebut, dan berapa jauh kapal itu
berjalan relatif terhadap bumi selama waktu satu denyut?
Penyelesaian :
Pengamat tidak melihat denyut pada saat ia dipancarkan, sebab sinyal cahaya
memerlukan waktu sama dengan (1000 x 103 m)/ (3 x 108 m det-1. Atau (1/3000)
det. Untuk merambat dari kapal ke bumi. Tetapi jika jarak dari kapal angkasa ke
pengamat benar-benar tetap selama waktu pemancaran sebuah denyut, maka
terlambatnya waktu pada permulaan dan pada akhir denyut adalah sama dan
selang waktu itu tidak mempengaruhi.
Δt ' 2 x 10−6 s
Δt = =
u2 √1−¿ ¿ ¿
√ 1−
c2
Berarti dilasi waktu di dalam S kira-kira suatu factor tujuh. Jarak D yang
dijalani di dalam S selama selang tersebut ialah
= 4220 m = 4,22 km
Jika kapal angkasa itu bergerak langsung menuju pengamat, maka selang
waktu tidak dapat diukur langsung oleh seorang pengamat tunggal, karena
keterlambatan waktu pada permulaan dan pada akhir denyut tidak sama. Salah
26
satu rencana yang mungkin, paling sedikit asasnya, harus ada dua pengamat di
dalam S, dengan lonceng-lonceng diserempak , satu berada dikedudukan kapal
ketika denyut mulai muncul, yang lainnya dikedudukannya pada akhir denyut.
Pengamat-pengamat tersebut sekali lagi akan mengukur selang waktu di dalam S
sebesar 14,2 x 10-6 det.
v2
=¿
c2
27
u2
Apabila kecepatan relatif u dari S dan S’ sangat kecil, maka factor 1−
c2
Sangat hampir sama dengan satu, dan persamaan (1.5) akan mendekati hubungan
newtonia Δt =Δt’ (yaitu skala waktu yang sama untuk semua kerangka rujukan).
Karena itu, dugaan tersebut tetap memegang teguh keberlakuannya dalam batas
kecepatan-kecepatan yang relatif kecil[ CITATION Mar94 \l 1033 ].
28
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
v2
√
L' =L 1−
c2
29
5. Apabila kecepatan sebuah lonceng (clock) yang diam di S’ diukur oleh
seorang pengamat di S, maka kecepatan yang diukur di dalam S lebih
rendah daripada kecepatan yang diamati di dalam S’. efek ini disebut
dengan dilasi waktu (terlambat waktunya). Dirumuskan sebagai berikut:
Δt '
Δt =
u2
√ 1−
c2
30
DAFTAR PUSTAKA
31